Anda di halaman 1dari 8

Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1, 1 (September 2016): 61-68

PENELITIAN HADIS
(Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi)
Solihin
Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. AH. Nasution No. 105, Bandung, Indonesia
E-Mail: Choinsolihin65@gmail.com

Abstract
Study of tradition (Sunnah) becomes very urgent to do, given is strategic position as one of the principal sources of
Islamic teachings. Do not just study sanad but no less important to do well against matan. Because it’s central
position is a study of hadith becomes important. This includes the study and understanding of the ins and out of the
following hadith variety and its problems. Scientifically, the discourse requires format and accurate research
methods to the study of this tradition.
This article attempts to examine how the concept of tradition of research in ontology, epistemology and axiology, to
then the study of hadith through research models type sanad and matan. The hope will give its own repertoire of
how each researcher have the clarity of the concept in researching the traditions to be grounded.

Keywords:Hadis; Axiology; Epistemology; Ontology; Research.

Abstrak
Kajian terhadap hadis menjadi sangat urgen untuk dilakukan, mengingat posisinya yang strategis sebagai salah satu
sumber pokok ajaran Islam. Bukan hanya kajian sanad saja tetapi tak kalah penting dilakukan juga terhadap
matan.Oleh karena itu posisi sentral inilah penelitian terhadap hadis menjadi penting dilakukan. Hal tersebut
meliputi kajian dan pemahaman terhadap hadits berikut ragam seluk beluk dan problematikanya. Sebagai sebuah
acana ilmu maka dibutuhkan format dan metode penelitian yang akurat terhadap kajian hadis ini.
Artikel ini mencoba untuk mengkaji bagaimana konsep penelitian hadis secara ontologi, epistemologi maupun
aksiologinya, untuk kemudian diarahkan pada model kajian hadis melalui penelitian sanad dan matan. Harapannya
akan memberikan khasanah tersendiri bagaimana setiap peneliti memilki kejelasan konsep dalam meneliti hadis
agar bisa membumi.

Kata Kunci: Hadis; Ontologi; Aksiologi; Penelitian.

A. PENDAHULUAN demikian dilihat dari segi periwayatannya al-


Seluruh umat Islam telah menerima Qur’an mempunyai kedudukansebagai qath’i
faham, bahwa Hadis Rasulullah Saw.itu al-Wurud. Sedangkan Hadis, sebagain
sebagai pedoman hidup yang utama setelah berkedudukan qath’i al-Wurud dan sebagian
al-Qur’an.1Atau dengan kata lain Hadis Nabi lagi, bahkan terbanyak kedudukan sebagai
merupakun sumber ajaran Islam, di samping zanni al-Wurud.4
al-Qur’an.2 Namun demikian periwayatan
Hadis dan Penulisan Hadis Jauh berbeda persaksian dan pendengaran yang tidak mungkin
dengan periwayatan dan Penulisan al-Qur’an. bersepakat untuk bohong dikarenakanJumlahnya
Untuk al-Qur’an, semua periwayatan ayat- banyak, keadilannya, jelas kedudukannya, dan
ayatnya berlangsung secara mutawattir. bersambung thabaqatnya Ahad secara istilahi adalah
Sedangkan periwayatan Hadis, sebagian apa yang disampaikan oleh orang orang yang tidak
mencapai tingkat Mutawat.tirUntuk penjelasan lebih
dilakukan secara mutawattir dan sebagian lanjut, Lihat misalnya, Muhammad Utsman Khasyat,
lagi berlangsung secara ahad.3 Dengan Mafatih Ulum Al-Hadits Wa Turuq Takhrijuhu, 3rd
edn (kairo: Maktab Al Qur’an), 53-55. Mahmud Abu
1
Fathurohman, Musthalahatul Hadis (Bandung: Rayah, Adlwa ‘Ala Al-Sunnah Al Muhammadiyah, ed.
Al-Ma‘arif, 1981),1. by 3 (kairo: Darr al-Ma’rif),76. Muhammad Mustafa
2
H.M Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Azham, Metodologi Kritik Hadits, L (Jakarta: Pustaka
Hadits Nabi, 1st edn (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), Hidayah, 1992), 73-74.
4
1. Shalahuddin Ibn Ahmad Al-Adlabi, Manhaj
3
Secara Istilah ahli Hadits Mutawat.tir berartiberita Naqdil Matan (Beirut: Dar Al-Afaq Al-Jadidah,
yang diriwayatkan oleh orang banyak dengan jalan 1983), 239. Maksud Qath’I al-Wurudatau Qath’I al-
62 Solihin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1, 1 ( September 2016): 61-68

Berdasar uraian di atas, dan dilihat dari periwayatan yang dapatmenghubungkan


segi periwayatannya, seluruh ayat Alquran matan Hadis pada Nabi, dan matan adalah
tidak perlu diteliti lagi tentang sesuatu (sabda Nabi) yang mengakhiri
orisinalitasnya, sementara Hadis Nabi, dalam rangkaian sanad.7 Atau pembicaraan (kalam)
konteks yang berkategori ahad, diperlukan atau materi yang diakhiri oleh sanad yang
pengkajian dan penelitiann lebih lanjut dan terakhir.8 Untuk itu pengertian yang
mendalam Dalam penelitian ini dapat sederhana dapat dikemukakan : Penelitian
diketahui, apakah Hadis yang bersangkutan Hadis dimaksud sebagai studi kritis atas
dapat dipertanggung jawabkan sanad dan matan Hadis yang dilakukan oleh
periwayatannya berasal dari Nabi ataukah para peneliti Hadis dengan tujuan
tidak. mengetahui orisinalitas Hadis, apakah ia
Demikian, maka penelitian Hadis sebagai berasal dari Nabi atau bukan, dengan
negasi orisinalitas Hadis menjadi panting menggunakan metoda-metoda tertentu.
adanya. Posisi penting tersebut terlihat dari
faktor-faktor yang mendorong para ulama b) Wilayah Kajian (Obyek) Penelitian
muhadditsin melakukan penelitian tersebut. Bagian-bagian Hadis yang menjadi objek
Mengenai factor-faktor penelitian ,syuhudi penelitian, seperti diungkap diatas ada dun
Ismail mengemukakan ada enam faktor ; (1) macam yaitu rangakaian para periwayat yang
Hadis Nabi sebagai salah satu sumber ajaran menyampaikan riwayat Hadis (sanad), dan
Islam, (2) Tidak seluruhHadis tertulis apda materi atau matan Hadis itu sendiri. Ada
zaman Nabi, (3) Telah timbul berbagai bebrapa halyang penting berkenaan dengan
pemalsuan Hadis, (4)Proses penghimpunan sanad dan matan Hadis tersebut yang perlu
Hadis memakan waktu lama, (5) Jumlah diketahui dan diperhatikan dalam penelitian
kitab yangbanyak dengan metoda ini.
penyususnan yang beragam, dan (6) adanya 1. Sanad Hadis
periwayatanHadis secara makna.5 Pandangan Ulama Tentang Sanad
Untuk mengetahui apakah suatu Hadis Begitu penting kedudukan sanad dalam
dapat dipertanggung jawabkan periwayatan Hadis, demikiankarena sanad
eorisinalannya berasal dari Nabi, diperlukan sebagai rangkaian perawi yang
penelitian matan dan sanad Hadis yang menghubungkan Hadis pada Nabi(sebagai
bersangkutan.6 Dengan kata lain wilayah sumber Hadis) Tanpanya suatu “berita” yang
kajian penelitian Hadis meliputikritik sanad dinyatakan dari Nabi,bukan disebut sebagai
dan matn Hadis. Hadis.
Dalam hubungannya dengan pentingnya
B. PEMBAHASAN kedudukan sanad, Muhammad bin Sirrin
1. Ontologi Hadis menyatakan bahwa, “Sesungguhnya
a) Pengertian Penelitian Hadis pengetahuan Hadis adalah agama;maka
Untuk mengetahui pengertian penelitian perhatikanlah dari siapa kamu mengambil
Hadis, terlebih dahulu dikemukakan agama itu”.9 kemudian Abdullah bin
pengertian sanad dan matan Hadis, demikian Mubarak (W.l8l H/797 M) menyatakan
karena penelitian itu mencakup kritik sanad bahwa “Sanad merupakan bagian dari agama.
dan matan Hadis, Sanad adalah jalan Sekiranya sanad Hadis tidak ada, niscaya

Subutialah Absolut (Mutlaq) kebenaran beritanya,


sedang Zanni Al-Wurud atau Zanni Al-Subutialah
nisbi atau relative (tidak mutlaq) tingkat kebenaran
7
beritanya.Lihat juga, Subhi Shalih, Ulum Al-Hadits Mahmud Abu Rayah, 274.
8
Wa Musthalahuhu (Beirut: Dar Al-Ilmu Li al-Malayin, Fathurohman, 23.
9
1977), 151. Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj bin
5
Ismail,7-20. Lihat juga Syuhudi Ismai, Muslim al-Qusyairiy Al-Naisaburiy, Al-Jami’us
Keshahihah Sanad Hadits, 2nd edn (Jakarta: Bulan Shahih (Shahih Muslim, ed. by Fuad Abdul Baqi (Al-
Bintang, 1995), 85. Halabi Wa Syurakah, 1955), juz I, 14. dikutif oleh
6
Ismai, 4. Syuhudi Ismail, 24.
Solihin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1, 1 ( September 2016): 61-68 63

siapa saja akan bebasmenyatakan apa yang shalat, maka penelitian mesti kata perkata.13
dikehendakinya”. 10 adanya periwayatan Hadis secara makna
Pandangandiatas mengandung dua telah menyebabkan penelitian matan dengan
pengertian: (I) Dalam menerima atau pendekatan semantik tidak mudah dilakukun.
menghadapi Hadis, kita harus meneliti para Namun hal ini tidak herarti bahwa penelitian
perawi yang terlibat dalam sanad hadis tsb, Hadis dengun pendekatan bahasa tidek perlu
(2) Sanad meruapakan bagian penting dalam dilakukan. Penggunaan pendekatan bahasa
periwayatan, dan karenanya kedudukan suatu dalam penelitian matan akan sangat
kitab Hadis ditentukan. membantu terhadap kegiatan peneltianyang
Bagian-bagian Sanad yang Diteliti berhubugnan dengan kandugan petunjuk dari
Sanad Hadis, yang secara istilahi matan Hadis yang bersangkutan.
dikatakan sebagai rangkaian para perawiyang Kesulitan penelitian matan disebabkan
menyampaikan kita pada matan Hadis.11 oleh beberapa faktor, yakni: (1)
memiliki dua bagian penting: (1)Nama-nama Adanya periwayatan secara makna, (2)
periwayat yang terlibat dalam periwayatan Acuan yang digunakan sebagai pendekatan
Hadis bersangkutan, (2)Lambang-lambang tidak semacam saja. (3) Latar belakang
periwayatan Hadis yang yang digunakan oleh timbulnya petunjuk Hadis tidak selalu mudah
para perawibersangkutan, seperti: dapat diketahui, (4) Adanya kandungan
) ‫ كن و ان‬, ‫ أخربين‬, ‫( مسعت‬ petunjuk Hadis yang berkaitan dengan hal-
hal yang berdimensi “supra rasional”, dan
2. Matan Hadis (5) Masih langkanya kitab-kitab yang
Seluruh matan Hadis berkait erat dengan membahas secara khusus penelitian matn
sanadnya, keduanya merupakan satu Hadis.
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,
keberadaannya ditentukan oleh satu sama 2. Epistemologi Hadis
lainnya, keduanya memiliki hubungan Setiap Hadis mempunyai dua buah bagian,
organis dalam periwayatan Hadis. Perlunya yakni isnad dan matan.14 Isnad adalah
penelititan matan Hadis bukan hanya karena penumpuan kita kepada para parawi untuk
keberadan matan tidak bisa dilepuskan dari ilmu pengetahuan Hadis, matan adalah
sanad saja, akan tetapi juga karena dalam ungkapan atau informasi yang dinisbatkan
periwayatan matan Hadis terjadi periwayatan pada Nabi.15 Untuk menetapkan validitas
secara makna. Sekalipun ulama-ulama ahli Hadis, epistemologi penelitian bertumpu
Hadis telahmenentukan syarat-syarat pada kaidah-kaidah dan langkah-langkah
periwayatan bilmakna,12 tidak selamanya penelitian Hadis.
ketentuan-ketentuan itu dapat dipenuhi Kaida-Kaidah Penelilian
dengan baik. Menurut Syuhudi Ismail ada dua macam
Dengan adanya periwayatan secara kesahihan sanad suatu Hadis, yakni kaidah
makna, maka untuk penelitian matan Hadis mayor dan kaidah minor. Kaidah kesahihan
tertentu (selain Hadis tentang ibadah) sasaran sanad adalah segala syarat atau kriteria yang
penelitian pada umumnya tidak tertuju harus dipenuhi oleh suatu sanad Hadis yang
kepada kata perkata dalam matan itu, tapi berkualitas sahih.16 Segala syarat atau kriteria
cukup pada kandungan berita yang yang bersifat umum disebut kaidah mayor,
bersangkutan. Dan bila main yang diteliti sedang yang bersifat khusus atau rincian-
mengandung ajaran ibadah tertentu seperti
13
Ismai, 26.
10 14
Al-Naisaburiy, 15. Muhammad Mustafa Azham, 61. Lihat juga,
11
Nuruddin ’Itr, Al-MadkhalIla’Ulum Al-Hadit Mahmud Al-Thahan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij, 1st
(Madinah: Maktabah al-Ilmiyah, 1972), 12. dikutif edn (Semarang: Bina Utama, 1995), 141.
oleh Syuhudi Ismail, 25. 15
Muhammad Mustafa Azhami, 61. Mahmud Al-
12
Muhammad Utsman Khasyat, 12. Lihat juga Thahan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij (Semarang: Bina
Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, Difa’u An Al- Utama, 1995), 41.
16
Sunnah (kairo: Al-Azhar), 36. Syuhudi Ismail, 119.
64 Solihin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1, 1 ( September 2016): 61-68

rincian dari kaedah mayor disebut kaidah (3) Terhindar dari


minor.17 Syudzdzud, dan (4) Terhindar dari Illat.21
Untuk meneliti validitas sanad dan matan Seperti telah disinggung di atas, bahwa
Hadis dapat difahami melalui unsur-unsur yang harus dipenuhi oleh suatu
pengertian Hadis shahih. Mengulif lbnu matan yang berkualitas shahih ada dua
Shalah, Syuhudi lsmail mengemukakan macam, yakni terhindar dari illat (cacat).
pengertian tersebut.18 Dengan kata lain kedua unsur tadi
Adapun Hadis shahih adalah Hadis yang merupakan kaidah mayor penelitian matan
bersambung sanadnya (sampaikepada Hadis, Para ulama Hadis dalam menentukan
Nabi), diriwayatkan oleh (periwayat) yang tolak ukur penelitian matan (penurunan
adil dan dhabith sampaiakhir sanad, (di kaidah minor dari mayor) berbeda pendapat,
dalam Hadis itu) tidak terdapat demikian karena tampaknya mereka
kejanggalan (syudzudz) dan cacat (illat). kesulitan dalam memformulasikan kaidah
Pengertian istilah Hadis di atas, minor penelitian mutu secara sistematis.
mengandung lima kriteria kesahihan sanad Meskipun begitu, ada kaidah minor yang
dan matan Hadis, yang kemudian oleh tampaknya bisa dijadikan acuan dalam
Syuhudi Ismail19 direduksi menjadi tiga menemukan kesahihan matan Hadis, dalam
bagian: (l) Sanadnya bersambung sampai ke konteks ini, Syuhudi Ismail.22 Mengemu-
Nabi, (2) seluruh periwayatannya adil dan kakan pandangan Salahuddin al-Adlabi
dhabith, (3) Terhindar dari syadz dan illat. sebagai berikut:
Kriteria atau syarat yang disebut dalam
nomor satu dan nomor dua berhubungan 1. Tidak bertentangan dengan petunjuk al-
dengan sanad Hadis, sedangkan syarat yang Qur’an.
tercantum dalam nomor tiga berhubungan 2. Tidak bertentangan dengan Hadis yang
dengan sanad dan matan Hadis. Kelima unsur lebih kuat.
tadi kemudian dlsebul sebagai unsur-unsur 3. Tidak bertentangan dengan akal sehat,
kaidah mayor kesahihan sanad Hadis.20 indera, dan sejarah.
Sedangkan unsur-unsur kaidah minor 4. Susunan pernyataannya menunjukkan
sanad, pada dasarnya merupakan derivasi ciri-ciri sabda kenabian.
dari unsur-unsur kaidah mayor, yang
meliputi hal-hal berikut ini:
1. Sanad bersambung, unsur-unsur kaidah
minor sanad bersambung meliputi; (l) Metoda Penelitian Hadis
Muttashil, (2) Marfu’. Metoda atau cara-cara meneliti validitas
2. Periwayat bersifat adil, mengandung Hadis sanad dan matan Hadis dalam bentuk
unsur-unsur kaidah minor; (I) Beragama langkah-langkah penelitian Hadis, menurut
Islam, (2) Mukallaf, (3) Melaksanakan pemahnman penulis terhadap buku
ketentuan Agama, dan (4) Memelihara “Metodologi Penelitian Hadis” seperti yang
muru’ah. dipaparkan oleh Syuhudi Ismail23 meliputi
3. Periwayat bersifat dhabith, mengandung tiga pokok langkah-Iangkah penelitian, yang
unsur-unsur kaidah minor, (l) Halal masing-masing memiliki bagian langkah
dengan baik Hadis yang diriwayatkannya, sebagai derivasi dari ketiga metode pokok
(2) Mampu dengan baik menyampaikan tadi, yang terdiri dari:
Hadis yang dihafalnya kepada orang lain, Pertama, Melakukan Tahrijul Hadis
(Sebagai Langkah awal kegaitan penelitian

17 21
Syuhudi Ismail, 119. H.M Syuhudi Ismail, Kaidah-Kaidah
18
Syuhudi Ismail, 123-124. Facthur Rachman. KeShahihan Hadits, 2nd edn (Jakarta: Bulan Bintang,
Ikhtisar Musthalahul Hadits, 95, Mahmud Abu 1995), 127-150. lihat juga Muhammad Muhammad
Rayah, 281. Abu Syuhbah,31.
19 22
Fathurohman, 124. Syuhudi Ismail, 128-129.
20 23
Fathurohman,126. Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi.
Solihin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1, 1 ( September 2016): 61-68 65

Hadis) untuk mengetahui; (I) Asal usul 3. Idza Ta ’aradha al-jaarh al-Mu ’adilu
riwayat Hadis yang akan diteliti, (2) Seluruh fi al-Hukmu Li al-Mu 'adli illa
riwayat Hadis Hadis yang akan diteliti, (3) idza Tsubita al-Jarhu al-Mufassaru.
Ada atau tidaknya syahid atau muttabi pada Teori ini didukung oleh mayoritas
sanad yang akan diteliti. Adapun metoda24 ulama kritik Hadis.
yang digunakan adalah metoda Takhrijul 4. Idza Kana al-Jarhu Dha’ifan Fala
Hadis bil-Lafdzi dan metode Takhrijul-Hadis Yuqbalu Jarhuhu Li al-Tsiqat.
bil-maudhu‘. Pendukung teori ini mayoritas ulama
Kedua, melakukan penelitian sanad Hadis pengkritik Hadisy
; langkah-langkah yang ditempati dalam 5. La Yuqbulu al-jarhu illa Ba’da al-
tahap ini adalah: Tsabuti Khasiyah al-Asybahi fi-il
1. Melakukan I’tibar, yaitu menyertakan Majrukhin. Teori ini didukung oleh
sanad-sanad yang lain unluk suatu Hadis kalangan ulama ahli Hadis
tertentu, yang Hadis itu pada bagian d. Penelitian persambungan sanad,28 yang
sanadnya tampak hanya seorang perawi meliputi:
saja; dan dengan menyertakan sanad- 1. Identifikasi lambang-lambang metode
sanad yang lain tersebut akan dapat periwayatan, sanad Hadis selain
diketahui apakah ada periwaytan yang lain memuat nama-nama perawi, juga
ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari menunjukkan metoda periwayatan
sanad Hadis yang dimaksud. I’tibar ini yang digunakan oleh perawi masing-
dilakukan untuk menentukan ke-ghariban masing. Identifikasi Iambang
suatu Hadis.25hal ini dapat dilakukan periwayatan dapat menentukan tingkat
dengan membuat skema Hadis. akurasi metoda periwayatan yang
2. Meneliti pribadi periwayat dan metoda digunakan periwayat yang tercantum
periwaytannya. Hal-hal yang perlu dalam sanad,
diperhalikan dalam tahap ini.26 2. Mengidentifikasi hubungan periwayat
a. Menjadikan keshahihan sebagai acuan. dengan metode periwayatannya. Secara
b. Melakukan penelitian segi-segi pribadi mudah, keadaan perawi dibagi menjadi
periwayat, meliputi; (I) Kulaitas yang tsiqah dan yang tidak tsiqah.
prihadi periwayat, (2) kapasitas Dalam hubungannya dengan
intelektual periwayat. persambungan sanad, kualitas
c. Persoalan sekitar Al-Jarh wat-ta’dil.27 periwayat sangat menentukan. Artinya
Ada beberapa teori yang telah ketinggian lambang periwaayatan tidak
dikemukakan oleh ulama dibidangnya, menentukan tingkat akurasi berita,jiku
yang penting bagi penelitian. Antara pembawanya tiduk (siqah. Namun
lain: adajuga orang yang dinilai tsiqah oleh
1. At-Ta’dil Muqaddamun ‘Ala Al-Jarh. ulama ahli kritik Hadis, dengan syarat
Teori ini didukung oleh minoritas menggunakan lambang periwayatan
ulama Hadis, diantaranya, An-Nasa’i (hadasani atau sami’tu, sanadnya
(wafat 303H/915M). bersambung, Jika tidak, sanadnya
2. Al-Jarh Muqaddamun ‘Ala A1-Ta ‘dil. terdapat tadlis (penyembunyian cacad).
Teori ini didukung oleh kalangan e. Meneliti Syudzudz dan lllat.
ulama Hadis: ulama fiqh dan ulama Suatu sanad bisa mengandung
ushul fiqh. syudzudz, bila sanad yang diteliti lebih
dari satu buah. Salah satu langkah
penelitaian yang sangat penting untuk
24
H.M Syuhudi Ismail, 46-49. Lihat juga, Mahmud meneliti kemungkinan adanya syudzudz
Al-Thahan, 38.; Muhammad Utsman Khasyat, 136- suatu sanad Hadis ialah dengan
138.
25
Fathurohman, 86.
26 28
Syuhudi Ismail, 63,66,67dan 70. Fathurohman, 82-84
27
Syuhudi Ismail, 77-80.;Fathurohman, 273.
66 Solihin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1, 1 ( September 2016): 61-68

membanding-bandingkan semua sanad dengan jalan Takhrijul Hadis bi al-


yang ada untuk matan yang tofik Maudhu’. Jika ada matan lain yang
pembahasannya atau memiliki segi bertopik sama, maka matan itu
kesamaan. perluditeliti sanadnya. Jika sanad telah
Adapun langkah-langkah umuk memenuhi syarat, maka
meneliti keillatan suatu Hadis, menurut kegiatanmuqarannah kandugnan matan
lbn al-Madini,29 ialah: tersebut dapat dapat dilakukan. Jika
1. Menghimpun dan meneliti seluruh hasilnyasama, maka penelitian untuk
sanad Hadis untuk mam yang semakna, tahap awal sudah selesai. Yang pada
bila Hadis tersebut memikliki muttabi prakteknya penelitian ini dilanjutkan
ataupun syahid. dengan memeriksa penjelasan masing-
2. Meneliti seluruh periwayatan dalam masing matn diberbagai kitab syarah.
berbagai sanad berdasarkan kritik yang Membandingkan kandungan matan yang
telah dikemukakan oleh para ahli kritik tidak sejalan atau tampak bertentangan.31
Hadis Dalam tahap ini, aksentuasi penelitian
III. Penelitian Matan Hadis diperuntukkanmengatasi Hadis-Hadis yang
Langkah-langkah metodologis penelitian nampak kandungannya bertentangan
matan Hadis meliputi.30 (mukhtalifal-Hadis atau Ta‘arud al-
1. meneliti matan dengan Hadis).metoda yang digunakan olehpara
kualitas sanadnya. Penelitian ini muhadditsin dalam hal ini, antara lain apa
meliputi langkah-langkah yang dikemukakan olehIbnu Hajar Al-
pemabahasan: (1) Meneliti matan Asqalani; (I) Al-jam‘u, (2) al-Nsikh Waal-
sesudah meneliti sanad, (2) Kualitas Mansukh, (3) at-Tarjih, dun (3) at-Tauqif
matan tidak selalu sejalan dengan
kulitas sanadnya, (3) Kaidah 3. Aksiologi Penelitian Hadis
keshahihan matan sebagi acuan. Nilai aksiologis penelitian Hadis meliputi
2. Meneliti susunan main yang dua aspek capaian, yakni tujuandan nilai
semakna. Cara ini ditempuh untuk kegunaan penelitian. Tujuan pokok penelitian
dapat mengetahui terjadinya Hadis baik dari segi sanadmaupun matan
perbedaan lafal matan Hadis yang adalah untuk mengetahui kulitas Hadis yang
diakibatkan oleh terjadinya diteliti. KualitasHadis sangat perlu diketahui
periwayatan secara makna, dan untuk dalam hubungannya dengan kehujahan Hadis
mengidentifikasi terjadinya jiyadah, yangbersangkutan.32 Hadis yang kualilasnya
idraj dan sebagainya, yang tidak memenuhi syarat tidak dapatdigunakan
disebabkan oleh adanya perbedaan sebagai hujjah.
lafal. Dalam tahap penelitian ini dapat Nilaikegunaan penelitian Hadis tertumpu
digunakan metode perbandingan pada fakta intelektual bahwa penelitian
(muqaranah) antara berbagai matan terdahulu adalah produk ijtihad yang bersifat
Hadis yang memiliki kesamaan tema dinamis dan rekorektif merupakan salah satu
atau ada sagi kasamaan tema. upaya untuk salain mengetahui sebarapa jauh
3. Meneliti kandungan matan. Untuk tingkatakurasi penelitian ulama terhadap
tahap ini ditempuh melalui langkah- hasil yang mereka leliti, juga
langkah: untukmenghindarkan diri dari penggunaan
a. Membandingkan kandungan matan dalil Hadis yang tidak memenuhi
yang sejalan atau tidak syaratdilihat dari segi kehujahannya.
bertentangan.Untuk mengetahui ada ll. Penutup
atau tidaknya matan lain yang memiliki
topikmasalah yang sama, ditempuh
31
Fathurohman,141. Mengenai Metode
perbandingan, Liht juga, Muhammad Mustafa
29
Fathurohman, 88. Azhami, 86.
30 32
Fathurohman, 131-135. Muhammad Mustafa Azhami, 28.
Solihin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1, 1 ( September 2016): 61-68 67

Meneliti kebenaran suatu berita, Shahih (Shahih Muslim, ed. by Fuad Abdul
merupakan bagian dari upaya membenarkan Baqi (Al-Halabi Wa Syurakah, 1955)
yang benar dan membatalkan yang bathil, Fathurohman, Musthalahatul Hadis (Bandung:
begitu tegas Syaikh Muhammad al-Ghazali. Al-Ma‘arif, 1981)
Demikian, maka penelitian Hadis merupakan Ismail, H.M Syuhudi, Kaidah-Kaidah
KeShahihan Hadits, 2nd edn (Jakarta:
kajian yang mendalam dan kritis terhadap
Bulan Bintang, 1995)
matan dan sanad Hadis yang bersifat dinamis ———, Keshahihah Sanad Hadits, 2nd edn
dengan menggunakan metode-metode (Jakarta: Bulan Bintang, 1995)
tertentu untuk menetukan validitas Hadis ———, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, 1st
sebagai suatu hujjah bagi kebenaran ajaran- edn (Jakarta: Bulan Bintang, 1992)
ajaran agama. Sebagai muara kebenaran Mahmud Abu Rayah, Adlwa ‘Ala Al-Sunnah Al
hakiki. WallahuA 'lamu bi al-Sawab. Muhammadiyah, ed. by 3 (kairo: Darr al-
Ma’rif)
C. SIMPULAN Mahmud Al-Thahan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij,
Meneliti kebenaran suatu berita, 1st edn (Semarang: Bina Utama, 1995)
merupakan bagian dari upaya membenarkan Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, Difa’u
An Al-Sunnah (kairo: Al-Azhar)
yang benar dan membatalkan yang bathil,
Muhammad Mustafa Azhami, Metodologi Kritik
begitu tegas syaikh Muhammad Al-Ghazali. Hadits, L (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992)
Demikian, maka penelitian hadis merupakan Muhammad Utsman Khasyat, Mafatih Ulum Al-
kajian yang mendalam dan kritis terhadap Hadits Wa Turuq Takhrijuhu, 3rd edn
matan dan sanad Hadis yang bersifat dinamis (kairo: Maktab Al Qur’an)
dengan menggunakan metode-metode Nuruddin ’Itr, Al-MadkhalIla’Ulum Al-Hadit
tertentu untuk menentukan validitas hadis (Madinah: Maktabah al-Ilmiyah, 1972)
sebagai suatu hujjah bagi kebenaran ajaran- Shalahuddin Ibn Ahmad Al-Adlabi, Manhaj
ajaran agama. Sebagai muara kebenaran Naqdil Matan (Beirut: Dar Al-Afaq Al-
hakiki. Wallahu A’lamu bi al-Sawab. Jadidah, 1983)
Shalih, Subhi, Ulum Al-Hadits Wa Musthalahuhu
(Beirut: Dar Al-Ilmu Li al-Malayin, 1977)
DAFTAR PUSTAKA
Al-Naisaburiy, Abu al-Husain Muslim bin al-
Hajjaj bin Muslim al-Qusyairiy, Al-Jami’us
68 Solihin/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1, 1 ( September 2016): 61-68

Anda mungkin juga menyukai