A. MASALAH UTAMA
a. Situasional
Terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu (korban pemerkosaan dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba)
(Iskandar, 2014:39)
b. Kronik
Perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat
ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien
gangguan jiwa.
(Iskandar, 2014:39).
4. Rentang respon
(Iskandar, 2014:38)
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima
2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif
maupun yang negatif dari dirinya (Eko P, 2014:102)
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia
tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa
percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang
lain (Eko P, 2014:102) .
5. Proses terjadinya masalah
a. Faktor predisposisi
Dikutip dari Eko Prabowo (2014:104), faktor predisposisi
terjadinya harga diri rendah kronis menurut Herman (2011) adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
1) Penolakan
2) Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter,tidak
konsisten,terlalu dituruti,terlalu dituntut
3) Persaingan antar saudara
4) Kesalahan dan kegagalan berulang
5) Tidak mampu mencapai standar.
7. Akibat
Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita
seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam
mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang
rendah. Selajutnya hal ini menyebutkan penampilan seseorang yang
tidak optimal. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya. Ketika
seseorang mengalami harga diri rendah, maka akan berdampak pada
orang tersebut mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan
cenderung menyendiri dan menarik diri (Eko Prabowo, 2014:106).
8. Mekanisme koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang
pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan
ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri
yang menyakitkan. Pertahanan tersebut mencakup berikut ini :
a. Jangka pendek :
1) Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis
identitas diri ( misalnya, konser musik, bekerja keras,
menonton tv secara obsesif)
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara (
misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik,
kelompok, gerakan, atau geng)
3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan
perasaan diri yang tidak menentu ( misalnya, olahraga yang
kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas)
b. Jangka panjang :
1) Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang
diinginkan oleh orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan,
aspirasi atau potensi diri individu
2) Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan
nilai dan harapan yang diterima masyarakat. Mekanisme
pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,isolasi,
proyeksi, pengalihan ( displacement, berbalik marah terhadap
diri sendiri, dan amuk. (Stuart, 2006)
9. Penatalaksanaan
Terapi pada ganguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya.
Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang
hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2
golongan generasi pertama (typical) dan generasi kedua (atypical).
Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL Adalah obat penennang
untuk klien dengan gangguan Jiwa, dan Haloperidol obat untuk
mengatasi berbagai masalah kejiwaan, seperti meredakan gejala
skizofrenia, sindrom Tourette, Obat yang termasuk generasi kedua
misalnya: Risperidone obat yang digunakan untuk menangani
skizofrenia dan gangguan psikosis lain,serta perilaku agresif dan
disruptif yang membahayakan pasien maupun orang lain.
Antipsikotik ini bekerja dengan menstabilkan senyawa alami otak
yang mengendalikan pola pikir, perasaan, dan perilaku, Olozapine
adalah jenis obat antipsikotik yang digunakan untuk gejala
psikosis, psikosis adalah kumpulan gejala gangguan jiwa dimana
seseorang merasa terpisah dari kenyataan yang sebenarnya di
tandai dengan timbulnya delusi dan halusinasi, Clozapine diberikan
kepada penderita skizofrenia dan parkinson, Quentiapine adalah
obat yang digunakan untuk mengobati konsidi jiwa/suasana hati
tertentu (seperti skizofrenia, gangguan bipolar, episode mania tiba-
tiba atau depresi terkait dengan ganggua bipolar).Quetiapne dikenal
sebagai obat anti-psikotik (tipe atipikal) .Glanzapine adalah obat
yang digunakan untuk mengobati kondisi jiwa untuk suasana hati
tertentu (seperti skizofrenia, gangguan bipolar). Obat ini juga dapat
digunakan untuk kombinasi ddengan obat lain untuk pengobatan
depresi, obat ini termasuk dalam kelas obat antipsikotik atipikal,
Zolatine untuk gangguan cemas sedangatau berat dan gangguan
cemas yang berhubungan erat dengan depresi, dan Aripiprazole
untuk mengobati gejala kondisi psikotik seperti Skizofrenia dan
gangguan bipolar (Eko, 2014:107)
b. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri
ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama.(Eko, 2014:107)
c. Terapi kejang listrik
(Electro Convulsive Therapy) ECT adalah pengobatan untuk
menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan
aliran listrik melalui electrode yang dipasang satu atau dua temples.
Therapy kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak
mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
kejang listrik 4-5 joule/detik. Tujuan ECT adalah untuk
menginduksi suatu kejang kronik yang dapat memberi efek terapi
(therapeutik clonic seizure) setidaknya selama 15 detik.Kejang
yang dimaksud adalah suatu kejang dimana seseorang kehilangan
kesadarannya dan mengalami rejatan. (Eko, 2014:108).
d. Terapi modalitas
Terapi modalitas atau perilaku merupakan rencana pengobatan
untuk skizofrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan
pasien. Teknik menggunakan latihan keterampilan social untuk
meningkatkan kemampuan social. Kemampuan memenuhi diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi
kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan
masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.(Eko, 2014:108)
Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, therapy aktivitas
kelompok simulasi, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan
terapi aktivittas kelompok sosialisasi ( keliat dan Akemat, 2005 ).
Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok diatas yang paling
relevan dilakukan pada individu dengan ganguan konsep diri harga
diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi
yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok,
hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternative penyelesaian masalah.(Eko, 2014:108)
TUJUAN INTERVENSI
Tujuan umum : Bina hubungan saling percaya dengan
Pasien memiliki konsep diri mengungkapkan prinsip komumikasi
yang positif terapeutik:
1. Sapa pasien dengan ramah baik
Tujuan khusus : verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
TUK 1 : 3. Tanyakan nama lengkap pasien dan
Pasian dapat membina hubungan nama panggilan yang disukai pasien
saling percaya dengan perawat 4. Jelaskan tujuan pertemuan
kriteria hasil: 5. Jujur dan menepati janji
Setelah…..x interaksi, pasien 6. Tunjukkan sikap empati dan
menunjukkan ekspresi wajah menerima pasien apa adanya
bersahabat ,menunjukkan rasa 7. Beri perhatian kepada pasien dan
senang, ada kontak mata,mau perhatikan kebutuhan dasar pasien
berjabat tangan,mau menyebut
nama, mau menjawab salam,
pasien mau duduk,
berdampingan dengan perawat,
mau mengutarakan masa- lah
yang dihadapi
TUK 7 :
Pasien dapat memanfaatkan obat
dengan baik. 1. Diskusikan dengan pasien dan
keluarga tentang dosis ,frekuensi
Kriteria hasil: dan manfaat obat
Setelah….. pertemuan 2. Anjurkan pasien meminta sendiri
1. Pasien dan keluarga dapat obat pada perawat, dan merasakan
menyebutkan manfaat,dosis manfaatnya
dan efek samping obat 3. Anjurkan pasien dengan bertanya
2. Pasien dapat kepada dokter tentang efek dan
mendemonstrasikan efek samping obat yang dirasakan
penggunaan obat 4. Diskusikan akibat berhentinya
3. Pasien termotivasi untuk tanpa konsultasi
berbicara dengan perawat 5. Bantu pasien menggunakan obat
apabila dirasakan ada efek dengan prinsip 5 benar
samping obat
4. Pasien memahami akibat
berhentinya obat
5. Pasien dapat menyebutkan
prinip 5 benar penggunaan
obat
SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih
dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan
kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah
dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
telah dilatih dalam rencana harian
Orientasi :
Kerja :
” T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya!
Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan
merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali
ada lima kemampuan dan kegiatan yang T miliki “.
” T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di
rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya
ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa
dikerjakan di rumah sakit ini.
”Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.”
O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang
kita latihan merapihkan tempat tidur T”. Mari kita lihat tempat tidur T. Coba lihat,
sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah,
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang
sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil
bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah
letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
” T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau T lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak)
melakukan.
Terminasi :
kemampuan pasien.
Orientasi :
”Bagaimana T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pag? Bagus
(kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan
kedua. Masih ingat apa kegiatan itu T?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini”
Kerja :
“ T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air
untuk membilas., T bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan
lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.
“Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya
Terminasi :
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga kali setelah
makan.”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur
dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”
Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih.
Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri pasien.
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan :
Orientasi :
“Assalammu’alaikum !”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T? Berapa lama
waktu Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”
Kerja :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah T”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, T itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering
menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada T, sering menyalahkan dirinya dan
mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak
Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-
pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan T ini terus menerus seperti
itu, T bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya T jadi malu bertemu
dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu
memberikan perawatan yang baik untuk T”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang
sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan T)
” T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta
telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan T
untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. Tolong bantu menyiapkan alat-
alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat.
Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang kegiatannya”.
”Selain itu, bila T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu
memantau perkembangan T. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak
tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa T ke puskesmas”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada T”
”Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang
mengatakan: Bagus sekali T, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”
Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi T dan bagaimana cara
merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu
kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi
pujian langsung kepada T”
Orientasi:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak BapakIbu seperti yang kita pelajari dua
hari yang lalu?”
”Waktunya 20 menit”.
Kerja:
”Hari ini saya datang bersama orang tua T. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, orang tua T juga ingin merawat T agar T cepat pulih.”
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak Bapak/Ibu”
Terminasi:
« «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada T »
« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti
sekarang Pak/Bu »
« Assalamu’alaikum »
Orientasi:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
”Karena hari ini T sudah boleh pulang, maka kita akan membicarakan jadwal Tselama di
rumah”
Kerja:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan T selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah semua
dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama T dirawat
dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum
obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh T
selama di rumah. Misalnya kalau T terus menerus menyalahkan diri sendiri dan
berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat K di
puskemas Indara Puri, Puskesmas terdekat dari rumah Bapak/Ibu, ini nomor telepon
puskesmasnya: (0651) 554xxx
Terminasi:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian S untuk dibawa
pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke
PKM sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan
administrasinya!”
LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN
HARGA DIRI RENDAH
Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu : Ruty Wiyati, S.Kep,Ns,M.Kep
Disusun oleh:
Tingkat 2C
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
PRODI D-III KEPERAWATAN PURWOKERTO
2019