Anda di halaman 1dari 3

Berdasarkan Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Diponegoro Semarang

Vitus Dwi Yudianto Budi Ismadi


“Pengaruh Temperatur Lingkungan dan Peran Biosecurity Pakan dalam Upaya
Menjamin Keamanan Produk Ternak Unggas”
Kesimpulan yang dapat diambil dari beliau
1. Pakan adalah campuran dari bahan baku pakan baik yang sudah lengkap maupun yang
akan dilengkapi yang disusun secara khusus dan mengandung zat nutrisi yang
mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan ternak sebagaimana mestinya
(Sesuai Dengan Kesepakatan Sub Komisi Pakan Konsentrat tahun 2004, Ditjen
Peternakan Deptan RI).
2. Sedangkan menurut Soejono (1994) satu macam bahan pakan dapat disebut pakan
apabila memang tidak ada bahan pakan lain yang dicampurkan atau ditambahkan,
sehingga merupakan pakan tunggal.
3. Cemakan (Stres panas) adalah peningkatan sekresi Adenocorticotropic Hormone
(ACTH) oleh kelenjer Pituitary sehingga menurunkan tingkat kekebalan serta
mengganggu metabolisme tubuh (Daghir, 1995).
4. Avian Influenza (AI) adalah virus penyakit yang menyerang pernafasan atau salah
satu jenis penyakit pernafasan yang menyerang unggas. Tanda2nya a.l : jengger
berwarna biru, adanya borok di kaki, kematian mendadak, dan pada manusia demam
diatas 380C, radang pada saluran pernafasan atas, batuk dan nyeri tenggorokan,
pneumonia, infeksi mata serta nyeri otot.
5. Menurut Sunarso (2003) untuk menjamin usaha peternakan perlu diperhatikan
beberapa faktor penting, antara lain :
a. Lingkungan makro (Klimatik, edafik, biotik, teknologi, ekonomi finansial, sosial
budaya, dan kebijakan umum).
b. Lingkungan Mikro (breeding, feeding, management) yang meliputi sifat teknis
komoditi dalam aspek produksi, reproduksi dan pengolahan, serta
c. Faktor ancaman lingkungan usaha (environmental threats) yaitu adanya
perubahan mendadak yang tidak dapat diramalkan sebelumnya dari salah satu
unsur lingkungan makro.
6. Namun demikian tantangan-tantangan yang dihadapi masa kini dan masa mendatang
semakin berat antara lain : adanya pemanasan bumi secara global sehingga dapat
menyebabkan terjadinya cekaman / stres panas dan berpengaruh terhadap daya tahan
tubuh unggas yang merupakan salah satu ternak yang rentan terhadap stres dan
perubahan alam tersebut.
7. Pemanasan Bumi secara global pada dua darsawarsa terakhir ini menyebabkan
perubahan temperatur lingkungan sekitar semakin meningkat, sehingga sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Akibat penurunan konsumsi pakannya
(Hurwitz et al., 1980; Washburn, 1985; Geraert et al., 1996a; Yunianto et al., 1997;
1998; 2001).
8. Temperatur lingkungan sekitar sangat erat kaitannya dengan tingkat produktivitas
ternak karena ada hubungan timbal balik dengan konsumsi pakan. Rendahnya efesien
pakan juga berhubungan dengan temperatur panas lingkungan sekitar. (Hurwitz et al.,
1980; Washburn, 1985; Geraert et al., 1996a; Yunianto et al., 1997; 1998; 2001).

background berwarna teal untuk konsumsi ransum


background berwarna hijau tua untuk pertambahan berat badan
background berwarna hijau muda untuk konversi ransum
background berwarna turqoise untuk suhu lingkungan
9. Hasil penelitian Hayashi et al. (1990); Lott (1991); Van Der Hel et al. (1991); Geraert
et al. (1996); Yunianto et al. (1994;1997;1998) mengatakan bahwa tingginya
temperatur lingkungan sekitar akan meningkatkan kematian ayam. Ayam secara
umum mempunyai kisaran temperatur lingkungan yang cukup lebar. Namun bila
ditempatkan pada kondisi lingkungan di atas 350C, tingkat kematian dan
keabnormalan semakin meningkat. Kondisi lingkungan yang demikian dikenal
dengan istilah umum cekaman panas yang merupakan penyebab utama penurunan
produksi ternak di daerah tropis.
10. Tingginya temperatur lingkungan sekitar merupakan faktor penyebab terjadinya
cekaman panas (Han dan Baker, 1993; McKee dan Harrison, 1995; Ain Baziz et al.,
1996; Yunianto et al., 1997;1999;2001;2002) sehingga mengakibatkan problem serius
bagi perkembangan dan pertumbuhan ayam, terhadap konsumsi pakan, percepatan
pertumbuhan, produksi telur, ukuran telur, daya tetas dan daya hidupnya akibat
adanya gangguan metabolisme dalam tubuh.
11. Metabolisme adalah sejumlah proses yang meliputi sintesis (anabolisme) dari
protoplasma dan perombakannya (katabolisme) dalam organisasi hidup, sehingga
menyangkut perubahan-perubahan kimia dalam sel hidup dimana energi disediakan
untuk fungsi-fungsi penting dan bahan-bahan baru diasimilasi untuk perbaikan dan
sintesis jaringan baru atau produksi (Tillman et al., 1998).
12. Cekaman panas merupakan hal yang mungkin terjadi di Indonesia karena unggas-
unggas yang ada di Indonesia seperi ayam ras (broiler dan petelur) puyuh (coturnix-
coturnix japonica), dll merupakan produk biologis yang berasal dari hasil rekayasa
genetik di negara-negara sub tropis yang beriklim dingin dan dicoba dipelihara di
Indonesia. Selama ini kita belum melihat bagaimana potensi optimal unggas-unggas
tersebut yang hanya akan terjadi di negara-negara subtropis tersebut.
13. Menurut Yunianto (2007) cekaman panas akan terjadi bila jumlah suhu ( 0C) dengan
kelembaban relatif (%) menjadi 100. Sedangkan menurut Rural Chemical Industries
(RCI) (sabananyo indak RCI ko sumbernyo doh) cekaman panas terjadi bila jumlah
suhu (0F) dengan kelembaban relatif (%) menjadi >160, contoh suhu 810F kelembaban
80% = 160, berarti unggas mengalami cekaman panas. Jika jumlah suhu ( 0F) dengan
kelembaban (%) menjadi ,<160 unggas nyaman.
14. Cekaman panas pada ayam akan menyebabkan respiratory alkalosis dan pembuangan
uap air yang berlebih melalui paru-paru pada saat panting (bernafas terengah-engah)
sambil membuka paruh. Dan sangat mempengaruhi keseimbangan pH (asam basa).
pH ini sangat mempengaruhi aktivitas enzim, dan aktivitas enzim akan berjalan
normal bila pH berkisar 6,5-7,5. Hilangnya ion Kalium dan mineral-meneral lain dari
dalam tubuh akan meningkatkan ketidakseimbangan elektolit sehingga dalam
cekaman perlu tambahan elektrolit untuk memperbaiki kondisi tubuh. Pembuangan
uap air ini dimaksudkan untuk menurunkan suhu tubuh sebagai akibat pengaruh
cekaman panas tubuh yang timbul, karena pada unggas tidak mempunyai kelenjer
keringat (Ilyas, 2004).
15. Cekaman panas dapat dikurangi dengan sistem ventilasi udara maupun dengan sistem
pendinginan ruangan.

background berwarna teal untuk konsumsi ransum


background berwarna hijau tua untuk pertambahan berat badan
background berwarna hijau muda untuk konversi ransum
background berwarna turqoise untuk suhu lingkungan
16. Untuk konsumsi ransum Daghir (1995) telah memberikan kesimpulan bahwa “what is
ideal for growth is not ideal for feed effeciency, and what ideal for feed effecincy is
not ideal for growth”
17. Banyak peneltian yang menunjukkan temperatur lingkungan sekitar 27-290C,
mengakibatkan adanya penurunan efesiensi pakan (Hurwitz, et al., 1980; Van
Kampen, 1984; Yunianto, et al., 1997a;1998b;2001a,b; 2002) dan pada kondisi
cekaman panas akan menurunkan kecepatan pertumbuhan (Han dan Baker, 1993;
McKee dan Harrison, 1995; Ain Baziz et al., 1996). Leenstra dan Kahaner
menunjukkan bahwa efesiensi pakan lebih tinggi pada kondisi temperatur 20-24 0C
dibanding pada 15-17,50C untuk ayam umur 29-47 hari. Perubahan kecepatan
pertumbuhan dan efesiensi pakan berkenaan temperatur lingkungan menunjukkan
bahwa metabolisme pada jaringan otot sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungan
sekitar (Hayashi et al., 1993; Yunianto et al., 1997;1998;2001). Hambatan
pertumbuhan pada ayam akan lebih nyata dan lebih pada temperatur lingkungan
sekitar yang tinggi dengan tingkat kelembaban yang tinggi dibanding dengan
kelembaban lingkungan yang rendah (Daghir, 1995).
18. Fungsi kelenjer tiroid, peran hormon tiroksin terhadap pertumbuhan, kelenjer
adrenalin, fungsi hati dan liver bagi unggas.
19. Temperatur lingkungan yang tinggi berakibat kepada organ-organ dalam tubuh ayam
seperti besar dan sekresi dari kelenjer tiroid, kelenjer adrenalin, hati dan liver
menunjukkan adanya penurunan akibat temperatur lingkungan sekitar meningkat
(panas), dibanding temperatur lingkungan yang dingin (sejuk) (Akiba et al., 1983; dan
Yunianto et al., 1994;1997b;1997c;2000). Hal ini kemungkinan adanya perubahan
dari fungsi endonkrin tubuh.
20. Kecepatan panas produksi sangat dipengaruhi oleh saraf dan sistem endonkrin tubuh
dan sangat besar pengaruhnya pada keadaan temperatur lingkungan yang rendah
(Yousef, 1985).
21. Penurunan produksi panas juga berkaitan dengan penurunan hormon tiroid yaitu level
tiroksin T3 (Triidotironin) dan T4 (Tetraidotironin). Penurunan level T3 lebih kuat
pengaruhnya terhadap penurunan konsumsi ransum daripada penurunan T 4
(Williamson et al., 1985).

background berwarna teal untuk konsumsi ransum


background berwarna hijau tua untuk pertambahan berat badan
background berwarna hijau muda untuk konversi ransum
background berwarna turqoise untuk suhu lingkungan

Anda mungkin juga menyukai