Anda di halaman 1dari 23

Referat

Depresi selama kehamilan

Oleh:
Shinta Ramadhani
H1AP10053

Pembimbing:
dr. Andri Sudjatmoko, Sp.KJ

SMF BAGIAN ILMU PSIKIATRI


RSUD DR. M. YUNUS KOTA BENGKULU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Shinta Ramadhani


NPM : H1AP10053
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
Judul : Depresi selama kehamilan
Bagian : Psikiatri
Pembimbing : dr. Andri Sudjatmoko, Sp.KJ

Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik di Bagian


Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu.

Bengkulu, Juli 2019


Pembimbing

dr. Andri Sudjatmoko, Sp.KJ

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT,


pencipta alam semesta yang menjadikan malam dan siang, yang tidak pernah tidur
dan lupa, melalui rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas referat
dengan judul “Masalah Psikiatri Pada Pengobatan Antiparkinson Pada Penyakit
Parkinson” ini dengan baik.
Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen penilaian
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Psikiatri RSKJ Soeprapto Kota Bengkulu,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu.Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini telah melibatkan banyak pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
dr. Andri Sudjatmoko, Sp.KJ sebagai pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu dan telah memberikan masukan-masukan, petunjuk serta
bantuan dalam penyusunan tugas ini.
Keluarga dan teman – teman yang telah memberikan bantuan baik material, moril,
maupun spiritual kepada penulis dalam menyusun referat ini.
Penulis sangat menyadari bahwa referat ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, kritik dan saran yang positif sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan referat ini.Akhir kata semoga referat ini dapat
memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi pembaca.

Bengkulu, Juli 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii


KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1 Definisi .......................................................................................................... 3
2.2 Epidemiologi ................................................................................................. 3
2.3 Faktor Resiko Kejadian Depresi Pada Masa Kehamilan ............................... 4
2.4 Diagnosa Gangguan Depresi Berat (Episode Depresi Mayor) ...................... 5
2.5 Tipe Depresi .................................................................................................. 6
2.6 Keparahan ...................................................................................................... 7
2.7 Screening Depresi Pada Masa Kehamilan ..................................................... 8
2.8 Dampak Depresi Terhadap Kehamilan ....................................................... 11
2.9 Tatalaksana Depresi Pada Masa Kehamilan ............................................... 12
KESIMPULAN ..................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar1. Skala Depresi Postnatal Edinburg ........................................................ 11

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. DSM-IV-TR Kriteria Diagnosis Episode Depresi Mayor ........................ 5


Tabel 2. DSM-IV-TR sub tipe dan spesifikasi MDD ............................................. 7
Tabel 3. Pertanyaan Skrining untuk Depresi selama kehamilan. .......................... 11
Tabel 4. Profil Keamanan Antidepresan Untuk Kehamilan.................................. 13

vi
BAB I PENDAHULUAN

Depresi adalah terganggunya fungsi normal manusia yang berhubungan


dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsetrasi, anhedonia, kelelahan, rasa
putus asa dan tidak berdaya serta keinginan untuk bunuh diri. Sementara depresi
selama kehamilan merupakan gangguan mood pada ibu hamil yang sama seperti
halnya pada depresi pada umumnya.1
Kejadian depresi merupakan penyebab beban penyakit utama (disease
burden) pada wanita. Pada studi yang dilakukan di Amerika selama tahun 1998
hingga tahun 2005, diperoleh data bahwa sekitar 0,8% dari 32,2 juta wanita
didiagnosa mengalami depresi pada masa kehamilan.2,3 Berdasarkan hasil
RISKESDAS tahun 2018, sebaran kejadian depresi pada penduduk usia ≥15
tahun di Indonesia berkisar sekitar 6,1 % kasus depresi, dengan angka kejadian di
provinsi Bengkulu sendiri berada dibawah angka rata-rata nasional yaitu sebesar
4,8%. Dari sejumlah kasus tersebut hanya sekitar 9% dari total pasien depresi
yang menjalani pengobatan medis.4
Depresi pada kehamilan merupakan gangguan mood yang muncul pada 1
dari 4 wanita yang sedang hamil dan hal ini bukan sesuatu yang istimewa.
Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang sedang hamil, namun mereka sering
tidak pernah menyadari depresi ini karena mereka menganggap kejadian ini
merupakan hal yang lumrah terjadi pada Ibu hamil, apalagi pada ibu-ibu yang
baru mengalami kehamilan pertama. Sehingga seringkali penegakan diagnosis
depresi pada kehamilan terlambat terdeteksi. Hal ini akan menyebabkan
penanganan yang diberikan tertunda, padahal jika tidak ditangani dengan baik
dapat mempengaruhi bayi yang dikandung Ibu. 1,6
Depresi ini membutuhkan penanganan yang adekuat sehingga tidak
menyebabkan gangguan fungsi mental pada wanita hamil dan tidak menyebabkan
gangguan pada pertumbuhan janin serta proses persalinan. Penggunaan terapi
antidepresan pada ibu hamil pun harus mendapat perhatian khusus. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh the Food and Drug Administration (FDA)

1
penggunaan anti depresan golongan SSRI seperti paroxetine dapat meningkatkan
risiko malformasi kongenital seperti defek jantung. Namun hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Huybrechts et al. pada tahun 2014 bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan terapi SSRI seperti
paroxetine terhadap defek pada jantung.7,8
Berdasarkan kajian pustaka di atas penting sekali untuk mengetahui
tentang depresi pada kehamilan, penegakan diagnosis dan penatalaksanaanya
mengingat efek yang dapat ditimbulkan dikemudian hari.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Depresi adalah gangguan mental umum yang terdiri dari mood depresi,
kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau rendah diri, tidur dan
nafsu makan terganggu, berkurangnya energi, dan hilang konsentrasi. Masalah ini
dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan besar dalam
kemampuan individu untuk mengurus tanggung jawab sehari-harinya. Episode
depresi biasanya berlangsung selama 6 hingga 9 bulan, tetapi pada 15-20%
penderita bisa berlangsung selama 2 tahun atau lebih.1,6
Depresi selama kehamilan merupakan gangguan mood yang sama seperti
halnya pada depresi yang terjadi pada orang awam secara umum, dimana pada
kejadian depresi akan terjadi perubahan kimiawi pada otak. Depresi juga dapat
dikarenakan adanya perubahan hormon yang berdampak mempengaruhi mood Ibu
sehingga Ibu merasa kesal, jenuh atau sedih. Selain itu, gangguan tidur yang kerap
terjadi menjelang proses kelahiran juga mempengaruhi Ibu karena letih dan kulit
muka menjadi kusam.6

2.2 Epidemiologi
Prevalensi kejadian depresi pada masa kehamilan berbeda-beda pada
setiap studi dan pada setiap trimester kehamilan. Pada trimester pertama,
prevalensi kejadian depresi sekitar 7,4%. Sedangkan pada trimester kedua, angka
prevalensi kejadian depresi meningkat hingga 12,8% dan pada trimester ketiga
berkisar pada 12%. Perbedaan antara trimester pertama dengan trimester kedua
serta ketiga ini disebabkan oleh karena kecenderungan wanita hamil yang
mengalami depresi baru mulai mencari bantuan medis setelah masuk trimester
kedua, sehingga prevalensi kejadian depresi pada trimester pertama lebih kecil.
Dari studi diperoleh data bahwa angka kejadian depresi pada wanita hamil dan
wanita dewasa yang tidak hamil tidak jauh berbeda.2,9,10
Secara global, kejadian depresi merupakan penyebab beban penyakit
utama (disease burden) pada wanita. Pada studi yang dilakukan di Amerika

3
selama tahun 1998 hingga tahun 2005, diperoleh data bahwa sekitar 0,8% dari
32,2 juta wanita didiagnosa mengalami depresi pada masa kehamilan.
Berdasarkan hasil RISKESDAS tahun 2018, sebaran kejadian depresi pada
penduduk usia ≥15 tahun di Indonesia berkisar sekitar 6,1 % kasus depresi,
dengan angka kejadian tertinggi terdapat di provinsi sulawesi tengah. Sementara
itu, di provinsi Bengkulu sendiri berada dibawah angka rata-rata nasional yaitu
sebesar 4,8%. Dari sejumlah kasus tersebut hanya sekitar 9% dari total pasien
depresi yang menjalani pengobatan medis.2,3,4

2.3 Faktor Resiko Kejadian Depresi Pada Masa Kehamilan


Faktor resiko untuk kejadian depresi pada masa kehamilan antara lain:2,3,9,10,11
1. Riwayat gangguan depresi atau gangguan bipolar atau gangguan cemas
sebelum kehamilan, baik pada riwayat pribadi maupun riwayat kesehatan
mental keluarga,
2. Ketakutan terhadap kelahiran bayi,
3. Kurangnya dukungan sosial,
4. Kehamilan yang tidak diinginkan,
5. Status ekonomi rendah,
6. Riwayat kekerasan dalam rumah tangga, termasuk hubungan pernikahan
yang kurang harmonis (pada masa kehamilan ataupun pada masa kanak-
kanak),
7. Wanita yang berperan sebagai orangtua tunggal,
8. Usia pada saat hamil kurang dari 20 tahun (usia remaja) atau usia pada saat
hamil mendekati masa menopause,
9. Wanita perokok
10. Wanita hamil yang memiliki lebih dari 3 orang anak
11. Kejadian buruk yang menimpa wanita mendekati masa kehamilannya
(kematian orang dekat).

Dari studi didapatkan bahwa dari 511.938 wanita hamil, 0,8% mengalami
episode depresi mayor selama kehamilan, dimana 46,9% memiliki riwayat

4
gangguan depresi sebelum hamil. Sehingga riwayat gangguan depresi sebelum
hamil menjadi faktor resiko terbesar untuk munculnya episode depresi mayor
pada masa kehamilan. Selain itu faktor resiko kedua terbesar dari kejadian depresi
pada masa kehamilan ini adalah rasa ketakutan wanita hamil terhadap kelahiran
bayi yang mereka kandung.10

2.4 Diagnosa Gangguan Depresi Berat (Episode Depresi Mayor)

Tabel 1. DSM-IV-TR Kriteria Diagnosis Episode Depresi Mayor1,2,12

A. Lima (atau lebih) gejala yang ada berlangsung selama 2 minggu dan memperlihatkan perubahan
fungsi, paling tidak satu atau lainnya (1)mood depresi (2)kehilangan minat
1. Mood depresi terjadi sepanjang hari atau bahkan setiap hari, diindikasikan dengan laporan yang
subjektif (merasa sedih atau kosong) atau yang dilihat oleh orang sekitar. Note : pada anak dan
remaja, dapat mudah marah
2. Ditandai dengan hilangnya minat disemua hal, atau hampir semua hal
3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet, atau penurunan atau peningkatan nafsu
makan hampir setiap hari. Catatan : pada anak-anak, berat badan yang tidak naik
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat oleh orang lain, bukan perasaan yang
dirasakan secara subjektif dengan kelelahan atau lamban)
6. Cepat lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari
7. Merasa tidak berguna atau perasaan bersalah yang berlebihan (bisa terjadi delusi) hampir setiap
hari
8. Tidak dapat berkonsentrasi atau berpikir hampir setiap hari
9. Pemikiran untuk mati yang berulang, ide bunuh diri yang berulang tanpa perencanaan yang jelas,
atau ide bunuh diri dengan perencanaan.
B. Gejala-gejalanya tidak memenuhi episode campuran
C. Gejala yang ada menyebabkan distress atau kerusakan yang signifikan secara klinis
D. Gejala tidak disebabkan langsung oleh sebuah zat (penyalahgunaan obat, obat-obatan) atau
kondisi medis umum (hipotiroid)
E. Gejala yang muncul lebih baik tidak masuk dalam kriteria bereavement

5
Pada DSM V terdapat perubahan poin diagnosa Episode Depresi Mayor,
yaitu pada poin B hingga E sebagai berikut:12
A. (Sama Dengan DSM IV)
B. Gejala yang ada menyebabkan distress atau kerusakan yang signifikan pada
proses sosial, pekerjaan, dan area fungsi penting lainnya
C. Gejala tidak disebabkan langsung oleh sebuah zat (penyalahgunaan obat, obat-
obatan) atau kondisi medis umum.
Catatan: Kriteria A-C menunjukkan Episode Depresi Mayor
D. Kemunculan dari Episode Depresi Mayor ini tidak dapat dijelaskan secara baik
dengan diagnosa Gangguan Skizoafektif, Skizofrenia, Gangguan Skizofreniform,
Gangguan Delusi, atau Spectrum Skizofrenia lainnya yang spesifik dan tidak
spesifik serta Gangguan Psikotik lainnya.
E. Tidak pernah ada episode manik atau hipomanik sebelumnya.

2.5 Tipe Depresi


Spesifikasi Gangguan Depresi Mayor
Sub tipe MDD dikelompokkan berdasarkan gejala klinis yang muncul dan
pola dari episode depresi. DSM-IV-TR memberikan spesifikasi depresi dengan
maksud agar pemilihan terapi yang diberikan lebih baik dan memprediksikan
prognosisnya. Tabel 2 memperlihatkan kriteria-kriteria depresi dengan beberapa
kunci-kuncinya.1
Walaupun tidak terientifikasi dengan DSM-IV-TR, “depresi cemas” dapat
terjadi pada pasien depresi (60-90%) dimana terdapat gejala anxietas
(kekhawatiran yang berlebihan, tegang, dan gejala somatic yang berhubungan
dengan kecemasan). Pasien dengan depresi cemas memperlihatkan kemampuan
fungsi yang lebih besar dan disabilitas psikososial dengan resiko bunuh diri yang
lebih besar dan prognosis yang lebih buruk, walaupun hanya dengan tingkat
kecemasan yang rendah.1

6
Tabel 2. DSM-IV-TR sub tipe dan spesifikasi MDD
Sub tipe Spesifikasi DSM-IV- Kunci
TR
Depresi melankolis Dengan gambaran Mood nonreaktif, anhedonia,
melankolis kehilangan berat badan, rasa
bersalah, agitasi dan retardasi
psikomotorik, mood yang
memburuk pada pagi hari,
terbangun di pagi buta
Depresi atipikal Dengan gambaran Mood reaktif, terlalu banyak
atipikal tidur, makan berlebihan,
paralisis yang dibuat, sensitive
pada penolakan interpersonal
Depresi psikotik (waham) Dengan gambaran Halusinasi atau waham
psikotik
Depresi katatonik Dengan gambaran Katalepsi, katatonik,
katatonik negativism, mutisme,
mannerism, echolalia,
echopraxia (tidak lazim pada
klinis sehari-hari)
Depresi kronik Gambaran kronis 2 tahun atau lebih dengan
kriteria MDD
Gangguan afektif musiman Musiman Onset yang seperti biasa dan
kambuh pada saat musim
tertentu (biasanya musim
gugur/dingin)
Depresi postpartum Postpartum Onset depresi selama 4 minggu
postpartum

2.6 Keparahan
DSM-IV-TR dan ICD-10, keduanya mengkategorikan tingkat keparahan
MDD menjadi tiga : ringan, sedang, dan berat (Tabel 4.3). DSM-IV-TR
membaginya tngkat keparahannya berdasarkan efek yang dihasilakan depresi
dalam hal sosial/pekerjaan dan tanggung jawab individu dan ada atau tidaknya
gejala psikotik. ICD-10, sebaliknya, membedakan tingkat keparahan depresi
berdasarkan jumlah dan jenis gejala yang diperlihatkan saat seseorang menderita
depresi. Penggunaan skala depresi sangat dianjurkan untuk menentukan derajat
keparahan.1

7
Keparahan depresi menentukan pemilihan terapi yang diberikan. Sebagai
contoh, psikoterapi adalah terapi yang sama efektifnya dengan farmakoterapi
untuk depresi ringan dan sedang, tetapi depresi berat memperlihatkan respon yang
baik terhadap terapi kombinasi. Bukti terbaru menyatakan bahwa antidepresan
akan lebih efektif dibandingkan yang lainnya untuk depresi berat.1

Tabel 3. Derajat keparahan depresi


Keparahan depresi Kriteria DSM-IV-TR Kriteria ICD-10
Ringan
1. Mood depresi atau 1. 2 gejala tipikal
kehilangan minat + 4 gejala 2. 2 gejala inti lainnya
depresi lainnya
2. Gangguan minor sosial/
pekerjaan

Sedang
1. Mood depresi atau 1. 2 gejala tipikal
kehilangan minat + 4 atau 2. 3 atau lebih gejala inti
lebih gejala depresi lainnya lainnya
2. Gangguan
sosial/pekerjaan yang
bervariasi

Berat
1. Mood depresi atau 1. 3 gejala tipikal
kehilangan minat + 4 atau 2. 4 atau lebih gejala inti
lebih gejala depresi lainnya lainnya
2. Gangguan sosial atau
pekerjaan yang berat atau Juga dapat dengan atau
ada gambaran psikotik tanpa gejala psikotik

2.7 Screening Depresi Pada Masa Kehamilan


Wanita hamil harus discreening untuk mengetahui adanya depresi pada
masa kehamilan. Waktu untuk melakukan screening ini selama masa kehamilan
adalah:13
1. Pre-konsepsi: pada masa ini harus digali informasi mengenai riwayat kesehatan
mental dan pengobatan gangguan menta personal dan keluarga .
2. Pregnancy (selama masa kehamilan): ketika kunjungan pertama pemeriksaan
antenatal

8
3. Postpartum: selama masa kunjungan postnatal pada minggu ke 4 atau ke 6 dan
bulan ke 3 atau ke 4 postpartum.
Alat screening depresi yang dapat digunakan selama masa kehamilan dan
postpartum adalah:
1. Skala Depresi Postnatal Edinburg (Edinburg Postnatal Depression Scale)
Skala Depresi Postanatal Edinburg (Edinburgh Postnatal Depression
Scale/EPDS) telah tervalidasi untuk digunakan pada masa kehamilan maupun
masa postpartum. Skala ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1987 pada
publikasi British Journal of Psychiatry. Pada Alat screening ini terdapat 10
pertanyaan dan wanita yang hamil yang mendapat skor 10 atau di atas 10 dicurigai
sangat besar mengalami gangguan depresi dan bila skor di atas 13 maka
diasumsikan bahwa wanita tersebut telah mengalami depresi (sensitivitas 0,50 dan
spesifisitas 0,90). Kuisioner ini menilai tanda dari gejala depresi yang
berhubungan dengan gangguan mood, bukan menilai gejala fisik yang muncul
akibat dari gangguan depresi yang juga dapat muncul pada wanita hamil yang
tidak mengalami depresi. 3,13

9
10
Gambar1. Skala Depresi Postnatal Edinburg13

2. Patient Health Questionnaire 9 (PHQ 9)


3. Screening Depresi selama Kehamilan (Screening for Depression during
Pregnancy) oleh National Institute for Health and Clinical Excellence
Tabel 3. Pertanyaan Skrining untuk Depresi selama kehamilan.
1. Selama satu bulan sebelumnya, apakah Anda pernah merasa terganggu oleh
perasaan diri rendah, depresi, atau perasaan putus asa?
2. Selama satu bulan sebelumnya, apakah Anda pernah terganggu dengan rasa
memiliki minat untuk melakukan sesuatu yang hanya sedikit atau hanya memiliki
sedikit rasa kesenangan dalam melakukan sesuatu?
3. Jika jawaban untuk pertanyaan kedua adalah "ya," tanyakan "Apakah hal ini
merupakan sesuatu yang menurut Anda perlu dibantu untuk diatasi?"
* Pertanyaan dari Institut Nasional untuk Kesehatan dan Klinis Excellence.2
Alat screening bukan alat untuk mengkonfirmasi diagnosa depresi pada
masa kehamilan, melainkan untuk mengidentifikasi pasien yang membutuhkan
penilaian lebih lanjut dan pasien rentan terhadap kejadian depresi.13

2.8 Dampak Depresi Terhadap Kehamilan


Efek dari depresi terhadap kehamilan dan janin kemungkinan akibat secara
langsung dari unsur neurobioloigis depresi seperti glukokortikoid yang melewati
sawar plasenta, atau janin dapat dipengaruhi secara tidak langsung oleh depresi
melalui mekanisme neuroendokrin yang dimodulasi oleh depresi. Efek tidak

11
langsung ini diperkirakan berhubungan dengan hiperaktivitas dari aksis putuitari-
adrenal (pituitary-adrenal axis), yang menginduksi hipersekresi faktor pelepasan
kortikotropin (corticotropin-releasing factor) oleh plasenta yang dapat
meningkatkan kontraktilitas miometrium, sehingga dapat berujung pada
persalinan preterm atau kematian janin/keguguran. Depresi juga dapat
menyebabkan terjadinya pelepasan hormon vasoaktif yang dapat memicu kejadian
hipertensi dalam kehamilan, sehingga dapat berujung kepada kejadian pre-
eklampsia.3
Depresi juga dapat menyebabkan dampak tidak langsung terhadap janin
melalui perilaku kesehatan yang buruk oleh wanita hamil, seperti pola makan
yang buruk dan peningkatan berat badan selama kehamilan yang tidak adekuat,
pola tidur yang buruk atau terganggu, penggunaan obat-obat yang dijual bebas
secara berlebihan atau konsumsi alkohol, rokok, serta kafein yang berlebihan.
Terhadap janin, selain keguguran atau persalinan preterm, kejadian depresi juga
dapat menyebabkan berat lahir rendah pada bayi, gangguan pertumbuhan janin
(pertumbuhan badan dan kepala)/intrauterine growth retardation (IUGR), serta
dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang pada anak.3
Pada kesehatan mental wanita hamil, depresi dapat menyebabkan gejala
vegetatif, keinginan untuk melukai diri, keinginan bunuh diri, atau bahkan dapat
menyebabkan kejadian psikosis pada ibu. Kejadian depresi pada kehamilan ini
juga diperkirakan merupakan penyebab utama dari kejadi depresi postpartum.3,9

2.9 Tatalaksana Depresi Pada Masa Kehamilan


Tatalaksana dari depresi dalam kehamilan terdiri dari modalitas
nonfarmakologis dan modalitas farmakologis.2,3,5
1. Modalitas Nonfarmakologis
a. Psikoterapi Interpersonal dan Terapi Kognitif
Studi menunjukkan bahwa penggunaan psikoterapi interpersonal
merupakan pilihan yang efektif dalam menatalaksana kejadian depresi pada masa
kehamilan dan merupakan pilihan yang baik bagi pasien yang ingin menghindari

12
penggunaan antidepresan atau pada mereka yang sering mengalami kekambuhan
depresi akibat penggunaan antidepresan yang tidak adekuat. 2,3
Terapi perilaku kognitif bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku
yang berkontribusi terhadap kejadian depresi. Psikoterapi interpersonal bertujuan
untuk meningkatkan nilai faktor-faktor interpersonal, seperti kurangnya
keterampilan sosial, yang berkontribusi terhadap kejadian depresi. Kedua terapi
perilaku kognitif dan psikoterapi interpersonal diberikan dalam kurun waktu 6
sampai 12 minggu yang terdiri dari 1-jam sesi setiap kali pertemuan, dan telah
terbukti efektif dalam mengobati depresi.2

b. Terapi elektrokonvulsif (Electroconvulsive Teraphy)


Terapi elektrokonvulsif dilakukan apabila ditemukan kasus depresi yang
berat atau depresi dikaitkan dengan kemunculan gejala psikotik. Dari penelitian
ditemukan bahwa kejadian efek samping dari penggunaan elektrokonvulsi pada
pengobatan depresi pada masa kehamilan ini sangat kecil, efek samping berupa
kelahiran prematur ataupun kejadian ketuban pecah dini muncul dalam proporsi
yang sangat rendah. Pemantauan yang adekuat diperlukan untuk meminimalkan
resiko yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan terapi elektrokonvulsif ini.2,3

2. Modalitas Farmakologis
Angka kejadian malformasi kongenital adalah sekitar 1-3%, dimana waktu
potensial yang paling besar untuk terjadi proses teratogenik akibat penggunaan
obat antidepresan ini muncul pada 12 minggu pertama dari masa kehamilan,
karena hampir sebagian besar proses organogenesis terjadi pada periode waktu ini.
Gambaran keamanan penggunaan obat antidepresan pada wanita hamil dapat
dilihat pada tabel berikut 2,3,13
Tabel 4. Profil Keamanan Antidepresan Untuk Kehamilan

13
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh the Food and Drug
Administration (FDA) penggunaan anti depresan golongan SSRI seperti
paroxetine dapat meningkatkan risiko malformasi kongenital berupa defek pada
jantung. Namun hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Huybrechts et al. pada tahun 2014 yang menemukan bahwa tidak adanya
hubungan yang signifikan antara penggunaan terapi anti depresan pada trimester
pertama terhadap defek pada jantung. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
defek pada jantung lebih banyak terjadi pada pemberian terapi SNRI

14
dibandingkan terapi SSRI dan antidepresan trisiklik. Perbedaan hasil ini
disebabkan oleh adanya faktor lain yang mendukung terjadinya depresi pada
kehamilan, seperti merokok, konsumsi alkohol dan obat-obatan, diet ibu yang
buruk, obesitas dan adanya penyakit kronik penyerta berupa diabetes dan
hipertensi. Hal-hal inilah yang lebih potensial menyebabkan kelainan jantung
kongenital tersebut.7,8

15
KESIMPULAN

Pada referat ini penulis telah membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan kejadian depresi pada masa kehamilan, berupa cara diagnosa, screening,
pilihan tatalaksana, serta kemungkinan dampak dari kejadian depresi pada masa
kehamilan. Depresi pada masa kehamilan merupakan suatu isu yang penting yang
tidak bisa diacuhkan begitu saja, mengingat kejadian depresi pada masa
kehamilan ini cukup tinggi angka kejadiannya. Selain itu juga, depresi pada masa
kehamilan ini masih menjadi isu penting karena dampak yang dapat ditimbulkan
baik pada janin dan perkembangannya serta terhadap kesehatan mental wanita
hamil jika depresi ini tidak ditatalaksanai dengan baik. Wanita hamil tidak
seharusnya menolak tatalaksana farmakologis hanya karena mereka sedang hamil,
terdapat modalitas lain yang bisa dipergunakan untuk mengatasi depresi pada
masa kehamilan ini yang terbukti relatif aman terhadap perkembangan janin.
Sehingga sudah seharusnya provider kesehatan menjelaskan pilihan yang dapat
diambil oleh wanita hamil yang mengalami depresi untuk mengatasi keluhannya,
dan provider kesehatan mampu menjelaskan keuntungan dan efek samping dari
modalitas terapi depresi ini berdasarkan bukti klinis yang diperoleh dari hasil-
hasil penelitian ilmiah. Sehingga pada akhirnya, kesehatan mental wanita hamil
dapat dijaga sebaik mungkin.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock B J, Sadock V A, and Ruiz P. Mood Disorder: Depression and


Bipolar in Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of Psychiatry, 10th
Ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins, 2007. pp. 528-61.
2. Stewart DE. Depression during Pregnancy. N Engl J Med. 2011, October;
365:1605-11.
3. Hendrick V. Prevalence, Clinical Course, and Management of Depression
During Pregnancy in Current Clinical Practice: Psychiatric Disorders in
Pregnancy and the Postpartum: Principles and Treatment. Totowa, NJ:
Humana Press, 2008. pp. 13-39.
4. DEPKES RI. Hasil Riset Kesehatan Dasar. 2018.
5. Vigod et al. Transcranial direct current stimulation (tDCS) for treatment
of major depression during pregnancy: study protocol for a pilot
randomized controlled trial.Trials. 2014, 15:pp.366.
6. Kurniawan ES, Ratep N, Westa W. Faktor Penyebab Depresi Pada Ibu
Hamil Selama Asuhan Antenatal Setiap Trimester. Denpasar: Bagian/Smf
Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar, 2013.hh. 1-13.
7. The Food and Drug Administration. FDA advising of risk of birth defects
with Paxil. News release of the Food and Drug Administration.2005
(http://www.fda.gov/NewsEvents/Newsroom/PressAnnouncements/2005/u
cm108527.ht m).
8. Huybrechts KF, Palmsten K, Avorn J, Cohen LS, Holmes LB, et al.
Antidepressant Use In Pregnancy And The Risk Of Cardiac Defects. 2014.
9. Chaudron LH. Complex Challenges in Treating Depression During
Pregnancy. Am J Psychiatry. 2013; 170:12–20.
10. Räisänen S, Lehto SM, Nielsen SH, Gissler M, Kramer MR, Heinonen S.
Risk factors for and perinatal outcomes of major depression during
pregnancy: a population-based analysis during 2002–2010 in Finland.
BMJ Open, 2014;4:pp.1-9.
11. Lancaster CA, Gold KJ, Flynn HA, Yoo H, Marcus SH, Davis MM. Risk
factors for depressive symptoms during pregnancy: a systematic review.
AJOG. 2010, Jan: pp.5-14.
12. American Psychiatric Association. Depressive Disorders in Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorder, 5th Ed. USA:
WashingtonAmerican Psychiatric Publishing, 2013. Pp. 161-71.
13. Mohapatra S, Yaduvanshi R, Agrawal A, Gupta B. Treatment of
Depression DuringPregnancy. Delhi Psychiatry Journal. 2013: 16(2). pp.
277-82.

17

Anda mungkin juga menyukai