Makalah Bahan Bangunan
Makalah Bahan Bangunan
Disusun oleh:
UNIVERSITAS MUSAMUS
FAKULTAS TEKNIK
2019
KATA PENGANTAR
Meski telah disusun secara maksimal oleh penulis, akan tetapi penulis
sebagai manusia biasa sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak
kekurangannya dan masih jauh dari kata sempurna. Karenanya penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Keramik masih digunakan hingga saat ini, tetapi mayoritas dari masyarakat tidak
mengerti sejarah awal bagaimana peradaban manusia mulai memahami teknologi primitif
ini. Ilmuan-ilmuan sejarah dunia mensetujui bahwa peradaban manusia pada jaman dahulu
kala ingin mengetahui bagaimana cara mereka menampung air hujan dalam suatu wadah.
Mereka mendapatkan ide dari melihat daun-daun besar yang ada di hutan dapat mewadahi
air hujan tanpa terjadinya kebocoran. Pada saat itu, manusia pada jaman dahulu membuat
wadah air dari daun-daunan yang kering sebagai penahan dan tanah liat sebagai tubuh
wadah, yang dimana tanah liat tersebut dapat di dapat dimana saja dan dapat di bentuk
dengan mudah. Lalu wadah tanah liat tersebut dibakar oleh manusia jaman dahulu
dikarenakan sudah tidak digunakan, dengan tidak sengaja mereka menemukan tanah liat
yang mengeras dan memiliki ukiran yang di bentuk dari daun-daunan yang kering tersebut
yang telah habis terbakar. Sejak penemuan tersebut peradaban manusia memulai
mengembangkan teknologi primitif ini untuk digunakan dalam bebagai hal seperti seni dan
alat rumah tangga.
Keramik saat ini dalam pemanfaatannya masih terbatas hanya sebagai media alat
bantu sekunder bagi sebagian masyarakat dunia. Yang apabila kita mampu mempelajari
kadungan penyusun dari sebuah keramik bukan tidak mungkin kita mampu
mengembangkan nilai guna dari suatu keramik. Hal ini sedikit banyak akibat kurangnya
informasi tentang sejarah bagaimana lahirnya kerajinan keramik, sehingga untuk dapat
melakukan pengembangan terhadap kerajinan keramik terhambat. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan suatu penelitian non eksperimental yang membahas tentang sejarah keramik,
kelebihan dan keistimewaan keramik sehingga dapat digunakan sebagai bahan study
dalam pengembangan nilai guna dari keramik.
PEMBAHASAN
Pada umumnya ditemukan juga bentuk-bentuk figurin berupa manusia dan binatang.
Hasil dari benda-benda keramik walaupun masih terlihat sederhana, namun terdapat
aplikasi seni berupa motif-motif hewan atau tumbuhan yang digunakan tidak hanya untuk
memperindah namun juga untuk menyiratkan symbol yang menandakan kemajuan suatu
peradaban.
Sejarah keberadaan dan penggunakan keramik pertama kali, hingga kini belum
terungkap secara pasti. Berdasarkan data yang dilandasi perbandingan hasil-hasil temuan
penilitian yang dilakuakn oleh ahil arkeolog, diperkirakan keramik mulai dibuat dan
digunakan sejak tahun 30.000 SM. Waktu ini setua dengan manusia mengenal api. Ada
beberapa ahli juga yang berpendapat bahwa sejarah tentang keramik dimulai pada 30 ribu
tahun yang lalu. Periode ini dalam sejarah disebut zaman Palaeolithic atau zaman Batu
Kuno (500 ribu–10 ribu SM) karena alat pemotong atau senjata tajam pada masa itu
terbuat dari batu. Hal ini di perkuat dengan penemuan tembaga, perunggu, dan besi
masih jauh dari jaman ini. Nenek moyang kita adalah pemburu dan peramu makanan
yang hidupnya berpindah-pindah (nomaden). Mereka belajar bagaimana membuat api
untuk pertama kalinya sebagai upaya melindungi diri dari dingin, binatang buas,
memasak daging dan juga membakar tanah liat.
Selain perbedaan pendapat mengenai waktu pertama kali muncul keramik. Ada
beberapa ahli juga yang berpendapat bahwa keramik mulai ada sejak tahun 12.000 SM.
Vincent memperkirakan pada tahun 10.000 SM dan 5.000 SM melihat bentuk keramik
pmasa Neolitik (Vincent A.Roy, 1969). Berikut ini beberapa sejarah keramik dibeberapa
belahan dunia, yaitu china, jepang, indonesia, dan mesir.
Pada masa kekuasaan Mamluk, produksi keramik berkembang pesat karena banyak
seniman dari wailayah yang ditarik untuk berkreasi di Mesir. Ciri khas keramik yang
diciptakan seniman Mamluk adalah menampilkan tema-tema keagamaan. Pada periode
akhir, ada tiga jenis keramik atau tembikar yang berkembang di dunia Islam. Salah satu
keramik yang terkenal adalah tembikar Kubachi dan Iznik. Salah satu pusat industri
keramik pada periode terakhir berada di Kirman. Para pembuat keramik membuat tiruan
keramik Cina. Teknik dan desain keramik Islam telah memberikan pengaruh terhadap
seni keramik di negara-negara Eropa seperti Italia, Prancis, Spanyol dan Inggris. Bahkan
para seniman Spanyol sering menggunakan desain Islam dalam mebuat aneka produk
keramik yang dikenal dengan nama Hispano-Moresque.
Ciri khas keramik Islam dimana para seniman mampu memadukan bahan seperti
emas dan perak. Sehingga tembikar yang dihasilkan diakui sangat anggun dan cantik.
Selain itu juga menghadirkan kilauan metalik yang memukau. Para seniman Muslim di
era kekhalifahan selain membuat lantai keramik yang digunakan untuk menghiasi
dinding dan lantai, merekapun membuat beragam barang kebutuhan sehari-hari seperti
cangkir, gelas, piring, mangkuk, botol dan penampung air dari tembikar.
Pada era Dinasti Abbasiyah, mulai berkembang keramik dengan desain ukiran.
Ciri-ciri keramik jenis ini memiliki desain geometris atau bentuk-bentuk flora yang
dimasukkan dengan cara distempel. Keramik jenis ini dapat ditemukan di Samara, Irak,
Fustat dan Mesir. Penaklukan daerah akibat ekspansi oleh kerajaan akan berpengaruh
dari perkembangan seni, sehingga muncul perpaduan seni antara keduanya.
Zaman dinasti Han (206 SM–220 SM) merupakan periode kreatif pertama di Cina.
Awal periode ini produk keramik yang dihasilkan belum berglasir, baru pada akhir
periode ini ditemukan benda-benda keramik yang berglasir. Pada masa dinasti Tang (61–
906 M), keramik berglasir dibuat dengan berbagai macam warna. Seni keramik
kemudian berkembang pesat sepanjang masa pemerintahan dinasti Shung (960– 1279
M), dinasti Yuan Kang His (1662–1722 M). Benda keramik yang dihasilkan memiliki
kualitas yang tinggi baik dari pewarnaan, tekstur maupun bentuk. Karya keramik pada
masa itu apabila dibandingkan dengan produk keramik Amerika dan Eropa saat ini,
kualitas produk dan kemampuan pengrajin keramik Cina di abad 16 belum bisa
dikalahkan. (Helen Marie Evans dan Carla Davis Dumesnil. An Invitation To Design :
166).
Sekitar awal abad ke-5, terjadi perubahan besar ketika teknik baru memasuki
Jepang dari semenanjung Korea. Sebelumnya, tanah liat dibakar di api unggun, tetapi
jenis tembikar baru, yang disebut dengan tembikar Sueki, dibakar dengan suhu tinggi di
dalam tempat pembakaran dengan cerobong (terowongan) yang dibangun loreng.
Tembikar Sueki adalah tembikar yang sebenarnya.
Sekitar pertengahan abad ke-7, para pengrajin tembikar Jepang pergi untuk
mempelajari teknik-teknik Korea dan Cina, dan belajar cara menggunakan glasir dan
membakar tanah liat dengan suhu yang cukup rendah. Beberapa glasir dari sini berwarna
hijau tua, sedangkan barang Nara Sansai menonjol dengan tiga warna, seringkali
berwarna merah, kuning, dan hijau. Akan tetapi, barang-barang ini digunakan hanya di
istana, keluarga bangsawan, dan kuil-kuil, dan sekitar abad ke-11 tidak dibuat lagi.
Tembikar Sueki di jaman pertengahan menjadi pondasi untuk teknik- teknik baru dan
menjamurnya pembangunan tempat pembakaran. Enam kota tempat tembikar bersejarah di
Jepang yakni Seto, Tokoname, Echizen, Shigaraki, Tanba dan Bizen dimulai pada masa ini,
dan tempat pembakaran mereka masih berproduksi. Hampir semuanya membuat gerabah
yang terlihat alami. Hasil produksi mereka kebanyakan guci besar, jambangan besar dan
periuk. Sampai sekitar abad ke-16, Seto adalah satu-satunya tempat di Jepang yang terus
memproduksi tembikar berglasir.
Perang saudara yang melanda seluruh negeri Jepang pada jaman Warring States (1467-
1568), dan para pengrajin di Seto pergi ke utara ke daerah pegunungan menuju Mino (kini
propinsi Gifu bagian selatan). Disana mereka memelopori gaya baru unik Jepang, yang
terbaik adalah tembikar Kiseto, Seto- guro, Shino, dan Oribe. Sekitar pada saat inilah
upacara minum teh mulai menarik perhatian. Kebiasaan minum teh berasal dari China pada
akhir abad ke-12, dan pada abad ke-16 telah menjadi kebiasaan untuk mengadakan acara
yang berfokus pada upacara penyajian teh.
Awalnya manusia membuat alat bantu untuk kebutuhan hidupnya, mulai dari membuat
kapak dari batu. Seperti di Sumatra ditemukan pecahan-pecahan periuk belanga di Bukit
Kulit Kerang. Meskipun pecahan tembikar tersebut kecil dan berkeping-keping namun telah
terlihat adanya bukti nyata membuat wadah dari tanah liat. Teknik pembuatannya dilakukan
dengan tangan, dan untuk memadatkan serta menghaluskan digunakan benda keras seperti
papan. Cara menghias dilakukan dengan menekankan sebuah kayu berukir, atau menekan
tali, anyaman bambu, duri ikan, dan sebagainya, pada permukaan keramik (mentah) setelah
selesai pembentukan. Cara seperti ini paling banyak dilakukan oleh perajin tradisional di
berbagai daerah di pelosok tanah air. Di pantai selatan Jawa tepatnya diantara Yogyakarta
dan Pacitan ditemukan pecahan tembikar yang berhiaskan teraan anyaman atau tenunan
seperti hasil tenun yang di buat di Sumba. Di daerah Melolo (P. Sumba) ditemukan pula
periuk belanga yang berisikan tulang-tulang manusia.
Ada sejumlah speises mineral yang disebut mineral lempung (clay mineral) yang
mengandung terutama campuran kaolinit (Al2O3.2SiO2.2H2O), montmorilonit
[(Mg,Ca)O.Al2O3.5SiO2.nH2O] dan ilit (K2O, MgO, Al2O3, SiO2.2H2O) masing-masing
dalam berbagai kuantitas. Dari sudut pandang keramik, lempung berwujud plastik dan
bias dibentuk bila cukup halus dan basah, kaku bila kering, dan kaca (vitreous) bila
dibakar pada suhu yang cukup tinggi. Prosedur pembuatannya mengandalkan kepada
sifat-sifat tersebut diatas.
Penyusun keramik yang ketiga yang penting adalah pasir atau flin (flint).
Sifat-sifatnya yang penting dari segi industri keramik ditunjukkan pada table berikut :
Tabel 1.1
Pasir
Kaolinit Feldspar (Flin)
Rumus Al2O3.2SiO2.2H2O K2O.Al2O3.6SiO2 SiO2
Non
Plastisitas Plastik Non plastik plastik
Fusibilitas (keleburan) Refraktori Perekat mudah lebur Refraktori
Titik cair 1785oC 1150oC 1710oC
Ciut pada pembakaran Sangat ciut Lebur Tidak ciut
3 BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Keramik adalah salah satu hasil kerajinan tertua yang ada di muka bumi. Hal ini dapat
ditemukan dalam penemuan benda-benda purbakala yang tertanam di dalam tanah.
Sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis keramik
adalah britle atau rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik jenis tradisional seperti barang
pecah belah, gelas, kendi, gerabah dan sebagainya, coba jatuhkan piring yang terbuat dari
keramik bandingkan dengan piring dari logam, pasti keramik mudah pecah, walaupun sifat
ini tidak berlaku pada jenis keramik tertentu, terutama jenis keramik hasil sintering, dan
campuran sintering antara keramik dengan logam. sifat lainya adalah tahan suhu tinggi,
sebagai contoh keramik tradisional yang terdiri dari tanah liat, flint, dan feldspar tahan
sampai dengan suhu 1200 C, keramik hasil rekayasa seperti keramik oksida mampu tahan
sampai dengan suhu 2000 C.
Tiga bahan baku utama yang digunakan untuk membuat produk keramik klasik, atau
‘triaksial’, adalah lempung, feldspar dan pasir.
3.2 Saran
Dengan adanya tugas tentang materi polymer yang telah diberikan oleh bapak dosen.
Dapat menambah dan mengembangkan wawasan mahasiswa tentang pengertian polimer,
penggolongan polimer, macam-macam polimer dan lain - lain. Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, mohon kritik dan saran dari pembaca.
4 BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/366996574/Sejarah-Keramik-Dunia-Revisi-Kembali
https://id.wikipedia.org/wiki/Keramik
https://materialengineeringranggaagung.wordpress.com/2018/.../pembentukan-kerami...