Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Sistem Produksi II - Modul 2 – Kelompok A1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perencanaan produksi dimulai dengan meramalkan permintaan secara


tepat sebagai input utamanya. Selain peramalan, input-input untuk permintaan
produk tersebut juga harus memasukkan pesanan-pesanan aktual yang telah
dijanjikan, kebutuhan spare-part dan service, kebutuhan persediaan gudang,
dan penyesuaian tingkat persediaan sebagaimana yang telah ditentukan dalam
perencanaan strategi bisnis.

Peramalan permintaan biasanya dibuat untuk kelompok-kelompok


produk secara kasar (tanpa memperhatikan perbedaan spesifikasi produk),
khususnya selama periode waktu yang panjang. Perencanaan agregat
kemudian dikembangkan untuk merencanakan kebutuhan produksi bulanan
atau triwulanan bagi kelompok produk sebagaimana yang telah diperkirakan
dalam peramalan permintaan. Perencanaan produksi akan mudah dibuat bila
tingkat permintaan bersifat konstan atau bila waktu produksi tidak menjadi
kendala. Tetapi kedua kondisi ini jarang terjadi dalam keadaan sebenarnya,
dimana secara nyata tingkat permintaan akan berfluktuasi dan perusahaan
selalu dibatasi oleh tanggal waktu penyerahan produk. Perencanaan produksi
yang tidak tepat dapat mengakibatkan tingginya/rendahnya tingkat
persediaan, sehingga mengakibatkan peningkatan ongkos simpan/ongkos
kehabisan persediaan. Hal yang lebih fatal dapat mengurangi pelayanan
kepada konsumen karena keterlambatan penyerahan produk.

Perencanaan produksi sebagai suatu perencanaan taktis adalah


bertujuan memberikan keputusan yang optimum berdasarkan sumber daya
yang dimiliki perusahaan dalam memenuhi permintaan akan produk yang
dihasilkan. Sumber daya yang dimaksud adalah kapasitas mesin, tenaga kerja,
teknologi yang dimiliki, dan Iainnya. Keterlibatan manajemen puncak pada
tahap perencanaan produksi sangat diperlukan, khususnya perencanaan

Lab.Sispro danProses Manufaktur B-1


Jurusan TeknikIndustri IST AKPRIND
B-2
Laporan Praktikum Sistem Produksi II - Modul 2 – Kelompok A1

mengenai penentuan pabrikasi, pemasaran dan keuangannya. Sudut pandang


pabrikasi, perencanaan produksi membantu dalam menentukan berapa
peningkatan kapasitas yang dibutuhkan dan penyesuaian-penyesuaian
kapasitas apa saja yang perlu dilakukan. Sudut pandang pemasaran,
perencanaan produksi menentukan berapa jumlah produk yang akan
disediakan untuk memenuhi permintaan. Sudut pandang keuangan,
perencanaan produksi mengidentifikasikan besarnya kebutuhan dana dan
memberikan dasar dalam pembuatan anggaran.

1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktikum Aggregat Planning ini ialah sebagai berikut:
1.1.1 Mengetahui dan memahami pengertian aggregat planning
1.1.2 Memahami penggunaan WinQSB dalam menyelesaikan permasalahan
aggregate planning.

Lab.Sispro danProses Manufaktur


Jurusan TeknikIndustri IST AKPRIND
B-3
Laporan Praktikum Sistem Produksi II - Modul 2 – Kelompok A1

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengerian Aggregat Planning

Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk


menentukan jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan
datang.AP juga didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan antara supply
dan demand dari suatu produk atau jasa dengan jalan menentukan jumlah dan
waktu input, transformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan AP
dibuat untuk produksi, staffing, inventory, dan backorder level.

Perencanaan Agregat juga dikenal sebagai Penjadwalan Agregat adalah


Suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer operasi untuk
menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah (biasanya
antara 3 hingga 18 bulan ke depan). Perencanaan agregat dapat digunakan
dalam menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang diprediksi
dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan,
pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, dan variabel lain yang dapat
dikendalikan. Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana
bulanan dan kuartalan yang mengutamakan masalah mencocokkan
produktifitas dengan permintaan yang fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan
Agregat termasuk dalam rencana jangka menengah.
Proses perencanaan dapat digolongkan dalam tiga tingkatan yaitu:
2.1.1 Long Range Plans
Merupakan perencanaan lebih dari setahun yang menyangkut
perencanaan produk baru,biaya perluasan dan sebagainya. Long
Range Plans ditetapkan oleh manajer pucak.
2.1.2 Intermediete Range Plans
Merupakan rencana atara 3 sampai 18 bulan, menyangkut rencana
penjualan, rencana produksi, rencana inventory, anggaran tenaga kerja
dan sebagainya. Intermediate range plans ditetapkan oleh Manajer
Operasi.

Lab.Sispro danProses Manufaktur


Jurusan TeknikIndustri IST AKPRIND
B-4
Laporan Praktikum Sistem Produksi II - Modul 2 – Kelompok A1

2.1.3 Short Range Plans\


Merupakan rencana kurang dari tiga bulan yang menyangkut job
assignment, ordering, Job scheduling. Short Range Plans ditetapkan
oleh Manajer Operasi bersama dengan supervisor dan operator.
Dalam tiga tingkatan proses perencanaan tersebut, perencanaan
agregat berada pada tingkatan kedua yaitu Intermediate plans yang
menyangkut rencana produksi / operasi perusahaan.
Perencanaan agregat membentuk keterkaitan antara perencanaan
fasilitas di satu pihak dan penjadwalan dipihak lain. Perencanaan
fasilitas membatasi keputusan perencanaan agregat.penjadwalan
berkenaan dengan jangka waktu yang pendek (beberapa bulan atau
kurang) dan dibatasi oleh keputusan perencanaan agregat.
Perencanaan agregat berkaitan dengan perolehan sumber daya,
sedangkan penjadwalan berkaitan denngan pengalokasian sumber
daya yang tersedia terhadap pekerjaan dan pesanan tertentu. Jadi
perbedaan dasar harus dilakukan antara perolehan sumber daya
melalui penjadwalan. Keputusan penjadwalan seringkali menunjukan
kebutuhan akan perbaikan perencanaan agregat dan perencanaan
agregat juga dapat mencakup kebutuhan akan fasilitas.

2.2 Fungsi Perencanaan Agregat


Pada dasarnya perencanaan produksi agregat merupakan suatu proses
penetapan tingkat output/kapasitas produksi secara keseluruhan guna
memenuhi tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan
dengan tujuan meminimalkan total biaya produksi.
Beberapa fungsi perencanaan agregat yaitu :
2.2.1 Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten
terhadap rencana strategi perusahaan.
2.2.2 Alat ukur performansi proses perencanaan produksi.
2.2.3 Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana
produksi.

Lab.Sispro danProses Manufaktur


Jurusan TeknikIndustri IST AKPRIND
B-5
Laporan Praktikum Sistem Produksi II - Modul 2 – Kelompok A1

2.2.4 Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan


membuat penyesuaian.
2.2.5 Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target dan
membuat penyesuaian.
2.2.6 Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk produksi.
2.3 Metoda Perncanaan Agregat
Ada beberapa tehnik yang digunakan manajer operasi untuk
mengembangkan rencana agregat yang lebih bermanfaat dan lebih tepat,
diantaranya:
2.3.1 Metode Pembuatan grafis dan diagram
Metode ini sangat sering dipakai karena mudah dipahami. Pada
dasarnya, rencana rencana dengan grafis dan diagram ini menangani
variabel sedikit demi sedikit agar perencana dapat membandingkan
proyeksi permintaan dengan kapasitas yang ada. Pendekatan yang
digunakan adalah “trial and error” yang tidak menjamin terciptanya
rencana produksi yang optimal, tatapi penghitungan yang dibutuhkan
hanya sedikit dan dapat dilakukan oleh staf yang paling dasar
pekerjaannya.
Tahapan dalam metode ini adalah:
1. Tentukan permintaan pada tiap periode.
2. Tentukan berapa kapasitas pada waktu biasa, waktu lembur, dan
tindakan subkontrak untuk tiap periode.
3. Tentukan biaya tenaga kerja, biaya rekrutmen dan biaya
pemberhentian karyawan serta biaya penahanan persediaan.
4. Pertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat diterapkan
pada para pekerja dan tingkatan persediaan.
5. Kembangkan rencana alternative dan amati biaya totalnya.
2.4 Pendekatan Matematis Dalam Perencanaan
Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan agregat telah banyak
dikembangkan diantaranya:

Lab.Sispro danProses Manufaktur


Jurusan TeknikIndustri IST AKPRIND
B-6
Laporan Praktikum Sistem Produksi II - Modul 2 – Kelompok A1

2.4.1 Metode Transportasi Dalam Program Linear


Jika masalah perencanaan agregat dipandang sebagai masalah
alokasi kapasitas operasi untuk memenuhi permintaan yang
diperkirakan, maka rencana agregat dapat dirumuskan dalam format
program linear.
2.4.2 Linear Decision Rule
Merupakan model perencanaan agregat yang berupaya untuk
mengoptimalkan tingkat produksi dan tingkat jumlah tenaga kerja
sepanjang periode tertentu. Model ini meminimisasi biaya total dari
biaya gaji, rekrutmen, PHK, lembur, dan persediaan melalui
serangkaian kurva biaya kuadrat.
2.4.3 Management Coeficient Model
Dikembangkan oleh E.H Bowman yang membangun suatu model
keputusan formal di seputar pengalaman dan kinerja manajer. Teori
yang mendasari adalah pengalaman masa lalu manajer cukup baik,
sehingga dapat digunakan sebagai dasar menetapkan keputusan di masa
depan. Teknik ini menggunakan analisa regresi terhadap keputusan
produksi yang diambil manajer di masa lalu.
2.4.4 Simulasi
Suatu model komputer yang dinamakan “ Penjadwalan lewat
simulasi” yang dikembangakan tahun 1966 di R.C Vergin. Pendekatan
simulasi ini menggunakan prosedur pencarian kombinasi nilai yang
biayanya minimal untuk ukuran jumlah tenaga kerja dan tingkat
produksi.

Lab.Sispro danProses Manufaktur


Jurusan TeknikIndustri IST AKPRIND
B-7
Laporan Praktikum Sistem Produksi II - Modul 2 – Kelompok A1

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengumpulan Data
Setelah peramalan jumlah permintaan produk mendatang
dilakukan,maka selanjutnya adalah perencanaan kapasitas untuk memenuhi
permintaan tersebut. Oleh karena it, pada saat ini dilakukan perencanaan
agregat (aggregate planning).
Diketahui bahwa pekerja bagian produksi yag dimiliki oleh PT.
YANTO JAYA saat ini terdiri dari pekerja tetap sebanyak 10 orang. Jam
kerja regular untuk pekerja adalah 8 jam per hari (pukul 08.00 – 16.00)
sedangkan jam kerja paruh waktu adalah 4 jam. Sedangkan waktu baku untuk
menghasilkan 1 unit produk Tamiya 4WD adalah 3 menit. Waktu lembur
yang diperbolehkan perusahaan adalah 20% dari jam kerja regular. Hal ini
berlaku baik untuk jam kerja pekerja tetap maupun jam pekerja paruh waktu.
Persediaan saat ini yang dimiliki perusahaan adalah 600 unit Tamiya
4WD. Karena keterbatasan gudang produk jadi, maka persediaan akhir pada
setiap periode maksimum adalah sebesar 5000 unit. Sedangkan untuk safety
stock, persediaan minimal berjumlah 250 unit pada setiap periodenya.
Perusahaan memiliki kebijakan, tidak ada batasan maksimal jumlah unit
produk, jika perusahaan memperbolehkan subkontrak.
Berikut adalah beberapa data biaya yang berhasil dikumpulkan.
3.1.1 Biaya waktu regular per jam = $7
3.1.2 Biaya pengurangan waktu kerja (undertime) =$8
3.1.3 Biaya waktu lembur (overtime) = $3
3.1.4 Biaya perekrutan (hiring) per pekerja = $250
3.1.5 Biaya pemberhentian (layoff/dismissal) per pekerja = $245
3.1.6 Biaya simpan persediaan = $3/unit/periode
3.1.7 Biaya subkotrak per unit = $25
3.1.8 Biaya backorder per unit = $8/unit

Lab.Sispro danProses Manufaktur


Jurusan TeknikIndustri IST AKPRIND
B-8
Laporan Praktikum Sistem Produksi II - Modul 2 – Kelompok A1

Buat perencanaan agregat untuk produksi periode 2018/2019 berdasarka


kriteria tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Kriteria perencanaan agregat Tipe 6

No Keterangan Tipe 6
1 Forecast Demand Overtime
2 Problem Type Hire/dismissal
3 Strategi yag diperbolehkan Subcontracting
Sumber: Pengumpulan Data Praktikum Sispro II, 2019

Tabel 3.2 Data Forecasting Tipe 6

Periode Permintaan
1 45203,54
2 45203,54
3 45203,54
4 45203,54
5 45203,54
6 45203,54
7 45203,54
8 45203,54
9 45203,54
10 45203,54
11 45203,54
12 45203,54
Sumber: Hasil Peramalan Data Tipe 6, 2019

3.2 Pengolahan Data


3.2.1 Membuka software WinQSB – Aggregat Planning
3.2.2 Klik new problem, kemudian atur problem spesification seperti
gambar di bawah ini.

Lab.Sispro danProses Manufaktur


Jurusan TeknikIndustri IST AKPRIND
B-9
Laporan Praktikum Sistem Produksi II - Modul 2 – Kelompok A1

Gambar 3.1 Problem Spesification Aggregat Planning


Sumber: Data Praktikum Sispro 2, 2019
3.2.1 Klik ok jika sudah terisi semua.
3.2.2 Isikan data percobaan pada tabel yang muncul.

Gambar 3.2 Input data pada WinQSB


Sumber: Data Praktikuk Sispro 2,2019

Lab.Sispro danProses Manufaktur


Jurusan TeknikIndustri IST AKPRIND
B-10
Laporan Praktikum Sistem Produksi II - Modul 2 – Kelompok A1

3.2.3 Pilih tab solve and analyze, lalu klik solve the problem

Gambar 3.3 Product Schedule


Sumber: Pengolahan Data Praktikum Sispro 2, 2019
Analisis : PT.YANTO JAYA memiliki permintaan produksi sebesar
45204 unit dengan total permintaan selama 12 periode sebanyak
542448 unit. Berdasarkan kondisi prusahaan saat ini yaitu jumlah
pekerja paruh waktu sebanyak 224-226 dengan pegawai tetap
sebanyak 10, total 234-236 karyawan, PT. YANTO JAYA hanya
mampu memproduksi produk dengan waktu kerja regular sebanyak
37379-37670 setiap periodenya dengan total produksi selama 12
periode sebanyak 451748,38 unit. Untuk sisa produksi yang belum
tercapai diberlakukan lembur/overtime dengan rata-rata produksi
sebanyak 7576-7535 unit setiap periodenya. Penyimpanan akhir
untuk setiap periodenya sebnayak 250 unit/periode. Terdapat
perekrutan karyawan pada periode 1 sebanyak 224 karyawan dan
periode 2 sebanyak 2 karyawan.

Gambar 3.4 Perencanaan Biaya


Sumber: Pengolahan Data Praktikum Sispro 2, 2019

Lab.Sispro danProses Manufaktur


Jurusan TeknikIndustri IST AKPRIND
B-11
Laporan Praktikum Sistem Produksi II - Modul 2 – Kelompok A1

Analisis: Total pengeluaran biaya regular sebesar $158.111,94 dan


biaya lembur sebesar $13.552,45. Biaya penyimpanan produk total
sebesar $9.000 dan biaya perekrutan karyawan sebesar $56.359,39.
Total pengeluaran biaya perusahaan selama 12 periode sebesar
$237.023,84.

Gambar 3.5 Grafik Kuantitas Item


Sumber: Pengolahan Data Praltikum Sispro 2, 2019

Gambar 3.6 Grafik Cost Item


Sumber: Pengolahan Data Praktikum Sispro 2, 2019

Lab.Sispro danProses Manufaktur


Jurusan TeknikIndustri IST AKPRIND
B-12
Laporan Praktikum Sistem Produksi II - Modul 2 – Kelompok A1

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.1.1 Agregat Planning/perencanaan agregat adalah penentuan jumlah dan
kapan kapasitas produksi harus disediakan untuk memenuhi
permintaan. Perbedaan dengan forecasting ialah pada aggregat
planning iniperamalan jumlah produksi berdasarkan kondisi
perusahaan saat itu juga, sedangkan forecastinghanya meramalkan
saja.
4.1.2 Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada WinQSB untuk
menganalisa perencanaan agregat perusahaan selama12 periode
untuk memenuhi permintaan produkTamiya 4WD maka perusahaan
harus memberlakukan perekrutan karyawan pada periode 1 sebanyak
224 karywan dan periode2 sebanyak 2 karyawan serta
memberlakukan lembur pada setiap periode untuk mengejar
kekurangan produksi pada waktu regular. Untuk persediaan akhir
setiap periode sebanyak 250 unit sama dengan jumlah safety stock.

Lab.Sispro danProses Manufaktur


Jurusan TeknikIndustri IST AKPRIND
B-13
Laporan Praktikum Sistem Produksi II - Modul 2 – Kelompok A1

DAFTAR PUSTAKA

Dwiningsih, N. (2009) Manajemen Operasi [Online] Tersedia: google search [14


Mei 2009
Handoko, H. (1984). Dasar – Dasar Manajemen Produksi dan Operasi.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Satria. (2007). Agregate Planning, [Online] Tersedia: http:// Aggregate Planning
(An Overview) « Never Give Up.htm [14 Mei 2009]

Lab.Sispro danProses Manufaktur


Jurusan TeknikIndustri IST AKPRIND

Anda mungkin juga menyukai