ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia pada periode 15 Juli – 26 Juli 2013. Kegiatan PKPA bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman mahasiswa dan mengaplikasikan ilmu yang telah
diperoleh selama perkuliahan.
Laporan PKPA ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh
ujian akhir Apoteker pada Fakultas Farmasi UI. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini, yaitu kepada:
1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia.
2. Dr. Drs Hayun, M.Si, Apt. selaku ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia.
3. Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D. selaku Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengenal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada
umumnya, serta Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
pada khususnya.
4. Dra. Engko Sosialine, Apt., M.Biomed. selaku Direktur Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis
untuk mengenal direktorat ini.
5. Anwar Wahyudi, SE.,S.Farm., Apt., MKM. Selaku Kasubag Tata Usaha dan
pembimbing dalam penulisan tugas umum yang selalu memberi saran dan
mendukung penulis.
6. Dra. Nur Ratih Purnama, Apt., M.Si. selaku pembimbing dan Kasubdit
Produksi Kosmetika dan Makanan beserta staf yang telah banyak membantu
dan membimbing penulis.
v Universitas Indonesia
Penulis
2014
vi Universitas Indonesia
Health development is an effort undertaken by all components of the nation that aims
to raise awareness, willingness and ability of healthy life for every person to manifest
the degree of public health as high Efforts to improve health care can through
professional pharmacy services. Therefore, required a government agency in charge
of formulating and implementing policies and standardization in the field of
pharmacy services and medical devices,the Directorate General of Pharmaceutical
and Medical Devices (DG Binfar and Medical Devices). The governmental agencies
pharmacist role in pharmaceutical preparations and medical devices, and aims to
introduce government programs to increase the role of the pharmacist in the
community. The Pharmacists Profession Program University of Indonesia in
cooperation with the Ministry of Health organized Practice Pharmacist (PKPA)
conducted on 15th July - July 26th 2013 At The Directorate of Production and
Distribution of Pharmaceutical Directorate General of Pharmaceutical and Medical
Devices Ministry of Health, Republic of Indonesia to know and understand the role
of pharmacists regarding policies, regulations and standards related to the field of
pharmacy. Special assignment given to the Practice Pharmacist is recapitulation of
the means of production and distribution of pharmaceuticals in Indonesia, which has
made the renewal of a permit in accordance with applicable regulations the period
from January to July 2013.
ix Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
1.2. Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan bertujuan agar calon apoteker :
1. Mengetahui dan memahami tugas Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, khususnya di Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
2. Memahami peran dan fungsi profesi apoteker dalam melaksanakan pekerjaan
kefarmasian di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI, khususnya di Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
BAB 2
TINJAUAN UMUM
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
5
2.1.4. Strategi
Kementerian Kesehatan telah membuat beberapa strategi dalam rangka
pembangunan kesehatan yang dapat mewujudkan Visi dan Misi yang telah
ditetapkannya. Adapun strategi yang dijalankan adalah :
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani
dalam pembangunan kesehatan melalui kerja sama nasional dan global.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif
dan preventif.
c. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk
mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional.
d. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang
merata dan bermutu.
e. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat
kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
f. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan
berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan
yang bertanggungjawab.
2.1.5. Nilai-Nilai
Guna mewujudkan Visi dan mengembangkan Misi yang ada, Kementerian
Kesehatan menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai, yaitu :
1. Pro Rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan
selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan haruslah menghasilkan yang
terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa
membedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi.
2. Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
6
2.1.6. Tugas
Kementerian Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
di bidang kesehatan dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.
2.1.7. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Kesehatan
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis
di bidang kesehatan;
2. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya;
3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawabnya;
4. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
7
2.1.8. Tujuan
Terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil-guna dan
berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Pembangunan kesehatan yang berhasil-guna dan berdaya-guna dapat
dicapai melalui pembinaan, pengembangan, dan pelaksanaan, serta pemantapan
fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang didukung oleh sistem informasi
kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, serta hukum kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
8
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
9
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
10
2.1.11. Kewenangan
Kementerian Kesehatan RI mempunyai kewenangan dalam
menyelenggarakan fungsinya. Kewenangan tersebut yaitu :
1. Penetapan kebijakan nasional di bidang kesehatan untuk mendukung
pembangunan secara makro;
2. Penetapan pedoman untuk menetukan standar pelayanan minimal yang wajib
dilaksanakan oleh kabupaten/Kota di bidang Kesehatan;
3. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang kesehatan;
4. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga
profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidang kesehatan;
5. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang
meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi di
bidang kesehatan;
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
11
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
12
a. Sekretariat Jenderal.
b. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
c. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
d. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
e. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
f. Inspektorat Jenderal.
g. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
h. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
i. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi.
j. Staf Ahli Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat.
k. Staf Ahli Bidang Perlindungan Faktor Risiko Kesehatan.
l. Staf Ahli Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi.
m. Staf Ahli Bidang Mediko Legal.
n. Pusat Data dan Informasi.
o. Pusat Kerja Sama Luar Negeri.
p. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan.
q. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan.
r. Pusat Komunikasi Publik.
s. Pusat Promosi Kesehatan.
t. Pusat Inteligensia Kesehatan.
u. Pusat Kesehatan Haji.
Bagan struktur organisasi Kementerian Kesehatan dapat dilihat pada
lampiran 1.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
13
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
14
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
15
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
16
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
17
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
18
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN
3.2. Tujuan
Tujuan Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian tahun 2011-2014 adalah sebagai arah dalam penyelenggaraan
program produksi dan distribusi kefarmasian serta pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian (Kementerian
Kesehatan RI, 2011).
19 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
21
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
22
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
23
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
24
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
25
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
26
Seleksi Analisis Obat dan Bahan Baku Obat mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan,
evaluasi, dan penyusunan laporan di bidang kemandirian obat dan bahan baku
obat.
b. Seksi Kerjasama
Seksi Kerjasama mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi,
pelaksanaan kerjasama lintas program dan lintas sektor, pengendalian serta
evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerjasama di bidang
kemandirian obat dan bahan baku obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
27
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
28
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
29
No Pendidikan Jumlah
1 SD 0
2 SLTP 1
3 SLTA 3
4 D3 2
5 S1 4
6 Apoteker 16
7 Dokter 0
8 S2 8
Jumlah 34
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
30
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
BAB 4
PELAKSANAAN DAN PENGAMATAN
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia
Hari dan Jam
No Uraian Kegiatan
Tanggal
1 Senin, 09.00 - 11.00 1. Penerimaan mahasiswa PKPA
15 Juli 2013 WIB Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia di Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan oleh
Bapak Kamit Waluyo, SH., MM
2. Penjelasan umum mengenai struktur
organisasi dan tata kerja Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia dan
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan oleh Bapak Kamit
Waluyo, SH., MM
3. Pembagian mahasiswa PKPA menjadi
tiga kelompok dan ditempatkan di tiga
direktorat yang berada di bawah
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
31 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
34
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
BAB 5
PEMBAHASAN
35 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
37
Tabel 5.1. Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Pedagang Besar
Farmasi dan Pedagang Besar Farmasi Bahan Obat yang Diterbitkan
oleh 2012 Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat
Tradisional
No. Kategori Jumlah izin yang dikeluarkan
1. Izin IF 89
2. Izin PBF 220
3. Izin PBF-BO 28
4. IOT 10
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
38
Gambar 5.1. Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Pedagang Besar
Farmasi dan Pedagang Besar Farmasi Bahan Obat yang diterbitkan
oleh 2012 Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat
tradisional
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
39
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
40
Tabel 5.2 Izin Industri Kosmetika yang Diterbitkan oleh 2011 Subdirektorat
Produksi dan Distribusi Kosmetika dan Makanan
No. Kategori Izin yang dikeluarkan
1. Izin Industri Kosmetika 148
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
41
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
42
Tabel 5.3 Izin Impor/Ekspor narkotika, psikotropika dan prekusor farmasi tahun
2012 yang diterbitkan Subdirektorat Produksi dan Distribusi
Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus.
Jumlah
No. SPI SPE IP EP IT
1. Narkotika 53 0 1 1 0
2. Psikotropika 148 284 16s 4 4
3. Prekusor 212 61 31 10 3
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
43
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
44
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah
dilaksanakan di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian,
Kementerian Kesehatan didapatkan kesimpulan bahwa:
1. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian memiliki tugas
membuat regulasi, membina, dan mengawasi produsen dan distributor di
bidang farmasi, kosmetika, dan makanan. Hal tersebut bertujuan untuk
memastikan bahwa produk yang berada di pasaran memenuhi persyaratan
serta terjamin mutu dan keamanannya.
2. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian merupakan tempat
bagi seorang apoteker untuk dapat menjalankan profesi apoteker yang
berkaitan dengan membaktikan hidup guna kepentingan perikemanusiaan
terutama dalam bidang kesehatan. Apoteker di lingkup pemerintahan,
khususnya Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian dapat
memberikan andil di bidang regulasi yang berkaitan dengan produk dan
distribusi produk farmasi, kosmetika dan makanan.
6.2 Saran
1. Dikarenakan adanya zat yang naik golongaan menjadi narkotika sebaiknya
maka diperlukan untuk menambah atau mengakomodasi kebutuhan
tersebut dalam peraturan terkait.
2. Mengevaluasi dan memperbaiki program SIP-NAP mengenai kepatuhan
apotek dalam pengisian data di program tersebut.
3. Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) setiap pegawai
agar lebih baik lagi dalam pembinaan petugas pusat dan daerah, industri
farmasi, industri obat tradisional, pedagang besar farmasi, dan pedagang
besar bahan baku farmasi.
4. Menjalin kerjasama di bidang akademik dengan beberapa perguruan tinggi
45 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
47
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI. (2013). Laporan
Akuntabilitas Kinerja Binfar Alkes tahun 2012.Jakarta
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
48
LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
50
Lampiran 2. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
51
Lampiran 3. Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
52
Lampiran 4. Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
53
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
54
Lampiran 6. Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
55
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
56
TUGAS KHUSUS
REKAPITULASI SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI
FARMASI DI INDONESIA YANG TELAH MELAKUKAN
PEMBAHARUAN IZIN SESUAI DENGAN PERATURAN
YANG BERLAKU PERIODE JANUARI – JULI 2013
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
COVER JUDUL……………………………………………………………………….... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................................... 2
BAB 4 PEMBAHASAN.................................................................................... 19
4.1. Sarana Produksi dan Distribusi Di Indonesia ......................................... 19
4.2. Industri Farmasi………………………………………………………. . 20
4.3. Industri Obat Tradisional (IOT)……………………………………… . 22
4.4. Pedagang Besar Farmasi (PBF)……………………………………….. 23
4.5. Semua Sarana Produksi dan Distribusi (IF, IOT, PBF)......................... 24
iii
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 26
6.2 Saran ...................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27
LAMPIRAN .......................................................................................................... 29
iv
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
v
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
DAFTAR TABEL
vi
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
vii
Laporan praktek…, Sari Rahayu Setyaningsih, FFar UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Farmasi terdiri industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Proses pembuatan
obat dan atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi. Industri
Farmasi dapat melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan atau bahan obat
untuk semua tahapan dan atau sebagaian tahapan dimana harus berdasarkan
penelitian dan pengembangan yang menyangkut produk sebagai hasil kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. (Kementerian Kesehatan, 2010b).
Universitas Indonesia
e. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama dalam waktu
14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan
f. Pemohonan izin industri farmasi dengann status penanaman modal asing atau
penanaman modal dalam negeri yang telah mendapatkan surat persetujuan
penanaman modal dari instansi yang menyelenggarkan urusan penanaman
modal, wajib mengajuan permohonan persetujuan prinsip. Dalam hal
permohonan dilakukan dalam rangka penanaman modal, pemohon harus
memperoleh persetujuan penanaman modal dari instansi yang
menyelenggarakan urusan penanaman modal sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan bila berupa PBF Lokal maka penanaman modal 100 % ,
Bila bekerjasama dengan instansi/perusahaan asing maka penanaman
modalnya 75% penanam modal asing : 25 % penanam modal lokal
g. Persetujuan prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Izin Industri Farmasi berlaku untuk seterusnya selama Industri Farmasi yang
bersangkutan masih diproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan. Setiap perubahan alamat dilokasi yang sama dan pindah lokasi,
perubahan penanggung jawab, atau nama industri harus dilakukan perubahan izin.
Tata cara permohonan perubahan izin mengikuti ketentuan tata cara permohonan
izin industri farmasi. (Kementerian Kesehatan,2010b)
Universitas Indonesia
14) Fotocopi ijazah dan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dari masing-
masing apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab
pengawasan mutu dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu.
15) Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung
atau tidak langsung dalam pelanggaraan perundang-undangan di bidang
kefarmasian.
b. Paling lambat dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya
permohonan pembaharuan izin industri farmasi dan dinyatakan lengkap,
Direktur Jenderal menerbitkan izin industri farmasi. (Kementerian
Kesehatan,2013)
11) Untuk permohonan izin PBF yang akan menyalurkan bahan obat selain
harus memenuhi persyaratan juga harus melengkapi surat bukti
penguasaan laboratorium dan daftar peralatan.
12) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya tembusan
permohonan,kepada Dinas Kesehatan Provinsi melakukan verifikasi
kelengkapan administratif.
13) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya tembusan
permohonan,kepada Balai POM melakukan audit pemenuhan persyaratan
CDOB.
14) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi
kelengkapan administratif, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
mengeluarkan rekomendasi pemenuhan kelengkapan administratif kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan pemohon.
c. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi
persyaratan CPOB, Kepala Badan mengeluarkan rekomendasi pemenuhan
persyaratan CPOB kepada Direktur Jenderal.
d. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi
persyaratan CDOB, Kepala POM mengeluarkan rekomendasi hasil analisis
pemenuhan persyaratan CPOB kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
kepada Kepala Badan,Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan pemohon.
e. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima rekomendasi
pemenuhan kelengkapana adminitratif dan persyaratan CDOB, serta
persyaratan lainnya yang telah ditetapkan, Direktur Jenderal menerbitkan izin
PBF/PBFBO Kepala POM mengeluarkan rekomendasi hasil analisis
pemenuhan persyaratan CPOB kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
kepada Kepala Badan,Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan pemohon.
f. Apabila dalam hal ketentuan diatas tidak dapat dilaksanakan pada
waktunya,pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan,Kepala Balai POM,
dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
g. Paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya surat pernyataan
sebagaimana diatas, Direktur jenderal menerbitkan izin PBF dengan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya
tembusan permohonan, Kepala Badan melakukan audit pemenuhan
persyaratan CPOTB.
d. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya
tembusan permohonan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan
verifikasi kelengkapan persyaratan administratif.
e. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan
memenuhi kelengkapan persyaratan administratif, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan
administratif kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala
Badan dan pemohon.
f.Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan
memenuhi persyaratan CPOTB, Kepala Badan mengeluarkan
rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOTB kepada Direktur Jenderal
dengan tembusan kepada dinas kesehatan provinsi dan pemohon.
g. Apabila dalam 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah tembusan surat
permohonan diterimaoleh Kepala Badan atau Kepala Dinas Keehatan
Provinsi, pemohon tidak mendapat tanggapan atas permohonannya, maka
pemohon dapat membuat surat pernyataan siap berproduksi kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan atau Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi setempat.
h. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima
rekomendasi serta persyaratan lainnya, Direktur Jenderal menerbitkan
IOT/IEBA.
Universitas Indonesia
3.2 Bahan
Bahan untuk penelitian diperoleh dari data seksi sarana perizinan produksi
dan distribusi kefarmasian meliputi Industri Framasi, Industri Obat Tradisional
atau Industri Ekstrak Bahan Alam, Pedagang Besar Farmasi atau Pedagang Besar
Bahan Obat di Indonesia, periode Januari 2013 – Juli 2013.
18 Universitas Indonesia
Hal ini disebabkan, karena beberapa provinsi dimana sarana dan distribusi
farmasinya baru mendaftarkan izin berdirinya sarana produksi dan distribusi
farmasi, masih dalam proses pengajuan pembaharuan izin dan belum berakhirnya
masa izin produksi dan disrtribusi farmasi yang berlaku setiap 5 tahun sekali,
sehingga bila masanya telah habis wajib memperbaharui izin sesuai dengan
perundang –undangan yang berlaku.
Universitas Indonesia
Januari – Juli 2013 baru yang telah melakukan pembaharuan izin sebanyak 33
Industri Farmasi dapat dilihat pada Gambar dibawah ini :
Universitas Indonesia
Gambar 4.3 Jumlah Industri Obat Tradisional di Indonesia yang telah melakukan
pembaharuan izin sesuai dengan peraturan perundang –undangan yang berlaku.
Dapat dijelaskan bahwa pada periode Januari – Juli 2013 baru satu
Provinsi yaitu Jawa Barat yang Industri Obat Tradisionalnya telah melaksanakan
pembaharuan izin yaitu 1 ( satu) IOT Dimana provinsi lain belum melakukan atau
masih dalam proses pengajuan pembaharuan izin IOT dan masih banyak IOT
lainnya yang belum memperbaharui izin kemungkinan disebabkan banyak
kendala misalnya, belum berakhir masa berlakunya izin, sumber daya manusia
yaitu apoteker yang belum memadai, belum menjangkau ke seluruh wilayah,
keterbatasan teknis pada waktu dan dana yang belum mencukupi untuk memenuhi
syarat pembaharuan izin IOT sesuai dengan peraturan perundang – undangan
yang berlaku.
Universitas Indonesia
Gambar 4.5 Jumlah Pedagang Besar farmasi di Indonesia yang telah melakukan
pembaharuan izin sesuai dengan peraturan perundang –undangan yang berlaku
Dari data diatas dapat dijelaskan untuk di pulau Jawa, provinsi terbanyak
yang PBFnya telah memperbaharui izin adalah DKI Jakarta sebanyak 40 PBF,
diikuti oleh provinsi Jawa Barat sebanyak 14 PBF, Jawa Timur sebanyak 12
PBF, Jawa Tengah sebanyak 11 PBF, Banten dan DIY Yogyakarta masing –
masing 2 PBF. Untuk diluar pulau Jawa meliputi Provinsi Sulawesi Selatan dan
Sumatera Utara yaitu masing-masing 5 PBF, Provinsi Papua 4 PBF, diikuti
Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sumatera Barat sebanyak 3 PBF, Provinsi Kep.
Riau dan Sulawesi Utara sebanyak 2 PBF, dan sisa Provinsi lainnya masing –
jumlahnya masih sedikit kemungkinan masih banyak kendala misalnya sarana dan
prasarana PBF yang belum memenuhi persyaratan pembaharuan izin, kapasitas
Universitas Indonesia
sumber daya manusia dalam hal ini apoteker belum tersebar merata diseluruh
Indonesia.
Gambar 4.7. Jumlah , IF, IOT, PBF di Indonesia yang telah melakukan
pembaharuan izin sesuai dengan peraturan perundang –undangan yang berlaku.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) yang telah dilaksanakan di Direktorat Jenderal Bina kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kementerian Kesehatan bagian perizinan sarana didapatkan
kesimpulan bahwa :
a. Persyaratan perizinan sarana produksi dan distribusi farmasi di Indonesia
telah tercantum dan dijelaskan dalam perundang – undangan yang berlaku
sesuai dengan jenis sarana produksi dan distribusi.
b. Bahwa dari 23(dua puluh tiga) Provinsi yang tercatat dalam data perizinan
periode Januari – Juli 2013 terdapat 19 provinsi yang sarana produksi dan
distribusi farmasinya telah melakukan pembaharuan izin, dengan perincian
33 IF, 1 IOT, 116 PBF. Dimana Provinsi yang semua jenis sarana produksi
dan distribusi farmasi telah melakukan pembaharuan izin adalah Provinsi
Jawa barat yang diikuti Provinsi DKI Jakarta.
5.2. Saran
a. Meningkatkan upaya efisiensi perizinan khususnya mengenai proses
pembaharuan izin melalui pengembangan sistem e-registration terhadap
semua perizinan yang ditangani Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian sehingga dapat mempermudah proses pengajuan, penelusuran
tahapan proses dan percepatan proses sesuai janji hari kerja.
b. Melakukan sosialisasi pedoman dan prosedur perizinan karena masih
banyaknya sarana produksi dan distribusi yang kurang memahami alur
prosedur dan kelengkapan administrasi yang diperlukan sehingga masih
banyak sarana yang tidak melakukan pendaftaran.
26 Universitas Indonesia
Fadjriadinur. 2013. Persiapan PT. Askes sebagai BPJS Kesehatan 2014. Diunduh
pada tanggal: 1 Oktober 2013Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
(2006). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia KMK No.189
Tentang Kebijakan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
27 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
JENIS
NO. NAMA PERUSAHAAN PROVINSI
IZIN
PT. APEX PHARMA
1 BANTEN IF
INDONESIA
2 PT. IMEDCO DJAJA BANTEN IF
3 PT. YARINDO FARMATAMA BANTEN IF
4 PT. PFIZER INDONESIA DKI JAKARTA IF
PT. PROMEDRAHARDJO
5 DKI JAKARTA IF
FARMASI INDUSTRI
PT. PERUSAHAAN INDUSTRI
6 DKI JAKARTA IF
FARMASI PEMBANGUNAN
7 PT. PFIZER INDONESIA DKI JAKARTA IF
PT. BROMO
8 PHARMACEUTICAL DKI JAKARTA IF
INDUSTRIES
PT. DIPA PHARMALAB
9 JAWA BARAT IF
INTERSAINS
10 PT. DJOJONEGORO C-1000 JAWA BARAT IF
11 PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk JAWA BARAT IF
PT. SOLAS LANGGENG
12 JAWA BARAT IF
SEJAHTERA
PT. INDOFARMA (PERSERO)
13 JAWA BARAT IF
Tbk
PT. VITABIOTICS
14 JAWA BARAT IF
HEALTHCARE
PT. SMITHKLINE BEECHAM
15 JAWA BARAT IF
PHARMACEUTICALS
16 PT. EISAI INDONESIA JAWA BARAT IF
17 PT. TAKEDA INDONESIA JAWA BARAT IF
18 PT. GRACIA PHARMINDO JAWA BARAT IF
19 PT. CAPSUGEL INDONESIA JAWA BARAT IF
PT. STERLING PRODUCTS
20 JAWA BARAT IF
INDONESIA
PT. PABRIK PHARMASI
21 JAWA TENGAH IF
ZENITH
PT. GLOBAL MULTI
22 JAWA TENGAH IF
PHARMALAB
23 PT. CIUBROS FARMA JAWA TENGAH IF
24 PT. DEGEPHARM JAWA TENGAH IF
25 PT. GRATIA HUSADA FARMA JAWA TENGAH IF
26 PT. BALATIF JAWA TIMUR IF
27 PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk JAWA TIMUR IF
28 PT. OTSUKA INDONESIA JAWA TIMUR IF
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
PT. PERDAGANGAN DAN
INDUSTRI IRAWAN DJAJA
29 JAWA TIMUR IF
AGUNG disingkat PT. IRAWAN
DJAJA AGUNG
PT. ADITAMA RAYA
30 JAWA TIMUR IF
FARMINDO
31 PT. SANDAI FARMA JAWA TIMUR IF
PT. IMFARMIND FARMASI
32 JAWA TIMUR IF
INDUSTRI
PT. UNIVERSAL
33 PHARMACEUTICAL SUMATERA UTARA IF
INDUSTRIES
JENIS
NO. NAMA PERUSAHAAN PROVINSI
IZIN
34 PT. INSULAR MULTI JAWA BARAT IOT
NATURAL
JENIS
NO. NAMA PERUSAHAAN PROVINSI
IZIN
35 PT. BUETNA HAREUKAT ACEH PBF
36 PT. BUDHI KURNIAWAN BALI PBF
SEJATI
37 PT. ACTIVE HUBRILLIANT BANTEN PBF
SUCCESS
38 PT.ROSA MITRA ABADI BANTEN PBF
39 PT. YOSEPH FARMA DI YOGYAKARTA PBF
40 PT. BINTANG MAAHIR DI YOGYAKARTA PBF
SANTOSA
41 PT. KA DUA EMPAT DI YOGYAKARTA PBF
42 PT. KICO JAYA LESTARI DKI JAKARTA PBF
43 PT. YAFEFA PRIMARTA DKI JAKARTA PBF
44 PT. TODOMA DKI JAKARTA PBF
45 PT. DJAJABIMA AGUNG DKI JAKARTA PBF
46 PT. KEBAYORAN PHARMA DKI JAKARTA PBF
47 PT. NAULI MAKMUR GRAHA DKI JAKARTA PBF
48 PT. GUNA ABDI WISESA DKI JAKARTA PBF
49 PT. LENKO SURYA PERKASA DKI JAKARTA PBF
50 PT. DISTRIVERSA BUANAMAS DKI JAKARTA PBF
51 PT. MANDIRA DISTRA ABADI DKI JAKARTA PBF
52 PT. DJEMBATAN DUA DKI JAKARTA PBF
53 PT. PRADIPTA CAKRAWALA DKI JAKARTA PBF
PACIFIC
54 PT. TANGGUK MAS DKI JAKARTA PBF
55 PT. RAJAWALI NUSINDO DKI JAKARTA PBF
56 PT. BAHTERA SEHAT DKI JAKARTA PBF
SEJAHTERA
57 PT. MERAPI UTAMA PHARMA DKI JAKARTA PBF
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
58 PT. TUNGGAL IDAMAN ABDI DKI JAKARTA PBF
59 PT. PADMA MITRA DKI JAKARTA PBF
ANUGERAH
60 PT. LAWSIM ZECHA DKI JAKARTA PBF
61 PT. SAGI CAPRI DKI JAKARTA PBF
62 PT. MULYA RAYA PUSPITA DKI JAKARTA PBF
SEJAHTERA
63 PT. SURYA PRIMA PERKASA DKI JAKARTA PBF
64 PT. LABORA GLOBAL DKI JAKARTA PBF
PHARMA
65 PT. KALLISTA PRIMA DKI JAKARTA PBF
66 PT. HAGAMED PANCA ADI DKI JAKARTA PBF
SENTOSA
67 PT. INTER DASERA DKI JAKARTA PBF
68 PT. ERA SEHAT SEJAHTERA DKI JAKARTA PBF
69 PT. FRESENIUS MEDICAL DKI JAKARTA PBF
CARE INDONESIA
70 PT. KIJANG MAS CITRA DKI JAKARTA PBF
SEJATI
71 PT. PELOPOR USAHA DKI JAKARTA PBF
MANDIRI
72 PT. ALIDA PERINTISJAYA JAWA BARAT PBF
73 PT. NUANSA SARANA ABADI JAWA BARAT PBF
74 PT. DELVI PRIMATAMA JAWA BARAT PBF
75 PT. ZALFA MANDIRI JAWA BARAT PBF
76 PT. ANUGERAH SARANA JAWA BARAT PBF
ADHITAMA
77 PT. MADHISON UTAMA JAWA BARAT PBF
78 PT. KINARYA SATRIA FARMA JAWA BARAT PBF
79 PT. ARTHA GABE PRATAMA JAWA BARAT PBF
80 PT. PARAZELSUS INDONESIA JAWA BARAT PBF
81 PT. ANUGRAH ARGON JAWA BARAT PBF
MEDIKA
82 PT. ROSA TETRA DARMA JAWA BARAT PBF
83 PT. MITRA LAKSANA JAWA BARAT PBF
FARMINDO
84 PT. SAMUDRA CITRA JAWA TENGAH PBF
PERSADA
85 PT. FARINTEA JAWA TENGAH PBF
86 PT. SURYAMAS INTI JAWA TENGAH PBF
ARMINDO
87 PT. RESTU CAHAYA JAWA TENGAH PBF
SEJAHTERA FARMA
88 PT. PASOPANCA JAYA JAWA TENGAH PBF
89 PT. JEBRESINDO LOKA JAWA TENGAH PBF
90 PT. SINAR PURI PERKASA JAWA TENGAH PBF
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
91 PT. TOTAL MANDIRI FARMA JAWA TENGAH PBF
92 PT. DITA SEHAT JAWA TENGAH PBF
93 PT. SEHAT BERSAMA JAWA TENGAH PBF
SEJAHTERA
94 PT. BOUTI USABDA FARMA JAWA TENGAH PBF
95 PT. DAYAANUGERAH JAWA TIMUR PBF
DEWATASAKTI
96 PT. PIEROSCA TERANG JAWA TIMUR PBF
SUKSES ABADI
97 PT. IRMA MITRA FARMA JAWA TIMUR PBF
98 PT. KINARYA JAYA ABADI JAWA TIMUR PBF
99 PT. SURYA EKA PUTRA JAWA TIMUR PBF
100 PT. NURROCHMAH SINAR JAWA TIMUR PBF
SEJATI
101 PT. TINALAN ANDATU JAWA TIMUR PBF
LESTARI
102 PT. SUN HODOS PHARMA JAWA TIMUR PBF
103 PT. RIO FARMA JAWA TIMUR PBF
104 PT. PODO MEKAR JAYA JAWA TIMUR PBF
SENTOSA
105 PT. FARMA HUSADA JAWA TIMUR PBF
MILLENIA
106 PT. MITRA FARMA JAWA TIMUR PBF
ANUGERAH LESTARI
107 PT. SURYA GRAHA MEDIKA KEPULAUAN PBF
MANDIRI BANGKA BELITUNG
108 PT. GOLDEN MITRA KEPULAUAN RIAU PBF
ANUGERAH
109 PT. INTAN PERSADA GLOBAL KEPULAUAN RIAU PBF
110 PT. ROSA NUGRAHA ABADI LAMPUNG PBF
111 PT. ENGGAL PERDANA LAMPUNG PBF
112 PT. ARIA JIWA FARMA LAMPUNG PBF
113 PT. SAKA MITRA SENTOSA LAMPUNG PBF
114 PT. SYFA CITRA RAGANI LAMPUNG PBF
115 PT. TERNATE FARMA MALUKU UTARA PBF
116 PT. DELAPAN DELAPAN NUSA TENGGARA PBF
UTAMA BARAT
117 PT. PAPUA SAIMONA PAPUA PBF
PHARMINDO
118 PT. PAPUA FIORO PAPUA PBF
119 PT. DUTA IRINDO PAPUA PBF
120 PT. SONAI PAPUA PAPUA PBF
121 PT. PETAMA MUSTIKA SULAWESI PBF
UTAMA SELATAN
122 PT. MITRA TRITUNGGAL SULAWESI PBF
ABADI SELATAN
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
123 PT. SAMUDRA BERKAT SULAWESI PBF
SEHATI SELATAN
124 PT. GATRA BINAKARYA SULAWESI PBF
KENCANA SELATAN
125 PT. MULIAINDO SULAWESI PBF
SELATAN
126 PT. HOGA PERMADANI SULAWESI PBF
NUSANTARA TENGGARA
127 PT. CAHAYA SATU SATU SULAWESI PBF
TENGGARA
128 PT. MATAKAR KENDARI SULAWESI PBF
TENGGARA
129 PT. UNOSON SULAWESI UTARA PBF
130 PT. SURAMANDO SULAWESI UTARA PBF
131 PT. TALANG GUGUN SARI SUMATERA BARAT PBF
NUSANTARA
132 PT. ANUGRAH PRADJA SUMATERA BARAT PBF
MANDIRI
133 PT. PANAY FARMALAB SUMATERA BARAT PBF
134 PT. MITRA BINAMULTI SUMATERA UTARA PBF
SEJAHTERA
135 PT. MESARINDA ABADI SUMATERA UTARA PBF
136 PT. BHAKTI SEHAT HUSADA SUMATERA UTARA PBF
137 PT. BASNITA SUMATERA UTARA PBF
138 PT. MEKADA ABADI SUMATERA UTARA PBF
JENIS
NO. NAMA PERUSAHAAN PROVINSI
IZIN
139 PT. JANNISKA SUMBER JAYA DKI JAKARTA PBFBO
140 PT. MITRACHEM NUTRI DKI JAKARTA PBFBO
DELTA
141 PT. NARDA TITA DKI JAKARTA PBFBO
142 PT. GLOBAL CHEMINDO DKI JAKARTA PBFBO
MEGATRADING
143 PT. TATARASA PRIMATAMA DKI JAKARTA PBFBO
144 PT. LAWSIM ZECHA DKI JAKARTA PBFBO
145 PT. KOLOSAL PRATAMA DKI JAKARTA PBFBO
146 PT. KAIROS TRITUNGGAL DKI JAKARTA PBFBO
147 PT. EKACITTA DIAN PERSADA DKI JAKARTA PBFBO
148 PT. SRI AMAN CORPORINDO DKI JAKARTA PBFBO
149 PT. NILA MERKINDO UTAMA JAWA BARAT PBFBO
150 PT. BINA SAN PRIMA JAWA BARAT PBFBO
Universitas Indonesia