Anda di halaman 1dari 7

29

g. Peraturan Walikota Makassar No.54 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas

Jabatan Struktural Rumah Sakit Umum Daerah Daya Kota Makassar.

2. Geografis

Secara Geografis lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makassar

berada pada bagian utara Kota Makassar yang merupakan kawasan

pengembangan rencana induk kota pada kecamatan Biringkanaya dengan luas

wilayah 80,06 km dengan jumlah penduduk 168.848 jiwa dibandingkan luas

wilayah Kota Makassar 175.77 km dengan jumlah penduduk 1,6 juta dengan

batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Maros.

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tamalanrea.

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa.

d. Sebelah barat berbatasan dengan selat Makassar.

3. Visi dan Misi RSUD Kota Makassar

a. VISI

Visi Rumah Sakit Umum Kota Makassar yang merupakan suatu

keyakinan bagaimana Rumah Sakit Umum Kota Makassar dimasa depan

dalam pandangan pelanggan, karyawan, pemilik dan stockholder lainnya

disusun sebagai berikut:

“Rumah Sakit dengan Pelayanan yang Aman dan Nyaman Menuju

Standar Kota Dunia”

b. MISI
30

Misi Rumah Sakit Umum Daerah Daya Kota Makassar telah

dirancang untuk memberikan tuntunan dalam pengambilan keputusan untuk

mencapai tujuan organisasi dan merupakan suatu sarana komunikasi bagi

karyawan, manager dan stockholder lainnya.

Misi Rumah Sakit Umum Kota Makassar adalah:

1) Mendukung visi dan misi pemerintah kota dalam pelayanan kesehatan

masyarakat

2) Meningkatkan kompetensi SDM di seluruh lini pelayanan

3) Melengkapi peralatan medis dan non medis dengan teknologi kedokteran

mutakhir

4) Mengadakan dan mengembangkan system insformasi manajemen rumah

sakit

5) Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar akreditasi

6) Mengembangkan sarana dan prasarana rumah sakit yang lebih modern

7) Meningkatkan kesejahteraan seluruh karyawan rumah sakit

B. Hasil Laporan Kasus.

1. Standar prosedur operasional koding di RSUD Kota Makassar

Berdasarkan hasil observasi di RSUD Kota Makassar yang

dilaksanakan mulai tanggal 15 s/d 28 Juli 2018, laporan kasus ini menggunakan

metode penelitian observasi langsung pada berkas rekam medis pasien dengan

sampel 20 berkas rekam medis. Berdasarkan no dokumen RM/31 tentang


31

standar prosedur operasional pembuatan kode atau koding rawat inap yang

telah terbit pada tanggal 6 Maret 2015 dan ditetapkan oleh direktur dr. Muh

Rusly, M.Kes bahwa :

a. Pengertian : pembuatan kode atau koding adalah suatu kegiatan

pengkodean berkas rekam medis untuk mempermudah

engelompokan penyakit, tindakan/operasi, penyebab

kecelakaan dengan menggunakan ICD X untuk

pengkodean

penyakit dan untuk pengkodean pembedahan/operasi.

b. Tujuan : sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk

membuat kode penyakit berdasarkan klasifikasi

penyakit yang berlaku dengan menggunakan ICD X .

c. Kebijakan : 1) Keputusan Dirjen pelayanan medis

No.78/Yanmed/RS.Umum.DIK/YMU/I/91

tentang petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan

Rekam Medis di RS.

2) SK Direktur NOMOR : 1592/RSUD-

MKS/III/2015 tentang pemberlakuan buku ICD X

dan ICD 9CM di RSUD Kota Makassar.

d. Prosedur : 1) Petugas koding menerimarekam medis yang sudah

di Assembling
32

2) Petugas koding membaca diagnosa penyakit,

operasi, sebab kecelakaan dan sebab kematian

3) Petugas koding memberi kode penyakit,

pembedahan/operasi sebab kecelakaan dan sebab

kematian dengan menggunakan ICD X

4) Petugas koding menulis kode tersebut pada

lembaran rekam medis, ringkasan masuk dan

keluar MR1

5) Petugas koding menyerahkan rekam medis yang

telah dikoding ke bagian indeksing

e. Unit terkait : 1) prosedur analisa rekam medis

2) Prosedur indexing

3) Unit pelayanan (rawat jalan, rawat inap)

2. Ketepatan pengkodean pasien persalinan ditinjau dari metode persalinan,

komplikasi persalinan, dan outcome delivery.

Berdasarkan hasil observasi di bagian rekam medis yang dilaksanakan

mulai tanggal 15 s/d 28 Juli 2018 terkait dengan kode persalinan terdapat

20 rekam medis.
33

Tabel 2
ketepatan pengkodean pasien persalinan ditinjau dari metode persalinan,
komplikasi persalinan, dan outcome delivery di RSUD Kota
Makassar

NO Kriteria Jumlah BRM Persentase


1 Tepat 14 70%
2 Tidak Tepat 6 30%
JUMLAH 20 100%
Sumber : data primer 2018

Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa penerapan

ketepatan pengkodean pasien persalinan ditinjau dari metode persalianan,

komplikasi persalinan, dan outcome delivery di RSUD Kota Makassar dari

20 rekam medis kasus persalinan terdapat 14 (70%) rekam medis yang

penempatan kode diagnosa utamanya sudah tepat sesuai dengan ICD-10 dan

6 (30%) rekam medis yang tidak tepat, tidak sesuai dengan ICD-10 .

Adapun kode diagnosa pasien persalinan yang tidak tepat

ditinjau dari metode persalinan, komplikasi persalinan, dan outcome delivery

yang ditemukan pada beberapa rekam medis di RSUD Kota Makassar yaitu :

a. No rekam medis : 24 44 39

Diagnosa utama : Oligohydramnios

Lead Term : Oligohydramnios O41.0

Tabular List : O41.0 Oligohydramnios

Jadi kode MD/MC O41.0


34

b. No Rekam Medis : 24 39 29

Diagnosa : Kematian janin dalam rahim

Lead Term : Death

- intrauterine (late), complicating pregnancy 036.4

Tabular List : O36.4 Maternal care for intrauterine death.

Jadi kode MD/MC O36.4

c. No rekam medis : 24 11 98

Diagnosa utama : Kehamilan kembar

Lead Term : Pregnancy

- Twin O30.0

Tabular List : O30.0 Twin pregnancy

Jadi kode MD/MC O30.0

d. No rekam medis : 24 36 65

Diagnosa utama : Persalinan kala II

Lead Term : Prolonged

- Labour O63.1

- - Second stage O63.1

Tabular List : O63.1 Prolonged second stage (of labour)

Jadi kode MD/MC O63.1


35

3. Dampak dari ketidaktepatan pengkodean diagnosa utama ditinjau dari metode

persalinan, komplikasi persalinan, dan outcome delivery.

Berdasarkan hasil observasi di RSUD Kota Makassar yang

dilaksanakan mulai tanggal 15 s/d 28 Juli 2018, laporan kasus ini menggunakan

metode penelitian observasi langsung pada rekam medis pasien dengan sampel

20 rekam medis. Berikut ini dampak dari ketidaktepatan diagnosa utama

ditinjau dari metode persalinan, komplikasi persalinan, dan outcome delivery di

RSUD Kota Makassar yaitu :

a. Petugas koding tidak dapat mengetahui bagaimna metode atau jenis

persalinannya.

b. Petugas koding tidak dapat mengetahui komplikasi persalinannya.

c. Petugas koding tidak dapat mengetahui outcome delivery (hasil melahirkan)

atau identifikasi hasil kelahiran pada catatan medis ibu.

d. Petugas koding salah menginput kode diagnosa kasus persalina kedalam

sistem INA-CBGs.

Anda mungkin juga menyukai