Anda di halaman 1dari 10

Contoh Teks MC

Acara Perpisahan
Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrohmannirrohim
Alhamdulilah hirobil alamin wahbihi nastaim waalaumuritdun ya waddin waala alihi wah soh bihi ajmain
ama bangat.
Yth. almukarom KHj...........
Yth. Kepala sekolah ............
Dewan guru, bapak-bapak, ibu-ibu para undangan, serta teman-teman sekalian yang saya sayangi.
Pada kesempatan yang bahagia ini, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat allah Swt, yang telah
memberikan rahmat dan berkahnya sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul dalam rangka perpisan .
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad Saw. Hadirin
sekalian yang dirahmati Allah, adapun susunan acara pada pagi ini adalah sebagai berikut
1. Pembukaan
2. Pembacaan ayat suci Alquran
3. Pembacaan sholawat nabi
4. Sambutan2
5. Prosesi wisuda
6. Istirahat
7. Mauidhoh hasanah
8. Doa penutup
Hadirin sekalian, demi menghemat waktu marilah kita buka acara ini dengan bacaan basmallah bersama2.
Hadirin sekalian, berikutnya dalah pembacaan kalam Ilahi yakni QS al-hadid Ayat 20 yang akan dibawakan
oleh saudara Arif Handoko . kepadanya dipersilakan.
Maha benar Allah atas segala firmanNya. Terimakasih disampaikan. Demikian tadi pembacaan ayat suci
Alquran, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Beralih ke acara berikut, yakni pembacaan sholawat nabi yang akan dipimpin oleh saudara Rani anggreani…
kepadanya dipersilakan.
Hadirin sekalian sambutan kedua akan disampaikan oleh perwakilan siswa kelas 9. Kepada saudara Rino
Vernando dipersilakan.
Selanjutnya adalah sambutan dari perwakilan wisudawan, kepada Agung prayetno dipersilakan.
Terimakasih saya sampaikan. Sambutan selanjutnya akan disampaikan oleh kepala sekolah (nama sekolah),
kepada bapak.................., waktu dan tempat dipersilahkan
Terimakasih saya sampaikan. Hadirin sekalian. Kini kita memasuki acara inti, yakni prosesi wisuda siswa-siswi
kelas 9 yang akan dipandu oleh bapak/ibu dan akan dilanjutkan dengan acara istirahat. Kepadanya
dipersilakan.
Bapak-bapak, ibu-ibu sekalian yang dirahmati Allah, kini tibalah kita pada acara mauidhoh hasanah yang
akan disampaikan oleh almukarom KH............. kepada beliau dipersilakan.
Hadirin rahimakumullah, demikian tadi mauidhoh hasanah yang telah kita ikuti bersama. Semoga
bermanfaat bagi kita semua sebagai umat Islam. Amin ya robbal alamin.
Hadirin sekalian, tibalah kita dipenghujung acara yakni pembacaan doa penutup. Kepada Bapak Suharto
s.p.d kami persilakan.
Hadirin yang saya hormati, acara demi acara telah kita lalui bersama. Semoga apa yang telah kita lalui
diterima oleh Allah swt. Saya atas nama panitia dan selaku pembawa acara mengucapkan terimakasih atas
perhatiannya. Dan mohon maaf apabila terdapat hal-hal atau kata-kata yang kurang berkenan di hati
hadirin sekalian.
Terimakasih, wabillahi taufiq wal hidayah,
Wassalamualaikum wr.wb.
Contoh Pidato / Ceramah Islami / Mauidhoh Hasanah - "Indahnya Ilmu"

Assalamu’alaikum wr.wb.,
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Karena atas berkat rahmat, taufik, hidayah, dan kesehatan-
Nyalah, kita dapat berkumpul di tempat yang sederhana namun sangatlah bermanfaat ini.
Tak henti-hentinya pula kita kirimkan shalawat dan salam terhangat bagi Rasulullah Saw. Karena ianya pula
kita semua dapat keluar dari alam yang gelap, kelam, hitam, dan pekat, menuju alam yang indah, terang benderang,
nan menawan.
Teman-temanku saya banggakan, tahukah kamu apa senjata yang paling ampuh untuk manaklukkan dunia?
Dan apa pula kendaraan yang menawan tuk bertamasyah ke akhirat? Ya, ilmulah itu.
Dalam KBBI, ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah. Dengan serangkain percobaan
maka pengetahuan pun dipatenkan menjadi ilmu pengetahuan.
Contohnya begini, kita semua tahu bahwa air jika mendidih pastilah panas. Ini yang disebut pengetahuan.
Namun, untuk mengetahui seberapa panas suhu air ketika mendidih, kita melakukan penelitian, maka didapatilah
air mendidih pada suhu 100° C. inilah yang disebut ilmu pengetahuan.
Ilmu senantiasa tumbuh dan berkembang, ilmu itu haruslah berguna dan dapat dipraktekkan untuk kehidupan
sehari-hari, serta ilmu tersebut untuk kesejahteraan umat manusia.
Dalam islam, Al quran dan sunnah, merupakan sandaran paling hakiki dari semua ilmu pengetahuan. Tidak
saja menjadi sandaran dan sumber, tapi sekaligus menjadi perintah dan orientasi kehidupan.
Teman-teman, Imam syafi’I suatu ketika menggubah syair. Sebuah syair tentang para pencari ilmu dan syarat-
syarat memperoleh ilmu. Kata Iman Syafi’I, tidaklah mungkin ilmu didapat, kecuali dengan enam syarat. Enam
syarat itu ialahdzaka, hirsh, ishtibar, bulghah, irsyadu ustadzin, dan zaman.
Bagaimanapun, seorang pencari ilmu, kata Iman Syafi’I, harus memiliki kecerdasan, dzaka. Dzaka adalah
syarat yang tak bisa ditawar. Begitu pula hirz, seorang pencari ilmu harus pula memiliki semangat yang tinggi
untuk belajar. Tanpa semangat, seorang pencari ilmu hanya akan tenggelam dalam cita-cita palsunya yang tak
pernah selesai dibangun. Kecerdasan dan semangat saja, tak cukup untuk mendapatkan ilmu yang sempurna. Para
pencari ilmu harus membekali diri mereka dengan ishtibarin, kesabaran yang luas layaknya samudera. Karena
semangat tanpa kesabaran hanya akan membuat pencari ilmu muda terjerembab pada keputusasaan.
Selanjutnya, Imam Syafi’i juga mensyaratkan bhulghatin, modal. Jer bersuki mawa bea, setiap kesuksesan
selalu meminta biaya, kata orang Jawa demikian. kemajuan ilmu pengetahuan pengetahuan, memang bukan tiba-
tiba jatuh dari langit. Semua usaha dikerahkan, termasuk dana dalam pencarian, penelitian, dan sekian banyak
percobaan. Dan, unsur paling penting dalam syarat Imam Syafi’I adalah irsyadul ustadzin, guru yang membimbing.
Ilmu memang bisa dicari tanpa guru. Ilmu pun bisa didapat tanpa ustadz. Tapi guru dan pembimbing, tak akan
pernah bisa tersingkir. Sebab, ilmu bukan hanya soal matematika atau bahasa Indonesia, tapi juga soal transfer
akhlak, moral, dan akidah. Dan terakhir kata Imam Syafi’I, dalam ilmu pengetahuan, tak satu hal pun bersifat
instan. Ilmu selalu membutuhkan thulu zaman, perjalanan waktu. Tak ada ilmu untuk orang-orang yang berpikir
instan dan menghendaki hasil seperti mata yang dikedipkan. Tak ada ruang untuk orang-orang yang ingin hasil
secepat kilat.
Cukuplah enam syarat seperti yang dicatat oleh Imam Syafi’i. Janganlah berkurang, meski satu saja darinya.
Sebab semuanya mempunyai kaitan yang sangat erat.
Teman-teman sekalian yang saya cintai, tujuan ilmu sama sekali bukan hanya tentang kenikmatan intelektual.
Tujuan ilmu, bukan pula mencari puncak pencapaian. Tapi, untuk memperbaiki kualitas hidup, amal, dan
menjernihkan pandangan, serta arah kehidupan.
Ilmu pun, bukan pula kebenaran yang bersifat mutlak, tak berubah, apalagi kekal. Kebenaran ilmu
pengetahuan jauh di bawah kenenaran hakikat, kalamullah, firman Allah.
Dan Ibrahim a.s. telah membuktikannya. Secara ilmu, tentu api terasa panas, tidak dingin. Tapi ketika Allah
azza wa jalla menghendaki, apapun bisa terjadi.
Orang-orang yang mengejar ilmu untuk ilmu, ilmu untuk kepuasan berpikir, dan ilmu untuk menjadi gagah
dan bangga, seperti berjalan dalam labirin pekat yang membuat sesak. Sikap kita pada ilmu, tentu akan
menentukan segalanya. Dan sebaik-baiknya sikap, tentu saja sikap yang mampu mengubah ilmu menjadi kekuatan
yang menyelamatkan.
Dan akhir dari semua usaha, tentu dengan tengadah tangan dan berlapang dada, memanjat doa. Semoga Allah,
dengan ilmu yang kita dapat, memberikan kesempatan seluas-luasnya, sehingga kita bermanfaat bagi umat. Dan
memetik kemenangan, di dunia pun di akhirat. Semoga Allah meringankan langkah para pencari ilmu dan
meridhainya dengan cahaya di jalan yang benderang.
Dan semoga apa yang saya bawakan ini, sangatlah bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi saya pribadi. Akhir
kata, subehanaka allahumma wabiahamdik ashaduallailaha
Dosa Dan Maksiat Menghambat Rezeki
Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

ِ ‫الر ْزقَ بِالذَّ ْن‬


ُ‫ب يُ ِص ْيبُه‬ ِ ‫الر ُج َل لَيُحْ َر ُم‬
َّ َّ‫إِن‬

"Sesungguhnya seorang manusia kerap terhalang dari rezeki disebabkan dosa yang dilakukannya."
Takhrij Hadits
Petikan hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunannya jilid II halaman 489 nomor 4087 dari jalur Ali bin Hasan.
Ali bin Hasan mendapatkan cerita dari Waki’, dari Sufyan, dari Abdullah bin Isa, dari Abdullah bin Abil Ja’di, dari Tsauban
(budak yang dimerdekakan Rasulullah saw.), dari Rasulullah saw. Secara lengkap, hadits tersebut berbunyi:

ِ ‫الر ْزقَ بِالذَّ ْن‬


ُ‫ب يُ ِص ْيبُه‬ َّ َّ‫الَ يَ ِز ْي ُد فِى ا ْلعُ ْم ِر إِالَّ ا ْلبِ ُّر َوالَ يَ ُر ُّد ا ْلقَد ََر إِالَّ ال ُّدعَا ُء َوإِن‬
ِ ‫الر ُج َل لَيُح َْر ُم‬

"Tidak dapat menambah usia kecuali kebaikan. Tidak bisa menolak ketentuan (takdir) kecuali doa. Sesungguhnya seorang
manusia kerap terhalang dari rezeki disebabkan dosa yang dilakukannya."

As-Suyuthi meletakkan hadits ini dalam “Jami’ Ash-Shaghir”. Menurutnya, selain Ibnu Majah, hadits itu juga diriwayatkan
oleh Nasai, Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim. Al-Hakim berkata bahwa nilai hadits tersebut shahih. Kesahihan hadits ini
dikuatkan oleh Adz-Dzahabi dan Al-Iraqi. Al-Mundziri menegaskan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Nasai melalui jalur
periwayatan (isnad) yang shahih. Periksa Faidlul Qadir karya Al-Munawi jilid II halaman 232.

Makna Hadits
Rezeki menurut para ulama ialah “apa saja yang bisa dimanfaatkan (dipakai, dimakan, atau dinikmati) oleh manusia”. Rezeki
dengan demikian meliputi uang, makanan, ilmu pengetahuan, rumah, kendaraan, pekerjaan, anak-anak, isteri, kesehatan,
ketenangan, dan segala sesuatu yang dirasa nikmat dan membawa manfaat bagi manusia. Selama ini orang banyak
mengkaitkan rezeki dengan uang. Hal ini tidak seluruhnya salah, karena pada saat ini dengan uang (fulus), orang bisa meraih
kenikmatan dan memperoleh manfaat duniawi dan ukhrawi apa saja. Rezeki merupakan kelengkapan yang pasti dikaruniakan
oleh Allah swt. kepada makhluk yang hidup di dunia, khususnya manusia. Sebagaimana ajal, keberadaan rezeki manusia telah
dijamin oleh
Allah swt. Tidak ada manusia hidup di dunia tanpa dilengkap rezeki. Allah swt. menegaskan:

‫َوهللاُ الَّذِى َخلَقَ ُك ْم ث ُ َّم َر َزقَ ُك ْم ث ُ َّم يُمِ ْيت ُ ُك ْم ث ُ َّم يُحْ ِي ْي ُك ْم‬

"Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu
(kembali)." (Q.S. Ar-Ruum: 40)

Manusia dijamin pasti dikarunia rezeki seluruhnya, hanya persoalannya, ada manusia yang rezekinya lancar, ada yang seret,
ada yang luas, ada yang sempit, ada yang mudah, ada yang sulit, ada yang murah, ada yang mahal, dan sebagainya. Masing-
masing telah ada ukurannya. Hal ini kembali kepada otoritas Allah swt., karena ketentuan rezeki sebagaimana ajal ada di
tangan-Nya. Manusia tidak bisa turut campur di dalamnya. Ibaratnya, rezeki adalah nasib.

Meski rezeki tak ubahnya merupakan nasib, untuk mendapatkannya, manusia haruslah berusaha (ikhtiar), sesuai dengan
sunnatullah (hukum alam). Manusia tidak boleh menyerah begitu saja. Langit tidak akan menurunkan hujan emas. Rezeki
tidak akan turun sekonyong-koyong, tetapi melalui berbagai proses atau jalan. Ada proses bekerja. Ada proses berdoa. Ada
proses ketekunan. Ada proses ketabahan. Dan sebagainya.

Di sinilah manusia diuji. Apakah dalam ikhtiarnya untuk mendapatkan rezeki itu, manusia melakukan jalan usaha yang wajar
atau tidak wajar (jalan pintas) seperti dengan menggelapkan atau dengan memperalat jin (istikhdam). Apakah dalam mencari
rezeki, manusia melewati proses yang halal atau proses yang haram. Apakah ada ungkapan syukur setelah mendapatkan
rezeki melimpah. Adakah sikap sabar dan tabah manakala rezekinya seret.

Atas dasar ini, dalam mencari rezeki, manusia harus memakai cara-cara yang elegan dan islami, tidak tergesa-gesa dalam
mendapatkannya dengan mengambil jalan pintas yang tidak halal, atau mengejarnya habis-habisan hingga mengabaikan
aspek ibadah dan dakwah, toh pada akhirnya rezeki manusia telah ada takarannya. “Tidak akan lari gunung dikejar.” Manusia
tidak akan mati kecuali rezekinya telah disempurnakan. Rezeki itu bahkan akan selalu mengejar manusia sebagaimana
manusia dalam hidupnya akan selalu dikejar oleh ajal kematian. Sabda Rasulullah saw. memperingatkan:

َّ ‫ فَاتَّقُ ْوا هللاَ َوأَجْ مِ لُ ْوا فِى ال‬. ‫ع ْنهَا‬


ِ َ‫طل‬
‫ب‬ َ َ ‫طأ‬
َ ‫ست َْوف َِي ِر ْزقَهَا َو ِإ ْن أ َ ْب‬ ً ‫ب ؛ فَ ِإنَّ نَ ْف‬
ْ َ ‫سا لَ ْن ت َ ُم ْوتَ َحت َّى ت‬ َّ ‫اس ! اِتَّقُوا هللاَ َوأَجْ مِ لُ ْوا فِى ال‬
ِ َ‫طل‬ ُ َّ‫ َياأَيُّهَا الن‬: ‫ُخذ ُ ْوا َما َح َّل َو َدع ُْوا َما ح َُر َم‬
‫– رواه ابن ماجه والحاكم‬

"Wahai sekalian manusia, takutlah kepada Allah dan lakukanlah keanggunan dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya
jiwa manusia tidak akan mati sehingga disempurnakan rezekinya, walaupun ia lamban dalam bergerak mencarinya.
Takutlah kepada Allah dan lakukanlah keanggunan dalam mencari rezeki. Ambillah rezeki yang halal dan tinggalkanlah
rezeki yang haram." (H.R. Ibnu Majah dan Al-Hakim)

Hadits tersebut di atas menyatakan bahwa perbuatan dosa dan ma’shiat yang dilakukan oleh manusia yang beriman bisa
menghambat kelancaran rezekinya. Rezeki orang yang beriman bisa seret, sempit, sulit, dan mahal, manakala dirinya
melakukan perbuatan dosa dan ma’shiat kepada Allah swt.
Mengapakah hujan tidak turun? Mengapakah musim panen gagal? Mengapakah terjadi krisis di negeri muslim? Mengapakah
perputaran uang tiba-tiba berubah menjadi seret? Mengapakah ilmu pengetahuan sulit ditangkap? Mengapakah hapalan
mudah lepas? Bila fenomena itu terjadi, agaknya kita perlu mengoreksi diri, jangan-jangan ada perbuatan dosa dan ma’shiat
yang terjadi di sekitar kita, bahkan melibatkan diri kita.

Jika kita rutin dan giat menjalankan shalat, misalnya, tiba-tiba rutinitas itu mandeg, kegiatan itu tiba-tiba kendor, dan pada
saat yang sama rezeki kita tampak seret, tidak seperti biasanya, maka kita harus menginsafi diri. Boleh jadi itu adalah
peringatan dari Allah swt. agar kita tidak mandeg dan kendor dalam menjalankan ibadah. Kemandegan dan kekendoran
dalam ibadah itu boleh jadi merupakan faktor yang menjadi penghalang datangnya karunia Tuhan kepada kita secara luas.

Imam Malik bin Anas begitu kagum terhadap kecerdasan Asy-Syafii, santrinya. Imam Malik bin Anas, sang guru, lalu
berpesan kepada Asy-Syafii, “Sesungguhnya aku melihat Allah telah menaruh cahaya di hatimu, maka jangan engkau
padamkan cahaya itu dengan kema’shiatan.” (Al-Jawab Al-Kafi, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah: 82)

Asy-Syafii bersenandung yang cukup terkenal di dunia pendidikan Islam. Senandung ini kami dapati dalam kitab karya Al-
Muhasibi berjudul “Risalatul Mustarsyidin” yang disunting oleh Abdul Fattah Abu Ghaddah halaman: 218:

‫شك َْوتُ إلى وكيع سوء حفظى فأرشدنى إلى ترك المعاصى‬
َ
‫فأخبرنى بأن العلم نور ونور هللا ال يهدى للعاصى‬
Aku mengeluhkan jeleknya hafalanku kepada guru Waki’. Beliau lalu memberi petunjuk kepadaku agar meninggalkan
kema’shiatan. Beliau menjelaskan kepadaku bahwa ilmu merupakan cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada
orang yang berma’shiat.
Waki’, nama lengkapnya adalah Waki’ bin Jarrah Al-Kufi. Ibnu Hajar menceritakan bahwa Waki’ adalah orang yang sangat
kuat dalam menghafal. Jika kebanyakan orang menghafal secara memaksa atau “ngoyo”, dia menghafal justru secara alamiah.
Ali bin Khasyram berkata, “Aku melihat Waki’ dan aku tidak pernah melihat tangannya membawa buku. Ternyata dia
menghafal. Aku bertanya kepadanya: “Apakah obat agar kuat hafalan?! Waki’ menjawab, “Meninggalkan kema’shiatan.”

Imam Abu Hanifah ra., manakala menjumpai suatu problem dalam menyelesaikan masalah, dia berujar kepada santri-
santrinya, “Hal ini tidak terjadi kecuali karena dosa yang baru saja aku lakukan.” Beliau lalu beristighfar, dan kadang
langsung beranjak shalat, maka tersingkaplah masalah yang menjadi problem baginya itu, seraya berkata, “Mudah-mudahan
taubatku diterima.” Cerita ini kemudian sampai kepada Fudhail bin Iyadh. Demi mendengar cerita itu Fudhail bin Iyadh
menangis keras-keras kemudian berkata, “Itu dilakukan Abu Hanifah karena sedikitnya dia memiliki dosa, adapun selain Abu
Hanifah tidaklah memperhatikan perkara ini.”

Sahabat Abdullah bin Abbas ra. menegaskan fakta ini. Katanya, “Sesungguhnya amal kebajikan memiliki cahaya di dalam
dada, keceriaan pada muka, kekuatan di badan, keluasan dalam rezeki, dan kecintaan di hati para makhluk, sedang perbuatan
dosa memiliki kegelapan di dalam hati, keburukan di muka, kelemahan di tubuh, kekurangan dalam rezeki, dan kebencian di
hati para makhluk.” (Risalatul Mustarsyidin, Al-Muhasibi: 218)

Sahabat Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, “Aku berkeyakinan seseorang bisa jadi lupa terhadap suatu ilmu yang dulunya
dikuasai adalah dikarenakan dosa yang diperbuatnya.”

Atas dasar ini, manakala terasa dikarunia rezeki dari Allah swt. apakah berupa uang, ilmu pengetahuan, makanan, rumah,
pekerjaan, kesehatan, rumah tangga yang harmonis, atau lainnya, maka hal itu harus diupayakan kelestariannya. Caranya
tiada lain ialah dengan menjauhi dan menghindari perbuatan dosa dan mas’shiat. Hal ini karena perbuatan dosa dan mas’shiat
di kala menerima nikmat berupa rezeki akan bisa menghambat atau memutus kelancaran rezeki itu. Dalam syair dikatakan:

‫إِذَا ُك ْنتَ فى ن ْع َم ٍة فارعها إن المعاصي تزيل النعم‬


Jika kamu berada dalam suatu nikmat maka peliharalah nikmat itu. Sesungguhnya kema’shiatan bisa melenyapkan nikmat-
nikmat itu.
Hadits tersebut di atas menyatakan bahwa perbuatan dosa bisa menghambat rezeki. Di balik kandungan hadits ini tersirat
pengertian bahwa giat beribadah akan bisa memperlancar aliran rezeki dari Tuhan kepada manusia.

Hal ini berarti semakin seseorang giat beribadah maka rezekinya akan semakin lancar. Allah swt. memberikan jaminan dalam
kitab suci Al-Qur’an bahwa seandainya penduduk bumi beriman dan bertakwa niscaya pintu-pintu keberkahan bumi akan
dibuka lebar-lebar. Barangsiapa bertakwa maka Allah akan memberikan jalan keluar kepadanya sekaligus memberikan rezeki
kepadanya dari arah yang tidak disangka-sangka.
Dengan demikian tidak didapati pertentangan antara ibadah dengan mencari rezeki. Inilah Islam dan inilah ajaran yang
dideklarasikan oleh baginda Rasulullah saw. Pandangan sementara kalangan yang menyatakan bahwa ibadah akan
menghambat rezeki atau rezeki tidak akan berjalan dengan aktivitas ibadah yang baik merupakan pandangan yang tidak
berdasar fakta. Ibadah kenyataannya justru menjadi sinergi bagi aktivitas mencari rezeki.
Kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW, adalah pemimpin dunia yang terbesar sepanjang sejarah. Karena hanya dalam waktu 23 tahun
(kurang dari seperempat abad), dengan biaya kurang dari satu persen biaya yang dipergunakan untuk revolusi Perancis dan
dengan korban kurang dari seribu orang. Beliau telah menghasilkan tiga karya besar yang belum pernah dicapai oleh
pemimpin yang manapun di seluruh dunia sejak Nabi Adam as. sampai sekarang. Tiga karya besar tersebut adalah:

1.Mengesakan Tuhan

Nabi Besar Muhammad SAW. telah berhasil menjadikan bangsa Arab yang semula mempercayai Tuhan sebanyak 360
(berfaham polytheisme) menjadi bangsa yang memiliki keyakinan tauhid mutlak atau monotheisme absolut.

2.Kesatuan ummat

Nabi Besar Muhammad SAW, telah berhasil menjadikan bangsa Arab yang semua selalu melakukan permusuhan dan
peperangan antar suku dan antar kabilah, menjadi bangsa yang bersatu padu dalam ikatan keimanan dalam naungan agama
Islam.

3.Kesatuan pemerintahan

Nabi Besar Muhammad SAW, telah berhasil membimbing bangsa Arab yang selamanya belum pernah memiliki
pemerintahan sendiri yang merdeka dan berdaulat, karena bangsa Arab adalah bangsa yang selalu
dijajah oleh Persia dan Romawi, menjadi bangsa yang mampu mendirikan negara kesatuan yang terbentang luas mulai dari
benua Afrika sampai Asia.

Kunci dari keberhasilan perjuangan Beliau SAW, dalam waktu relatif singkat itu adalah terletak pada tiga hal:

1. Keunggulan agama Islam


2. Ketepatan sistem dan metode yang beliau pergunakan untuk berda’wah.
3. Kepribadian beliau.

Keunggulan agama Islam terletak pada delapan sifat yang tidak dimiliki oleh agama-agama lainnya di seluruh dunia ini,
yaitu:

1. Agama Islam itu adalah agama fitrah.


2. Agama Islam itu adalah mudah, rational dan praktis.
3. Agama Islam itu adalah agama yang mempersatukan antara kehidupan jasmani dan rohani dan antara kehidupan duniawi
dan ukhrawi.
4. Agama Islam itu adalah agama yang menjaga keseimbangan antara kehiduan individual dan kehidupan bermasyarakat.
5. Agama Islam itu adalah merupakan jalan hidup yang sempurna.
6. Agama Islam itu adalah agama yang universal dan manusiawi.
7. Agama Islam itu adalah agama yang stabil dan sekaligus berkembang.
8. Agama Islam itu adalah agama yang tidak mengenal perubahan.

Sistem dakwah yang dipergunakan oleh Nabi Besar Muhammad SAW adalah:

1. Menanamkan benih iman di hati umat manusia dan menggemblengnya sampai benar-benar mantap.
2. Mengajak mereka yang telah memiliki iman yang kuat dan mantap untuk beribadah menjalankan kewajiban-kewajiban
agama Islam dengan tekun dan berkesinambungan secara bertahap.
3. Mengajak mereka yang telah kuat dan mantap iman mereka serta telah tekun menjalankan ibadah secara berkelanjutan
untuk mengamalkan budi pekerti yang luhur.

Metode dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah:

1. Hikmah, yaitu kata-kata yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yang bathil.
2. Nasihat yang baik.
3. Menolak bantahan dari orang-orang yang menentangnya dengan memberikan argumentasi yang jauh lebih baik, sehingga
mereka yang menentang dakwah beliau tidak dapat berkutik.
4.Memperlakukan musuh-musuh beliau seperti memperlakukan sahabat karib. Keempat metode dakwah beliau di atas,
disebutkan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an al Karim dalam surat:

An Nahlu ayat 125:

َ‫ َوه ََو ا َ ْعلَ ُم ِب ْال ُم ْهت َ ِديْن‬، ‫س ِب ْي ِل ِه‬


َ ‫ع ْن‬ َ ‫سنُ ؛ ِإ َّن َربَّكَ ه َُو ا َ ْعلَ ُم ِب َم ْن‬
َ ‫ض َّل‬ َ ‫ َو َجاد ِْل ُه ْم ِبالَّتِى ه‬، ‫سنَ ِة‬
َ ْ‫ِي اَح‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬
َ ‫س ِب ْي ِل َر ِبِّكَ ِب ْالحِ ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬ ُ ‫ ا ُ ْد‬.
َ ‫ع اِلَى‬

“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Surat Fushshilat ayat 34:

َ ُ‫سنُ فَإِذَا الَّذِى َب ْينَكَ َو َب ْي َنه‬


ٌّ ‫عدَ َاوة ٌ َكاَنَّهُ َو ِل‬
‫ي َحمِ ْي ٌم‬ َ ‫س ِِّيئَةُ ؛ اِدْفَ ْع ِبالَّتِى ه‬
َ ْ‫ِي اَح‬ َ ‫ َوالَ ت َ ْست َ ِوى ْال َح‬.
َّ ‫سنَةُ َوالَ ال‬

“Dan tiadalah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang
antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”.

Kepribadian Nabi Besar Muhammad saw. yang sangat menunjang dakwah beliau disebutkan dalam Al Qur’an sebagai
berikut:

1. Bersikap lemah-lembut.
2. Selalu mema’afkan kesalahan orang lain betapapun besar kesalahan tersebut selama kesalahan tersebut terhadap pribadi
beliau.
3. Memintakan ampun dosa dan kesalahan orang lain kepada Allah swt., jika kesalahan tersebut terhadap Allah SWT.
4. Selalu mengajak bermusyawarah dengan para sahabat beliau dalam urusan dunia dan beliau selalu konsukuen memegang
hasil keputusan musyawarah.
5. Jika beliau ingin melakukan sesuatu, maka beliau selalu bertawakkal kepada Allah SWT dalam arti: direncanakan dengan
matang, diprogramkan, diperhitungkan anggarannya dan ditentukan sistem kerjanya.

Kelima kepribadian Nabi Besar Muhammad SAW, tersebut di atas, dituturkan oleh Allah swt. dalam surat Ali Imran ayat
159:

‫ع ْن َه ْم‬ َ ‫ْف‬ ِ ‫ظ ْالقَ ْل‬


ُ ‫ فَاع‬، َ‫ب الَ ْنفَض ُّْوا مِ ْن َح ْولِك‬ َ ‫غ ِل ْي‬ ًّ َ‫ َولَ ْو ُك ْنتَ ف‬، ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة مِ نَ هللاِ ِل ْنتَ لَ ُه ْم‬. ُّ‫علَى هللاِ ؛ إِ َّن هللاَ يُحِ ب‬
َ ‫ظا‬ َ ‫عزَ ْمتَ فَت ََو َّك ْل‬
َ ‫ فَإِذَا‬، ‫َوا ْست َ ْغف ِْر لَ ُه ْم َوشَا ِو ْر ُه ْم فِى االَ ْم ِر‬
ْ
َ‫ ال ُمت ََو ِ ِّك ِليْن‬.

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
Pentingnya Menuntut Ilmu Syar’i

Sebagaimana telah dipahami bersama bahwa menuntut ilmu, adalah kewajiban bagi tiap individu muslim. Baik
laki-laki maupun perempuan. Tujuan dari diwajibkanya menuntut ilmu adalah agar kita mengetahui yang hak
kemudian menjalankannya. Mengetahui yang batil kemudian meninggalkannya.
Pada dasarnya tujuan utama dari menuntut ilmu kembali pada tujuan penciptaan manusia, yakni menyembah
kepada Allah semata.
Sebagaimana jasad kita butuh pada makanan dan minuman, ilmu adalah kebutuhan pokok bagi ruhani kita
Pun demikian, makanan yang menjadi kebutuhan manusia tidak lantas sama antara manusia yang satu dengan yang
lain. Bayi yang baru dilahirkan minum asi, kemudian bubur, bubur kasar, nasi halus demikian hingga dia dapat
mengkonsumsi segala macam makanan
Mempelajari ilmu agama juga demikian. Mulailah dari tahapan yang awal. Jangan sepelekan ilmu fiqih, karena itu
modal wajib untuk keabsahan ibadah
Sekarang ini sedang marak ilmu karbitan. Dimana seseorang belajar agama tidak mau mempelajari fiqih, karena
dianggap kecil
Belum mengerti bab wudlu’ sudah mempelajari hadits tentang bid’ah, perbandingan madzhab, dan masalah
khilafiyah
Celakanya lagi, hal-hal semacam itu dipelajari dengan meng-copas link-link di internet
Maka menjelmalah mereka menjadi tukang kritik, tukang membid’ahkan dan tukang mengkafirkan
Melihat fenomena semacam ini, Yahudi mengambil kesempatan emas. Mereka mulai memainkan perannya.
Orang-orang yang sudah merasa pinter ini, oleh Yahudi diberikan gelar al-muhaddits, syekh, mufti dan
dikampanyekan ke berbagai belahan bumi
Jadilah mereka muhaddits, sekalipun asalnya hanya tukang servis jam. Dan titel itu laku. Yahudi memang hebat
dalam masalah label.
Namun jangan lupa. Bagaimanapun usaha yahudi membungkus daging anjing dalam label halal, Allah pasti
membukanya. Terbukti, titel semacam itu selalu menimbulkan kontroversi. Artinya, tidak diterima oleh khalayak
Begitu juga faham-faham wahabi yang dipromosikan ke seluruh dunia. Sekalipun diberi label sunnah, tidak akan
bisa diterima dunia secara umum. Di mana-mana pasti menimbulkan konflik dan perpecahan. Selalu bikin resah
Jelaslah bagi kita, ajaran yang benar pasti membawa kedamaian dan ketentraman. Sekalipun dituduh bid’ah
Ajaran yang sesat pasti menimbulkan keresahan, walaupun dibungkus label ‘sunnah’
Hakikat Cinta Kepada Alloh

Cinta bukan sekedar diucapkan dengan kata-kata. Namun cinta itu mesti dibuktikan dengan tindakan nyata. Lebih-
lebih cinta kepada sang Khalik Alloh swt. Betapa banyak orang mengikrarkan cinta pada-Nya, tapi hakikatnya
perasaan mahabbah itu semu tidak nyata.

Al Hubb Lillaah
Alloh ta’ala berfirman: “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Alloh; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh. Adapun orang-orang yang beriman amat
sangat cintanya kepada Alloh”. QS. al-Baqarah: 165.

Ini terkait hubungan seorang muslim dengan diri sendiri yang berupa kewajiban membangun kepribadian Islam
yang mencakup: 1) Pola pikir Islami yang berpikir dengan logika Islam ketika memberikan penilaian terhadap
segala sesuatu, kejadian-kejadian, pribadi-pribadi dengan aneka ragam sikap. 2) Pola jiwa Islami yang memberikan
gambaran bagaimana berinteraksi dengan orang sekitar dan segala yang ada di kanan kirinya sesuai manhaj.

Ini berarti tidak ada pilihan kecuali melakukan pembinaan kepada generasi muslim yang kelak akan mengemban
Risalah Islam dengan pemikiran yang jelas di kepalanya, aqidah kuat menancap dalam hatinya, ibadah yag murni
untuk Tuhannya dan amal shaleh yang memberikan manfaat kepada selainnya.

Al Hubb Fillaah
Alloh ta’ala berfirman, “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara…” QS. Hujurat: 10. Ini terkait
hubungan seorang muslim dengan saudaranya yang berupa kewajiban mewujudkan ikatan Ilsam seperti
yang dilakukan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan para sahabat yang disebutkan oleh Alloh dalam firman-
Nya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-
orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka…”

Sikap tegas mereka terhadap orang-orang kafir adalah sebagai buah dari tindakan melarang kemungkaran dalam
makna luas, sementara berkasih sayang di antara mereka merupakan buah aktivitas memerintahkan yang baik
dalam makna yang luas pula seperti terkandung dalam sabda Rasulullah sholallahu alaihim wasallam, “Setiap
kebaikan adalah sedekah”. HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud. Sementara sedekah bisa menolak bencana. Dan
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Orang yang pengasih akan selalu dikasihi Dzat Maha Pengasih
tabbaraka wata’aalaa. Kasihanilah orang yang ada di bumi niscaya orang yang ada di langit akan selalu
mengasihi kalian!” HR. Ahmad, Abu Dawud, Turmudzi, Hakim. (al Jami’ as Shagir 2/25). “Perlakuan baik
akan menjaga dari kematian-kematian buruk, bencana-bencana dan kerusakan-kerusakan…” HR. Hakim dalam al
Mustadrak/Kasyful Ghummah: hal. 12).

Al Hubb Ma’allah
Alloh ta’alaa berfirman, “Maka pernakah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya…” QS. Jatsiyah: 22.

Ini terkait hubungan seorang muslim dengan amalnya. Ia menyangka telah beramal karena Alloh, padahal dalam
dirinya ada syirik yang tidak menampak baginya meski ia tahu itu termasuk hal-hal yang merusak amal. Ibnu
Taimiyah dalam sebagian fatwa-fatwanya berkata:

“Orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya memiliki kecintaan sebagaimana kaum musyrikin
mencintai tuhan-tuhan mereka dan sebagaimana kecintaan para penyembah kepada anak sapi emas. Inilah
kecintaan Ma’allah, bukan kecintaan Lillaah. Dan inilah kecintaan pada ahli syirik. Hawa nafsu terkadang
mengaku mencintai Alloh, meski pada kenyataannya itu adalah kecintaan syirik. Ia hanya cinta kepada sesuatu
yang disukainya yang terbungkus dalam kecintaan bersama Alloh. Dan memang keinginan itu sendiri
terkadang tidak jelas bagi nafsu sebab sesungguhnya kecintaan anda akan sesuatu bisa menjadikan buta dan
menyebabkan tuli. Begitulah amal yang oleh manusia disangka bahwa telah menjalankannya karena Alloh,
padahal di sana adal syirik terselubung yang sebenarnya ia mengetahuinya. Hal itu karena kecintaan akan
kekuasaan (riyasah), atau kecintaan akan harta benda, atau kecintaan akan popularitas. Karena inilah para
sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, seseorang berperang karena keberanian, dorongan emosional dan
karena pamer. Manakah yang berbeda di jalan Alloh? Beliau sholallahu alai wasallam menjawab, “Barang
siapa yang berperang agar kalimat Alloh menjadi mulia maka dialah yang berada di jalan Alloh””. (Tafsir al
Qosimi, Mahasin at Ta’wiil I/462). Dan inilah yang dinamakan Syirik Khafi yang harus diwaspadai oleh seorang
muslim yang terbina.
CONTOH PEMBAWA ACARA DALAM PENGAJIAN UMUM

Dengan acara:
- Pembukaan
- Pembacaan ayat – ayat suci Al-quran
- Gema sholawat nabi
- Ceramah agama
- Penutup / doa
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمدهلل رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا الدين والصالة والسالم على اشرف االشرف االنبياء والمرسلين سيدنا وموالنا محمداالمين وعلى‬
‫ اما بعد‬. ‫ اله الطاهرين واصحابه اجمعين وازواجه امهاة المؤمنين‬:
‫اصحاب الفضيلة العلماء واخص بذكرى صاحب الفضيلة المكرم والمحترم كياهى حاجي ………… سمعا وطاعة‬
Yang kami hormati aparat sipil ataupun TNI POLRI. Tak lupa yang kami hormati Bpk. Kepala desa …….. sesepuh
dan pini sepuh yang kami mulyakan.
Hadirin Hadirot ‫رحمكم هللا‬
Sungguh
Tiada kata yang pantas untuk diucapkan
Tiada puji yang pantas untuk disanjungkan
Tiada kalimat yang layak untuk diuraikan
Tiada bahasa yang indah untuk dilafadzkan
1. Dalam mensyukuri nikmat – nikmat Allah yang maha luas, yang tak terbatas, yang tak akan pernah tuntas
dan tak akan pernah habis kita bahas
2. Dalam mensyukuri nikmat – nikmat Allah yang maha Esa, maha Kuasa dan maha Perkasa. Dzat yang kekal
takkan binasa.
Selain ucapan serta pujian

Yang mana dengat rahmat dan nikmat Allah kita semua dalam keadaan sehat wal afiat.
Dengan taufiq dan hidayah dari Allah saat ini kita semua dalam keadaan islam dan iman. Juga dengan inayah dan
maunah dari Allah SWT saat ini kita semua dapat bermuwajahah dan bernujalasah dalam suasana ikatan ukhuwah
islamiyah dalam rangka………
Semoga pertemuan kita kali ini senantiasa memberi manfaat dan barokah dari Allah SWT . Amien.
Semoga
Curahan sholawat beserta salam
Tercurahkan sepanjang siang dan malam
Kepada insan termulya penerang gelapnya alam
Nabi pilihan penyempurna syariat islam
Junjungan kita nabi besar Muhammad ‫صلى هللا عليه وسلم‬
Dengan iringan doa dan kalimat kalam
_______________________________________________________________________________________
Hadirin Hadirot yang berbahagia
Kami selaku pemandu / penata acara pada pagi / siang / malam hari ini telah merangkai / menyusun adanya acara
sebagai berikut. Sebagaimana mukoddimah acara akan dibuka dengan pembacaan surah Al-fatihah
Naviri kalam Ilahi merupakan acara yang kedua
Sedangkan acara yang ketiga gema sholawat nabi
Acara keempat Merupakan inti / puncak acara pagi / siang / mala mini merupakan tutur hikmah / mauidhoh
hasanah dan acara akan ditutup dengan pembacaan doa bersama
Hadirin hadirot ‫رحمكم هللا‬
1. Marilah kita buka bersama acara ini dengan pembacaan surah Al-fatihah, semoga dengan barokah
pembacaan ummul Quran acara ini berjalan dengan lancer tanpa halangan apapun sesuai harapan kita
semua. Juga semoga mendapat rahmat serta maunah dari Allah SWT. Pembacaan surah Al-fatihah yang akan
dipandu / dipimpin oleh yang mulya KH……….
Kepada beliau dihaturkan
Kami sampaikan terimakasih
2. Hadirin dalam fase acara yang kedua. Kita mengharap rahmat yang akan diturunkan Allah SWT. Kitapun
yakin pada barokah yang akan dilimpahkan kepada Qori’ Al-Quran dan mustamiin
Marilah kita ikuti dan dengarkan bersama laras – laras suci kalam Ilahi, yang hal ini akan dibacakan oleh yang
mulya Al-Ustad ……… kepada beliau waktu dihaturkan
Terima kasih kami sampaikan
- Semoga dengan lantunan ayat – ayat suci
Kita semua mendapat rahmat dari sang Ilahi
Allah SWT, Rabbul Izzati
Sehingga membawa ketenangan dan ketentraman dalam hati
- Semoga barokah naviri kalam Ilahi
Dapat membawa damai dan sejuk dihati
Beruntung bagi pengambil I’tibar ayat – ayat suci
Yang penuh hikmah dan padat arti
Berbahagia bagi yang berhasil menikmati
Kandungan hikmah qur’an nan suci

Hadirin hadirot yang berbahagia


3. Merupakan ria acara selanjutnya lantunan sholawat nabi yang merupakan cermin kerinduan dihati
Lontaran doa untuk sang habibi
Yang mempunyai hakikat cinta yang sejati
Dari dunia juga diakhirat nanti

Mari kita ikuti bersama gema sholawat oleh ………. Kepada Almukarram ustadz………. Waktu dipersilahkan
Terima kasih kami sampaikan.
Hadirin yang berbahagia
Harapan kita pastilah sama, satu harapan satu tujuan
Tatkala Allah menghisab amal perbuatan, dihari kiamat dipadang mahsyar, yaitu syafaatil Qubra dari saidil Basar.
Nabi Muhammad nabi terbesar

Memasuki acara selanjutnya


Para alim para sepuh hadirin hadirot yang berbahagia
4. Marilah kita ikuti bersama, puncak acara mala mini dengan suatu harapan dapat mempertebal iman,
meningkatkan amal ibadah dan mempertahankan sendi – sendi islam

Islam akan terpeliahara sepanjang masa. Selama Ulama’ merupakan ayah yang bijak atau suami yang santun
Karnanya islam tidak akan yatim, islampun tidak akan janda
Salah satu dari sekian pewaris Nabi, yang menjaga islam dengan ilmu dan amalnya. Beliau akan memberi tutur
hikmah / mau’idhoh hasanah kepada kita semua yang mulya Almukarram wal muhtaram KH. …………. Kepada
yang mulya waktu dihaturkan
Kepada yang mulya kami haturkan terimakasih.
Hadirin yang berbahagia
Demikianlah mau’idhoh hasanah. Semoga menjadi ilmu yang manfaat dan barokah sehingga kita mampu
melaksanakan amal sholeh yang menjadi wasilah hidup husnul khotimah.
Hadirin….. kiranya tiada musafir yang tak akan pernah sampai.
Tiada pesta yang tak pernah usai
Pun juga tiada acara yang tak pernah selesai
7. Merupakan pemungkas / penghujung acara hari / malam ini pembacaan doa bersama, yang hal ini akan dipimpin
oleh yang mulya KH…….. kepada Almukarram kami haturkan
Dengan selesainya pembacaan doa, maka selesai pula seluruh rangkaian acara dihari / mala mini
Kami selaku pemandu acara, maksud hati ingin menyusun kata yang indah dan rapi tanpa cela
Namun apalah daya, kami manusia biasa
Salah dan khilaf sudah pasti ada
Karnanya seluas langit membentang, sejauh mata memandang, setinggi gunung menjulang dan sedalam lautan
menjurang, demikian lah kiranya kami mohon maaf, atas segala hal kami yang khilaf

Anda mungkin juga menyukai