Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah
penyebab utama kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak,
banyak dari kematian ini terjadi pada masa neonatus. WHO memperkirakan
bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia. Lebih
dari dua juta anak balita meninggal setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga
memperkirakan bahwa sampai dengan satu juta ini (vaksin dicegah)
kematian yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae, dan
lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di negara-negara berkembang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pneumonia ?
2. Bagaimana gambaran klinis Pneumonia ?
3. Bagaimana manajemen Fisioterapi pada Pneumonia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Pneumonia
2. Untuk mengetahui gambaran klinis Pneumonia
3. Untuk mengetahui bagaimana manajemen Fisioterapi pada Pneumonia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli,
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat. Pada pemeriksaan histologis terdapat pneumonitis atau reaksi
inflamasi berupa alveolitis dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan
oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
atau alveoli. Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali
bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut
dengan bronchopneumonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat
dan sesak karena paru-paru meradang secara mendadak.
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan
adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton &
Fugate, 1993).
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan parasit).
Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk
dalam pneumonia. Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh non-
mikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan
lain-lain) disebut pneumonitis
Dari beberapa definisi Pneumonia diatas, didapatkan bahwa pengertian
Pneumonia adalah peradangan akut pada jaringan paru-paru - alveoli dan
saluran udara yang berada disekitarnya1.
B. Klasifikasi
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis, pneumonia dibagi menjadi:
a) Pneumonia komunitas (community acquired pneumonia)

2
b) Pneumonia nosokomial (hospital acquired pneumonia / nosocomial
pneumonia)
c) Pneumonia aspirasi
d) Pneumonia pada pasien immuno compromised
2. Berdasarkan agen penyebab, pneumonia dibagi menjadi:
a) Pneumonia bakterial atau tipikal (terjadi pada semua usia)
b) Pneumonia atipikal (disebabkan Mycoplasma, Legionella dan
Chlamydia)
c) Pneumonia virus
d) Pneumonia jamur (immunocompromised)
3. Berdasarkan predileksi infeksi, pneumonia dibagi menjadi:
a) Pneumonia lobaris
b) Bronkopneumonia
c) Pneumonia interstisial
Community Acquired Pneumonia
Community acquired pneumonia (CAP) atau pneumonia komunitas
adalah sindrom infeksi paru akut yang terjadi pada pasien yang belum
pernah dirawat di rumah sakit.2
Infeksi didapat melalui inhalasi tetesan yang mengandung
mikroorganisme tertentu, dan individu tidak dapat mengatasi infeksi
melalui mekanisme pertahanan paru alami. Pneumonia yang didapat
masyarakat adalah penyakit paru yang umum dan mungkin
bertanggung jawab atas lebih dari satu juta rawat inap setahun di
Inggris. Namun, penyebab mikrobiologis cenderung mempengaruhi
kelompok umur yang berbeda.1
C. Etiologi
Berbagai macam mikroorganisme patogen dapat menyebabkan pneumonia,
seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit. Terdapat banyak variasi patogen yang
dominan di tiap daerah.
Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia
(Medan, Jakarta, Surabaya, Malang, dan Makasar) dengan cara pengambilan

3
bahan dan metode pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda,didapatkan hasil
pemeriksaan sputum untuk agen dari CAP yang terbanyak adalah Klebsiella
pneumoniae 45,18%, kemudian diikuti Streptococcus pneumoniae 14,04%,
Streptococcus viridans 9,21%, Staphylococcus aureus 9%, Pseudomonas
aeruginosa 8,56%, Steptococcus hemolyticus 7,89%, Enterobacter 5,26%,
Pseudomonas spp 0,9%.3 Pada studi terakhir, Klebsiella pneumonia menjadi
penyebab utama dari kasus CAP di Indonesia.4
D. Gambaran Klinis
Onsetnya bisa tiba-tiba (pneumonia lobar) atau bertahap (bronkopneumonia
atau pneumonia lobular) dan berhubungan dengan malaise, pireksia (suhu
sering > 40 ° C), kekakuan, muntah, kebingungan akibat hipoksemia (terutama
pada manula), dan takikardia .
1. Batuk kering pada awalnya, tetapi setelah beberapa hari produksi
sputum yang purulent.
2. Terengah-engah. Darah melewati yang terkena membran alveolar tidak
cukup teroksigenasi bahwa PaO2 jatuh. Hiperventilasi tidak bisa
mengimbangi untuk hipoksemia ini karena lewat darah melalui jaringan
paru-paru normal hampir jenuh. Peradangan yang terjadi membuat
paru-paru kaku dan pemenuhan berkurang, dengan hasil bahwa usaha
untuk bernafas meningkat. Karena itu pernapasan menjadi cepat dan
dangkal.
3. Nyeri. Jika peradangan menyebar ke pleura ada rasa sakit yang tajam
diperparah dengan menarik napas panjang atau batuk.
4. Radiografi. Konsolidasi dapat dilihat sebagai opacity terutama pada
pneumonia lobar. Mungkin juga ada bukti efusi pleura.
5. Auskultasi. Napas bronkial dapat didengar (Terutama pada pneumonia
lobar) karena terkonsolidasi jaringan paru-paru melakukan suara udara
gerakan di trakea. Suara bisikan pilektor dan resonansi vokal yang
meningkat dapat didengar. Wheeze mungkin terbukti jika ada
bronkospasme.1

4
Gejala Tanda
Batuk –90% Demam –80%
Dsypnea –66% Takipnea –70%
Sputum –66% Takikardi –60%
Nyeri pleuritik –50% Penemuan fisik paru (dari ronchi –
suara bronchial) –90%

Manifestasi klinik dari CAP dibagi dua, yaitu gejala dan tanda yang
diakibatkan pneumonia komunitas tipikal dan gejala dan tanda yang
diakibatkan dari pneumonia atipikal.
Pada sindrom pneumonia tipikal, gejala klinik timbul mendadak yang
meliputi malaise, demam tinggi, dan simtom pulmonal yang mencolok (sesak
napas, rasa tidak enak di dada, nyeri pleuritik, batuk produktif dengan sputum
berdarah atau purulen). Sedangkan tanda kliniknya meliputi demam tinggi,
takipnea, takikardi, sianosis, dan kesadaran menurun (bila berat). Pada
pemeriksaan fisik paru ditemukan stem fremitus mengeras, perkusi pekak,
ronki basah (tergantung stadium), suara napas vesikuler diperkeras atau
bronkial, dan lain-lain. Sindrom pneumonia tipikal ini disebabkan oleh bakteri
seperti Streptococcus pneumonia,Haemophylus influenza,dan Pseudomonas
aeruginosa.5,6
Sedangkan pada sindrom pneumonia atipikal, keluhan dan tanda klinik
timbul perlahan. Yang meliputi demam dan batuk non produktif, sakit kepala,
malaise, dan myalgia. Penyebabnya adalah organisme atipikal seperti
Mycoplasma pneumonia, Rickettsia, Legionella, dan berbagai virus respirasi
(virus influenza, adenovirus, dan respiratory synctial viruses(RSV). 5,6
Tanda dan Gejala Pneumonia Atipikal Pneumonia Tipikal
Onset Gradual Akut
Suhu Kurang tinggi Tinggi menggigil
Batuk Non produktif Produktif
Sputum Mukoid Purulen

5
Gejala lain Nyeri kepala, myalgia, Jarang
sakit tenggorokan, suara
parau, nyeri telinga
Gejala di luar paru Sering Lebih jarang
Pewarnaan Gram Flora normal atau spesifik Kokusgram positif (+)
atau negatif (-)
Radiologis “Patchy” atau normal Konsolidasi akut
Laboratorium Leukosit normal kadang Lebih tinggi
rendah
Gangguan fungsi hati Sering Jarang

Tabel. Gambaran perbedaan gejala klinik pneumonia atipikal dan tipikal


E. Perubahan Patologis
Organisme penyerang menyebabkan peradangan pada bronkiolus dan
alveoli. Eksudat menyebar ke alveoli tetangga untuk menyediakan media bagi
penyebaran bakteri dengan cepat. Alveoli dipenuhi oleh sel-sel darah merah,
leukosit, makrofag, dan fibrin (hepatisasi merah) dan terdapat kemacetan di
seluruh lobus. Permukaan pleura di atasnya meradang dan terjadi efusi pleura.
Resolusi terjadi ketika leukosit menelan bakteri dan makrofag
membersihkan puing-puing dengan fagositosis (hepatisasi abu-abu). Pada
lobular atau bronkopneumonia, peradangan tersebar secara tidak teratur di
paru-paru sedangkan pada pneumonia lobar peradangan menyebar ke seluruh
tetapi terkandung dalam satu lobus keseluruhan. Tanpa perawatan, resolusi
terjadi dengan pencairan konsolidasi, yang kemudian dikeluarkan dengan
batuk.1
F. Pemeriksaan penunjang
1. Hematologi. Terdapat peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis).
2. Biokimia. Gas darah arteri harus diukur untuk mengungkapkan luasnya
hipoksemia arteri.
3. Mikrobiologi. Sputum harus diperiksa melalui pewarnaan Gram untuk
mengidentifikasi organisme penyebab (mis. Streptococcus pneumoniae)

6
dan untuk mengidentifikasi agen antimikroba mana yang sensitif terhadap
organisme.
4. Aspirasi pleural untuk kultur. Ini harus dipertimbangkan jika pneumonia
dipersulit oleh efusi pleura.1
G. Komplikasi
Pada pasien pneumonia berat terdapat komplikasi yang mengenai di
ekstrapulmoner, misalnya pada pneumonia pneumokokkus dengan
bakteriemi dapat dijumpai meningitis, arthritis, endokarditis, peritonitis,
dan empyema. Terkadang juga dapat dijumpai komplikasi ekstrapulmoner
non infeksius, seperti gagal ginjal, gagal jantung, emboli paru atau infark
paru, dan infark miokard akut. Komplikasi lain dapat terjadi seperti acute
respiratory distress syndrome (ARDS), multiorgan failure, serta melanjut
sebagai pneumonia nosokomial

BAB III
MANAJEMEN FISIOTERAPI

7
A. IDENTITAS PASIEN
Nomor Rekam Medis : 570400
Nama : Tn. KA
Usia : 1 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Sumba Blitar
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Pemeriksaan : 29 Maret 2019
Orang Tua
Nama Ayah : Tn.M (29 tahun)
Pekerjaan Ayah : karyawan swasta
Nama Ibu : Ny.K (28 tahun)
Pekerjaan Ibu : karyawan swasta
B. ANAMNESIS (Alloanamnesa)
Keluhan Utama : Badan panas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien KA datang ke Rumah Sakit diantar oleh orang tuanya dengan
keluhan badan panas sejak 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Demam tinggi
secara tiba-tiba, sepanjang hari dan disertai dengan batuk berdahak serta pilek.
Awalnya batuk ringan dan tidak berdahak, tetapi semakin lama batuk menjadi
semakin memberat dan berdahak. Setelah berobat ke dokter, badan panas sudah
berkurang tetapi batuk dan pilek masih tetap dan belum membaik.
Sejak kemarin malam badan KA kembali panas tinggi, disertai batuk
berdahak, pilek, nafas grok-grok dan sesak. Sesak ringan kambuh saat batuk
berat. Pasien sering rewel terutama saat batuk, mual (+) terutama saat menangis
atau rewel, muntah (-), nafas mengi (-), biru di ujung jari dan mulut (-), riwayat
tersedak (-), kejang (-), penurunan kesadaran (-), nafsu makan dan minum
menurun, BAB dan BAK tidak ada kelainan (+ normal).
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital

8
 Denyut Nadi : 135 x/menit
 RR : 45 x/menit
 Suhu : 38,5 oC
2. Inspeksi
Regio kepala dan leher
- Ekspresi wajah nampak lesu, serta tampak,bibir sianotik dan berkeringat
- Bola mata tidak terdapat kekuningan
Regio Thoraks
- Terdapat retraksi dinding dada akibat pernafasan yang cepat dan dangkal
3. Pemeriksaan khusus
- Kesimetrisan chest
Palpasi dilakukan dengan menempatkan kedua telapak tangan pada dinding
dada untuk memeriksa setiap sisi pengembangan (ekspansi) thoraks selama
inspirasi dan ekspirasi. Pada pemeriksaan ini akan di evaluasi tentang
pengembangan ketiga area lobus (Upper, Middle, Lower) secara bersamaan
mengingat pasien berusia 1 tahun.
Hasil : simetris
- Auskultasi : Auskultasi paru dilaksanakan secara indirect yaitu dengan
memakai stetoskop. Posisi pasien sebaiknya duduk seperti melakukan
perkusi, jika pasien tidak bisa duduk dengan dipangku oleh ibunya,
auskultasi dapat juga dilakukan dalam posisi tidur. Tempatkan stetoskop
sesuai titik pada gambar.

Hasil : Terdengar bunyi ronkhi pada paru-paru kanan-kiri lobus atas segmen apikal
posterior pada saat ekspirasi, suara nafas melemah serta ekspirasi memanjang

- Perkusi.

9
Adalah jenis pemeriksaan fisik yang berdasarkan interpretasi dari suara
yang dihasilkan oleh ketukan pada dinding thoraks. Suara perkusi normal
dari thoraks pada lapangan paru adalah sonor. Hiperinflasi dari paru dimana
udara tertahan lebih banyak dalam alveoli menghasilkan perkusi yang
hipersonor. Perkusi pada infiltrat paru dimana parenkim lebih solid
(padat/mengandung sedikit udara) perkusi akan menghasilkan redup
(dullness). Perkusi pada pneumonia akan menghasilkan suara pekak
(flatness), pada keadaan ini rongga pleura berisi cairan yang merupakan
struktur yang solid.
Tekniknya : Pasien dalam posisi tidur dan bisa juga dalam posisi duduk.
Pemeriksa menggunakan jari tengah tangan kiri yang menempel pada
permukaan dinding thoraks, letakkan jari disela-sela iga. Sementara jari
tengah tangan kanan digunakan sebagai pemukul (pengetok) disebut fleksor
pada fleksi meter tadi.
Hasil : Terdengar bunyi redup (dullness) pada paru-paru kanan-kiri lobus
atas segmen apikal posterior

4. Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan warna sputum/dahak
Sputum adalah zat mucousy (terdiri dari sel-sel dan materi lainnya)
yang disekresikan ke dalam saluran udara dari saluran pernapasan. Sputum
tidak sama dengan air liur, air liur merupakan suatu zat yang disekresi
dalam mulut untuk membantu pencernaan.
Hasil : sputum berwarna hijau, tidak berbau.
Foto X-ray Thoraks AP

Keterangan:

10
Jantung : bentuk dan ukuran normal.
Paru-paru : bronchovascular pattern meningkat dengan hilus paru tampak
kasar, tampak perselubungan tidak homongen di perihilar dan paracardial kedua
paru, tidak ada pembesaran kelenjar hilus paru.
Sinus costophrenicus tajam, tulang-tulang baik.
Kesimpulan : Pneumonitis di perihilar kedua paru dan paracardial
D. PROBLEMATIK FISIOTERAPI
a. Anatomical Impairment
- Pasien mengalami sesak, pada saat batuk
- Terdapat nafas dangkal dan cepat
- Batuk berdahak
- Retraksi dinding dada
b. Functional Limitation
- Kesulitan bernafas
- Nafsu makan dan minum menurun
c. Participation restriction
- Pasien tidak mampu bersosialisasi (bermain) dengan teman-
teman dan keluarga di lingkungan pasien.
E. TUJUAN FISIOTERAPI
a. Tujuan jangka pendek
- Mengurangi sesak pada pasien
- Mengatasi nafas dangkal dan cepat
- Mangatasi batuk berdahak
b. Tujuan jangka panjang
- Melanjutkan tujuan jangka pendek
- Mengembalikan fungsional pernapasan secara normal tanpa ada
keluhan
F. DIAGNOSA
Gangguan pernafasan disertai batuk akibat Pneumonia

G. INTERVENSI FISIOTERAPI

11
1. Postural Drainage
pengaturan posisi tubuh untuk membantu mengalirkan lendir yang
terkumpul di suatu area ke arah cabang bronkhus utama (saluran napas
utama) sehingga lendir bisa dikeluarkan dengan cara dibatukkan. Untuk
itu, orang tua mesti mengetahui di mana letak lendir berkumpul.
Caranya:
* Taruh tangan di bagian dada atau punggung anak.
* Minta anak menarik nafas dalam-dalam lalu keluarkan melalui mulut
secara perlahan.
* Dekatkan telinga kita ke tubuhnya dan dengarkan asal bunyi lendir.
Biasanya lendir yang mengumpul akan menimbulkan suara. Atau, rasakan
getarannya.
* Setelah letak lendir berhasil ditemukan, atur posisi anak:
- Bila lendir berada di paru-paru bawah maka letak kepala harus
lebih rendah dari dada agar lendir mengalir ke arah bronkhus
utama. Posisi anak dalam keadaan tengkurap.
- Kalau posisi lendir di paru-paru bagian atas maka kepala harus
lebih tinggi agar lendir mengalir ke cabang utama. Posisi anak
dalam keadaan telentang.
- Kalau lendir di bagian paru-paru samping/lateral, maka posisikan
anak dengan miring ke samping, tangan lurus ke atas kepala dan
kaki seperti memeluk guling.

Posedur :
Teknik pemukulan ritmik dilakukan dengan telapak tangan yang melekuk
pada dinding dada atau punggung. Tujuannya melepaskan lendir atau
sekret-sekret yang menempel pada dinding pernapasan dan
memudahkannya mengalir ke tenggorok. Hal ini akan lebih mempermudah
anak mengeluarkan lendirnya.
Caranya:

12
 Lakukan postural drainage. Bila posisinya telentang, tepuk-tepuk
(dengan posisi tangan melekuk) bagian dada sekitar 3-5 menit.
 Dalam posisi tengkurap, tepuk-tepuk daerah punggungnya sekitar
3-5 menit.
 Dalam posisi miring, tepuk-tepuk daerah tubuh bagian
sampingnya. Setelah itu lakukan vibrasi (memberikan getaran)
pada rongga dada dengan menggunakan tangan (gerakannya
seperti mengguncang lembut saat membangunkan anak dari
tidur). Lakukan sekitar 4-5 kali.
2. Batuk Efektif dengan cara Stimulasi Trakea
Stimulasi trakea, kadang-kadang disebut gelitik trakea, dapat
digunakan dengan bayi atau pasien yang mengalami disorientasi yang
tidak dapat bekerja sama selama perawatan. Stimulasi trakea adalah
manuver yang agak tidak nyaman, dilakukan untuk mendapatkan batuk
refleksif. Terapis menempatkan dua jari di lekukan sternum dan
menerapkan gerakan melingkar dengan tekanan ke bawah ke dalam trakea
untuk memfasilitasi batuk refleksif.
3. Inhalasi
Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam
bentuk uap langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru).
Alat terapi inhalasi bermacam-macam. Salah satunya yang efektif bagi
anak adalah alat terapi dengan kompresor (jet nebulizer).
Cara penggunaannya cukup praktis yaitu anak diminta menghirup uap
yang dikeluarkan nebulizer dengan menggunakan masker. Obat-obatan
yang dimasukkan ke dalam nebulizer bertujuan melegakan pernapasan
atau menghancurkan lendir. Semua penggunaan obat harus selalu dalam
pengawasan dokter. Dosis obat pada terapi inhalasi jelas lebih sedikit tapi
lebih efektif ketimbang obat oral/obat minum seperti tablet atau sirup.
Karena, dengan inhalasi obat langsung mencapai sasaran. Bila tujuannya
untuk mengencerkan lendir/sekret di paru-paru, obat itu akan langsung
menuju ke sana.

13
BAB IV
PENUTUP
a. Pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan parasit). Pneumonia yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk dalam pneumonia. Sedangkan
peradangan paru yang disebabkan oleh non-mikroorganisme (bahan kimia,
radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis.

14
b. Gambaran Klinis
- Batuk kering pada awalnya, tetapi setelah beberapa hari produksi sputum
yang purulent
- Terengah-engah.
- Radiografi. Konsolidasi dapat dilihat sebagai opacity terutama pada
pneumonia lobar. Mungkin juga ada bukti efusi pleura.
- Auskultasi. Napas bronkial dapat didengar (Terutama pada pneumonia
lobar) karena terkonsolidasi jaringan paru-paru melakukan suara udara
gerakan di trakea.
- Pireksia, dan demam diatas suhu 40 derajat
c. Manajemen Fisioterapi
- Historical Taking dan System Review
- Keadaan umum Pasien
- Palpasi
- Batuk efektif
- Postural Drainage

DAFTAR PUSTAKA

1. Kisner Carolyn, Lynn Allen Colby. Therapeutic Exercise 5 edition. Davis


Company. 2007. Phyladelpia.
2. Porter Stuart. Tidy’s physiotherapy 13 edition. Anatomy Workbook.2002.
3. Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Komunitas:
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia. 2003

15
4. Lawrence MT, McPhee JS, Papadakis AM. Diagnosis dan Terapi Kedokteran
Penyakit Dalam. 1 ed. Jakarta: Salemba Medika; 2002. 100 - 10 p
5. Lim WS, Macfarlane JT, Boswell TCJ, Harrison TG, Rose D, Leinonen M,
Saikku P. Study of community acquired pneumonia aetiology (SCAPA) in
adults admitted to hospital: implication for management guidelines. Thorax
2001; 56: 296 – 301.
Downs, AM: Clinical application of airway clearance techniques. In
Frownfelter, D, Dean, E (eds) Cardiovascular and Pulmonary Physical
Therapy: Evidence and Practice, ed 4. Mosby, St. Louis, 2006, pp 341

16

Anda mungkin juga menyukai