Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

A. MASALAH UTAMA

Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Eko, 2014 :
102).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri.
(Yosep,2009).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
sendiri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau
tidak langsung diekspresikan. ( Towsend,2008)
2. Penyebab
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Dalam tinjuan life span history klien. Penyebab terjadinya
harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi
pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja
keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan atau
pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya (Iskandar,2014 :
39).
Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang
mengakibatkan harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan
faktor presipitasi sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial.
(Iskandar,2014 : 39)
b. Faktor presipitasi
Menurut Yosep, (2009) faktor presipitasi terjadinya harga diri
rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan
penampilan/bentuk tubuh,kegagalan atau produktivitas yang menurun.
Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat
terjadi secara emosional atau kronik. Secara situasional karena trauma
yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan,
perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat dirumah sakit bisa
menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau
pemasangan alat bantu yang membuat klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat
saat dirawat.

(Iskandar, 2014 : 39-40).


3. Jenis

Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :

a. Situasional
Terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu (korban pemerkosaan dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba)
(Iskandar, 2014:39)
b. Kronik
Perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat
ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien
gangguan jiwa.
(Iskandar, 2014:39).

4. Rentang respon

(Iskandar, 2014:38)
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima
2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif
maupun yang negatif dari dirinya (Eko P, 2014:102)
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia
tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa
percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang
lain (Eko P, 2014:102) .
5. Proses terjadinya masalah
a. Faktor predisposisi
Dikutip dari Eko Prabowo (2014:104), faktor predisposisi
terjadinya harga diri rendah kronis menurut Herman (2011) adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

Faktor predisposisi citra tubuh adalah :

1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh


2) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit
3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
4) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.
Faktor predisposisi harga diri rendah adalah :

1) Penolakan
2) Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter,tidak
konsisten,terlalu dituruti,terlalu dituntut
3) Persaingan antar saudara
4) Kesalahan dan kegagalan berulang
5) Tidak mampu mencapai standar.

Faktor predisposisi gangguan peran adalah :

1) Stereotipik peran seks


2) Tuntutan peran kerja
3) Harapan peran kultural.

Faktor predisposisi gangguan identitas adalah

1) Ketidakpercayaan orang tua


2) Tekanan dari peer gruup
3) Perubahan struktur sosial
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Harga diri
kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
1) Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana situasi
yang membuat individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma
emosi seperti penganiayaan seksual dan phisikologis pada masa
anak-anak atau merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupannya.
2) Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak
mampu melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau
tidak merasa sesuai dalam melakukan perannya. Ketegangan peran
ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan peran dan
terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu menghadapi
dua harapan peran yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi.
Keraguan peran terjadi bila individu tidak mengetahui harapan peran
yang spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai :
a) Trauma peran perkembangan
b) Perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan
c) Transisi peran situasi
d) Perubahan jumlah anggota keluarga baik bertambah atau
berkurang
e) Transisi peran sehat-sakit
f) Pergeseran konsidi pasien yang menyebabkan kehilangan bagian
tubuh, perubahan bentuk, penampilana dan fungsi tubuh,
prosedur medis dan keperawatan
3) Perilaku
a) Citra tubuh, yaitu menolak menyentuh atau melihat bagian
tubuh tertentu, menolak bercermin, tidak mau mendiskusikan
keterbatasan atau cacat tubuh, menolak usaha rehabilitasi, usaha
pengobatan ,mandiri yang tidak tepat dan menyangkal cacat
tubuh.
b) Harga diri rendah diantaranya mengkritrik diri atau orang lain,
produkstivitas menurun, gangguan berhubungan ketengangan
peran, pesimis menghadapi hidup, keluhan fisik, penolakan
kemampuan diri, pandangan hidup bertentangan, distruktif
kepada diri, menarik diri secara sosial, khawatir, merasa diri
paling penting, distruksi pada orang lain, merasa tidak mampu,
merasa bersalah, mudah tersinggung/marah, perasaan negatif
terhadap tubuh.
c) Keracunan identitas diantaranya tidak ada kode moral,
kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal yang
ekploitatif, perasaan hampa, perasaan mengambang tentang diri,
kehancuran gender, tingkat ansietas tinggi, tidak mampu empati
pada orang lain, masalah estimasi
d) Depersonalisasi meliputi afektif, kehidupan identitas, perasaan
terpisah dari diri, perasaan tidak realistis, rasa terisolasi yang
kuat, kurang rasa berkesinambungan, tidak mampu mencari
kesenangan. Perseptual halusinasi dengar dan lihat, bingung
tentang seksualitas diri,sulit membedakan diri dari orang lain,
gangguan citra tubuh, dunia seperti dalam mimpi, kognitif
bingung, disorientasi waktu, gangguan berfikir, gangguan daya
ingat, gangguan penilaian, kepribadian ganda (Eko, 2014:104-
105).
6. Tanda dan Gejala

Menurut Carpenito dalam keliat (2011), perilaku yang


berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :

a. Data Subjectif : Mengkritik diri sendiri atau orang lain perasaan


tidak mampu, pandangan hidup yang pemsimis, perasaan lemah
dan takut, penolakan terhadap kemampuan diri sendiri,
pengurangan diri/ mengejek diri sendiri, hidup yang berpolarisasi,
ketidak mapuan menentukan tujuan mengungkapkan kegagalan
pribadi, merasionalkan penolakan.
b. Data Objektif : Produktivitas menurun, perilaku destruktiv pada
diri sendiri dan orang lain penyalahgunaan zat, menarik diri dari
hubungan social, ekspresi wajah malu dan rasa bermasalah,
menunjukkan tanda depresi (sukarr tidur sukar makan), tampak
mudah tersinggung/mudah marah.
(Eko, 2014 :106)

Ciri khas dari harga diri rendah menurut Damainyanti (2008) :


a. Mengkritiik diri sendiri
b. Persaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang peseimis
d. Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri. Selaian data diatas, dapat
juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri
rendah, terlihat darikurang memperhatikan perawatan diri,
berpakaian tidak rapi, selera makan kurang, tidak berani
menatap lawan bicara, lebbih banyak menunduk, bicara lambat
dengan suara nada lemah.
(Iskandar, 2014: 40)

7. Akibat
Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita
seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam
mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang
rendah. Selajutnya hal ini menyebutkan penampilan seseorang yang
tidak optimal. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya. Ketika
seseorang mengalami harga diri rendah, maka akan berdampak pada
orang tersebut mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan
cenderung menyendiri dan menarik diri (Eko Prabowo, 2014:106).
8. Mekanisme koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang
pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan
ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri
yang menyakitkan. Pertahanan tersebut mencakup berikut ini :
a. Jangka pendek :
1) Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis
identitas diri ( misalnya, konser musik, bekerja keras,
menonton tv secara obsesif)
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara (
misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik,
kelompok, gerakan, atau geng)
3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan
perasaan diri yang tidak menentu ( misalnya, olahraga yang
kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas)
b. Jangka panjang :
1) Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang
diinginkan oleh orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan,
aspirasi atau potensi diri individu
2) Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan
nilai dan harapan yang diterima masyarakat. Mekanisme
pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,isolasi,
proyeksi, pengalihan ( displacement, berbalik marah terhadap
diri sendiri, dan amuk. (Stuart, 2006)
9. Penatalaksanaan
Terapi pada ganguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya.
Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang
hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2
golongan generasi pertama (typical) dan generasi kedua (atypical).
Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL Adalah obat penennang
untuk klien dengan gangguan Jiwa, dan Haloperidol obat untuk
mengatasi berbagai masalah kejiwaan, seperti meredakan gejala
skizofrenia, sindrom Tourette, Obat yang termasuk generasi kedua
misalnya: Risperidone obat yang digunakan untuk menangani
skizofrenia dan gangguan psikosis lain,serta perilaku agresif dan
disruptif yang membahayakan pasien maupun orang lain.
Antipsikotik ini bekerja dengan menstabilkan senyawa alami otak
yang mengendalikan pola pikir, perasaan, dan perilaku, Olozapine
adalah jenis obat antipsikotik yang digunakan untuk gejala
psikosis, psikosis adalah kumpulan gejala gangguan jiwa dimana
seseorang merasa terpisah dari kenyataan yang sebenarnya di
tandai dengan timbulnya delusi dan halusinasi, Clozapine diberikan
kepada penderita skizofrenia dan parkinson, Quentiapine adalah
obat yang digunakan untuk mengobati konsidi jiwa/suasana hati
tertentu (seperti skizofrenia, gangguan bipolar, episode mania tiba-
tiba atau depresi terkait dengan ganggua bipolar).Quetiapne dikenal
sebagai obat anti-psikotik (tipe atipikal) .Glanzapine adalah obat
yang digunakan untuk mengobati kondisi jiwa untuk suasana hati
tertentu (seperti skizofrenia, gangguan bipolar). Obat ini juga dapat
digunakan untuk kombinasi ddengan obat lain untuk pengobatan
depresi, obat ini termasuk dalam kelas obat antipsikotik atipikal,
Zolatine untuk gangguan cemas sedangatau berat dan gangguan
cemas yang berhubungan erat dengan depresi, dan Aripiprazole
untuk mengobati gejala kondisi psikotik seperti Skizofrenia dan
gangguan bipolar (Eko, 2014:107)
b. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri
ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama.(Eko, 2014:107)
c. Terapi kejang listrik
(Electro Convulsive Therapy) ECT adalah pengobatan untuk
menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan
aliran listrik melalui electrode yang dipasang satu atau dua temples.
Therapy kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak
mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
kejang listrik 4-5 joule/detik. Tujuan ECT adalah untuk
menginduksi suatu kejang kronik yang dapat memberi efek terapi
(therapeutik clonic seizure) setidaknya selama 15 detik.Kejang
yang dimaksud adalah suatu kejang dimana seseorang kehilangan
kesadarannya dan mengalami rejatan. (Eko, 2014:108).
d. Terapi modalitas
Terapi modalitas atau perilaku merupakan rencana pengobatan
untuk skizofrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan
pasien. Teknik menggunakan latihan keterampilan social untuk
meningkatkan kemampuan social. Kemampuan memenuhi diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi
kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan
masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.(Eko, 2014:108)
Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, therapy aktivitas
kelompok simulasi, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan
terapi aktivittas kelompok sosialisasi ( keliat dan Akemat, 2005 ).
Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok diatas yang paling
relevan dilakukan pada individu dengan ganguan konsep diri harga
diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi
yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok,
hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternative penyelesaian masalah.(Eko, 2014:108)

10. Pohon Masalah


(Iskandar, 2014:45)

11. Diagnosa Keperawatan


a. Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
b. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan dengan
koping individu inefektif

TUJUAN INTERVENSI
Tujuan umum : Bina hubungan saling percaya dengan
Pasien memiliki konsep diri mengungkapkan prinsip komumikasi
yang positif terapeutik:
1. Sapa pasien dengan ramah baik
Tujuan khusus : verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
TUK 1 : 3. Tanyakan nama lengkap pasien dan
Pasian dapat membina hubungan nama panggilan yang disukai pasien
saling percaya dengan perawat 4. Jelaskan tujuan pertemuan
kriteria hasil: 5. Jujur dan menepati janji
Setelah…..x interaksi, pasien 6. Tunjukkan sikap empati dan
menunjukkan ekspresi wajah menerima pasien apa adanya
bersahabat ,menunjukkan rasa 7. Beri perhatian kepada pasien dan
senang, ada kontak mata,mau perhatikan kebutuhan dasar pasien
berjabat tangan,mau menyebut
nama, mau menjawab salam,
pasien mau duduk,
berdampingan dengan perawat,
mau mengutarakan masa- lah
yang dihadapi

TUK 2 : 1. Diskusikan kemampuan aspek


Pasien dapat mengidentifikasi positif, keluarga dan lingkungan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
yang dimiliki 2. Bersama pasien membuat daftar
Kriteria hasil: tentang :
Setelah.….x interaksi pasien a. Aspek positif pasien, keluarga,
dapat menyebutkan: dan lingkungan
a. Kemampuan yang dimiliki b. Kemampuan yang dimiliki pasien
pasien 3. Utamakan memberi pujian yang
b. Aspek positif keluarga realistik dan hindarkan penilaian
c. Aspek positif lingkungan negatif

1. Diskusikan dengan pasien


TUK 3 : kemampuan yang masih dapat
Pasien dapat menilai dilaksanakan dan digunakan selama
kemampuan yang dimiiki untuk sakit
digunakan 2. Diskusikan kemampuan yang dapat
dilanjutkan penggunaannya
Kriteria hasil:
Setelah…..x interaksi pasien
dapat menyebutkan kemampuan
yang dapat digunakan

TUK 4 : 1. Rencanakan bersama pasien aktivitas


Pasien dapat (menetapkan) yang dapat dilakukan setiap hari
merencanakan kegiatan sesuai sesuai kemampuan
dengan kemampuan yang a. Kegiatan mandiri
dimiliki. b. Kegiatan dengan bantuan
c. Kegiatan yang membutuhkan
Kriteria hasil: bantuan total
Setelah…..x interaksi, pasien 2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
mampu membuat rencana toleransi kondisi pasien
kegiatan harian 3.Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh pasien lakukan

TUK 5 : 1. Beri kesempatan pada pasien untuk


Pasien dapat melakukan mencoba kegiatan yang telah
kegiatan sesuai dengan direncanakan
rencana yang telah dibuat. 2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan
pasien
Kriteria hasil: 3. Beri pujian atas keberhasilan pasien
Setelah…..x pertemuan,pasien 4. Diskusikan kemungkinan
dapat melakukan kegiatan pelaksanaan kegiatan setelah pasien
jadwal yang telah dibuat pulang

TUK 6 : 1. Beri pendidikan kesehatan pada


Pasien dapat memanfaatkan keluarga tentang cara merawat
system pendukung yang ada. pasien dengan harga diri rendah
2. Bantu keluarga memberikan
Kriteria hasil: dukungan selama pasien dirawat
Setelah…..x pertemuan, pasien 3. Bantu keluaga menyiapkan
dapat melakukan kegiatan lingkungan rumah
jadwal yang telah dibuat

TUK 7 :
Pasien dapat memanfaatkan obat
dengan baik. 1. Diskusikan dengan pasien dan
keluarga tentang dosis ,frekuensi
Kriteria hasil: dan manfaat obat
Setelah….. pertemuan 2. Anjurkan pasien meminta sendiri
1. Pasien dan keluarga dapat obat pada perawat, dan merasakan
menyebutkan manfaat,dosis manfaatnya
dan efek samping obat 3. Anjurkan pasien dengan bertanya
2. Pasien dapat kepada dokter tentang efek dan
mendemonstrasikan efek samping obat yang dirasakan
penggunaan obat 4. Diskusikan akibat berhentinya
3. Pasien termotivasi untuk tanpa konsultasi
berbicara dengan perawat 5. Bantu pasien menggunakan obat
apabila dirasakan ada efek dengan prinsip 5 benar
samping obat
4. Pasien memahami akibat
berhentinya obat
5. Pasien dapat menyebutkan
prinip 5 benar penggunaan
obat
SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih
dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan
kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah
dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
telah dilatih dalam rencana harian

Orientasi :

“Assalamualaikum, bagaimana keadaan T hari ini ? T terlihat segar“.


”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang
pernah T lakukan?Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat
T dilakukna di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk
kita latih”
”Dimana kita duduk ? bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ?
Bagaimana kalau 20 menit ?

Kerja :

” T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya!
Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan
merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali
ada lima kemampuan dan kegiatan yang T miliki “.

” T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di
rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya
ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa
dikerjakan di rumah sakit ini.

”Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.”
O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang
kita latihan merapihkan tempat tidur T”. Mari kita lihat tempat tidur T. Coba lihat,
sudah rapihkah tempat tidurnya?”

“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah,
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang
sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil
bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah
letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”

” T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau T lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak)
melakukan.

Terminasi :

“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan


tempat tidur ? Yach, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah
T praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di
rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. T. Mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu
sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan
apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur?
Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8
pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya”

SP 2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan

kemampuan pasien.

Orientasi :

“Assalammua’laikum, bagaimana perasaan T pagi ini ? Wah, tampak cerah ”

”Bagaimana T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pag? Bagus
(kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan
kedua. Masih ingat apa kegiatan itu T?”

”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini”

”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”

Kerja :

“ T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air
untuk membilas., T bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan
lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.

“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”


“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu
sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian T bersihkan piring
tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring.
Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun
di piring tersebut. Setelah itu T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak
yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai…

“Sekarang coba T yang melakukan…”

“Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya

Terminasi :

”Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring ?”

“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari

T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga kali setelah
makan.”

”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur
dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”

”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”

Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih.
Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri pasien.

2. Tindakan keperawatan pada keluarga

Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.

a. Tujuan :

1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki


pasien
2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
b. Tindakan keperawatan :

1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien


2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
3) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
pasien atas kemampuannya

4) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah


5) Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat
pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan
sebelumnya
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah

SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien


di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga
diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktekkan cara merawat

Orientasi :
“Assalammu’alaikum !”

“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”

“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T? Berapa lama
waktu Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”

Kerja :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah T”

“Ya memang benar sekali Pak/Bu, T itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering
menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada T, sering menyalahkan dirinya dan
mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak
Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-
pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan T ini terus menerus seperti
itu, T bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya T jadi malu bertemu
dengan orang lain dan memilih mengurung diri”

“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”

“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”

“Setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu
memberikan perawatan yang baik untuk T”

”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang
sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan T)

” T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta
telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan T
untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. Tolong bantu menyiapkan alat-
alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat.
Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang kegiatannya”.

”Selain itu, bila T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu
memantau perkembangan T. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak
tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa T ke puskesmas”

”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada T”

”Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang
mengatakan: Bagus sekali T, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”

”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”

Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”

“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi T dan bagaimana cara
merawatnya?”

“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu
kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”

“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi
pujian langsung kepada T”

“Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”


SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan masalah harga diri rendah langsung kepada pasien

Orientasi:

“Assalamu’alaikum Pak/Bu”

” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”

”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak BapakIbu seperti yang kita pelajari dua
hari yang lalu?”

“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada T.”

”Waktunya 20 menit”.

”Sekarang mari kita temui T”

Kerja:

”Assalamu’alaikum T. Bagaimana perasaan T hari ini?”

”Hari ini saya datang bersama orang tua T. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, orang tua T juga ingin merawat T agar T cepat pulih.”

(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)

”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak Bapak/Ibu”

(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang


telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).

”Bagaimana perasaan T setelah berbincang-bincang dengan Orang tua T?”

”Baiklah, sekarang saya dan orang tua T ke ruang perawat dulu”

(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan


keluarga)

Terminasi:

“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”

« «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada T »
« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti
sekarang Pak/Bu »

« Assalamu’alaikum »

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Orientasi:

“Assalamu’alaikum Pak/Bu”

”Karena hari ini T sudah boleh pulang, maka kita akan membicarakan jadwal Tselama di
rumah”

”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor

Kerja:

”Pak/Bu ini jadwal kegiatan T selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah semua
dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama T dirawat
dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum
obatnya”

”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh T
selama di rumah. Misalnya kalau T terus menerus menyalahkan diri sendiri dan
berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat K di
puskemas Indara Puri, Puskesmas terdekat dari rumah Bapak/Ibu, ini nomor telepon
puskesmasnya: (0651) 554xxx

”Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan T selama di


rumah

Terminasi:

”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian S untuk dibawa
pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke
PKM sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan
administrasinya!”
LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN
HARGA DIRI RENDAH
Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu : Ruty Wiyati, S.Kep,Ns,M.Kep

Disusun oleh:

1. Ica Marisa (P1337420217113)


2. Allen Adeline Puspita (P1337420217114)
3. Fachrizal Joddi Prabowo (P1337420217115)
4. Erfin (P1337420217116)
5. Melli Dwi Rahmawati (P1337420217117)
6. Sindy Kartika Putri (P1337420217118)

Tingkat 2C

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
PRODI D-III KEPERAWATAN PURWOKERTO
2019

Anda mungkin juga menyukai