Bandar Udara Radin Inten II sebelumnya bernama Pelabuhan Udara Branti. Bandara ini
merupakan satu-satunya pintu gerbang melalui udara di Propinsi Lampung yang terletak di
Kabupaten Lampung Selatan, Kecamatan Natar, Desa Branti, tepatnya di Pulau Sumatera den- gan
koordinat 05o-15o S-105o-11 E. Pelabuhan Udara Branti adalah peninggalan pemerintah Jepang
yang dibangun tahun 1943. Kemudian, pada tahun 1946 diserahkan kepada Pemerintah Republik
Indonesia c.q. DETASEMEN AU/AURI. Pengelolaan Pelabuhan Udara Branti diamanat- kan kepada
DETASEMEN AU / AURI dari tahun 1946 sampai dengan tahun 1955, kondisinya pada saat itu
pun belum diadakan penerbangan komersial/regular.
Tahun 1955 pengelolaan Pelabuhan Udara Branti dialihkan kepada Jawatan Penerbangan Sipil
(DPS), karena pada tahun tersebut DETASEMEN Angkatan Udara (AURI) berpindah ke ASTRA
KSETRA di Menggala, Kabupaten Lampung Utara. Di tahun 1963 secara resmi Pelabuhan Udara
Branti diserah terimakan dari AURI kepada Residen Lampung yang saat itu dijabat oleh Raden Abu
Bakar. Kemudian, tahun 1964 pengelolaan Pelabuhan Udara Branti diserahkan kembali kepada
Jawatan Penerbangan Sipi (DPS).
Pada bulan Juni Pelabuhan udara ini diresmikan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara yaitu
Marsma Kardono dengan menggunakan pesawat jenis Fk-28 MK-3000 setelah
terselesaikannya pembangunan landasan beserta apron di tahun yang sama. Setelah itu,
mulai ta- hun 1984 sampai dengan 1987 landasan diper- panjang 330 meter sehingga panjang
landasan- nya mencapai 1.850 meter.
Ada sebuah perubahan penyebutan pada 01 September 1985 karena istilah Pelabuhan Udara
Branti dirubah menjadi Bandar Udara Branti, berdasarkan telek Sekjen Dephub No.
378/TLK/DEPHUB/VIII/85 tanggal 22 Agustus 1985. Kemudian sejak tanggal 14 Agustus 1989 PT
GIA tidak lagi melayani jalur penerbangan Jakarta–Tanjung Karang PP dan dialihkan kepada PT.
MNA (Merpati Nusantara Airlines) sehingga saat itu ban dara dilintasi oleh pesawat jenis CN-235
yang kemudian diganti lagi dengan jenis Fk-28.
Pada tahun 1995 terminal baru selesai diba- ngun dan diresmikan pengoperasiannya oleh Menteri
Perhubungan Haryanto Dhanutirto tanggal 22 Mei 1995. Setelah sempat berganti penyebutan di
tahun 1985, perubahan nama pun terjadi kembali, dari Bandar Udara Branti men- jadi Bandar
Udara Radin Inten II berdasarkan SK Menhub No. KM 10 Tahun 1997 tanggal 10 April 1997 dan
pada tanggal 24 Juli 1997 nama tersebut diresmikan oleh Menteri Perhubungan. Nama Radin
Inten II ini diambil untuk menga- badikan nama Pahlawan Nasional dari Propinsi Lampung.
1
Kelengkapan & Fasilitas
Bandara Radin Inten II
Runaway : 45 x 3,000 M
Apron : 545 x 110 M
Parking stand : 13 Boing 737 (C-cla
Jam operasi : 06.00 – 21.00
Luas Terminal Pengembangan : 9.500 M2 (2,5 lant
Jumlah Konter Check in : 20
Luas Gedung Parkir : 22.500 M2 (4 lantai
Transportasi dalam gedung : 10 eskalator & 2 Lif difabel & lansia, 2 lift service
Sistem operasi bangunan : Building Automatio System (BAS)
Aveo bridge (Garbarata) : 2 unit
Kapasitas Ruang Tunggu : 8.000 pax/hari
Kapasitas parkir kendaraan : 876 mobil (1 lantai 219 mobil) & 4 Bus
2
Marka di Landasan Pacu
Garis berwarna putih dalam bentuk dua angka atau kombinasi dua angka dan satu
huruf tertentu terletak pada threshold dan runway center line marking sebagai
identitas runway. Fungsinya adalah sebagai petunjuk arah runway yang digunakan
untuk lepas landas dan pendaratan.
3
c. Threshold Marking
Tanda berupa garis putih sejajar dengan arah runway yang terletak 6 meter dari
awal runway yang berfungsi sebagai tanda permulaan yang digunakan untuk
pendaratan.
Terdiri dari garis putus-putus berwarna putih terletak di tengah sepanjang runway.
Merupakan suatu garis dan celah yang memiliki panjang tidak kurang dari 50 meter
dan tidak lebih dari 75 meter yang berfungsi sebagai petunjuk garis tengah runway.
4
e. Aiming Point Marking
Tanda di runway yang terdiri dari dua garis lebar berwarna putih sebagai penunjuk
tempat pertama roda pesawat yang diharapkan untuk menyentuh runway saat
mendarat.
Tanda pada runway yang terdiri dari garis-garis berwarna putih berpasangan di kiri-
kanan garis tengah runway sebagai penunjuk panjang runway yang masih tersedia
pada saat melakukan pendaratan.
5
g. Displaced Threshold Marking
Tanda berwarna kuning pada ujung runway berbentuk panah atau tanda silang.
Tanda panah sebagai penunjuk runway yang hanya dapat digunakan untuk tinggal
landas. Tanda silang berfungsi sebagai penunjuk bagian runway tidak dapat
dipergunakan.
6
Marka di Landas Ancang
Garis berwarna kuning sepanjang tepi taxiway sebagai penunjuk batas pinggir
taxiway.
Garis kuning yang terletak di runway dan menghubungkan taxiway center line
sebagai pemberi tuntunan keluar masuk pesawat udara menuju landas pacu atau
sebaliknya.
7
c. Road Holding Position Marking
Tanda garis melintang di taxiway berupa dua garis solid dan dua garis terputus-
putus berwarna putih yang berguna sebagai tanda kendaraan untuk berhenti seelum
memperoleh izin memasuki atau menyebrangi runway.
8
Marka di Apron
Adalah garis merah pada apron yang lebarnya 0.20 meter yang berfungsi sebagai
penunjuk batas antara apron, taxiway, aircraft stand taxi line atau daerah parking
stand.
Garis kuning di sepanjang tepi apron untuk menunjukkan batas tepi apron
9
c. Aviobridge Safety Zone Marking
Tanda di apron berupa garis-garis merah yang yang terletak di dekat aircraft
parking stand berbentuk trapesium berfungsi sebagai penunjuk daerah aerobridge
atau garbarata. Garbarata merupakan sarana berupa jembatan yang dapat diatur
langsung ke pintu pesawat udara, digunakan untuk naik atau turun penumpang, dari
dan ke ruang tunggu.
Tanda berbentuk persegi panjang dengan garis-garis berwarna merah yang tidak
boleh digunakan untuk parkir peralatan
10
Sistem Perlampuan
b. Threshold Lighting
11
Desain Arsitektur
Bandar Udara Radin Inten II adalah optimalisasi bangunan terminal lama dengan penam bahan
sarana dan fasilitas untuk meningkatkan kapasitas pelayanan hingga tiga juta penumpang
pertahun. Serta memberikan pelayanan yang efektif, efisien aman dan nyaman bagi para
pengguna jasa layanan penerbangan.
Konsep pembangunan Bandara Radin Inten II mengadopsi bangunan yang ramah lingku- ngan
dengan mengurangi konsumsi pemakaian energi. Selain itu, konsep desain arsitekturnya
mengangkat Siger sebagai kearifan lokal dan ra- gam hias setempat dalam fasade bangunan dan
interior yang dipadukan dengan unsur modern dalam arsitektur sehingga bangunan memiliki
karakter yang kuat.
12
Lantai Atas : Area ini direncanakan untuk
Area ruang tunggu keberangkatan, area
13
Zonasi Bangunan
Pembagian zonasi bangunan dalam konsep perencanaan optimalisasi Bandar Udara Radin Inten II,
mengacu kepada aspek operasi, pelayanan, keamanan serta kondisi eksisting.
14
Zonasi Terminal Lantai Atas
Konsep perencanaan pada area boarding lounge didesain untuk memaksimalkan areaboardingl
ounge untuk kebutuhan penumpang domestic maupun nantinya untuk penumpang internasional.
Area back office dan ruang control berada di zona yang tidak berhubungan langsung dengan zona
penumpang.
15
Ruang Luar
Outdoor Artwork & Sculpture
Konsep desain outdoor sculpture bertujuan
memberikan unsur desain tata ruang luar lebih
berkarakter, dengan mengambil simbol inspi-
rasi lokal. Desain yang direncanakan sekaligus
menjadi outdoor amenities tata ruang luar yang
dilengkapi dengan bundaran air mancur/water
fontain.
16
Konsep Jalur Kendaraan
Kendaraan pribadi di depan jalan terminal akan dihitung empat jalur, dengan lebar masing-
masing tiga meter untuk komposisi dua jalur untuk menurunkan atau menaikkan penumpang,
satu jalur manuver dan satu jalur untuk melalui (through way pass). Sebuah trotoar untuk
memuat penumpang atau bongkar sebelah gedung terminal disediakan.
17
Konsep Curbside Roadways dan Drop-Off, Pick up Zone & Through Way
Pass
Hal penting lainnya dalam desain luar bangu- nan adalah penempatan rambu, pengarah dan
signage yang jelas bagi kendaraan bermotor se- hingga memberikan kejelasan dan mempecepat
waktu untuk tiba di tempat tujuan.
Prinsipnya dalam desain haruslah memenuhi kriteria pengguna sebagai berikut:
1. Jelas
2. Mudah
3. Menarik perhatian tanpa mengurangi kosentrasi berkendara.
4. Skala perbandingan yang tepat
5. Mengikuti standar yang telah ditetapkan (DLLAJR) baik dari sisi tampilan warna dan jenis font.
Aksesibilitas yang baik akan selalu berdam- pak terhadap desain tata ruang luar dengan besaran
kapasitas maksimum yang mampu terlayani.
18
Fleksibilitas Gate
Konsep swing gate ini dimungkinkan apabila kebutuhan domestik lebih besar dari yang diren
canakan, dapat menggunakan gate internasional setelah penerbangan internasional selesai, atau
sebaliknya jika memerlukan luasan yang lebih besar untuk internasional, misalnya untuk
embarkasi haji.
• Meet and Greet Area
Di area ini disediakan area komersial sebagai ekstensi fungsi aktivitas komersial penumpang dan
pengunjung yang berada di lantai Mezzanine gedung terminal yang terkoneksi dengan
connection bridge ke gedung parkir. Pada area komersial ini akan disediakan secondary curb
sebagai fasilitas dropp-off dan pick-up penumpang untuk membantu beban curb yang ada di
terminal utama.Design yang ditonjolkan di area meet and greet ini adalah simplicity dan
hospitality (kesederhanaan dan keramahan). Keduanya akan tergambar dari simbol-simbol
yang ada. Se- perti bentuk huruf Y menggambarkan orang yang merangkul (hugging). Ada
filosofinya ke- hangatan ketika orang datang.
Hal lainnya yang sangat menarik dari area ini adalah filosofi colorfun yang diciptakan dari
warna dasar putih, bukan menggunakan warna- warni yang kasat mata karena yang akan mem
buat area ini menjadi colorful adalah aktifitas orang-orang di area meet and greet seperti ak-
tivivitas penjemputan dan jual beli. Warna putih membuat media apapun bisa masuk dengan ne-
tral, selain itu, putih juga menunjukkan nilai ke- bersihan dan dan menonjolkan sisi modern.
Semua perencanaan tersebut dibuat un- tuk menciptakan rasa yang berbeda bagi para
penumpang mapun pengantar. Dimana posisi terminal berkonsentrasi mulai dari flow keda-
tangan, drop zone, check in, kemudian ke ruang tunggu. Selain itu, mereka juga bisa menunggu dan
berbelanja dengan nyaman di area meet and greet ini.
19
• Connection Bridge
Tak melulu soal tampilan maka
hal yang harus dimiliki lainnya dari
sebuah bandara adalah koneksitfi-
tas antara gedung satu dan lainnya.
Demikian pula bangunan parkir dan
terminal pada Bandara Radin Inten II
akan mempertimbangkan faktor ke-
nyamanan pengguna bandara secara
optomal sebagai akses langsung area
publik yang menghubungkan area
curb.
Dalam tampilannya connection
bridge ini memadukan antara seni ar-
sitektur dan cahaya. Ketika keduanya
dikombinasikan akan membentuk sua-
tu kolaborasi antara function dan fash-
ion yaitu sebagai tempat penyeberang-
an yang memiliki nilai keunikan.
Koridor penghubung terletak dilantai satu gedung parkir menggunakan fasilitas
connection bridge dengan pertimbangan terhadap kondisi eksisting lantai dasar bangunan yang
tidak mungkin dilakukan pembongkaran, dengan pertimbangan sisi waktu dan biaya.
Integrasi akses dari gedung parker dengan gedung terminal yang dia- komodasi dengan
tersedianya akses menggunakan connection bridge ini dilengkapi dengan fasilitas sirkulasi-
sirkulasi vertikal tangga,escalator, lift, serta lantai miring sebagai alternatif jalan yang dipakai
oleh penyandang cacat, lansia, dan orang-orang yang tidak bisa menggunakan tangga
20