Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KONSEP LABA
OLEH KELOMPOK 1 :
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
TAHUN PELAJARAN
2019/2020
13.1 Karakteristik Laba
A. Pengertian Laba
Pengetian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba
akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya
laba sebagai pengukur kenaikan aktiva sangat tergantung pada ketepatan pengukuran
pendapata dan biaya. Jadi dalam hal ini laba hanya merupakan angka artikulasi dan
tidak didefinisikan tersendiri secara ekonomik seperti halnya aktiva atau hutang.
Namun demikian, IAI memiliki pengertian sendiri mengenai income. IAI
justru tidak menterjemahkan income dengan istilah laba, tetapi dengan istilah
penghasilan. Dalam konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, (IAI
1994 ) mengartikan income (pengasilan ) sebagai berikut :
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal. (paragrap 70)
Pengukuran terhadap laba merupakan penetuan jumlah rupiah laba yang dicatat dan
disajikan dalam laporan keuangan. Pengukuran besarnya laba sangat tergantung pada
besarnya pendapatan dan biaya. Karena laba adalah bagian dari pendapatan, maka konsep
penghimpunan dan realisasi pendapatan juga berlaku untuk laba. Dengan demikian perlakuan
akuntansi terhadap laba tidak akan menyimpang dari perlakuan akuntansi terhadap
pendapatan.
Oleh karena laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, secara umum laba
diakui sejalan dengan pengakuan pendapatan dan biaya. Dalam konsep dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan, IAI (1994) menyatakan bahwa:
Secara konseptual ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur laba
yaitu:
A. Pendekatan Transaksi
Pendekatan transaksi menganggap bahwa perubahan aktiva/hutang (laba)
terjadi hanya karena adanya transaksi, baik internal maupun eksternal. Transaksi
eksternal timbul karena adanya transaksi yang melibatkan perubahan aktiva/hutang
dengan pihak luar perusahaan. Transaksi internal timbul dari pemakaian atau konversi
aktiva dalam perusahaan. Pada saat transaksi eksternal terjadi, nilai pasar dapat
dijadikan dasar untuk mengakui pendapatan. Transaksi internal berasal dari
pemakaian atau konversi aktiva. Apabila konversi telah terjadi, maka nilai aktiva lama
akan dirubah menjadi aktiva baru. Konsep / pendekatan ini sama dengan konsep
realisasi pendapatan. Pendekatan ini memiliki beberapa kebaikan yaitu :
a. Komponen laba dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, misalnya : atas
dasar profuk/konsumen.
b. Laba operasi dapat dipisahkan dari laba non operasi
c. Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan
hutang yang ada pada akhir periode.
d. Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi external untuk berbagai
tujuan
e. Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu
dengan yang lainnya.
B. Pendekatan Kegiatan
Laba dianggap timbul bila kegiatan tertentu telah dilaksanakan. Jadi, laba bisa
timbul pada tahap erencanaan, pembelian, produksi, penjualan dan pengumpulan kas.
Dalam penerapannya, pendekatan ini merupakan perluasan dan pendekatan transaksi.
Sementara pendekatan kegiatan didasarkan pada peristiwa/kegiatan dalam arti luas,
tidak dibatasi pada kegiatan dengan pihak luar. Meskipun demikian, keduanya gagal
menunjukkan pengukuran laba dalam dunia nyata. Hal ini disebabkan 2 pendekatan
tersebut didasarkan pada hubungan struktural yang sama yang tidak ada dalam dunia
nyata. Kebaikan pendekatan kegiatan adalah:
1. Laba berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan jenis
evaluasi dan produksi yang berbeda dibandingkan laba yang berasal dari
pembelian dan penjualan surat berharga yang ditujukan pada usaha
memperoleh data capital gain.
2. Efisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik laba diklarifikasikan
menurut jenis kegiatan yang menjad tanggungjawab manajemen.
3. Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan pola
perilaku dari jenis kegiatan yang berbeda.
C. Pendekatan Mempertahankan Kemakmuran (Capital Maintenance Concept)
Dalam konsep disini dimaksudkan sebagai kapital dalam arti kekayaan bersih
dalam arti yang luas dan dalam berbagai bentuknya. Jadi kapital diartikan sebagai
sekelompok kekayaan tanpat memperhatikan siapa yang memiliki kekayaan tersebut.
Kam (1990) mendefinisikan laba sebagai berikut :
Laba (income) adalah perubhan dalam kapital perusahaan diantara dua titik
waktu yang berbeda (awal dan akhir), diluar perubahan karena investasi oleh pemilik
distribusi kepada pemilik, dimana kapital dinyatakan dalam bentuk nilai (value) dan
didasarkan pada skala pengukuran tertentu (p. 194).
Sementara itu hendrkson (199 ) mengartikan kapital dan laba sebagai berikut:
laba adalah aliran jasa sepanjang periode waktu. Kapital adalah persediaan
kemakmuran (the embodyment of future services), dan laba merupakan aliran
kemakmura yang dapat dinikmati selama periode tertentu (p.142)
Dari pengertian diatas, dapat dirumuskan bahwa atas dasar konsep kapital sebagai
tingkat kemakmuran, maka laba merupakan aliran kemakmuran yang dapat
dikonsumikan (dinikmati) selama 1 periode, tanpa mengurangi tingkat kemakmuran.
Dengan demikian laba dapat diukur dari selisih antara tingkat kemakmuran pada akhir
periode dengan tingkat kemakmuran pada awal periode {laba = total aktiva neto
(akhir periode) – kapital yang diinvestasikan (awal periode)}. Kapital yang digunakan
dalam konsep ini adalah kapital neto (net-worth) atau aktiva neto.
A. Extraodinary items
Extraodinary items adalah peristiwa atau transaksi yang memiliki pengaruh material,
dan diharapkan jarang terjadi serta tidak berasal dari faktor yang sifatnya berulang-
ulang daam kegiatan usaha normal perusahaan (APB Opinion No. 30 “Reprting the
Result of Operating” pada tahun 1973 yang menyebutkan bahwa elemen laporan
keuangan dikatakan sebagai extraodinary items jika memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Tidak umum (unusual), artinya peristiwa atau transaksi yang mendasari elemen
tersebut harus memiliki tingkat abnormal yang tinggi dan tidak berkaitan dengan
kegiatan normal perusahaan yang berlangsung terus menerus, sesuai dengan
kondisi lingkungan tempat perusahaan menjalankan kegiatannya.
b. Jarang terjadi (infrequency of ocurrence), artinya peristiwa atau transaksi yang
mendasari elemen tersebut merupakan tipe transaksi yang diharapkan jarang
terjadi dimasa mendatang sesuai dengan kondisi lingkungan tempat perusahaan
menjalankan kegiatannya.
C. Perubahan Akuntansi
Perubahan akuntansi yang dilakukan perusahaan kemungkinan dapat
mempengaruhi laporan keuangan baik tahun berjalan maupun trend yang terdapat
dalam laporan keuangan komparatif. Perubahan akuntansi dikelompokkan ke dalam 3
jenis yaitu :
1. Perubahan prinsip akuntansi, yaitu perubahan yang terjadi dimana
perusahaan memilih metode akuntansi yang berbeda dengan metode yang
digunakan sebelumnya.
2. Perubahan estimasi akuntansi, yaitu perubahan taksiran jumlah tertentu
atas jumlah yang telah ditentukan pada periode sebelumnya.
3. Perubahan entitas pelapor, yaitu perubahan yang berkaitan dengan status
entitas pelapor sebagi akibat konsolidasi, perubahan anak perusahaan
tertentu atau perubahan jumlah perusahaan yang dikonsolidasikan.
Salah satu fenomena menarik dalam akuntansi yang beraitan dengan laba adalah
kejadian yang berkaitan dengan perataan laba (income smoothing). Ada beberapa pendapat
mencoba menguji secara empiris kebenaran praktk income smoothing yang dilakukan oleh
manajer.
Perataan laba adalah normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend
atau level laba tertentu (Belkaouni, 1993). Berikut defisini yang dikemukakan oleh
Beidelman (1973)tentang perataan laba, yaitu perataan laba yang dilaporkan dapat
didefiisikan sebagi usaha yang sengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba
sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Dalam hal ini,
perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi
abnormal laba dalam batas-batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi dan prinsip
manajemen yang wajar (sound).
Ada beberapa alasan yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa manajer
melakukan perataan laba. Heyworth (1953) menyatak bahwa motivasi mendorong
dilakukannya perataan laba adalah untuk memperabaiki hubungan dengan kreditor, investor
dan karyawan, seerta meratakan siklus bisnis melalui proses psikologis.