Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN TERNAK PERAH

Oleh :
ZUNI LISCHAYANTI
B1D 016 326
6 C2
KELOMPOK 3

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya berupa kesehatan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan
laporan praktikum sebagaiman mestinya, Sholawat serta salam kepada Baginda
Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan baik moril maupun moril dalam proses penulisan Laporan
Praktikum Manajemen Ternak Perah ini.
Saya menyadari bahwa Laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab
itu saya mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang nantinya dapat
dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan penyempurna dari laporan ini dan
semoga laporan ini berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.

Mataram, Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vi
ACARA 1. MANAJEMEN KESEHATAN..........................................................1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................2
1.1 Latar Belakang..........................................................................................2
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian..............................................................3
BAB II MATERI DAN METODE PRAKTIKUM.............................................4
3.1 Waktu dan Tempat Prsktikum...................................................................4
3.2 Materi praktikum......................................................................................4
3.3 Metode Praktikum.....................................................................................4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................5
4.1 Hasil Prsktikum........................................................................................5
4.2 Pembahasan praktikum.............................................................................6
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................9
5.1 Kesimpulan...............................................................................................9
5.2 Saran ........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
LAMPIRAN..........................................................................................................11
ACARA 2. MANAJEMEN PEMERAHAN.......................................................15
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................16
1.1 Latar Belakang........................................................................................16
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................................17
BAB II MATERI DAN METODE PRAKTIKUM...........................................19
3.1 Waktu dan Tempat Prsktikum.................................................................19
3.2 Materi praktikum....................................................................................19
3.3 Metode Praktikum...................................................................................19
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................20

iii
4.1 Hasil Prsktikum......................................................................................20
4.2 Pembahasan praktikum...........................................................................21
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................25
5.1 Kesimpulan.............................................................................................25
5.2 Saran ......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
LAMPIRAN..........................................................................................................27

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Pemerahan pada Kambing..................................................20


Gambar 2. Hasil pemerahan susu pada ternak kambing normal...................20
Gamber 3. Hasil pemerahan susu pada ternak kambing yang terserang
mastitis ..............................................................................................20
Gambar 4. Ternak kambing yang terserang mastitis klinis ............................21
Gambar 5. Ternak kambing yang terserang mastitis akut .............................21

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Identifikasi Kambing Perah ..................................................................5


Tabel 2. Penanganan kesehatan pada ternak yang telah diidentifikasi............6

vi
ACARA I
Manajemen Kesehatan

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Industri peternakan kambing perah merupakan suatu usaha ternak
ruminansia kecil yang dalam pemeliharaannnya bertujuan untuk
menghasilkan susu sebagai produksi utama. Pengembangan usaha peternakan
kambing perah disenangi oleh masyarakat karena membutuhkan modal yang
lebih sedikit dibandingkan dengan sapi perah, selain itu juga kualitas dari
susu kambing perah yang sangat baik dalam mencegah terjadinya penyakit
(Sodiq dkk, 2009). Kualitas dan kuantitas produksi susu ternak dapat
dipengaruhi oleh faktor fisiologi dan lingkungan tempat pemeliharaan ternak.
Faktor fisiologis meliputi bangsa, tingkat laktasi, estrus, kebuntingan, interval
beranak dan umur ternak, sedangkan faktor lingkungan dipengaruhi oleh
pakan, masa kosong atau kering, kondisi induk saat beranak, frekuensi
pemerahan, interval pemerahan, suhu dan kelembaban lingkungan, penyakit
yang menyerang ternak dan obats-obatan yang digunakan selama
pemeliharaan (Mardalena, 2008).
Keadaan ternak mempengaruhi produktivitasnya sehingga memerlukan
perhatian lebih khusus dalam pemeliharaaan agar terhindar dari penyakit.
Penyakit menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkan produktivitas
ternak dan juga usaha peternakan yang dijalani. Pencegahan perlu dilakukan
terhadap ternak yang sakit karena dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan, dewasa kelamin atau umur beranak pertama dapat terlambat,
saya reproduksi terganggu, efisiensi pakan rendah, meningkatkan jumlah
kematian dan penurunan produksi ternak kambing (Sulilawati, 2013).
Kambing yang terserang penyakit merupakan hal yang sangat merugikan
bagi usaha peternakan, oleh karena itu diperlukan adanya pengendalian,
pemberantasan dan pengobatan penyakit. Namun, ternak kambing termasuk
dalam ternak yang tidak mudah terserang penyakit, asalkan manajemen yang
dilakukan terhadap ternak kambing tersebut telah sesuai standar sehingga
produktivitas kambing dapat terjaga (Susilawati, 2013).

2
Pentingnya manajemen kesehatan dalam suatu industri peternakan
sebagai penunjang keberhasilan pemeliharaan kambing perah untuk
menghasilkan produksi susu tinggi dan berkualitas (Widyastuti dkk, 2017).
Berdasarkan uraian tersebut adanya praktikum mengenai manajemen
kesehatan kambing perah dilaksanakan agar memahami cara dalam
pengendalian dan penangan dalam menjaga kesehatan kambing untuk tetap
berproduksi dengan baik.

1.2. Tujuan dan Kegunaan Praktikum


1.2.1. Tujuan Praktikum
1. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswan mengenai kegiatan
yang dilakukan manajemen kesehatan ternak kambing perah.
2. Memberikan pengetahuan bagi mahawsiswan mengenai tata cara
penanganan terhadap ternak sakit.
3. Memberikan wawasan mengenai jenis obata dan indikasi obat yang
digunakan dlam menunjang manajemen kesehatan ternak kambing
perah.
1.2.2. Kegunaan Praktikum
1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam
pemeliharaan ternak kambing perah khususnya dalam manajemen
kesehatan.
2. Mahasiswa meningkatkan pemahaman dalam penggunaaan obat bagi
ternak.
3. Mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam menangani ternak yang
sakit.

3
BAB II
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
2.1. Waktu dan tempat

Praktikum Ilmu Produksi Ternak Perah ini dilaksanakan pada hari


Minggu, 23 Desenber 2018. Waktu 08-00-selesai. Bertempat di Peternakan
Kambing Gopala Gunung Pengsong Kecamatan Labu Api Kabupaten
Lombok Barat Nusa Tenggara Barat.

2.2. Materi praktikum


2.2.1. Alat praktikum
Alat yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum yaitu spuit
ukuran 5 ml dan 3ml.
2.2.2. Bahan praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini yaitu
:
 Vitamin B
 Medoxi-L
 Kambing
 Alkohol

2.3. Metode Praktikum


 Menyiapkan ternak yang telah di identifikasi atau pemberian tanda
 Menyediakan semua alat serta bahan
 Menyuntik ternak sesuai dengan usia dan keadaan bunting, tidak
bunting, sakit atau tidak dan sedang menyusui
 Menyuntik sesuai dosis. Betina kecil 3 ml, betina besar dan menyusui
4-5 ml vitamin. Medoxi-L untuk ternak jantan 3 ml
 Membersihkan jarum suntik setiap selsai pemakaian untuk
menghindari pencampuran obat
 Melakukan langkah tersebut ke semua ternak

4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil praktikum
A. Identifikasi kamsbing perah
Tabel 1. Identifikasi kambing perah
No. Identifikai T1 T2 T3 T4 T5

1. Gigi 4 buah 7 buah 8 buah 4 buah 4 buah

2. Bulu Halus, Halus, Bersih, halus Halus


tidak tipis, halus, tapi
berkilau, rontok, rontok rontok
rontok putih

3. Mata Bersih, Bersih Bersih, Bersih, Bersih,


berkilau berkilau berkilau berkilau

4. Telinga Panjang, Panjang, Panjang, Panjang, Panjang,


bersih bersih bersih bersih bersih

5. Kaki Normal Normal Normal Normal Normal


(tegak) (tegak) (tegak) (tegak)

6. Ambing Kecil, Normal, Normal Normal, Bersih,


coklat, coklat, coklat, kecil,
bersih bersih, normal
ujung
putting
(putih)

Keterangan :
T1 = Ternak nomor satu
T2 = Ternak nomor dua
T3 = Ternak nomor Tiga
T4 = Ternak nomor Empat
T5 = Ternak nomor Lima
B. Manajemen kesehatan
Tabel 2. Penanganan kesehatan pada ternak yang telah diidentifikasi

5
No. Kode Ternak Jenis Kelamin Pengobatan Dosis
1. T3(1) Betina (Kecil) Vitamin 3 ml
2. T3(2) Betina Vitamin 5 ml
3. T3(3) Jantan Medoxi-L 3 ml
4. T3(4) Betina (Besar) Vitamin 4 ml
5. T3(5) Betina (Menyusui) Vitamin 5 ml

4.2. Pembahasan Praktikum


Praktikum mengenai manajemen kesehatan ini bertujuan unntuk
memberikan pengetahuan tentang cara pengendalian dan penangangan
ksehatan pada ternak kambing perah. Praktikum ini dilaksanakan pada
peternakan kambing perah Gopala Gunung Pengsong Kecamatan Labu Api
Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat. Menurut Effriansyah
(2012), definisi manajemen kesehatan yaitu kegiatan perencanaan,
pengorhanisasian, kepemimpinan, pengendalian faktor-faktor produksi
melalui optimalisasi sumberdaya yang dimiliki agar produktivitas ternak
dapat dimaksimalkan, kesehatan ternak dapat dioptimalkan dan juga
kesehatan hasil prduksi yang diproduksi sesuai dengan standar yang
diinginkan.

Dalam praktikum manajemen kesehatan ternak kambing dilakukan


berbagai kegiatan yaitu pembersihan lingkungan sekitar kandang dan
kandang kambing perah, pemotongan kuku dan penanganan ternak yang
sakit. Kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan pendapat Simanjuntak dan
Rasmini (1984) yaitu upaya dalam menjaga kesehatan ataupun pengendalian
kesehatan ternak dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan harian,
penanganan kesehtanan hewan, pemotongan kuku, desinfeksi kandang,
kontrol ektoparasit, pemberian vaksin dan pemberian obat cacing.

Kegiatan pertama dalam praktikum ini pemberihan kandang dan


lingkungan sekitar kandang. Pembersihan kandang meliputi pembersihan
tempat pakan kambing perah yang berada dalam kandangberbentuk
panggung, kemudian dilakukan pembersihan kotoran ternak pada lantai dasar
kandang. Hal ini bertujuan untuk menghindari ternak dari persebaran
penyakit melalui parasit yang bersifat phatogen yang dikarenakan muncul

6
pada lingkungan yang tidak bersih. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggraini
(2018), bahwa menjaga kesehatan ternak harus menjadi salah satu prioritas
utama di samping kualitas makanan ternak dan tata laksana yang memadai
dengan memperhatikan sanitasi kandang. Sanitasi kandang ternak
kambing merupakan usaha dalam rangka membebaskan kandang dari bibit-
bibit penyakit maupun parasit lainnya dengan mengunakan obat-obatan
pengendali seperti disinfectan pada dosis yang dianjurkan (Anggarani, 2018).

Kegiatan kedua setelah pembersihan kandang yaitu mengambil ternak


secara acak kemudian melakukan idenftifikasi untuk memudahkan melakukan
penangan pada ternak yang telah diambil. Pengambilan ternak sejumlah 5
ekor ternak kambing perah dengan data identifikasi yang diperoleh pada tabel
1 yaitu 4 betina dan 1 jantan dengan umur yang bervariasi dengan kondisi
secara fisik yang normal. Setelah dilakukan identifikasi kemudian melakukan
pemotongan kuku sebagai upaya dalam pencegahan penyakit. Rata-rata
kondisi ternak diperoleh memiliki kuku yang lumayan panjang sehingga
dilakukan pemotongan menggunaka cutter. Berdasarkan literatur kambing
yang tidak dilepas dalam kandang menyebabkan kukunya lebih cepat
panjang, ini akan menyulitkan saat berjalan, seekor jantan akan sulit
menngawini betina, apabila tidakrutin dipotong dan dibersihkan dapa
menyebabkan penyakit akibat kuman terutaman kotoran-kotoran ternak
disela-sela kuku, sehingga menggagu kesehatan ternak dengan miniamal
pemotongan kuku dilakukan 3 bulan sekali agar tidak kesusahan dalam
pemotongan kuku yang telah lama karena kuku akan menjadi keras (Shodiq
dkk,2009).

Kegiatan penanganan kesehatan selanjutnya dilakukan injeksi


beberapa obat – obatan dan vitamin kepada ternak yang telah di identifikasi
sesuai dengan tabel 2 dapat dikatakan dalam keadaan yang normal atau
ternak yang sehat. Pada ternak pertama, kedua, keempat, dan kelima dengan
jenis kelamin betina diberikan injeksi vitamin secara intramuskular dengan
dosis masing masing 3 ml, 5 ml, 4ml, 5ml. Pemberian vitamin dilakukan
untuk menjaga kondisi kesehatan ternak kambing sehingga produktifitasnya

7
dapat terjaga (Simanjuntak dan Rasmini, 1984). Tindakan pencegahan atau
preventif merupakan tindakan yang tepat untuk meminimalkan resiko akibat
stress. Salah satu upaya untuk mengurangi tingkat stres adalah dengan
pemberian vitamin B komplek (McDowell, 2000 dalam Ramadhan, 2017).
Vitamin adalah suatu senyawa organik yang terdapat di makanan dalam
jumlah yang sedikit, dan berpengaruh besar terhadap fungsi metabolisme
yang normal (Dorland, 2006 dalam Ramadhan, 2017).

Pada kambing jantan dilakukan penanganan dengan menginjeksikan


Medoxy-L secara intramuskular sebanyak 3 ml sebagai salah satu upaya yang
dilakukan mecegah lebih lanjut terhadap ternak yeng memilki gejala klinis
gangguan kesehatan. Penyuntikan Intra Muskular (IM) merupakan
penyuntikan obat kedalam otot. Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha
(vastus lateralis), ventrogluteal (dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisi
tengkurap), atau lengan atas (deltoid). Tujuannya agar absorpsi obat lebih
cepat. Cara penyuntikan dengan melakukan penusukan dengan posisi jarum
tegak lurus, setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah
semprotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis, setelah selesai ambil
spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan dengan kapas
alkohol, kemudian spuit yang telah digunakan letakkan tempatnya, bila perlu
catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian. (sebagai Evaluasi
kedepan). Cuci tangan. Dan bersihkan alat (bila masih dapat digunakan).

8
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil dan pembahasan praktikum dapat disimpulkan
bahwa dalam praktikum manajemen kesehatan ternak kambing dilakukan
berbagai kegiatan yaitu pembersihan lingkungan sekitar kandang dan
kandang kambing perah, pemotongan kuku dan penanganan ternak yang
sakit. Kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan pendapat Simanjuntak dan
Rasmini (1984) yaitu upaya dalam menjaga kesehatan ataupun pengendalian
kesehatan ternak dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan harian,
penanganan kesehtanan hewan, pemotongan kuku, desinfeksi kandang,
kontrol ektoparasit, pemberian vaksin dan pemberian obat cacing.
Tata cara penanganan ternak dalam menjaga kesehatannya dilakukan
dengan memebrikan perlakuan injeksi kepada semua ternak tersebut. Injeksi
yang dilakukan ialah injeksi vitamin dan medoxy-L. Vitamin berfungsi untuk
menjaga kondisi kesehatan ternak kambing sehingga produktifitasnya dapat
terjaga. Medoxy-L berfungsi mecegah lebih lanjut terhadap ternak yeng
memilki gejala klinis gangguan kesehatan.

4.2. Saran
Dalam pelaksaaan praktikum diharakan kepada praktikan untuk tetap
bekerja sama dengan baik sehingga memperoleh data dengan mudah. Selain
itu untuk pembimbing praktikum agar tetap mendampingi kinerja dari
praktikan agara tidak melakukan hal selain kegiatan praktikum yang
dilaksanakan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anggarani S Dewi, 2018. Sanitasi Kandang Ternak Kambing.


http://bppkedungwaru.blogspot.com/2012/11/sanitasi-kandang-ternak-
kambing.html. Diakses pada 9 Juli 2019 pukul 22.07.
Effriansyah Y, 2012. Sanitasi Kandang Ternak. Skripsi. Program Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya ; Indralaya.
Mardalena, 2008. Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap
Kualitas Sapi Perah Peranakan Fries Holstein. JIIIP ; 9 (3).
Ramadhan, A F., S Dartosukarno dan A Purnomoadi., 2017. Pengaruh Pemberian
Vitamin B.Complex Terhadap Pemulihan Fisiologi, Konsumsi Pakan dan
Bobot Badan Kambing Kacang Muda dan Dewasa Pasca Transportasi.
MediaAgro ; 13 (1).
Simanjuntak dan Rasmini, 1984. Pentunjuk Beternak Kambing Perah.
DI=irektorat Bina Produksi Peternkan Departemen Pertanian ; Jakarta.
Sodiq, A ., Z Abidin, 2009. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan
Etawa. AgroMedia Pustaka ; Jakarta Selatan.
Susilawati T, 2013. Agribisni Kambing. UB Press ; Malang.
Widyastuti Rini., K Winangun., D Wahyudha Wira., M Ghozali., M Rizky A.A.
dan Syamsunarno, 2017. Tingkat Pengetahuan dan Respon Peternak
Kambing Perah terhadap Penyakit. J. Aplikasi Ipteksnuntuk Masyarakat ; 6
(2).

10
LAMPIRAN
KELOMPOK 3

Anggota Kelompok 3

Kambing yang telah diidentifikasi dan Anggota Kelompok 3

11
OBAT YANG DIGUNAKAN

Alkohol Vitamin B Wormectin


digunakan untuk complex digunakan pada
pembersihan alat ternak yang
yang digunakan terserang
penyakit scabies

Medoxy-L Gusanex
Obat semprot/luar
untuk ternak yang
terinfestasi parasit

12
MANAJEMEN KESEHATAN

Proses pembersihan tempat Tempat pakan setelah


pakan dan lantai kandang dibersihkan

Proses pembersihan lantai lantai kandang yang telah


kandang dibersihkan

13
Proses Pemotongan kuku Pembersihan bekas lendir
ternak yang kering setelah
melahirkan

Pengambilan vitamin Proses penyuntikan secara


menggunakan spuit intramuscular pada bagian
paha

14
ACARA 2
Manajemen Pemerahan

15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kambing Peranakan Ettawa (PE), merupakan salah satu sumber daya


penghasil bahan pangan berupa daging dan susu yang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. Susu adalah sumber makanan utama bagi semua
hewan mamalia yang baru lahir dan dapat pula menjadi bagian penting dari
bahan makanan manusia. Kambing PE mempunyai fungsi sebagai ternak
yang dapat digunakan sebagai penghasil daging dan susu (Setiawan dan
Arsa, 2003). Kambing peranakan Ettawa sudah banyak dikembangkan di
Indonesia dan sangat potensial sekali karena sudah beradaptasi dengan
lingkungan yang ada di Indonesia. Kambing Peranakan Ettawa mampu
menghasilkan susu berkisar 0,5-3 Liter/hari (Kaleka dan Haryadi, 2013).
Industri peternakan kambing perah merupakan suatu usaha ternak
ruminansia kecil yang dalam pemeliharaannnya bertujuan untuk
menghasilkan susu sebagai produksi utama. Pengembangan usaha
peternakan kambing perah disenangi oleh masyarakat karena membutuhkan
modal yang lebih sedikit dibandingkan dengan sapi perah, selain itu juga
kualitas dari susu kambing perah yang sangat baik dalam mencegah
terjadinya penyakit (Sodiq dkk, 2009). Dalam memperoleh susu pad ternak
yang sedang laktasi diperoleh dengan cara pemerahan.
Pemerahan adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing.
Pemerahan bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal.
Pemerahan dibagi menjadi tiga tahapan yaitu pra pemerahan, pelaksanaan
pemerahan dan pasca pemerahan (Syarief dan Sumoprastowo, 1984).
Selesai pemerahan puting kambing segera dicelupkan pada larutan
desinfektan (dipping) untuk mencegah terjadinya mastitis, mencegah
masuknya bakteri dan hinggapan lalat (Sudono, 1999). Dipping adalah
perlakuan pasca pemerahan dengan cara mencelupkan larutan desinfektan
pada putting dengan tujuan untuk mencegah masuknya bakteri. Bakteri yang

16
mengkontaminasi susu memasuki ambing dari luar melalui puting dan
saluran-saluran susu. Dipping menggunakan desinfektan dapat menutup
saluran-saluran susu pada puting agar tidak terkontaminasi bakteri dari
udara sekitar yang dapat menyebabkan turunnya kualitas susu (Sudono,
1999 dalam Sasongko, 2012).
Tata cara dalam pemerahan yaitu perlu diperhatikan kebersihan
terhadap pmerah susu. Pemerah susu adalah orang yang akan melakukan
kegiatan pemerahan pada kambing. Pemerah susu kambing harus memiliki
kategori persyaratan yaitu sehat tanpa menderita penyakit menular: tidak
merokok pada saat memerah susu; mengenakan pakaian bersih; dan sebelum
memerah susu, pemerah membersihkan tangannya terlebih dahulu (Sitepoe,
2008). Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi susu
kambing perah. Selain dari faktor pemerah, peralatan yang digunakan untuk
memerah susu juga harus diperhatikan. Peralatan pemerahan seperti: kain
lap, wadah penampung susu, ember/botol untuk membawa air pada saat
pembersihan ambing dan lain sebagainya. Semua peralatan yang digunakan
harus dalam kondisi yang steril atau bersih dan bebas dari kontaminasi
mikroorganisme.
Pentingnya pemerahan dalam suatu industri peternakan kambing
perah dalam menunjang hasil produksi susu yang berkualitas tinggi dan juga
berguna dalam menjaga keadaan ternak untuk menjaga produktivitas
pemeliharaan selanjutnya. Oleh karena itu adanya praktikum manajemen
ternak perah mengenai manajemen pemerahan berguna untuk memberikan
pemahaman terhadap mahasiswa mengenai teknik pemerahan sehingga
tidak terjadi gangguan pada ternak.

1.2. Tujuan dan Kegunaan Praktikum

1.2.1. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum pemerahan susu pada Mata
Kuliah Manajemen Ternak Perah, antara lain:
1. Untuk memberikan pemahaman praktis kepada mahasiswa tentang
teknik yang baik dalam melakukan pemerahan susu ternak
kambing.

17
2. Untuk memahami cara menggunakan peralatan pemerahan pada
ternak kambing.
3. Untuk mengetahui gangguan yang terjaddi akibat kesalahan teknik
pemerahan.
1.2.2. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat dirasakan oleh mahasiswa setelah


melakukan praktikum ini antara lain:
1. Mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuannya dilapangan
terkait dengan teknik pemerahan yang baik dan prosedur
pemerahan pada kambing perah.
2. Mahasiswa dapat menentukan kualitas susu kambing yang baik.

18
BAB II

MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan tempat Praktikum

Praktikum Ilmu Produksi Ternak Perah ini dilaksanakan pada hari


Minggu, 23 Desenber 2018. Waktu 08-00-selesai. Bertempat di Peternakan
Kambing Gopala Gunung Pengsong Kec. Labu Api Kab. Lombok Barat Nusa
Tenggara Barat.

2.2. Materi praktikum

2.2.1. Alat praktikum

Alat – alat yang digunakan dalam praktikum pemerahan adalah


botol, untuk menampung susu hasil pemerahan.

2.2.2. Bahan praktikum

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum pemerahan :

1). Kambing perah Laktasi

2).Air bersih

2.3. Metode Praktikum

 Menyiapkan ternak yang telah di identifikasi atau pemberian tanda


 Menyediakan semua alat serta bahan
 Menbersihkan tangan terlebih dahulu menggunakan air bersih
 Melakukan pembersihan terhadap ambing kambing yang akan diperah
menggunakan air bersih
 Melakukan pemerahan dengan metode whole hand secara hati hati

19
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktikum


a. Proses pemerahan

Gambar 1. Proses pemerahan pada


kambing

b. Hasil Pemerahan

Gambar 2. Hasil pemerahan Gambar 3. Hasil pemerahan susu


susu pada ternak kambing yang pada ternak kambing yang
normal (sehat) terserang mastitis

20
c. Keaadaan Ambing

Gambar 4. Ternak kambing Gambar 5. Ternak kambing


yang terserang mastitis klinis yang terserang mastitis akut
(ambing sebelah kiri) (ambing sebelah kiri)

4.2. Pembahasan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan dalam manajemen


pemerahan agar memahami teknik pemerahan yang baik dan benar dalam
memperoleh susu dari kambing perah dengan kualitas baik. Pemerahan
adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing dengan tujuan untuk
mendapatkan produksi susu yang maksimal. Pemerahan dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu pra pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan pasca pemerahan
(Syarief dan Sumoprastowo, 1984).
Persiapan yang haru diperhatikan dalam proses persiapan pemerahan
yaitu persiapan dari pemerah dan juga pralatan yang digunkan dalam
pemerahan. Pemerah susu kambing harus memiliki kategori persyaratan yaitu
sehat tanpa menderita penyakit menular: tidak merokok pada saat memerah
susu; mengenakan pakaian bersih; dan sebelum memerah susu, pemerah
membersihkan tangannya terlebih dahulu (Sitepoe, 2008). Hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya kontaminasi susu kambing perah.
Peralatan dan bahan yang digunakan untuk memerah dipersiapkan dan
harus dalam keadaan steril (bebas dari kontaminasi mikroorganisme). Selain

21
itu, pemerah juga diharuskan membersihkan tangan sebelum memegang
ambing. Air bersih yang akan digunakan untuk membersihkan ambing diisi
pada ember. Setelah kambing sudah siap untuk diperah, pemerah
membersihkan ambing dengan air dan kain lap. Tujuannya adalah untuk
merangsang hormone oxytocin bekerja untuk menurunkan susu ke ambing
ternak. Setelah dibersihkan pemerah harus cepat memerah susu, karena kerja
dari hormone oxytocin sangat singkat yaitu sekitar 6 -7 menit. Teknik
pemerahan yang digunakan ada beberapa cara, penggunaanya tentu
memperhatikan panjang atau pendeknya puting, besar ambing dan
sebagainya.

Pada kegiatan praktikum ini, teknik pemerahan yang digunakan adalah


teknik pemerahan secara manual/tangan. Menurut Asih (2004) teknik
pemerahan ini dapat dibedakan menjadi 3 cara, yaitu:
a) Pemerahan Legeartis
Pemerahan ini dilakukan dengan menggunakan kelima jari tangan. Putting
susu dipegang antara ibu jari dan keempat jari lainnya, kemudian seluruh
jari menekan putting secara bersamaan sampai susu keluar.
b) Pemerahan Kunevelens
Pemerahan ini dilakukan dengan cara memijit antara ibu jari yang
ditekkukan dengan dua jari lainnya.
c) Pemeraha cara Strip Method (Voipens)

Pemerahan ini dilakukan dengan cara menarik putting, yang berada


diantara ibu jari dan jari telunjuk.
Pada praktikum ini, teknik pemerahan yang digunakan adalah
pemerahan Kunevelens. Pemerahan susu hanya dilakukan sekali yaitu pada
pagi hari setelah ternak kambing diberikan pakan. Teknik pemerahan sangat
penting diperhatikan karena mempengaruhi produksi susu dan kualitasnya, hal
ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Sarwono (2006), bahwa teknik
pemerahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi susu
kambing selain dari faktor lingkungan yang lainnya. Untuk memerah susu
dibutuhkan keterampilan yang khusus dari pemerah. Keahlian dari seseorang
pemerah sangat menentukan hasil produksi susu dan lamanya masa laktasi.

22
Dalam pelaksanaan praktikum pemerahan dilakukan terhadap 2
kambing perah yang dalam masa laktasi. Dengan keadaan salah satu dari
ternak yang diperah terifeksi mastitis klinis pada salah satu ambing (sesuai
dengan gambar 4). Ternak yang terinfeksi mastitis tidak terlihat gejala secara
fisik sehinggga diketahui mastitis stelah dilakukan pemerahan yang
menghasilkan produksi susu dengan campuran darah seperti pada gambar 3.
pemerahan tidak dilanjutkan pada ambing yang terinfeksi untuk menghindari
ternak mengalami rasa sakit yang berlebih atau menghindari tindakan
menyiksa pada tersebut. Keadaan mastitis ini terjadi pada ambig sebelah kiri
saja sehingga pemerahan dapat dilanjutkan pada bagian ambing sebelah
kanan dan diperoleh hasi pemeraha susu yang normal pada gambar 2.
Kejadian mastittis juga terjadi pada ternak gambar 5 merupakan ternak
kambing yang terinfeksi mastitis akut karena telah menjadi pengerasan pada
salah satu ambing (ambing bagian sebelah kiri) dan ternak kambing ini telah
telihat gajala pada fisiknya.
Mastitis merupakan penyakit yang banyak sekali menimbulkan
kerugian pada peternakan. Kerugian tersebut disebabkan oleh penurunan
produksi air susu, ongkos perawatan dan pengobatan, air susu yang harus
dibuang karena tidak memenuhi persyaratan. Proses radang ambing hampir
selalu dimulai dengan masuknya mikroorganisme kedalam kelenjar melalui
lubang puting. Mastitis disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme
patogen yang masuk ke dalam ambing melalui saluran puting susu. Menurut
Krishna dkk (2009) agen penyebab mastitis sangat kompleks, di Indonesia
yang paling banyak berasal dari kelompok bakteri genus Streptococcus. Supar
dan Ariyanti (2008) melaporkan bahwa dalam kajian pengendalian mastitis
subklinis pada sapi perah telah diisolasi penyebab mastitis, yang didominasi
oleh bakteri Streptococcus agalactia, Staphylococcus aureus, dan
Staphylococcus epidermidis (91,5%). Mastitis dibedakan dalam bentuk klinis
dan subklinis. Mastitis dalam bentuk klinis, ambingnya terlihat membesar
dengan perubahan warna kemerahan dan juga keluarnanah pada puting.
Mastitis dalam bentuk subklinis berbeda dengan mastitis dalam bentuk klinis,
pada ambing tidak terlihat adanya perubahan.(Hirst et al., 1985).

23
Pengobatan mastitis dapat dilakukan dengan pemberian preparat
antibiotik dengan cara menyuntikkan atau melakukan pencampuran dengan
air minum cukup efektif dalam mengobati penyakit ini. Antibiotik yang telah
terbukti berguna untuk pengobatan radang ambing meliputi penicilin,
sefalosporin, eritromisin, neomisin, novobisin, oksitetrasiklin, dan
streptomysin. Dalam pengobatan radang ambing akut, disamping silakukan
infussi intramamer juga bisa diberikan suntikan intramuskular maupun
intravena (Subronto, 2003).

24
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapatkan dari uraian hasil dan pembahasan


praktikum manajemen pemerahan ternak kambing, teknik pemerahan yang
digunakan pada praktikum ini adalah pemerahan Kunevelens dengan keadan
pemerah dan peralatan yang digunakan dalam keaadan bersih sehingga
mencegah terjadny kontaminasi terhadap susu yang dihasilkan.
Kesalahn dalam teknik pemerahan ataupun ketidakbersihan selama
proses pemerahan dapat menyebabkan terjadianya radang ambing pada ternak
kambing. Radang ambing atau mastitis yang terjadi dalam pyraktikum
bersifat akut dan klinis dan terjadi pada salah satu ambing ternak saja.

4.2. Saran

Dalam pelaksaaan praktikum diharakan kepada praktikan untuk tetap


bekerja sama dengan baik sehingga memperoleh data dengan mudah. Selain
itu untuk pembimbing praktikum agar tetap mendampingi kinerja dari
praktikan agara tidak melakukan hal selain kegiatan praktikum yang
dilaksanakan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Asih, R. S. 2004. Manajemen Ternak Perah. Universitas Mataram Press.


Mataram.

Kaleka, N. dan Haryadi, N. 2013. Kambing Perah. Arcita. Surakarta

Sarwono. 2006. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sasongko D. A., T. H Suprayogi dan S.M Sayuthi., 2012. Pengaruh Berbagai


Konsentrasi Larutan Kaporit (CaHOCl)untuk Dipping Puting Susu Kambing
Perah terhadap Total Bakteri dan pH Susu. Animal Agriculture Journal ; 1(2).

Setiawan, T. dan T. Arsa., 2003. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa.


Penebar Swadaya ; Jakarta.

Sitepoe, M. 2008. Cara Memelihara Domba dan Kambing Organik. PT Indeks.


Jakarta.

Sodiq, A ., Z Abidin, 2009. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan


Etawa. AgroMedia Pustaka ; Jakarta Selatan.
Subronto, 2003. Ilmu Penyakit Ternak Mamalia I. Gadjah Mada University Press ;
yogyakarta.

Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan. Institut


Pertanian Bogor ; Bogor.

Syarief, Z. M. dan R. M. Sumoprastowo. 1984. Ternak Perah. Cetakan ketiga. CV.


Yasaguna ; Jakarta.

26
LAMPIRAN

Proses pemerahan ternak Hasil pemerahan pada


kambing ternak normal dan
mastitis yang berwarna
merah

Ambing kambing yang Ambing kambing yang


terifeksi mastitis klinis terifeksi mastitis akut
(sebelah kiri) (sebelah kiri)

27

Anda mungkin juga menyukai