Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Kesehatan

Volume 10, Nomor 1, April 2019


ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK

Perspektif Pasien dan Manajemen tentang Mutu Pelayanan IGD

Dicky Fachriza1, Destanul Aulia2, Kintoko Rochadi3


1,2,3
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Indonesia
Email: tesisarsdicky@gmail.com

Abstract: Patient and Management Perspective about Quality Emergency Installation


Services. The basic principle of a hospital is fulfilling the needs and demand of patients who hope
that their health problems can be settled in a hospital. They expect ready, quick, responsive, and
comfortable services. Patient satisfaction can be influenced by the health care quality of health
care providers who sympathize, respect, and respond to their needs. The research used a qualitative
method. The data were gathered by conducting participant observation, and in-depth interviews.
The research subjects were 4 informants, IGD (emergency room) personnel and IGD patients in
Prima Inti Medika hospital. The result of the research, in the pre-service, showed that nurses’
response was quick, complaints were responded well, the process of inpatient and outpatient was
good, nurses’ cooperation was good, and the personnel was accredited; but, the facility was
inadequate and incentives were lower than the government’s standard. From the patients’
perspectives, it was found that pre-service was in accordance with SOP, the process of doctors’and
pharmacy’s service was good, but nurses’ service and IGD facility were unsatisfactory, nurses’
cooperation was good, but their competence and quality were inadequate.

Keywords: Emergency installation, Patients perspectives, Service quality

Abstrak: Perspektif Pasien dan Manajemen tentang Mutu Layanan IGD. Hakikat dasar
dari rumah sakit sebagai pemenuhan kebutuhan dan tuntutan pasien yang mengharapkan
penyelesaian masalah kesehatannya pada rumah sakit. Pasien mengharapkan pelayanan yang siap,
cepat, tanggap dan nyaman terhadap keluhan penyakit pasien. Kepuasan pasien dapat dipengaruhi
oleh mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit sebagai provider, dimana mutu
pelayanan kesehatan bagi pasien berarti empati, respek dan tanggap akan kebutuhannya. Jenis
penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data participant observation dan in depth
interview. Informan penelitian ini sebanyak 9 orang yang terdiri dari 6 (enam) orang petugas
IGDdan 3 pasien IGD RS Prima Inti Medika. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan pra
pelayanan respon perawat lebih cepat, keluhan ditanggapi dengan baik oleh perawat, proses
perawatan rawat inap maupun rujukan sudah bagus, kerjasama perawat berjalan baik, petugas
sudah terakreditasi, tetapi fasilitas belum memadai, imbalan dibawah ketetapan pemerintah. Dari
perspektif pasien, pra pelayanan sesuai SOP, proses pelayanan tindakan penerimaan dokter dan
farmasi baik, tetapi pelayanan perawat dan fasilitas IGD kurang memuaskan, kerjasama perawat
sudah bagus, tetapi kompetensi dan kualitas perawat masih kurang. Berdasarkan manajemen
rumah sakit, kompetensi teknis telah mengikuti standar layanan kesehatan, petugas mampu dalam
mengurangi keluhan pasien, IGD RS Prima Inti Medika telah dapat melayani pasien sesuai dengan
kebutuhannya, tetapi keamanan belum maksimal dan pasien tidak merasa nyaman saat dirawat di
IGD RS Prima Inti Medika.

Kata Kunci: IGD, Perspektif pasien, Mutu pelayanan

PENDAHULUAN dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan


kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap
orang yang dijamin dalam undang-undang Tahun mampu meningkatkan pelayanan yang bermutu dan
1945 yang harus diwujudkan dengan upaya terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat
peningkatan derajat kesehatan yang setinggi- kesehatan yang setinggi-tingginya (Nena, 2015).
tingginya. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Hakikat dasar dari rumah sakit adalah
tentang Rumah Sakit menjelaskan bahwa rumah pemenuhan kebutuhan dan tuntutan pasien yang
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi mengharapkan penyelesaian masalah kesehatannya
masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang pada rumah sakit. Pasien memandang bahwa hanya

74
Fachriza, Perspektif Pasien dan Manajemen tentang Mutu Pelayanan IGD 75

rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan 202.788. Terdapat penurunan jumlah pasien IGD
medis sebagai upaya penyembuhan dan pemulihan yang cukup signifikan antara tahun 2014 sampai
atas rasa sakit yang dideritanya. Pasien dengan tahun 2015 yaitu sebesar 41,5%. Rata-
mengharapkan pelayanan yang siap, cepat, tanggap rata pasien tersebut merupakan pasien rujukan
dan nyaman terhadap keluhan penyakit pasien. dari Rumah Sakit Provinsi.
Kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh mutu Dari survei awal yang peneliti lakukan,
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah selama empat tahun belakangan ini pasien yang
sakit sebagai provider, dimana mutu pelayanan memanfaatkan pelayanan IGD di RS Prima Inti
kesehatan bagi pasien berarti empati, respek dan Medika berdasarkan data kunjungan pasien
tanggap akan kebutuhannya. Dalam hal ini semakin menurun. Angka kunjungan pada IGD
kebutuhan pelayanan yang diberikan oleh petugas tahun 2014 menunjukkan: 1865 pasien, tahun
kesehatan, sedangkan mutu pelayanan kesehatan 2015: 1516 pasien, tahun 2016: 1436 pasien, dan
bagi petugas berarti bebas melakukan segala tahun 2017: 1373 pasien. Penurunan angka
sesuatu secara profesional. Untuk meningkatkan rujukan ini diasumsikan bahwa adanya berbagai
derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai masalah yang dialami pasien sehingga
dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berdampak pada berkurangnya pemanfaatan
memadai serta terlindungi oleh aturan perundang- pelayanan IGD di RS Prima Inti Medika yang
undangan yang berlaku. Upaya rumah sakit untuk menjadi unggulannya.
tetap bertahan dan berkembang adalah dengan Berdasarkan hasil wawancara awal dengan
meningkatkan pelayanan kepada pasien yang sesuai pasien berjumlah 30 orang pada Instalasi Gawat
dengan ketentuan atau Standar Pelayanan Rumah Darurat RS Prima Inti Medika pada tanggal 10
Sakit sebagaimana yang ada dalam Keputusan Januari 2018, diketahui banyaknya keluhan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: mengenai kualitas pelayanan di instalasi tersebut.
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Keluhan tersebut antara lain adalah: 1) Masih
Pelayanan Rumah Sakit (Mulyadi, 2013). kurang sesuai harapan terhadap tenaga medis
Perkembangan manajemen mutu di bidang dalam menangani masalah gawat darurat pasien;
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan rumah 2) Keterlambatan dalam menangani pasien; 3)
sakit masih dirasakan kurang, hal ini dapat kita lihat Masih belum yakin dengan pelayanan rumah
dari konflik yang terjadi antara pelayanan dan sakit karena rumah sakit masih tergolong baru; 4)
pelanggan yang menunjukkan kecenderungan Ketidakjelasan informasi tentang tindakan medis
meningkat, salah satunya adalah mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien; dan 5) Adanya
yang diberikan tidak memuaskan konsumen/ dugaan pasien atau keluarga pasien terhadap
pelanggan (Yoestandri dalam Imam Sujono, 2015). kesalahan tindakan medis yang dilakukan oleh
Penanganan kasus yang memerlukan petugas RS Prima Inti Medika.
kecepatan dan kecekatan sangat diperlukan Semua keluhan ini membuat citra Rumah
dalam upaya menyelamatkan jiwa seorang Sakit semakin tidak baik. Keluhan-keluhan tentang
pelanggan. Pelayanan rumah sakit yang sangat kualitas ini menjadi masalah yang harus
berhubungan dengan penanganan yang cepat dan diperhatikan oleh pihak manajemen RS Prima Inti
segera adalah pelayanan kasus-kasus gawat Medika untuk menjaga kualitas dan mutu
darurat, sehingga instalasi gawat darurat rumah pelayanan sehingga pasien yang memanfaatkan
sakit sangat penting keberadaannya dan juga pelayanan kesehatan di RS Prima Inti Medika dapat
harus diperhatikan mutu pelayanannya. Banyak meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Green
sekali kasus-kasus pelayanan gawat darurat yang (1980) bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi
masih kurang penanganannya karena beberapa pemanfaatan yaitu faktor predisposisi (predisposing
aspek, antara lain pelayanan yang kurang factor), faktor pemungkin (enabling factor), faktor
cekatan, petugas yang kurang profesional, serta penguat (reinforcing factor).
fasilitas dari rumah sakit tersebut yang dapat Rendahnya kualitas pelayanan di Instalasi
menghambat pemberian pelayanan yang baik Gawat Darurat di RS Prima Inti Medika
(Imam Sujono, 2015). mengakibatkan masyarakat mencari alternantif
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan fasilitas kesehatan lainnya sehingga tidak
Republik Indonesia (2018) jumlah Rumah Sakit menjadi pilihan prioritas dalam memanfaatkan
di Indonesia sebanyak 2776 terdiri atas2198 RSU pelayanan kesehatan. Masyarakat beralih mencari
(Rumah Sakit Umum) dan 578 RSK (Rumah rumah sakit lain yang bisa memenuhi harapan
Sakit Khusus). Menurut Wibowo (2016) rata-rata dan keinginannya ketika terjadi kondisi darurat.
pasien IGD pada tahun 2012 sebanyak 291.025, Ini mengindikasikan bahwa masyarakat kurang
tahun 2013 sebanyak 265.307, tahun 2014 percaya terhadap kualitas pelayanan kesehatan
sebanyak 346.717 dan pada tahun 2015 sebanyak yang diberikan.
76 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 1, April 2019, hlm 74-83

METODE penyederhanaan, pengabstrakan dan informasi


data kasar yang muncul dari catatan tertulis di
Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan.
deskriftif kualitatif dengan tujuan untuk 3. Penyajian Data: Sekumpulan informasi yang
memperoleh gambaran yang komprehensif dan telah tersusun secara terpadu dan sudah
mendalam tentang mutu pelayanan IGD, dipahami yang memberi kemungkinan adanya
perspektif pasien dan manajemen di RS Prima penarikan kesimpulan dan pengambilan
Inti Medika. Penelitian kualitatif merupakan tindakan.
prosedur penelitian yang menghasilkan data 4. Menarik kesimpulan verifikasi dari berbagai
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari temuan data yang diperoleh selama proses
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. penelitian berlangsung
Dengan penelitian menggunakan pendekatan
deskriftif kualitatif, peneliti akan dapat
menggambarkan atau mendeskripsikan HASIL
fenomena-fenomena yang ada secara aktual serta
mengembangkan konsep dari menghimpun fakta Hasil penelitian yang diperoleh dari
tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. wawancara dapat memberikan gambaran tentang
Metode pendekatan dan cara yang akan mutu pelayanan IGD.
digunakan dalam memperoleh data atau
fenomena yang ingin diungkap dalam penelitian Hasil Wawancara terhadap Aktivitas Pra
ini adalah dengan menggunakan pendekatan studi Pelayanan di IGD
kasus.
Karakteristik informan yang digunakan Dari hasil wawancara dengan petugas IGD
dalam penelitian ini dipilih secara purposive RS Prima Inti Medika terkait pelayanan apa saja
(berdasarkan representasinya terhadap penelitian) yang dipersiapkan dalam penatalaksanaan
yaitu sebagai informan utama adalah Kepala Unit pelayanan sebelum menerima pelayanan di IGD;
IGD dan Kepala Perawatan IGD. Informan
triangulasi adalah 2 orang perawat IGD RS Prima Menurut Informan 1,
Inti Medika, 1 orang Asisten Apoteker Instalasi Yang pertama otomatis tenaga yang ditugasi
Farmasi, 1 orangAdministrasi Keuangan IGD RS itu harus siap. Dalam 5 menit pasien harus
Prima Inti Medika dan 3 orang pasien IGD RS disiapkan dari pertama sampai
Prima Inti Medika. Teknik pengolahan data melaksanakan pelayanan kita. Kemudian
menggunakan metode analisis isi (content perawat yang bertugas melakukan vital sign
analysis). Jumlah informan dalam penelitian ini baru melaporkan kepada dokter yang
sebanyak 9 (Sembilan) orang. bertugas di IGD. Dari dokter yang bertugas
Penelitian ini akan dilakukan di RS Prima di IGD baru tindakan apa yang harus kita
Inti Medika, karena terdapat kemudahan bagi lakukan selanjutnya. Itu yang paling utama.
peneliti dalam menemukan kasus. Dengan Selain itu alat-alat yang ada di IGD
pertimbangan bahwa peneliti adalah salah misalnya kita lihat kegawatdaruratan
seorang karyawan di RS Prima Inti Medika pasiennya dimana kita tempatkan di drase
tersebut, selain itu peneliti dapat berinteraksi merahkah, di drase kuningkah, didrase
dengan mudah dan mengenal informan dengan hijaukah, itu harus kita lihat. Kalau memang
baik. Hal ini memberi manfaat dan kemudahan di drase kuning, apa saja yang harus
dalam membina hubungan saling percaya dengan dilakukan oleh petugasnya. Misalnya
informan dan penelitian ini belum pernah dengan keluhan febris, menunggu dari
dilakukan sebelumnya di RS Prima Inti Medika. instruksi dokter apa yang harus kita lakukan
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus setelah kita melakukan vital sign. Acuannya
sampai dengan Oktober 2018. Analisis data yang yang pertama vital sign dulu yang harus kita
dilakukan sesuai dengan Miles dan Huberman lakukan.
dalam Sugiyono (2012), yaitu :
1. Pengumpulan Data: Data-data yang diperoleh Menurut Informan 2,
dari aneka macam cara (observasi, wawancara, Persiapan yang utama di IGD itu memang
dokumentasi, pita rekaman dan lain-lain) sarana dan prasarana. Seperti ruangan
dikumpulkan kemudian direduksi atau dipilah- IGD. IGD itu memiliki beberapa item
pilah. ruangan misalnya ruang administrasi, ruang
2. Reduksi Data: Diartikan sebagai proses triase, ruang penyimpanan barang atau rak
pemilihan, perumusan, perhatian pada atau locker, ruang resusitasi pasien, serta
Fachriza, Perspektif Pasien dan Manajemen tentang Mutu Pelayanan IGD 77

kita menyiapkan seperti parkir. Terus untuk Hasil Wawancara terhadap Proses Pelayanan
tenaga sdmnya kita memperhatikan juga di IGD
untuk persiapan kita d IGD yaitu memang Terkait proses pelayanan di IGD, tindakan
yang benar-benar mempunyai pelatihan petugas dalam penerimaan pasien IGD RS Prima
minimal memiliki BPJLS atau pengertian Inti Medika menurut petugas IGD RS Prima Inti
emergency seperti BPGD SPBDT. Medika;

Menurut Informan 3, Menurut Informan 1,


Pertama-tama kita siapkan ruangan dan “Saat penerimaan pasien di IGD tergantung
tiket kita siapkan semua, baik itu alat, steril instruksi dari dokternya. Setelah kita vital
alat, kesiapan PHP, dan staf-staf lainnya sign, kita siapkan alat-alat untuk
kita persiapkan. pemasangan infus itu apa saja”.

Menurut Informan 4, Menurut Informan 2,


Pertama dari pasien yang masuk kita tanya “Tindakan penerimaan di IGD itu kita respons
dia karyawan atau bukan, alamatnya dimana, time, lebih cepat, kita langsung menanyakan
kemudian apa ada pakai askes atau tidak. bila pasien dengan gawat darurat kita ada
Perawat IGD sebelumnya mempersiapkan standarisasinya yaitu dengan cara langsung
oksigen alat gawat darurat seperti hecting, menanyakan misalkan pasien kecelakaan, kita
isntrumen yang berhubungan dengan gawat langsung menyentuh pasien dengan
darurat. Selain itu diperlukan respon time memanggil dengan kurang lebih waktu 10
berapa standartnya, dokter harus stand by 24 detik itu harus kita layani segera karena
jam, akses penerimaan pasien. Untuk pasien gawat darurat. Apabila terjadi dengan
sekarang promosi keamanan belum ada, untuk jantung kita harus lakukan resusitasi”.
parkir belum diambil tarif.
Menurut Informan 3,
Menurut Informan 5, “Penerimaan pertama saya tanya dulu
Yang paling penting obat, terus bahan keluhannya, setelah tahu kita apa keluhannya
pendukungnya untuk kita melayani pasien, kita periksa tanda-tanda vitalnya yang
kemudian harus ada e-tiket agar pasien sederhana setelah itu baru kita konsulkan ke
lebih mengerti. Jika pasien sampai di dokter”.
rumah, kalau hanya kita bilang begitu saja,
pasiennya tidak terekam habis, harus kita Menurut Informan 4,
buat juga pencatatannya untuk pasiennya. “Pertama kita tanya keluhannya apa. Jadi
Selain itu di bidang farmasi yang harus kalau misalnya tadi keluhannya sesak,
disiapkan SOP. SOP ini perlu dari pertama pertolongan pertamanya itulah oksigen”.
kita menerima resep itu sudah dimulai dari
SOP-nya yang sudah kita buat dari instalasi Menurut Informan 5,
farmasi, seperti pada saat obat masuk kita “Kita menjelaskan pada pasien obat apa yang
lihat kelengkapan resepnya, setelah itu kita kita berikan ke pasien. Hal ini atas dasar
lihat obatnya, di farmasi ada atau tidak obat instruksi dokter. Selanjutnya kita bertanya
yang telah disiapkan oleh dokter. Apabila pada pasien apakah sudah mengerti dengan
tidak ada, kita konfirmasi lagi ke dokter penjelasan kita tadi. Pegawai instalasi tidak
obat apa yang bisa diganti untuk obat yang standby di IGD karena petugasnya hanya 1
tidak tersedia di farmasi. Selain itu kita orang, jadi kalau ada panggilan kita baru ke
berikan ke pasien beserta edukasinya. IGD”.

Menurut Informan 6, Menurut Informan 6


Pertama terkait IGD jadi mungkin yang “Selama ini saya lihat pelayanan sudah
pertama pra pelayanan itu ada persoalan maksimal. Cara menyambut pasien juga
fasilitas yang memadai untuk pra pelayanan sudah bagus kemudian proses treatmentnya
itu persoalan misalnya tempat parkir, jalur juga bagus. Cuman mungkin kadang-kadang
masuk, kemudian ada penyambutan masih ada budaya dari masyarakat yang
perawatnya. kurang mendukung”.
78 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 1, April 2019, hlm 74-83

Hasil Wawancara Pasca Pelayanan di IGD di IGD dan tidak bisa ditangani oleh rumah
sakit, maka akan diberikan rujukan. Nah
Dari hasil wawancara dengan beberapa kalau saya lihat, proses rujukannya sudah
petugas IGD RS Prima Inti Medika pasca bagus, kemudian proses untuk masuk ke rawat
pelayanan di IGD setelah tindakan yang inapnya juga sudah bagus, kemudian banyak
dilakukan di IGD; pasien yang sembuh juga ada. Jadi saya rasa
sudah standard. Selain itu belum ada pasien
Menurut Informan 1, follow up yang sudah pulang terus dicall
Setelah selesai semua, apabila pasien tidak control lagi sebulan setelah perawatan.
perlu kita rujuk, kita mengarahkan kepada Karena pertama kita belum punya layanan
pasien untuk melakukan (setelah semua call center. Jadi di IGD itu hanya sebatas
sudah lengkap), kita anjurkan ke kasir. nomor telepon untuk panggilan jemput
ambulan. Jadi belum melayani tentang
Menurut Informan 2, keluhan pelanggan. Dan mungkin masyarakat
Pasca pelayanan kita menanyakan kembali juga belum tahu bahwa IGD kita juga punya
kepada pasien bagaimana keluhan pasien sistem layanan pelanggan seperti itu, karena
tersebut apakah dia merasa ada kepuasan itu harus diterjemahkan dalam bisnis
terhadap pelayanan kita, atau pasien pelayanan kita. Saya lihat itu belum ada.
merasa ada masalah dengan penyakitnya.
Apabila pasien belum merasa puas dengan Hasil Wawancara berdasarkan Dukungan
pelayanan kita, kita menanyakan kembali Pelayanan di IGD
apakah pasien mau dilanjutkan ke ruang
perawatan ataupun dilakukan observasi. Dukungan pelayanan berdasarkan budaya
kerja di IGD RS Prima Inti Medika untuk saat
Menurut Informan 3, ini;
Tergantung instruksi dokter yang menjaga,
kalau misalnya konsul atau dirawat inap, Menurut Informan 1,
kita siapkan pasiennya untuk dirawat inap Menurut saya masih kurang, karena yang
dan kita laporkan ke ruangan untuk pertama masih kurangnya pasien mungkin,
disiapkan ruangan. selain itu yang kita layani selama ini juga
bukan pasien yang benar-benar punya
Menurut Informan 4, kegawatdaruratan, misalnya cuma yang ada
Kalau sekiranya memang keluhannya itu disini yang kita sering febris yang paling
lebih parah pasien harus rawat inap, tetapi banyak, jadi tindakan-tindakan yang biasa
apabila sudah mendingan pasien harus kita lakukan itu-itu aja. Jadi kurang
rawat jalan. Sebelumnya kita konfirmasi tantangan.
dulu ke pasien.
Menurut Informan 2,
Menurut Informan 5, Untuk saat ini budaya kerjanya sudah
Kalau misalnya untuk pasien rawat jalan, berjalan baik, karena kita cepat merespon
obat itu kita siapkan dan kita berikan ke untuk melayani pasien, antara sesama
pasiennya. Kalau ke rawat inap, kita perawat juga terjalin hubungan kerja yang
serahkan ke perawatnya. Selanjutnya baik, hubungan petugas dengan dokter juga
perawat yang menyerahkan ke pasiennya. terjalin baik, dengan stakeholder yang lain
Baik obat injeksi maupun obat oral. juga baik. Dapat dikatakan sistem budaya
kerja yang baik sudah berjalan di IGD.
Menurut Informan 6,
Jadi kalau saya lihat pasca pelayanan itu ada Menurut Informan 3,
3 jenis tindakan, yang pertama adalah pasien Sudah lumayan baik, ada kerjasama, ada
sembuh, artinya ketika mereka sampai di IGD koordinasi. Paling masalah antara ruang
masalah mereka terselesaikan dan mereka IGD ke rawat inap itu kan sudah
bisa pulang. Yang kedua mereka harus diselesaikan, apa permasalahannya sudah
dirawat inap. Itu prosesnya lumayan panjang, diselesaikan, kayak masalah injeksi yang
karena memang ada urusan administrasi yang harusnya di IGD. Cuman kemarin karena
harus diselesaikan oleh keluarga pasien. Atau mis komunikasi jadi dilakukan di rawat
yang ketiga, yang ketiga ini dengan rujukan. inap. Tapi sekarang sudah clear.
Jadi seandainya pasien tidak dapat ditangani
Fachriza, Perspektif Pasien dan Manajemen tentang Mutu Pelayanan IGD 79

Menurut Informan 4, penatalaksanaan pelayanan sebelum menerima


Sudah sesuai semua, terutama saat pelayanan di IGD
penyambutannya.
Menurut Informan 7,
Menurut Informan 5, Untuk IGD saya harapkan itu akses menuju
Dari segi komunikasi cukup baik. Selama IGD-nya gampang dijangkau lancar juga,
saya berada di sana juga pasiennya cukup kemudian parkir, gampang diakses, kemudian
puas, yang kita lihat ya. Pasien pulang masalah keamanan juga yang baguslah, bisa
dengan senyum, mengucapkan terima pada menjamin keamanan si pasien. Untuk
kita. Tidak ada yang mengecewakanlah. pelayanan diharapkan dokter lengkap selalu
Pasien terlihat puas. ada 24 jam. Begitu juga dengan perawat yang
berpengalaman dan cekatan dengan
Menurut Informan 6, penanganan pasien.
Jadi kalau kita melihat usia masa
operasional rumah sakit yang belum lama, Manajemen IGD RS Prima Inti Medika
karena kita baru saja penerimaan di bulan
September, jadi memang budaya kerja itu Manajemen IGD RS Prima Inti Medika
belum terbentuk secara resmi ofisial, tapi dalam penelitian ini dilihat berdasarkan
memang ada proses untuk membentuk kompetensi teknis, keterjangkauan atau akses,
budaya itu dengan kuat. Masalahnya ada di efektivitas, efisien, kesinambungan, keamanan
pemahaman atau persepsi perawat-perawat dan kenyamanan. Hal ini seperti yang
IGD. Jadi kalau saya lihat memang antar diungkapkan oleh petugas yaitu Kepala IGD RS
perawat belum mempunyai pemahaman Prima Inti Medika (Informan 2):
yang sama tentang pelayanan. Kalau kita Tindakan penerimaan di IGD itu kita respons
melihat ada perawat yang punya gimmick time, lebih cepat, kita langsung menanyakan
yang bagus kepada pasien nah ada juga bila pasien dengan gawat darurat kita ada
kemudian perawat yang tidak punya standarisasinya yaitu dengan cara langsung
gimmick yang bagus standard. Memang menanyakan misalkan pasien kecelakaan, kita
budaya itu belum tercipta sempurna tapi langsung menyentuh pasien dengan
saya lihat sudah mengarah. Kalau saya lihat memanggil dengan kurang lebih waktu 10
proses knowledge antara perawat tidak ada, detik itu harus kita layani segera karena
karena memang setiap perawat itu punya pasien gawat darurat. Apabila terjadi dengan
locus control masing-masing. Dia punya jantung kita harus lakukan resusitasi.
istilah locus control, istilahnya ketika dia
menghadapi pasien, pasien puas atau tidak
itu bisa disebabkan oleh karena dia atau PEMBAHASAN
karena lain hal. Memang itu tergantung
kepada tipe kepribadian juga. Ada perawat Mutu Pelayanan IGD RS Prima Inti Medika
misalnya tipe kepribadiannya A atau B. tipe
B cenderung lebih atraktif, sedangkan tipe A Dari hasil wawancara dengan petugas IGD
itu mungkin lebih pendiam. Nah itu memang RS Prima Inti Medika terkait mutu pelayanan
setiap orang punya tipe karakteristik IGD pada saat pra pelayanan sebelum menerima
masing-masing dan itu bergantung pada pasien menunjukkan petugas IGD sudah
locus controlnya masing-masing. Kalau melakukan persiapan seperti sarana dan
saya lihat itu prosesinya tidak bisa prasarana seperti akses menuju ke IGD,
disamakan, karena setiap perawat mungkin persiapan alat-alat yang berhubungan dengan
berusaha untuk memberikan yang lebih kode warna kegawatdaruratan. Hal ini sesuai
untuk dirinya sendiri, tapi karena budaya dengan pembagian penanganan dan kriteria
tadi belum tercipta secara sempurna, pasien dalam kondisi kegawatdaruratan.
sehingga jadi kesatuan gimmick itu belum Pemilihan warna kegawatdaruratan bisa saja
sempurna. disesuaikan dengan kebijakan, kebiasaan atau
kesepakatan di masing-masing RS agar tidak
Perspektif Pasien menimbulkan kerancuan terkait dengan kode
warna. Tetapi yang harus diingat adalah makna
Perspektif pasien berdasarkan hasil dari tiap-tiap huruf tersebut. Dengan penerapan
wawancara pra pelayanan oleh perawat di IGD metode screening ini maka petugas sudah
RS Prima Inti Medika, pasien berharap dalam bisamenyingkirkan kasus-kasus bukan gawat
80 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 1, April 2019, hlm 74-83

darurat. Selanjutnya pasien dengan kode A instruksi yang diberikan dokter dan SOP yang
langsung ditangani oleh petugas khusus untuk ditetapkan oleh rumah sakit, seperti terlebih
rawat inap sedangkan pasien dengan kode E dapat dahulu melakukan vital sign, persiapan alat-alat
langsung mengaktifkan sistem perawatan on- untuk pemasangan infus. Selain itu petugas IGD
call dan home care. Dengan demikian UGD hanya cepat respon terhadap pasien gawat darurat,
fokus pada pasien dengan kode B, C dan D. dengan melakukan resusitasi terlebih dahulu
Selanjutnya melakukan tindakan sesuai untuk pasien jantung, melakukan pemeriksaan
dengan instruksi dokter, mempersiapkan petugas tanda-tanda vital, setelah itu hasilnya
yang sudah pernah diberikan pelatihan minimal dikonsultasikan dengan dokter. Cara menyambut
memiliki BPJLS, melakukan vital sign terlebih pasien gawat darurat sudah bagus. Disinilah
dahulu, mempersiapkan ruangan, alat, kesiapan pelayanan pertama kali yang diterima oleh
PHP, dan staf-staf yang terlatih. Selain itu seorang pasien saat tiba di rumah sakit, sehingga
diperlukan respon time berapa standarnya, dokter sangat menentukan kesan baik dan buruk dari
harus stand by 24 jam, akses penerimaan pasien. rumah sakit tersebut. Hal ini sudah sesuai dengan
Persiapan awal sebelum menerima pasien sudah prosedur penerimaan pasien.
sesuai dengan SOP. Persiapan awal ini perlu Menurut Kelmanutu (2016), layanan
dilakukan untuk mengetahui kondisi awal pasien, kesehatan yang bermutu harus mampu
bila terjadi emergency petugas cepat tanggap memberikan informasi yang jelas tentang apa,
dalam memberikan pelayanan. Selain sebagai siapa, kapan, dimana, dan bagaimana layanan
bantuan anamnesa, seandainya terjadi sesuatu kesehatan itu akan dan/atau telah dilaksanakan.
petugas IGD bekerja sudah sesuai dengan SOP Dimensi informasi ini sangat penting pada
yang ditetapkan rumah sakit. tingkat Rumah Sakit dan Puskesmas.
Persiapan penatalaksanaan pelayanan yang Dalam menghadapi keluhan pasien di IGD,
dilakukan petugas IGD RS Prima Inti Medika petugas IGD sebelumnya sudah memberikan
sudah sesuai dengan SOP yang ditetapkan oleh pengertian terlebih dahulu pada pasien terkait
rumah sakit dan sudah sesuai dengan Permenkes penyakit yang dideritanya, setelah itu melakukan
856 atau akreditasi, tetapi IGD RS Prima Inti anamnesa, kemudian menunggu instruksi dari
Medika masih memakai standard yang diberikan dokter terkait tindakan selanjutnya. Tetapi
oleh Permenkes, selain itu persiapan menurut petugas ada juga keluhan pasien itu
penatalaksanaan pelayanan disesuaikan dengan visi disebabkan pasien belum memahami proses
misi rumah sakit yaitu memberikan pelayanan treatmentdan terkadang keluarga pasien ikut
terbaik. campur dalam hal treatment tersebut.
Menurut Kemenkes (2018) Akreditasi Dari hasil wawancara dengan petugas IGD
terhadap suatu produk atau layanan dianggap RS Prima Inti Medika pasca pelayanan di IGD
sangat penting sebagai indikator dari jaminan setelah tindakan yang dilakukan di IGD menurut
mutu. Operasional di setiap rumah sakit juga petugas apabila pasien tidak perlu dirujuk, pasien
sangat beragam, tergantung dari metode atau keluarga pasien diarahkan untuk
kepemimpinan, infrastruktur dan dukungan menyelesaikan semua administrasi di kasir. Tapi
teknologi informasi yang dimiliki. Karena sekiranya pasien tidak dapat ditangani di IGD
keberagaman sistem pelayanan tersebut, Menteri dan tidak bisa ditangani oleh rumah sakit, maka
Kesehatan Republik Indonesia membuat pasien akan dirujuk. Pasca pelayanan oleh
keputusan No.214/Menkes/SK/II/2007 mengenai petugas IGD RS Prima Inti Medika sudah
Standarisasi Sistem Pelayanan Berstandar standard, pasien merasa puas terhadap pelayanan
Internasional melalui Program Akreditasi. IGD RS Prima Inti Medika dan sebagai promosi
Definisi akreditasi rumah sakit dalam Peraturan bagi RS Prima Inti Medika.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Dari dukungan pelayanan yang ada di IGD
34 Tahun 2017 adalah pengakuan terhadap mutu RS Prima Inti Medika berdasarkan budaya kerja
pelayanan rumah sakit setelah dilakukan terlihat antara sesama perawat sudah terjalin
penilaian bahwa rumah sakit telah memenuhi hubungan kerja yang baik, hubungan petugas
standar akreditasi. Akreditasi dilaksanakan oleh dengan dokter juga terjalin dengan baik. Ada
lembaga independen penyelenggara akreditasi kerjasama dan ada koordinasi antara sesama
yang telah terakreditasi oleh lembaga petugas IGD.
International Society for Quality in Health Care
(ISQua). Perspektif Pasien IGD RS Prima Inti Medika
Lebih lanjut terkait proses pelayanan di
IGD, tindakan petugas dalam penerimaan pasien Perspektif pelanggan tentang kualitas
IGD RS Prima Inti Medika sudah sesuai dengan layanan merupakan informasi yang penting bagi
Fachriza, Perspektif Pasien dan Manajemen tentang Mutu Pelayanan IGD 81

perusahaan jasa yang mencoba memperbaiki menyebabkan pasien lari dari pengobatannya.
pelaksanaan bisnis, memperkuat diri menghadapi Semakin baik hubungan antar manusia maka
persaingan, dan memposisikan perusahaan secara akan membuat pasien lebih patuh untuk
strategis di pasaran. Proses suatu pelayanan yang menjalankan instruksi dari petugas kesehatan.
berkualitas dimulai dari suplemen informasi dari Selanjutnya jumlah perawat sudah sesuai,
produk dan jasa yang diperlukan oleh customer. tetapi kompetensi dan kualitas perawat masih
Penyediaan saluran informasi memberikan kurang. Tidak mungkin dalam proses perekrutan,
kemudahan dalam rangka menjawab keingintahuan manajemen sumber daya manusia bisa
customer tersebut adalah penting. mendapatkan tenaga perawat sesuai dengan
Dari hasil wawancara dengan 3 orang kualifikasinya. Seandainya pun ada tenaga
pasien IGD RS Prima Inti Medika berdasarkan perawat yang memenuhi kualifikasi, tentunya
mutu pelayanan IGD dilihat dari pra pelayanan upah yang harus dibayarkan oleh rumah sakit
menurut ketiga pasien sudah sesuai dengan SOP pasti tinggi. Hal ini karena mereka mempunyai
yang ditetapkan oleh rumah sakit, pengalaman yang lebih banyak dan mereka
penatalaksanaan sudah baik, sesuai espektasi dikategorikan sebagai tenaga terdidik dan
dengan realita pasien. Pada proses pelayanan terlatih. Manajemen RS Prima Inti Medika harus
menurut pasien tindakan penerimaan dokter dan mempunyai rencana pendidikan dan pelatihan
pelayanan farmasi sudah baik dan sudah sesuai. tenaga keperawatan di IGD yang baik. Rencana
Pasien diberi informasi tentang kegunaan obat. pendidikan dan pelatihan tenaga keperawatan
Hal ini sesuai dengan Keputusan Dirjen yang baik akan menghasilkan perawat yang
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan berkualitas. Dengan jumlah perawat IGD yang
No:HK.01.DJ.II.093 tentang Pedoman Pelayanan optimal disertai dengan rencana pendidikan dan
Informasi Obat di Rumah Sakit. Hal-hal yang pelatihan tenaga keperawatan yang baik,
perlu diinformasikan kepada konsumen diharapkan RS Prima Inti Medika mempunyai
kesehatan (pasien) antara lain, nama obat (merk tim IGD yang mumpuni dan mampu memberikan
dagang) dan kegunaanya, cara menggunakan pelayanan yang terbaik.
(aturan pakai, dosis, serta waktu penggunaan), Berdasarkan uraian di atas maka pihak
cara penyediaan obatnya, efek samping, penyelenggara rumah sakit tidak ada pilihan lain
pantangan selama penggunaan obat, cara selain berupaya untuk memberikan layanan
penyimpanan obat, tindakan terhadap persediaan terbaik kepada pasien, seluruh petugas layanan
obat yang tersisa padahal sakit sudah dirasakan harus benar-benar memiliki kemampuan sesuai
sembuh, tindakan apabila terjadi kesalahan dosis dengan bidang tugas mereka di rumah sakit.
maupun kesalahan makan obat, dan tindakan Petugas rumah sakit harus mewujudkan
pencegahan dari jangkauan anak kecil. performance yang baik dalam bertugas, dapat
Tetapi menurut pasien yang pernah memenuhi jadwal perawatan rutin kepada pasien,
mendapatkan perawatan di IGD RS Prima Jaya memberikan layanan yang cepat, sopan kepada
Medika, pelayanan yang diberikan perawat dan pasien. Para petugas layanan memiliki
fasilitas IGD masih kurang memuaskan. Pasca kemampuan dalam memberikan informasi yang
pelayanan,untuk penanganan selanjutnya tepat tentang layanan yang diberikan pihak
terkesan lambat, harus dilakukan perawatan rumah sakit, sehingga pasien dapat memahami
kembali karena masih ada pasien yang mengeluh informasi dan pada waktunya informasi tersebut
karena bekas luka masih kotor. Oleh karena itu dapat membantu mereka.
harus dilakukan perawatan kembali untuk Selanjutnya bagi tenaga medis diharapkan
menghindari infeksi. dapat meningkatkan efektifitas pelayanan
Berdasarkan dukungan pelayanan yang ada kesehatan seperti dapat diatasinya masalah
di IGD RS Prima Inti Medika terlihat ada kesehatan secara tepat dan benar, kemudian dapat
kerjasama antar perawat. Menurut Kelmanutu pula meningkatkan efisiensi pelayanan
(2016) dalam memberikan pelayanan, hubungan kesehatan, dalam hal ini ditujukan mencegah
antar manusia merupakan faktor yang terjadinya pelayanan yang tidak sesuai dengan
berpengaruh langsung terhadap penilaian pasien standar. Selain itu pula mereka diharapkan dapat
tentang mutu pelayanan, sehingga apabila sikap meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap
petugas dalam memberikan pelayanan dapat pelayanan kesehatan, hal ini erat kaitannya
memuaskan pasien maka pasien akan kembali dengan kesesuaian antara pelayanan kesehatan
memeriksakan kesehatannya ke Rumah Sakit. yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan
Menurut Backer (1976) dalam Kelmanutu tuntutan pemakai jasa pelayanan. Diharapkan
(2016) perlakukan yang kurang memuaskan atau pula mereka mampu melindungi pelaksanaan
kurang bijaksana serta sikap yang kurang baik pelayanan dari kemungkinan timbulnya gugatan
82 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 1, April 2019, hlm 74-83

hukum dari pasien, dalam hal ini maka mau tidak dahulu. Proses rawat inap dan proses
mau untuk melindungi munculnya gugatan rujukan pasien, sudah bagus.
hukum dari pasien yang tidak puas atas d. Berdasarkan dukungan pelayanan IGD
pelayanan kesehatan yang mereka terima maka Hubungan kerja sesama perawat berjalan
tidak ada pilihan lain yang dilakukan kecuali baik, hubungan kerja perawat dengan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dokter terjalin baik. Kompetensi petugas
terjamin mutunya (Eryanto, 2011). sudah terakreditasi. Jumlah dan kualitas
perawat sudah sesuai. Fasilitas belum
Manajemen IGD RS Prima Inti Medika memadai. Imbalan masih dibawah
ketetapan pemerintah.
Manajemen IGD RS Prima Inti Medika 2. Perspektif Pasien IGD RS Prima Inti Medika
berdasarkan kompetensi teknis telah mengikuti a. Perspektif pasien berdasarkan pra
standar layanan kesehatan yang telah disepakati pelayanan sudah sesuai dengan SOP
yaitu meliputi kepatuhan, ketepatan, kebenaran yang ditetapkan oleh rumah sakit.
dan konsistensi. IGD RS Prima Inti Medika b. Pada proses pelayanan tindakan
sudah memiliki akses seperti parkir khusus untuk penerimaan dokter dan pelayanan
petugas maupun pasien. Selain itu petugas IGD farmasi sudah sesuai, tetapi pelayanan
RS Prima Inti Medika sudah menunjukkan perawat dan fasilitas IGD masih kurang
kemampuan dalam mengurangi keluhan pasien. memuaskan.
IGD RS Prima Inti Medika sudah memenuhi c. Pasca pelayanan, penanganan selanjutnya
standar layanan kesehatan pada umumnya. terkesan lambat, harus dilakukan
Selanjutnya, IGD RS Prima Inti Medika telah perawatan kembali karena bekas luka
dapat melayani pasien sesuai dengan kebutuhan. pasien masih kotor untuk menghindari
Tetapi keamanan layanan IGD RS Prima Inti infeksi.
Medika tergolong belum maksimal dan pasien d. Dukungan pelayanan yang ada di IGD
tidak merasa nyaman saat dirawat di IGD RS RS Prima Inti Medika, Kerjasama antar
Prima Inti Medika. perawat sudah bagus, jumlah perawat
sudah sesuai, tetapi kompetensi dan
kualitas perawatmasih kurang.
SIMPULAN 3. Manajemen IGD RS Prima Inti Medika
a. Manajemen IGD RS Prima Inti Medika
Dari hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan kompetensi teknis telah
maka dapat disimpulkan sebagai berikut: mengikuti standar layanan kesehatan
1. Mutu Pelayanan IGD RS Prima Inti Medika yang telah disepakati yaitu meliputi
a. Persiapan awal sudah sesuai SOP yang kepatuhan, ketepatan, kebenaran dan
ditetapkan rumah sakit, akses menuju konsistensi.
IGD lancar. Sudah dilengkapi dengan b. IGD RS Prima Inti Medika sudah
penjelasan tentang penggunaan obat memiliki akses seperti parkir khusus
(edukasi). untuk petugas maupun pasien.
b. Pada proses pelayanan respon perawat c. Selain itu petugas IGD RS Prima Inti
lebih cepat, perawat melakukan Medika sudah menunjukkan kemampuan
pemeriksaan tanda-tanda vital pasien dalam mengurangi keluhan pasien dan
pada proses pelayanan, obat yang sudah memenuhi standar layanan
diberikan sudah sesuai dengan instruksi kesehatan pada umumnya.
dokter, keluhan pasien ditanggapi dengan d. Selanjutnya, IGD RS Prima Inti Medika
baik oleh perawat dengan memberikan telah dapat melayani pasien sesuai
pengertian terlebih dahulu bagi pasien dengan kebutuhan. Tetapi keamanan
selanjutnya menunggu instruksi dokter. layanan IGD RS Prima Inti Medika
c. Pasca pelayanan bagi pasien sembuh, tergolong belum maksimal dan pasien
keluarga diarahkan ke kasir, bagi pasien tidak merasa nyaman saat dirawat di IGD
rawat inap diberikan therapy dan bagi RS Prima Inti Medika
pasien rawat jalan obat disiapkan terlebih
Fachriza, Perspektif Pasien dan Manajemen tentang Mutu Pelayanan IGD 83

DAFTAR PUSTAKA

Eryanto, H. (2011). Hubungan Antara Mutu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


Pelayanan dengan Kesetiaan Pasien (Survey (2017). Peraturan Menteri Kesehatan
pada Pasien Bagian Jantung Rumah Sakit Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2017.
Internasional Bintaro). Jurnal Ilmiah Jakarta.
Econosains, 9(2), 107-118. Mulyadi, D., Fadli, U. M., & Ningsih, F. C. K.
Green, Lawrence. (1980). Health Education: A (2013). Analisis Manajemen Mutu
Diagnosis Approach. The John Hopkins Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit
University: Mayfield Publishing Co. Islam Karawang. Jurnal Manajemen, 10(3),
Imam Sujono. (2015). Mutu Pelayanan Instalasi 1203-1219.
Gawat Darurat RSU BLUD Dr. H. Nena, A. F. D. A. (2015). Analisa Sistem
Soemarno Sosroatmojo Tanjung Selor Informasi Akuntansi Dalam Meningkatkan
Tahun 2015. Tugas Akhir Program Pengendalian Internal Atas Pendapatan di
Magister (TAPM). Program Pascasarjana Rumah Sakit Hermana-lembean. Jurnal
Universitas Terbuka. Jakarta. EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Kelmanutu, L. S. (2016). Dimensi Mutu Pelayanan Bisnis dan Akuntansi, 3(4).
pada Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif
Daerah Karel Sadsuitubun Langgur Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Kabupaten Maluku Tenggara. Media Wibowo, Bambang. (2016). Peningkatan Akses
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 9(4), 221- Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas.
229. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Rakerkernas 2016. Gelombang II.
(2018). Data Dan Informasi: Profil
Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai