LP Gangguan Pola Tidur
LP Gangguan Pola Tidur
LP Gangguan Pola Tidur
1.1 Pengertian
Menurut Potter & Perry (2005), Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus
bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Kesempatan untuk
istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan, aktivitas, maupun
kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk
memulihkan kembali kesehatannya (Tarwoto, 2006).
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tidur adalah suatu
keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan
yang merupakan urutan siklus yang berulan-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badanlah yang berbeda.
Gangguan tidur dapat dibedakan menjadi tiga kategori utama, yaitu:
Disomnia. Pasien yang menderita penyakit ini akan mengalami kesulitan tidur
atau tetap tertidur. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini biasanya
ditandai dengan kesulitan memulai atau tetap tertidur, tidur berlebih, atau
gangguan apapun yang dapat mempengaruhi saat, kualitas, dan jumlah waktu
istirahat pasien. Insomnia dan narkolepsi adalah jenis disomnia yang paling
umum.
Parasomnia. Penyakit di kategori ini meliputi mimpi, perilaku, emosi,
pergerakan, dan persepsi yang tidak normal ketika pasien tertidur.
Kebanyakan penyakit di kategori parasomnia adalah gangguan berupa
“rangsangan” atau terbangun yang terjadi di antara tidur NREM at au REM
dan kondisi sadar. Beberapa contoh parasomnia yang paling umum adalah
berjalan saat tidur, teror malam, menggertakkan gigi atau bruxism, gangguan
makan akibat tidur dan sindrom kaki gelisah.
Gangguan tidur ritme sirkadian. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini
adalah penyakit yang mempengaruhi kapan pasien tertidur. Pasien yang
menderita jenis gangguan tidur ini memiliki kesulitan tidur serta terbangun
pada waktu yang “normal” dan sesuai dengan kebutuhan sosial, pribadi, dan
profesional mereka. Singkatnya, tubuh mereka memiliki waktu tidur yang
tidak normal. Ada dua subkategori gangguan tidur ritme sirkadian, yaitu
intrinsik dan ekstrinsik
Pneumothorax adalah istilah medis untuk terkumpulnya udara pada rongga pleura,
yaitu rongga tipis yang dibatasi dua selaput pleura di antara paru-paru dan dinding
dada. Udara yang terkumpul pada rongga pleura dapat terjadi akibat adanya
celah yang terbentuk akibat cedera pada dinding dada atau robekan pada jaringan
paru-paru. Akibatnya, udara tersebut dapat menekan paru-paru dan membuat
paru-paru menjadi mengempis (kolaps).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman-nyeri berhubungan dengan pemasangan
selang dada
Ditandai dengan :
a. Pasien mengatakan tidak nyaman
b.Postur tubuh kaku
c. Mengerang kesakitan
d.Menangis
e. Raut muka tegang
2. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
kemungkinan terjadi tension pneumothoraks sekunder terhadap
sumbatan pada selang dada.
Ditandai dengan :
a. Perdarahan yang banyak dari selang dada
b.Terlihat banyaknya bekuan darah pada drainase selang dada
c. Pernapasan dangkal dan cepat
d.Perubahan tanda-tanda vital
e. Warna kulit dan membran mukosa
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
pemasangan selang dada.
4. Injuri, potensial terjadi trauma/hypoksia, berhubungan dengan :
a. Pemasangan alat WSD
b.Kurangnya pengetahuan tentang WSD
C. RENCANA TINDAKAN
1. Gangguan rasa nyaman-nyeri berhubungan dengan
pemasangan selang dada (WSD)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam
diharapkan nyeri klien dapat berkurang / nyeri dapat hilang.
Kriteria hasil :
a. Otot wajah rileks
b.Nyeri berkurang
c. Sedikit menggunakan analgetik
d.Peningkatan volume inspirasi pada spirometer insentif
A. Aziz Alimul. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Mubarak,. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar ManusiaTeori dan Aplikasi Dalam Praktik.
Jakarta : EGC
Tartowo & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4. Jakarta
: salemba medika