Modul Elektronika S1 2015 2016 PDF
Modul Elektronika S1 2015 2016 PDF
2015/2016
DAFTAR ISI
1. Karakteristik DC ............................................................................................ 22
2. h – Parameter ................................................................................................. 23
I. KARAKTERISTIK DIODA
I. Tujuan Percobaan
- Mempelajari karakteristik tegangan – arus (V-I) dari dioda
- Mempelajari karakteristik keluaran rangkaian dioda zener dan rangkaian
penyearah
II. Teori
2.1 Cara Kerja Dioda
Dioda mempunyai dua buah elektroda, yaitu yang disebut dengan dioda
(disingkat/diberi notasi A) dan katoda (diberi notasi K). Dioda disebut juga
sebagai penyearah karena hanya bisa menghantarkan arus dalam satu arah
saja. Bila dioda diberi tegangan arah maju (forward bias) maka arus akan
mengaliar (gambar 1a), sedangkan bila tegangan diberikan dengan arah
terbalik (reverse bias) maka arus tidak akan mengalir (gambar 1b).
Gambar 1
Pada kondisi reverse bias mungkin saja ada arus sangat kecil yang mengalir,
yang disebut dengan arus bocor.
Jadi :
a. Bila tegangan anoda adalah nol terhadap katoda, maka anoda tidak
menarik elektron dari katoda. Sebenarnya ada beberapa elektron
berkecepatan tinggi yang bisa mencapai anoda (sehingga terjadi aliran
arus yang meskipun sangat kecil). Namun karena sangat kecilnya arus
yang terjadi, pada umumnya amperemeter tidak dapat mendeteksi adanya
arus tersebut
b. Bila tegangan anoda negatif terhadap katoda (dioda diberi tegangan
reverse), maka akan timbul medan listrik yang arahnya menolak elektron.
Dengan demikian tidak terjadi aliran listrik
c. Bila tegangan anoda positif terhadap katoda (dioda diberi tegangan arah
maju), maka timbul medan listrik yang arahnya menarik elektron, sehingga
dioda menghantarkan elektron dari katoda ke anoda, atau dengan kata
lain menghantarkan arus dari anoda ke katoda.
2.2 Karakteristik Dioda
Karakteristik dioda adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara arus
dengan tegangan dioda (karakteristik V-I). Dioda dapat dianggap sebagai
tahanan satu arah, yaitu bernilai sangat besar bila mendapat tegangan
reverse, dan bernilai sangat kecil bila mendapat tegangan arah maju.
Perhatikan gambar 2 di bawah ini. Pada tegangan di bawah 0,6 volt arus naik
perlahan-lahan (pertambahannya hanya sedikit demi sedikit). Mulai dari
tegangan 0,6 volt arus naik dengan cepat. Tegangan di mana arus mulai naik
Prosedur Percobaan :
a. Buat rangkaian percobaan seperti pada gambar 1
b. Periksa kembali rangkaian sebelum saklar sumber tegangan dimasukan
(periksa polaritas alat ukur)
c. Pada posisi potensio yang memberikan tegangan V = 0 volt, masukkan
saklar sumber tegangan
d. Naikkan tegangan perlahan-lahan (dengan jalan memutar potensio)
untuk mencari V cutin (tegangan ambang) dioda
e. Setelah V cutin didapatkan dan dicatat, ulangi pengamatan secara
bertahap dari V = 0 sampai potensio P mencapai maksimum
f. Amati amperemeter dan voltmeter
3.1.2 Catu tegangan terbalik
Prosedur percobaan :
a. Rangkaian percobaan yang digunakan adalah tetap seperti gambar 1,
namun posisi dioda dibalik (katoda dari dioda dihubungkan dengan
potensial yang lebih positif)
b. Pada posisi potensio P yang memberikan tegangan V = 0 volt, hidupkan
sumber tegangan
c. Naikkan tegangan perlahan-lahan secara bertahap sampai tegangan
maksimumnya
d. Amati amperemter dan voltmeter
e. Berdasarkan data percobaan 3.1.1 dan 3.1.2 di atas, buatlah kurva V-I
dari dioda yang diamati tersebut
Prosedur percobaan :
a. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 4
Perhatikan posisi pemasangan penyidik (prove osciloscopenya)
b. Hidupkan oscilloscope terlebih dahulu dan dapatkan tempatkan sumbu
mendatar kanal 1 dan 2 dengan baik
c. Masukkan saklar S, amati dan gambar bentuk gelombang tegangan
masuk dan keluaran penyearah (jangan lupa catat posisi stelan volt dan
time/div nya)
Catat V1, V2 dan A
d. Matikan sumber tegangan (saklar S dilepas), dan pasanglah kapasitor
tapis (perhatikan polaritasnya)
e. Ulangi langkah c
f. Matikan sumber, perkecil tahanan beban (diparalel)
g. Ulangi langkah c
3.3.2 Penyearah gelombang penuh
DATA PENGAMATAN
A. Karakteristik Dioda
* Tegangan catu Arah Maju * Tegangan Catu Arah Mundur
Vs Vdioda Vs Vdioda
I (mA) I (mA)
(volt) (volt) (volt) (volt)
B. Dioda Zener
* Karakteristik V-I * Pembebanan Dioda Zener
V1 V2 I V1 A1 A2
(volt) (volt) (mA) (volt) (mA) (mA)
I. Tujuan Percobaan :
- Mempelajari karakteristik dasar transistor, yaitu karakteristik tegangan-arus
1c = f(Vce), IB tetap dan karakteristik penguatan arus 1c = f(IB), VCE tetap.
- Mempelajari kejuenuhan suatu transisitor
II. Teori :
Efek dioda dapat menjadi sangat berguna bagi sejumlah penerapan, tetapi
kita dapat berbuat lebih banyak bila kita mempunyai sepasang hubungan PN
yang saling bertolak belakang. Komponen dengan konstruksi sedemikian ini
disebut dengan transistor dwikutub (bipolar transistor), atau biasa disebut
dengan transistor saja. Kata transistor sendiri berasal dari kata TRANSfer
resisTOR.
Ada dua kemungkinan kombinasi untuk sebuah transistor, yaitu bisa terdiri
dari dua buah lempeng bahan jenis N pada sisi luar dan sebuah lempeng jenis
P di sisi dalam (gambar 1 a) yang disebut dengan transistor NPN. Atau
kebalikannya, dau buah lempeng bahan jenis P di sisi luar dan satu lempeng
jenis N di sisi dalam (gambar b), disebut dengan transistor NPN. Karena
konstruksinya yang bertolak belakang, maka secara garis besar kedua jenis
transistor di atas mempunyai sifat-sifat utama yang juga bertolak belakang.
2.1. Cara Kerja Transistor :
1.1. Transistor- transistor tersebut mempunyai tiga buah pena keluaran
yang disebut dengan emitor, basis dan kolektor.
Untuk selanjutnya kita pusatkan pembahasan pada transistor NPN.
Teori Tambahan
Berdasarkan kurva Hubungan VCE, IC dan IB ada beberapa region yang
menunjukkan daerah kerja transistor. Pertama adalah daerah saturasi, lalu daerah
cut-off, kemudian daerah aktif dan seterusnya daerah breakdown.
Ket
Daerah Aktif >> Transistor beroperasi sebagai penguat dan Ic = β.Ib
Daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif, yaitu ketika
arus IC konstans terhadap berapapun nilai VCE. Dari kurva ini diperlihatkan
bahwa arus IC hanya tergantung dari besar arus IB. Daerah kerja ini biasa juga
disebut daerah linear (linear region).
Saturation >> Transistor "fully-ON", Ic = I(saturation)
Daerah saturasi adalah mulai dari VCE = 0 volt sampai kira-kira 0.7 volt
(transistor silikon). Ini diakibatkan oleh efek p-n junction kolektor-basis yang
membutuhkan tegangan yang cukup agar mampu mengalirkan elektron sama
seperti dioda.
Cut-off >> Transistor menjadi "fully-OFF", Ic = 0
Daerah dimana Vce masih cukup kecil sehingga Arus IC = 0 atau IB = 0.
Transistor dalam kondisi off
Daerah Breakdown
Dari kurva kolektor, terlihat jika tegangan VCE lebih dari 40 V, arus IC
menanjak naik dengan cepat. Transistor pada daerah ini disebut berada pada
daerah breakdown. Seharusnya transistor tidak boleh bekerja pada daerah ini,
karena akan dapat merusak transistor tersebut. Untuk berbagai jenis transistor
nilai tegangan VCE max yang diperbolehkan sebelum breakdown bervariasi.
DATA PENGAMATAN
I. Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari karakteristik input maupun karakteristik output dari Bipolar
Junction Transisitor (BJT)
2. Mengetahui parameter BJT dari grafik karakteristik yang diperoleh.
II. Pendahuluan
II.1.1. Karakteristik DC.
Pada dasarnya ada 2 karakteristik yang penting untuk transistor yaitu
karakteristik output (1C vc VCE) dan karakteristik input (1C vc VCE).
a. Karakteristik Output
Karakteristik output adalah hubungan antara tegangan dan arus
Colector pada konfigurasi Commom Emitter dengan arus basis sebagai
parameter. Secara umum grafik karakteristik output terlihat seperti
gambar di bawah ini.
b. Karakteristik input
Karakteristik input adalah hubungan antara tegangan dan arus basis
pada konfigurasi CE untuk tegangan kolektor yang tertentu. Kurva 1B –
VBE tersebut mempunyai bentuk yang sama dengan karakteristik
forward dari dioda. Secara umum bentuk grafik karakteristik input
terlihat dalam bentuk seperti gambar di bawah ini.
II.1.2. h – Parameter
Transistor dalam konfigurasi CE yang dipandang sebagai two network
dapat digambar seperti gambar di bawah ini.
Terlihat bahwa terminal basis dan emitor sebagai terminal input dan
terminal Colector dan emitor sebagai terminal output.
Persamaan input dan output dari h-prameter adalah seperti di bawah ini..
Vbe hie1 hce Vce
Dimana,
Vbe Vbe
he Vcc 0 Vcc konstan
Ib Ib
Jadi dari grafik karakteristik input dan output dapat ditentukan masing-
masing parameter diatas.
TEORI TAMBAHAN
Transistor Sebagai Saklar
Penggunaan transistor sebagai saklar artinya mengoperasikan transistor
pada salah satu kondisi yaitu saturasi atau cut off. Jika sebuah transistor berada
dalam keadaan saturasi maka transistor berlaku seperti saklar tertutup antara
kolektor dan emiter. Jika transistor cut off transistor berlaku seperti saklar terbuka.
Gambar di bawah menunjukkan salah satu contoh pengunaan sebuah transistor
sebagai saklar beserta garis beban dc. Pengaturan on-off transistor dengan
mengatur level tegangan pada basis transistor tersebut. Jika arus basis lebih
besar atau sama dengan arus basis saat saturasi, titik kerja transistor berada
pada ujung atas garis beban dc, dalam kondisi ini transistor berlaku sebagai saklar
tertutup. Sebaliknya jika arus basis nol, titik kerja transistor berada pada titik ( P )
dalam kondisi ini transistor berlaku sebagai saklar terbuka.
C. Pengukuran VBE
1. Buat rangkaian seperti gambar di bawah ini :
2. Atur voltmeter ke fungsi arus pada posisi 150 mA dc (1C) dan atur
miliamperemeter (1B) ke posisi 100 mA dc.
3. Hubungkan rangkaian dengan sumber daya 6 V dc, 1 A.
4. Operasikan beberapa kali (0n-off) sambil memperhatikan lampu DSI.
5. Lakukan pengukuran 1B, 1C, VBE dan VCE pada saat transistor dalam
keadaan nyala maupun mati dan catat pada tabel 4.
6. Kembalikan tegangan sumber daya ke nol.
7. Ulangi percobaan untuk transistor 2N1302.
DATA PENGAMATAN
C. Pengukuran VBE
Vs 1B (βA) VBE (volt)
I. Tujuan Percobaan :
- Mempelajari rangkaian dasar penguat transistor, yaitu rangkaian kolektor
bersama (common colector), emitor bersama (common emitter) dan basis
bersama (common base).
- Mempelajari karakteristik penguatan tegangan dan penguatan arus dari
rangkaian-rangkaian dasar penguat.
II. Teori :
Ada tiga rangkaian dasar penguat transistor, yaitu penguat emitor bersama
(common emitter), basis bersama (common base) dan kolektor bersama
(common collector). Pada masing-masing rangkaian penguat tersebut salah
satu dari ketiga kaki transistor merupakan acuan terhadap tanah (ground) dari
rangkaian dan merupakan elemen yang digunakan secara bersama-sama oleh
masukan dan keluaran. Secara umum, karakteristik dasar dari ketiga jenis
penguat tersebut adalah sebagai berikut :
basis dan emitor, sementara itu sinyal keluaran disalurkan melalui kolektor
dan emitor. Suatu rangkaian emitor bersama yang sederhana dapat dilihat
pada gambar 1 dibawah ini.
Pada rangkaian di atas besar arus basis 1b ditentukan oleh Rb, Vcc,
tegangan jatuh VBE dan RE.
Karena arus basis 1b mengalir melalui Rb dan arus emitor 1c mengalir
melalui Rc, maka arus 1b dapat dihitung dengan persamaan :
Vcc = 1b . Rb + Vbc + 1c . Rc
Kemudian dengan menganggap 1b relative lebih kecil dibandingkan 1c,
maka persamaan di atas diturunkan sebagai berikut :
Vcc = 1b . Rb + Vbc + β 1b . Rc
= 1b (Rb + β Rc) + Vbc
1b = (Vcc - Vbc) / (Rb + β Rc)
Sedangkan arus kolektornya dihitung sesuai dengan :
1c = β 1b
Besar Vbc pada transistor silikon berkisar sekitar 0.6 – 0.7 volt, sedangkan
pada transistor Germanium 0.2 volt.
Berdasarkan rangkaian di atas, arus emitor tidak pernah lebih kecil dari
arus kolektor. Sehingga penguatan untuk basis bersama adalah :
Gain < 1
Hal ini berarti sinyal keluarannya mempunyai amplitude yang tidak pernah
melebihi amplituda masukannya.
Meskipun penguatan arusnya kecil, namun penguatan tegangannya besar,
sehingga secara keseluruhan, penguatan dayanya cukup tinggi.
emitor + basis -
emitor - basis +
emitor + kolektor -
emitor - kolektor +
basis + kolektor -
basis - kolektor +
Sebagai contoh, suatu pengukuran dari sebuah transistor NPN seri 2N3904
adalah sebagai berikut :
BAGIAN POSITIF
E B C
E X - -
BAGIAN NEGATIF B 5500 V 5400
C - - X
DATA PENGAMATAN
I. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari rangkaian single stage transistor Amplifier
2. Melakukan pengukuran penguatan tegangan
II. Pendahuluan
Dalam percobaan ini dilakukan pengukuran terhadap rangkaian transistor
amplifier yang menggunakan common emitter. Di sini akan dibahas metode
analisa untuk rangkaian tersebut.
dle
Dimana, gm terkonduktansi
dVbe
II.1.A. Analisa DC
Analisa DC untuk menentukan titik kerja dapat dilakukan menganggap
semua kapasitor open. Hubungan antara arus Emitor, kolektor dan basis
sebagai berikut.
IE = IC + IB dan IC = IB
Kemudian dengan menerapkan hukum pembagian tegangan dan hukum
Ohm dapat diperoleh titik kerja rangkaian.
DATA PENGAMATAN