PENELITIAN HADIS
(Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi)
Solihin
Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. AH. Nasution No. 105, Bandung, Indonesia
E-Mail: Choinsolihin65@gmail.com
Abstract
Study of tradition (Sunnah) becomes very urgent to do, given is strategic position as one of the principal sources of
Islamic teachings. Do not just study sanad but no less important to do well against matan. Because it’s central
position is a study of hadith becomes important. This includes the study and understanding of the ins and out of the
following hadith variety and its problems. Scientifically, the discourse requires format and accurate research
methods to the study of this tradition.
This article attempts to examine how the concept of tradition of research in ontology, epistemology and axiology, to
then the study of hadith through research models type sanad and matan. The hope will give its own repertoire of
how each researcher have the clarity of the concept in researching the traditions to be grounded.
Abstrak
Kajian terhadap hadis menjadi sangat urgen untuk dilakukan, mengingat posisinya yang strategis sebagai salah satu
sumber pokok ajaran Islam. Bukan hanya kajian sanad saja tetapi tak kalah penting dilakukan juga terhadap
matan.Oleh karena itu posisi sentral inilah penelitian terhadap hadis menjadi penting dilakukan. Hal tersebut
meliputi kajian dan pemahaman terhadap hadits berikut ragam seluk beluk dan problematikanya. Sebagai sebuah
acana ilmu maka dibutuhkan format dan metode penelitian yang akurat terhadap kajian hadis ini.
Artikel ini mencoba untuk mengkaji bagaimana konsep penelitian hadis secara ontologi, epistemologi maupun
aksiologinya, untuk kemudian diarahkan pada model kajian hadis melalui penelitian sanad dan matan. Harapannya
akan memberikan khasanah tersendiri bagaimana setiap peneliti memilki kejelasan konsep dalam meneliti hadis
agar bisa membumi.
siapa saja akan bebasmenyatakan apa yang shalat, maka penelitian mesti kata perkata.13
dikehendakinya”. 10 adanya periwayatan Hadis secara makna
Pandangandiatas mengandung dua telah menyebabkan penelitian matan dengan
pengertian: (I) Dalam menerima atau pendekatan semantik tidak mudah dilakukun.
menghadapi Hadis, kita harus meneliti para Namun hal ini tidak herarti bahwa penelitian
perawi yang terlibat dalam sanad hadis tsb, Hadis dengun pendekatan bahasa tidek perlu
(2) Sanad meruapakan bagian penting dalam dilakukan. Penggunaan pendekatan bahasa
periwayatan, dan karenanya kedudukan suatu dalam penelitian matan akan sangat
kitab Hadis ditentukan. membantu terhadap kegiatan peneltianyang
Bagian-bagian Sanad yang Diteliti berhubugnan dengan kandugan petunjuk dari
Sanad Hadis, yang secara istilahi matan Hadis yang bersangkutan.
dikatakan sebagai rangkaian para perawiyang Kesulitan penelitian matan disebabkan
menyampaikan kita pada matan Hadis.11 oleh beberapa faktor, yakni: (1)
memiliki dua bagian penting: (1)Nama-nama Adanya periwayatan secara makna, (2)
periwayat yang terlibat dalam periwayatan Acuan yang digunakan sebagai pendekatan
Hadis bersangkutan, (2)Lambang-lambang tidak semacam saja. (3) Latar belakang
periwayatan Hadis yang yang digunakan oleh timbulnya petunjuk Hadis tidak selalu mudah
para perawibersangkutan, seperti: dapat diketahui, (4) Adanya kandungan
) كن و ان, أخربين, ( مسعت petunjuk Hadis yang berkaitan dengan hal-
hal yang berdimensi “supra rasional”, dan
2. Matan Hadis (5) Masih langkanya kitab-kitab yang
Seluruh matan Hadis berkait erat dengan membahas secara khusus penelitian matn
sanadnya, keduanya merupakan satu Hadis.
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,
keberadaannya ditentukan oleh satu sama 2. Epistemologi Hadis
lainnya, keduanya memiliki hubungan Setiap Hadis mempunyai dua buah bagian,
organis dalam periwayatan Hadis. Perlunya yakni isnad dan matan.14 Isnad adalah
penelititan matan Hadis bukan hanya karena penumpuan kita kepada para parawi untuk
keberadan matan tidak bisa dilepuskan dari ilmu pengetahuan Hadis, matan adalah
sanad saja, akan tetapi juga karena dalam ungkapan atau informasi yang dinisbatkan
periwayatan matan Hadis terjadi periwayatan pada Nabi.15 Untuk menetapkan validitas
secara makna. Sekalipun ulama-ulama ahli Hadis, epistemologi penelitian bertumpu
Hadis telahmenentukan syarat-syarat pada kaidah-kaidah dan langkah-langkah
periwayatan bilmakna,12 tidak selamanya penelitian Hadis.
ketentuan-ketentuan itu dapat dipenuhi Kaida-Kaidah Penelilian
dengan baik. Menurut Syuhudi Ismail ada dua macam
Dengan adanya periwayatan secara kesahihan sanad suatu Hadis, yakni kaidah
makna, maka untuk penelitian matan Hadis mayor dan kaidah minor. Kaidah kesahihan
tertentu (selain Hadis tentang ibadah) sasaran sanad adalah segala syarat atau kriteria yang
penelitian pada umumnya tidak tertuju harus dipenuhi oleh suatu sanad Hadis yang
kepada kata perkata dalam matan itu, tapi berkualitas sahih.16 Segala syarat atau kriteria
cukup pada kandungan berita yang yang bersifat umum disebut kaidah mayor,
bersangkutan. Dan bila main yang diteliti sedang yang bersifat khusus atau rincian-
mengandung ajaran ibadah tertentu seperti
13
Ismai, 26.
10 14
Al-Naisaburiy, 15. Muhammad Mustafa Azham, 61. Lihat juga,
11
Nuruddin ’Itr, Al-MadkhalIla’Ulum Al-Hadit Mahmud Al-Thahan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij, 1st
(Madinah: Maktabah al-Ilmiyah, 1972), 12. dikutif edn (Semarang: Bina Utama, 1995), 141.
oleh Syuhudi Ismail, 25. 15
Muhammad Mustafa Azhami, 61. Mahmud Al-
12
Muhammad Utsman Khasyat, 12. Lihat juga Thahan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij (Semarang: Bina
Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, Difa’u An Al- Utama, 1995), 41.
16
Sunnah (kairo: Al-Azhar), 36. Syuhudi Ismail, 119.
64 Solihin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1, 1 ( September 2016): 61-68
17 21
Syuhudi Ismail, 119. H.M Syuhudi Ismail, Kaidah-Kaidah
18
Syuhudi Ismail, 123-124. Facthur Rachman. KeShahihan Hadits, 2nd edn (Jakarta: Bulan Bintang,
Ikhtisar Musthalahul Hadits, 95, Mahmud Abu 1995), 127-150. lihat juga Muhammad Muhammad
Rayah, 281. Abu Syuhbah,31.
19 22
Fathurohman, 124. Syuhudi Ismail, 128-129.
20 23
Fathurohman,126. Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi.
Solihin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1, 1 ( September 2016): 61-68 65
Hadis) untuk mengetahui; (I) Asal usul 3. Idza Ta ’aradha al-jaarh al-Mu ’adilu
riwayat Hadis yang akan diteliti, (2) Seluruh fi al-Hukmu Li al-Mu 'adli illa
riwayat Hadis Hadis yang akan diteliti, (3) idza Tsubita al-Jarhu al-Mufassaru.
Ada atau tidaknya syahid atau muttabi pada Teori ini didukung oleh mayoritas
sanad yang akan diteliti. Adapun metoda24 ulama kritik Hadis.
yang digunakan adalah metoda Takhrijul 4. Idza Kana al-Jarhu Dha’ifan Fala
Hadis bil-Lafdzi dan metode Takhrijul-Hadis Yuqbalu Jarhuhu Li al-Tsiqat.
bil-maudhu‘. Pendukung teori ini mayoritas ulama
Kedua, melakukan penelitian sanad Hadis pengkritik Hadisy
; langkah-langkah yang ditempati dalam 5. La Yuqbulu al-jarhu illa Ba’da al-
tahap ini adalah: Tsabuti Khasiyah al-Asybahi fi-il
1. Melakukan I’tibar, yaitu menyertakan Majrukhin. Teori ini didukung oleh
sanad-sanad yang lain unluk suatu Hadis kalangan ulama ahli Hadis
tertentu, yang Hadis itu pada bagian d. Penelitian persambungan sanad,28 yang
sanadnya tampak hanya seorang perawi meliputi:
saja; dan dengan menyertakan sanad- 1. Identifikasi lambang-lambang metode
sanad yang lain tersebut akan dapat periwayatan, sanad Hadis selain
diketahui apakah ada periwaytan yang lain memuat nama-nama perawi, juga
ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari menunjukkan metoda periwayatan
sanad Hadis yang dimaksud. I’tibar ini yang digunakan oleh perawi masing-
dilakukan untuk menentukan ke-ghariban masing. Identifikasi Iambang
suatu Hadis.25hal ini dapat dilakukan periwayatan dapat menentukan tingkat
dengan membuat skema Hadis. akurasi metoda periwayatan yang
2. Meneliti pribadi periwayat dan metoda digunakan periwayat yang tercantum
periwaytannya. Hal-hal yang perlu dalam sanad,
diperhalikan dalam tahap ini.26 2. Mengidentifikasi hubungan periwayat
a. Menjadikan keshahihan sebagai acuan. dengan metode periwayatannya. Secara
b. Melakukan penelitian segi-segi pribadi mudah, keadaan perawi dibagi menjadi
periwayat, meliputi; (I) Kulaitas yang tsiqah dan yang tidak tsiqah.
prihadi periwayat, (2) kapasitas Dalam hubungannya dengan
intelektual periwayat. persambungan sanad, kualitas
c. Persoalan sekitar Al-Jarh wat-ta’dil.27 periwayat sangat menentukan. Artinya
Ada beberapa teori yang telah ketinggian lambang periwaayatan tidak
dikemukakan oleh ulama dibidangnya, menentukan tingkat akurasi berita,jiku
yang penting bagi penelitian. Antara pembawanya tiduk (siqah. Namun
lain: adajuga orang yang dinilai tsiqah oleh
1. At-Ta’dil Muqaddamun ‘Ala Al-Jarh. ulama ahli kritik Hadis, dengan syarat
Teori ini didukung oleh minoritas menggunakan lambang periwayatan
ulama Hadis, diantaranya, An-Nasa’i (hadasani atau sami’tu, sanadnya
(wafat 303H/915M). bersambung, Jika tidak, sanadnya
2. Al-Jarh Muqaddamun ‘Ala A1-Ta ‘dil. terdapat tadlis (penyembunyian cacad).
Teori ini didukung oleh kalangan e. Meneliti Syudzudz dan lllat.
ulama Hadis: ulama fiqh dan ulama Suatu sanad bisa mengandung
ushul fiqh. syudzudz, bila sanad yang diteliti lebih
dari satu buah. Salah satu langkah
penelitaian yang sangat penting untuk
24
H.M Syuhudi Ismail, 46-49. Lihat juga, Mahmud meneliti kemungkinan adanya syudzudz
Al-Thahan, 38.; Muhammad Utsman Khasyat, 136- suatu sanad Hadis ialah dengan
138.
25
Fathurohman, 86.
26 28
Syuhudi Ismail, 63,66,67dan 70. Fathurohman, 82-84
27
Syuhudi Ismail, 77-80.;Fathurohman, 273.
66 Solihin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1, 1 ( September 2016): 61-68
Meneliti kebenaran suatu berita, Shahih (Shahih Muslim, ed. by Fuad Abdul
merupakan bagian dari upaya membenarkan Baqi (Al-Halabi Wa Syurakah, 1955)
yang benar dan membatalkan yang bathil, Fathurohman, Musthalahatul Hadis (Bandung:
begitu tegas Syaikh Muhammad al-Ghazali. Al-Ma‘arif, 1981)
Demikian, maka penelitian Hadis merupakan Ismail, H.M Syuhudi, Kaidah-Kaidah
KeShahihan Hadits, 2nd edn (Jakarta:
kajian yang mendalam dan kritis terhadap
Bulan Bintang, 1995)
matan dan sanad Hadis yang bersifat dinamis ———, Keshahihah Sanad Hadits, 2nd edn
dengan menggunakan metode-metode (Jakarta: Bulan Bintang, 1995)
tertentu untuk menetukan validitas Hadis ———, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, 1st
sebagai suatu hujjah bagi kebenaran ajaran- edn (Jakarta: Bulan Bintang, 1992)
ajaran agama. Sebagai muara kebenaran Mahmud Abu Rayah, Adlwa ‘Ala Al-Sunnah Al
hakiki. WallahuA 'lamu bi al-Sawab. Muhammadiyah, ed. by 3 (kairo: Darr al-
Ma’rif)
C. SIMPULAN Mahmud Al-Thahan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij,
Meneliti kebenaran suatu berita, 1st edn (Semarang: Bina Utama, 1995)
merupakan bagian dari upaya membenarkan Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, Difa’u
An Al-Sunnah (kairo: Al-Azhar)
yang benar dan membatalkan yang bathil,
Muhammad Mustafa Azhami, Metodologi Kritik
begitu tegas syaikh Muhammad Al-Ghazali. Hadits, L (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992)
Demikian, maka penelitian hadis merupakan Muhammad Utsman Khasyat, Mafatih Ulum Al-
kajian yang mendalam dan kritis terhadap Hadits Wa Turuq Takhrijuhu, 3rd edn
matan dan sanad Hadis yang bersifat dinamis (kairo: Maktab Al Qur’an)
dengan menggunakan metode-metode Nuruddin ’Itr, Al-MadkhalIla’Ulum Al-Hadit
tertentu untuk menentukan validitas hadis (Madinah: Maktabah al-Ilmiyah, 1972)
sebagai suatu hujjah bagi kebenaran ajaran- Shalahuddin Ibn Ahmad Al-Adlabi, Manhaj
ajaran agama. Sebagai muara kebenaran Naqdil Matan (Beirut: Dar Al-Afaq Al-
hakiki. Wallahu A’lamu bi al-Sawab. Jadidah, 1983)
Shalih, Subhi, Ulum Al-Hadits Wa Musthalahuhu
(Beirut: Dar Al-Ilmu Li al-Malayin, 1977)
DAFTAR PUSTAKA
Al-Naisaburiy, Abu al-Husain Muslim bin al-
Hajjaj bin Muslim al-Qusyairiy, Al-Jami’us
68 Solihin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1, 1 ( September 2016): 61-68