ABSTRACT
Coral reef and aquatic organisms in it ecosystem is important resource for coastal
communities. At present, the coral reef has been over exploited, and degradation
up to 41.7%. The degradation is supposed related to poverty of local communities.
Therefore, it is very important to study the alternative livelohood which consider
the ecological and economical aspects. Based on the study at south Nias District in
six villages, Nata decoco and Virgin Coconut Oil (VCO) are suitable as alternative
livelihood because R/C ratio is 2.32 and 1.40 respectively.
----------------
Key word : Coral reef, alternative livelihood, nata decoco, VCO, South Nias.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kabupaten Nias Selatan memiliki luas wilayah 1.825,2 km 2, terdiri atas :
Kecamatan Teluk Dalam, Kecamatan Lolomatua, Kecamatan Gomo, Kecamatan
Lahusa, Kecamatan Hibala, Kecamatan Pulau–pulau Batu, Kecamatan Amandraya
dan Kecamatan Lolowa’u. Topografi wilayah ini terdiri dari perbukitan hingga
pegunungan, pesisir pantai dan kepulauan. Jumlah pulau yang terdapat di
kabupaten ini yaitu 104 pulau dimana 101 pulau terdapat di gugusan Pulau – pulau
Batu, Tanah Masa dan Hibala.
Berdasarkan data tahun 2005, Kabupaten Nias Selatan memiliki jumlah
penduduk sebanyak 275.422 jiwa yang tersebar di 21 pulau dalam delapan
kecamatan. Mata pencaharian penduduk di wilayah ini umumnya masih
mengandalkan sumber daya alam yang ada dengan pengelolaan eksploitatif.
Terumbu karang dan kehidupan biota yang berasosiasi didalamnya
merupakan sumber daya pesisir yang mempunyai fungsi ekologi bagi ekosistem
pesisir dan laut dan fungsi ekonomi bagi masyarakat pesisir. Terumbu karang yang
ada di Indonesia dengan luas sekitar 60.000 km 2 merupakan tempat bagi 1/8 dari
terumbu karang dunia (Carter, 1996) dan sangat kaya akan keanekaragaman biota
yang bernilai ekonomis penting. Menurut kajian Mann (2000), perairan yang
memiliki ekosistem terumbu karang yang sehat pada kedalaman kurang dari 30
meter, memiliki kandungan ikan sebanyak 15 ton/km2.
Dewasa ini, eksploitasi terumbu karang secara tidak bijaksana telah
menyebabkan kerusakan pada tingkat yang mengkhawatirkan. Terumbu karang
yang rusak di Indonesia telah mencapai 41.78 % sedangkan kondisi baik hanya
sebesar 23.72 % dan sangat baik tinggal 6.20 % (Bengen, 2002). Dari kondisi
tersebut, terumbu karang di kawasan perairan Indonesia barat memiliki kondisi
yang lebih buruk dibandingkan dengan terumbu karang di kawasan timur
Indonesia. Kondisi terumbu karang di perairan pesisir Kabupaten Nias Selatan
202
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2008) 16 (2) 458 - 473
1.2. Tujuan
Studi pengembangan MPA ini bertujuan mengkaji dan mendesain Mata
Pencaharian Alternatif (MPA) bidang pertanian yang layak dikembangkan
berdasarkan potensi sumber daya alam lokal di 6 (enam) desa Kabupaten Nias
Selatan.
1.3. Manfaat
Hasil studi kelayakan MPA ini akan bermanfaat sebagai berikut :
a. Sebagai bahan bagi pemerintah daerah dalam penyusunan program
pembangunan ekonomi wilayah pesisir khususnya dalam pengentasan
kemiskinan.
b. Membantu masyarakat setempat dalam pengembangan mata pencaharian
alternatif berbasis sumber daya lokal sehingga aktivitas masyarakat yang
menyebabkan kerusakan terumbu karang dapat dialihkan untuk
memaksimalkan upaya pelestarian terumbu karang dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat.
203
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2008) 16 (2) 458 - 473
Pendekatan studi ini selaras dengan salah satu bidang kegiatan COREMAP
yakni Pengelolaan Berbasis Masyarakat (community based management). Dalam
pengelolaan berbasis masyarakat ini, semua proses pengelolaan terumbu karang
akan dilaksanakan oleh masyarakat melalui kegiatan kelompok dan Lembaga
Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK) dan didukung oleh motivator
desa serta dibantu oleh fasilitator lapangan dan pihak terkait. Pengelolaan terumbu
karang berbasis masyarakat ini akan tidak efektif dan berhasil guna jika masyarakat
yang berada di kawasan terumbu karang tidak memiliki mata pencaharian selain
usaha–usaha eksploitasi sumber daya di kawasan terumbu karang. Dengan
demikian dibutuhkan kajian mata pencaharian alternatif berbasis sumber daya alam
lokal yang sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
204
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2008) 16 (2) 458 - 473
205
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2008) 16 (2) 458 - 473
sebanyak 504 jiwa (101 KK) yang terdiri dari laki–laki 223 orang dan perempuan
281 orang.
Mata pencaharian utama penduduk Desa Duru adalah petani. Mayoritas
masyarakat di daerah ini mengusahakan kebun kelapa. Luas kebun kelapa
mencapai 24 hektar dan dapat menghasilkan 30 ton kopra per 3 bulan. Dengan
potensi kelapa yang cukup besar, di desa ini layak dikembangkan produk minya
perawan (Virgin Coconut Oil–VCO), produk minuman Nata de Coco dan sabut
kelapa yang dapat dipasarkan untuk kebutuhan lokal, ke Tello, Teluk Dalam,
Sibolga dan bahkan ke Medan. Sekarang ini produk VCO sangat diperlukan oleh
industri farmasi dan kosmetika, sehingga harga VCO ini cukup tinggi di pasaran
yakni Rp. 40.000 per kg. Untuk mempertahankan produksi kelapa tersebut, pohon
kelapa yang sudah tua atau kurang produktif perlu dilakukan peremajaan dengan
menanam kelapa hibrida. Dilihat dari keragaman vegetasi, lahan di desa ini
termasuk lahan yang subur. Oleh sebab itu, lahan kebun kelapa tersebut pada
dasarnya dapat dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya rumput unggul
sebagai sumber hijauan pakan ternak kambing. Sebagian besar masyarakat nelayan
(77,23 %) mempunyai pendapatan berkisar antara Rp. 300.000–Rp. 500.000 per
bulan, yang masih jauh berada di bawah UMR Propinsi Sumatera Utara.
Dari aspek kualitas sumber daya manusia (SDM), masyarakat di desa ini
masih tergolong rendah. Dari survey lapangan (Agustus, 2006), tingkat pendidikan
masyarakat sangat rendah, karena 62 % hanya tamatan SD dan bahkan masih
terdapat penduduk yang tidak tamat SD serta tidak sekolah pada usia 7–12 tahun.
Rendahnya kualitas SDM ini termasuk faktor penghambat dalam pengembangan
teknologi pengolahan hasil pertanian sehingga sangat diperlukan upaya
peningkatan kualitas SDM ini melalui pelatihan–pelatihan teknis yang bersifat
praktis, adaptif dan berdaya guna.
206
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2008) 16 (2) 458 - 473
(Virgin Coconut Oil), produk minuman Nata de Coco dan sabut kelapa. Disamping
itu, kebun kelapa yang luas di desa ini pada dasarnya mempunyai potensi untuk
pengembangan budidaya rumput unggul sebagai sumber pakan ternak. Penanaman
rumput unggul yang tahan naungan dapat dilakukan di bawah pohon kelapa
sehingga memberikan peluang pengembangan usaha ternak ruminansia kecil.
desa ini sudah banyak yang tua, sehingga kurang produktif. Dalam kondisi
demikian, dengan luas kebun kelapa sekitar 9 hektar masih dapat menghasilkan
kopra sekitar 5 ton per bulan atau sekitar 15 ton kopra per 3 bulan. Potensi kelapa
yang cukup besar di desa ini membuka peluang pengembangan mata pencaharian
alternatif yaitu usaha, minuman Nata de Coco dan produksi minyak dara (VOC).
Disisi lain lain, lahan kebun kelapa yang relatif luas pada dasarnya dapat
dimanfaatkan untuk budidaya rumput unggul. Dengan perkataan lain, desa ini
mempunyai potensi untuk pengembangan ternak ruminansia kecil seperti kambing
dan domba.
anguler 2500 rpm berkekuatan 1800 watt. Peralatan ini dapat dibuat masyarakat
lokal, atau didatangkan dari produsen yang berlokasi di Medan. Untuk pembuatan
dan pengoperasian alat ini memerlukan pelatihan teknis.
210
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2008) 16 (2) 458 - 473
211
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2008) 16 (2) 458 - 473
dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan keluarga. Dengan potensi air kelapa yang
banyak, membuka peluang besar untuk pemanfaatannya menjadi produk minuman
Nata de Coco.
Dewasa ini produk Nata de Coco telah diproduksi dari berbagai daerah,
dalam kemasan yang beraneka ragam dan disukai banyak orang sebagai salah satu
sumber serat. Oleh sebab itu produk minuman ini bukan lagi hal yang baru
sehingga teknis pembuatannya sudah banyak diketahui masyarakat.
Pada dasarnya pembuatan produk Nata de Coco adalah melalui sistem
fermentasi dengan menggunakan stater mikroba Acetobacter sp, yang dapat
diperoleh dari berbagai perusahaan dan laboratorium mikrobiologi di perguruan
tinggi dan lembaga riset. Selain itu, metoda pembuatannya relatif mudah dan
menggunakan teknologi sederhana, sehingga melalui pelatihan teknis masyarakat
desa dapat melakukannya.
213
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2008) 16 (2) 458 - 473
Air Kelapa
Dididihkan + 30 menit
Tambahkan gula 2 %
Asam asetat + 3 % (pH menjadi 4)
ZA (Urea) + 2 %
Didinginkan
Ditambahkan stater Acetobacter sp 10
– 15 %
Direbus sampai mendidih untuk menghilangkan rasa asam dan bau alkohol
214
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2008) 16 (2) 458 - 473
Daging kelapa
215
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2008) 16 (2) 458 - 473
Diparut
Disentrifuge
Diuapkan
Disaring vacuum
Minyak Perawan
(VCO)
216
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2008) 16 (2) 458 - 473
6.2. Saran
Untuk mengoptimalkan hasil usaha MPA maka disarankan masyarakat
membentuk kelompok bersama sehingga pemanfaatan dana dan peralatan dapat
lebih efesien dan efektif.
DAFTAR LITERATUR
217
_____________
ISSN 0853 - 0203