Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Abortus
1. Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup
di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin
hidup di dunia luar bila berat badannya telah mencapai > 500 gram
atau umur kehamilan > 20 minggu. Abortus dapat pula diartikan
sebagai berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin
mampu bertahan hidup. Selain itu abortus dapat diartikan sebagai
pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) dengan berat badan janin <
500 gram atau kehamilan kurang dari 20 minggu.3,5,7

2. Etiologi
Lebih dari 80% abortus terjadi pada minggu pertama, dan setelah
itu angka ini cepat menurun. Kelainan kromosom merupakan
penyebab, pada paling sedikit seperuh dari kasus abortus dini ini, dan
setelah itu insidennya juga menurun. Faktor penyebab terjadinya
abortus dibagi menjadi beberapa faktor yaitu :
a. Faktor janin
1. Perkembangan zigot abnormal
Temuan morfologis tersering pada abortus spontan dini
adalah kelainan perkembangan zigot, mudigah, janin bentuk
awal, atau kadang-kadang plasenta.
Disorganisasi morfologis pertumbuhan ditemukan pada
40% abortus spontan sebelum minggu ke-20. Diantara
mudigah yang panjang ubun-ubun ke bokongnya (CRL =
Crown Rump Length) kurang dari 30 mm, frekuensi kelainan

http://digilib.unimus.ac.id
perkembangan morfologis adalah 70%. Mudigah-mudigah
yang menjalani pemeriksaan biakan jaringan dan analisis
kromosom, 60% memperlihatkan kelainan kromosom. Janin
dengan panjang ubun-ubun ke bokong (CRL) 30 sampai 180
mm, frekuensi kelainan kromosom adalah 25%.
2. Abortus aneuploidi
Sekitar seperempat dari kelainan kromosom disebabkan
oleh kesalahan gametogenesis ibu dan 5% oleh kesalahan
ayah. Dalam suatu studi terhadap janin dan neonatus dengan
trisomi 13, pada 21 dari 23 kasus, kromosom tambahan berasal
dari ibu.
a. Trisomi autosom
Merupakan kelainan kromosom yang tersering dijumpai
pada abortus trimester pertama. Trisomi dapat diebabkan
oleh nondisjunction tersendiri, translokasi seimbang materal
atau paternal, atau inversi kromosom seimbang. Trisomi
untuk semua autosom kecuali kromosom nomor 1 pernah
dijumpai pada abortus, tetapi yang tersering adalah autosom
13, 16, 18,21 dan 22.
b. Monosomi X
Merupakan kelainan kromosom tersering berikutnya dan
memungkinkan lahirnya bayi perempuan hidup (sindrom
Turner). Triploidi sering dikaitkan dengan degenerasi
hidropik pada plasenta. Janin yang memperlihatkan
kelainan ini sering mengalami abortus dini, dan beberapa
mampu bertahan hidup lebih lama mengalami malformasi
berat.
c. Kelainan struktural kromosom
Sebagian bayi lahir hidup dengan dengan translokasi
seimbang dan mungkin normal.

http://digilib.unimus.ac.id
3. Abortus euploid
Abortus euploid memuncak pada usia gestasi sekitar 13
minggu. Insiden abortus euploid meningkat secara drastis
setelah usia ibu 35 tahun.2,5,10

b. Faktor maternal
1. Usia ibu
Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah
usia 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5
kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada
usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal meningkat
kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun.11
2. Paritas
Risiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas
ibu, hal ini mungkin karena adanya faktor dari jaringan parut
pada uterus akibat kehamilan berulang. Jaringan parut ini
mengakibatkan tidak adekuatnya persedian darah ke plasenta
yang dapat pula berpengaruh pada janin.3
3. Infeksi
Adanya infeksi pada kehamilan dapat membahayakan
keadaan janin dan ibu. Infeksi dapat menyebabkan abortus, dan
apabila kehamilan dapat berlanjut maka dapat menyebabkan
kelahiran prematur, BBLR, dan eklamsia pada ibu.5,14
4. Anemia
Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada
metabolisme ibu dan janin karena dengan kurangnya kadar
hemoglobin maka berkurang pula kadar oksigen dalam darah.
Hal ini dapat memberikan efek tidak langsung pada ibu dan
janin antara lain kematian janin, meningkatnya kerentanan ibu

http://digilib.unimus.ac.id
pada infeksi dan meningkatkan risiko terjadinya prematuritas
pada bayi.6,8
5. Faktor aloimun
Kematian janin berulang pada sejumlah wanita didiagnosis
sebagai akibat faktor-faktor aloimun. Diagnosis faktor aloimun
berpusat pada beberapa pemeriksaan yaitu perbandingan HLA
ibu dan ayah, pemeriksaan serum ibu untuk mendeteksi
keberadaan antibodi sitotoksik terhadap leukosit ayah dan
pemeriksaan serum ibu untuk mendeteksi faktor-faktor
penyekat pada reaksi pencampuran limfosit ibu-ayah.5
6. Faktor hormonal
Salah satu dari penyakit hormonal ibu hamil yang dapat
menyebabkan abortus adalah penyakit diabetes mellitus.
Diabetes mellitus pada saat hamil dikenal dengan diabetes
meliitus gestasional (DMG). DMG didefinisikan sebagai
intoleransi glukosa yang terjadi atau pertama kali ditemukan
pada saat hamil. Dinyatakan DMG bila glukosa plasma puasa
≥ 126 mg/dl atau 2 jam setelah beban glukosa 75 gram ≥ 200
mg/dl atau toleransi glukosa terganggu.13,15
Pada DMG akan terjadi suatu keadaan dimana jumlah atau
fungsi insulin menjadi tidak normal, yang mengakibatkan
sumber energi dalam plasma ibu bertambah. Melalui difusi
terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin
juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal yang
menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi yang
salah satunya adalah abortus spontan.15
7. Gamet yang menua
Didapatkan peningkatan insidensi abortus yang relatif
terhadap kehamilan normal apabila inseminasi terjadi 4 hari
sebelum atau 3 hari sesudah saat pergeseran suhu tubuh basal.
Dengan demikian, mereka menyimpulkan bahwa penuaan

http://digilib.unimus.ac.id
gamet di dalam saluran genitalia wanita sebelum pembuahan
meningkatkan kemungkinan abortus.5
8. Kelainan anatomi uterus
Leiomioma uterus, bahkan yang besar dan multipel,
biasanya tidak menyebabkan abortus. Apabila menyebabkan
abortus, lokasi leiomioma tampaknya lebih penting daripada
ukurannya.
Sinekie uterus disebabkan oleh destruksi endometrium luas
akibat kuretase. Hal ini akhirnya menyebabkan amenore dan
abortus rekuren yang dipercaya disebabkan oleh kurang
memadainya endometrium untuk menunjang implantasi.
Defek perkembangan uterus, cacat ini terjadi karena
kelainan pembentukan atau fusi duktus Mülleri atau terjadi
secara spontan atau diinduksi oleh pajanan dietilstilbestrol in
utero.
Serviks inkompeten ditandai oleh pembukaan serviks tanpa
nyeri pada trimester kedua disertai prolaps dan
menggembungnya selaput ketuban pada vagina, diikuti oleh
pecahnya selaput ketuban dan ekspulsi janin imatur.2,5
9. Trauma fisik
Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan
sering kali dilupakan. Yang diingat hanya kejadian tertentu
yang dapat menyebabkan abortus. Namun, sebagian besar
abortus spontan terjadi beberapa waktu setelah kematian
mudigah atau janin.5

c. Faktor paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor paternal (ayah)
dalam terjadinya abortus spontan. yang jelas, translokasi
kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus. Adenovirus
atau virus herpes simpleks ditemukan pada hampir 40% sampel

http://digilib.unimus.ac.id
semen yang diperoleh dari pria steril. Virus terdeteksi dalam
bentuk laten pada 60% sel, dan virus yang sama dijumpai pada
abortus.5

3. Patologi
Abortus biasanya disertai oleh perdarahan ke dalam desidua basalis
dan nekrosis di jaringan dekat tempat perdarahan. Ovum menjadi
terlepas, dan hal ini memicu kontraksi uterus yang menyebabkan
ekspulsi. Sebelum minggu ke-10, ovum biasanya dikeluarkan dengan
lengkap. Hal ini disebabkan karena sebelum minggu ke-10 vili korialis
belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua, hingga ovum
mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke 10-12 korion
tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua
makin erat, hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion
(plasenta) tertinggal jika terjadi abortus. Apabila kantung dibuka,
biasanya dijumpai janin kecil yang mengalami maserasi dan
dikelilingi oleh cairan, atau mungkin tidak tampak janin didalam
kantung dan disebut “blighted ovum”.
Mola karneosa atau darah adalah suatu ovum yang dikelilingi oleh
kapsul bekuan darah. Kapsul memiliki ketebalan bervariasi, dengan
vili korionik yang telah berdegenarsi tersebar diantaranya. Rongga
kecil didalam yang terisi cairan tampak menggepeng dan terdistorsi
akibat dinding bekuan darah lama yang tebal.
Pada abortus tahap lebih lanjut, terdapat beberapa kemungkinan
hasil. Janin yang tertahan dapat mengalami maserasi. Cairan amnion
mungkin terserap saat janin tertekan dan mengering untuk membentuk
fetus kompresus. Kadang-kadang, janin akhirnya menjadi sedemikian
kering dan tertekan sehingga mirip dengan perkamen, yang sering
disebut juga sebagai fetus papiraseus.5,7

http://digilib.unimus.ac.id
4. Jenis Abortus
Secara klinis, abortus dibagi menjadi :
a. Abortus imminens
b. Abortus insipiens
c. Abortus inkompletus
d. Abortus kompletus
e. Abortus habitualis
d. Missed abortion5,7

5. Manifestasi Klinis dan Diagnosis


Tabel 2.1 Tabel manifestasi klinis dan diagnosis abortus.2
Jenis Nyeri/ Perdara Jaringan Jaringan Pemeriksaan
kram han ekspulsi pada Osteum Besar uterus
abdomen vagina uteri
Imminen Ringan Ringan Tak ada Tak ada Tertutup Sesuai umur
kehamilan

Insipiens Sedang Sedang Tak ada Tak ada Terbuka, Sesuai umur
ketuban kehamilan
menonjol
Inkompletus Sangat Sangat Teraba Mungkin Terbuka Sudah
jaringan masih mengecil
Kompletus Tak ada Ringan Sudah Mungkin Terbuka Sudah
lengkap ada mengecil
Habitualis Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak hamil
abortus 3X
lebih
berurutan
Missed Tak ada Tak Tak ada Tak ada Tertutup Sedikit
Abortion ada mengecil.

6. Komplikasi
a. Abortus imminens
Setengah dari kasus abortus imminens akan menjadi abortus
komplet atau inkomplet, sedangkan pada sisanya kehamilan akan
terus berlangsung.

http://digilib.unimus.ac.id
b. Abortus insipiens
Terkadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan
jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga
evakuasi harus segera dilakukan.
c. Abortus inkompletus
Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak dan
membahayakan ibu. Bila jaringan yang tertinggal dalam rahim
tidak segera dibersihkan maka dapat menyebabkan abortus sepsis
dan dapat menyebabkan kemaitian ibu.
d. Abortus kompletus
Apabila perdarahan yang terjadi sangat lama (> 10 hari) dan
banyak maka perlu dipikrkan mencari penyebab lain. Hal ini dapat
menyebabkan kematian pada ibu.5,7

7. Penatalaksanaan
Pada abortus imminens bila kehamilan dirasa masih bisa
dipertahankan maka cukup dilakukan istirahat rebah (bed rest) dan
diberikan obat-obatan untuk menurangi kerentanan otot-otot rahim.
Untuk abortus selain abortus imminens sebaiknya segera dilakukan
kuretase agar tidak terjadi komplikasi yang akan memperparah
keadaan ibu.7

B. Abortus Inkompletus
1. Definisi
Abortus inkompletus adalah keluarnya sebagian dari buah
kehamilan tapi sebagian (biasanya jaringan placenta) masih tertinggal
di dalam rahim.5
2. Manifestasi klinis
a. Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi
sebagian masih berada dalam uterus.

http://digilib.unimus.ac.id
b. Merupakan ancaman terjadi perdarahan.
c. Pada pemeriksaan dalam mungkin teraba jaringan sisa dan
mungkin perdarahan bertambah setelah pemeriksaan dalam.
d. Tes kehamilan mungkin masih positif, tetapi kehamilan tidak
dapat dipertahankan.2
3. Komplikasi
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-
sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah.
Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tidak diberikan pada waktunya.
b. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena
infeksi berat.
c. Infeksi
Apabila abortus inkompletus tidak segera mendapatkan
penanganan yang tepat, hal ini dapat menyebabkan abortus sepsis.
Infeksi yang terjadi berat karena penyebaran kuman sampai
peredaran darah.
d. Perforasi
Perforasi uterus pada kuretase dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi.3,7

4. Penatalaksanaan
a. Resusitasi cairan.
b. Transfusi darah jika diperlukan.
c. Persiapan untuk kuretase dengan tujuan :
- Mempercepat pengambilan jaringan hasil konsepsi
- Mempercepet berhentinya perdarahan
d. Terapi tambahan
- Antibiotika

http://digilib.unimus.ac.id
- Uterotonika
- Terapi suportif.2,7

C. Hubungan Faktor Maternal dengan Kejadian Abortus Inkompletus


1. Usia
Usia yang tergolong risiko tinggi untuk terjadinya abortus adalah
usia dibawah 20 tahun dan usia diatas 35 tahun. Pada usia remaja,
wanita masih dalam masa pertumbuhan, sehingga panggulnya relatif
masih kecil. Selain itu secara psikologispun para remaja masih belum
siap untuk menghadapi kehamilan, angka kematian bayi juga
meningkat.
Kehamilan pada usia remaja mempunyai risiko :
Sering mengalami anemia
Gangguan tumbuh kembang janin
Keguguran, prematuritas atau BBLR
Gangguan persalinan
Preeklampsia
Perdarahan antepartum.

Risiko kejadian abortus spontan juga meningkat pada usia diatas


35 tahun. Semakin lanjut usia wanita, semakin tipis cadangan telur
yang ada, indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan
gonadotropin. Makin lanjut usia wanita, maka risiko terjadi abortus,
makin meningkat karena menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan
meningkatnya risiko kejadian kelainan kromosom. Selain itu semakin
lanjut usia masalah kesehatan yang diderita seperti hipertensi, diabetes
mellitus, anemia dan penyakit-penyakit kronis yang lain ikut
meningkat.3,11

http://digilib.unimus.ac.id
2. Paritas
Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan keturunan
yang mampu hidup (viable) tanpa memandang apakah anak tersebut
hidup pada saat lahir. Macam-macam paritas yaitu :
- Nullipara : seorang wanita yang belum pernah
melahirkan bayi yang viable.
- Primipara : seorang wanita yang pernah melahirkan
bayi yang viable untuk pertama kali.
- Multipara : seorang wanita yang pernah melahirkan 2
bayi yang viable atau lebih.
- Grandemultipara : seorang wanita yang pernah melahirkan 5
bayi yang viable atau lebih

Risiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas ibu,


hal ini mungkin karena adanya faktor dari jaringan parut pada uterus
akibat kehamilan berulang. Jaringan parut ini mengakibatkan tidak
adekuatnya persedian darah ke plasenta yang dapat pula berpengaruh
pada janin.3,16,17,18,19

3. Infeksi
Penyakit infeksi akut dapat menimbulkan gugurnya kehamilan
hingga terjadi abortus atau partus prematurus. Sebabnya ialah karena
janin mati oleh suhu tinggi, oleh toksin-toksin atau kumannya sendiri
yang menyerbu ke dalam badan janin dan kadang-kadang karena
perdarahan dalam decidua.
Infeksi yang terjadi pada manusia dapat ditandai dengan adanya
leukositosis. Leukositosis yaitu peningkatan jumlah leukosit di dalam
sirkulasi darah yang diakibatkan dari stimulasi maturasi leukosit yang
diperantarai sitokin dan pelepasan dari sumsum tulang. Leukositosis
menunjukan peningkatan leukosit yang umumnya melebihi
3
10.000/mm . Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk
melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme. Leukositosis

http://digilib.unimus.ac.id
biasanya terjadi karena proses infeksi dari sebagian bakteri. Proses
infeksi dimulai dari invasi bakteri ke dalam tubuh, dimana bakteri
harus menempel atau melekat pada sel inang (biasanya sel epitel).
Setelah bakteri mempunyai kedudukan yang tetap untuk meninfeksi,
mereka mulai memperbanyak diri dan menyebar secara langsung
melalui jaringan atau lewat sistem limfatik ke aliran darah. Infeksi ini
(bakterimia) dapat terjadi sementara atau menetap. Bakterimia
memberi kesempatan bakteri untuk menyebar ke dalam tubuh serta
mencapai jaringan yang cocok untuk memperbanyak diri.
Lipopolisakarida (LPS, Endotoksin) yang khusus dimiliki oleh
bakteri gram negatif dari dinding sel dan seringkali dibebaskan ketika
bakteri lisis. LPS dalam aliran darah terikat pada protein yang
bersirkulasi kemudian berinteraksi dengan reseptor pada makrofag
dan monosit serta sel lain pada sistem retikuloendotelial. IL-1, TNF,
dan sitokine lain dilepaskan, dan jalur komplemen serta koagulasi
diaktifkan. Injeksi LPS menyebabkan demam setelah 60-90 menit,
waktu yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melepaskan IL-1. Injeksi IL-
1 menyebabkan demam 30 menit. Injeksi LPS menyebabkan
leukopenia awal, sebagaimana bakterimia dengan organisme gram
negatif, kemudian terjadi leukositosis sekunder.
Sebagai salah satu contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri
gram negatif dan sering terjadi pada ibu hamil adalah infeksi saluran
kemih (ISK). ISK yang sering kali disebabkan oleh Escherichia coli
cukup sering terjadi pada kehamilan, hal ini karena pada kehamilan
terjadi perubahan anatomik dan fisiologik tractus urinarius. Perubahan
ini berupa pelebaran kalises, pelvis ginjal dan ureter di sebelah atas
tulang pelvis. Pelebaran tersebut terjadi akibat berkurangnya tonus
otot polos tractus urinarius akibat kerja progesteron dan kompresi
ureter akibat pembesaran uterus sehingga mekanisme pengosongan
vesika urinaria tidak sempurna dan menjadi statis urine. Hal ini

http://digilib.unimus.ac.id
menyebabkan bakteri mudah berkembang biak dengan cepat di vesika
urinaria.
Komplikasi yang dapat terjadi apabila tidak ada penanganan yang
tepat adalah infeksi dapat menyebar ke tractus urinarius bagian atas
yang dapat menyebabkan pielonefritis atau ke organ lain misal saja
endometritis dimana yang pada akhirnya dapat menyebabkan abortus
atau kelahiran prematur.7,20,21,22
4. Anemia
Menurut WHO anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan
kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 11,0 gr%. Anemia
yang terjadi pada saat hamil dapat memberikan efek buruk, baik pada
ibu atau pada janin yang dikandungnya. Anemia dapat mengurangi
suplai oksigen pada metabolisme ibu dan janin karena dengan
kurangnya kadar hemoglobin maka berkurang pula kadar oksigen
dalam darah. Hal ini dapat memberikan efek tidak langsung pada ibu
dan janin antara lain kematian janin, meningkatnya kerentanan ibu
pada infeksi dan meningkatkan risiko terjadinya prematuritas pada
bayi.
Anemia ringan dapat menyebabkan terjadinya prematuritas dan
BBLR (berat bayi lahir rendah). Namun, pada anemia berat dapat
mengakibatkan meningkatnya risiko morbiditas dan mortalitas pada
ibu dan janin.6,8
5. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus pada saat hamil dikenal dengan diabetes mellitus
gestasional (DMG). DMG didefinisikan sebagai intoleransi glukosa
yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat hamil. Dinyatakan
DMG bila glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl atau 2 jam setelah beban
glukosa 75 gram ≥ 200 mg/dl atau toleransi glukosa terganggu.
Pada DMG akan terjadi suatu keadaan dimana jumlah atau fungsi
insulin menjadi tidak normal, yang mengakibatkan sumber energi
dalam plasma ibu bertambah. Melalui difusi terfasilitasi dalam

http://digilib.unimus.ac.id
membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi
sumber energi abnormal yang menyebabkan kemungkinan terjadi
berbagai komplikasi yang salah satunya adalah abortus spontan.
Pengaruh diabetes pada kehamilan :
Abortus atau partus prematurus
Pre-eklampsia
Hidramnion
Kelainan letak janin
Insufisiensi plasenta

Pengaruh diabetes pada anak :

Kematian hasil konsepsi pada kehamilan muda mengakibatkan


abortus
Cacat bawaan
Dismaturitas
Makrosomia
Kelainan nerologik dan psikologik di kemudian hari.13,15

http://digilib.unimus.ac.id
D. Kerangka Teori

Kehamilan
intra uterin

Faktor paternal :
Faktor maternal : Translokasi kromosom
pada sperma
Usia
Paritas
Infeksi
Anemia
Kelainan hormonal : Faktor janin :
DMG
Perkembangan zigot
Gamet yang menua abnormal
Kelainan anatomi uterus Abortus aneuploidi
Trauma fisik Abortus euploid

Abortus spontan

Trias manifestasi klinis :

Nyeri-kramp
Perdarahan
Ekspulsi jaringan

Ab. imminens Ab. incipiens Ab. inkomplet Ab. komplet

Terapi : Terapi :

Bedrest Resusitasi cairan


Tokolitik Transfusi darah
Plasentogenik Kuretase
hormonal Terapi suportif

http://digilib.unimus.ac.id
E. Kerangka Konsep
Kecil kemungkinan untuk mengetahui penyebab abortus inkompletus
karena faktor janin, faktor paternal dan faktor aloimun pada ibu serta keadaan
gamet yang menua karena keterbatasan alat dan biaya. Sementara itu faktor
riwayat trauma fisik jarang tercatat apabila kejadian abortus tidak terjadi
segera setelah trauma terjadi. Untuk itu maka didapatkan kerangka konsep
sebagai berikut :

Variabel bebas : Variabel terikat :


Faktor maternal Abortus inkompletus
Usia
Paritas
Angka leukosit
Kadar Hb
Kadar gula darah

Variabel pengganggu :

Faktor maternal lain


Faktor janin
Faktor paternal

F. Hipotesis
Hipotesis mayor
Ada hubungan antara faktor maternal dengan kejadian abortus
inkompletus di RSUD Tugurejo periode Januari-Desember 2011.
Hipotesis minor
Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian abortus inkompletus
di RSUD Tugurejo periode Januari-Desember 2011.
Ada hubungan antara jumlah paritas dengan kejadian abortus
inkompletus di RSUD Tugurejo periode Januari-Desember 2011.

http://digilib.unimus.ac.id
Ada hubungan antara kadar hemoglobin yang rendah dengan
kejadian abortus inkompletus di RSUD Tugurejo periode Januari-
Desember 2011.
Ada hubungan antara kadar gula darah yang tinggi dengan kejadian
abortus inkompletus di RSUD Tugurejo periode Januari-Desember
2011.
Ada hubungan antara angka leukosit yang tinggi dengan kejadian
abortus inkompletus di RSUD Tugurejo periode Januari-Desember
2011.

http://digilib.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai