Kita sebagai umat Kristen Katolik tentu merasa asing dengan judul yang tertulis diatas. Mungkin sebagian dari kita akan merasa aneh dan berpikir,’’Kok dalam iman Kristen ada shalat? Bukankah shalat (dibaca: sholat/sholah) hanya ada dalam agama Islam saja?’’ Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidaklah salah jika ditanyakan dan adalah hal yang wajar karena mayoritas dari kita memang jarang atau bahkan tidak pernah mendengar istilah shalat dalam iman Kristen. Tulisan ini saya tulis tak lain hanyalah sebagai sebuah bahan perbandingan disaat kita mungkin diperhadapkan dengan klaim-klaim oleh saudara-saudari kita yang Muslim bahwa kita umat Katolik tidak pernah shalat. Mengingat kita sebagai umat Katolik tidak pernah terlepas dari interaksi dengan sudara-saudari kita yang Muslim sehingga adakalanya tanpa disadari kita terlibat dalam diskusi antar iman. Namun sebagai umat Kristiani kita memang harus bersaksi tentang Kristus baik dalam kata-kata maupun kesaksian hidup dan tentunya pada kaidah-kaidah kasih dan kelemahlembutan sebagaimana yang telah dikatakan oleh Rasul Petrus,’’Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka , yang memitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.’’ (1 Pet 3:15-16). Tulisan ini bertujuan sebagai informasi untuk kita sekalian umat Katolik dan sekaligus untuk meluruskan persepsi yang salah tentang klaim saudara-saudari kita yang Muslim tersebut bahwa kita umat Kristiani tidak pernah shalat. Lalu apa sih shalat itu? Sebelumnya perlu kita ketahui bahwa ketika peristiwa pencurahan Roh Kudus atas Para Rasul banyak orang yang menyaksikannya berlatarbelakang dari negeri-negeri lain seperti Mesopotamia, Mesir, Libia, Arab, dll (Kis 2:1-12). Jadi tentu saat itupun ada orang-orang Arab yang takjub dengan perbuatan yang dilakukan Allah atas Para Rasul dan tidak menutup kemungkinan karena saking takjubnya mereka akhirnya membuka diri untuk menerima Kristus dan menjadi seorang Kristen (pengikut Kristus). Perlu juga diketahui bahwa jauh sebelum adanya agama Islam dalam bangsa semitik sekitar hampir 7 abad sebelum agama Kristen, umat Kristen telah terlebih dahulu mengerti tentang arti dan makna shalat dalam konteks Kristiani. Dalam buku shalat Al-Masihiyyun Al-Qibthiyyah (Kristen Mesir: Kekristenan yang dibawa oleh Rasul/Penginjil Markus) dikatakan bahwa ‘’SHALAT adalah hiya asy-syukru wa ad-dhua wa munajatu al-Khaliq wa tasbihuhu.’’ Jadi artinya adalah bahwa SHALAT itu adalah ucapan syukur, dialog, permohonan, dan pujian kepada Sang Pencipta. Jadi sebenarnya istilah shalat tidak lain dan tidak bukan adalah sama sebagaimana kata ‘’berdoa’’ atau ‘’praying’’ dalam bahasa Inggris. Gereja Katolik mempunyai 22 ritus dan diantaranya adalah ritus-ritus Katolik Timur seperti Gereja Katolik Koptik di Mesir, Gereja Katolik Maronit (Al-Kanisah Al-Katsulikiyyah Al-Maruniyyah) dan Gereja Katolik Melkite di Libanon, Suriah, Israel, Palestina, Irak, dst. Jadi jemaat Kristiani yang berada di Timur Tengah yang notabene berbahasa Ibrani, Aram, dan Arab tidaklah asing dengan istilah ‘’shalat’’ karena mereka sendiri tahu bahwa yang namanya shalat itu adalah ketika mereka memuliakan Allah dalam doa, memuji-Nya, mengucapkan syukur atas setiap kemurahan dan kebaikan yang Tuhan telah berikan, berdialog/bercakap-cakap dengan dia tentang berbagai persoalan hidup, dan memohon permintaan-permintaan kepada-Nya. Jadi doa yang dilakukan baik secara kelompok ataupun pribadi dengan masuk kamar dan mengunci pintu artinya adalah sama bahwa mereka sedang shalat, mereka sedang berkomunikasi dengan Tuhan. Lalu pertanyaan selanjutnya, kalau shalat itu adalah sama sebagaimana dengan berdoa lalu mengapa saudara-saudari kita Muslim shalat dengan prostration (gerakan) seperti sujud, rukuk, berdiri? Eeeeiiitss... jangan salah umat Kristiani Timur Tengah pun berdoa dengan berdiri, rukuk, dan membuat tanda salib lalu sujud. Ini semua adalah ungkapan atau cara penghormatan bangsa semitik yang menjadi tradisi untuk mengungkapkan penghormatannya kepada raja-raja, bangsawan, orang yang dianggap terhormat atau bahkan Tuhan Sang Pencipta. Tradisi ini bisa kita lihat pada kehidupan umat Allah sejak dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebagaimana yang tercatat dalam Kej 17:3, 18:12, 19:1, 23:7, 24:48, 33:3, 33:7, 43:28, 44:14, Kel 18:17, Bil 14:5, 16:22, Mat 20:20, 26:39, Luk 24:52, Yoh 9:38, dst. Sebagaimana dalam tradisi Jawa dalam seseorang mengungkapkan penghormatannya ada membungkuk (rukuk), jengkeng, berdiri, dll. Namun shalat (berdoa) itu bukanlah masalah prostration tapi hati yang terarah kepada Tuhan, hati yang terfokus yang sejenak meninggalkan segala rutinis keduniawiaan dan menyadari dirinya ada di hadapan Allah. Maka dengan kesadaran itu diharapkan terjadi hubungan yang intim antara Allah dan manusia di dalam doa sehingga karena doanya tersebut seseorang termotivasi untuk hidup kudus dan berkenan kepada Tuhan dalam iman yang hidup di dalam perbuatan. Sedikit informasi bahwa JAUH ratusan tahun sebelum dan terlepas dari keyakinan tentang umat Muslim yang konon menerima perintah shalat 50 kali yang terjadi tawar- menawar dengan Tuhan hingga menjadi 5 waktu dalam peristiwa Israj Mi’raj, umat Kristiani sudah berdoa pada jam-jam dimana umat Muslim melakukan shalat 5 waktu dan 2 shalat sunnah (dhuha dan tahajjud) tersebut. Doa pada jam-jam tersebut dalam iman Kristiani bersifat doa yang Kristosentris, karena semuanya tertuju untuk mengenang kisah hidup Tuhan kita Yesus Kristus. Doa ini disebut dengan istilah Arabik “Ashabus Sholawat” atau dalam Gereja Katolik Roma disebut Lutirgia Horarum ataupun Brevir. Namun perlu juga diketahui bahwa doa Kristiani ini tidak bersifat syariat sebagaimana dalam shalat Muslim namun lebih kepada kesadaran diri karena kerinduan untuk datang memuliakan Tuhan dan merenungkan kisah hidup Tuhan kita Yesus Kristus. Nama-nama dan makna doa Kristiani yang sekarang sebanding dengan waktu shalat saudara-saudari Muslim tersebut adalah sebagai berikut: 1. Shalat Awwal (Doa Jam 5-6 pagi, bdk shalat subuh) artinya doa yang mengenang saat kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus yang mengalahkan maut untuk memberi hidup bagi umat-Nya. 2. Shalat Tsalits (Doa Jam 9 pagi, bdk shalat dhuha) artinya doa yang mengenang Tuhan kita Yesus Kristus yang dihakimi secara tidak adil oleh Pontius Pilatus dan mengenang turunnya Roh Kudus atas Para Rasul. Dengan demikian memotivasi kita jika kita diperhadapkan kepada ketidak adilan dunia maka kita harus bisa berusaha meneladani Tuhan untuk tetap tabah dan antusias dengan berusaha tetap tinggal di dalam kebenaran. Karena dengan sikap yang demikian maka sebagaimana Kristus yang akhirnya sampai kepada kemuliaan meskipun pada awalnya menghadapi banyak rintangan dan ujian kitapun akan melihat hal-hal yang indah pada akhirnya, karena Firman Tuhan berkata,’’Segala sesuatu akan indah pada waktunya.’’ (Pengkhotbah 3:11a) 3. Shalat Saadis (Doa jam 12-1 siang, bdk shalat dzuhur) artinya doa yang mengenang sengsara Tuhan kita Yesus Kristus diatas kayu salib. Dengan demikian memotivasi kita untuk selalu antusias disaat kita menghadapi persoalan- persoalan dalam hidup yang terkadang terasa berat, karena permasalahan- permasalahan kita ibarat setetes air dalam samudera yang luas jika dibandingkan dengan sengsara yang Tuhan kita Yesus Kristus pernah alami diatas kayu salib. 4. Shalat Tis’ah (Doa jam 3 sore, bdk shalat asyar) artinya doa yang mengenang saat kegelapan meliputi daerah tempat Kristus disalibkan sampai jam 3 dikala Raja kita menghembuskan Nafas-Nya yang terkahir, Dia yang mencintai kita sampai akhir. Dialah Gembala Yang Baik yang menyerahkan nyawa-Nya bagi kita domba-domba atau para sahabat-sahabat-Nya. Dialah Guru Yang Baik yang membuktikan ajaran cinta kasih-Nya dengan perbuatan yang nyata. 5. Shalat Ghurub (Doa jam 6 petang, bdk shalat maghrib) artinya doa mengenang Tubuh Mulia Kristus yang diturunkan dari kayu salib oleh Yusuf dari Arimathea dan dipangku Bunda Maria dengan hati yang remuk bagaikan tertembus pedang. 6. Shalat Naum (Doa jam 8-9 malam, bdk shalat isya) artinya doa mengenang saat dimana Tubuh Mulia Kristus dikuburkan. 7. Shalat Lail (Doa jam 12 malam, bdk shalat tahajjud) artinya doa mengenang sabda Kristus supaya kita berjaga-jaga agar tidak jatuh ke dalam pencobaan. Berjaga- jaga senantiasa dalam doa dan perbuatan kasih yang nyata karena kedatangan Anak Manusia seperti pencuri yang mana kita tidak tahu kapan waktunya. Dengan demikian kita berharap supaya kita dilayakkan menerima mahkota kehidupan kekal. Jadi kesimpulannya adalah bahwa shalat Kristiani itu selain merupakan ucapan syukur, dialog, permohonan, dan pujian kepada Allah Tritunggal Mahakudus juga merupakan berdoa pada jam-jam tertentu untuk mengenang kisah hidup Tuhan kita Yesus Kristus. Semoga dengan tulisan ini kita sekalian semakin mempunyai kasih yang dalam kepada kepada Allah Tritunggal Mahakudus dan sesama, sehingga kita menjadi umat Allah sebagaimana yang Rasul Petrus katakan,’’Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.’’ (1 Pet 2:9-10). Amiiiiiiin...... Gloria Patri et Filio et Spiritui Sancto, sicut erat in principio et nunc et semper et in saecula saeculorum. Amen. (Disini penulis tidak bermaksud menyampaikan bahwa tradisi shalat dalam iman Muslim adalah mengambil tradisi dari umat Kristiani. Namun sekedar sebagai informasi bahwa tradisi berdoa pada jam-jam tertentu sudah diapakai oleh umat Kristiani jauh sebelum datangnya iman Islam dan merupakan sebuah bahan perbandingan bahwa keduanya memiliki tradisi yang serumpun karena merupakan anak-anak yang mempunyai akar dari bapa Abraham ). Sekian dan terima kasih.