Anda di halaman 1dari 2

DAMPAK PEMANFAATAN UTILITAS RUAS PESISIR PANTAI NUSA DUA PASCA

PERKEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA

Pendahuluan
Perkembangan pariwisata dunia dari tahun ketahun menunjukkan perkembangan yang pesat,
dikarenakan adanya perubahan struktur sosial ekonomi negara di dunia dan semakin banyaknya
orang yang memiliki pendapatan tinggi. Perkembangan pariwisata juga terjadi di daerah-
daerah di Indonesia, khususnya di wilayah pesisir. Wilayah pesisir di Indonesia termasuk
dalam kawasan strategis yaitu penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh
sangat penting dalam lingkup wilayah baik di bidang ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan.
Sehingga dari faktor tersebut, kawasan strategis pesisisr diharapkan mampu menciptakan
sumber penghasilan/devisa negara dan dapat menciptakan kegiatan usaha bagi penduduk
sekitarnya.

Dengan berkembangnya sektor pariwisata di pesisir pantai, tidak hanya hal positif yang terjadi
pasca pemanfaatan zona pesisir pantai, namun tidak jarang pemanfaatan lahan tersebut
menimbulkan dampak yang negatif dan dapat berpengaruh pada keberlangsungan
pembangunan kedepannya. Wilayah Indonesia adalah negara maritim dengan hampir 65%
wilayahnya dikelilingi oleh lautan, sehingga peran dan manfaat lingkungan perairan menjadi
sangat penting bagi lingkungan yang berkelanjutan. Salah satu wilayah pesisir dan lautan di
Indonesia adalah wilayah pesisir Nusa Dua di Pulau Bali.

Nusa Dua adalah kawasan strategis pariwisata dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi
(RTRW Provinsi Bali Tahun 2009-2029). Nusa Dua sendiri terletak di paling ujung selatan
Pulau Bali. Jaraknya dari Bandara Internasional Ngurah Rai, Kuta kurang lebih 8 km, atau
sekitar tiga puluh menit perjalanan. Nusa Dua memiliki areal lahan sekitar 350 hektar. Lahan
kering dan non produktif ini di akuisisi oleh pemerintah pada tahun 70-an, kemudian di
kembangkan menjadi suatu proyek pariwisata prestisius dengan rancang bangun yang
komprehensif dan terpadu sebagai resor wisata budaya. Luas wilayah yang terbatas, sementara
pertumbuhan terus terjadi mengakibatkan perubahan pemanfaatan lahan baik yang terjadi oleh
faktor manusia maupun faktor alam. Hal tersebut merupakan penyebab terjadinya dinamika
pemanfaatan lahan. Menurut data yang dihimpundari Dinas Pekerjaan Umum Balai Wilayah
Sungai bali-Penida, banyak pelanggaran yang dilakukan oleh pihak pengembang pasca
pembangunan fasilitas pariwisata di Pesisir Nusa Dua yang mengakibatkan rusaknya
kelestarian dan keindahan pantai. Selain itu, tingkat abrasi di Pesisir Nua Dua yang tinggi
menyebabkan rusaknya elemen-elemen alam yang ada di wilayah tersebut.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi dampak kerusakan tersebut,
namun dengan adanya dominasi penguasaan di daerah pesisir, masih banyak pelanggaran-
pelanggaran yang terjadi dan dapat mengakibatkan tidak terjadinya pembangunan yang
berkelanjutan (susitainable development) untuk masa mendatang. Menurut Nganro (2003),
agar kegiatan masyarakat pesisir dapat berlangsung secara efisien dan dapat menciptakan
keterpaduan dalam pencapaian tujuan pembangunan, perlu dilakukan pengaturan alokasi lahan
dengan mempertimbangkan aspek kegiatan masyarakat (antara lain: intensitas, produktivitas,
dan pertumbuhan) dan aspek sediaan lahan (antara lain: sifat fisik, lokasi, dan luas).

Oleh karena itu, Pesisir Nusa Dua harus dijaga kelestarian alam dan kondisi elemen
kepariwisataan yang dimilikinya untuk tetap menarik wisatawan yang akan berkunjung. Selain
itu perlunya kesadaran dari semua pihak agar kelestarian alam pesisir Nusa dua tetap terjaga.
Maka dari itu studi ini dilakukan untuk mengetahui dampak pemanfaatan utilitas ruas pesisir
pantai Nusa Dua pasca perkembangan sektor pariwisata di wilayah tersebut.

Pembahasan terdiri dari empat bagian utama. Bagian pertama terdiri dari abstrak yang
merupakan tahap awal sekaligus sebagai kata kunci dari isi pembahasan ini. Setelah itu
dilanjutkan bagian kedua yaitu tahap pendahuluan yang berisikan latar belakang dan
membahas fokus utama dari pembahsan ini. Lalu dilanjutkan dengan bagian ketiga yaitu tahap
batang tubuh tulisan yang berisikan tinjauan teori terkait studi pemanfaatan lahan, dan
kepariwisataan. Selanjutnya tahap ketiga dilanjutkan dengan pemaparan jenis-jenis
pelanggaran yang dilakukan oleh pengembang di sekitar ruas pantai Nusa Dua, dan dampaknya
terhadap lingkungan sekitar, dari segi ekonomi, sosial, dan budaya. Bagian keempat adalah
kesimpulan berdasarkanan hasil jurnal tata ruang ini.

Anda mungkin juga menyukai