Tugas Vilep
Tugas Vilep
NIM : PO714201171069
KELAS : D.IV KEPERAWATAN
DEFINISI
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan
keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari.
Trauma telinga adalah kompleks, sebagai agen berbahaya yang berbeda dapat mempengaruhi
berbagai bagian telinga. Para agen penyebab trauma telinga termasuk faktor mekanik dan termal,
cedera kimia, dan perubahan tekanan. Tergantung pada jenis trauma, baik eksternal, tengah, dan /
atau telinga bagian dalam bisa terluka.
1. Trauma telinga adalah trauma yang dapat terjadi berbagai cidera traumatika yang nyeri pada
aurikula, meatus akustikus eksterna dan membran timpani.
2. Trauma telinga tengah adalah perforasi membran timpani yang dapat disebabkan oleh perubahan
tekanan mendadak-barotrauma, trauma ledakan-atau karena benda asing dalam liang telinga
(aplikator berujung kapas, ujung pena, klip kertas, dll
3. Trauma telinga adalah tuli yang disertai gambaran atoskopik yang dapat disebabkan oleh
berbagai jenis trauma, meliputi kompresi udara mendadak, udara di meatus akustikus eksternus,
masuknya benda asing ke dalam telinga mserta trauma kapitis yang menyebabkan fraktura os
temporale.
4. Trauma pada sistem pendengaran adalah trauma pada daun telinga yang dapat terjadi pada
waktu bertinju atau akibat kecelakaan.
ETIOLOGI
1. Menurut Soepardi (2000: 30), penyebab utama dari trauma telinga antara lain:
b. Perkelahian
d. Luka tembak
a. Kebiasaan mengorek kuping dengan jari atau suatu alat seperti jepit rambut/klip kertas.
b. Perubahan tekanan mendadak-barotrauma, trauma ledakan- atau karena benda asing dalam
liang telinga (aplikator berujung kapas, ujung pena, klip kertas, dll).
PATOFISIOLOGI
Tuli yang disertai gambaran otoskopik dapat disebabkan oleh berbagai jenis trauma, meliputi
kompresi mendadak udara di meatus akustikus eksternus, masuknya benda asing ke dalam telinga
serta trauma kapitis yang menyebabkan fraktura os temporale. Penyebab yang pertama, kompresi
mendadak udara di liang telinga. Suatu kejadian yang tampaknya ringan, seperti tamparan pada
telinga mungkin cukup menyebabkan ruptura membran timpani. Pasien akan mengalami nyeri
telinga yang hebat dan terdapat perdarahan yang bervariasi pada tepi perforasi. Dapat timbul tuli
konduktif dengan derajat yang tergantung atas ukuran dan lokasi perforasi.
Penyebab yang kedua yaitu masuknya benda-benda asing, seperti kapas lidai atau ranting-ranting
pohon, bila masuk ke dalam meatus akustikus eksternus dapat menimbulkan cidera yang terasa
nyeri, bervariasi dari laserasi kulit liang telinga sampai destruksi total teinga dalam. Pada trauma
hebat, dapat terjadi perforasi membran timpani disertai perdarahan dan disrupsi tulang-tulang
pendengaran, serta pasien akan mengalami episode vertigo hebat berlarut-larut disertai gejala
penyertanya, yang menunjukkan terkenanya telinga dalam. Trauma yang kurang berat yang
menyebabkan tuli konduktif berupa perforasi membran timpani dengan atau tanpa dislokasi tulang-
tulang pendengaran. (Cody, Kern, Pearson, 1991: 90)
KLASIFIKASI
Trauma daun telinga mungkin dapat terjadi pada waktu bertinju atau akibat suatu kecelakaan,
akibatnya timbul hematom di bawah kulit. Apabila hal ini terjadi, maka diperlukan beberapa kali
aspirasi untuk mencegah terjadinya deformitas pada daun telinga (couliflower ear).
Sebagai akibat timbulnya proses organisasi bekuan darah di bawah kulit. Yang sering ditemui adalah
edem laserasi, hilangnya sebagian atau seluruh daun telinga dan perdarahan. Pada pemeriksaan
ditemukan rasa sakit, edema yang hebat pada liang telinga sering menyebabkan gangguan
pendengaran, laserasi, luka robek dan hematom. Hematom terbentuk di antara perikondrium dan
kondrium.
2. Trauma Os Temporal
Pada beberapa jenis trauma dapat menyebabkan depresi mendadak pada fungsi vestibular, dengan
akibat terjadi episode vertigo hebat yang berlarut-larut. Suatu kecelakaan selama tindakan untuk
memperbaiki tuli konduktif atau untuk menghilangkan penyakit ini di celah telinga tengah dapat
menyebabkan kerusakan telinga dalam. Pada trauma tulang temporal terdapat hematom, laserasi
atau luka tembak. Pada permukaan radiologi terlihat garis fraktur. Garis fraktur dapat longitudinal,
transversal atau campuran. Fraktur longitudinal ditemukan pada 8 % kasus akan merusak struktur
telinga tengah sehingga terjadi tuli konduktif akibat dislokasi tulang-tulang pendengaran. Terjadi
perdarahan pada meatus akustikus eksternus. Bila terdapat cairan serebrospinal merupakan tanda
adanya fraktur basil krani, pada kasus ini jarang terjadi kontusio telinga dalam.
Fraktur transversal ditemukan pada 20 % kasus, mengenai os petrosum, telinga dalam sehingga
terjadi sensory-neural hearing loss, vertigo dan ditemukan timpanum.
MANIFESTASI KLINIS
1. Menurut Soepardi (2000: 30), manifestasi klinik trauma telinga antara lain:
a. Edema
b. Laserasi
c. Luka robek
e. Perdarahan
f. Hematom
g. Nyeri kepala
2. Menurut Adams (1997: 95), manifestasi klinik trauma telinga antara lain:
a. Nyeri
c. Gangguan pendengaran
d. Gangguan kesadaran
e. Hematoma subdural/epidural/kontusi
KOMPLIKASI
1. Tuli Konduktif
Terjadi karena adanya perforasi membran timpani dengan atau tanpa dislokasi tulang-tulang
pendengaran.
Terjadi karena trauma yang mengenai nervus fasialis di sepanjang perjalanannya melalui os
temporale sehingga dapat menyebabkan paralisis wajah unilateral.
3. Vertigo Hebat
Disebabkan oleh berbagai jenis trauma yang dapat menyebabkan depresi mendadak pada fungsi
vestibular, sehingga terjadilah vertigo yang mendadak, hebat dan berlarut-larut.
4. Kehilangan Kesadaran
Terjadi karena kehilangan fungsi vestibular unilateral mendadak dan biasanya cideranya cukup hebat
sehingga pasien akan mengalami periode kehilangan kesadaran.
5. Nistagmus
Nistagmus merupakan sesuatu yang khas bagi kehilangan fungsi vestibular unilateral
mendadak.(Cody, Kern, Pearson. 1991: 23)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Mekanisme :
-Bersihkan serumen
Interpretasi :
- Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah dibelakang gendang.
-Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
Uji weber:
-Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.
PENATALAKSANAAN
· Pemeriksaan otoskopi secara steril dan dengan penerangan yang baik, bila mungkin dengan
bantuan mikroskop bedah atau loup untuk mengetahui lokasi lesi.
· Pemeriksaan radiology bila ada tanda fraktur tulang temporal. Bila mungkin langsung dengan
pemeriksaan CT scan.
PENCEGAHAN
Higienisitas yang baik seperti mencuci tangan secara teratur, dapat mencegah terjadinya infeksi
aurikula, pasien dilarang menyentuh telinganya dan kuku harus dipotong pendek. (Helmi Sosialisman
dkk,2004)
ANALISA DATA
DO/DS ETIOLOGI PROBLEM
Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi (auditori) berhubungan dengan perubahan sensori persepsi ditandai
dengan klien mengeluh telinga kanan terasa penuh adanya serumen, pendengaran yang terganggu,
telinga terasa berdengung. Telinga kanan tampak ruptur membran timpani dengan tepi yang tidak
rata dengan sedikit bercak darah disekitarnya. Uji Penala: Rine negatif pada telinga kanan dan Rine
positif di telinga kiri
Intervensi
KriteriaHasil :
mampu menentukan letak suara dan sisi paling keras dari garputala
Intervensi :
R/. Mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi
selanjutnya.
Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau, jika diperlukan seperti musik lembut.
Implementasi
Evaluasi
Tanggal Evaluasi
P : Intervensi dihentikan