Laporan Mekflu
Laporan Mekflu
KELOMPOK 2
UNIVERSITAS MUSAMUS
FAKULTAS TEKNIK
2019
Disusun oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Mekanika Fluida ini
tentang “Analisa Saluran Air di Drainase Parako” tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, namun dalam
penulisan ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi terciptanya
laporan yang lebih baik.
Kelompok 2
i
3 DAFTAR ISI
LAMPIRAN .......................................................................................................... 15
ii
iii
4 BAB I
1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Mengetahui seberapa besar debit air yang mengalir pada lokasi
tersebut.
1
Mengetahui apakah jenis aliran tersebut laminer, transisi atau turbulen.
Mengetahui kondisi atau pengaruh saluran dengan kecepatan di lokasi
tersebut.
1.4 Manfaat
Sebagai referensi untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai mata kuliah mekanika fluida dalam hal menganalisa debit air dan
mencari bilangan reynolds pada drainase di Jalan Parako, Distrik Merauke
Kabupaten Merauke.
2
4 BAB II
2 TINJAUAN PUSTAKA
3
menentukan dynamic similitude. Jika dua pola aliran yang mirip secara
geometris, mungkin pada fluida yang berbeda dan laju alir yang berbeda
pula, memiliki nilai bilangan tak berdimensi yang relevan, keduanya disebut
memiliki kemiripan dinamis.
Rumus bilangan Reynolds umumnya adalah sebagai berikut:
𝑽 ∙(𝟒𝑹)
Dimana: 𝑹𝒆 =
v
Re–bilangan renolds
V – kecepatan rata- rata fluida,
R – jari-jari hidrolik,
v – viskositas absolut fluida kinematik,
Fluida ada 2 macam, yaitu cairan dan gas. Watak dari fluida adalah
mengalir, mengisi ruangan yang mewadahinya. Beberapa diantara sifat-sifat
fluida adalah:
4
1. Densitas (massa jenis) dan berat spesifik: Densitas adalah massa per
satuan volume, sedangkan berat spesifik adalah berat per satuan
volume.
2. Tekanan: Dalam hal ini, ada tekanan absolut dan ada juga tekanan
alat ukur (gauge pressure). Yang disebut terakhir tidak lain adalah
tekanan absolut dikurangi tekanan atmosfir (1 atm). Tekanan fluida
biasanya diukur dengan manometer (cairan) atau barometer (gas).
3. Temperatur (suhu), panas spesifik (specific heat), konduktivitas
termal, dan koefisien ekspansi termal: Panas spesifik adalah jumlah
energi panas yang diperlukan untuk menaikkan satu satuan massa
sebesar satu derajat. Konduktivitas termal menunjukkan kemampuan
fluida untuk menghantarkan (mengkonduksikan) panas. Sedangkan
koefisien ekspansi termal menghubungkan antara temperatur dan
densitas pada tekanan konstan.
4. Compressibility: Dalam hal ini, fluida bisa dibagi menjadi
compressible fluid dan incompressible fluid. Secara umum, cairan
bersifat incompressible sedangkan gas bersifat compressible.
Kemampuan suatu fluida untuk bisa dikompresi biasanya dinyatakan
dalam bulk compressibility modulus. Istilah compressible fluid dan
incompressible fluid hendaknya dibedakan dengan istilah
compressible flow dan incompressible flow. Compressible flow
adalah aliran dimana densitas fluidanya tidak berubah didalam
medan aliran (flow field), misalnya aliran air. Sedangkan
incompressible flow adalah aliran dimana densitas fluidanya berubah
didalam medan aliran, misalnya aliran udara.
5. Viskositas: menunjukkan resistensi satu lapisan untuk meluncur
(sliding) diatas lapisan lainnya. Definisi lain dari viskositas dikaitkan
dengan ada tidaknya geseran (shear). Dengan demikian, viskositas
berhubungan langsung dengan besarnya friksi dan tegangan geser
yang terjadi pada partikel-partikel fluida. Dalam hal ini, fluida bisa
dibedakan menjadi viscous fluid dan inviscid fluid (kadangkala
5
disebut juga nonviscous fluid atau frictionless fluid). Sebetulnya,
semua fluida pasti memiliki viskositas betapapun kecilnya. Namun
ketika viskositasnya sangat kecil dan bisa diabaikan, maka biasanya
diasumsikan sebagai inviscid fluid. Fluida yang berada didalam lapis
batas (boundary layer) biasanya diperlakukan sebagai viscous,
sedangkan fluida yang berada diluar lapis batas diperlakukan sebagai
inviscid. Fluida yang berada dalam lapis batas, sebagai akibat dari
sifat viskositasnya, akan membentuk gradien kecepatan. Pada fluida
Newtonian, gradien kecepatan berubah secara linier (membentuk
garis lurus) terhadap besarnya tegangan geser. Sebaliknya, pada
fluida non-Newtonian, hubungan antara gradien kecepatan dan
besarnya tegangan geser tidaklah linier.
6
5 BAB III
3 METODOLOGI PRAKTIKUM
1. 1 buah meteran
2. 1 buah stopwatch
3. Potongan sendal sebagai pelampung
4. Tongkat duga
5. Alat-alat tulis
6. Alat pengukur suhu (termometer)
7. Kamera
7
Penentuan lokasi oleh dosen pengampuh mata kuliah Mekanika Fluida yaitu
Bapak Drs. Abner Doloksaribu, MT. Menentukan kami untuk melakukan
pengukuran di drainase Parako. Selanjutnya kami mendatangi tempat
tersebut, melakukan pengukuran panjang lintasan yang akan ditinjau (kami
meninjau sepanjang 60 meter dengan titik tinjau per 20 meter), menghitung
lebar penampang bagian atas dan bawah, mengukur kedalaman saluran
dengan tongkat duga, melepaskan pelampung dan menghitung kecepatan
aliran, lalu melakukan pengolahan data.
8
Gambar 1. Pengukuran Ketinggian Penampang
9
Gambar 3. Pencatatan Kecepatan Aliran pada 3 Titik Tinjau (Peninjauan
per 20 meter)
10
3.5 Hasil dan Pembahasan
A. HASIL
1. Data Penampang Saluran
A = 10,35 m2
Jarak Tempuh
Percobaan ke
20 m 40 m 60 m
6
1 267,21 detik 276,31 detik 281,57 detik
2 307,21 detik 306,17 detik 321,64 detik
3 327 detik 236,1 detik 291,9 detik
Kecepatan rata-rata 0,0222 m/s 0,0244 m/s 0,0223 m/s
Kecepatan rata-rata total : 0,0230 m/s
7
Berdasarkan landasan teori yang kami temukan dikatakan bahwa
“Aliran disebut subkritis apabila suatu gangguan (misalnya batu
dilemparkan ke dalam aliran sehingga menimbulkan gelombang) yang
terjadi di suatu titik pada aliran dapat menjalar ke arah hulu. Aliran subkritis
dipengaruhi oleh kondisi hilir, dengan kata lain keadaan di hilir akan
mempengaruhi aliran di sebelah hulu. Apabila kecepatan aliran cukup besar
sehingga gangguan yang terjadi tidak menjalar ke hulu maka aliran adalah
super kritis”.
8
Maka dapat dihitung:
𝐴 = 𝑏. ℎ + 𝑚. ℎ2
𝐴 = 10,35 𝑚2
𝑃 = 𝑏 + 2. ℎ√𝑚2 + 12
𝐴
𝑅=
𝑃
10,35
𝑅=
9,45
𝑅 = 1,09 𝑚
9
𝐴
𝐷=
𝑇
10,35
𝐷=
9,30
𝐷 = 1,11 𝑚
2. Debit Air
𝑄=𝑉𝑥𝐴
Q = 0,23805 m3/s
3. Bilangan Reynolds
10
Bilangan Reynold adalah bilangan yang tidak mempunyai
dimensi, yang menyatakan perbandingan gaya-gaya inersia terhadap
gaya-gaya kekentalan.
Untuk nilai
𝑽 ∙(𝟒𝑹)
𝑹𝒆 = dengan niai suhu air 28°C
v
28−20
X= 1,007 x 10-6 + ( ) (0,804 x 10-6 – 1,007 x 10-6)
30−20
8
X= 1,007 x 10-6 + ( ) (–0,203 x 10-6)
10
Re = 0,1187
4. Bilangan Froude
11
Parameter yang menentukan ketiga jenis aliran tersebut adalah
nisbah antara gaya gravitasi dan gaya inersia, yang dinyatakan dengan
bilangan Froude (Fr).
V
Fr
g.h
𝐹𝑟 = 0,0059
C. PEMBAHASAN
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang
tertentu(sungai, saluran, dll) per satuan waktu (m3/detik). Ada beberapa cara
untuk mengukur debit air yaitu dengan Emboys Float Method. Kami
melakukan penelitian di drainase Jalan Parako Merauke. Seperti yang
diketahui bahwa pintu air memiliki banyak manfaat dalam mengendalikan
debit air pada sungai atau drainase kota. Oleh karena itu pemantauan
volume dan debit air sangat penting dilakukan dalam rangka pengendalian
banjir serta pengendalian debit air saat kemarau.
Rumus yang digunakan untuk menghitung debit air :
Q=VxA
Dimana : V = Kecepatan aliran (m/detik)
A = Luas penampang (m2)
12
pada saluran air ini memiliki aliran yang laminer serta terjadi pendangkalan
saluran (terdapat banyak sampah dan tumpukan lumpur di dasar
saluran).Kedalaman menyatakan dimana letak dasar perairan, oleh karena
itu menjadi suatu hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengukuran
debit air. Kedalaman perairan adalah jarak vertikal dari permukaan sampai
ke dasar perairan yang biasanya dinyatakan dalam meter (Ghalib, 1996).
Dalam hidrolika dan mekanika fluida bilangan Reynolds adalah rasio
antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (µ/L) yang mengkuantitatif
hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu.Bilangan
ini digunakan untuk mengidentifikasi jenis aliran, apakah laimner atau
turbulen. Bilangan Reynolds pada aliran ini adalah 0,1187 sehingga aliran
dapat dikatakan laminer.
13
6 BAB IV
4 PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan maka didapat kesimpulan bahwa
debit air adalah hasil pengukuran di lapangan dan luas penampang adalah
hasil pengukuran di lapangan. Pengukuran debit dilakukan dengan
menggunakan rumus Q = V x A = 0,23805 m3/s.
Sesuai hasil pembahasan maka jenis aliran adalah laminer dan bersifat
subkritis (mengalir).
4.2 Saran
Dengan adanya tugas laporan survei drainase yang telah diberikan
oleh bapak dosen dapat menambah dan mengembangkan wawasan
mahasiswa tentang cara perhitungan debit aliran, jenis aliran, dan pengaruh
geometri terhadap kecepatan aliran.
14
5 LAMPIRAN
15
16
6 DAFTAR PUSTAKA
http://debitairlimbong.blogspot.in/2011/12/laporan-debit-air.html?m=1. Laporan
Debit Air. Diakses tanggal 7 Desember 2015
www.tempo.co/read/news/2014/11/22/083623592/Pintu-Air-Manggarai-
Dibangun-Apa-Manfaatnya. Pintu Air Manggarai Dibangun Apa Manfaatnya.
Diakses tanggal 7 Desember 2015
https://mechanicals.wordpress.com/2014/03/23/fluida-dan-sifat-sifatnya/.
http://asagenerasiku.blogspot.co.id/2012/03/menentukan-debit-volume-dan-
waktu.html
http://turmudikemiri.blogspot.co.id/2016/01/bilangan-reynolds-reynolds-number-
dan.html
17