Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)

Vol. 10 No. 1, Juni 2018

Gambaran Kestabilan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir Yang Dilakukan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) (Di Ruang Mina RS Muhammadiyah Tuban)
1
Umu Qonitun, 2Sri Utaminingsih
1
Dosen Prodi DIII Kebidanan STIKES Nahdlatul Ulama Tuban
2
Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan STIKES Nahdlatul Ulama Tuban

ABSTRAK
Hipothermia adalah suhu bayi < 36,5°C. Disamping sebagai suatu gejala, hipothermia dapat
merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. Salah satu cara pencegahan hipothermia
pada bayi baru lahir adalah dengan penerapan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Oleh karena itu penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kestabilan suhu tubuh bayi baru lahir yang dilakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berdasarkan suhu sebelum dilakukan IMD dan suhu sesudah dilakukan
IMD di Ruang Mina RS Muhammadiyah Tuban.
Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif.Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh bayi baru lahir normal yang dilakukan IMD bulan Mei 2018 sebanyak 29 bayi, sedangkan
sampelnya yaitu sebagian bayi baru lahir normal yang dilakukan IMD yang memenuhi kriteria inklusi
sebanyak 29 bayi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan sampel diambil
dari hasil observasi (data primer) yang ditulis dalam lembar observasi dengan menggunakan instrumen
penelitian berupa thermometer axilla digital. Data di analisis dengan analisa univariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya sebanyak 25 (86, 21%) bayi baru
lahir sebelum dilakukan IMD mempunyai suhu yang tidak stabil, dan seluruhnya sebanyak 29 (100%)
bayi baru lahir sesudah dilakukan IMD mempunyai suhu yang stabil.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sangat
efektif untuk membantu kestabilan suhu tubuh bayi baru lahir dengan harapan hipotermia dapat
dicegah sedini mungkin, untuk itu diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan dapat menerapkan
Inisiasi Meyusu Dini (IMD) pada semua bayi baru lahir sesuai dengan prosedur.

Kata Kunci : Kestabilan Suhu Bayi Baru Lahir, Inisiasi Menyusu Dini

ABSTRACT
Hypothermia is an infant temperature < 36,5 °C. Aside from being a symptom, hypothermia
can be the beginning of disease that ends in death. One of the ways of preventing hypothermia in
neonatus is by applying early initiation breastfeeding. This resarch had aim to description
termoregulator neonatus stability that applied early initiation breast feeding base on before and after
temperature of neonatus at Mina ward Muhammadiyah Hospital Tuban.
Design of this research used descriptive design. Population of this researh was normal new
baby born delivery was appliying early initiation breastfeeding on May 2018 (29 baby). The sample
was normal newborn baby delivery that equall with inclution category (29 baby). Sampling technique
used purposive sampling and the sample is taken from observation (primary data) written in
observation sheet using the research instrument in the form of axilla digital thermometer. Data were
analyzed by univariate analysis.
Result of this research show nearly all as much 25 (86,21%) new born baby before applied
early initiation breast feeding had unstabil body temperature. All as much 29 (100%) new born baby
after applied early initiation breast feeding had stabil body temperature.
Research conclutions early initiation breast feeding efective to support stability of newborn
baby temperature whith aimed hypotermia could early prevention. Resercher hope every health
provider specially midwife could apply early initiation breast feeding to all neonatus as well as SOP.

Key Word: Stability New Baby Born Temperature, Early Initiation Breast Feeding

25
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 1, Juni 2018

PENDAHULUAN Adapun mekanisme atau proses


Sebagian besar dari masalah bayi baru penurunan suhu pada BBL, yaitu segera
lahir adalah spesifik timbul pada periode setelah dilahirkan, suhu BBL akan turun. Bayi
perinatal. Masalah-masalah ini bukan hanya yang masih basah bisa kehilangan panas cukup
bisa menyebabkan kematian, tetapi juga banyak untuk membuat suhu tubuhnya turun
besarnya angka kecacatan dan angka penyakit. sampai sebanyak 2-4°C (3,6 - 7,2°C). Karena
Masalah ini salah satunya disebabkan oleh dalam keadaan basah, maka bayi tersebut akan
kebersihan yang tidak terjaga selama proses kehilangan sebagian besar panas tubuhnya
kelahiran, kurangnya asuhan BBL serta asuhan melalui penguapan (evaporasi) dari permukaan
yang pilih kasih. Kematian dikalangan bayi kulit yang basah, persentuhan dengan benda-
baru lahir sudah demikian seringnya hingga hal benda yang dingin (konduksi), persentuhan
tersebut diterima sebagai suatu hal yang rutin dengan udara dingin (konveksi), atau
oleh masyarakat (WHO, 1996 : 11-2). persentuhan dengan benda-benda yang bersuhu
Seperti yang terjadi dihampir semua lebih rendah di sekitarnya (radiasi) (WHO,
negara didunia, kesehatan bayi cenderung 1993 : 10-7).
kurang mendapat perhatian dibandingkan Penurunan suhu pada bayi tersebut
umur-umur lainnya. Padahal data WHO (2002) terjadi pada menit-menit ke 10-20 setelah
menunjukkan angka tersebut sangat kelahiran. Hal ini disebabkan oleh
memprihatinkan, yang dikenal dengan ketidakmampuan bayi untuk menghasilkan
“Fenomena 2/3” yaitu 2/3 kematian bayi (umur panas yang cukup untuk mengimbangi
0-1 tahun) terjadi pada masa neonatal (BBL 0- hilangnya panas saat kelahiran. Selain itu suhu
28 hari), dan 2/3 kematian pada masa neonatal dingin dan luar permukaan yang lebih besar
dini terjadi pada hari pertama. Oleh karena itu dibandingkan dengan tubuhnya yang kecil
1 minggu pertama dari kelahiran adalah masa serta kepalanya yang secara proporsional lebih
yang paling kritis bagi kehidupan seorang bayi besar, juga bisa menyebabkan turunnya suhu
(Kokom, 2007). Berdasarkan data pada bayi (WHO, 1993 : 10-7).
WHO, di Indonesia sebanyak 100.454 bayi 0- Adapun dampak atau konsekuensi dari
28 hari (neonatal) meninggal setiap tahun. Ini hipothermia biasanya sangat parah. BBL yang
berarti 275 neonatal meninggal setiap hari, hipothermia akan menderita hipoglycemia
atau lebih kurang 184 neonatal dini meninggal (gula darah rendah) serta asidosis metabolis,
setiap hari, atau setiap 1 jam 8 bayi neonatal sebab mereka akan mencoba untuk
dini meninggal, atau setiap 7,5 menit 1 bayi menghasilkan panas guna mempertahankan
neonatal dini meninggal (Kokom, 2007). suhu tubuhnya. Bila terjadi hipoglycemia berat
Kematian neonatal dini yang telah akan menyebabkan gagal kegawatan
disebutkan sebelumnya lebih banyak pernafasan serta penggumpalan darah yang
disebabkan secara langsung karena asfiksia, abnormal. BBL yang menderita cedera dingin
infeksi (sepsis dan infeksi saluran pernafasan), dan hipothermia akan menghadapi resiko yang
prematuritas dan hypothermia (Kokom, 2007). lebih tinggi lagi terkena infeksi, penguningan
Meskipun hanya sedikit sekali dan hampir (jaundice), serta pulmonaria hemorrhage
tidak ada data yang tersedia mengenai berapa (perdarahan paru-paru). BBL dengan
banyak kematian BBL yang disebabkan hipothermia akan lebih besar kemungkinannya
hipothermia, namun hipothermia pada BBL meninggal dibanding dengan BBL yang tidak
merupakan masalah dunia, bahkan di wilayah mengalami hypothermia (WHO, 1993 : 10-8)
yang beriklim panas ataupun tropis. Karena Berdasarkan data yang ada di Dinas
BBL yang menderita hipothermia segera Kesehatan Kabupaten Tuban, pada tahun 2014
setelah lahir kemungkinan mengalami terdapat 186 kematian bayi diantara 16.995
hipothermia selama 24 jam berikutnya. Selain kelahiran hidup di Kabupaten Tuban atau AKB
itu, BBL yang mengalami asfiksia saat lahir (dilaporkan) sebesar 11 per 1.000 kelahiran
juga akan lebih besar kemungkinannya untuk hidup dan semuanya itu salah satunya
mengalami hipothermia dan pada akhirnya disebabkan oleh hypothermia. Berdasarkan
akan memperparah asfiksia bayi (WHO, 1996 : survei awal di RS Muhammadiyah Tuban
11-3). didapatkan 20 BBL, ternyata ada 9 BBL yang
mengalami hypothermia. Adapun
26
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 1, Juni 2018

pendistribusiannya adalah bayi dengan suhu Distribusi Frekuensi Responden


<36°C (hipothermia) ada ± 8 bayi (40%), suhu Berdasarkan Suhu Bayi Baru Lahir
antara 36,5 - 37,5°C (normal) ada ± 10 bayi Sebelum Dilakukan IMD Di Ruang
(50%), suhu >37,5°C (hiperthermia) ada ± 2 Mina RS Muhammadiyah Tuban
bayi (10%). No. Suhu Bayi sebelum f %
Untuk pencegahan hipothermia pada dilakukan IMD
BBL bisa dilakukan dengan cara Inisiasi 1. Stabil (36,5-37,5°C) 4 13,79
Menyusu Dini (IMD) yaitu dilakukan segera Tidak stabil (<36,5°C
setelah bayi lahir, kemudian bayi dikeringkan 2. / >37,5°C) 25 86,21
kecuali kedua telapak tangan dan diletakkan Total 29 100
didada ibu untuk skin to skin selama minimal Sumber : Data Primer, 2017
satu jam. Dada ibu sebagai stabilisator suhu x̅ : 36,2°C Me : 36,3°C Mo : 36,4°C
yang dapat menghangatkan tubuh bayi yang Menunjukkan bahwa hampir
beresiko kedinginan karena adaptasi dengan seluruhnya sebelum dilakukan IMD
udara luar kandungan pasca bersalin (Vivian, sebanyak 25 (86, 21%) bayi baru lahir
2010).
mempunyai suhu yang tidak stabil
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa terdapat 40% BBL yang mengalami (<36,5°C / >37,5°C).
hypothermia di RS Muhammadiyah Tuban.
Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui 2. Kestabilan Suhu Tubuh Bayi Baru
bagaimana gambaran kestabilan suhu tubuh Lahir Sesudah Dilakukan IMD
bayi baru lahir yang dilakukan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) di Ruang Mina RS Distribusi Frekuensi Responden
Muhammadiyah Tuban. Berdasarkan Suhu Bayi Baru Lahir
Sesudah Dilakukan IMD Di Ruang
METODE DAN BAHAN Mina RS Muhammadiyah Tuban
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dimana peneliti hanya bermaksud No. Suhu Bayi sesudah f %
mendiskripsikan (memaparkan) tentang dilakukan IMD
gambaran kestabilan suhu tubuh bayi baru lahir 1. Stabil (36,5-37,5°C) 29 100
yang dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Tidak stabil
2. (<36,5°C / >37,5°C) 0 0
Populasi pada penelitian ini berjumlah
Total 29 100
29 bayi. Sampel pada penelitian ini berjumlah
29 bayi. Tehnik pengambilan sampel purposive Sumber : Data Primer, 2017
sampling yaitu metode penetapan sampel x̅: 36,7°C Me : 36,7°C Mo : 36,8°C
dengan memilih beberapa sampel tertentu yang Menunjukkan bahwa seluruhnya
dinilai sesuai dengan tujuan atau masalah sesudah dilakukan IMD sebanyak 29
penelitian dalam sebuah populasi (Nursalam, (100%) bayi baru lahir mempunyai suhu
2008). yang stabil (36,5-37,5°C).
Alat pengumpulan data pada penelitian
ini adalah Thermometer Axilla Digital.Analisa PEMBAHASAN
data penelitian ini menggunakan analisa Identifikasi Kestabilan Suhu Tubuh
univariat.
Bayi Baru Lahir Sebelum Dilakukan
HASIL DAN IMD
PEMBAHASANPENELITIAN Sebelum dilakukan IMD terdapat
Penelitian ini dilakukan di Ruang 25 bayi baru lahir yang hampir seluruhnya
Mina RS Muhammadiyah Tuban. Responden memiliki suhu tidak stabil dan hanya
pada penelitian ini adalah sebagian bayi baru terdapat 4 bayi baru lahir yang sebagian
lahir normal yang dilakukan IMD yang kecil memiliki suhu stabil.
memenuhi kriteria inklusi. Penurunan suhu pada bayi baru
DATA KHUSUS lahir terjadi pada menit-menit ke 10-20
1. Kestabilan Suhu Tubuh Bayi Baru setelah kelahiran. Bayi yang masih basah
Lahir Sebelum Dilakukan IMD bisa kehilangan panas tubuh yang cukup
banyak untuk membuat suhu tubuhnya
27
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 1, Juni 2018

turun sebanyak 2 – 4 °C (3,6 – 7,2 °F). Hal keadaan tersebut apabila tidak ditangani
ini disebabkan oleh ketidakmampuan bayi bisa menyebabkan bayi mengalami
untuk menghasilkan panas yang cukup hipothermia,apabila hipothermia ini terjadi
untuk mengimbangi hilangnya panas saat maka dibutuhkan penanganan segera agar
kelahiran (WHO, 1993). tidak terjadi komplikasi yang lebih lanjut
Pada ruang bersalin dengan suhu 20 dengan cara dilakukan penerapan Inisiasi
- 25°C suhu kulit bayi akan turun 0,3°C Menyusu Dini (IMD) sesaat setelah bayi
dan suhu tubuh bagian dalam turun 0,1°C. lahir dan dilakukan minimal 1 jam, karena
Selama periode dini setelah bayi lahir cara tersebut dianggap sebagai cara yang
biasanya bayi akan kehilangan panas paling sederhana dan mudah dilakukan,
kumulatif 2 - 3°C. Kehilangan panas ini sehingga diharapkan dapat meningkatkan
terjadi melalui konveksi, konduksi, radiasi suhu pada bayi baru lahir.
dan evaporasi ( Nelson, 2008).
Selain itu bayi baru lahir juga akan Identifikasi Kestabilan Suhu Tubuh
kehilangan sebagian besar panas tubuhnya Bayi Baru Lahir Sesudah Dilakukan
melalui peristiwa evaporasi, konduksi, IMD
konveksi dan radiasi (WHO, 1993). Sesudah dilakukan IMD seluruh
Tingginya jumlah bayi baru lahir bayi baru lahir memiliki suhu stabil dan
yang memiliki suhutidak stabil di Ruang tidak satupun bayi yang suhunya tidak
Mina RS Muhammadiyah Tuban yaitu stabil.
sebesar 25 (86, 21%) bayi, keadaan Suhu dada ibu dapat menyesuaikan
tersebut terjadi karena bayi baru lahir suhu ideal yang diperlukan bayi, yaitu
mengalami adaptasi dari suhu didalam dapatturun 10 derajat dan naik sampai 20
uterus ke suhu lingkungan luar yang derajat Celsius, sehingga dapat
disebut dengan termoregulasi. Segera menurunkanresiko hipotermia dan
setelah bayi lahir, bayi akan berada di menurunkan kematian bayi akibat
tempat yang lingkungannya lebih rendah kedinginan.
dari lingkungan dalam rahim. Selain itu, Bayi berada dalam suhu yang aman jika
ada faktor lain yang mempengaruhi suhu melakukan kontak kulit dengan ibu. Suhu
tubuh bayi yaitu faktor lingkungan seperti payudara ibu akan meningkat 0,5 derajat
ruangan persalinan, dimana saat bayi lahir dalam dua menit jika bayi diletakkan di
AC tidak dimatikan sehingga bayi dapat dada ibu (Maryunani, 2012).
kehilangan panas suhu tubuhnya melalui Berdasarkan hasil penelitian Dr.
konveksi yaitu kehilangan panas yang Niels Bergman (2005) ditemukan bahwa
terjadi pada bayi saat terpapar dengan suhu dada ibu yang melahirkan menjadi
udara sekitar yang lebih dingin contohnya 1°C lebih panas dari suhu dada ibu yang
angin dari kipas angin dan penyejuk tidak melahirkan. Jika bayi yang
ruangan tempat bersalin (AC). Apabila diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu
bayi dibiarkan bayidapat kehilangan panas dada ibu akan turun 1°C. Jika bayi
melalui empat mekanisme yaitu konveksi, kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat
konduksi, radiasi, dan evaporasi, untuk 2°C untuk menghangatkan bayi. Jadi dada
mengurangi kehilangan panas tersebut ibu merupakan tempat yang terbaik bagi
diatas dapat ditanggulangi dengan bayi yang baru lahir dibandingkan tempat
mengatur suhu lingkungan, membungkus tidur yang canggih dan mahal.Kulit ibu
badan bayi dengan kain hangat dan bersifat termoregulator atau termal
mempersiapkan tempat kelahiran yang sinchrony bagi suhu bayi, dimana ibu
hangat untuk meminimalkan kehilangan menghangatkan suhu tubuh bayi dengan
panas pada bayi baru lahir. tepat selama merangkak mencari payudara,
Bayi baru lahir akan cenderung dan ini akan menurunkan kematian karena
mengalami penurunan suhu tubuh karena kedinginan.
harus beradaptasi dengan suhu lingkungan,
28
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 1, Juni 2018

Bayi yang dilakukan IMD berada tujuan khusus dapat disimpulkan sebagai
dalam suhu yang aman. Karena suhu berikut :
payudara ibu meningkat 0,5 °C dalam dua 1. Hampir seluruhnya bayi baru lahir
menit jika bayi diletakkan di dada ibu memiliki suhu tidak stabil sebelum
(Roesli, 2012). dilakukan Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi menyusu dini (early (IMD) di Ruang Mina RS
initiation) adalah proses bayi baru lahir Muhammadiyah Tuban.
mencari puting susu ibu secara mandiri 2. Seluruhnya bayi baru lahir
dengan teknik skin to skin antara kulit ibu memiliki suhu stabil sesudah
dan bayi minimal selama satu jam segera dilakukan Inisiasi Menyusu Dini
setelah lahir (Saleha, 2009). (IMD) di Ruang Mina RS
Setelah dilakukan Inisiasi Menyusu Muhammadiyah Tuban.
Dini (IMD) semua bayi baru lahir memiliki
suhu tubuh stabil di Ruang Mina RS SARAN
Muhammadiyah Tuban yaitu sebesar 29 1. Bagi Institusi
bayi (100%), hal ini disebabkan karena Supaya memperkenalkan dan
dada ibu berfungsi sebagai stabilisatorbagi digunakan untuk menambah bahan
bayi, sehingga dalam pelaksanaannya acuan dan pengembangan
keterlibatan ibu sangat berperan aktif, pengetahuan terhadap ilmu
dimulai sejak awal sebagai pemberi kebidanan dalam menangani
pelayanan untuk bisa memenuhi kebutuhan masalah suhu tubuh bayi baru lahir.
fisik dan emosionalnya. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Suhu tubuh bayi baru lahir setelah Hasil penelitian ini dapat
pelaksanaan IMD berada dalam keadaan digunakan sebagai bahan acuan dan
stabil, ibu tampak lebih tenang dan bahagia salah satu pedoman dalam
dengan kehadiran bayi didekapannya. melakukan penelitian selanjutnya
Dada ibu yang melahirkan mampu mengenai kestabilan suhu sebelum
mengontrol kehangatan kulit dadanya dan sesudah dilakukan Inisiasi
sesuai kebutuhan tubuh bayinya, hal ini Menyusu Dini (IMD), serta
membuat bayi akan berada pada suhu mencari dan melengkapi sumber-
tubuh yang optimal sehingga bayi merasa sumber referensi lainnya yang
lebih tenang dan nyaman, tidak hanya memperkuat dan memperbanyak
memberikan keuntungan untuk mencegah populasi sehingga hasil yang terkait
hipotermi saja, keadaan emosional ibu dan dengan suhu bayi baru lahir dapat
bayi atau ikatan kasih sayang (bonding) diketahui lebih akurat.
antara ibu dan bayi terjalin dengan baik, 3. Bagi Lahan Praktik
hal ini akan memberikan dampak yang Hasil penelitian ini diharapkan
besar untuk perkembangan bayi, karena dapat digunakan sebagai masukan
ikatan kasih sayang telah terjalin dengan dan menambah wawasan tentang
baik, yang pada akhirnya hal tersebut dapat bagaimana manfaat Inisiasi
memberikan kontribusi positif dalam Menyusu Dini (IMD) bagi
meningkatkan kemampuan hidup bayi dan kestabilan suhu tubuh bayi baru
mengembangkan kualitas hidupnya. lahir, serta diharapkan agar Inisiasi
Menyusu Dini tetap diterapkan
KESIMPULAN pada semua bayi baru lahir sesuai
Hasil penelitian yang berjudul dengan prosedur dan untuk
“Gambaran Kestabilan Suhu Tubuh Bayi meminimalkan kehilangan panas
Baru Lahir yang Dilakukan Inisiasi pada bayi karena faktor lingkungan
Menyusu Dini (IMD) Di Ruang Mina RS diharapkan ruangan persalinan
Muhammadiyah Tuban”, sesuai dengan tetap hangat untuk itu saat bayi

29
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 1, Juni 2018

lahir penyejuk ruangan (AC) agar Nurheti. 2009. Keajaiban ASI , Yogyakarta
dimatikan. : Andi Offset

DAFTAR PUSTAKA Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan


Metodologi Penelitian Ilmu
Arifin, Sirengar. 2008. Pemberian ASI Keperawatan. Jakarta : Salemba
Eksklusif dan Faktor-faktor yang Medika
Mempengaruhinya. Sumatera utara :
Universitas Sumatera utara Potter, P.A. & Perry. A.G.2008. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan :
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi
Jakarta : Rineka Cipta 4, Volume II. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
2015. SDKI. Jakarta : Badan Pusat Prawirohardjo
Statistik
Roesli, Utami. 2007. Inisiasi Menyusu Dini
Depkes, RI. 2015. Profil Kesehatan Plus ASI Ekslusif Cetakan I. Jakarta
Indonesia Rakorpop Kementerian : Pustaka Bunda
Kesehatan RI Jakarta, 1 Desember
2015. Jakarta : Depkes Rosita, S. 2008. ASI Untuk Kecerdasan
Bayi. Yogyakarta: Ayyana
Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Saleha, Sitti. 2009.Asuhan Kebidanan
Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika
Kemenkes, RI. 2011. Penelitian IMD.
Jakarta : Depkes Siswosuharjo, Suwignyo & Fitria
Chakrawati. 2010. Panduan
Kokom (2007). Kematian Bayi. Akses Superlengkap Hamil Sehat.
Rabu 3 Januari 2007. Semarang : PENEBAR Plus +
http://www.goegle.com
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian
Latif, Abdul. 2007. Pendidikan Berbasis Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Kemasyarakatan. Bandung : Refika
Aditama Tambayong. 2007. Anatomi Fisiologi
Untuk Keperawatan. Jakarta :
Maryunani, Anik. 2012. Inisiasi Menyusu Rineka Cipta
Dini, ASI eksklusif, dan Manjemen
Laktasi. Jakarta : Trans Info Media Vivian, Nanny Lia. 2010. Asuhan
Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Nazir, Moh. 2007. Metode Penelitian. Jakarta : Salemba Medika
Jakarta : Ghalia Indonesia
WHO / UNICEF. Initiation Of
Nelson, Behmen Dkk. 2008. Ilmu Breasfeeding By Breast Crawl. New
Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Vol Delhi : Unicef
2. Jakarta : EGC
WHO (1996). Essential Newborn Care.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi WHO/FRH/MSM/96.13.
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta

30
Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan ISSN 2086-2792 (Print)
Vol. 10 No. 1, Juni 2018

WHO (1993). Thermal Control Of The


Newborn: A Practical Guide.
WHO/FHE/MSM/93.2.

WABA. 2008. Pedoman Pelaksanaan


Pekan ASI Sedunia, Worlk Alliances
For Breastfeeding Action (WABA).
Jakarta : Depkes

31

Anda mungkin juga menyukai