Anda di halaman 1dari 59

Daftar Isi :

1. Hipertensi (PJ : Jeremy & Dipa)


2. Demam
3. Kulit (PJ : Hanna & Fitri)
4. Batuk
5. Pandangan Kabur (PJ : Lala & Uswa)
6. Pilek
7. Diabetes Mellitus
8. Diare
9. Nyeri Sendi

NB. Catetan ini masih banyak juga kekurangan, jadi tolong baca catetan yang lain juga ya selama skill
lab. (Buat tiap materi yang mau nambahin apa nanya bisa ke masing-masing PJ yaa, makasih).
Pelajarin SKDI 4a, 3a, dan 3b juga ya. Sebelum baca, inget doa, inget ambil modul, baca ulang.
Sebelum ujian, inget doa, inget materi, professional.

Special Thanks To :

Tim OSCE (Dipa, Rama, Fridha, Anggi, Fitri, Mumtaz, Uswa, Hanna, Lala, Gisma)

Karenia P., Fania Salsabiela, Aditya Eka P.,

Trainer OSCE & Pelet OSCE 6.6. 2019

DOCTAVUS 2016

“OPTIMISM IS THE FAITH THAT LEADS TO ACHIEVEMENT, NOTHING CAN


BE DONE WITHOUT HOPE & CONFIDENCE”
-HELEN KELLER-
BORANG PENILAIAN MAHASISWA (UMUM)

No Aspek yang Dinilai

1. Anamnesis
Selalu ingat sacred 7 fundamental four
2. Pemeriksaan Fisik
Selalu inget Cuci Tangan WHO, jaga privasi, ttv, head to toe
3. Pemeriksaan Penunjang
Hafalin batas normal lab & baca2 gambar juga
4. Diagnosis dan Diagnosis Banding
Banyakin DD aja, minimal 3
5. Terapi dan Tata Laksana
Farmakologi bikin resep! Nonfarmakologi ada edukasi sama intervensi medis (bedah
dkk)
6. Komunikasi konseling
Urutin dari penyakitnya kaya gimana, proses perjalanan, obat/terapi, edukasiin gimana
gaya hidupnya sama pas lagi proses pengobatan harus gimana, kasih tau juga tekenin
yang sekiranya penting
7. Profesionalisme
Keep calm, berikan perhatian pada pasien, jangan jijikan, runtut, dan semangat 
Jumlah
I. HIPERTENSI (PJ : JEREMY & DIPA)

A. Diagnosis Kerja :
1. Hipertensi Esensial
2. Hipertensi Sekunder
B. Diagnosis Banding :
1. Hipertensi Esensial :
1.1. Grade 1
1.2. Grade 2
1.3. Grade 3
1.4. Sistolik
2. Hipertensi Sekunder :
2.1. Grading :
2.1.1. Grade 1
2.1.2. Grade 2
2.1.3. Grade 3
2.1.4. Sistolik
2.2. Et Causa
2.2.1. Stroke
2.2.2. Dislipidemia
2.2.3. Hiperkolesterolimia
2.2.4. CKD
2.2.5. CHF

C. Penjelasan :

Keterangan Hipertensi Esensial/Primer Hipertensi Sekunder


Anamnesis
RPS Keluhan Utama : Pusing Keluhan Utama : Pusing
Durasi : (?) Durasi : (?)
Onset : (?) Onset : (?)
Lokasi : Kepala Lokasi : Kepala
Kuantitas : Berapa kali dalam seminggu Kuantitas : Berapa kali dalam seminggu
Kualitas : Menggangggu aktivitas Kualitas : Menggangggu aktivitas
Faktor Berat : Aktivitas Fisik, Diet Tinggi Faktor Berat : Aktivitas Fisik, Diet Tinggi
Garam Garam
Faktor Ringan : Istirahat Faktor Ringan : Istirahat
Keluhan Penyerta : Malaise, Palpitasi, Keluhan Penyerta : Malaise, Palpitasi,
Sesak* Sesak, Poliuri (CKD)

RPD Penyakit yang Sama : + Penyakit yang Sama : +


Penyakit Degeneratif : - Penyakit Degeneratif : + (CKD, CHF, Stroke,
Thyroid Disease)
RPK Penyakit yang Sama : + Penyakit yang Sama : +
Penyakit Degeneratif : - Penyakit Degeneratif : + (CKD, CHF, Stroke)
RPO ? Adrenal Steroids (ex:/ Prednisone)
Amphetamine (ex:/ Phendimetrazine)
Estrogen
NSAID Inhibitor CCX2
RSE Pekerjaan : Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir * : Pendidikan Terakhir * :
Tempat Tinggal : Tempat Tinggal :
Hobi : Hobi :
Aktivitas Fisik : Kurang Aktivitas Fisik : Kurang
Makanan : Diet tinggi Natrium & Junk Food Makanan : Diet tinggi Natrium & Junk Food
Rokok : + Rokok : +
Alkohol : + Alkohol : +
Stress Psikososial Stress Psikososial
Pemeriksaan
Fisik
IMT Overweight – Obese  Faktor Resiko Overweight – Obese  Faktor Resiko
TTV Gold Standard : Tekanan Darah
A. Konsensus 2019

B. JNC VIII (dkk.)

Head to Toe dbn CHF :


Thorax :
Perkusi : Cardiomegali
Auskultasi (ada Rales inspiratorik & suara
jantung tambahan S3 dan/atau S4)
Ekstremitas : Edem, Clubbing Finger,
Sianosis
CKD :
Ekstremitas : Edem, Clubbing Finger,
Sianosis
Pemeriksaan Profil Gula Darah Profil Gula Darah
Penunjang (GDS <200, GDP<126, GD2PP<180, HbA1c (GDS <200, GDP<126, GD2PP<180, HbA1c
40-60) 40-60)
Profil Lipid Profil Lipid
(LDL, HDL, Kolesterol <200, Trigliserid <200) (LDL, HDL, Kolesterol <200, Trigliserid <200)
Ureum Kreatinin Ureum Kreatinin
(Ureum 19-38, Kreatinin 0,9-1,1) (Ureum 19-38, Kreatinin 0,9-1,1)
EKG (untuk menapis gangguan kardiak lain EKG (untuk menapis gangguan kardiak lain
dan aritmia, diperiksa pada sandapan LVH) dan aritmia, diperiksa pada sandapan LVH)
Tatalaksana
Farmakologi A. JNC VIII
B. Konsensus 2019
Non Penurunan BB Ideal (IMT 18,5-24,9 kg/m2) Penurunan BB Ideal (IMT 18,5-24,9 kg/m2)
Farmakologi (rata2 penurunan 5-20mmHg/10kgBB) (rata2 penurunan 5-20mmHg/10kgBB)
Diet/DASH (Dietary Approaches to Stop Diet/DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension) (rata2 penurunan 8- Hypertension) (rata2 penurunan 8-
14mmHg) 14mmHg)
Pembatasan Intake Natrium (kurangi Pembatasan Intake Natrium (kurangi
hingga <100mmol/hari) rata2 (penurunan hingga <100mmol/hari) rata2 (penurunan
2-8mmHg) 2-8mmHg)
KIE (Lampiran) (Lampiran)

C. Lampiran

DASAR TEORI

a. Definisi
Definisi hipertensi menurut JNC VII 2003( Seventh Joint National Committee) on High
Blood Pressure, adalah tekanan darah sistolik yang lebih besar atau sama dengan 140 mmHg
atau peningkatan tekanan darah diastolik yang lebih besar atau sama dengan 90 mmHg. Hasil
pengukuran tersebut dilakukan 2 atau lebih pemeriksaan dan dibuat rata-rata. Pemeriksaan
tekanan darah dilakukan pada posisi duduk atau berbaring .
b. Etiologi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada
kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial atau hipertensi primer).
Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Kelompok lain dari
populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai
hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila
penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat
disembuhkan secara potensial.
1. Hipertensi primer (essensial)
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial (hipertensi
primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial merupakan 95% dari seluruh kasus
hipertensi. Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini
telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi
primer tersebut. Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya
menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi
primer. Menurut data, bila ditemukan gambaran bentuk disregulasi tekanan darah yang
monogenik dan poligenik mempunyai kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak
karakteristik genetik dari gen-gen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga
didokumentasikan adanya mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine,
pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen.
2. Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit komorbid
atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah . Pada kebanyakan kasus,
disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab
sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah.
Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang
bersangkutan atau mengobati/mengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya sudah
merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder.
c. Patofisiologi
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam millimeter
merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darah sistolik (TDS) dan
tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama kontraksi jantung dan TDD diperoleh
setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi. Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah
berkontribusi secara potensial dalam terbentuknya hipertensi. Faktor-faktor tersebut adalah :
 Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi diurnal),
mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap stress psikososial dll
 Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor
 Asupan natrium (garam) berlebihan
 Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
 Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi
angiotensin II dan aldosterone
 Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitritoxida (NO), dan peptide natriuretic
 Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus vaskular
dan penanganan garam oleh ginjal
 Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh darah
kecil di ginjal
 Diabetes mellitus
 Resistensi insulin
 Obesitas
 Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
 Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung, karakteristik
inotropik dari jantung, dan tonus vascular
 Berubahnya transpor ion dalam sel

Gambar 1 . Mekanisme patofisiologi dari hipertensi


d. Penatalaksanaan
2. Konseling
Sangat sulit untuk mendeteksi dan mengobati penderita hipertensi secara tepat. Di sisi
lain, harga obat-obat antihipertensi tidaklah murah, terlebih obat-obat baru dan
mempunyai banyak efek samping. Karena alasan inilah pengobatan hipertensi memang
penting tetapi tidak lengkap tanpa dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan
faktor resiko penyakit jantung akibat hipertensi. Pencegahan sebenarnya merupakan
bagian dari pengobatan hipertensi karena mampu menghambat terjadinya hipertensi
dan komplikasinya. Pencegahan hipertensi dilakukan melalui dua pendekatan. Yang
pertama adalah dengan intervensi untuk menurunkan tekanan darah di populasi dengan
tujuan menggeser distribusi tekanan darah ke arah yang lebih rendah. Yang kedua
adalah dengan menggunakan strategi penurunan tekanan darah ditujukan pada mereka
yang mempunyai kecenderungan meningginya tekanan darah. Kelompok masyarakat
ini termasuk mereka yang mengalami tekanan darah normal dalam kisaran yang tinggi
(TDS 130-139 mmHg atau TDD 85-89 mmHg), riwayat keluarga ada yang menderita
hipertensi, obsitas, tidak aktif secara fisik, atau banyak minum alkohol dan garam.
Ada berbagai cara yang terbukti mampu untuk mencegah terjadinya hipertensi, yaitu :
a. pengendalian berat badan,
b. pengurangan asupan natrium kloride,
c. aktifitas alkohol,
d. pengendalian stress.
Gaya Hidup yang Sehat bagi Penderita :
a. Pola Makan yang Sehat
- Makan sayur-sayuran
- Buah ( melon, timun, semangka)
b. Pola Hidup yang Sehat
- Tidur yang cukup (minimal 7-8jam)
- Olah raga ( jalan pagi )
- Tidak memikirkan hal-hal yang berat
- Istirahat
- Tidak melakukan banyak aktivitas
c. Pengelolaan Diri
Pengelolahan diri adalah prosedur dimana individu mengatur
perilakunya sendiri . Sementara arti manajemen diri adalah dimana setelah
seseorang menetapkan tujuan hidup bagi dirinya, ia harus mengatur dan
mengelola dirinya sebaik-baiknya untuk membawanya ke arah tercapainya
tujuan hidup dan itu juga segenap kegiatan dan langkah mengatur dan
mengelola dirinya. Strategi self management adalah melibatakan membantu
klien untuk mengamati perilakunya, menetapkan tujuan bagi dirinya sendiri,
mengidentifikasi penguat yang cocok, merencanakan graded steps (langkah-
langkah yang diberi nilai) untuk mencapai tujuannya, dan menetapkan kapan
menerapkan konsekuensi.
Self-management (Pengelolaan Diri)
Self-management (Pengelolaan Diri) memiliki beberapa pengertian. Secara umum
dapat disimpulkan bahwa Self-management (Pengelolaan Diri) merupakan ketrampilan
individu untuk mengelola dirinya sendiri, dengan memahami potensi yang dimiliki,
untuk mengatur dan mempengaruhi perilaku agar dapat mencapai target yang
diinginkan.
Unsur Pengelolaan Diri terdiri atas 4 unsur penting, yaitu :
1.Self-knowledge (pengetahuan diri)
Pengetahuan diri adalah unsur penting dari Self-management (Pengelolaan Diri), karena
pengetahuan tentang diri (Self-knowledge) adalah dasar dari program ini. Pengetahuan diri
mendasari penentuan perilaku yang akan diubah, faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku, dan cara yang efektif untuk mengubahnya. Selain itu juga diperlukan pengetahuan
diri tentang potensi diri dan potensi lingkungan yang dibutuhkan untuk pengubahan
perilaku. Perilaku ini menurut Watson & Tharp (1983) meliputi perbuatan, pikiran dan
perasaan.
2.Planning (Perencanaan)
Unsur kedua Self-management (Pengelolaan Diri) adalah perencanaan dalam program
modifikasi perilaku diri sendiri. Perencanaan pengubahan perilaku diri sendiri harus
didasari komitmen yang kuat untuk berubah, yaitu keinginan berubah menjadi lebih baik.
Individu melakukan perencanaan pengubahan perilaku setelah mendapat informasi yang
diperlukan tentang diri dan lingkungannya. Perencanaan dilakukan agar tujuan pengubahan
perilaku dapat lebih mudah tercapai.
3.Information Gathering (penggabungan informasi)
Untuk membantu proses pengubahan perilaku diperlukan berbagai informasi sebagai data
pendukung. Macam-macam informasi yang diperlukan meliputi informasi tentang jenis,
faktor yang mempengaruhi, dan cara yang efektif merubah perilaku. Informasi tersebut
digabungkan (dikumpulkan) agar dapat menghasilkan suatu petunjuk yang jelas dalam
mengubah perilaku.
4. Modification of Plan (modifikasi perencanaan)
Modifikasi perencanaan haruslah didasari komitmen yang kuat, yaitu komitmen untuk
terus melakukan pengubahan untuk mendapatkan perilaku yang lebih baik. Unsur ini pada
pokoknya membahas tentang adanya tahap modifikasi perencanaan melalui tahap
evaluasi.
Tujuan Self-management (Pengelolaan Diri)
Menurut Victor Frankl, dorongan yang dimiliki orang yang sehat adalah kemauan
untuk selalu menemukan arti dalam kehidupannya. Pada akhirnya kemauan manusia untuk
menemukan arti ini akan menjadi tujuan akhir dari Self-management (Pengelolaan Diri).
Konsep Victor Frankl yang terkenal adalah Logotherapy. Di dalam konsep ini Frankl
menjelaskan bahwa manusia hidup di dunia tidak akan terlepas dari berbagai macam
problem dan masalah yang berat. Bahkan tidak sedikit dari permasalahan tersebut yang
menghantarkan kita ke dalam keadaan tidak berdaya (learn helplesness). Bagi sebagian
orang, religiusitas atau agama mampu untuk memunculkan motivasi untuk kembali
menemukan arti. Tetapi tidak sedikit orang tidak mampu untuk kembali menemukan arti
walaupun memiliki religiusitas, agama, atau kepercayaan tersebut. Keadaan tidak berdaya
ini perlu untuk diatasi dengan cara mengembalikan kebebasan kita yang hakiki. Keadaan
memang bisa menghambat kebahagiaan kita, tetapi tidak untuk kebebasan kita. Kita tetap
bebas untuk memilih tindakan apa yang akan kita lakukan. Ketika kita memiliki kemauan
untuk menemukan arti, tidak peduli seberat apa problem yang kita hadapi, kita pasti akan
mampu untuk menghadapi problem kita tersebut.
Cara Untuk Pengelolaan Diri
Kegiatan pengelolaan diri sebagian besar merupakan kegiatan yang bersifat
personal. Artinya kesuksesan dalam pengelolaan diri sangat tergantung pada kesadaran
masing-masing individu untuk menyadari apa yang salah pada dirinya, bukan karena orang
lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melatih pengelolaan diri yaitu :
1. Refleksi diri
Refleksi diri merupakan kegiatan untuk melihat kembali berbagai macam kejadian yang
dialami seseorang. Kemudian kejadian tersebut dapat dituliskan misalnya berupa catatan
harian. Dari rangkuman kejadian tersebut, individu mampu untuk mencari makna pada
setiap kejadian. Pada akhirnya individu, membuat langkah perubahan yang nyata.
2. Membuat skala prioritas
Skala prioritas merupakan kegiatan untuk membagi rutinitas sehari-hari menurut tingkat
kepentingannya. Rutinitas bisa dibagi berdasarkan sifatnya yang penting-mendesak, tidak
penting-mendesak, penting- tidak mendesak, dan tidak penting-tidak mendesak.
3.Positive Thinking (Berpikir Positif)
Berpikir positif merupakan cara berpikir secara logis yang memandang sesuatu dari segi
positifnya baik terhadap dirinya sendiri,orang lain, maupun keadaan lingkungannya.
Sehingga ia tidak akan putus asa atas masalah yang dihadapinya dan mudah dalam
mencari jalan keluarnya.

Rangkuman Obat hipertensi


1. ACEI
a. Captopril
Sediaan: tablet 12,5 mg dan 25 mg
Dosis: 12,5-25 mg 2-3 kali sehari. Untuk anak anak 6,25-12,5 mg 1-2 kali sehari per
oral
Pemakian: sebelum makan
ESO: Batuk
b. Benazepril
Sediaan: tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg, 40 mg
Dosis: 10 mg 1 kali sehari. Untuk anak-anak 0,2 mg/kgBB 1 kali sehari
Pemakaian: sebelum tidur
ESO: pusing
2. CCB
a. Amlodipin
Sediaan: tablet 2,5 mg, 5 mg, dan 10 mg
Dosis: 5 mg 1 kali sehari. Untuk anak-anak 2,5-5mg 1 kali sehari
Pemakaian: sebelum atau sesudah makan
ESO: Angioedem (bengkak pada tungkai), pusing
b. Nifedipin
Sediaan: kapsul 5 mg, tablet 5 mg dan 10 mg
Dosis: 10 mg 1-3 kali sehari
Pemakaian: sesudah makan
ESO: Sakit kepala
3. ARB
a. Candesartan
Sediaan: Tablet 8 mg, tablet 16 mg
Dosis: 8 mg sekali minum 2 kali sehari PO
Pemakaian: sebelum atau sesudah makan
ESO: Pusing
b. Losartan
Sediaan: 25 mg dan 50 mg
Dosis: 50 mg sehari sekali, 0,7 mg/kgBB sehari sekali
Pemakaian: sebelum atau sesudah makan
ESO: pusing, hidung tersumbat
3. Thiazid
a. Hidroclorotiazid
Sediaan: tablet 25 mg dan 50 mg
Dosis: 12,5-25 mg sehari sekali
Pemakaian: pada pagi hari
ESO: gangguan saluran cerna
4. Beta Bloker
a. Propranolol
Sediaan: tablet 10 mg, 40 mg, 80 mg, 160 mg. Injeksi propranolol HCL 1 mg/ml
Dosis: 80 mg 2 kali sehari
Pemakaian: sebelum atau sesudah makan
II. DEMAM (PJ : RAMA & GISMA)

DEMAM

KASUS 1

1. Diagnosis kerja: Demam Berdarah Dengue


2. Diagnosis Banding: Malaria, demam typhoid, demam akibat infeksi virus lain
3. RPS
a. Keluhan Utama: Badan panas
b. Durasi 2-7 hari
c. Lokasi: seluruh badan?
d. Faktor memperberat: bisa ada bisa gak
e. Faktor memperringan: idem
f. Kualitas: mengganggu aktivitas
g. Kuantitas: Panas tinggi mendadak, gak mandang pagi/siang/malam panasnya
h. Keluhan Penyerta: Ruam kemerahan di kulit, perdarahan (epistaksis, perdarahan gusi,
dll)
4. RPD: bisa pernah
5. RPK: keluarga bisa ada yang pernah kena
6. RPSOSEK: tetangga bisa ada yang pernah kena
7. PF
a. Keadaan umum (tampak lemah/sakit), kesadaran (kompos mentis/tidak), general
inspection (ada tanda-tanda syok gak? buat menentukan dbd nya with or without
shock ), TTV (RR bisa cepat, nadi bisa cepat dan lemah, suhu tubuh tinggi, tensi bisa
normal)
b. PF thorax abdomen (bisa ada pembesaran hepar)
c. PF vaskuler Rumple Leed = itung jumlah ptekiae > 10

NB:
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat
sudah ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi)

Derajat Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya


I manifestasi perdarahan ialah uji bendung.

Derajat Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit


II dan atau perdarahan lain.
Derajat Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
III lambat, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau
kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit
dingin dan lembap dan anak tampak gelisah.

Derajat Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba


IV dan tekanan darah tidak terukur.

8. PP
a. lab darah (HT meningkat tanda kebocoran plasma, TROMBOSIT TURUN, leukosit bisa
turun)
b. serologi antibodi igM (+) igG (-) = kemungkinan infeksi primer
c. serologi antibodi igM (+) igG (+) = kemungkinan infeksi sekunder...
d. serologi antigen Non-Struktural 1 (NS1) (+)

9. TERAPI

Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok


Anak dirawat di rumah sakit

 Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air
sirup, susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran
plasma, demam, muntah/diare.
 Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
 Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
 Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
 Kebutuhan cairan parenteral
 Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
 Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
 Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
 Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
 Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan
jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena
biasanya hanya memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran
pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.
 Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata
laksana syok terkompensasi (compensated shock).
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok

 Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit
secarra nasal.
 Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
 Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
 Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi
darah/komponen.
 Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
 Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu
banyak daripada pemberian yang terlalu sedikit.

FARMAKOLOGIS:

R/ Paracetamol tab 500 mg no. XXI

s. 3. d. d. 1 tab. p. c

buat anak-anak pake sirup bisa... dosis parasetamol: 10-15 mg/kg BB/x.
Sediaannya ada yang 120mg/5ml terus satu botol isinya biasanya 60 ml...

10. KIE
a. Prognosis dubia ad bonam
b. EDUKASI
Edukasi penyakit, obat, FR, komplikasi, dll
PSN
3M
Menggunakan repellent (autan?), menggunakan pakaian lengan panjang untuk
menghindari gigitan nyamuk, jangan menggantung baju banyak-banyak, memasang
kelambu pada waktu tidur atau obat nyamuk
Untuk komunitas juga bisa usul pengendalian vektor nyamuk baik biologis maupun
kimia
Penyuluhan

KASUS 2
1. Diagnosis kerja: Malaria (dengan/tanpa komplikasi)
2. Diagnosis Banding: DBD, demam typhoid, demam akibat infeksi virus lain
3. RPS
a. Keluhan Utama: Badan panas
b. Durasi 2-7 hari
c. Lokasi: seluruh badan?
d. Faktor memperberat: bisa ada bisa gak
e. Faktor memperringan: idem
f. Kualitas: mengganggu aktivitas
g. Kuantitas: Demam tinggi sekali, demam intermitten (suhu naik ntar balik ke suhu
normal)
h. Keluhan Penyerta: menggigil, nyeri kepala, nyeri otot, berkeringat
4. RPD: riwayat pernah sakit malaria
5. RPK: riwayat keluarga pernah sakit malaria
6. RPSOSEK: RIWAYAT BEPERGIAN 1-4 MINGGU LALU KE DAERAH ENDEMIS MALARIA
(PAPUA DLL), tinggal di daerah endemis, riwayat pernah minum obat malaria satu bulan
terakhir, riwayat transfusi darah
7. PF
a. Keadaan umum (tampak lemah/sakit), kesadaran (kompos mentis/tidak), general
inspection (CARI TANDA-TANDA ANEMIA KAYAK konjungtiva/telapak tangan pucat),
TTV (RR bisa cepat, nadi bisa cepat dan lemah, suhu tubuh tinggi, tensi bisa normal
atau turun)
b. PF thorax abdomen (bisa ada pembesaran hepar)

NB:
Menentukan malaria dengan/tanpa komplikasinya liat kriteria ini; dikatakan TANPA
KOMPLIKASI bila Tidak ada tanda di bawah ini:

 perubahan kesadaran
 anemia berat (hematokrit < 15% atau hemoglobin < 5 g/dl)
 hipoglikemia (gula darah < 2.5 mmol/liter atau < 45 mg/dl)
 gangguan pernapasan
 ikterik.

8. PP
a. lab darah
b. Apusan darah tepi (buat liat Plasmodium)
c. Rapid Diagnostic Test (buat liat antigen) (+)

9. TERAPI
a. Farmakologis
(ini lini pertama buat tanpa komplikasi ya...)
1) Artesunat ditambah amodiakuin.
Tablet terpisah 50 mg artesunat dan 153 mg amodiakuin basa (saat ini
digunakan dalam program nasional).
 Artesunat : 4 mg/kgBB/dosis tunggal selama 3 hari ; peroral
 Amodiakuin : 10 mg-basa/kgBB/dosis tunggal selama 3 hari ;
peroral

2) Paracetamol

R/ Paracetamol tab 500 mg no. X

s. 3. d. d. 1 tab. p. C

b. Non farmakologis

Istirahat tirah baring

Makan bergizi, diet cukup kalori dan protein

Jaga cairan cukup

10. KIE
a. Prognosis: kalau ada komplikasi ya dubia ad malam...
b. EDUKASI
Edukasi tentang penyakit, cara minum obat, faktor risiko, dll
Menghindari gigitan nyamuk Anopheles
Jika sudah 3 hari kok masih panas suruh ke dokter lagi...
EDUKASI PENCEGAHAN sebelum bepergian ke daerah endemis bisa
dilakukan kemoprofilaksis dengan doksisiklin diminum 1 hari sebelum
keberangkatan dosis 2 mg/kgBB satu hari sekali selama tidak lebih dari 12
minggu... KONTRAINDIKASI ANAK < 8 tahun dan IBU HAMIL
Edukasi komplikasi

KASUS 3

1. Diagnosis kerja: DEMAM TYPHOID


2. Diagnosis Banding: DBD, malaria, demam akibat infeksi virus lain
3. RPS
i. Keluhan Utama: Badan panas
j. Durasi : >= 7 hari
k. Lokasi: seluruh badan?
l. Faktor memperberat: bisa ada bisa gak
m. Faktor memperringan: idem
n. Kualitas: mengganggu aktivitas
o. Kuantitas: Demam step ladder (semakin tinggi setiap hari, terutama sore)
p. Keluhan Penyerta: diare atau konstipasi, kembung, mual, muntah, nyeri perut,
sakit kepala atau batuk
4. RPD: bisa pernah ada sebelumnya
5. RPK: idem
6. RPSOSEK: Kebiasaan makan dan jajan sembarangan, higienitas kurang, tetangga/teman
bisa ada yang perna kena
7. PF
a. Keadaan umum (tampak lemah/sakit), kesadaran (delirium), general inspection (kalau
berat bisa ada ikterik), TTV (RR bisa cepat, nadi bisa cepat dan lemah, suhu tubuh
tinggi, tensi bisa normal atau turun)
c. PF thorax abdomen (bisa ada pembesaran hepar dan lien)

8. PP
a. lab darah (penurunan kadar hemoglobin, trombositopenia, kenaikan LED, leukopeni,
aneosinofilia, limfositosis relatif, trombositopenia (pada demam tifoid berat))
b. Kultur darah (biakan empedu) untuk melihat Salmonella typhi
c. uji serologi Widal. mendeteksi adanya antibodi aglutinasi terhadap antigen O
yang berasal dari somatik dan antigen H yang berasal dari flagella Salmonella
typhi. Diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan apabila ditemukan titer O
aglutinin sekali periksa mencapai ≥ 1/200 atau terdapat kenaikan 4 kali pada
titer sepasang
d. uji serologi TUBEX test
e. uji serologi Typhidot. Menilai antibodi igM igG

9. TERAPI
a. Farmakologis

(Dewasa)

R/ Kloramfenikol 250 mg Cap No. XXXV


s. 4. d. d. 2 cap. p.c

(Anak-anak)
kloramfenikol (50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis per oral
atau intravena) selama 10-14 hari.
Paracetamol

R/ Paracetamol tab 500 mg no. X

s. 3. d. d. 1 tab. p. C
b. Non farmakologis
Istirahat tirah baring
Makan bergizi, diet cukup kalori dan protein
Jaga cairan cukup

10. KIE
a. Prognosis: dubia ad bonam
b. EDUKASI
Edukasi penyakit, obat, faktor risiko, komplikasi, dll
Edukasi tentang PHBS seperti membiasakan cuci tangan dengan sabun
sebelum makan atau menyentuh alat makan/minum, mengkonsumsi makanan dan
minuman bergizi yang sudah dimasak matang, menyimpan makanan dengan benar
agar tidak dihinggapi lalat atau terkena debu, memilih tempat makan yang bersih
dan memiliki sarana air memadai, membiasakan buang air di kamar mandi, serta
mengatur pembuangan sampah agar tidak mencemari lingkungan.
III. KULIT (PJ : FITRI & HANNA)

 Varisela zoster
UKK : Vesikel multipel diskret di atas kulit eritem
PP : Tzanc test
Terapi : simptomatik
Asiklovir 5 x 800 mg selama 7-10 hari atau anak-anak 4 x 20 mg/kgBB (dosis maksimal
800 mg)

 Herpes zoster
UKK : vesikel diatas kulit eritematosa unilateral megikuti dermatom
Terapi :
1. Simptomatik
2. Hindari aspirin karena dapat menyebakan Reye’s syndrome
3. Topikal : Bedak salisilat 2% agar vesikel tidak pecah, jika sudah erosi diberi kompres
4. Antivirus
a. Asiklovir 5 x 800 mg selama 7-10 hari atau anak-anak 4 x 20 mg/kgBB (dosis
maksimal 800 mg), atau
b. Valasiklovir: dewasa 3 x 1000 mg/hari. Pemberian obat tersebut selama 7-10 hari
dan efektif diberikan pada 24 jam pertama setelah timbul lesi.

 Herpes simpleks
Penatalaksanaan :
1. Antivirus
a. Asiklovir 5 x 200 mg selama 5 hari atau
b. Valasiklovir: dewasa 2 x 500 mg/hari. Pemberian obat tersebut selama 7-10 hari
2. Pada herpes genitalis diedukasi tentang petingnya agar tidak melakukan hubungan
seksual ketika masih ada lesi atau ada gejala prodromal

 Morbili
o Prodromal demam tinggi, malaise, bapil, konjungtivitis + 4hr
o Bercak Koplik  enanthem patognomonik (macula eritem miliar disertai bintik-bintik
putih kebiruan di mukosa buccal dekat gigi molar 2. 1-2 hari sebelum muncul erupsi
kulit.
o Eksanthema kulit dimulai dari belakang telinga, wajah dan leher baru meluas ke seluruh
tubuh  macula, papul eritematosa miliaris generalisata
o 3C : Conjunctivitis, Cough, Coryza
o Terapi
Lini pertama : suportif
Antibiotik bila ada infeksi bakteri sekunder
Vit A 1x200.000. IU selama 2 hr
Vaksin
 Lepra
5A signs :
1. Akromia : perubahan warna (hipopigmentasi/eritema)
2. Anestesia
3. Anhidrosis
4. Alopesia
5. Atrofi pada otot

PP : tuberculin skin test, chest X-ray


Terapi :
1. Terapi pada pasien PB:
a. Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat diminum di depan
petugas) terdiri dari: 2 kapsul Rifampisin @300 mg (600 mg) dan 1 tablet
Dapson/DDS 100 mg.
b. Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tabletDapson/DDS 100 mg. 1
blister obat untuk 1 bulan.
c. Pasien minum obat selama 6-9 bulan (± 6 blister).
d. Pada anak 10-15 tahun, dosis Rifampisin 450 mg, dan DDS 50 mg
2. Terapi pada Pasien MB:
a. Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat diminum di depan
petugas) terdiri dari: 2 kapsul Rifampisin @ 300 mg (600 mg), 3 tablet Lampren
(klofazimin) @ 100 mg (300mg) dan 1 tablet dapson/DDS 100 mg.
b. Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet lampren 50 mg dan 1
tablet dapson/DDS 100 mg. 1 blister obat untuk 1 bulan.
c. Pasien minum obat selama 12-18 bulan (± 12 blister)
d. Pada anak 10-15 tahun, dosis Rifampisin 450 mg, Lampren150 mg dan DDS 50
mg untuk dosis bulanannya, sedangkan dosis harian untuk Lampren 50 mg diselang
1 hari.
3. Dosis MDT pada anak <10 tahun dapat disesuaikan dengan beratbadan:
a. Rifampisin: 10-15 mg/kgBB
b. Dapson: 1-2 mg/kgBB
c. Lampren: 1 mg/kgBB
4. Obat penunjang (vitamin/roboransia) dapat diberikan vitamin B1, B6, dan B12.
5. Tablet MDT dapat diberikan pada pasien hamil dan menyusui. Bila pasien juga
mengalami tuberkulosis, terapi rifampisin disesuaikandengan tuberkulosis.

 Skabies
Gejala : gatal di malam hari/saat penderita berkeringat, predileksi pada sela jari, aksilam
umbilikus, areola mammae
PF : lesi kulit berupa kanalikuli berwarna putih atau abu-abu
PP :
Terapi :
1. Perbaiki higienitas diri dan lingkungan
2. Diberi obat topikal berupa krim permetrin 5%, gamexan 1% (tak boleh pada anak
berumur kurang dari 6 tahun, ibu hamil, menyusup karena toksik terhadap SSP)
 Dermatofitosis
Klasifikasi dermatofitosis berdasarkan lokasi:
1. Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala.
PP : Wood’s lamp (pendar kuning kehijauan); KOH 10% (hifa panjang bersepta)
Terapi : Griseofulvin 20-25 mg/kgBB/hr slm 6-8mgg; Shampoo Ketokonazol 2%
untuk keramas (didiamkan 5-15menit sebelum dibilas)

2. Tinea barbae, dermatofitosis pada dagu dan jenggot.


3. Tinea kruris, pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan perut bagian bawah.
4. Tinea pedis et manum, pada kaki dan tangan.

5. Tinea unguium, pada kuku jari tangan dan kaki.


Terapi : Itraconazol Pulsed Therapy : 400mg/hr slm 7 hari pd minggu pertama setiap
bulan, untuk jari tangan 4 bulan sedangkan jari kaki 6 bulan

6. Tinea korporis, pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas. Bila terjadi
di seluruh tubuh disebut dengan tinea imbrikata.

PF : lesi berbentuk infiltrat eritematosa, batas tegas dengan bagian tepi lebih aktif daripada
bagian tengah
PP : pemeriksaan KOH 10%
Terapi :
1. Higienitas diri, pemakaian handuk/pakaian secara bersamaan harus dihindari
2. Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu dengan antifungal topikal
seperti krim klotrimazol, mikonazol, atau terbinafin yang diberikan hingga lesi hilang
dan dilanjutkan 1-2 minggu kemudian untuk mencegah rekurensi
3. Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap terapi topikal dilakukan
pengobatan sistemik dengan
a. Griseofulvin dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g per hari untuk orang dewasa dan
0,25 – 0,5 g per hari untuk anak-anak atau 10-25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2
dosis
b. Golongan azol, seperti Ketokonazol: 200 mg/hari; Itrakonazol: 100 mg/hari atau
Terbinafin: 250 mg/hari. Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada pagi hari
setelah makan.

 Pitiriasis versicolor
PF : makula, plak hipopigmentasi/eritem/hiperpigmentasi, skuama halus
PP : Wood’s lamp (flouresensi keemasan), KOH 10-20% (spaghetti and meatballs)
Terapi :
1. Ketokonazol 1x200 mg selama 10 hari atau
2. Itrakonazol p.o 1x200 mg selama 5-7 hari
3. Shampoo ketokonazol 2% untuk mandi, didiamkan 5-15 menit sebelum dibilas

UUK
Eritem: kemerahan
Hiperpigmentasi: kehitaman
Hipopigmentasi: putih
Plak: peninggian permukaan kulit
Benjolan
1. cairan jernih: vesikel (kecil)  varicella/ herpes zoster, bula (besar)  herpes zoster
2. nanah: pustul
3. padat: papul (kecil), nodul (besar)
Skuama: kulit kering ngelupas
Krusta: keropeng/ koreng isinya nanah & darah  cairan nanah dari vesikel yang pecah trs jadi
koreng
Kedalaman luka  erosi, ekskoriasi, ulkus
Jamur (tinea)
-kapitis: kepala
-korporis: badan
-krurus: selangkangan/ lipatan tubuh
-pedis: tangan
-ungularis: punggung kaki
Pitriasis vesikolor
PF: hifa pendek bersepta, pewarnaan kuning keemasan
Skabies
PF: burrow ink tes (kanalikulinya tinted wrn biru)
IV. BATUK (PJ : FITRI & HANNA)

 Jenis-jenis batuk
1. Batuk berdahak (setiap batuk keluar dahaknya, obatnya mukolitik untuk
mengencerkan + ekspektoran untuk mengeluarkan dahaknya)
2. Batuk tidak berdahak (batuknya kering, golongan obatnya pake yg atitusif)
3. Batuk berdarah ( batuk yang disertai darah, bisa menjadi tanda awal penyakitnya)
Berdasarkan waktu:
- Akut :<3 mg karena bakteri, virus di saluran napas atas
- Sub Akut : 3-8 mgg krn gang epitel
- Kronis : >8 mg krn penyempitan sal. napas atas dan penyakit berat seperti
asma, TBC, PPOK.
Berdasarkan penyebab:
- Batuk berdahak
- Batuk kering
- Batuk khas : batuk rejan sampai 100 hari dan menyumbat sal. napas terjadi pd anak
anak
- Batuk TBC: berbulan-bulan dan disertai darah
- Batuk krn asma : banyak lendir yg dpt meranggsang batuk
- Batuk krn penyakit jantung : bendungan darah di paru-paru shg paru basah dan
merangsang batuk
- Batuk krn kanker paru
- Batuk krn benda asing
 Cara menilai batuk, perlu menanyakan:
- Frekuensi : intermint (berselang) atau persisten (terus-menerus)
- Keparahan : variasi diurnal
- Karakterisktik batuk : batuk kering, atau berdahak
- Symptom lain yang berkaitan : nyeri dada
- Pemicu batuk : asap rokok, cuaca dingin, dan sebagainya.
 Sputum
Tipe sputum :
- Mukoid : bronchitis kronik
- Warna kuning atau hijau : infeksi
- Darah : karsinoma bronkus, TB paru
- Warna merah kecokelatan seperti karat : pneumonia
- Warna merah muda dan berbusa : udem pulmoner
- Berbau busuk : infeksi anaerob
- Jernih encer dan volume banyak : alveolar cell carcinoma
Cara menilai sputum :
- Warna
- Jumlah, volume
- Perubahan posisi
- Rasa dan bau
- Viskositas
- Adakah darah

Nama TBC Bronkiolitis


Penyakit
Definisi suatu penyakit infeksi kronik disebabkan Penyakit obstruksi akibat
Mycobacterium tuberculosis yang menyerang inflamasi akut pada bronkioli
hampir semua organ tubuh manusia dan yang yang terjadi pada anak berusia <
terbanyak adalah paru-paru. 2 tahun.
Etiologi Mycobacterium tuberculosis dg ciri : 95% respiratory syncytial
- Berbentuk basil berwarna merah virus (RSV)
- Bersifat tahan asam (BTA) Etio lain : rinovirus,
- Mati saat terpapar sinar UV adenovirus, parainfluenza
- Bersifat aerob virus, enterovirus, dan virus
influenza.
Cara - Berasal dari pasien dewasa dengan BTA (+)
penularan - Inhalasi : droplet
- Orofaring : susu
Tanda & - Gejala umum : demam, keringat pada
gejala malam hari, malaise (tidak nafsu makan, sakit
kepala, nyeri otot), BB turun
- Gejala respiratorius : batuk berdahak ≥ 3
minggu, batuk produktif sampai berdarah
(hemoptysis), sesak nafas (sudah terkena ½
lapang paru), nyeri dada (apabila menekan
pleura).
Faktor - Usia : Di Indonesia diperkirakan 75% - usia muda
risiko penderita TB Paru adalah kelompok usia - lahir premature
produktif yaitu 15-50 tahun. - kelainan jantung bawaan
- Jenis kelamin : laki-laki >> karena kebiasaan - chronic lung disease of
merokok prematurity
- Kebiasaan merokok - orang tua perokok
- Kepadatan hunian kamar tidur - tingkat sosioekonomi rendah
- Status gizi : berpengaruh thdp kekuatan daya
tahan tubuh dan respon immunologik terhadap
penyakit.
- Keadaan ekonomi yang rendah
Anamnesis Identitas pasien Identitas pasien : biasanya
menyerang anak yang berumur
Identitas pengantar
di bawah 2 tahun.
RPS :
Identitas pengantar
- Keluhan utama  Batuk Berdahak
- Onset  batuk  2 minggu RPS :
- Keluhan utama Batuk
- Kualitas  Mengganggu aktivitas, warna
- Onset<3bln (akut), >3bln
dahak Kuning kental (kronik)
- Kualitas  Mengganggu
- Kuantitas  Sepanjang hari (presistent)
aktivitas
- (+)  melakukan aktivitas berat - Kuantitas  Sepanjang hari
- (+)  melakukan aktivitas
- (-)  minum obat warung
berat
- Gejala penyerta  lokal : hemoptisis, sesak- (-)  minum obat warung
- Gejala penyerta  pilek,
napas, dan nyeri dada. Sistemik : demam,
demam, sesak napas.
malaise, keringat malam, anoreksia, BB -
- RPD
turun
- - Pernah sakit yang sama atau
RPD tidak
- - Riwayat Penyakit
- Pernah sakit yang sama atau tidak
sebelumnya
- Riwayat Penyakit sebelumnya - - Riwayat Rawat inap rumah
sakit
- Riwayat Rawat inap rumah sakit - - Riwayat Asi eksklusif
- - Riwayat imunisasi
- Riwayat konsusmsi obat TB ( Tanyakan
apakah pernah minum obat yang membuat RPK
- Keluarga dengan keluhan yang
pipis berwarna merah )
sama
RPK - Riwayat penyakit keluarga
- Komunikasi antar keluarga/
- Keluarga dengan keluhan yang sama
hubungan antar keluarga
- Riwayat penyakit keluarga
RSOSEK
- Komunikasi antar keluarga
- Pendidikan (ayah, ibu, dan
RSOSEK anak)
- Pekerjaan (orang tua)
- Pendidikan
- Ada orang sekitar yang terkena
- Pekerjaan sakit batuk batuk atau tidak
- Ayah merokok atau tidak
- Menikah atau belum ( Riwayat Seksual)
(perokok pasif bagi anak)
- Ada orang sekitar yang terkena TB - Kondisi rumah (kelembaban,
ventilasi, ubin, cahaya)
- Merokok atau tidak
- Kebiasaan pasien ( pola makan
- Kondisi rumah (kelembaban, ventilasi, )
ubin, cahaya)
- Kebiasaan pasien (menggunakan masker
atau tidak)
PF - Keadaan umum  tampak sakit (pucat, - Keadaan umum  tampak
batuk) sakit (batuk)
- Kesadaran  composmentis - Kesadaran  compos mentis
- Tanda vital (tanyakan saja) - Tanda vital (tanyakan saja)
- Status generalisata  antropometri dan  takipneu, takikardi,
head to toe (tanyakan saja) demam lebih dari 38,5
- Status lokalisata : derajat
- Inspeksi : bentuk dada, gerakan napas  - Status generalisata 
normal, tidak ada gerakan dada yang antropometri dan head to toe
tertinggal (tanyakan saja)
- Palpasi : vocal fremitus normal, pembesaran - Status lokalisata :
KGB leher dan ketiak - Inspeksi : sianosis bisa tidak,
- Perkusi : pekak pada daerah yang terinfeksi napas cuping hidung, retraksi
(mostly di ishmus kronig). interkostal
- Palpasi : -
- Auskultasi : suara nafas bronkhial/ amforik - Perkusi : -
(suara bronkhial yang nadanya lebih Auskultasi : wheezing
tinggi), rongki basah halus, suara napas
melemah.
(dilakukan depan belakang)
PP - Pemeriksaan bakteriologi - Pulse oxymetri ( menilai
- Spesimen : dahak, cairan pleura, LCS, derajat keparahan, dengan
Bilasan bronkus mengetahui saturasi oksigen)
Dahak (sputum) SPS  saturasi oksigen <95% 
Pemeriksaan mikroskopis (BTA) indikasi rawat inap
1. BTA (+) : 3x positif atau 2x positif - Pemeriksaan darah rutin
2. BTA (-) : 3x negatif kurang bermakna ( dpt
3. 1x positif, diulang pemeriksaan BTA 3x, terjadi peningkatan PMN dan
hasil 1x positif BTA (+) dan 3x negatif BTA bentuk batang, penurunan
(-) limfosit)
Pemeriksaan kultur - Analisa gas darah
Positif : hipoksia dan asidosis
10 – 99 BTA dalam 100 lapang pandang (1+) metabolik
1 – 10 BTA dalam 1 lapan pandang (2+) - Foto rontgen  gambaran
>10 BTA dalam 1 lapang pandang (3+) hiperinfasi dan infiltrat (tidak
- Radiologi khas), Hyperaerated ( siluet
TB aktif jantung lebih rendah dan
Bayangan berawan/ nodular dilobus atas paru mendatar, diameter
segmen apikal dan psoterior, kavitas, Bercak ateroposterior dada
milier (menyebar ke organ lain), efusi pleura bertambah, ruang retrosternal
unilateral (biasanya) lebih lusen, PD paru tampak
TB tidak aktif tersebar.
Fibrotik, kalsifikasi Pemeriksaan serologis RSV
- Darah lengkap ( Hb, Ht, LED, leukosit, (jarang dilakukan)
eritrosit, trombosit)
limfosit meningkat, LED jam pertama
- Biopsi
- Analisis cairan pleura
- Uji tuberkulin ( Pada Anak)
Dosis 0,2 mL tuberkulin PDD
Intepretasi  Indurasi >= 10 mm (+), 5-9mm
(meragukan) diulang 2 minggu, <=5mm (-)
Diagnosis Diagnosis  TB paru Bronkhiolitis Akut (<3
Kasus baru : belum pernah minum obat TB bln)/Kronik (>3bln)
Kasus kambuh : pernah mendapat OAT dan
sembuh. Lalu didapatkan BTA (+) atau kultur
(+), dan kembali konsumsi OAT. BTA (-),
tetapi radiologi menunjukkan lesi negatif/
perburukan gejala klinis.
Kasus gagal : Pasien BTA (+) setelah
pengobatan masih (+) pada akhir bulan ke 5
atau akhir pengobatan OAT
Kasus putus obat : pasien yang telah
berobat dan putus obat > = 2 bulan dengan
BTA(+).
DD Pneumonia, Bronkiektasis, Bronkhitis Kronik - Asma bronkhial (riwayat
alergi pasien atau keluarga)
- Pneumonia (leukosit
meningkat, bronkhiolitis
jarang)
aspirasi benda asing (onset
cepat, riwayat tersedak,
mendadak, dan suara hilang)
- Sistik fibrosis (Gejala
respirasi presisten berulang
dan jangka panjang disertai
gagal tumbuh)
- Gagal jantung (Murmur,
gagal tumbuh, edema
atauriwayat gejala yang
muncul perlahan)
Tatalaksana Farmakologi Medikamentosa 
- Antibiotik : kotromoksazol
2RHZE/4R3H3
4mg/kgBB/kali, sehari 2 kali
(tulis resep) (salama 3 hari), atau
amoksisilin 25mg/kgBB/kali, 2
kali sehari, selama 3 hari.
Alternatif  seftriakson (80 –
100 mg/kgBB/ kali IM atau IV
single dose)
- Penunjang : Bila demam tinggi
 parasetamol

Non medikamentosa :
(( Itu mg nya dituker yak  tab 450 mg (dst), - Oksigen kanul/kateter
sama nama pasiennya diganti “pro” )) nasal/nasofaringeal (bila ada
distres pernapasan dan
Non farmakologi : wheezing)
- Pasang infus, tetapi hindarkan
Pendekatan DOTS 
kelebihan cairan (pantau)
- Komitmen politis dari para pengambil - Pemberian ASI dan cairan oral
keputusan - Memberikan anak makan
sesegera mungkin setelah anak
- diagnosis TB dengan pemeriksaan sputum sudah bisa makan
secara mikroskopis
KIE
- Pengobatan OAT dengan pengawasan - Jelaskan tentang penyakit,
langsung penyebab, penularan, dan
komplikasi.
oleh pengawas menelan Obat - Menjaga hieginitas diri dan
sanitasi lingkungan
- Kesediaan obat dengan mutu terjamin
- Istirahat yang cukup
- Asupan gizi seimbang - Banyak minum air putih
- Berhenti merokok (orang tua)
atau hindarkan agar tidak jadi
KIE perokok pasif
- Minum obat teratur
- Jelaskan tentang penyakit, penyebab, (konsekuensi bila tidak minum
penularan, dan komplikasi. obat teratur)
- Kontrol apabila tidak ada
- Menggunakan masker perbaikan kondisi
- Tidak membuang dahak sembarangan - Jelaskan kondisi rumah sehat

- Menjaga hieginitas dan sanitasi


- Istirahat yang cukup
- Banyak minum air putih
- Berhenti merokok
- Meminta anggota keluarga yang
tinggal bersama untuk ikut periksa
- Minum obat teratur (konsekuensi bila
tidak minum obat teratur)
- Kontrol apabila tidak ada perbaikan
kondisi
- Kondisi Rumah sehat

PENTING!
1. hafal obat, dosis, dan sediaan! (tulis resep & edukasi bareng biar hemat waktu)
2. cuci tangan sebelum & sesudah kontak dengan pasien!

PERBEDAAN
TB  BTA sputum (+), limfadenopati servikal, nyeri isthmus kronig saat diperkusi,
limfositosis
- pengobatan harus ada PMO (pengawas minum obat)
- tiap pagi berjemur
- cek sputum 1 keluarga (PENTING)
- KIE ttg ESO obat TB (rifampisin: pipisnya merah, mual; isoniazid: mual; pirazinamid: nyeri
otot sendi; etambutol: gangguan visual)
Bronkitis  rontgen ada gambaran hiperinvasi dan infiltrat, jantung lebih rendah dan mendatar,
diameter anteroposterior dada bertambah, PMN naik (dari darah lengkap)
Laringitis  laring hiperemis
V. PENGLIHATAN KABUR (PJ : LALA & USWA)
Keterangan Miopi Hipermetropi Astigmatisma
Anamnesis
RPS Keluhan Utama : Keluhan Utama : Keluhan Utama :
penglihatan kabur saat penglihatan kabur saat penglihatan kabur,
lihat yg benda jauh lihat yg benda dekat penglihatan ganda
Durasi : 2 bulan Durasi : tgt Durasi : tgt
Lokasi : Okuli D/S/DS Lokasi : Okuli D/S/DS Lokasi : Okuli D/S/DS
Faktor Berat : malam hari Faktor Berat : melihat Faktor Berat :
Faktor Ringan : make benda yg dekat Faktor Ringan : make
kacamata plus Faktor Ringan : make kacamata silinder
Kualitas : buram kacamata minus Kualitas : ganda
Kuantitas : Kualitas : buram Kuantitas :
Keluhan Penyerta : bisa Kuantitas : Keluhan Penyerta : bisa
normal, aktivitas sehari- Keluhan Penyerta : bisa normal, sakit kepala,
hari dapat terganggu normal, bisa mata terasa mata lelah
tegang, lelah setelah
melihat benda dekat dlm
waktu lama, aktivitas
sehari-hari dapat
terganggu
RPD bisa normal bisa normal bisa normal
RPK ayah/ibu/kerabat ayah/ibu/kerabat ayah/ibu/kerabat
mata minus mata minus mata minus
RSE sering kerja didepan sering kerja didepan
komputer, baca buku Usia>40 tahun komputer, baca buku
terlalu dekat terlalu dekat
PF Cuma mata Cuma mata Cuma mata
IMT dbn dbn dbn
TTV dbn dbn dbn
Head-to-Toe Dbn kec. mata Dbn kec. mata Dbn kec. Mata
Lokalisata visus menurun visus menurun visus menurun
PP uji refraksi,
no no
keratometri
Tatalaksana
Farmakologi - - -
NonMedikamentosa lensa koreksi lensa koreksi koreksi refraksi
OD/S/ODS -1,dst. Lasik OD/S/ODS +1,dst dikombinasi antara
lensa sferis dengan
silindris

Prognosis dubia ad bonam dubia ad bonam dubia ad bonam


KIE hindari membaca menggunakan menggunakan
terlalu dekat, memakai kacamata yg tepat, kacamata yg tepat,
komputer terlalu lama, menggunakan menggunakan
berkendara tanpa penerangan yang penerangan yang
kacamata cukup, menggunakan cukup, menggunakan
kacamata hitam saat kacamata hitam saat
terpapar sinar terpapar sinar
matahari langsung, matahari langsung,
memeriksakan mata memeriksakan mata
secra rutin secra rutin
VI. PILEK (PJ : FRIDHA & MUMTAZ)

a. Rhinitis kronik
b. Rhinitis medikamentosa
c. Sinusitis akut
d. Sinusitis kronik
e. Rhinitis Akut
f. Rhinitis Vasomotor
g. Rhinitis Alergi
Rhinitis alergika
1. Rhinitis alergi
a. Definisi

Rinitis alergi  initis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi pada mukosa
hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien yang sebelumnya sudah
tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya mediator-mediator kimia
pada saat terpapar kembali dengan alergen tersebut.

b. Etiologi
Rinitis alergi melibatkan interaksi antara lingkungan dengan predisposisi genetik
dalam perkembangan penyakitnya. Faktor genetik dan herediter sangat berperan pada
ekspresi rinitis alergi (Adams, Boies, Higler, 1997). Penyebab rinitis alergi tersering
adalah alergen inhalan pada dewasa dan ingestan pada anak- anak. Pada anak-anak
sering disertai gejala alergi lain, seperti urtikaria dan gangguan pencernaan. Penyebab
rinitis alergi dapat berbeda tergantung dari klasifikasi. Beberapa pasien sensitif
terhadap beberapa alergen. Alergen yang menyebabkan rinitis alergi musiman biasanya
berupa serbuk sari atau jamur.

Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:

 Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah,
tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.
 Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur,
coklat, ikan dan udang.
 Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau
sengatan lebah.
 Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa,
misalnya bahan kosmetik atau perhiasan (Kaplan, 2003).

c. Diagnosis
1) Anamnesis: durasi, lama sakit, derajat keparahan, sifat gejala. Pencetus, respon
thd pengobatan, komorbid, riwayat atopi dalam keluarga, pajanan
lingkungan/pekerjaan, efek gejala thd kualitas hidup. Perlu ditanyakan juga
kondisi atopi yang berhubungan (dermatitis atopic, asma atau konjungtivitis).
2) Manifestasi klinis
Gejala klinis yang mendukung diagnosis rhinitis: rinonera berair, bersin
paroksismal, obstruksi nasal, hidung gatal, konjungtivitis
Gejala yang tidak mendukung diagnosis: unilateral, obstruksi nasal tanpa gejala
lain, rinore mukopurulen, dll.
3) Pemeriksaan fisik

Abnormalitas yang mungkin didapatkan:


1. Inspeksi melalui rinoskopi anterior: kavum nasi tampak sempit, sekret,
edema mukosa hidung, dan perubahan warna mukosa.
2. Palpasi: adanya nyeri tekan

Wajah: 


a. Allergic shiners yaitu dark circles di sekitar mata dan berhubungan dengan
vasodilatasi atau obstruksi hidung.

b. Nasal crease yaitu lipatan horizontal (horizontal crease) yang melalui setengah
bagian bawah hidung akibat kebiasaan menggosok hidung keatas dengan

tangan.


c. Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi-geligi (facies adenoid).

Rinoskopi anterior:
a. Mukosa edema, basah, berwarna pucat atau kebiruan (livide), disertai adanya
sekret encer, tipis dan banyak. Jika kental dan purulen biasanya berhubungan

dengan sinusitis. 


b. Pada rinitis alergi kronis atau penyakit granulomatous, dapat terlihat adanya

deviasi atau perforasi septum. 


c. Pada rongga hidung dapat ditemukan massa seperti polip dan tumor, atau dapat
juga ditemukan pembesaran konka inferior yang dapat berupa edema atau
hipertropik. Dengan dekongestan topikal, polip dan hipertrofi konkatidak akan

menyusut, sedangkan edema konka akan menyusut. 


Faring: dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone


appearance), serta dinding lateral faring menebal. Lidah tampak seperti
gambaran peta (geographic tongue).

4) Pemeriksaan penunjang
Bila diperlukan dan dapat dilakukan di layanan primer.

 Hitung eosinofil dalam darah tepi dan sekret hidung. 


 Pemeriksaan Ig E total serum 


Pemeriksaan penunjang lanjutan Bila diperlukan, dilakukan:

 Uji kulit atau Prick Test, digunakan untuk menentukan alergen penyebab

rinitis 
 alergi pada pasien. 


 Pemeriksaan radiologi dengan foto sinus paranasal. 



d. Tata laksana
1) Non farmakologi: kurangi atau cegah pajanan thd allergen, jaga kebersihan
rumah, hindari memelihara hewan, sebaiknya tidak menggunakan bantal atau
kasur kapuk (diganti dengan busa atau springbed. Hindarkan berada dekat
bunga-bunga pada musim penyerbukan, dan gunakan masker pada saat
berkebun. Terapkan etika bersin (bila ada gejala bersin) yang baik, dll.
2) Medikamentosa:
Kombinasi dekongestan dan antihistamin
R/ Tremenza tab No. X
S 2 dd tab I
-------------------------------
2. Rhinitis Akut
a. Definisi
Rinitis akut adalah peradangan pada mukosa hidung yangberlangsung akut (<12
minggu).
b. Klasifikasi
1) Berdasarkan etiologic
a) Rhinitis virus: adenovirus, picovirus, virus influenza A, B atau C,
Rhinovirus, Myxovirus, virus Coxsakie dan virus ECHO, dll.
b) Rhinitis bakteri, Haemophylus Influensa, Pneumococcus, streptococcus,
staphylococcus, corynebacterium diphteriae, dll.
c) Rhinitis iritan: oleh karena debu, asap atau gas yang iritatif seperti
ammonia, formalin, gas asam, dll.
c. Diagnosis
1) Anamnesis:
Rhinitis simplek (pilek, salesma, common cold, coryza): rasa panas di daerah
belakang hidung, diikuti hidung tersumbat, rinore dan bersin yang berulang-
ulang. Pasien merasa dingin, terdapat demam ringan
Rhinitis influenza: gejala sistemik umumnya lebih berat disertai sakit pada
otot
Rhinitis iritan: gejala berupa ingus yang sangat banyak dan bersin
2) Manifestasi klinis
gejala rhinorea, obstruksi nasi, bersin-bersin dan disertai gejala umum
malaise dan suhu tubuh naik, sekret mukopurulen (e.c.bakteri). pada rhinitis
difteri tampak ada ingus yang bercampur darah
3) PF: dapat ditemukan demam, pada rinoskopi anterior tampak kavum nasi
sempit, terdapat secret serous atau mukopurulen dan mukosa udem dan
hiperemis
d. Tata laksana
1) Non farmako
a) Istirahat yang cukup
b) Mengonsumsi makanan yang sehat
2) Medikamentosa
Rhinitis akut merupakan self-limiting disease yang dapat sembuh spontan
kurang lebih 1- 2 minggu. Terapi yang digunakan simptomatik saja. Terapi
khusus tidak siperlukan kecuali bila terdapat komplikasi seperti infeksi
sekunder bakteri, antibiotic perlu diberikan
- Anti piretik: parasetamol 500mg 3x1 prn
- Dekongestan oral: pseudoefedrin, 60 mg tiap 4-6 jam (dewasa)
- Antibiotik: amoxicillin 250-500mg tiap 8 jam
3) KIE
a) Sering cuci tangan, terutama sebelum menyentuh wajah
b) Memperkecil kontak dengan orang yang telah terinfeksi
c) Menutup mulut ketika batuk dan bersin
d) Mengikuti program imunisasi lengkap spt vaksinasi influenza, MMR,
dll)

3. Rhinitis Vasomotor
a. Definisi
Rhinitis vasomotor adalah suatu keadaan akibat tidak seimbangnya persyarafan
otonom (simpatis dan parasimpatis) di rongga hidung yang ditandai dengan
kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari hidung tersumbat yang
berulang-ulang rhinorrea, bersin dan tanpa adanya rasa gatal dimata, hidung dan
palatum mole.
b. Diagnosis
1) Anamnesis: biasanya penderita tidak mempunyai riwayat alergi dalam
keluarganya dan keluhan dimulai pada usia dewasa.
Beberapa pasien hanya mengeluhkan gejala sebagai respon terhadap
paparan zat iritan tertentu tetapi tidak mempunyai keluhan apabila tidak

terpapar.


2) Manifestasi klinis
Berdasarkan gejala yang menonjol, kelainan ini dibedakan dalam 3
golongan, yaitu:
- Golongan bersin (sneezer): gejalabiasanya memberikan respon baik

dengan 
 terapi antihistamin dan glukokortikoid topikal. 


- Golongan rinore (runners): gejala rinore yang jumlahnya banyak. 


- Golongan tersumbat (blockers): gejala kongesti hidung dan hambatan

aliran 
 udara pernafasan yang dominan dengan rinore yang minimal.

PF: rhinoskopi anterior  edema mukosa hidung sehingga cavum nasi


terlihat sempit, konka berwarna merah gelap atau merah tua/livide
(khas) tapi dapat pula pucat bila diluar serangan. Permukaan konka
dapat licin maupun tidak rata. Sekret mukoid atau serus dapat
ditemukan dalam jumlah yang sedikit maupun banyak seperti yang
ditemukan pada golongan rhinorrhea.

3) PP:
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
rinitis alergi. Pemeriksaan dilakukan bila diperlukan dan fasilitas tersedia
di layanan primer, yaitu:

a. Kadar eosinofil pada darah tepi atau sekret hidung 


b. Tes cukit kulit (skin prick test) 



c. Kadar IgE spesifik

4) Rinoskopi anterior:


1. Tampak gambaran konka inferior membesar (edema atau hipertrofi),


berwarna merah gelap atau merah tua atau pucat.Untuk membedakan
edema dengan hipertrofi konka, dokter dapat memberikan larutan
Epinefrin 1/10.000 melalui tampon hidung. Pada edema, konka akan
mengecil, sedangkan pada hipertrofi tidak mengecil.
2. Terlihat adanya sekret serosa dan biasanya jumlahnya tidak banyak.
Akan tetapi pada golongan rinore tampak sekret serosa yang jumlahnya
sedikit lebih banyak dengan konka licin atau berbenjol-benjol.

c. Tata laksana
1) Non bedah dan non medikamentosa: menghindari faktor pencetus
2) Medikamentosa
Tatalaksana dengan terapi oral dapat menggunakan preparat
simpatomimetik golongan agonis alfa (Pseudoefedrin, Fenilpropanolamin,
Fenilefrin) sebagai dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi
antihistamin.
VII. KONSELING DM (PJ : USWA & LALA)
Diagnosis : DM 2
DD : DM 1

Keterangan
Anamnesis
RPS Keluhan Utama : poliuri
Durasi : tgt
Lokasi :
Faktor Berat : malam hari
Faktor Ringan : siang hari
Kualitas : jumlah normal
Kuantitas : >3x
Keluhan Penyerta : polidipsi, polifagi, BB turun,
lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfx ereksi,
pruritus vulvae, luka sukar sembuh
RPD obesitas, hipertensi,
RPK ada keluarga yg sakit sama
RSE jarang olahraga, merokok, pola makan tidak sehat
PF
IMT Obese? Overweight?
TTV TD naik? Nafas megap?
Head-to-Toe Tergantung komplikasinya kemana aja
Mata : Tanda2 glaucoma, retina diabeticum
Thorax (Jantung gimana, paru gimana)
Kulit : Ulcus diabeticum
PP GDP (>=126), GDS (>=200), GD2PP, Hba1C
(>=6,5%setiap 3-6 bulan)
Risiko komplikasi : profil lipid (kolesterol total, HDL,
LDL, trigliserid)
Ginjal : kreatinin serum, albuminuria, keton, sedimen
dan protein urin.
Jantung: EKG, foto sinar x dada
Hepar: SGOT, SGPT
Tatalaksana
Farmakologi Metformin 500 mg 2x/hari setelah makan
Glibenclamid 2,5 mg 2x/ hari

Jika ada Ht tambah


Captopril 12,5 mg 2x/hari
NonMedikamentosa
Prognosis Dubia ad bonam
KIE 1. Edukasi pengertian DM, obat DM, penggunaan,
ESO
2. Diet gizi seimbang (karbohidrat nonolahan berserat
tinggi, batasi lemak jenuh spt gorengan, protein:
daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, kacang2an,
tahu, tempe, garam dibatasi, makan buah2an, kurangi
gula/ manis2)
3. Aktifitas fisik/ olah raga
2-3 kali perminggu, @30 menit. Olah raga dimulai
dari yang intensitas rendah seperti jalan kaki ke
tempat kerja, menggunakan tangga/ elevator, jogging,
lari-lari kecil, bersepeda
4. Menjauhi FR
5. Kurangi BB
6. Pantau glokosa rutin, Ht, profil lipid ke faskes
7. Ikuti kegiatan prolanis
8. Hindari merokok, minum alkohol, kopi
9. Kurangi stres misal dengan aktif kegiatan RT, baca
koran
10. Teratur minum obat
11. Kalau ada keluarga kasih tau pantau pasien makan
gizi seimbang
VIII. DIARE (PJ : FRIDHA & MUMTAZ)

Diare

Gastroenteritis:

1. Gastroenteritis et causa infeksi bakteri


2. Gastroenteritis et causa infeksi virus
3. Giardiasis
4. Kolera
5. Malabsorbsi/Intoleransi makanan (lihat mual dan muntah)

Keterangan Gastroenteritis
Bakteri Virus Giardiasis Kolera
Anamnesis
RPS 1. Keluhan Utama: 1. Keluhan 1. Keluhan Utama: 1. Keluhan Utama: Diare
Diare Utama: Diare Diare 2. Lokasi: -
2. Lokasi: - 2. Lokasi: - 2. Lokasi: - 3. Onset:-
3. Onset: akut 3. Onset: akut 3. Onset: - 4. Kuantitas: sangat
(tergantung 4. Kuantitas: 4. Kuantitas: <6 kali per sering, terus-menerus
inkubasi sering (>10 hari 5. Kualitas: mengganggu
bakterinya) kali sehari) 5. Kualitas: 6. Memperberat: -
4. Kuantitas: BAB <6 bisa juga >6x mengganggu aktivitas 7. Memperingan:-
kali perhari 5. Kualitas: 6. Memperberat:- 8. Gejala Penyerta: mual
5. Kualitas: mengganggu 7. Memperingan: dan muntah profuse,
mengganggu/tidak aktivitas istirahat dehidrasi (sedang-
mengganggu 6. Memperbera 8. Gejala Penyerta: berat)
aktivtas t:- mual, muntah, Oliguria
6. Memperberat: - 7. Memperinga tenesmus nyata
7. Memperingan: n: istirahat anorexia, malaise,
istirahat 8. Gejala flatulens (buang
8. Gejala Penyerta: Penyerta: angin), penurunan
demam ringan, mual, BB, demam ringan,
mual, muntah, muntah, gangguan tidur,
tenesmus tidak demam
nyata, lemas, BAB suhu>>,
berdarah (karena dehidrasi,
infeksi EIEC) lemas, hilang
9. Kronologis: tidak nafsu makan
didahului dengan (anoreksia)
fase prodromal 9. Kronologis:
didahului
dengan
gejala
prodromal,
mual, dan
muntah

RPD - - - -
RPK bisa terdapat atau - Bisa terdapat atau tidak -
tidak keluhan yang keluhan yang sama
sama
RPSE 1. Sanitasi rumah - 1. sanitasi air yang tidak 1. perjalanan ke daerah
yang kurang baik baik endemik
(septic tank <10m 2. kebiasaan tidak 2. sanitasi air yang buruk
dari sumur) mencuci atau cuci 3. kebiasaan makan
2. Makan di tempat tangan tidak benar tanpa mencuci tangan
yang kurang bersih 3. bepergian ke tempat
3. Tinggal di hunian endemik
yang padat

PF 1. KU: tampak sakit 1. KU: tampak 1. KU: tampak sakit 1. KU: tampak sakit
ringan sakit 2. Antropometri: 2. Kesadaran: terdapat
2. VT: suhu sedikit 2. VT: suhu >>, penurunan BB penurunan kesadaran
meningkat, HR TD, RR biasanya 3. Kesadaran: (somnolen, stupor,
RR DBN >, TD, HR komposmentis atau koma)
3. Pemeriksaan DBN somnolen 3. Antropometri:
kepala dan 3. Pemeriksaan 4. VT: suhu>, RR>, TD, penurunan BB
ekstremitas: bisa kepala dan HR DBN 4. TV: hipotensi,
didapatkan tanda ekstremitas: 5. Pemeriksaan takikardi, Takipneu
dehidrasi (mukosa seringkali abdomen: nyeri 5. Pemeriksaan kepala
kering, turgor ditemukan tekan (palpasi), >> dan ekstremitas: mata
meningkat) tanda- pristaltik (auskultasi) tampak cekung,
4. Pemeriksaan dehidrasi fontanella cekung,
abdomen: terdapat (mukosa mukosa mulut kering,
nyeri tekan, tidak tampak wajah pucat, turgor
terlalu nyata, kering, turgor kulit meningkat
peristaltik kulit>) 6. Pemeriksaan
meningkat pada 4. Pemeriksaan abdomen:
pemeriksaan abdomen: peristaltik>>>, nteri
auskultasi tenesmus tekan abdomen
5. Pemeriksaan rektal: nyata, nyeri
pada anak2 tekan
ditemukan abdomen
meteorismus (palpasi),
>>peristaltik
(auskultasi)
5. Pemeriksaan
rektal: pada
anak2 dapat
ditemukan
meteorismus
PP 1. Pemeriksaan darah 1.Pemeriksaan 1. Pemeriksaann darah 1. Pemeriksaan darah
rutin: eritrosit, Hb, darah rutin : rutin: eritrosit, Hb, rutin
Ht, Hitung jumlah eritrosit, Hb, Ht, Hitung jumlah 2. Pemeriksaan kimia
leukosit (shift to Ht, Hitung leukosit (>>eosinofil) darah: elektrolit bisa
the left) jumlah 2. Pemeriksaan feses: hipokalemia
2. Pemeriksaan feses: leukosit konsistensi lembek, 3. Pemeriksaan pH
volume meningkat, 2. Pemeriksaan bau greasy, darah bisa asidosis
konsistensi lunak feses: volume ditemukan kista dan metabolik
hingga cair, berbau meningkat trofozoit Giardia sp. 4. Pemeriksaan gram-
busuk, warna sedang, bakteri vibrio cholerae
kecoklatan, konsistensi (bakteri gram negatif)
berlendir, cair, 5. Pemeriksaan feses:
pemeriksaan berwarna volume banyak,
mikroskopis dapat kuning konsistensi cair,
ditemukan atau kehijauan berbau amis, warna
tidak eritrosit dan (ampas seperti cucian beras
leukosit (fecal seperti biji
occult blood test) lombok), (kista)
3. Kimia darah: berbau amis.
pemeriksaan kadar Pada
elektrolit pemeriksaan
4. Pemeriksaan gram mikroskopis
tidak
ditemukan
eritrosit dan
leukosit (Trofozoit)
3. Kimia darah:
pemeriksaan
kadar
elektrolitm
enurun
Diagnosis Diare et causa infeksi Diare et causa Giardiasis kolera
Klinis bakteri infeksi
Diagnosis Disentri basiler, diare Disentri basiler, Disentri basiler, diare et Disentri basiler, diare et
Banding et causa infeksi virus, diare et causa causa infeksi bakteri, causa infeksi virus,
diare et causa infeksi infeksi bakteri, diare et causa infeksi Giardiasis
parasit diare et causa virus
infeksi parasit
Terapi 1. Rehidrasi cairan 1. Rehidrasi 1. Infeksi parasit jarang 1. REHIDRASI CAIRAN
2. Anti diare: cairan sebabkan dehidrasi, DAN ELEKTROLIT
atapulgit 2. Anti diare: tetap kasih oralit 30 ml/kgbb (30 mnt)
3. Antibiotik: atapulgit 2. Antidiare : atapulgit lanjut 70ml/kgbb (2
ciprofloxacin/amoxi 3. Anti mual: 3. Antimual: j) usia >>1 th
cilin domperidone domperidone 30 ml/kgbb (1 j) lanjut
4. Anti mual: 4. Anti emetik: 4. Antiemetik: 70ml/kgbb (5 j) usia
domperidone ondansetron ondansetron <<1 th
5. Anti emetik: 5. Anti piretik: 5. Antibiotik:
ondansetron paracetamol/i metronidazole/alben 2. Antidiare : atapulgit
6. Anti piretik: buprofen dazole 3. Antimual:
paracetamol/ibupr 6. Anti piretik: domperidone
ofen paracetamol/ibuprof 4. Antiemetik:
en ondansetron
5. Antibiotik: tetrasiklin
(diberikan setelah
pemberian terapi
rehidrasi, dan
muntah<<)

Diare Disentriform:
1. Disentri basiler
2. Disentri infeksi parasit (Amoeba histolitica)
keterangan Shigellosis amoebiasis
Anamnesis
RPS 1. KU: diare 1. KU: diare
2. Lokasi:- 2. Lokasi:-
3. Onset: - 3. Onset: -
4. Kuantitas: >10 kali/hari 4. Kuantitas: sering
5. Kualitas: mengganggu 5. Kualitas: mengganggu
6. Memperberat:- 6. Memperberat: -
7. Memperingan:- 7. Memperingan: -
8. Gejala penyerta: tenesmus yang nyata, Gejala penyerta: mual, muntah, demam, tenesmus,
kram bagian perut, mual muntah kembung, tanda2 anemia (lemas, mata berkunang2)
(jarang), lemas, febris/demam dll (gejala terkait komplikasikulit, hepar,
peritoneum, genital, serebrum)
RPD - -
RPK - -
RSE 1. sanitasi air yang tidak baik 1. sanitasi air yang tidak baik
2. kebiasaan tidak mencuci atau cuci 2. kebiasaan tidak mencuci atau cuci tangan tidak
tangan tidak benar benar
3. bepergian ke tempat endemik 3. bepergian ke tempat endemik

PF 1. KU: tampak sakit 1. KU: tampak sakit


2. Kesadaran: Komposmentis 2. Keasadaran: Komposmentis
3. TV: febris (>40 C), takikardi, takipneu, 3. TV: bisa ditemukan takipneu, suhu>
4. Pemeriksaan kepala dan ekstremitas: 4. Pemeriksaan Abdomen: rebound
tanda-tanda dehidrasi tenderness¸peristaltik >>,
5. Pemeriksaan Abdomen: nyeri tekan
abdomen, peristaltik (normal- >> )
6. Pemeriksaan rektal: curiga terdapat
prolaps recti
PP 1. Pemeriksaan darah rutin: leukosit shift 1. Pemeriksaan darah rutin: anemia(Hb, Ht, Eritosit
to the left, dapat/tidak ditemukan <<), hitung jumlah leukosit eosinofilia, MCV,
anemia (Hb, Ht, dan Eritrosit <<) MCH, MCHC (bisa normal, atau bisa < akibat
2. Pemeriksaan feses: bloody diarrhea, kronis)
terdapat lendir, volume sedikit, 2. Pemeriksaan makroskopis feses: bloody diarrhea,
konsistensi lunak, warna merah volume sedikit, konsistensi lembek-cair
kehijauan 3. Pemeriksaan mikroskopis feses: ditemukan parasit
3. Pemeriksaan gram ditemukan gram Entamoeba histolitica (kista, dan/trofozoit)
positif

Trofozoit
Kista
Diagnosis Kerja shigellosis Amebiasis
Diagnosis Disentri basiler et causa EIEC, EHEC, Disentri basiler et causa EIEC, EHEC, shigellosis
banding disentri amoeba
terapi 1. Antipiratik: paracetamol/ibuoprofen 1. Antipiratik: paracetamol/ibuoprofen
(terutama anak2, sebagai upaya 2. Rehidrasi cairan sesuai derajat dehidrasi (jarang)
pencegahan kejang demam) 3. Antibiotik: metronidazole
2. Rehidrasi cairan sesuai derajat 4. Anti Diare: kurang bermanfaat, beri bismuth
dehidrasi subsalisilat
3. Antibiotik: 5. Anti emetik: ondansetron
ciprofloxacine/azithromycine 6. Anti mual: domperidone
4. Anti Diare: kurang bermanfaat, beri
bismuth subsalisilat
5. Anti emetik: ondansetron
6. Anti mual: domperidone

Note:
Dosis
a. Bismuth subsalisilatsediaan tab 262mg (2x1); sediaan susp 262/15ml (1/2tab
) prn pada pediatri
b. Atapulgit sediaan tab 600 mg, (1200 mg tiap <<peristaltik max: 8400mg) ;
(300mg tiap <<peristaltik max: 2100mg)pada pediatri
c. Tetrasiklin  sediaan tab 500mg (3-4x1) dalam 3 hari; 25mg/kgbb untuk
pediatri selama 3 hari.
Ini talak dan untuk derajat dehidrasi

Contoh soal :
Keadaan umum : rewel
KU : bayi 6 bulan, mencret
Onset : 2 hr yll
Kualitas : tidak ada lender darah
Kuantitas : 8x sehari, encer dan kekuningan, 3x200cc ( sebotol aqua).
Kel penyerta : muntah dan demam. BAK kuning jernih 4x/hari. Terakhir 1 jam yang lalu.
rewel
Rpd : x
Rpk ; x
Rpsosek : asi lahir-1 bulan. Sekarang minum susu formula dari air rebus, sumber air dari
sumur. Botol susu X sempat di rebus. Hanya di rendam air panas. Pendidikan terakhir ibu
SMA. Kerja di kasir. Imunisasi lengkap.

PEMERIKSAAN FISIK
BB : 6,3kg
TB: 65 cm
RR: 30x/menit
Suhu : 38 C
Nadi : 120x/menit
Pf :
kepala : mata cekung -, ikterik -, anemis-, mukosa mulut kering-, leher KGB dbn, bibir pucat -,
Thorax : paru jantung -> inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dasar vesikuler saja tidak usah
mencari batas2.
Abdomen : timpani, hepar lien (dbn) bising usus meningkat,
Ekstremitas : turgor cepat, akral hangat, capillary refil >2detik. anus tidak ditemukan
ekskoriasi
Pp: pemeriksaan mikros dan makros feses, (kuning,cair,bau asam,darah -,karbohidrat +,
cacing dan telur –
Lab darah lengkap

DX : diare akut tanpa dehidrasi e.c virus (rotavirus)


Dd; diare e.c intoleransi laktosa ( biasanya tidak menyebabkan demam )
Medikametosa :
- oralit 50-150mg
- Zink 20mg x ½ 10-14 hr
- Paracetamol syr 125ml prn
- Domperidone syr
Edukasi :
- hentikan susu formula
- pakai ASI
- awasi tanda tanda dehidrasi : bisa tidak pipis samsek. Makanya nanti ditanya terahir
pipis kapan. Normal 1-2 jam sekali.

Bakteri : lembek, ada lendir ada darah


Virus: cair, tidak ada lendir tidak ada darah
Parasit: sama ky bakteri. Yg membedakan dr PP
Intoleransi laktosa : tidak ada tanda2 infeksi.

Maaf ya temen-temen kalo kurang lengkap. Kalo ada yg mau ditambahin bisa langsung di
tambahin yaaa. Bilang ke grup atau pc aku boleh. Hehe semangat osce 6.6. semoga
dilancarkan Amin
IX. NYERI SENDI (PJ : USWA & LALA)

Keterangan OsteoArthritis Rheumatoid Arthritis Gout Arthritis


Anamnesis
RPS Keluhan Utama : nyeri Keluhan Utama : nyeri Keluhan Utama : nyeri
sendi sendi sendi
Durasi : 20 menit Durasi : >30 menit Durasi : 20 menit
Lokasi : sendi lutut & Lokasi : interphalanges Lokasi : jempol kaki
panggul tangan & kaki, bilateral, Faktor Berat : malam
Faktor Berat : aktivitas simetris hari, aktivitas fisik
fisik Faktor Berat : pagi, Faktor Ringan : istirahat
Faktor Ringan : istirahat aktivitas fisik Kualitas : mendadak
Kualitas : linu Faktor Ringan : istirahat Kuantitas : nyeri sedang -
Kuantitas :nyeri sedang - Kualitas : hilang timbul berat
berat Kuantitas : nyeri sedang - Keluhan Penyerta :
Keluhan Penyerta : berat demam, menggigil, nyeri
hambatan gerak sendi, Keluhan Penyerta : badan, bengkak,
kaku pagi, krepitasi, bengkak, panas, eritema, kemerahan, panas
deformitas sendi, kontraktur/kaku, bb
pembengkakan sendi turun, lemah, lesu,
asimetris, tanda radang, mudah capek, takikardi,
perubahan gaya berjalan anemia
RPD
obesitas, pernah ada infeksi tenggorokan penyakit jantung, TBC,
trauma sendi hipertensi, CKD

RPK tdk berkaitan Ayah/ibu RA tdk berkaitan


RSE suka makan daging,
pekerja berat wanita
alkoholism

PF
IMT Overweight/obese dbn dbn
TTV dbn dbn TD naik
Head-to-Toe deformitas sendi, nodul reum pada kulit, Arthritis
pembengkakan sendi cts, anemia,PJR monoartikuler,
asimetris, tanda biasanya melibatkan
radang, perubahan sendi
gaya berjalan metatarsophalang 1
atau sendi tarsal
lainnya

PP rontgen sendi, RF, rontgen sendi, RF, rontgen sendi, RF,


kadar as urat kadar as urat kadar as urat > 7mg/dl
Tatalaksana
Farmakologi ibuprofen 3x400mg dexametason kolkisin 1x0.5mg atau
2x0,5mg, diklofenak allupurinol 1x100mg,
50- 100 mg 2x/hari; NSAID, kortikosteroid
meloksikam 7,5–15
mg/hari ; celecoxib
200-400 mg/sehari.

NonMedikamentosa kompres dingin kompres dingin kompres dingin


Prognosis dubia ad bonam dubia ad bonam dubia ad bonam
KIE turunkan BB, jangan diet rendah purin,
berdiri terlalu lama, hindari aspirin,
minum obat secara
kurangi beban kerja, furosemide,
teratur
minum obat secara pirazinamid, minum
teratur obat secara teratur

Anda mungkin juga menyukai