Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL

EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA SMA NEGERI


DI KOTA MAKASSAR DALAM
MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013

ANDI EVI SULFIYANI NURFATHANAH AMSAL

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
1

JUDUL: EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA SMA NEGERI DI


KOTA MAKASSAR DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN
KURIKULUM 2013

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan

seseorang di masa mendatang, dimana dapat memberikan pengaruh terhadap

seseorang ataupun sekelompok orang dalam mencapai tingkat kehidupan yang

berkualitas. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individu untuk

mengembangkan bakat dan kepribadian mereka. Pendidikan formal dapat

diperoleh dari sekolah karena sekolah merupakan salah satu sistem pendidikan

yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dari

pendidikan yang diterima di bangku sekolah, diharapkan dapat mengubah pola

pikir dan daya kreativitas manusia. Sekolah adalah bagian dari rancangan yang

dibuat oleh pemerintah di bidang pendidikan dengan landasan operasionalnya

adalah kurikulum.

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional (UU No. 20 Tahun 2003) . Kurikulum di Indonesia sudah mengalami

perubahan beberapa kali hingga pada tahun 2013 kurikulum yang diterapkan

hingga sekarang adalah Kurikulum 2013. Selama proses pergantian kurikulum,


2

tidak lain bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta

rancangan pembelajaran yang ada di sekolah. Pada dasarnya, kurikulum dan

pembelajaran dalam proses pendidikan adalah dua hal yang tidak dapat

dipisahkan. Kurikulum tidak akan berarti tanpa diimplementasikan dalam proses

pembelajaran dan sebaliknya pembelajaran tidak akan efektif tanpa didasarkan

pada kurikulum sebagai pedoman. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan

langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah

dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Di dalam kurikulum 2013 untuk

jenjang SMA di Indonesia, memiliki komponen-komponen yang memiliki konsep

baru yang di dalamnya merupakan pengembangan dari kurikulum KTSP.

Dari perubahan yang dilakukan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

hanya perubahan konseptual saja, namun secara praktis kebiasaan lama masih

terwujud dalam kurikulum baru sehingga pelaksanaan kurikulum baru belum

berjalan baik sepenuhnya. Untuk itu kualitas pendidikan di Indonesia masih perlu

dilakukan perbaikan, termasuk dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas.

Dalam pembelajaran di sekolah atau khususnya di kelas, guru adalah pihak yang

bertanggungjawab dalam proses pembelajaran. Usaha memperbaiki kualitas

pembelajaran dan kualitas guru menjadi perhatian lembaga pendidikan sesuai

dengan amanat UUD Sikdiknas tentang guru dan dosen terutama menyangkut

kompetensi guru, sehingga berdampak pada kualitas hasil belajar peserta didik.

Pengimplementasian Kurikulum 2013 menuntut kemampuan guru dalam

penguasaan konsep esensial dan kemampuan pedagogik guru. Artinya guru


3

berperan besar dalam mengimplementasikan tiap proses pembelajaran sesuai

dengan yang berlaku pada kurikulum 2013 dan memiliki tanggung jawab yang

sangat besar dalam mendidik anak berdasarkan kompetensi yang dimilikinya..

Panduan pembelajaran dan buku ajar dalam Kurikulum 2013 sudah ditetapkan

dari pusat. Hal yang paling menonjol dalam kurikulum 2013 adalah pendekatan

dan strategi pembelajarannya. Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013

dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik (scientific approach).

Proses pembelajaran harus menyentuh 3 ranah, yaitu sikap (attitude),

keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Salah satu syarat terwujudnya

pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 adalah dengan adanya perubahan

paradigma guru dalam proses pembelajaran karena berhasil tidaknya kurikulum

bergantung pada aktivitas dan kreativitas guru dalam mengembangkan dan

merealisasikan kurikulum yang berlaku.

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati juga mengaku belum puas

dengan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Menurutnya dunia

pendidikan belum fokus pada apa yang ingin diraih dan dunia pendidikan di

Indonesia masih tertinggal dari negara lain contohnya Vietnam. Dengan begitu dia

menekankan pentingnya kesadaran para guru sebagai penopang utama pendidikan

untuk kemajuan suatu bangsa (Satrianegara, 2018). Hal ini dimaksudkan dalam

rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dengan tuntutan

dan perkembangan zaman di era sekarang ini, maka dibutuhkan pendidikan yang

menghasilkan lulusan yang berkualitas, bermutu serta mengikuti perkembangan

yang terjadi dan memiliki keunggulan kompetitif.


4

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti selama ini,

pengimplementasian kurikulum 2013 di SMAN kota Makassar belum sepenuhnya

konsisten. Kemungkinan penyebab permasalahan yang dialami oleh sekolah

tersebut terletak pada faktor kemampuan guru yang mengampuh mata pelajaran

Fisika. Dengan praduga bahwa guru mata pelajaran Fisika di sekolah belum

melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan prosedur yang ada, seperti

dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan penilaian

dalam kegiatan pembelajaran. Selain kemampuan guru, kurangnya perhatian dari

pihak-pihak terkait juga dapat menjadi kendala dalam kemajuan pendidikan

khususnya fisika di sekolah tersebut.

Selain itu, berdasarkan berbagai penelitian relevan, diantaranya Kustijono

& Wiwin (2014) yang membahas tentang pandangan guru terhadap pelaksanaan

kurikulum 2013 dalam melaksanakan pembelajaran melalui penelitian survei

menyimpulkan bahwa para guru belum sepenuhnya memahami prinsip

pembelajaran terkait dengan perbedaan pendekatan tekstual dengan pendekatan

ilmiah, perbedaan pembelajaran parsial dengan pembelajaran terpadu. Para guru

juga belum sepenuhnya memahami prinsip penilaian, dalam penyusunan RPP

masih terkendala, masih belum dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang

sesuai dengan standar proses. Penelitian lain oleh (Retnawati, Hadi, & Nugraha,

2016), yang berupa deskriptif mengenai kesiapan dan implementasi kurikulum

2013 dengan data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang berisi tujuh

indikator, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik dan guru sudah siap

mengimplementasikan kurikulum 2013. Namun, masih ada beberapa faktor


5

penghambat dalam pelaksanaan Kurikulum 2013. (Aeni, Chandra, & Muspiroh,

2016) menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data

menggunakan dokumentasi, observasi, wawancara dan angket, serta teknik

analisis data diantaranya transkripsi, organisasi data, tahapan interprestasi,

temuan, dan penarikan kesimpulan maka hasil analisis dan pembahasan yang telah

dilakukan juga mengungkapkan bahwa terdapat kesulitan pada tahap perencanaan

dan proses pembelajaran. Selain itu, penelitian deskriptif kualitatif oleh (Maba,

2017) dengan data penelitian dikumpulkan melalui wawancara mendalam,

observasi, dan dokumentasi yang dianalisis secara deskriptif dengan

menggunakan teknik interaktif juga menunjukkan beberapa kesulitan yang

dihadapi oleh guru dalam melakukan penilaian akibat waktu terbatas yang

dimiliki guru dalam mengamati aspek sosial atau sikap peserta didik dan

penulisan hasil penilaian yang membutuhkan banyak waktu untuk

mendeskripsikan kemampuan peserta didik. (Fitriany & Susilo, 2014) menyatakan

hambatan-hambatan yang dihadapi guru adalah rendahnya kesadaran guru tentang

konsep kurikulum 2013. Kurangnya persiapan sehingga kesulitan menyusun

perangkat awal pembelajaran dan kesulitan memaksimalkan pembelajaran dengan

menumbuhkan kreatif dari peserta didik. Kemudian terlalu banyak penambahan

jam pelajaran, tidak jelasnya sistem penilaian hasil belajar peserta didik.

Mengacu pada hal di atas yaitu pengimplementasian kurikulum 2013

pada pembelajaran fisika SMA Negeri di kota Makassar yang belum sepenuhnya

konsisten serta kinerja guru terutama dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

penilaian dari pembelajaran yang dilakukan guru di kelas belum dilakukan


6

pengamatan maka permasalahan tersebut sebaiknya ditelusuri secara mendalam

untuk segera dicari solusi yang terbaik agar dapat mencapai tujuan yang telah

diharapkan dari kurikulum itu sendiri. Kegiatan penelusuran dapat dilakukan

melalui penelitian evaluasi. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Evaluasi Pembelajaran Fisika SMA Negeri di Kota Makassar

dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013”.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah dari

penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran fisika SMA Negeri di Kota

Makassar dalam mengimplementasikan kurikulum 2013?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran fisika SMA Negeri di Kota

Makassar dalam mengimplementasikan kurikulum 2013?

3. Bagaimanakah penilaian pembelajaran fisika SMA Negeri di Kota Makassar

dalam mengimplementasikan kurikulum 2013?

4. Faktor apakah yang menjadi penghambat dan pendukung dalam

mengimplementasikan kurikulum 2013 pada pembelajaran fisika SMA

Negeri di Kota Makassar dalam mengimplementasikan kurikulum 2013?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah
7

1. Menganalisis dan mendeskripsikan perencanaan pembelajaran fisika SMA

Negeri di Kota Makassar dalam mengimplementasikan kurikulum 2013.

2. Menganalisis dan mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran fisika SMA

Negeri di Kota Makassar dalam mengimplementasikan kurikulum 2013.

3. Menganalisis dan mendeskripsikan penilaian pembelajaran fisika SMA Negeri

di Kota Makassar dalam mengimplementasikan kurikulum 2013.

4. Menganalisis dan mendeskripsikan faktor yang menjadi penghambat dan

pendukung dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 pada pembelajaran

fisika SMA Negeri di Kota Makassar dalam mengimplementasikan

kurikulum 2013.

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan kajian dan informasi pengimplementasian kurikulum 2013

pada pembelajaran fisika terkait perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

2. Dapat menjadi acuan dalam mengevaluasi suatu pembelajaran

3. Sebagai bahan refleksi maupun tambahan wawasan bagi para guru fisika

untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran fisika seperti dalam merancang dan

mengembangkan rencana pembelajaran yang efektif sesuai dengan standar

proses Permendikbud Nomor 22 Tahun 2006 serta lembar penilaian sesuai

Standar Penilaian Pendidikan yang telah ditentukan dalam Peraturan

Pemerintah dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016.


8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Fisika

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia secara jelas dinyatakan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar (Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Standar Pendidikan Nasional, 2005). Selain itu,

Seifert mengungkapkan “Pembelajaran adalah usaha sistematis yang

memungkinkan terciptanya pendidikan demi meraih internalisasi ilmu

pengetahuan sebagai proses pengalaman khusus yang bertujuan menciptakan

perubahan secara terus menerus dalam perilaku dan pemikiran manusia”(Chodijah

& Fauzi, 2012). Sementara itu dalam keseharian di sekolah, istilah pembelajaran

atau proses pembelajaran sering dipahami sama dengan proses belajar mengajar

dimana di dalamnya ada interaksi guru dan peserta didik dan antara sesama

peserta didik untuk mencapai suatu tujuan, yaitu terjadinya perubahan sikap dan

tingkah laku peserta didik. Dalam pembelajaran hasil belajar dapat dilihat

langsung. Oleh karena itu, agar kemampuan peserta didik dapat dikontrol dan

berkembang semaksimal mungkin dalam proses belajar di kelas maka program

pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh para guru dengan

memperhatikan berbagai prinsip-prinsip pembelajaran yang telah diuji

keunggulannya (Uno & Muhammad, 2011).

Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata

dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui
9

(dituruti) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi

“pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan

sehingga peserta didik mau belajar.

Ada pandangan yang menyebutkan bahwa pendidikan itu didapat oleh

peserta didik, bukan diterima. Pandangan senada menyatakan bahwa guru tidak

dapat memberikan pendidikan apapun kepada peserta didik, tetapi peserta didik

itulah yang harus mendapatkannya. Pandangan-pandangan yang menekankan

faktor penting keaktifan peserta didik ini tentu saja tidak bermaksud mengecilkan

arti penting pembelajaran. Namun pada kenyataannya, pembelajaran menjadi

sesuatu yang terabaikan. Memang pada akhirnya hasil yang dicapai oleh peserta

didik dari belajarnya tergantung pada usahanya sendiri, tetapi bagaimana usaha itu

terkondisikan banyak dipengaruhi oleh faktor pembelajaran yang dilakukan oleh

guru.

Gallagher menunjukkan bahwa ada perbedaan besar antara niat yang

dinyatakan guru tentang mengajar dan apa yang sebenarnya terjadi di kelas

(Flores, Lopez, Gallegos, & Barojas, 2000). Guru harus mampu melaksanakan

proses pembelajaran sesuai dengan standar proses. Proses pembelajaran di sekolah

tentunya berkaitan dengan proses belajar mengajar suatu materi pelajaran, salah

satunya adalah fisika. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam yang

dikenal dengan sains. Sains merupakan sekumpulan pengetahuan tentang obyek

dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan

ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan

menggunakan metode ilmiah (Kuspriyanto, 2013). Dalam proses pembelajaran


10

fisika perlu diupayakan pemberian pengalaman belajar langsung pada peserta

didik sehingga mampu serta memahami hakikat fisika yang dilandasi sikap ilmiah

untuk memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga peserta didik mencapai

fakta, konsep, dan generalisasi secara mendalam. Prosesnya tidak dapat dilakukan

dengan terburu-buru karena banyak pengumpulan data dilibatkan dalam setiap

langkah. Peserta didik dengan bimbingan guru perlu dilibatkan dalam menyiapkan

dan melakukan eksperimen. Peserta didik harus berhipotesis tentang hasil tetapi

tidak langsung mengambil kesimpulan secara terburu-buru. Tentunya diperlukan

pengamatan yang cermat dan teliti. Hambatan terhadap prestasi peserta didik

harus dihilangkan sehingga peserta didik memungkinkan fokus pada tujuan yang

ingin dicapai (Ediger & Marlow, 2014). Hakikat pembelajaran fisika sejalan

dengan landasan berpikir dalam implementasi kurikulum 2013 yang dalam proses

pembelajarannya menekankan pada penggunaan pendekatan saintifik (scientific

approach).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika

merupakan proses belajar mengajar untuk membangun pengetahuan yang di

dalamnya mempelajari alam dan kejadian-kejadiannya yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran fisika, pendidik dituntut mampu

memilih pendekatan dan metode yang tepat dan sesuai agar tujuan pembelajaran

dapat tercapai.
11

B. Kurikulum 2013

Kurikulum menjadi bagian penting dalam proses pendidikan, sehingga

keberadaan kurikulum perlu dipahami secara utuh oleh segenap pelaku

pendidikan. Pentingnya kurikulum dikarenakan acuan utama dalam menjalankan

proses pendidikan yang ada di sekolah.

Kurikulum 2013 menjadi pengembangan kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan tahun 2006. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana

dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua

dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sedangkan kurikulum 2013

dimaksudkan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki

kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif,

kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

masyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Shobirin, 2016).

Kurikulum 2013 bertujuan untuk menghasilkan orang Indonesia yang:

produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan yang terintegrasi. Berdasarkan tema tersebut, implementasi

kurikulum 2013 diharapkan menghasilkan manusia yang produktif, kreatif, dan

inovatif (Permendikbud, 2013)


12

Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 ini diarahkan untuk

mengembangkan tiga kompetensi antara lain kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan secara terpadu yang artinya tidak bisa dipisahkan dengan

kompetensi lainnya untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan

(Sulistyaningsih, 2016). Masing-masing kurikulum memiliki karakteristik

tersendiri, demikian halnya dengan Kurikulum 2013 yang dirancang oleh

pemerintah. Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

a. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial,

pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi

di sekolah dan masyarakat.

b. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan

pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang

dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai

sumber belajar.

c. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,

pengetahuan, dan keterampilan.

d. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti

kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.

e. Mengembangkan kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi

(organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan

proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang

dinyatakan dalam kompetensi inti.


13

f. Mengembangkan kompetensi dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling

memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata pelajaran

dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).(As’ari &

Rahman, 2016)

Jika sebelumnya model pembelajaran adalah model yang berpusat pada

guru sekarang menjadi berpusat pada peserta didik, sehingga memberikan

dampak bagi guru karena peran guru tidak sama lagi. Pada kurikulum 2013, para

guru tidak membuat silabus, tetapi mengembangkan apa yang sudah disiapkan

pemerintah. Sepertinya tugas mereka lebih mudah dari sebelumnya, tetapi hal

tersebut menantang mereka menjadi lebih kreatif. Para guru harus membuat

proses belajar yang mengurangi peran mereka tetapi dapat memaksimalkan

partisipasi peserta didik. Tugas guru adalah sebagai fasilitator bagi peserta didik

dalam belajar proses. Hal ini tentunya sesuai dengan yang berlaku dalam

kurikulum 2013 sehingga mereka harus benar-benar mengerti tentang Kurikulum

2013 dan harus mengimplementasikannya dengan benar (Windarti, 2016)

C. Implementasi Kurikulum 2013

Implementasi kurikulum 2013 tentang kegiatan pembelajaran di sekolah

oleh guru dilaksanakan dalam tiga dimensi, yaitu perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Pada perencanaan

pembelajaran, guru yang baik harus menyusun perencanaan sebelum

melaksanakan pembelajaran di kelas. Proses belajar mengajar yang baik harus

didahului dengan persiapan yang baik, tanpa persiapan yang baik sulit rasanya
14

menghasilkan pembelajaran yang baik. Oleh karena itu, sudah seharusnya guru

sebelum mengajar menyusun perencanaan atau perangkat pembelajaran. Program

atau perencanaan yang harus disusun oleh guru sebelum melakukan pembelajaran

antara lain: 1) program tahunan, 2) program semester, 3) silabus, dan 4) Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Berdasarkan Lampiran (Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016) Tentang

Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa komponen

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terdiri atas:

a. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan

b. Identitas mata pelajaran atau tema/ subtema

c. Identitas kelas/ semester

d. Materi pokok

e. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan

beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia

dalam silabus dan KD yang harus dicapai

f. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan

g. Kompetensi dasar dan Indikator pencapaian kompetensi

h. Materi pembelajaran yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator

ketercapaian kompetensi
15

i. Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai

j. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk

menyampaikan materi pelajaran

k. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar,

atau sumber belajar lain yang relevan

l. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti,

dan penutup

m. Penilaian hasil pembelajaran

Setelah perencanaan pembelajaran disusun oleh guru, pelaksanaan

pembelajaran pada dasarnya mengimplementasikan perencanaan pembelajaran

yang telah disusun dalam RPP meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

Kegiatan pendahuluan merupakan aktivitas untuk mengarahkan pembelajaran dan

memotivasi peserta didik untuk belajar serta memberikan apersepsi dan

menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti merupakan tahapan utama

dalam belajar, dimana peserta didik harus aktif mencari dan mengolah informasi

untuk mengonstruksi pengetahuannya. Sementara itu, kegiatan penutup

merupakan aktivitas pemantapan untuk penguasaan materi ajar, yang dapat berupa

rangkuman dan arahan tindak lanjut yang harus dikerjakan untuk aplikasi

pengetahuan yang telah diperoleh.

Dalam Permendikbud No. 22 tahun 2016 Tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada


16

satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan

bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Berdasarkan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) dan SI (Standar Isi), maka

pembelajaran harus diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai

berikut:

1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;

2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka

sumber belajar;

3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan

pendekatan ilmiah;

4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;

5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;

6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran

dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;

8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan

keterampilan mental (softskills);

9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta

didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing

ngarso sung tulodho), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
17

mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri

handayani);

11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;

12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa

saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;

13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan

14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

Kegiatan guru setelah melakukan proses belajar mengajar adalah

melakukan penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar secara esensial bertujuan

untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan

sekaligus mengukur keberhasilan peserta didik dalam penguasaan kompetensi

yang telah ditentukan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar itu sesuatu yang

sangat penting. Dengan penilaian guru bisa melakukan refleksi dan evaluasi

terhadap kualitas pembelajaran yang telah dilakukan. Jika hasil belajar peserta

didik dalam ulangan harian atau formatif masih di bawah Kriteria Belajar

Minimal (KBM), maka bisa dikatakan proses pembelajaran yang dilakukan guru

gagal. Jika hasil belajar peserta didik di atas KBM, maka bisa dikatakan proses

pembelajaran yang dilakukan guru berhasil.

Begitu juga dengan keberhasilan peserta didik dalam belajar dapt dilihat

dari pencapaian hasil belajar yang diperoleh. Jika hasil belajar (nilai) yang

diperoleh peserta didik melampaui KBM berarti peserta didik tersebut telah tuntas

dalam menguasai kompetensi yang telah ditentukan, dan begitu pula sebaliknya.
18

Penilaian hasil belajar yang fungsional seperti di atas, harus memenuhi

syarat-syarat tertentu, antara lain instrumen atau alat ukur yang digunakan harus

valid dan reliabel. Artinya dari segi penyusunan telah memenuhi kaidah-kaidah

penulisan soal, baik dari aspek konstruksi, substansi, maupun materi. Dengan

demikian, instrumen penilaian yang dipergunakan oleh guru untuk mengukur

tingkat pencapaian kompetensi peserta didik memegang peranan penting. Jika

instrumen penilaian yang disusun oleh guru tidak sesuai dengan karakteristik dan

kompleksitas materi yang ada di Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan

(SKL), maka instrumen tersebut tidak akan memberikan informasi yang akurat

tentang tingkat pencapaian kompetensi peserta didik.

Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian

autentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan

hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan

menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar peserta didik atau bahkan

mampu menghasilkan dampak instruksional dan dampaka pengiring dari

pembelajaran(Basuki & M.S, 2015).

1. Pendekatan Saintifik

(Rusman, 2017) dalam bukunya menyatakan bahwa kurikulum 2013

menekankan pada dimensi pedagogik dalam pembelajaran yang disebut sebagai

pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik adalah sebuah pendekatan pembelajaran

yang menekankan pada aktivitas peserta didik melalui kegiatan mengamati,

menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring pada kegiatan pembelajaran

di sekolah. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang


19

memberikan kesempatan kepada peserta didik secara luas untuk melakukan

eksplorasi dan elaborasi materi yang dipelajari, di samping itu memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengaktualisasikan kemampuannya

melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru. Langkah-langkah

pembelajaran saintifik meliputi lima langkah yaitu observing (mengamati),

questioning (menanya), associating (mengasosiasi/ menalar), experimenting

(mencoba), dan networking (membentuk jarring/ mengomunikasikan).

(Kemendikbud, 2013). Urutan langkah-langkah pembelajaran saintifik tidaklah

procedural, artinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

a. Mengamati

Pada langkah ini, peserta didik harus mengamati sesuatu yang berkaitan

dengan bahan. Para guru harus menyediakan objek yang langsung kepada peserta

didik yang berkaitan dengan materi. Kegiatan dalam langkah ini tidak hanya

mengamati tetapi juga juga termasuk mendengarkan, membaca, dan mencari

informasi. Mereka menggunakan langkah ini untuk membangkitkan

keingintahuan peserta didik. Peserta didik dapat menebak apa yang akan mereka

pelajari berdasarkan pengamatan.

b. Menanya

Langkah kedua adalah menanya. Kegiatan menanya dapat digunakan oleh

guru maupun peserta didik. Sang guru memberi pertanyaan untuk membantu para

peserta didik membangun ide mereka atau untuk mengkonfirmasi pemahaman

mereka. Para peserta didik menggunakan proses bertanya untuk memecahkan

masalah kebingungan mereka dalam proses pengamatan. Hal ini membantu


20

mereka untuk mendapatkan informasi dan memberi mereka kesempatan untuk

lebih aktif. Kegiatan lain dalam proses bertanya seperti diskusi, kelompok

bekerja, dan diskusi kelas. Hal seperti ini memberikan peserta didik kebebasan

dalam mengusulkan ide mereka dan proses ini membuat para peserta didik

memiliki kemampuan berpikir kritis yang logis dan sistematis.

c. Mengasosiasi

Mengasosiasi/ menalar merupakan proses berpikir yang logis dan

sistematis atas fakta-fakta empiris yang bisa diamati untuk memperoleh simpulan

berupa pengetahuan. Dalam konteks pembelajaran, "mengasosiasikan" difokuskan

pada kegiatan belajar peserta didik.

d. Mencoba/ Bereksperimen

Untuk mendapatkan pembelajaran yang nyata atau otentik, pelajar harus

melakukannya percobaan. Mencoba atau melakukan eksperimen membantu

peserta didik mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, dan membuat

mereka mampu menggunakan metode ilmiah dan sikap ilmiah untuk memecahkan

masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi dari kegiatan

mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar

(sikap, keterampilan, dan pengetahuan).

e. Mengomunikasikan

Langkah terakhir dalam pendekatan saintifik adalah mengomunikasikan.

Peserta didik harus mengomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Mereka

menyampaikan hasil pengamatan mereka, kesimpulan yang mereka dapatkan dari

analisis mendalam. Mereka dapat mengirimkan hasil secara lisan atau dalam
21

bentuk laporan tertulis atau media lain. Proses komunikasi seperti yang dijelaskan

oleh Kemendikbud (2013: 289) memperluas kejujuran, akurasi, toleransi,

sistematis kecakapan berpikir, mengekspresikan pendapat, dan itu juga

berkembang dengan baik keterampilan berbicara.

2. Model Pembelajaran di Kurikulum 2013

Model pembelajaran yang mendukung penerapan pendekatan sintifik

diantaranya adalah model pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery

Learning), Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), dan

Model Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning).

a. Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang

dirancang agar peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat

mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri

serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya

menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau

menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Discovery Learning

Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau

prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhadapkan kepada

peserta didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Pada Discovery

Learning materi yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final

akan tetapi peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin

diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi


22

atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam

suatu bentuk akhir. Penggunaan Discovery Learning, ingin merubah kondisi

belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher

oriented ke student oriented. Merubah modus Ekspository peserta didik hanya

menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery peserta

didik menemukan informasi sendiri.

c. Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran Berbasis Projek atau Project Based Learning (PBL) adalah

model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam suatu kegiatan (projek)

yang menghasilkan suatu produk. Keterlibatan peserta didik mulai dari

merencanakan, membuat rancangan, melaksanakan, dan melaporkan hasil

kegiatan berupa produk dan laporan pelaksanaanya. Model pembelajaran ini

menekankan pada proses pembelajaran jangka panjang, peserta didik terlibat

secara langsung dengan berbagai isu dan persoalan kehidupan sehari-hari, belajar

bagaimana memahami dan menyelesaikan persoalan nyata, bersifat interdisipliner,

dan melibatkan peserta didik sebagai pelaku mulai dari merancang, melaksanakan

dan melaporkan hasil kegiatan (student centered).

Dalam pelaksanaannya, PBL bertitik tolak dari masalah sebagai langkah

awal sebelum mengumpulkan data dan informasi dengan mengintegrasikan

pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.

Pembelajaran Berbasis Projek dirancang untuk digunakan sebagai wahana

pembelajaran dalam memahami permasalahan yang komplek dan melatih serta


23

mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan

melakukan kajian untuk menemukan solusi permasalahan (Windarti, 2016).

3. Penilaian Kurikulum 2013

Penilaian adalah proses mengukur pemahaman peserta didik dalam proses

pembelajaran. Hal ini sejalan dengan definisi penilaian dalam (Permendikbud

Nomor 22 Tahun 2016), penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk memutuskan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan

Pedoman Pelaksanaan Kurikulum 2013, menyatakan bahwa: 1) penilaian

diarahkan untuk mengukur kompetensi peserta didik dinyatakan dalam kurikulum;

2) pada dasarnya penilaian kriteria direferensikan;3) penilaian ini adalah proses

yang berkelanjutan, bahwa semua indikator dinilai, dan kemudian dianalisis untuk

melihat apa yang pernah atau belum dicapai oleh peserta didik, dan kemudian

mencari kesulitan peserta didik dalam mencapai kompetensi; 4) Hasil penilaian

digunakan untuk memberi umpan balik dan kegiatan tindak lanjut bagi peserta

didik untuk mencapai kompetensi (Windarti, 2016)

Penilaian yang dilakukan oleh guru meliputi aspek sikap, aspek

pengetahuan, dan aspek keterampilan. Penjelasan ketiga aspek penilaian akan

dibahas selanjutnya. Penilaian untuk aspek pengetahuan dan keterampilan

dilakukan terhadap penguasaan tingkat kompetensi sebagai capaian pembelajaran.

Penilaian menggunakan berbagai instrumen berupa tes, pengamatan,

penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan

karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Mekanisme

penilaian yang dapat dilakukan oleh guru meliputi:


24

a. perancangan strategi penilaian oleh guru dilakukan pada saat penyusunan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus;

b. penilaian oleh guru dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan

perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan pengukuran pencapaian satu

atau lebih Kompetensi Dasar;

c. penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan sebagai

sumber informasi utama dan pelaporannya menjadi tanggungjawab wali kelas

atau guru kelas;

d. hasil penilaian pencapaian sikap oleh guru disampaikan dalam bentuk

predikat atau deskripsi;

e. penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan

penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai;

f. penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, projek, portofolio,

dan/atau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai;

g. hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan keterampilan oleh guru

disampaikan dalam bentuk angka dan/atau deskripsi; dan

h. peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran

remedi.

Berikut uraian singkat mengenai pengertian dan teknik-teknik penilaian

sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

a. Penilaian Sikap

1) Pengertian Penilaian Sikap


25

Penilaian sikap adalah kegiatan untuk mengetahui kecenderungan

perilaku spiritual dan sosial peserta didik dalam proses pembelajaran. Sikap

yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah sikap terhadap mata

pelajaran, sikap terhadap guru, dan sikap terhadap proses pembelajaran.

2) Teknik Penilaian Sikap

Penilaian sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan terhadap

peserta didik, bertanya langsung, dan laporan diri. Hasil penilaian pencapaian

sikap oleh pendidik disampaikan dalam bentuk predikat atau deskripsi.

b. Penilaian Pengetahuan

1) Pengertian Penilaian Pengetahuan

Penilaian pengetahuan adalah penilaian yang dilakukan untuk

mengetahui penguasaan peserta didik yang meliputi pengetahuan faktual,

konseptual, maupun prosedural serta kecakapan berpikir tingkat rendah hingga

tinggi. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan berbagai teknik penilaian.

Guru memilih teknik penilaian yang sesuai dengan karakteristik kompetensi

yang akan dinilai. Penilaian dimulai dengan perencanaan yang dilakukan pada

saat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penilaian

pengetahuan, selain untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai

KBM/ KKM, juga untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan

penguasaan pengetahuan peserta didik dalam proses pembelajaran

(diagnostic). Hasil penilaian digunakan memberi umpan balik (feedback)

kepada peserta didik dan guru untuk perbaikan mutu pembelajaran. Hasil
26

penilaian pengetahuan yang dilakukan selama dan setelah proses pembelajaran

dinyatakan dalam bentuk angka dengan rentang 0 – 100.

2) Teknik Penilaian Pengetahuan

Berbagai teknik penilaian pengetahuan dapat digunakan sesuai dengan

karakteristik masing-masing KD. Teknik yang biasa digunakan antara lain tes

tertulis, tes lisan, penugasan, dan portofolio.

a) Tes Tertulis. Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawaban disajikan secara

tertulis berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.

Instrumen tes tertulis dikembangkan atau disiapkan dengan mengikuti

langkah-langkah berikut:

(1) Menetapkan tujuan tes. Langkah pertama yang dilakukan adalah

menetapkan tujuan penilaian, apakah untuk keperluan mengetahui

capaian pembelajaran ataukah untuk memperbaiki proses

pembelajaran, atau untuk kedua-duanya. Tujuan penilaian harian (PH)

berbeda dengan tujuan penilaian tengah semester (PTS), dan tujuan

untuk penilaian akhir semester (PAS). Sementara penilaian harian

biasanya diselenggarakan untuk mengetahui capaian pembelajaran

ataukah untuk memperbaiki proses pembelajaran, PTS dan PAS

umumnya untuk mengetahui capaian pembelajaran.

(2) Menyusun kisi-kisi. Kisi-kisi memuat kriteria soal yang akan ditulis,

antara lain KD yang akan diukur, materi, indikator soal, bentuk soal,

dan jumlah soal. Kisi-kisi disusun untuk memastikan butir-butir soal

mewakili apa yang seharusnya diukur secara proporsional.


27

Pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dengan kecakapan

berpikir tingkat rendah hingga tinggi akan terwakili secara memadai.

(3) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah penulisan soal.

(4) Menyusun pedoman penskoran. Untuk soal pilihan ganda, isian,

menjodohkan, dan jawaban singkat disediakan kunci jawaban. Untuk

soal uraian disediakan kunci/model jawaban dan rubrik.

b) Tes Lisan

Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara lisan

dan peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara lisan. Selain

bertujuan mengecek penguasaan pengetahuan untuk perbaikan

pembelajaran, tes lisan dapat menumbuhkan sikap berani berpendapat,

percaya diri, dan kemampuan berkomunikasi secara efektif. Dengan

demikian, tes lisan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Tes lisan juga dapat digunakan untuk melihat ketertarikan peserta didik

terhadap pengetahuan yang diajarkan dan motivasi peserta didik dalam

belajar.

c) Penugasan

Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik untuk mengukur

dan/atau memfasilitasi peserta didik memperoleh atau meningkatkan

pengetahuan. Penugasan untuk mengukur pengetahuan dapat dilakukan

setelah proses pembelajaran (assessment of learning). Sedangkan

penugasan untuk meningkatkan pengetahuan diberikan sebelum dan/atau


28

selama proses pembelajaran. Tugas dapat dikerjakan baik secara individu

maupun kelompok sesuai karakteristik tugas yang diberikan.

d) Portofolio

Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada

kumpulan informasi yang bersifat reflektif-integratif yang menunjukkan

perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Ada

beberapa tipe portofolio, antara lain portofolio dokumentasi, portofolio

proses, dan portofolio pameran. Guru dapat memilih tipe portofolio yang

sesuai dengan tujuannya. Portofolio setiap peserta didik disimpan dalam

suatu folder (map) dan diberi tanggal pengumpulan oleh guru. Portofolio

dapat disimpan dalam bentuk cetakan dan/atau elektronik. Pada akhir suatu

semester kumpulan sampel pekerjaan tersebut digunakan sebagai sebagian

bahan untuk mendeskripsikan pencapaian pengetahuan secara deskriptif.

Portofolio pengetahuan tidak diskor lagi dengan angka.

c. Penilaian Keterampilan

1) Pengertian Penilaian Keterampilan

Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk

mengetahui ketrampilan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan untuk

melakukan tugas tertentu di dalam berbagai macam konteks sesuai dengan

indikator pencapaian kompetensi. Penilaian keterampilan dapat dilakukan

dengan berbagai teknik, antara lain penilaian kinerja, penilaian projek, dan

penilaian portofolio. Teknik penilaian keterampilan yang digunakan dipilih

sesuai dengan karakteristik KD pada KI-4.


29

2) Teknik Penilaian Keterampilan

Teknik penilaian keterampilan disajikan sebagai berikut.

a) Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah penilaian untuk mengukur capaian pembelajaran

berupa keterampilan proses dan/atau hasil (produk). Dengan demikian,

aspek yang dinilai dalam penilaian kinerja adalah kualitas proses

mengerjakan/melakukan suatu tugas atau kualitas produknya atau kedua-

duanya. Contoh keterampilan proses adalah keterampilan melakukan

tugas/tindakan dengan menggunakan alat dan/atau bahan dengan prosedur

kerja kerja tertentu, sementara produk adalah sesuatu (bisanya barang)

yang dihasilkan dari penyelesaian sebuah tugas. Langkah-langkah umum

penilaian kinerja adalah: (1) menyusun kisi-kisi; (2)

mengembangkan/menyusun tugas yang dilengkapi dengan langkah-

langkah, bahan, dan alat; (3) menyusun rubrik penskoran dengan

memperhatikan aspek-aspek yang perlu dinilai; (4) melaksanakan

penilaian dengan mengamati peserta didik selama proses penyelesaian

tugas dan/atau menilai produk akhirnya berdasarkan rubrik; (5) mengolah

hasil penilaian dan melakukan tindak lanjut.

b) Penilaian Projek

Penilaian projek adalah suatu kegiatan untuk mengetahui kemampuan

peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuannya melalui

penyelesaian suatu tugas dalam periode/waktu tertentu. Penilaian projek

dapat dilakukan untuk mengukur satu atau beberapa KD dalam satu atau
30

beberapa mata pelajaran.Tugas tersebut berupa rangkaian kegiatan mulai

dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian data, pengolahan

dan penyajian data, serta pelaporan. Pada penilaian projek setidaknya ada

empat hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu: (1) Pengelolaan

Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi, dan

mengelola waktu pengumpulan data, serta penulisan laporan; (2)

Relevansi Topik, data, dan produk sesuai dengan KD; (3) Keaslian Produk

(misalnya laporan) yang dihasilkan peserta didik merupakan hasil

karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk

dan dukungan terhadap projek peserta didik; (4) Inovasi dan kreativitas.

Hasil proyek peserta didik terdapat unsur-unsur kebaruan dan menemukan

sesuatu yang berbeda dari biasanya.

c) Penilaian Portofolio

Seperti pada penilaian pengetahuan, portofolio untuk penilaian

keterampilan merupakan kumpulan sampel karya terbaik dari KD pada KI-

4. Portofolio setiap peserta didik disimpan dalam suatu folder (map) dan

diberi tanggal pengumpulan oleh guru. Portofolio dapat disimpan dalam

bentuk cetakan dan/atau elektronik. Pada akhir suatu semester kumpulan

sampel karya tersebut digunakan sebagai sebagian bahan untuk

mendeskripsikan pencapaian keterampilan secara deskriptif. Portofolio

keterampilan tidak diskor lagi dengan angka. Adapun contoh ketentuan

dalam penilaian keterampilan dengan portofolio: (1) Karya asli peserta

didik; (2) Karya yang dimasukkan dalam portofolio disepakati oleh peserta
31

didik dan guru; (3) Guru menjaga kerahasiaan portofolio; (4) Guru dan

peserta didik mempunyai rasa memiliki terhadap dokumen portofolio; (5)

Karya yang dikumpulkan sesuai dengan KD. Setiap pembelajaran KD dari

KI-4 berakhir, karya terbaik dari KD tersebut (bila ada) dimasukkan ke

dalam portofolio.

Penilaian hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan

kemampuan yang diukur;

b. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,

tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;

c. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik

karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,

budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender;

d. terpadu, berarti penilaian oleh guru merupakan salah satu komponen yang tak

terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;

e. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan

keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;

f. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh guru mencakup

semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian

yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik;

g. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan

mengikuti langkah-langkah baku;


32

h. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian

kompetensi yang ditetapkan. Dalam hal ini, kriteria yang dimaksudkan adalah

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM mengacu pada standar

kompetensi kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik

dan karakteristik materi pelajaran; dan

i. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi

teknik, prosedur, maupun hasilnya (As’ari & Rahman, 2016).

D. Pembelajaran Fisika sebagai Implementasi Kurikulum 2013

Dalam proses pembelajaran fisika dimana perlu diupayakan agar

menekankan pada pemberian pengalaman belajar langsung untuk

mengembangkan kompetensi, tujuannya agar peserta didik mampu dan

memahami hakikat fisika yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah

yang dihadapinya. Hakikat pembelajaran fisika ini sejalan dengan landasan

berpikir dalam implementasi Kurikulum 2013 yang dalam proses

pembelajarannya menekankan pada penggunaan pendekatan ilmiah (scientific

approach).

Kurikulum 2013 peran guru sangatlah penting, guru harus mampu

memberikan penekanan yang berbeda dari kurikulum sebelumnya. Fokus pada

karakter atau sikap peserta didik dan menjadi guru yang kuat dengan mempunyai

jiwa kepemimpinan yang kuat pula. Sebelum mengimplementasikan Kurikulum

2013 hal yang pertama-tama dilakukan oleh guru yaitu membuat perangkat

pembelajaran yang berisikan perencanaan pembelajaran agar proses pembelajaran


33

yang akan dilakukan oleh guru bisa berjalan efektif, efisien dan sistematik.

Berdasarkan uraian tersebut guru menyusun perangkat pembelajaran yang

berisikan perencanaan pembelajaran yang berbasis Kurikulum 2013, di sini dapat

di lihat bahwa guru yang sudah memiliki perangkat pembelajaran tersebut berarti

guru tersebut sudah memiliki persyaratan secara administratif untuk

melaksanakan proses pembelajaran ,yang akan dijadikan rambu-rambu dan

pedoman dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga bagi guru-guru yang sudah

mampu membuat perangkat pembelajaran yang berbasis Kurikulum 2013 yang

sesuai dengan pedoman penyusuan RPP Kurikulum 2013, guru tersebut sudah

memilki kesiapan secara administratif dan guru tinggal mengaktualisasikannya

dalam proses belajar mengajar sebagai wujud dari kesiapan guru dalam

mengimplementasikan Kurikulum 2013.

Kesiapan menjadi sangat penting untuk memulai suatu tindakan

karena dengan memiliki kesiapan akan dapat mengantisipasi segala

kemungkinan yang terjadi. Selain itu, dengan memiliki kesiapan

diharapkan akan memiliki hasil yang lebih baik dari pada tidak

memiliki kesiapan sama sekali. Pendidikan di Indonesia telah

mengalami beberapa kali perubahan kurikulum. Sebagai seorang guru

harus selalu siap sedia dalam menghadapi perubahan kurikulum yang

telah ditetapkan oleh pemerintah dan selalu siap untuk mengimplementasikannya

dalam dunia pendidikan. Seperti Kurikulum 2013 yang sudah dilaksanakan saat

ini dan akan terus diimplementasikan pada periode-periode selanjutnya.

Perubahan kurikulum yang terjadi menuntut para guru untuk selalu siap
34

melakukan inovasi-inovasi guna memenuhi kebutuhan sehingga tercapainya

tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus selalu memiliki kesiapan

kapanpun dan dimanapun karena pendidikan abad 21 menuntut guru yang

profesional yaitu guru yang sudah memiliki kualifikasi sebagai seorang pendidik

profesional yang telah memiliki kompetensi yang dipersyaratkan sebagai seorang

guru yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi

kepribadian, dan kompetensi sosial dan telah siap untuk mengemban tugasnya

dalam dunia pendidikan. Dalam hal kesiapan guru dalam menerapkan kurikulum

2013 ini yang perlu dipersiapkan mencakup kesiapan materil dan non materill.

Kesiapan materil yaitu berkaitan dengan kesiapan guru dalam menyambut

kurikulum 2013 meliputi perangkat kurikulum, buku ajar, keadaan kondisi sarana

dan prasarana, media pembelajaran, sarana komunikasi dan ketenangan.

Sedangkan kesiapan non materiil mencakup pemahaman guru terkait kurikulum

2013, kesiapan dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran.

E. Kerangka Pikir

Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan

kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta

perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa

depan. Kurikulum 2013 adalah pengembangan dari kurikulum sebelumnya,

dimana pada Kurikulum 2013 ini guru memiliki peran besar di dalam proses

pembelajaran pada setiap pergantian kurikulum. Hal ini berkaitan dengan

kesiapan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 menjadi sangat


35

penting karena dalam tujuan kurikulum 2013, diantaranya mendorong peserta

didik mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan

mengkomunikasikan-mempresentasikan, apa yang mereka peroleh setelah

menerima materi pembelajaran atau dikenal dengan pendekatan saintifik serta

menggunakan beberapa model pembelajaran dan penilaian autentik. Selain itu,

dalam kesiapan implementasi kurikulum 2013 sikap guru dan peserta didik

terhadap kesiapan implementasi Kurikulum 2013, juga akan sangat menentukan

keberhasilan implementasi Kurikulum 2013, sehingga guru benar-benar dituntut

untuk melaksakanakan pembelajaran dengan baik, efektif, efisien, dan

menyenangkan yang menumbuhkan sikap positif terhadap Kurikulum 2013.

Selain itu, segala yang berhubungan dalam pengimplementasian Kurikulum 2013

juga diregulasikan dengan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar

Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dan Permendikbud Nomor 23 Tahun

2016 Tentang Standar Penilaian.

Implementasi Kurikulum 2013 belum sepenuhnya berjalan dengan lancar.

Namun demikian, pemerintah terus berupaya untuk memaksimalkan implementasi

Kurikulum 2013 melalui pelatihan guru dan pengawasan implementasi Kurikulum

2013 oleh kepala sekolah dan pengawas akademik dari Dinas Pendidikan.

Penelitian ini bermaksud mengungkapkan pembelajaran fisika di suatu

sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Dalam hal ini,

perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran terkait Kurikulum 2013

yang dilakukan oleh guru fisika. Secara rinci, kerangka pikir dari penelitian ini

dapat dilihat melalui gambar 2.1 berikut.


36

Kurikulum 2013
 Pendekatan saintifik
 Model pembelajaran: Problem based
learning, discovery learning,
pembelajaran berbasis proyek
 Penilaian autentik

1. Regulasi Permendikbud Nomor


Pembelajaran Fisika oleh Guru
22 Tahun 2016 Tentang terkait:
Standar Proses Pendidikan  Perencanaan pembelajaran
Dasar dan Menengah
 Pelaksanaan pembelajaran
2. Regulasi Permendikbud Nomor
 Penilaian pembelajaran
23 Tahun 2016 Tentang
Standar Penilaian

Evaluasi pembelajaran fisika di SMAN Kota Makassar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif,

yang akan mengungkap mengenai Perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian

pembelajaran Fisika SMA Negeri di kota Makassar dalam mengimplementasikan

kurikulum 2013.
37

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengumpulkan dan mengolah

informasi sebanyak-banyaknya kemudian mendeskripsikannya dalam bentuk

naratif sehingga memberikan gambaran utuh tentang fenomena yang terjadi.

B. Variabel Penelitian

Objek yang dikaji sekaligus variabel dalam penelitian ini adalah evaluasi

pembelajaran fisika SMA Negeri di Kota Makassar dalam mengimplementasikan

kurikulum 2013.

C. Definisi Operasional Variabel

Evaluasi pembelajaran fisika SMA Negeri di Kota Makassar dalam

mengimplementasikan kurikulum 2013 yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk

melihat tentang kesiapan serta kemampuan guru melakukan proses belajar

mengajar pada mata pelajaran fisika dalam mengimplementasikan kurikulum

2013 yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian selama

pembelajaran.

a. Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi.

Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan

pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian

pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP

disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.


38

b. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi

kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

c. Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik

(authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil

belajar secara utuh.

D. Subjek penelitian

Sekolah yang merupakan tempat atau lokasi penelitian ini yaitu sekolah

SMA Negeri di Kota Makassar dimana sekolah tersebut telah diterapkan

kurikulum 2013 pada proses pembelajaran fisika yang akan dipilih secara acak

sederhana. Adapun subjek penelitian ini adalah guru fisika kelas XI di SMA

Negeri 9 Makassar sebanyak 2 orang.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini berupa angket, observasi, dokumentasi, dan wawancara.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini memiliki tiga tahapan besar yaitu, (1) tahap persiapan

penelitian, (2) tahap pelaksanaan penelitian, dan (3) tahap akhir penelitian.
39

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, peneliti melakukan tahap penyusunan, perencanaan,

dan penyiapan segala bentuk materi yang dibutuhkan dalam penelitian. Hal-hal

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan instrumen penelitian berupa angket untuk guru, lembar observasi

tentang implementasi kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran fisika,

pedoman wawancara, angket peserta didik.

b. Sebelum digunakan, terlebih dahulu instrumen divalidasi konten oleh pakar

dan dianalisis dengan menggunakan rumus Gregory untuk mengetahui

konsistensi internal instrumen.

c. Meminta izin untuk melaksanakan penelitian di SMA Negeri kota Makassar.

d. Membuat kesepakatan dengan wali kelas dan guru bidang studi fisika di SMA

Negeri kota Makassar mengenai kelas dan waktu yang akan digunakan untuk

penelitian.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan informasi dengan memanfaatkan

segala sesuatu yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pelaksanaannya yaitu peneliti

memberikan angket kepada guru yang menjadi subjek penelitian mengenai

pengimplementasikan kurikulum 2013 pada pembelajaran fisika, mengumpulkan

dokumen yang akan digunakan untuk penelitian yang terdiri dari perencanaan

pembelajaran yang telah dibuat oleh guru. Selanjutnya peneliti melaksanakan

observasi pembelajaran di kelas pada saat guru mengajar tentang kesesuaian

perencanaan dengan pelaksanaan dan penilaian pembelajaran di kelas. Selain itu,


40

peneliti juga melakukan wawancara untuk lebih memperoleh data secara

mendalam dan memberikan angket kepada peserta didik sebagai pendukung

informasi mengenai implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran fisika

yang dilakukan oleh guru mata pelajaran.

3. Tahap akhir penelitian

Adapun kegiatan pada tahap akhir penelitian adalah peneliti menganalisis

data yang diperoleh setelah melakukan penelitian, membahas hasil analisis data

dan menyimpulkan hasil penelitian.

Secara skema prosedur penelitiannya dapat dilihat sebagai berikut:

 Penyusunan instrumen penelitian


berupa angket, lembar observasi,
Tahap Persiapan pedoman wawancara.
Penelitian  Validasi instrumen
 Pengurusan surat izin penelitian

 Pemberian angket kepada subjek


penelitian
SMA Negeri di  Observasi kegiatan pembelajaran
yang dilakukan subjek penelitian
Kota Makassar dengan menggunakan pedoman
Tahap Pelaksanaan
observasi
Penelitian
 Melakukan wawancara dan pemberian
angket kepada peserta didik sebagai
informasi pendukung dalam
penelitian.
Evaluasi pembelajaran  Dokumentasi penelitian
fisika dalam
mengimplementasikan
kurikulum 2013
meliputi perencanaan,
Tahap Akhir  Melakukan analisis data terhadap data
pelaksanaan, dan
Penelitian penelitian yang diperoleh
penilaian
 Mengemukakan hasil penelitian yang
diperoleh dalam bentuk deskripsi

Gambar 3.1 Alur penelitian


41

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Pengumpulan data dilakukan melalui angket, observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

1. Angket

Pengumpulan data melalui angket yaitu dengan memberikan angket

kepada guru yang menjadi subjek penelitian dalam bentuk skala likert. Angket

digunakan untuk mengetahui pengimplementasian Kurikulum 2013 pada

pembelajaran fisika meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

2. Lembar Observasi

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan menggunakan lembar

observasi. Lembar observasi dalam penelitian ini yaitu yang dikembangkan oleh

standar proses pendidikan nasional melalui validasi oleh pihak ahli atau

berkompeten (dinyatakan layak) dengan indikator a) perencanaan pembelajaran b)

pelaksanaan pembelajaran c) penilaian pembelajaran. Lembar observasi

digunakan untuk memastikan kesesuaian perangkat pembelajaran dengan

pelaksanaan pembelajaran fisika terutama keterlaksanaan komponen perangkat

pembelajaran selama proses belajar mengajar di kelas khususnya RPP yang telah

disusun oleh subjek penelitian.

3. Wawancara

Wawancara digunakan untuk memperkuat pertanyaan yang ada pada

angket dan lembar observasi untuk mendapatkan data penelitian mengenai


42

pengimplementasian Kurikulum 2013 pada pembelajaran fisika meliputi

perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

4. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara dokumentasi yaitu peneliti mengumpulkan

data berupa perencanaan pembelajaran yang telah disusun oleh guru berupa RPP,

buku ajar, LKPD, dan lembar penilaian serta dokumentasi berupa gambar-gambar

selama proses pembelajaran.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif, meliputi:

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisa data penelitian.

Kegiatan reduksi data dalam penelitian ini bertujuan untuk mempermudah peneliti

dalam memahami data yang telah dikumpulkan. Dalam proses ini semua data

direduksi dengan memilih data yang diperlukan atau diseleksi dan diringkas untuk

mempermudah penyajian data.

2. Penyajian data

Penyajian data merupakan aktivitas menyajikan data secara jelas dan

singkat untuk memudahkan dalam memahami masalah yang diteliti baik secara

keseluruhan maupun bagian demi bagian. Penyajian data dalam penelitian ini

adalah dalam bentuk narasi yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan

penilaian pembelajaran fisika sebagai pengimplementasian kurikulum 2013 serta


43

faktor penghambat serta pendukung pengimplementasian kurikulum 2013 terkait

perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

3. Penarikan kesimpulan

Langkah selanjutnya setelah penyajian data adalah menarik kesimpulan,

dan juga menjadi langkah terakhir dari penelitian ini. Kesimpulannya dapat

dipercaya jika didukung oleh bukti yang konsisten dan valid. Hal ini memberi

refleksi dari hasil penelitian.

I. Rencana Keabsahan Data Penelitian

Dalam penelitian kualitatif langkah penting lainnya adalah memeriksa

keabsahan data dari penelitian. Uji keabsahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji kredibilitas dan uji dependabilitas. Uji kredibilitas

dilakukan melalui triangulasi teknik, triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk

mendapatkan data dari sumber yang sama. Triangulasi sumber berarti untuk

mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Adapun uji dependabilitas dilakukan dengan melakukan bimbingan kepada dosen

pembimbing.
44

DAFTAR PUSTAKA

Aeni, Chandra, & Muspiroh. (2016). Identifikasi Kesulitan Guru Biologi dalam
Melakasanakan Pembelajaran Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Susukan
Cirebon. Sciantiae Educatia. Jurnal Pendidikan Sains, 5(2).

As’ari, & Rahman. (2016). Buku Guru Matematika untuk SMP/ MTS Kelas VII.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Basuki, P. D. I., & M.S, D. H. (2015). Asesmen Pembelajaran. Remaja


Rosdakarya.

Chodijah, S., & Fauzi, A. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika


Menggunakan Model Guided Inquiryyang Dilengkapi Penilaian Portofolio
Pada Materi Gerak Melingkar. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 19.

Depdikbud. (2016). Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses


Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Depdikbud. (2016). Permendikbud No. 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian


Pendidikan. Jakarta.

Depdiknas. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


tentang Standar Pendidikan Nasional. Jakarta.

Ediger, & Marlow. (2014). The Changing Science Curriculum. College Student
Journal, 48(4).

Fitriany, & Susilo. (2014). Analisis Hambatan Proses Pembelajaran Biologi dan
Cara Pemecahannya dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 Bagi Guru Kelas
X SMA Negeri SeKota Lamongan. Jurnal Pendidikan Biologi,. FMIPA
Universitas Negeri Malang, 1(1), 1–15.

Flores, F., Lopez, A., Gallegos, L., & Barojas, J. (2000). Transforming science
and learning concepts of physics teachers. International Journal of Science
Education, 22(2), 197–208. https://doi.org/10.1080/095006900289958

Kuspriyanto, B. (2013). Strategi Pembelajaran Dan Kemampuan Berpikir Kreatif


Terhadap Hasil Belajar Fisika. Jurnal Teknologi Pendidikan, 4(2), 15.

Kustijono, R., & HM, E. W. (2014). Pandangan guru terhadap pelaksanaan


kurikulum 2013 dalam pembelajaran fisika SMK di Kota Surabaya. Jurnal
Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA), 4(1), 1–14.
45

Maba, W. (2017). Teachers’ Perception on the Implementation of the Assessment


Process in 2013 Curriculum. International Journal of Social Sciences and
Humanities, 1(2).

Retnawati, H., Hadi, S., & Nugraha, A. C. (2016). Vocational High School
Teachers’ Difficulties in Implementing the Assessment in Curriculum
2013 in Yogyakarta Province of Indonesia. International Journal of
Instruction, 9(1).

Rusman. (2017). Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana.

Satrianegara, R. (2018, November 25). Sri Mulyani: Urusan Pendidikan, RI masih


Kalah dengan Vietnam (Online). Diambil dari
http://www.cnbcindonesia.com/news/sri-mulyani-urusan-pendidikan-ri-
masih-kalah-dari-vietnam, diakses 25 November 2018.

Shobirin, M. (2016). Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013. Yogyakarta:


Penerbit Deepublish.

Sulistyaningsih. (2016). Identifikasi Keterlaksanaan Penilaian Kompetensi


Keterampilan Pada Mata Pelajaran Biologi SMA Menurut Kurikulum
2013. Jurnal Pendidikan Biologi, 5(4), 87–88.

Uno, H. B., & Muhammad, N. (2011). Belajar dengan pendekatan PAILKEM :


Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik (5
ed.). Jakarta: Bumi Aksara.

Windarti, D. K. (2016). Analysis of Teachers’ Barriers in Implementing 2013


Curriculum to Teach English in SMPN 6 and SMPN 10 Salatiga. State
Institute of Islamic Studies (IAIN), Salatiga.

Anda mungkin juga menyukai