sya’i. Artinya,
metode pembelajaran lebih penting daripada materi pembelajaran, dan guru lebih penting dari segalanya.
Ungkapan ini mengandung makna bahwa seorang pengajar harus menguasai materi yang akan disampaikan. Namun, ada hal yang lebih penting
daripada itu, seorang guru harus menguasai metode yang menentukan proses pembelajaran. Guru yang menguasai metode lebih baik ketimbang guru
yang cuma menguasai materi.
Ini berarti dalam pembelajaran, yang terpenting adalah guru. Semua metode, media, referensi, dan sebagainya tak akan berarti bila guru tak mampu
memerankan tugasnya dengan baik. Hal ini seperti halnya koki yang pintar meracik menu ketimbang tukang masak biasa yang cuma hafal bumbu.
Daftar bumbu bisa disalin, tapi koki susah dicari gantinya.
Melihat pentingnya posisi guru dalam dunia pendidikan, maka sumber daya manusia (SDM) yang unggul adalah hal mutlak dalam proses
pembelajaran. Seorang guru harus memenuhi standar pendidikyang dapat dicapai dengan memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik. Hal ini tak bisa ditawar karena sudah diamanatkan dalam Pasal 8 Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Beleid
tersebut memberi pengakuan bahwa guru adalah tenaga profesional yang setara dengan profesi lain seperti dokter, pengacara, dan seterusnya.
Dalam Pasal 2 ayat 1 1 UU No 14 Tahun 2005 disebutkan, guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sementara tenaga
profesional dalam UU tersebut terlebih dahulu sudah diatur dalam Pasal 1 butir 4 yang menyatakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Sebagai tenaga profesional, tentu saja ada konsekuensi atau standar kelayakan yang harus ditempuh seorang guru (Pasal 8 UU No 14 Tahun 2005).
Salah satunya, seorang guru wajib memiliki kompetensi. Atau amanat UU ini bisa diartikan apabila guru tidak mampu memenuhi kompetensi, maka
akan gugur keguruannya.
Secara etimologis, kompetensi berasal dari bahasa Inggris dengan kata dasar compete atau berarti bertanding, bersaing, berlomba. Kemudian dijadikan
kata benda menjadi competence atau competency yang berarti kemampuan, kecakapan, atau wewenang. Lalu, ada beberapa pengertian kompetensi
secara terminologis. Misalnya, seperti dirumuskan UU No 14 Tahun 2015 yakni, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan
perilaku yang harus dihayati, dan dikuasai oleh seorang dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Sedangkan, pada Pasal 1 UU No 14 Tahun 2005, guru didefinisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.
Jadi, kompetensi guru adalah himpunan pengetahuan, kemampuan, dan keyakinan yang dimiliki seorang guru dan ditampilakan untuk situasi mengajar.
Dengan kata lain, kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Pasal 10 ayat 1 UU No 14 Tahun 2005 menyebutkan kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ada 4 kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan profesi. Yaitu, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki. Misalnya, mampu memutuskan mengapa, kapan, dimana, dan bagaimana suatu materi mendukung tujuan pengajaran
dan bagaimana memilih jenis-jenis materi yang sesuai untuk keperluan belajar siswa.
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia yang menjadi teladan bagi
peserta didik. Misalnya, selalu menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik sesama guru, orang
tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Misalnya, berkontribusi terhadap perkembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat.
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru dapat membimbing
peserta didik untuk memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalan Standar Nasional Pendidikan. Sebut misal, kemampuan perencanaan program
proses belajar mengajar. Ketentuan lebih lanjut perihal kompetensi guru juga diatur dengan peraturan pemerintah.
Dari paparan di atas sangat jelas bahwa program kompetensi guru sangat penting bagi tenaga pendidik dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai
pengajar profesional. Program kompetensi guru menjadi standar mutlak guru dalam meningkatkan kualitas mengajar agar tercapai tujuan pendidikan
nasional. Kompetensi guru juga bisa sebagai upaya pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam bentuk pengembangan keprofesian
berkelanjutan (PKB). Diharapkan, guru tak lagi sekadar menyampaikan materi pembelajaran saja, tetapi lebih dari itu: harus mampu memiliki sikap
Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karso, Tutwuri Handayani (di depan menjadi teladan, di tengah membangun karsa, membangkitkan
semangat dan kreatifitas, serta di belakang memberi motivasi, mengawasi, dan mengayomi. ***
Sistem zonasi adalah solusi!
Bebaskan calon siswa memilih sekolahnya
PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) DENGAN SISTEM ZONASI, SEBUAH SOLUSI?
KOMPASIANA ADALAH PLATFORM BLOG, SETIAP ARTIKEL MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS.
LABEL
gurukompetensi
guru
sni
pgri
sumberdayamanusia
pendidikan
kemampuanguru
standarnasionalpendidikan
tutwurihandayani
pengajar
pendidik
regional
RESPONS : 0
REKOMEND ASI UNTUK ANDA
POWERED BY
Rudy Yuswantoro
33
Puisi | Harapan yang Bergelut dengan Kenyataan
Kang marakara
46
M Joko Lukito
18
Swarna Hati
48
Lawan Keinginan Berceramah
Alam Semesta
53
Dari Tari Saman sampai Tari Sajojo dan Lagu Serumpun Padi: Indonesia Banget!
oman salman
29
BERI NILAI
AKTUAL
BERMANFAAT
INSPIRATIF
MENARIK
MENGHIBUR
TIDAK MENARIK
UNIK
BERI KOMENTAR
KIRIM
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
Daftar
FEATURED ARTICLE
Fadli Zon Cocok Jadi Menteri jika Gerindra Gabung Koalisi Jokowi, Ini Alasannya
Tuhombowo Wau
928
NILAI TERTINGGI
TERBARU
BIMBEL GRATIS BAGI ANAK - ANAK DESA BALEDONO SEBAGAI WUJUD PENGABDIAN MAHASISWA KKN UM
Desa Baledono
0
ARTI KEL UT AM A
[Topik Pilihan] Revisi Penerimaan Peserta Didik Baru Sistem Zonasi, Lebih Baik?
Kompasiana
386
Dugaan Pelecehan Seksual oleh Dosen USU dan Krisis Etika Dosen-Mahasiswa
Bobby Steven MSF
645
Badai Finansial dan Benteng Bernama "Stabilitas Sistem Keuangan"
Amel Widya
490
SOCIAL STREAM
Beyond Blogging
KOMPAS.com: Menurut SBY, saat istrinya dalam kondisi kritis, dia sempat memanjatkan doa di telinga istrinya yang juga didengar dan disaksikan anak
menantunya.
KOMPAS.com: Saat pertemuan pertama, jantung SBY tiba-tiba berdegup kencang. Sementara pipi Ani merah merona tersipu malu.
Hai Kompasianer, jangan lewatkan 7 hari terakhir program SAMBER #THRKompasiana, biar makin besar kesempatan mendapatkan hadiah SEPEDA MOTOR,
KAMERA, SMARTPHONE, dan UANG TUNAI! Nih, admin...
TENTANG KOMPASIANA
PROFIL
TIM
JARINGAN
KOMPAS.COM
KOMPAS.TV
KOMPAS.ID
KONTAN.CO.ID
KOMPASKARIER.COM
KGMEDIA.ID
SYARAT DAN KETENTUAN
DEFINISI
KETENTUAN LAYANAN
KETENTUAN KONTEN
KETENTUAN PERUBAHAN
UNDANG-UNDANG ITE
FAQ KOMPASIANA
KONTEN
BANTUAN
KONTAK KAMI
Gedung Kompas Gramedia Palmerah Barat Unit II Lantai 6, Jl. Palmerah Barat No. 29-37, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat 10270
6221 5360678
kompasiana@kompasiana.com
kerjasama@kompasiana.com