Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SIFAT-SIFAT DAN BAHAN PENYUSUN KERAMIK

Disusun oleh:

Halim Syahputra Henry Darmawan (201822201017)

UNIVERSITAS MUSAMUS

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah subhanahu wa


ta’ala Tuhan semesta alam atas segala karunia nikmat-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Sifat-
Sifat dan Bahan Penyusun Keramik” disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Bahan Bangunan.

Meski telah disusun secara maksimal oleh penulis, akan tetapi penulis
sebagai manusia biasa sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak
kekurangannya dan masih jauh dari kata sempurna. Karenanya penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat


mengambil manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Merauke, 5 Juli 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... 2


Daftar Isi ............................................................................................................................. 3
BAB I Pendahuluan ........................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
BAB II pembahasan ............................................................................................................ 6
2.1 Sejarah Keramik.................................................................................................. 6
2.1.1 Serjarah Keramik di Dunia ......................................................................... 6
2.1.2 Sejarah Keramik di Mesir ........................................................................... 7
2.1.3 Sejarah Keramik di China ........................................................................... 9
2.1.4 Sejarah Keramik di Jepang ......................................................................... 9
2.1.5 Sejarah Keramik di Indonesia ................................................................... 11
2.2 Sifat Keramik .................................................................................................... 12
2.3 Bahan Penyusun Keramik ................................................................................. 12
BAB III Penutup ............................................................................................................... 15
3.1 Simpulan ........................................................................................................... 15
3.2 Saran ................................................................................................................. 15
BAB IV Daftar Pustaka .................................................................................................... 16
1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keramik adalah satu kerajinan tertua yang ada di muka bumi. Hal ini dapat dilihat
dengan adanya penemuan benda-benda purbakala yang tertanam di dalam tanah. Salah
satu jenis benda-benda yang ditemukan itu adalah benda-benda keramik berupa wadah-
wadah, seperti: guci, peralatan makan dan minum, alat sesaji dan lainya. Keramik
merupakan suatu benda yang terbuat dari material organic, nonlogam yang mengandung
unsur logam dan nonlogam yang berikatan ionik dan kovalent. Komposisi kimia dari
material keramik sangat bervariasi, dari senyawa sederhana hingga campuran dari banyak
fasa kompleks. Material keramik sangat bervariasi karena terdepat perbedaan dalam
ikatan. Umumnya material keramik keras dan rapuh dengan kekerasan dan daktilitas yang
rendah.

Keramik masih digunakan hingga saat ini, tetapi mayoritas dari masyarakat tidak
mengerti sejarah awal bagaimana peradaban manusia mulai memahami teknologi primitif
ini. Ilmuan-ilmuan sejarah dunia mensetujui bahwa peradaban manusia pada jaman dahulu
kala ingin mengetahui bagaimana cara mereka menampung air hujan dalam suatu wadah.
Mereka mendapatkan ide dari melihat daun-daun besar yang ada di hutan dapat mewadahi
air hujan tanpa terjadinya kebocoran. Pada saat itu, manusia pada jaman dahulu membuat
wadah air dari daun-daunan yang kering sebagai penahan dan tanah liat sebagai tubuh
wadah, yang dimana tanah liat tersebut dapat di dapat dimana saja dan dapat di bentuk
dengan mudah. Lalu wadah tanah liat tersebut dibakar oleh manusia jaman dahulu
dikarenakan sudah tidak digunakan, dengan tidak sengaja mereka menemukan tanah liat
yang mengeras dan memiliki ukiran yang di bentuk dari daun-daunan yang kering tersebut
yang telah habis terbakar. Sejak penemuan tersebut peradaban manusia memulai
mengembangkan teknologi primitif ini untuk digunakan dalam bebagai hal seperti seni dan
alat rumah tangga.
Keramik saat ini dalam pemanfaatannya masih terbatas hanya sebagai media alat
bantu sekunder bagi sebagian masyarakat dunia. Yang apabila kita mampu mempelajari
kadungan penyusun dari sebuah keramik bukan tidak mungkin kita mampu
mengembangkan nilai guna dari suatu keramik. Hal ini sedikit banyak akibat kurangnya
informasi tentang sejarah bagaimana lahirnya kerajinan keramik, sehingga untuk dapat
melakukan pengembangan terhadap kerajinan keramik terhambat. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan suatu penelitian non eksperimental yang membahas tentang sejarah keramik,
kelebihan dan keistimewaan keramik sehingga dapat digunakan sebagai bahan study
dalam pengembangan nilai guna dari keramik.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana sejarah awal keramik?
 Apa saja sifat-sifat keramik?
 Apa saja bahan penyusun keramik?
2 BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Keramik


Keramik adalah salah satu hasil kerajinan tertua yang ada di muka bumi. Hal ini
dapat ditemukan dalam penemuan benda-benda purbakala yang tertanam di dalam tanah.
Salah satu jenis benda-benda yang ditemukan itu adalah benda-benda keramik berupa
wadah wadah, yaitu guci, peralatan makan minum, alat sesaji, selain penemuan benda-
benda yang terbuat dari batu dan \logam.

Pada umumnya ditemukan juga bentuk-bentuk figurin berupa manusia dan binatang.
Hasil dari benda-benda keramik walaupun masih terlihat sederhana, namun terdapat
aplikasi seni berupa motif-motif hewan atau tumbuhan yang digunakan tidak hanya untuk
memperindah namun juga untuk menyiratkan symbol yang menandakan kemajuan suatu
peradaban.

2.1.1 Serjarah Keramik di Dunia


Sejarah dari keramik memliki umur yang tua dimana waktu sejarah munculnya
keramik di berbagai negara memiliki berbeda beda. Seperti negara China, Indonesia,
Jepang, Mesir, Yunani, Korea, Thailand, Peru, Philipina, Vietnam dan lain sebagainya.
Ketrampilan dalam membuat keramik muncul dan tumbuh secara alami. Beberapa negara
ada yang tumbuh dalam waktu yang bersamaan tanpa adanya pengaruh hubungan
kebudayaan satu dengan lainnya, tetapi ada pula yang muncul akibat pertukaran budaya
karena perdagangan. Muncul nya keterampilan membuat keramik memiliki umur yang
tua, sama halnya saat manusia mengenal dan memanfaatkan api pertama kali.

Sejarah keberadaan dan penggunakan keramik pertama kali, hingga kini belum
terungkap secara pasti. Berdasarkan data yang dilandasi perbandingan hasil-hasil temuan
penilitian yang dilakuakn oleh ahil arkeolog, diperkirakan keramik mulai dibuat dan
digunakan sejak tahun 30.000 SM. Waktu ini setua dengan manusia mengenal api. Ada
beberapa ahli juga yang berpendapat bahwa sejarah tentang keramik dimulai pada 30 ribu
tahun yang lalu. Periode ini dalam sejarah disebut zaman Palaeolithic atau zaman Batu
Kuno (500 ribu–10 ribu SM) karena alat pemotong atau senjata tajam pada masa itu
terbuat dari batu. Hal ini di perkuat dengan penemuan tembaga, perunggu, dan besi
masih jauh dari jaman ini. Nenek moyang kita adalah pemburu dan peramu makanan
yang hidupnya berpindah-pindah (nomaden). Mereka belajar bagaimana membuat api
untuk pertama kalinya sebagai upaya melindungi diri dari dingin, binatang buas,
memasak daging dan juga membakar tanah liat.

Bukti arkeologis menunjukkan bahwa orang-orang di zaman batu kuno di sebagian


belahan bumi telah membuat tungku pembakaran sederhana dan karya primitif sekitar 30
ribu tahun yang lalu. Walaupun gaya hidup masyarakat pada zaman batu tergolong
primitif, akan tetapi masyarakat pada zaman tersebut mampu membuat gambar-gambar
sederhana yang tampak hidup dan realis. Gambar sebagian besar dilukis pada dinding
batuan, dan sebagian dimodelkan dari tanah lihat. Sebagian besar gambar – gambar
tersebut berupa gambar hewan yang mereka buru. Lukisan dinding di dalam gua pada
zaman batu kuno yang populer adalah Caves of Lascaux di Prancis dan Caves of
Altamira di spanyol. Para ahli arkeolog memperkirakan umur dari lukisan ini sekitar 20
ribu tahun.

Selain perbedaan pendapat mengenai waktu pertama kali muncul keramik. Ada
beberapa ahli juga yang berpendapat bahwa keramik mulai ada sejak tahun 12.000 SM.
Vincent memperkirakan pada tahun 10.000 SM dan 5.000 SM melihat bentuk keramik
pmasa Neolitik (Vincent A.Roy, 1969). Berikut ini beberapa sejarah keramik dibeberapa
belahan dunia, yaitu china, jepang, indonesia, dan mesir.

2.1.2 Sejarah Keramik di Mesir


Pada era keemasan Islam, sudah menggunakan lantai keramik sebagai motif hiasan
utama dalam arsitekturnya. Pada masa kekhalifahan, negeri-negeri di Timur Dekat
seperti Iran, Irak, Suriah dan Mesir merupakan sentra utama produsen keramik Islam.
Menurut Stockin Sejarah keramik Islam yang berkembang di sentra industri keramik itu
dapat dibagi dalam tiga periode. Pertama adalah periode awal yang berlangsung dari
abad 9 M hingga abad 11 M. Kedua adalah periode pertengahan dari abad 12 M hingg
abad 14 M. Periode ketiga berlangsung dari abad 15 M hingga abad 19 M.
Pada periode awal seniman Muslim sudah mengembangkan ide tentang
lusterware˗˗ jenistembikar atau porselin dengan lapisan metalik yang memberi efek
warna. Pembuatan lusterware melalui 3 proses pembakaran. Pada masa itu di era
kekuasaan Dinasti fatimiyah, keramik atau porselin diproduksi di Mesir. Tembikar khas
negeri Piramida itu dilukis dengan gambar burung, hewan-hewan serta manusia.
Lusterware juga dikembangkan dan diproduksi di Persia dan Afghanistan.

Sepanjang abad 1175 M – 1225 M industri keramik berkembang dengan pesat di


kawasan Timur Dekat. Pada era itu, kota Rayy dan Kashan, di utara Persia tengah
menjadi sentra beragam jenis tembikar. Pada abad ke-13 M, keramik mulai muncul di
Kashan, Mesir. Sepanjang abad ke-13 – 14 M, beragam jenis keramik diproduksi di
Kashan. Pusat industri keramik itu juga diakui sebagai penghasil ubin lantai yang
termasyhur. Pada periode pertengahan, Mesir juga menjelma menjadi sentra industri
keramik yang maju yang saat itu berada di bawah kekuasaan Dinasti Mamluk. Terlebih,
negeri tiu tidak mampu ditembus oleh tentara Mongol.

Pada masa kekuasaan Mamluk, produksi keramik berkembang pesat karena banyak
seniman dari wailayah yang ditarik untuk berkreasi di Mesir. Ciri khas keramik yang
diciptakan seniman Mamluk adalah menampilkan tema-tema keagamaan. Pada periode
akhir, ada tiga jenis keramik atau tembikar yang berkembang di dunia Islam. Salah satu
keramik yang terkenal adalah tembikar Kubachi dan Iznik. Salah satu pusat industri
keramik pada periode terakhir berada di Kirman. Para pembuat keramik membuat tiruan
keramik Cina. Teknik dan desain keramik Islam telah memberikan pengaruh terhadap
seni keramik di negara-negara Eropa seperti Italia, Prancis, Spanyol dan Inggris. Bahkan
para seniman Spanyol sering menggunakan desain Islam dalam mebuat aneka produk
keramik yang dikenal dengan nama Hispano-Moresque.

Ciri khas keramik Islam dimana para seniman mampu memadukan bahan seperti
emas dan perak. Sehingga tembikar yang dihasilkan diakui sangat anggun dan cantik.
Selain itu juga menghadirkan kilauan metalik yang memukau. Para seniman Muslim di
era kekhalifahan selain membuat lantai keramik yang digunakan untuk menghiasi
dinding dan lantai, merekapun membuat beragam barang kebutuhan sehari-hari seperti
cangkir, gelas, piring, mangkuk, botol dan penampung air dari tembikar.
Pada era Dinasti Abbasiyah, mulai berkembang keramik dengan desain ukiran.
Ciri-ciri keramik jenis ini memiliki desain geometris atau bentuk-bentuk flora yang
dimasukkan dengan cara distempel. Keramik jenis ini dapat ditemukan di Samara, Irak,
Fustat dan Mesir. Penaklukan daerah akibat ekspansi oleh kerajaan akan berpengaruh
dari perkembangan seni, sehingga muncul perpaduan seni antara keduanya.

2.1.3 Sejarah Keramik di China


Seni Keramik Prasejara di dataran China berkembang di zaman Neolitikum antara
tahun 2500 SM – 1500 SM adalah seni keramik prasejarah. Pada dinasti Shang tahun
1500 – 1000 SM yang berkedudukan di lembah sungai kuning seni keramik tumbuh
berdampingan dengan seni perunggu khas di china.

Zaman dinasti Han (206 SM–220 SM) merupakan periode kreatif pertama di Cina.
Awal periode ini produk keramik yang dihasilkan belum berglasir, baru pada akhir
periode ini ditemukan benda-benda keramik yang berglasir. Pada masa dinasti Tang (61–
906 M), keramik berglasir dibuat dengan berbagai macam warna. Seni keramik
kemudian berkembang pesat sepanjang masa pemerintahan dinasti Shung (960– 1279
M), dinasti Yuan Kang His (1662–1722 M). Benda keramik yang dihasilkan memiliki
kualitas yang tinggi baik dari pewarnaan, tekstur maupun bentuk. Karya keramik pada
masa itu apabila dibandingkan dengan produk keramik Amerika dan Eropa saat ini,
kualitas produk dan kemampuan pengrajin keramik Cina di abad 16 belum bisa
dikalahkan. (Helen Marie Evans dan Carla Davis Dumesnil. An Invitation To Design :
166).

2.1.4 Sejarah Keramik di Jepang


Barang tanah liat pertama kali dibuat di kepulauan Jepang sekitar 13.000 tahun
yang lalu. Periuk besar dan dalam yang digunakan untuk merebus adalah yang paling
umum. Tanah liatnya dihias dengan menggiling atau menekan tali berkepang pada
permukaannya. Karena pola tali inilah, barang tanah liat dari jaman ini disebut dengan
jomon doki (jo = tali; mon = pola; doki = barang tanah liat). Sekitar 5000 tahun yang lalu,
selama jaman Jomon, beberapa desain yang sangat dinamis muncul, termasuk ornamen
ombak pada bibir periuk dan pola-pola aneh yang menutupi setiap bagian luarnya.
Pada jaman Yayoi berikutnya, penanaman padi dan jenis tembikar baru
diperkenalkan dari semenanjung Korea. Tembikar Yayoi merupakan bagian dari
kehidupan sehari-hari, digunakan terutama banyak untuk penyimpanan, memasak dan
makan. Tembikar jenis ini tidak semeriah barang tembikar Jomon, dan warnanya yang
muda menciptakan kesan lembut.

Sekitar awal abad ke-5, terjadi perubahan besar ketika teknik baru memasuki
Jepang dari semenanjung Korea. Sebelumnya, tanah liat dibakar di api unggun, tetapi
jenis tembikar baru, yang disebut dengan tembikar Sueki, dibakar dengan suhu tinggi di
dalam tempat pembakaran dengan cerobong (terowongan) yang dibangun loreng.
Tembikar Sueki adalah tembikar yang sebenarnya.
Sekitar pertengahan abad ke-7, para pengrajin tembikar Jepang pergi untuk
mempelajari teknik-teknik Korea dan Cina, dan belajar cara menggunakan glasir dan
membakar tanah liat dengan suhu yang cukup rendah. Beberapa glasir dari sini berwarna
hijau tua, sedangkan barang Nara Sansai menonjol dengan tiga warna, seringkali
berwarna merah, kuning, dan hijau. Akan tetapi, barang-barang ini digunakan hanya di
istana, keluarga bangsawan, dan kuil-kuil, dan sekitar abad ke-11 tidak dibuat lagi.

Kemajuan yang diperoleh tembikar Sueki menyebabkan pembangunan tempat-tempat


pembakaran di banyak bagian di Jepang. Tidak lama kemudian, para pengrajin menemukan
bahwa abu kayu di dalam tempat pembakaran yang panas bereaksi dengan tanah liat
sehingga menciptakan glasir alami. Hal ini mendorong mereka untuk menaburkan abu dari
tanaman yang dibakar secara sengaja ke atas tanah liat sebelum dibakar. Teknik glasir abu
alami ini pertama sekali dilakukan di tempat pembakaran Sanage di propinsi Owari (sebelah
barat daya propinsi Aichi sekarang).

Tembikar Sueki di jaman pertengahan menjadi pondasi untuk teknik- teknik baru dan
menjamurnya pembangunan tempat pembakaran. Enam kota tempat tembikar bersejarah di
Jepang yakni Seto, Tokoname, Echizen, Shigaraki, Tanba dan Bizen dimulai pada masa ini,
dan tempat pembakaran mereka masih berproduksi. Hampir semuanya membuat gerabah
yang terlihat alami. Hasil produksi mereka kebanyakan guci besar, jambangan besar dan
periuk. Sampai sekitar abad ke-16, Seto adalah satu-satunya tempat di Jepang yang terus
memproduksi tembikar berglasir.
Perang saudara yang melanda seluruh negeri Jepang pada jaman Warring States (1467-
1568), dan para pengrajin di Seto pergi ke utara ke daerah pegunungan menuju Mino (kini
propinsi Gifu bagian selatan). Disana mereka memelopori gaya baru unik Jepang, yang
terbaik adalah tembikar Kiseto, Seto- guro, Shino, dan Oribe. Sekitar pada saat inilah
upacara minum teh mulai menarik perhatian. Kebiasaan minum teh berasal dari China pada
akhir abad ke-12, dan pada abad ke-16 telah menjadi kebiasaan untuk mengadakan acara
yang berfokus pada upacara penyajian teh.

Dengan mulainya jaman Momoyama (akhir tahun 1500-an) berakhirlah perang


saudara, penggabungan Jepang, dan penyempurnaan upacara minum teh. Ini adalah saat
transformasi untuk barang tembikar Jepang. Toyotomi Hideyoshi memulai kampanye militer
di semenanjung Korea, dan hal ini menciptakan kesempatan bagi para samurai menyenangi
upacara minum teh untuk membawa pengrajin tembikar Korea ke Jepang dan menyuruh
mereka membangun tempat pembakaran. Banyak pusat produksi baru termasuk Karatsu,
Hagi, Agano, Takatori dan Satsuma didirikan di bagian-bagian yang berlainan di Kyushu.

2.1.5 Sejarah Keramik di Indonesia


Di Indonesia, keramik sudah dikenal sejak jaman Neolithikum, diperkirakan rentang
waktunya mulai dari 2500 SM–1000 SM. Pening galan zaman ini diperkirakan banyak
dipengaruhi oleh para imigran dari Asia Tenggara berupa pengetahuan tentang kelautan,
pertanian dan peternakan. Alat-alat berupa gerabah dan alat pembuat pakaian kulit kayu.
Kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mengalami perubahan sesuai
perkembangan zaman.

Awalnya manusia membuat alat bantu untuk kebutuhan hidupnya, mulai dari membuat
kapak dari batu. Seperti di Sumatra ditemukan pecahan-pecahan periuk belanga di Bukit
Kulit Kerang. Meskipun pecahan tembikar tersebut kecil dan berkeping-keping namun telah
terlihat adanya bukti nyata membuat wadah dari tanah liat. Teknik pembuatannya dilakukan
dengan tangan, dan untuk memadatkan serta menghaluskan digunakan benda keras seperti
papan. Cara menghias dilakukan dengan menekankan sebuah kayu berukir, atau menekan
tali, anyaman bambu, duri ikan, dan sebagainya, pada permukaan keramik (mentah) setelah
selesai pembentukan. Cara seperti ini paling banyak dilakukan oleh perajin tradisional di
berbagai daerah di pelosok tanah air. Di pantai selatan Jawa tepatnya diantara Yogyakarta
dan Pacitan ditemukan pecahan tembikar yang berhiaskan teraan anyaman atau tenunan
seperti hasil tenun yang di buat di Sumba. Di daerah Melolo (P. Sumba) ditemukan pula
periuk belanga yang berisikan tulang-tulang manusia.

Peninggalan-peninggalan prasejarah ini juga ditemukan didaerah Banyuwangi, Kelapa


Dua-Bogor, Kalumpang serta Minanga di Sulawesi, Gilimanuk di Bali dan juga penemuan
pada waktu peninggalan arkeologis di sekitar candi Borobudur dan di Trowulan-Mojokerto.
Termasuk juga peninggalan zaman Kerajaan Majapahit (abad 16 M) banyak di temukan bata-
bata dan genteng dari tanah liat yang dibakar sebagai bahan bangunan, namun juga benda-
benda seperti celengan. Pecahan-pecahan tembikar juga ditemukan di situs Batujaya, di
Karawang Jawa Barat. Ditemukan juga fragmen yang terbuat dari terracotta. Sesuai
penandaaan maka tembikar-tembikar ini ada pada abad ke 3 atau 4 masehi. Gambar tembikar
juga terdapat pada relief hiasan bangunan dan patung-patung, contohnya terdapat pada relief
candi Prambanan dan Borobudur. Keramik rakyat dari zaman ke zaman berkembang secara
evolusioner, demikian dengan bentuk dan teknik pengolahan serta pembakarannya.
Pembakaran dilakukan hanya dengan menggunakan daun-daun tau ranting-ranting pohon
yang telah kering.

2.2 Sifat Keramik


Sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis keramik
adalah britle atau rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik jenis tradisional seperti
barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah dan sebagainya, coba jatuhkan piring yang
terbuat dari keramik bandingkan dengan piring dari logam, pasti keramik mudah pecah,
walaupun sifat ini tidak berlaku pada jenis keramik tertentu, terutama jenis keramik hasil
sintering, dan campuran sintering antara keramik dengan logam. sifat lainya adalah tahan
suhu tinggi, sebagai contoh keramik tradisional yang terdiri dari tanah liat, flint, dan
feldspar tahan sampai dengan suhu 1200 C, keramik hasil rekayasa seperti keramik oksida
mampu tahan sampai dengan suhu 2000 C. Kekuatan tekan tinggi merupakan sifat yang
membuat penelitian tentang keramik terus berkembang.

2.3 Bahan Penyusun Keramik


Tiga bahan baku utama yang digunakan untuk membuat produk keramik klasik,
atau ‘triaksial’, adalah lempung, feldspar dan pasir. Lempung adalah aluminium silikat
hidrat yang tidak terlalu murni yang terbentuk sebagai hasil pelapukan dari batuan beku
yang mengandung feldspar sebagai salah satu mineral asli yang penting. Reaksinya dapat
dilukiskan sebagai berikut :

K2O.Al2SO3.6SiO2 + CO2 + 2H2O → K2CO3 + Al2O3.2SiO2.2H2O + 4SiO2

Ada sejumlah speises mineral yang disebut mineral lempung (clay mineral) yang
mengandung terutama campuran kaolinit (Al2O3.2SiO2.2H2O), montmorilonit
[(Mg,Ca)O.Al2O3.5SiO2.nH2O] dan ilit (K2O, MgO, Al2O3, SiO2.2H2O) masing-masing
dalam berbagai kuantitas. Dari sudut pandang keramik, lempung berwujud plastik dan
bias dibentuk bila cukup halus dan basah, kaku bila kering, dan kaca (vitreous) bila
dibakar pada suhu yang cukup tinggi. Prosedur pembuatannya mengandalkan kepada
sifat-sifat tersebut diatas.

Di dalam lempung yang diperdagangkan, disamping mineral lempung


terdapat pula feldspar, kuarsa dan berbagai ketidakmurnian seperti oksida-oksida besi,
semuanya dalam jumlah yang beragam. Dalam hampir semua lempung yang digunakan
di dalam industri keramik, mineral lempung dasar adalah kaolinit, walaupun lempung
bentonit yang berdasarkan atas montmorilonit digunakan juga sedikit untuk memberikan
sifat plastisitas yang sangat tinggi bila perlu. Sifat plastisitas ini sangat dipengaruhi oleh
kondisi fisik lempung, dan sangat berbeda-beda pada berbagai jenis lempung. Lempung
sangat beraneka ragam dalam sifat fisiknya, dan dalam kandungan ketidakmurniannya,
sehingga biasanya harus ditingkatkan mutunya terlebih dahulu melalui prosedur
benefisiasi.
Ada tiga jenis feldspar yang umum, yaitu potas (K2O.Al2O3.SiO2), soda
(NaO.Al2O3.6SiO2), batua gamping (CaO.Al2O3.6SiO2), yang semuanya dipakai dalam
produk keramik. Feldspar sangat penting sebagai pemberi sifat fluks dalam formulasi
keramik. Feldspar bias terdapat di dalam lempung hasil penambangan, atau bisa juga
ditambahkan sesuai keperluan.

Penyusun keramik yang ketiga yang penting adalah pasir atau flin (flint).
Sifat-sifatnya yang penting dari segi industri keramik ditunjukkan pada table berikut :
Tabel 1.1

Pasir
Kaolinit Feldspar (Flin)
Rumus Al2O3.2SiO2.2H2O K2O.Al2O3.6SiO2 SiO2
Non
Plastisitas Plastik Non plastik plastik
Fusibilitas (keleburan) Refraktori Perekat mudah lebur Refraktori
Titik cair 1785oC 1150oC 1710oC
Ciut pada pembakaran Sangat ciut Lebur Tidak ciut
3 BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Keramik adalah salah satu hasil kerajinan tertua yang ada di muka bumi. Hal ini dapat
ditemukan dalam penemuan benda-benda purbakala yang tertanam di dalam tanah.

Sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis keramik
adalah britle atau rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik jenis tradisional seperti barang
pecah belah, gelas, kendi, gerabah dan sebagainya, coba jatuhkan piring yang terbuat dari
keramik bandingkan dengan piring dari logam, pasti keramik mudah pecah, walaupun sifat
ini tidak berlaku pada jenis keramik tertentu, terutama jenis keramik hasil sintering, dan
campuran sintering antara keramik dengan logam. sifat lainya adalah tahan suhu tinggi,
sebagai contoh keramik tradisional yang terdiri dari tanah liat, flint, dan feldspar tahan
sampai dengan suhu 1200 C, keramik hasil rekayasa seperti keramik oksida mampu tahan
sampai dengan suhu 2000 C.

Tiga bahan baku utama yang digunakan untuk membuat produk keramik klasik, atau
‘triaksial’, adalah lempung, feldspar dan pasir.

3.2 Saran
Dengan adanya tugas tentang materi polymer yang telah diberikan oleh bapak dosen.
Dapat menambah dan mengembangkan wawasan mahasiswa tentang pengertian polimer,
penggolongan polimer, macam-macam polimer dan lain - lain. Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, mohon kritik dan saran dari pembaca.
4 BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/366996574/Sejarah-Keramik-Dunia-Revisi-Kembali

https://id.wikipedia.org/wiki/Keramik

https://materialengineeringranggaagung.wordpress.com/2018/.../pembentukan-kerami...

Anda mungkin juga menyukai