Anda di halaman 1dari 12

HERNIA INGUINALIS

 Definisi
Penonjolan konten abdominal akibat adanya defek atau bagian lemah pada
dinding abdomen ke arah inguinal.

 Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen hernia abdominalis. Insidensi hernia inguinalis
terbanyak pada bayi dan anak antara 1 dan 2%. Kemungkinan terjadi hernia pada sisi
kanan 60%, sisi kiri 20-25% dan bilateral 15%. Kejadian hernia bilateral pada anak
perempuan dibandingkan laki-laki kira-kira sama (10%) walaupun frekuensi prosesus
vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada anak perempuan. Insidensi hernia
inguinalis pada orang dewasa kira-kira 2%. Kemungkinan kejadian hernia bilateral dari
insidens tersebut mendekati 10%.

 Etiologi
3 faktor penting yang saling mempengaruhi:
 Processus vaginalis yang terbuka

 Peningkatan tekanan intra abdomen yang berulang


 Kelemahan otot dan jaringan ikat daerah abdomen
 Klasifikasi

1. Hernia inguinalis lateralis (indirek)


Hernia disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior dan disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan akan tampak
tonjolan berbentuk lonjong.
Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan
berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses
turunnya testis ke skrotum.

2. Hernia inguinalis medialis (direk)


Hernia inguinalis medialis atau hernia direk hampir selalu disebabkan
oleh peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di
trigonum Hasselbach. Hernia ini umumnya terjadi bilateral khususnya pada
lelaki tua. Hernia inguinalis medialis terjadi melalui dinding inguinal
posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah yang dibatasai segitiga
Hasselbach.

3. Klasifikasi Nyhus
 Tipe 1 : hernia indirek dengan cincin interna yang normal
 Tipe 2 : hernia indirek dengan cincin interna membesar
 Tipe 3a : hernia inguinalis indirek
 Tipe 3b : hernia indirek yang menyebabkan kelemahan dinding posterior
 Tipe 3c : hernia femoralis
 Tipe 4 : semua hernia rekuren

 Patogenesis
 Patofisiologi

 Manifestasi Klinis
 Reponible
 Benjolan pada lipat paha yang muncul saat mengedan, batuk, atau mengangkat
beban dan menghiang waktu istirahat berbaring
 Benjolan dapat keluar masuk
 Tidak ada nyeri
 Ireponible
 Benjolan tidak dapat direposisi kembali saat posisi berbaring (terjadi karena
adhesi hernia sac, ukuran hernia besar dan lubang yang sempit)
 Tidak nyaman pada perut, tidak terdapat nyeri dan tanda obstruksi
 Inkaserata
 Hernia ireponible yang disertai dengan gejala obstruksi
 Obstipasi, Gangguan pasase usus, peningkatan peristaltik, dehidrasi dan
gangguan elektrolit
 Strangulata
 Hernia Inkarserata yang disertai dengan iskemik dan nekrosis
 Nyeri, kemerahan atau kebiruan, dehidrasi, demam
 Mengancam nyawa

 Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan sesuai manifestasi klinis, riwayat pekerjaan, riwayat mengangkat
benda berat atau mengejan.
2. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
o Dilakukan pada posisi berdiri dan berbaring
o Apakah ada benjolan di daerah selangkangan jika tidak suruh pasien
mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateral muncul sebagai
penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas medial
bawah
 Palpasi (Examination of inguinal canal)
o Dengan jari telunjuk atau dengan jari kelingking (pada bayi), dorong
isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah hernia dapat direposisi atau tidak.
o Dapat direposisi  Saat jari masuk berada dalam anulus eksternus,
pasien diminta mengedan.
 Ujung jari menyentuh hernia = hernia inguinalis lateralis, dan
 Sisi jari yang menyentuhnya = hernia inguinalis medial.
o Penilaian saat palpasi:
Position, Temperature, Pain, Size, Shape, Tensile strength,
Composition (solid, gas, liquid), Changes with cough
3. Penunjang
 Laboratorium
Strangulasi:
o Leukocytosis dengan shift to the left
o Elektrolit
o BUN
o Kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi
dehidrasi.
o Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.
 Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada
lipat paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab
pembengkakan testis.
 CT Scan dan MRI
o Belum banyak digunakan
o Mahal
o Untuk menyingkirkan diagnosa banding massa di regio inguinal
 Diagnosis Banding
1. Hidrocele
2. Limfadenitis inguinal
3. Varicocele
4. Testis ektopik
5. Lipoma
6. Hematoma
7. Kista sebasea
8. Hidradenitis inguinal
9. Abses psoas
10. Limfoma
11. Neoplasma metastatik
12. Eipididimitis
13. Torsio testis

 Tatalaksana
1. Tatalaksana Non Bedah
Mencari dan memperbaiki faktor yang menimbulkan terjadinya hernia,
medikamentosa simtomatis seperti pemberian analgesik.

2. Tatalaksana Bedah
Tatalaksana definitif hernia adalah dengan operasi. Pada hernia inguinalis
reponibilis dan irreponibilis dilakukan tindakan bedah elektif, sedangkan bila telah
terjadi proses inkarserasi dan strangulasi tindakan bedah harus dilakukan
secepatnya.
o Prinsip
Herniotomi: dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada perlekatan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Dilakukan pada hernia anak.

Hernioplasty: merupakan herniotomi dengan herniorrhaphy. Dilakukan


tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Pada orang dewasa, tindakan herniotomi saja
tidak cukup untuk mencegah terjadinya rekurensi.

o Tipe Hernioraphy
1. Basini
Teknik Baccini mengurangi rekurensi. Perbaikan dengan diseksi
dari spermatic cord, hernia sac dengan ligasi tinggi dan rekonstruksi dari
inguinal canal
Teknik herniorafi yang dilakukan oleh basinni adalah setelah diseksi
kanalis inguinalis, dilakukan rekontruksi lipat paha dengan cara
mengaproksimasi muskulus oblikus internus, muskulus tranversus
abdominis dan fasia tranversalis dengan traktus iliopubik dan
ligamentum inguinale, teknik ini dapat digunakan pada hernia direk
maupun hernia inderek.
Kelemahan teknik Basinni dan teknik lain yang berupa variasi
teknik herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari
otot yang dijahit. Untuk mengatasi masalah ini pada tahun delapan
puluhan dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan. Pada teknik
itu digunakan protesis mesh untuk memperkuat fasia tranversalis yang
membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahit dasar otot-ototke
inguinal.
2. Shouldice
Shouldice merupakan rekapitulasi dari Bassini, melibatkan
beberapa lapisan jaringan untuk mengurangi dari rekurensi.

3. McVay repair
Mcvay repair untuk kedua inguinal dan femoral ring defects teknik
ini diindikasikan untuk femoral hernia.
4. Prosthetic repair (Lichtenstein Tension-free repair)
Teknik ini menggunakan prosthetic mesh untuk meminimalisir
tekanan dari perbaikan. Tujuannya untuk meminimalisir dari rekurensi
medial. Untuk fixasi permanent menggunakan monofilament suture.

5. Laparoscopic Hernioraphy
Merupakan transabdominal preperitoneal (TAPP) repair, totally
extraperitoneal (TEP) repair, intraperitoneal onlay mesh (IPOM) repair.
Laparoscopic digunakan untuk recurrent inguinal hernia.
Komplikasi
• Hernia incercerata
• Hernia strangulated
• Hematoma
• Wound infection
• Chronic groin pain karena trapping n. ilioinguinal
• Reccurence (5%)
• Nyeri dan bengkak pada testis yang nantinya dapat
menyebabkan atrofi testis karena pengikatan yang terlalu kuat
yang menyebabkan terikatkan vena pada spermatic cord
o Teknik Konvensional (open surgery)
Pembedahan untuk hernia inguinalis lateralis pada anak biasanya
dilakukan melaui insisi lipatan kulit terbawah dengan memisahkan
aponeurosis muskulus obligus eksternus sampai pada kanalis inguinalis
interna. Setelah nervus ilioinguinalis diidentifikasi, kantung hernia dicari
dan pembuluh darah
Komplikasi tindakan operasi konvensional
1. Pendarahan
2. Infeksi luka operasi
3. Cedera nervus ilioinguinalis
4. Cedera vas deferens
5. Atropi testis
6. Postoperative hydrocele
7. Ascendensus testis iatrogenic
8. Rekurensi
9. Methachronous contralateral hernia

 Komplikasi
1. Infeksi
2. Obstruksi
3. Nekrosis usus
4. Peritonitis
5. Sepsis
 Prognosis
Prognosis dilihat dari komplikasi, durasi operasi, berapa lama rawat inap di
rumah sakit. Selain itu kekambuhan dilihat dari teknik operasi yang dilakukannya.
Lichenstein technique kekambuhannya hanya 0.2%, tidak ada kekambuhan pada tahun
pertama. Laparoscopic primary inguinal hernia repair merupakan prosedur dengan
rekurensi yang minimal dan waktu pemulihan yang cepat, mencegah kesakitan, dan
cepat kembali pada aktivitas sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai