Review 6.6. Doctavus Part 1
Review 6.6. Doctavus Part 1
NB. Catetan ini masih banyak juga kekurangan, jadi tolong baca catetan yang lain juga ya selama skill
lab. (Buat tiap materi yang mau nambahin apa nanya bisa ke masing-masing PJ yaa, makasih).
Pelajarin SKDI 4a, 3a, dan 3b juga ya. Sebelum baca, inget doa, inget ambil modul, baca ulang.
Sebelum ujian, inget doa, inget materi, professional.
Special Thanks To :
Tim OSCE (Dipa, Rama, Fridha, Anggi, Fitri, Mumtaz, Uswa, Hanna, Lala, Gisma)
DOCTAVUS 2016
1. Anamnesis
Selalu ingat sacred 7 fundamental four
2. Pemeriksaan Fisik
Selalu inget Cuci Tangan WHO, jaga privasi, ttv, head to toe
3. Pemeriksaan Penunjang
Hafalin batas normal lab & baca2 gambar juga
4. Diagnosis dan Diagnosis Banding
Banyakin DD aja, minimal 3
5. Terapi dan Tata Laksana
Farmakologi bikin resep! Nonfarmakologi ada edukasi sama intervensi medis (bedah
dkk)
6. Komunikasi konseling
Urutin dari penyakitnya kaya gimana, proses perjalanan, obat/terapi, edukasiin gimana
gaya hidupnya sama pas lagi proses pengobatan harus gimana, kasih tau juga tekenin
yang sekiranya penting
7. Profesionalisme
Keep calm, berikan perhatian pada pasien, jangan jijikan, runtut, dan semangat
Jumlah
I. HIPERTENSI (PJ : JEREMY & DIPA)
A. Diagnosis Kerja :
1. Hipertensi Esensial
2. Hipertensi Sekunder
B. Diagnosis Banding :
1. Hipertensi Esensial :
1.1. Grade 1
1.2. Grade 2
1.3. Grade 3
1.4. Sistolik
2. Hipertensi Sekunder :
2.1. Grading :
2.1.1. Grade 1
2.1.2. Grade 2
2.1.3. Grade 3
2.1.4. Sistolik
2.2. Et Causa
2.2.1. Stroke
2.2.2. Dislipidemia
2.2.3. Hiperkolesterolimia
2.2.4. CKD
2.2.5. CHF
C. Penjelasan :
C. Lampiran
DASAR TEORI
a. Definisi
Definisi hipertensi menurut JNC VII 2003( Seventh Joint National Committee) on High
Blood Pressure, adalah tekanan darah sistolik yang lebih besar atau sama dengan 140 mmHg
atau peningkatan tekanan darah diastolik yang lebih besar atau sama dengan 90 mmHg. Hasil
pengukuran tersebut dilakukan 2 atau lebih pemeriksaan dan dibuat rata-rata. Pemeriksaan
tekanan darah dilakukan pada posisi duduk atau berbaring .
b. Etiologi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada
kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial atau hipertensi primer).
Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Kelompok lain dari
populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai
hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila
penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat
disembuhkan secara potensial.
1. Hipertensi primer (essensial)
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial (hipertensi
primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial merupakan 95% dari seluruh kasus
hipertensi. Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini
telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi
primer tersebut. Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya
menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi
primer. Menurut data, bila ditemukan gambaran bentuk disregulasi tekanan darah yang
monogenik dan poligenik mempunyai kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak
karakteristik genetik dari gen-gen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga
didokumentasikan adanya mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine,
pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen.
2. Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit komorbid
atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah . Pada kebanyakan kasus,
disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab
sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah.
Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang
bersangkutan atau mengobati/mengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya sudah
merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder.
c. Patofisiologi
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam millimeter
merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darah sistolik (TDS) dan
tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama kontraksi jantung dan TDD diperoleh
setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi. Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah
berkontribusi secara potensial dalam terbentuknya hipertensi. Faktor-faktor tersebut adalah :
Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi diurnal),
mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap stress psikososial dll
Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor
Asupan natrium (garam) berlebihan
Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi
angiotensin II dan aldosterone
Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitritoxida (NO), dan peptide natriuretic
Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus vaskular
dan penanganan garam oleh ginjal
Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh darah
kecil di ginjal
Diabetes mellitus
Resistensi insulin
Obesitas
Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung, karakteristik
inotropik dari jantung, dan tonus vascular
Berubahnya transpor ion dalam sel
DEMAM
KASUS 1
NB:
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat
sudah ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi)
8. PP
a. lab darah (HT meningkat tanda kebocoran plasma, TROMBOSIT TURUN, leukosit bisa
turun)
b. serologi antibodi igM (+) igG (-) = kemungkinan infeksi primer
c. serologi antibodi igM (+) igG (+) = kemungkinan infeksi sekunder...
d. serologi antigen Non-Struktural 1 (NS1) (+)
9. TERAPI
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air
sirup, susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran
plasma, demam, muntah/diare.
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
Kebutuhan cairan parenteral
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan
jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena
biasanya hanya memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran
pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata
laksana syok terkompensasi (compensated shock).
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit
secarra nasal.
Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi
darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu
banyak daripada pemberian yang terlalu sedikit.
FARMAKOLOGIS:
s. 3. d. d. 1 tab. p. c
buat anak-anak pake sirup bisa... dosis parasetamol: 10-15 mg/kg BB/x.
Sediaannya ada yang 120mg/5ml terus satu botol isinya biasanya 60 ml...
10. KIE
a. Prognosis dubia ad bonam
b. EDUKASI
Edukasi penyakit, obat, FR, komplikasi, dll
PSN
3M
Menggunakan repellent (autan?), menggunakan pakaian lengan panjang untuk
menghindari gigitan nyamuk, jangan menggantung baju banyak-banyak, memasang
kelambu pada waktu tidur atau obat nyamuk
Untuk komunitas juga bisa usul pengendalian vektor nyamuk baik biologis maupun
kimia
Penyuluhan
KASUS 2
1. Diagnosis kerja: Malaria (dengan/tanpa komplikasi)
2. Diagnosis Banding: DBD, demam typhoid, demam akibat infeksi virus lain
3. RPS
a. Keluhan Utama: Badan panas
b. Durasi 2-7 hari
c. Lokasi: seluruh badan?
d. Faktor memperberat: bisa ada bisa gak
e. Faktor memperringan: idem
f. Kualitas: mengganggu aktivitas
g. Kuantitas: Demam tinggi sekali, demam intermitten (suhu naik ntar balik ke suhu
normal)
h. Keluhan Penyerta: menggigil, nyeri kepala, nyeri otot, berkeringat
4. RPD: riwayat pernah sakit malaria
5. RPK: riwayat keluarga pernah sakit malaria
6. RPSOSEK: RIWAYAT BEPERGIAN 1-4 MINGGU LALU KE DAERAH ENDEMIS MALARIA
(PAPUA DLL), tinggal di daerah endemis, riwayat pernah minum obat malaria satu bulan
terakhir, riwayat transfusi darah
7. PF
a. Keadaan umum (tampak lemah/sakit), kesadaran (kompos mentis/tidak), general
inspection (CARI TANDA-TANDA ANEMIA KAYAK konjungtiva/telapak tangan pucat),
TTV (RR bisa cepat, nadi bisa cepat dan lemah, suhu tubuh tinggi, tensi bisa normal
atau turun)
b. PF thorax abdomen (bisa ada pembesaran hepar)
NB:
Menentukan malaria dengan/tanpa komplikasinya liat kriteria ini; dikatakan TANPA
KOMPLIKASI bila Tidak ada tanda di bawah ini:
perubahan kesadaran
anemia berat (hematokrit < 15% atau hemoglobin < 5 g/dl)
hipoglikemia (gula darah < 2.5 mmol/liter atau < 45 mg/dl)
gangguan pernapasan
ikterik.
8. PP
a. lab darah
b. Apusan darah tepi (buat liat Plasmodium)
c. Rapid Diagnostic Test (buat liat antigen) (+)
9. TERAPI
a. Farmakologis
(ini lini pertama buat tanpa komplikasi ya...)
1) Artesunat ditambah amodiakuin.
Tablet terpisah 50 mg artesunat dan 153 mg amodiakuin basa (saat ini
digunakan dalam program nasional).
Artesunat : 4 mg/kgBB/dosis tunggal selama 3 hari ; peroral
Amodiakuin : 10 mg-basa/kgBB/dosis tunggal selama 3 hari ;
peroral
2) Paracetamol
s. 3. d. d. 1 tab. p. C
b. Non farmakologis
10. KIE
a. Prognosis: kalau ada komplikasi ya dubia ad malam...
b. EDUKASI
Edukasi tentang penyakit, cara minum obat, faktor risiko, dll
Menghindari gigitan nyamuk Anopheles
Jika sudah 3 hari kok masih panas suruh ke dokter lagi...
EDUKASI PENCEGAHAN sebelum bepergian ke daerah endemis bisa
dilakukan kemoprofilaksis dengan doksisiklin diminum 1 hari sebelum
keberangkatan dosis 2 mg/kgBB satu hari sekali selama tidak lebih dari 12
minggu... KONTRAINDIKASI ANAK < 8 tahun dan IBU HAMIL
Edukasi komplikasi
KASUS 3
8. PP
a. lab darah (penurunan kadar hemoglobin, trombositopenia, kenaikan LED, leukopeni,
aneosinofilia, limfositosis relatif, trombositopenia (pada demam tifoid berat))
b. Kultur darah (biakan empedu) untuk melihat Salmonella typhi
c. uji serologi Widal. mendeteksi adanya antibodi aglutinasi terhadap antigen O
yang berasal dari somatik dan antigen H yang berasal dari flagella Salmonella
typhi. Diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan apabila ditemukan titer O
aglutinin sekali periksa mencapai ≥ 1/200 atau terdapat kenaikan 4 kali pada
titer sepasang
d. uji serologi TUBEX test
e. uji serologi Typhidot. Menilai antibodi igM igG
9. TERAPI
a. Farmakologis
(Dewasa)
(Anak-anak)
kloramfenikol (50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis per oral
atau intravena) selama 10-14 hari.
Paracetamol
s. 3. d. d. 1 tab. p. C
b. Non farmakologis
Istirahat tirah baring
Makan bergizi, diet cukup kalori dan protein
Jaga cairan cukup
10. KIE
a. Prognosis: dubia ad bonam
b. EDUKASI
Edukasi penyakit, obat, faktor risiko, komplikasi, dll
Edukasi tentang PHBS seperti membiasakan cuci tangan dengan sabun
sebelum makan atau menyentuh alat makan/minum, mengkonsumsi makanan dan
minuman bergizi yang sudah dimasak matang, menyimpan makanan dengan benar
agar tidak dihinggapi lalat atau terkena debu, memilih tempat makan yang bersih
dan memiliki sarana air memadai, membiasakan buang air di kamar mandi, serta
mengatur pembuangan sampah agar tidak mencemari lingkungan.
III. KULIT (PJ : FITRI & HANNA)
Varisela zoster
UKK : Vesikel multipel diskret di atas kulit eritem
PP : Tzanc test
Terapi : simptomatik
Asiklovir 5 x 800 mg selama 7-10 hari atau anak-anak 4 x 20 mg/kgBB (dosis maksimal
800 mg)
Herpes zoster
UKK : vesikel diatas kulit eritematosa unilateral megikuti dermatom
Terapi :
1. Simptomatik
2. Hindari aspirin karena dapat menyebakan Reye’s syndrome
3. Topikal : Bedak salisilat 2% agar vesikel tidak pecah, jika sudah erosi diberi kompres
4. Antivirus
a. Asiklovir 5 x 800 mg selama 7-10 hari atau anak-anak 4 x 20 mg/kgBB (dosis
maksimal 800 mg), atau
b. Valasiklovir: dewasa 3 x 1000 mg/hari. Pemberian obat tersebut selama 7-10 hari
dan efektif diberikan pada 24 jam pertama setelah timbul lesi.
Herpes simpleks
Penatalaksanaan :
1. Antivirus
a. Asiklovir 5 x 200 mg selama 5 hari atau
b. Valasiklovir: dewasa 2 x 500 mg/hari. Pemberian obat tersebut selama 7-10 hari
2. Pada herpes genitalis diedukasi tentang petingnya agar tidak melakukan hubungan
seksual ketika masih ada lesi atau ada gejala prodromal
Morbili
o Prodromal demam tinggi, malaise, bapil, konjungtivitis + 4hr
o Bercak Koplik enanthem patognomonik (macula eritem miliar disertai bintik-bintik
putih kebiruan di mukosa buccal dekat gigi molar 2. 1-2 hari sebelum muncul erupsi
kulit.
o Eksanthema kulit dimulai dari belakang telinga, wajah dan leher baru meluas ke seluruh
tubuh macula, papul eritematosa miliaris generalisata
o 3C : Conjunctivitis, Cough, Coryza
o Terapi
Lini pertama : suportif
Antibiotik bila ada infeksi bakteri sekunder
Vit A 1x200.000. IU selama 2 hr
Vaksin
Lepra
5A signs :
1. Akromia : perubahan warna (hipopigmentasi/eritema)
2. Anestesia
3. Anhidrosis
4. Alopesia
5. Atrofi pada otot
Skabies
Gejala : gatal di malam hari/saat penderita berkeringat, predileksi pada sela jari, aksilam
umbilikus, areola mammae
PF : lesi kulit berupa kanalikuli berwarna putih atau abu-abu
PP :
Terapi :
1. Perbaiki higienitas diri dan lingkungan
2. Diberi obat topikal berupa krim permetrin 5%, gamexan 1% (tak boleh pada anak
berumur kurang dari 6 tahun, ibu hamil, menyusup karena toksik terhadap SSP)
Dermatofitosis
Klasifikasi dermatofitosis berdasarkan lokasi:
1. Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala.
PP : Wood’s lamp (pendar kuning kehijauan); KOH 10% (hifa panjang bersepta)
Terapi : Griseofulvin 20-25 mg/kgBB/hr slm 6-8mgg; Shampoo Ketokonazol 2%
untuk keramas (didiamkan 5-15menit sebelum dibilas)
6. Tinea korporis, pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas. Bila terjadi
di seluruh tubuh disebut dengan tinea imbrikata.
PF : lesi berbentuk infiltrat eritematosa, batas tegas dengan bagian tepi lebih aktif daripada
bagian tengah
PP : pemeriksaan KOH 10%
Terapi :
1. Higienitas diri, pemakaian handuk/pakaian secara bersamaan harus dihindari
2. Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu dengan antifungal topikal
seperti krim klotrimazol, mikonazol, atau terbinafin yang diberikan hingga lesi hilang
dan dilanjutkan 1-2 minggu kemudian untuk mencegah rekurensi
3. Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap terapi topikal dilakukan
pengobatan sistemik dengan
a. Griseofulvin dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g per hari untuk orang dewasa dan
0,25 – 0,5 g per hari untuk anak-anak atau 10-25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2
dosis
b. Golongan azol, seperti Ketokonazol: 200 mg/hari; Itrakonazol: 100 mg/hari atau
Terbinafin: 250 mg/hari. Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada pagi hari
setelah makan.
Pitiriasis versicolor
PF : makula, plak hipopigmentasi/eritem/hiperpigmentasi, skuama halus
PP : Wood’s lamp (flouresensi keemasan), KOH 10-20% (spaghetti and meatballs)
Terapi :
1. Ketokonazol 1x200 mg selama 10 hari atau
2. Itrakonazol p.o 1x200 mg selama 5-7 hari
3. Shampoo ketokonazol 2% untuk mandi, didiamkan 5-15 menit sebelum dibilas
UUK
Eritem: kemerahan
Hiperpigmentasi: kehitaman
Hipopigmentasi: putih
Plak: peninggian permukaan kulit
Benjolan
1. cairan jernih: vesikel (kecil) varicella/ herpes zoster, bula (besar) herpes zoster
2. nanah: pustul
3. padat: papul (kecil), nodul (besar)
Skuama: kulit kering ngelupas
Krusta: keropeng/ koreng isinya nanah & darah cairan nanah dari vesikel yang pecah trs jadi
koreng
Kedalaman luka erosi, ekskoriasi, ulkus
Jamur (tinea)
-kapitis: kepala
-korporis: badan
-krurus: selangkangan/ lipatan tubuh
-pedis: tangan
-ungularis: punggung kaki
Pitriasis vesikolor
PF: hifa pendek bersepta, pewarnaan kuning keemasan
Skabies
PF: burrow ink tes (kanalikulinya tinted wrn biru)
IV. BATUK (PJ : FITRI & HANNA)
Jenis-jenis batuk
1. Batuk berdahak (setiap batuk keluar dahaknya, obatnya mukolitik untuk
mengencerkan + ekspektoran untuk mengeluarkan dahaknya)
2. Batuk tidak berdahak (batuknya kering, golongan obatnya pake yg atitusif)
3. Batuk berdarah ( batuk yang disertai darah, bisa menjadi tanda awal penyakitnya)
Berdasarkan waktu:
- Akut :<3 mg karena bakteri, virus di saluran napas atas
- Sub Akut : 3-8 mgg krn gang epitel
- Kronis : >8 mg krn penyempitan sal. napas atas dan penyakit berat seperti
asma, TBC, PPOK.
Berdasarkan penyebab:
- Batuk berdahak
- Batuk kering
- Batuk khas : batuk rejan sampai 100 hari dan menyumbat sal. napas terjadi pd anak
anak
- Batuk TBC: berbulan-bulan dan disertai darah
- Batuk krn asma : banyak lendir yg dpt meranggsang batuk
- Batuk krn penyakit jantung : bendungan darah di paru-paru shg paru basah dan
merangsang batuk
- Batuk krn kanker paru
- Batuk krn benda asing
Cara menilai batuk, perlu menanyakan:
- Frekuensi : intermint (berselang) atau persisten (terus-menerus)
- Keparahan : variasi diurnal
- Karakterisktik batuk : batuk kering, atau berdahak
- Symptom lain yang berkaitan : nyeri dada
- Pemicu batuk : asap rokok, cuaca dingin, dan sebagainya.
Sputum
Tipe sputum :
- Mukoid : bronchitis kronik
- Warna kuning atau hijau : infeksi
- Darah : karsinoma bronkus, TB paru
- Warna merah kecokelatan seperti karat : pneumonia
- Warna merah muda dan berbusa : udem pulmoner
- Berbau busuk : infeksi anaerob
- Jernih encer dan volume banyak : alveolar cell carcinoma
Cara menilai sputum :
- Warna
- Jumlah, volume
- Perubahan posisi
- Rasa dan bau
- Viskositas
- Adakah darah
Non medikamentosa :
(( Itu mg nya dituker yak tab 450 mg (dst), - Oksigen kanul/kateter
sama nama pasiennya diganti “pro” )) nasal/nasofaringeal (bila ada
distres pernapasan dan
Non farmakologi : wheezing)
- Pasang infus, tetapi hindarkan
Pendekatan DOTS
kelebihan cairan (pantau)
- Komitmen politis dari para pengambil - Pemberian ASI dan cairan oral
keputusan - Memberikan anak makan
sesegera mungkin setelah anak
- diagnosis TB dengan pemeriksaan sputum sudah bisa makan
secara mikroskopis
KIE
- Pengobatan OAT dengan pengawasan - Jelaskan tentang penyakit,
langsung penyebab, penularan, dan
komplikasi.
oleh pengawas menelan Obat - Menjaga hieginitas diri dan
sanitasi lingkungan
- Kesediaan obat dengan mutu terjamin
- Istirahat yang cukup
- Asupan gizi seimbang - Banyak minum air putih
- Berhenti merokok (orang tua)
atau hindarkan agar tidak jadi
KIE perokok pasif
- Minum obat teratur
- Jelaskan tentang penyakit, penyebab, (konsekuensi bila tidak minum
penularan, dan komplikasi. obat teratur)
- Kontrol apabila tidak ada
- Menggunakan masker perbaikan kondisi
- Tidak membuang dahak sembarangan - Jelaskan kondisi rumah sehat
PENTING!
1. hafal obat, dosis, dan sediaan! (tulis resep & edukasi bareng biar hemat waktu)
2. cuci tangan sebelum & sesudah kontak dengan pasien!
PERBEDAAN
TB BTA sputum (+), limfadenopati servikal, nyeri isthmus kronig saat diperkusi,
limfositosis
- pengobatan harus ada PMO (pengawas minum obat)
- tiap pagi berjemur
- cek sputum 1 keluarga (PENTING)
- KIE ttg ESO obat TB (rifampisin: pipisnya merah, mual; isoniazid: mual; pirazinamid: nyeri
otot sendi; etambutol: gangguan visual)
Bronkitis rontgen ada gambaran hiperinvasi dan infiltrat, jantung lebih rendah dan mendatar,
diameter anteroposterior dada bertambah, PMN naik (dari darah lengkap)
Laringitis laring hiperemis
V. PENGLIHATAN KABUR (PJ : LALA & USWA)
Keterangan Miopi Hipermetropi Astigmatisma
Anamnesis
RPS Keluhan Utama : Keluhan Utama : Keluhan Utama :
penglihatan kabur saat penglihatan kabur saat penglihatan kabur,
lihat yg benda jauh lihat yg benda dekat penglihatan ganda
Durasi : 2 bulan Durasi : tgt Durasi : tgt
Lokasi : Okuli D/S/DS Lokasi : Okuli D/S/DS Lokasi : Okuli D/S/DS
Faktor Berat : malam hari Faktor Berat : melihat Faktor Berat :
Faktor Ringan : make benda yg dekat Faktor Ringan : make
kacamata plus Faktor Ringan : make kacamata silinder
Kualitas : buram kacamata minus Kualitas : ganda
Kuantitas : Kualitas : buram Kuantitas :
Keluhan Penyerta : bisa Kuantitas : Keluhan Penyerta : bisa
normal, aktivitas sehari- Keluhan Penyerta : bisa normal, sakit kepala,
hari dapat terganggu normal, bisa mata terasa mata lelah
tegang, lelah setelah
melihat benda dekat dlm
waktu lama, aktivitas
sehari-hari dapat
terganggu
RPD bisa normal bisa normal bisa normal
RPK ayah/ibu/kerabat ayah/ibu/kerabat ayah/ibu/kerabat
mata minus mata minus mata minus
RSE sering kerja didepan sering kerja didepan
komputer, baca buku Usia>40 tahun komputer, baca buku
terlalu dekat terlalu dekat
PF Cuma mata Cuma mata Cuma mata
IMT dbn dbn dbn
TTV dbn dbn dbn
Head-to-Toe Dbn kec. mata Dbn kec. mata Dbn kec. Mata
Lokalisata visus menurun visus menurun visus menurun
PP uji refraksi,
no no
keratometri
Tatalaksana
Farmakologi - - -
NonMedikamentosa lensa koreksi lensa koreksi koreksi refraksi
OD/S/ODS -1,dst. Lasik OD/S/ODS +1,dst dikombinasi antara
lensa sferis dengan
silindris
a. Rhinitis kronik
b. Rhinitis medikamentosa
c. Sinusitis akut
d. Sinusitis kronik
e. Rhinitis Akut
f. Rhinitis Vasomotor
g. Rhinitis Alergi
Rhinitis alergika
1. Rhinitis alergi
a. Definisi
Rinitis alergi initis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi pada mukosa
hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien yang sebelumnya sudah
tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya mediator-mediator kimia
pada saat terpapar kembali dengan alergen tersebut.
b. Etiologi
Rinitis alergi melibatkan interaksi antara lingkungan dengan predisposisi genetik
dalam perkembangan penyakitnya. Faktor genetik dan herediter sangat berperan pada
ekspresi rinitis alergi (Adams, Boies, Higler, 1997). Penyebab rinitis alergi tersering
adalah alergen inhalan pada dewasa dan ingestan pada anak- anak. Pada anak-anak
sering disertai gejala alergi lain, seperti urtikaria dan gangguan pencernaan. Penyebab
rinitis alergi dapat berbeda tergantung dari klasifikasi. Beberapa pasien sensitif
terhadap beberapa alergen. Alergen yang menyebabkan rinitis alergi musiman biasanya
berupa serbuk sari atau jamur.
Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah,
tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.
Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur,
coklat, ikan dan udang.
Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau
sengatan lebah.
Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa,
misalnya bahan kosmetik atau perhiasan (Kaplan, 2003).
c. Diagnosis
1) Anamnesis: durasi, lama sakit, derajat keparahan, sifat gejala. Pencetus, respon
thd pengobatan, komorbid, riwayat atopi dalam keluarga, pajanan
lingkungan/pekerjaan, efek gejala thd kualitas hidup. Perlu ditanyakan juga
kondisi atopi yang berhubungan (dermatitis atopic, asma atau konjungtivitis).
2) Manifestasi klinis
Gejala klinis yang mendukung diagnosis rhinitis: rinonera berair, bersin
paroksismal, obstruksi nasal, hidung gatal, konjungtivitis
Gejala yang tidak mendukung diagnosis: unilateral, obstruksi nasal tanpa gejala
lain, rinore mukopurulen, dll.
3) Pemeriksaan fisik
Wajah:
a. Allergic shiners yaitu dark circles di sekitar mata dan berhubungan dengan
vasodilatasi atau obstruksi hidung.
b. Nasal crease yaitu lipatan horizontal (horizontal crease) yang melalui setengah
bagian bawah hidung akibat kebiasaan menggosok hidung keatas dengan
tangan.
c. Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi-geligi (facies adenoid).
Rinoskopi anterior:
a. Mukosa edema, basah, berwarna pucat atau kebiruan (livide), disertai adanya
sekret encer, tipis dan banyak. Jika kental dan purulen biasanya berhubungan
dengan sinusitis.
b. Pada rinitis alergi kronis atau penyakit granulomatous, dapat terlihat adanya
c. Pada rongga hidung dapat ditemukan massa seperti polip dan tumor, atau dapat
juga ditemukan pembesaran konka inferior yang dapat berupa edema atau
hipertropik. Dengan dekongestan topikal, polip dan hipertrofi konkatidak akan
4) Pemeriksaan penunjang
Bila diperlukan dan dapat dilakukan di layanan primer.
Uji kulit atau Prick Test, digunakan untuk menentukan alergen penyebab
3. Rhinitis Vasomotor
a. Definisi
Rhinitis vasomotor adalah suatu keadaan akibat tidak seimbangnya persyarafan
otonom (simpatis dan parasimpatis) di rongga hidung yang ditandai dengan
kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari hidung tersumbat yang
berulang-ulang rhinorrea, bersin dan tanpa adanya rasa gatal dimata, hidung dan
palatum mole.
b. Diagnosis
1) Anamnesis: biasanya penderita tidak mempunyai riwayat alergi dalam
keluarganya dan keluhan dimulai pada usia dewasa.
Beberapa pasien hanya mengeluhkan gejala sebagai respon terhadap
paparan zat iritan tertentu tetapi tidak mempunyai keluhan apabila tidak
terpapar.
2) Manifestasi klinis
Berdasarkan gejala yang menonjol, kelainan ini dibedakan dalam 3
golongan, yaitu:
- Golongan bersin (sneezer): gejalabiasanya memberikan respon baik
3) PP:
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
rinitis alergi. Pemeriksaan dilakukan bila diperlukan dan fasilitas tersedia
di layanan primer, yaitu:
4) Rinoskopi anterior:
c. Tata laksana
1) Non bedah dan non medikamentosa: menghindari faktor pencetus
2) Medikamentosa
Tatalaksana dengan terapi oral dapat menggunakan preparat
simpatomimetik golongan agonis alfa (Pseudoefedrin, Fenilpropanolamin,
Fenilefrin) sebagai dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi
antihistamin.
VII. KONSELING DM (PJ : USWA & LALA)
Diagnosis : DM 2
DD : DM 1
Keterangan
Anamnesis
RPS Keluhan Utama : poliuri
Durasi : tgt
Lokasi :
Faktor Berat : malam hari
Faktor Ringan : siang hari
Kualitas : jumlah normal
Kuantitas : >3x
Keluhan Penyerta : polidipsi, polifagi, BB turun,
lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfx ereksi,
pruritus vulvae, luka sukar sembuh
RPD obesitas, hipertensi,
RPK ada keluarga yg sakit sama
RSE jarang olahraga, merokok, pola makan tidak sehat
PF
IMT Obese? Overweight?
TTV TD naik? Nafas megap?
Head-to-Toe Tergantung komplikasinya kemana aja
Mata : Tanda2 glaucoma, retina diabeticum
Thorax (Jantung gimana, paru gimana)
Kulit : Ulcus diabeticum
PP GDP (>=126), GDS (>=200), GD2PP, Hba1C
(>=6,5%setiap 3-6 bulan)
Risiko komplikasi : profil lipid (kolesterol total, HDL,
LDL, trigliserid)
Ginjal : kreatinin serum, albuminuria, keton, sedimen
dan protein urin.
Jantung: EKG, foto sinar x dada
Hepar: SGOT, SGPT
Tatalaksana
Farmakologi Metformin 500 mg 2x/hari setelah makan
Glibenclamid 2,5 mg 2x/ hari
Diare
Gastroenteritis:
Keterangan Gastroenteritis
Bakteri Virus Giardiasis Kolera
Anamnesis
RPS 1. Keluhan Utama: 1. Keluhan 1. Keluhan Utama: 1. Keluhan Utama: Diare
Diare Utama: Diare Diare 2. Lokasi: -
2. Lokasi: - 2. Lokasi: - 2. Lokasi: - 3. Onset:-
3. Onset: akut 3. Onset: akut 3. Onset: - 4. Kuantitas: sangat
(tergantung 4. Kuantitas: 4. Kuantitas: <6 kali per sering, terus-menerus
inkubasi sering (>10 hari 5. Kualitas: mengganggu
bakterinya) kali sehari) 5. Kualitas: 6. Memperberat: -
4. Kuantitas: BAB <6 bisa juga >6x mengganggu aktivitas 7. Memperingan:-
kali perhari 5. Kualitas: 6. Memperberat:- 8. Gejala Penyerta: mual
5. Kualitas: mengganggu 7. Memperingan: dan muntah profuse,
mengganggu/tidak aktivitas istirahat dehidrasi (sedang-
mengganggu 6. Memperbera 8. Gejala Penyerta: berat)
aktivtas t:- mual, muntah, Oliguria
6. Memperberat: - 7. Memperinga tenesmus nyata
7. Memperingan: n: istirahat anorexia, malaise,
istirahat 8. Gejala flatulens (buang
8. Gejala Penyerta: Penyerta: angin), penurunan
demam ringan, mual, BB, demam ringan,
mual, muntah, muntah, gangguan tidur,
tenesmus tidak demam
nyata, lemas, BAB suhu>>,
berdarah (karena dehidrasi,
infeksi EIEC) lemas, hilang
9. Kronologis: tidak nafsu makan
didahului dengan (anoreksia)
fase prodromal 9. Kronologis:
didahului
dengan
gejala
prodromal,
mual, dan
muntah
RPD - - - -
RPK bisa terdapat atau - Bisa terdapat atau tidak -
tidak keluhan yang keluhan yang sama
sama
RPSE 1. Sanitasi rumah - 1. sanitasi air yang tidak 1. perjalanan ke daerah
yang kurang baik baik endemik
(septic tank <10m 2. kebiasaan tidak 2. sanitasi air yang buruk
dari sumur) mencuci atau cuci 3. kebiasaan makan
2. Makan di tempat tangan tidak benar tanpa mencuci tangan
yang kurang bersih 3. bepergian ke tempat
3. Tinggal di hunian endemik
yang padat
PF 1. KU: tampak sakit 1. KU: tampak 1. KU: tampak sakit 1. KU: tampak sakit
ringan sakit 2. Antropometri: 2. Kesadaran: terdapat
2. VT: suhu sedikit 2. VT: suhu >>, penurunan BB penurunan kesadaran
meningkat, HR TD, RR biasanya 3. Kesadaran: (somnolen, stupor,
RR DBN >, TD, HR komposmentis atau koma)
3. Pemeriksaan DBN somnolen 3. Antropometri:
kepala dan 3. Pemeriksaan 4. VT: suhu>, RR>, TD, penurunan BB
ekstremitas: bisa kepala dan HR DBN 4. TV: hipotensi,
didapatkan tanda ekstremitas: 5. Pemeriksaan takikardi, Takipneu
dehidrasi (mukosa seringkali abdomen: nyeri 5. Pemeriksaan kepala
kering, turgor ditemukan tekan (palpasi), >> dan ekstremitas: mata
meningkat) tanda- pristaltik (auskultasi) tampak cekung,
4. Pemeriksaan dehidrasi fontanella cekung,
abdomen: terdapat (mukosa mukosa mulut kering,
nyeri tekan, tidak tampak wajah pucat, turgor
terlalu nyata, kering, turgor kulit meningkat
peristaltik kulit>) 6. Pemeriksaan
meningkat pada 4. Pemeriksaan abdomen:
pemeriksaan abdomen: peristaltik>>>, nteri
auskultasi tenesmus tekan abdomen
5. Pemeriksaan rektal: nyata, nyeri
pada anak2 tekan
ditemukan abdomen
meteorismus (palpasi),
>>peristaltik
(auskultasi)
5. Pemeriksaan
rektal: pada
anak2 dapat
ditemukan
meteorismus
PP 1. Pemeriksaan darah 1.Pemeriksaan 1. Pemeriksaann darah 1. Pemeriksaan darah
rutin: eritrosit, Hb, darah rutin : rutin: eritrosit, Hb, rutin
Ht, Hitung jumlah eritrosit, Hb, Ht, Hitung jumlah 2. Pemeriksaan kimia
leukosit (shift to Ht, Hitung leukosit (>>eosinofil) darah: elektrolit bisa
the left) jumlah 2. Pemeriksaan feses: hipokalemia
2. Pemeriksaan feses: leukosit konsistensi lembek, 3. Pemeriksaan pH
volume meningkat, 2. Pemeriksaan bau greasy, darah bisa asidosis
konsistensi lunak feses: volume ditemukan kista dan metabolik
hingga cair, berbau meningkat trofozoit Giardia sp. 4. Pemeriksaan gram-
busuk, warna sedang, bakteri vibrio cholerae
kecoklatan, konsistensi (bakteri gram negatif)
berlendir, cair, 5. Pemeriksaan feses:
pemeriksaan berwarna volume banyak,
mikroskopis dapat kuning konsistensi cair,
ditemukan atau kehijauan berbau amis, warna
tidak eritrosit dan (ampas seperti cucian beras
leukosit (fecal seperti biji
occult blood test) lombok), (kista)
3. Kimia darah: berbau amis.
pemeriksaan kadar Pada
elektrolit pemeriksaan
4. Pemeriksaan gram mikroskopis
tidak
ditemukan
eritrosit dan
leukosit (Trofozoit)
3. Kimia darah:
pemeriksaan
kadar
elektrolitm
enurun
Diagnosis Diare et causa infeksi Diare et causa Giardiasis kolera
Klinis bakteri infeksi
Diagnosis Disentri basiler, diare Disentri basiler, Disentri basiler, diare et Disentri basiler, diare et
Banding et causa infeksi virus, diare et causa causa infeksi bakteri, causa infeksi virus,
diare et causa infeksi infeksi bakteri, diare et causa infeksi Giardiasis
parasit diare et causa virus
infeksi parasit
Terapi 1. Rehidrasi cairan 1. Rehidrasi 1. Infeksi parasit jarang 1. REHIDRASI CAIRAN
2. Anti diare: cairan sebabkan dehidrasi, DAN ELEKTROLIT
atapulgit 2. Anti diare: tetap kasih oralit 30 ml/kgbb (30 mnt)
3. Antibiotik: atapulgit 2. Antidiare : atapulgit lanjut 70ml/kgbb (2
ciprofloxacin/amoxi 3. Anti mual: 3. Antimual: j) usia >>1 th
cilin domperidone domperidone 30 ml/kgbb (1 j) lanjut
4. Anti mual: 4. Anti emetik: 4. Antiemetik: 70ml/kgbb (5 j) usia
domperidone ondansetron ondansetron <<1 th
5. Anti emetik: 5. Anti piretik: 5. Antibiotik:
ondansetron paracetamol/i metronidazole/alben 2. Antidiare : atapulgit
6. Anti piretik: buprofen dazole 3. Antimual:
paracetamol/ibupr 6. Anti piretik: domperidone
ofen paracetamol/ibuprof 4. Antiemetik:
en ondansetron
5. Antibiotik: tetrasiklin
(diberikan setelah
pemberian terapi
rehidrasi, dan
muntah<<)
Diare Disentriform:
1. Disentri basiler
2. Disentri infeksi parasit (Amoeba histolitica)
keterangan Shigellosis amoebiasis
Anamnesis
RPS 1. KU: diare 1. KU: diare
2. Lokasi:- 2. Lokasi:-
3. Onset: - 3. Onset: -
4. Kuantitas: >10 kali/hari 4. Kuantitas: sering
5. Kualitas: mengganggu 5. Kualitas: mengganggu
6. Memperberat:- 6. Memperberat: -
7. Memperingan:- 7. Memperingan: -
8. Gejala penyerta: tenesmus yang nyata, Gejala penyerta: mual, muntah, demam, tenesmus,
kram bagian perut, mual muntah kembung, tanda2 anemia (lemas, mata berkunang2)
(jarang), lemas, febris/demam dll (gejala terkait komplikasikulit, hepar,
peritoneum, genital, serebrum)
RPD - -
RPK - -
RSE 1. sanitasi air yang tidak baik 1. sanitasi air yang tidak baik
2. kebiasaan tidak mencuci atau cuci 2. kebiasaan tidak mencuci atau cuci tangan tidak
tangan tidak benar benar
3. bepergian ke tempat endemik 3. bepergian ke tempat endemik
Trofozoit
Kista
Diagnosis Kerja shigellosis Amebiasis
Diagnosis Disentri basiler et causa EIEC, EHEC, Disentri basiler et causa EIEC, EHEC, shigellosis
banding disentri amoeba
terapi 1. Antipiratik: paracetamol/ibuoprofen 1. Antipiratik: paracetamol/ibuoprofen
(terutama anak2, sebagai upaya 2. Rehidrasi cairan sesuai derajat dehidrasi (jarang)
pencegahan kejang demam) 3. Antibiotik: metronidazole
2. Rehidrasi cairan sesuai derajat 4. Anti Diare: kurang bermanfaat, beri bismuth
dehidrasi subsalisilat
3. Antibiotik: 5. Anti emetik: ondansetron
ciprofloxacine/azithromycine 6. Anti mual: domperidone
4. Anti Diare: kurang bermanfaat, beri
bismuth subsalisilat
5. Anti emetik: ondansetron
6. Anti mual: domperidone
Note:
Dosis
a. Bismuth subsalisilatsediaan tab 262mg (2x1); sediaan susp 262/15ml (1/2tab
) prn pada pediatri
b. Atapulgit sediaan tab 600 mg, (1200 mg tiap <<peristaltik max: 8400mg) ;
(300mg tiap <<peristaltik max: 2100mg)pada pediatri
c. Tetrasiklin sediaan tab 500mg (3-4x1) dalam 3 hari; 25mg/kgbb untuk
pediatri selama 3 hari.
Ini talak dan untuk derajat dehidrasi
Contoh soal :
Keadaan umum : rewel
KU : bayi 6 bulan, mencret
Onset : 2 hr yll
Kualitas : tidak ada lender darah
Kuantitas : 8x sehari, encer dan kekuningan, 3x200cc ( sebotol aqua).
Kel penyerta : muntah dan demam. BAK kuning jernih 4x/hari. Terakhir 1 jam yang lalu.
rewel
Rpd : x
Rpk ; x
Rpsosek : asi lahir-1 bulan. Sekarang minum susu formula dari air rebus, sumber air dari
sumur. Botol susu X sempat di rebus. Hanya di rendam air panas. Pendidikan terakhir ibu
SMA. Kerja di kasir. Imunisasi lengkap.
PEMERIKSAAN FISIK
BB : 6,3kg
TB: 65 cm
RR: 30x/menit
Suhu : 38 C
Nadi : 120x/menit
Pf :
kepala : mata cekung -, ikterik -, anemis-, mukosa mulut kering-, leher KGB dbn, bibir pucat -,
Thorax : paru jantung -> inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dasar vesikuler saja tidak usah
mencari batas2.
Abdomen : timpani, hepar lien (dbn) bising usus meningkat,
Ekstremitas : turgor cepat, akral hangat, capillary refil >2detik. anus tidak ditemukan
ekskoriasi
Pp: pemeriksaan mikros dan makros feses, (kuning,cair,bau asam,darah -,karbohidrat +,
cacing dan telur –
Lab darah lengkap
Maaf ya temen-temen kalo kurang lengkap. Kalo ada yg mau ditambahin bisa langsung di
tambahin yaaa. Bilang ke grup atau pc aku boleh. Hehe semangat osce 6.6. semoga
dilancarkan Amin
IX. NYERI SENDI (PJ : USWA & LALA)
PF
IMT Overweight/obese dbn dbn
TTV dbn dbn TD naik
Head-to-Toe deformitas sendi, nodul reum pada kulit, Arthritis
pembengkakan sendi cts, anemia,PJR monoartikuler,
asimetris, tanda biasanya melibatkan
radang, perubahan sendi
gaya berjalan metatarsophalang 1
atau sendi tarsal
lainnya