Mengetahui
PPK Operasi dan Pemeliharaan SDA I
Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo
Tabel 3. 4 Peralatan dan Bahan Yang Digunakan dalam Survey Topografi ..................................... III-8
Tabel 4. 1 Lokasi Inventariasasi Air Baku ..................................... Error! Bookmark not defined.
Bendungan (beserta waduknya) mempunyai fungsi dan manfaat untuk memenuhi berbagai
kebutuhan bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Menurut Permen Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No. 27 Tahun 2015 tentang Bendungan, Bendungan adalah bangunan
yang berupa urukan tanah, urukan batu, dan beton, yang dibangun selain untuk menahan dan
menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang, atau
menampung lumpur sehingga terbentuk waduk.
Bendungan juga merupakan suatu infrastruktur dan aset yang sangat penting yang perlu
dijaga keamanannya. Selain memberikan manfaat besar, bendungan juga mengandung
potensi resiko terjadinya bencana apabila terjadi kegagalan bendungan. Oleh karenanya, perlu
perhatian langkah-langkah penanganan terhadap faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab
kemungkinan terjadinya kegagalan bendungan.
Terdapat 31 bendungan yang menjadi wewenang Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan
Solo. Semua bendungan tersebut memerlukan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan. Sehingga
Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo melakukan upaya pemeliharaan bendungan.
Pemeliharaan yang dimaksudkan tersebut tertuang dalam kegiatan Penilaian Kinerja dan
Penyusunan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) Bendungan
Bengawan Solo.
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari pekerjaan ini adalah :
a. Melakukan Penilaian Kinerja terhadap sarana/prasarana bendungan;
Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk memperoleh informasi yang berisi tentang:
a. Data-data teknis;
b. Kondisi fisik;
c. Operasional;
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, data pekerjaan, lingkup
pekerjaan dan sistematika penulisan laporan.
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum dari lokasi pekerjaan dari segi geografis,
kependudukan, geologi dan sosial ekonomi.
Bab ini menguraikan mengenai metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
BAB 5 PENUTUP
Bab ini menguraikan mengenai kesimpulan dan rencana kegiatan selanjutnya yang akan
dilaksanakan.
II.1 UMUM
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam Angka Tahun
2007), jumlah total penduduk kabupaten/kota di WS Bengawan Solo tahun 1990, berjumlah
14.671.000 jiwa, meningkat menjadi 15.920.227 jiwa pada tahun 2006. Selama kurun waktu
tersebut terdapat perkembangan jumlah penduduk, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
0,49% per tahun. Jumlah penduduk di WS Bengawan Solo pada tahun 2006 yang berada
pada wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan 23,05% dari penduduk Provinsi Jawa
Tengah, sedangkan jumlah penduduk WS Bengawan Solo yang berada di wilayah Provinsi
Jawa Timur merupakan 22,69% dari penduduk Provinsi Jawa Timur. Laju pertumbuhan
penduduk WS Bengawan Solo juga jauh lebih rendah daripada laju pertumbuhan penduduk
Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur (tahun 1990 sampai 2006) yang masing-masing
sebesar 0,70% dan 1,06%.
Tabel 2. 1 Luas Berdasarkan Wilayah Administrasi pada WS. Bengawan Solo
Luas total wilayah sungai (WS) Bengawan Solo ± 21.281,72 km2, terdiri dari 4 (empat) Daerah
Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Bengawan Solo, DAS Kali Grindulu dan Kali Lorog di Pacitan,
DAS kecil di kawasan pantai utara dan DAS Kali Lamong. DAS Bengawan Solo merupakan DAS
terluas di WS Bengawan Solo yang meliputi Sub DAS Bengawan Solo Hulu, Sub DAS Kali Madiun
dan Sub DAS Bengawan Solo Hilir. Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan sub DAS Kali Madiun
dengan luas masing-masing ± 6.072 km2 dan ± 3.755 km2. Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun
mengalirkan air dari lereng gunung berbentuk kerucut yakni Gunung Merapi (± 2.914 m), Gunung
II.3 TOPOGRAFI
WS Bengawan Solo memiliki kondisi topografi yang relative datar (lihat Gambar 2.4), sebagian
besar daerahnya berada di dataran rendah terutama sub DAS Bengawan Solo Hilir. Kemiringan dasar
Sungai Bengawan Solo juga bervariasi mulai landai sampai curam. Wilayah Bengawan Solo Hulu
dan Kali Madiun mengalirkan air dari lereng gunung berbentuk kerucut, yakni gunung Merapi (2,914
m), gunung Merbabu (3,142 m) dan gunung Lawu (3,265 m). Anak-anak sungainya banyak
membawa material sedimen dari hasil erosi pada lereng-lerengnya, sehingga mengakibatkan
sedimentasi yang tinggi di Bengawan Solo. Wilayah Sungai Bengawan Solo Hilir mempunyai sub
DAS seluas 6.273 km2 dan panjang alur sungai kira-kira 300 km, mulai dari pertemuan dengan Kali
Madiun. Sungainya membentuk alur yang lebar dengan kemiringan kecil/landai, melalui dataran
aluvial dan menjadi daerah yang sering digenangi banjir. Didekat muara, wilayahnya berawa dan
luas, disebut Rawa Jabung dan Bengawan Jero.
Disamping manfaat yang demikian besar, perlu pula disaradi bahwa bendungan juga
mengandung potensi resiko terjadinya bencana apabila terjadi kegagalan atau keruntuhan
bendungan. Oleh karena itu, dalam pembangunan dan pengelolaan bendungan, jaminan
terhadap aspek keberlanjutan fungsi dan manfaat serta aspek keamanan bendungan menjadi
hal yang sangat penting. Aspek-aspek tersebut harus menjadi perhatian dan pertimbangan
utama dalam setiap proses pembangunan dan pengelolaan bendungan.
Dengan semakin banyaknya bendungan yang telah dibangun dengan dana yang tidak sedikit,
maka telah terjadi pergeseran paradigma prioritas tidak hanya berorientasi kepada
pembangunan saja tetapi juga optimalisasi pengelolaan melalui upaya peningkatan Operasi
dan Pemeliharaan.
o Keberlanjutan fungsi dan manfaat bendungan dan waduknya melalui kegiatan operasi
bendungan dan operasi waduk
Disadari bahwa banyak waduk di Indonesia mengalami kerusakan dan penurunan fungsi ,
kinerja dan keandalannya yang antara lain disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Efektifitas kinerja bendungan yang semakin menurun diakibatkan permasalahan
pendangkalan waduk akibat tingginya laju sedimentasi , penurunan debit inflow, serta
penurunan kondisi fisik bendungan itu sendiri. Kegiatan operasi dan pemeliharaan
bendungan harus benar-benar menjadi prioritas perhatian dalam rangka menjaga dan
mempertahankan keandalan fungsi, mengembalikan kondisi bila terjadi kerusakan atau
penurunan fungsi serta menjaga keamanan bendungan dan lingkungannya.
Aspek penilaian kinerja suatu bendungan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
menjaga keberlangsungan fungsi dan manfaat sebuah bangunan, meliputi penilaian aspek :
Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus oleh pengelola bendungan bersama-sama dengan
anggota/pengurus Perkumpulan Pengguna Air (PPA) dan seluruh masyarakat setempat.
Setiap kegiatan yang dapat membahayakan atau merusak bendungan dilakukan tindakan
pencegahan berupa pemasangan papan larangan, papan peringatan atau perangkat pengaman
lainnya.
1. Tindakan pencegahan :
a. Melarang pengambilan batu, pasir dan tanah pada lokasi ± 500 m sebelah hulu dan ±
1000 m sebelah hilir bangunan utama di sungai atau sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b. Tambahan : membuat patok peringatan yang di cat tiga warna dengan elevasi di
sesuaikan keamanan bendung: warna hijau pengembilan pasir diperbolehkan, warna
kuning kecepatan pengambilan pasir diperlambat, warna merah pengambilan pasir
dihentikan sementara menunggu pengisian pasir dari hulu.
c. Melarang memandikan selain ditempat yang telah ditentukan dengan memasang papan
larangan.
d. Petugas pengelola bendungan harus mengontrol patok – patok batas tanah supaya
tidak dipindahkan oleh masyarakat.
e. Memasang papan larangan untuk kendaraan yang melintas dijalan inspeksi yang
melebihi kelas jalan.
f. Melarang mandi disekitar bangunan atau lokasi – lokasi yang berbahaya.
g. Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon tanggul saluran, badan
timbunann waduk/embung/situ.
h. Mengadakan penyuluhan /sosialisasi kepada masyarakat dan instansi terkait tentang
pengamanan fungsi bendungan
2. Tindakan Pengamanan
b. Membuat bangunan pengamanan di tempat – tempat yang berbahaya, misalnya : di
sekitar bangunan utama, siphon, ruas saluran yang tebingnya curam, daerah padat
penduduk dan lain sebagainya.
c. Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cuci
d. Pemasangan penghalang dijalan inspeksi dan tanggul – tanggul saluran berupa portal,
patok.
Pemeliharaan berkala dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu pemeliharaan yang bersifat
perawatan, pemeliharaan yang bersifat perbaikan, dan pemeliharaan yang bersifat
penggantian.
Kejadian luar biasa / bencana alam harus segera dilaporkan oleh juru dan kepala pengelola secara
berjenjang. Lokasi, tanggal/waktu, dan kerusakan akibat kejadian bencana KLB dimasukan dalam
blangko O3-P dan lampirannya.
Perbaikan darurat ini dapat dilakukan secara gotong royong, swakelola atau kontraktual, dengan
menggunakan bahan yang tersedia di pengelola bendungan atau yang disediakan masyarakat seperti
(bronjong, karung plastik, batu, pasir, bambu, batang kelapa dan lain – lain).
Selanjutnya perbaikan darurat ini disempurnakan dengan konstruksi yang permanen dan dianggarkan
secepatnya melalui program rehabilitasi.
1. Kelengkapan fisik Bendungan : data kondisi fisik dan fungsi jaringan hasil pemeriksaan dan hasil
uji pengairan dilapangan yang dilakukan bersama, kemudian dinilai tingkat kesempurnaan
bangunan, secara fisik mengacu pada gambar desain dan gambar purna konstruksi, dan secara
fungsi mengacu pada hasil uji pengairan dan desain hidrolis saluran dan bangunan, serta
kesesuaian dengan manual OP. hitung persentase tingkat kesesuaian pada kondisi yang ada.
2. Kelengkapan dokumen: cek semua data yang diperlukan untuk kegiatan operasi dan
pemeliharaan. Kemudian dilakukan perhitungan indeks kesiapan OP bendungan yang disiapkan.
Bandingkan dengan dokumen yang tersedia. Hitunglah persentasi ketersediaan data dibandingkan
dengan keperluan data. kolom fisik menunjukan kondisi fisik dan fungsi menunjukan keadaan
data yang tersedia.
3. Kelengkapan kelembagaan: mengacu pada secara kualitas dan kuantitas, serta perkumpulan
pemanfaatan bendungan.
Metode evaluasi dapat dilakukan sebagaimana penilaian kinerja bendungan yaitu dengan sistem
penilaian indeks kesiapan OP sebagaimana blangko perhitungan kesiapan
III.5 METODOLOGI PEKERJAAN
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Penilaian Kinerja dan Penyusunan AKNOP Bendungan Bengawan
Solo akan disusun dengan mengacu pada lingkup pekerjaan yang tertuang pada Kerangka Acuan Kerja
(KAK) dan didasarkan pada pengalaman melaksanakan studi sejenis.
Gambar 3. 1 Bagan Alir Pekerjaan
III.5.1 PEKERJAAN PENDAHULUAN
Pada Tahap Pendahuluan akan dilakukan berbagai kegiatan awal mencakup pengumpulan
data awal, mengkaji laporan terdahulu maupun referensi-referensi lain.
Melakukan koordinasi dalam memantapkan program kerja yang akan dilaksanakan pada
tahap-tahap selanjutnya. Tahap ini terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Persiapan Administrasi
Persiapan administrasi merupakan kegiatan paling awal dari Konsultan setelah menerima
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)/Kontrak dari Pemberi Kerja. Persiapan administrasi
tersebut mencakup pembuatan dokumen kontrak, pengurusan surat ijin ke instansi terkait,
pembuatan surat tugas kepada personil yang akan terlibat dalam penanganan proyek,
surat permohonan data dan sebagainya.
Pekerjaan persiapan ini akan dilaksanakan oleh seorang administrasi teknik yang telah
cukup berpengalaman dalam menangani pekerjaan yang sejenis, sehingga diharapkan
dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang disediakan untuk itu. Segala sesuatu yang
terkait dengan masalah administrasi tersebut akan selalu di bawah pengawasan Ketua
Tim yang bertanggung jawab atas penyelesaian seluruh pekerjaan.
Setelah persiapan administrasi dapat diselesaikan, selanjutnya seluruh Tenaga Ahli yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan akan dimobilisasi sesuai dengan jadwal
penugasan yang telah disusun. Dengan telah dimobilisasinya Tenaga Ahli tersebut, maka
kegiatan penanganan proyek dengan skala penuh telah berjalan.
Tingkat keberhasilan suatu proyek tidak hanya tergantung atas kemampuan dari para
Tenaga Ahli yang menangani, akan tetapi faktor koordinasi akan memegang peranan
kunci yang akan menentukan kelancaran dan kesempurnaan hasil yang akan dicapai.
Dengan koordinasi diharapkan tidak ada kerancuan dan tumpang tindih pelaksanaan
kegiatan dari masing-masing Tenaga Ahli, sehingga dukungan dari masing-masing
personil akan memberikan hasil yang optimal.
Mengingat pentingnya koordinasi ini, Ketua Tim akan memimpin langsung untuk
membicarakan dan mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan :
Data sekunder yang dibutuhkan dalam mendukung Pekerjaan Penilian Kinerja dan
Penyusunan AKNOP Bendungan Bengawan Solo meliputi:
Pengukuran topograpi diperlukan dengan mengukur sungai atau saluran yang ada dengan
areal 1000 m panjang sungai, 25 meter kiri kanan pinggiran sungai, pada lokasi yang
diusulkan sebagai lokasi pengambilan air baku dengan skala gambar situasi minimum 1 :
5000 dan gambar potongan memanjang dengan skala yang cukup menggambarkan kondisi
lapangan.
Adapun tujuan kegiatan ini dilakukan dimaksudkan untuk menyiapkan data topografi yang
rinci.
a) Persiapan Pengukuran
Sasaran utama pada kegiatan persiapan pengukuran ini adalah untuk menentukan
program rencana kerja, metode-metode pengukuran yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan berdasarkan hasil survey lapangan, alat-alat yang digunakan dalam pengukuran
topografi dan penugasan personil yang akan terlibat pada pekerjaan.
Adapun peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan survey topografi adalah
sebagai berikut :
Patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat ditanam sedalam ± 30 cm, dicat biru
dan dipasang paku diatasnya serta diberi kode dan nomor yang teratur.
Inventarisasi dan pemasangan patok Bench Mark (BM), Control Point (CP) dan patok
bantu pengukuran, serta pengikatan kerangka dasar pengukuran (poligon) terhadap
titik referensi pengukuran.
Penentuan koordinat lokasi pekerjaan.
Pengukuran Kerangka Dasar Pemetaan (Pengukuran Poligon)
Pengukuran Sipat Datar ( Levelling), dengan jarak antara slag 50 meter.
Pengukuran situasi detail.
Pengukuran situasi sungai dan bangunan di sekitar sungai.
Perhitungan dan penggambaran draft sementara di lapangan
Adapun tujuan kegiatan ini dilakukan dimaksudkan untuk menyiapkan data topografi
yang rinci.
Dalam pengukuran Kerangka Dasar Horizontal yang perlu diukur adalah Jarak dan Sudut
Jurusan.
Salah penutup sudut polygon adalah 10 detik N, dimana N adalah jumlah sudut yang
terukur dalam rangkain polygon tersebut.
Kesalahan penutup jarak linier setelah dilakukan perataan harus lebih kecil 1 : 7.500
dengan pengukuran dua kali (kemuka dan kebelakang)
Hasil perhitungan koordinat diperoleh dari analisa kwadrat terkecil.
Pembacaan sudut setiap titik polygon harus dilakukan sedikitnya 4 kali, sedangkan
pembacaan jarak untuk setiap sisi polygon sedikitnya 3 kali.
B. Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter. Tingkat ketelitian
hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat tergantung kepada cara
pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah. Untuk menjamin ketelitian
pengukuran jarak, maka dilakukan juga pengukuran jarak optis pada saat pembacaan
rambu ukur sebagai koreksi.
Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran horizontal alat ukur
sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan dihitung berdasarkan
hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon.
Gambar 3. 5 Bagan Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal
Ketelitian Sudut :
S1 BBM 2 LBBM 2 , 0 0
S1 S 2 S 3 S 4 S 5 S 6 n 2 180 0
FS n 21800
Ketelitian Jarak :
D DBM D1 D2 Dn
D DBM D1 D2 Dn
D D D, 0
X P1 X BM D12 Sin12
YP1 YBM D12Cos12
3) Pengukuran Situasi/Detail
Pengukuran situasi/detail merupakan pengukuran posisi titik detail baik unsur alam
maupun buatan manusia. Pengukuran dilakukan dengan metode trigonometri/tachimetri
dimana ujung dan pangkal jalur pengukuran terikat /terkontrol terhadap kerangka dasar
pengukuran/pemetaan. Dari titik-titik tersebut diukur detail-detail lapangan dengan
rincian (detail rumah, detail sungai, detail jembatan dll), alat-alat yang digunakan dalam
pengukuran situasi/detail : Theodolith – DT2, GPS Hand dan Citra Satelit sebagai
pedoman/cross check.
Pelaksanaan pengukuran akan dilakukan oleh beberapa team pengukuran yang akan
bekerja secara simultan sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan yang tersedia.
Titik detail ditentukan dengan pengukuran ray dan rincikan, dimana ujung-ujung ray
diikatkan pada kerangka dasar pengukuran (Poligon)
Jalur pengukuran akan disesuaikan dengan rencana trase sungai yang ada maupun
obyek-obyek yang ada disekitar sungai baik obyek alam maupun buatan manusia
sesuai dengan pengukuran yang telah pernah dilakukan.
Alat yang akan digunakan adalah Theodolit - DT2 dan Prisma, atau sejenis dan
sederajat dengan ketelitian detail pengukuran 10 cm di atas kontrol kerangka pemetaan
yang diratakan kesetiap titik-titik detail.
Menetapkan dan memasang patok bantu dari kayu/paku apabila jarak antara kerangka
utama dengan posisi detail rincikan terlalu jauh/tertutup.
Membuat daftar (register) BM lama/baru dan CP yang menunjukan letak dan
koordinat (X,Y,Z) pada lokasi.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran situasi dengan alat Theodolith –
DT2, yaitu :
Azimuth magnetis
Jarak miring
Sudut horisontal dan sudut vertikal
Tinggi alat dan Tinggi prisma
n : Titik-titik situasi/detail
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran situasi dengan alat GPS Hand
(Garmin), yaitu :
Dalam rangka penyelenggaraan kerangka dasar peta, dalam hal ini kerangka dasar
horizontal/posisi horizontal (X,Y) digunakan metoda poligon. Dalam perhitungan poligon ada
dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan yang akan diuraikan pada
sub bab berikut
Hitungan poligon ini dilakukan untuk menentukan koordinat (X,Y) dari pengukuran poligon.
Data-data yang diperlukan dalam perhitungan ini adalah azimuth arah utara untuk menghitung
sudut jurusan tiap sisi poligon dan sudut horizontal, disertai data jarak datar.
S1 S 2 S 3 S 4 S 5 S 6 n 2 180 0
fs n 21800
Σ Sudut luar (Poligon Terbuka)
S1 S 2 S 3 S 4 S 5 S 6 n 2 180 0
fs n 21800
Perataan poligon:
T P PT
T
KP
n
Koreksi Sumbu :
d
X f x
d
d
Y f y
d
d arctg X
Y
Kesalahan Linier :
Cd X 2 Y 2
BM 1 U S1 360 0
BM 1 U 180 0
X 2 X 1 d12 Sin12
Y2 Y1 d12Cos12
Cd : Kesalahan Linier
Pengukuran waterpass dilakukan double stand/pulang-pergi dalam setiap seksi dan benang
silang dibaca lengkap (Ba,Bt,Bb)
Pengukuran dilakukan dalam bentuk terbuka karena kerangka poligon yang digunakan
poligon terbuka yang dibagi menjadi beberapa seksi/slag.
Bb Bt 2 Ba, 2mm
hBM P1 Bt BM Bt P1
H Pg h BM P1 h P1 P 2 h P 2 P 3 hPn
H Pg Pl H Pg H Pl , 5mm
Jarak pergi didapat dari jumlah jarak belakang ditambah jarak muka, demikian pula jarak pulang.
Salah penutup yang diizinkan (10 mm √D km), metode pengukuran yang digunakan
menggunakan metode dengan alat watterpas
Dd DmSin 2
Beda tinggi (Δh) :
h Ti T p DmSin Tt
Elevasi (Elv) :
Koordinat (X,Y) :
X 1 X BM Dd BM 1 Sin BM 1
Y1 YBM Dd BM 1Cos BM 1
Dalam hal ini :
5. DAS Lamong
4. Bendungan Plumbon
Terletak di Desa Puloharjo, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa
Tengah. Lokasi (Koordinat) : 07o58’379” – 110o50’073”
5. Bendungan Parangjoho
Terletak di Desa Demesan/Gedong, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri,
Provinsi Jawa Tengah. Lokasi (Koordinat) : 07o57’053” – 110o49’085”
6. Bendungan Kedunguling
Terletak di Desa Demangan, Kelurahan Ngunggahan, Kecamatan Eromoko,
Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi (Koordinat) : 07o56’395” –
110o50’518”
7. Bendungan Krisak
Terletak di Desa Singodutan dan Desa Pare, Kecamatan Selogiri, Kabupaten
Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi (Koordinat) : 07o48’042” – 110o53’922”
8. Bendungan Jombor
Terletak di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa
Tengah. Lokasi (Koordinat) : 07o45’492” – 110o38’087”
9. Bendungan Mulur
Terletak di Desa Mulur, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa
Tengah. Lokasi (Koordinat) : 07o41’425” – 110o52’515”
Keterangan :
: Rencana
: Realisasi
NASIONAL
A. Tenaga Ahli
1 Ketua Tim 1 orang, 6 Bulan
2 Ahli O&P 1 orang, 3 Bulan
3 Ahli Bendungan 1 orang, 4 Bulan
4 Ahli Instrumentasi 1 orang, 3 Bulan
B. Asisten Tenaga Ahli
1 Asisten Ahli Bendungan 1 orang, 4 Bulan
2 Surveyor 6 orang, 3 Bulan
3 Operator CAD 3 orang, 3 Bulan
4 Cost Estimator 3 orang, 3 Bulan
C. Tenaga Pendukung
1 Drafter 3 orang, 2 Bulan
2 Administrasi 3 orang, 3 Bulan
3 Tenaga Lokal Survey 12 orang, 90 Hari
ASING
-
-
Keterangan :
: Durasi Rencana
Gambar 5. 2 Jadwal Penugasan Personil
Dibuat Oleh,
Disetujui Oleh : PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO
Direksi Pekerjaan
A. Survey Pengukuran
1 Pita Ukur 3 2,0
2 Kamera Digital 3 2,0
3 GPS Handheld 3 2,0
4 Drone 2 1,0
5 Tabung Oksigen 3 2,0
6 Lampu Ekspedisi 3 2,0
B. Peralatan Penunjang
1 Kendaraan Roda 4 (Empat) 1 6,0
2 Kendaraan Roda 2 (Dua) 2 6,0
3 Perahu 1 3,0
C. Peralatan Kantor
1 Komputer 2 6,0
2 Printer 2 6,0
3 Scanner 1 3,0
4 ATK 1 6,0
Dibuat Oleh,
Disetujui Oleh : PT. SUPRAHARMONIA CONSULTINDO
Direksi Pekerjaan
VI.1 KESIMPULAN
Secara umum kesimpulan yang bisa ditarik dari hasil pemahaman Konsultan terhadap
Kerangka Acuan Kerja, Lokasi Pekerjaan, metodologi pelaksanaan dan temuan permasalahan
yang terjadi dilapangan beserta usulan penanganan permasalahannya adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Lapangan
2. Inventarisasi Prasarana Bendungan
3. Penyusunan AKNOP