Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PERENCANAAN

Analisis/Desain Bangunan Rumah Tinggal dan Rumah Walet di Kota Tarakan

1. Data Perencanaan
Struktur yang dianalisis terdiri dari 4 lantai dan memiliki tinggi
bengunan memiliki dua type yang berbeda. Dimana pada lantai dasar
digunakan sebagai rumah tinggal dengan tinggi 4 m dan pada lantai 2-3
dengan tinggi 3 m yang akan dijadikan sebagai rumah walet, Adapun bentang
sepanjang 4 m. Dan pada perencanaan ini struktur menggunakan matrial
beton bertulang.

2. Data Dimensi dan Propertis Material


 Dimensi struktur
- Dimensi balok 25/40 cm
- Dimensi kolom 30/30 cm
- Dimensi plat lantai 12 cm
 Data propertis matrial
- Mutu beton Fc’ 24,9 MPa
- Mutu Baja Tulangan Utama Fy 400 MPa dan Tulangan Sengkang 240
MPa
- Modulus Elastisitas Beton 4700√𝐹𝑐′ MPa
- Modulus Elastisitas Baja 200000 MPa
3. Pemebaban
Untuk perencanan Struktur rumah tinggal dan rumah walet direncankan
dengan beban akibat sendiri dan beban mati tambahan. Beban-beban yang
bekerja pada struktur sesuai dengan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
Gedung.
 Beban Mati (DL)
Dalam analisis ini, beban mati yang bekerja pada gedung yang terdiri
dari berat sendiri bangunan dan komponen gedung sesuai dengan PPIUG
1983.
a. Bahan Bangunan
1. Beton (γ) = 2.400 kg/m3
1. Pasir = 1800 kg/m3
b. Komponen gedung
1. Spesi = 21 kg/m2
2. Pasangan batako tebal setengah batu = 120 kg/m2
3. Keramik = 24 kg/m2
4. Plafond dan penggantung = 18 kg/m2
 Beban Hidup (LL)
Beban hidup yang bekerj pada bangunan ini disesuaikan dengan
rencana dan fungsi bangunan tersebut. Adapun beban hidup yang bekerja
pada bangunan yang dianalisis harus sesuai dengan PPIUG 1983.
a. Beban hidup lantai bangunan
1. Beban hidup lantai = 200 kg/m2
ANALISIS DAN DESAIN KOMPONEN STRUKTUR
Bangunan Rumah Tinggal dan Rumah Walet di Kota Tarakan

1. Analisis Struktur
Analisis struktur menggunakan program komputer dengan faktor beban
yang merujuk pada Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung. Struktur
dimodel secara 3 dimensi. Hasil analisis diperoleh gaya-gaya dalam masing-
masing struktur portal yang nantinya akan digunakan sebagai acuan untuk
desain penulangan balok, sloof dan kolom, perhitungan desain masing-
masing komponen struktur dihitung secara manual dengan acuan SNI 03 –
2847 – 2000 tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung.

Gambar 1 pemodelan Struktur dengan SAP 2000 V.14


2. Perencanaan Struktur Sekunder
Struktur sekunder merupakan bagian dari sekunder gedung yang tidak
menahan kekuatan secara keseluruhan, namun tetap mengalami tegangan-tegangan
akibat pembebanan yang bekerja pada bagian tersebut. Adapun struktur sekunder
meliputi pelat lantai & atap.
a. Pelat Lantai
Dari hasil perhitungan priminary pelat dapat diketahui bahwa pelat
merupakan pelat 2 arah dimana hasil perhitungan rasionya lebih kecil dari 2.
2. Data perencanaan
Data-data desain yang dibutuhkan dalam perhitungan pelat sebagai berikut:
Mutu beon (𝑓𝑐 ′ ) = 300 MPa
Kuat tarik (fy) = 240 MPa
Tebal pelat hunian & atap = 120 mm
3. Penulangan Pelat
 Perhitungan momen menggunakan konsep beban amplop dengan koefisien
momen sebagai berikut:
Tebel 4.12 Momen pelat lantai
Momen per meter lebar Nilai X dari perbandingan Ly/Lx
1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 2.50 3.00
Mlx = 0,001. Wu. Lx 2 . X 25 34 42 49 53 58 62 65
Mly = 0,001. Wu. Lx 2 . X 25 22 18 15 15 15 14 14
Mtx =-0,001. Wu. Lx 2 . X 51 63 72 78 81 82 83 83
Mty =-0,001. Wu. Lx 2 . X 51 54 55 54 54 53 51 49
(Sumber tabel PBI 1971)
Diketahui dimensi pelat type A adalah 4 x 4 m2
𝐿𝑦 4
Untuk nilai = = 1 < 2 ( pelat dua arah).
𝑙𝑥 4
Clx = 25 Ctx = 51
Cly = 25 Cty =51
Sehingga diperoleh:
Mlx = 0,001. Wu. Lx 2 . X = 0,001 . 9,272 . 42 . 25 = 3,709 kN/m2
Mly = 0,001. Wu. Lx 2 . X = 0,001 . 9,272 . 42 . 25 = 3,709 kN/m2
Mtx = - 0,001. Wu. Lx 2 . X = - 0,001 . 9,272 . 42 . 51 = -7,566 kN/m2
Mty = - 0,001. Wu. Lx 2 . X = - 0,001 . 9,272 . 42 . 51 = -7,566 kN/m2
 Kebutuhan tulangan lentur
- Pelat type A
Diketahui :
Mutu beon (𝑓𝑐 ′ ) = 25 MPa
Kuat tarik (fy) = 240 MPa
Tebal pelat (T) = 120 mm
Tebal selimut beton (t) = 20 mm
Diameter tulangan D 10 = 10 mm

12 cm

Tinggi efektif beton arah Lx, (dx) = 120 – 20 – ½ 10 = 95 mm

12 cm

Gambar 4. Tinggi efektif pelat lantai


Tinggi efektif beton arah Lx, (dx) = 120 – 20 – 10 – ½ 10 = 85 mm
 Tulangan lapangan arah x
Rasio tulangan beton
Mu = 3,709 kN/m2 (untuk arah x dipakai MLx)
0,85.βI.fc′ 600
𝜌𝑏=
fy
(600+fy)
0,85 x 0,85 x 25 600
𝜌𝑏=
240
(600+240)
= 0,054
𝜌 𝑚𝑎𝑥 = 0,75. 𝜌𝑏
= 0,75 x 0,054 = 0,040
Mu
k=
∅ b.d2
3,709 x 106
k= = 0,514 MPa
0,8 x 1000 x 952
𝑓𝑦 2
𝜌 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,59.𝜌2 - 𝜌. fy + k = 0
𝑓𝑐′

2402
𝜌 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,59.𝜌2 - 𝜌. 240 + 0,514 = 0
25
1354,75 x 𝜌2 – 240 + 0,514 = 0
Dengan menggunakan rumus abc, didapat :
𝜌1 = 0,1750
𝜌2 = 0,0022
Maka dipakai 𝜌 = 0,0022
Cek terhadap
1,4
𝜌 min =
fy
1,4
= = 0,0058
240
Karena 𝜌 = 0,0022 < 0,0058, maka 𝜌 yang digunakan adalah
𝜌 = 0,0058
- Luas tulangan perlu
As = 𝜌 . b . d
As = 0,0058 x 1000 x 95 = 554,2 mm2
Digunakan tulngan diameter = 12 mm
- Jarak antar tulangan :
1
𝜋 𝐷2 𝑑
4
s=
𝐴𝑠
1
𝜋 102 1000
4
s= = 142 mm ~ 140 mm
554,2

Jadi tulangan lapangan arah x yang digunakan adalah : P12 – 140


Cek jarak antar tulangan : 140 mm < 3h = 360 mm & 500....... Ok
 Tulangan lapangan arah y
Rasio tulangan beton
Mu = 3,709 kN/m2 (untuk arah x dipakai Mtx)
0,85.βI.fc′ 600
𝜌𝑏=
fy
(600+fy)
0,85 x 0,85 x 25 600
𝜌𝑏=
240
(600+240)
= 0,054
𝜌 𝑚𝑎𝑥 = 0,75. 𝜌𝑏
= 0,75 x 0,54 = 0,040
Mu
k=
∅ b.d2
3,709 x 106
k= = 0,642 MPa
0,8 x 1000 x 852

𝑓𝑦 2
𝜌 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,59.𝜌2 - 𝜌. fy + k = 0
𝑓𝑐′

2402
𝜌 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,59.𝜌2 - 𝜌. 240 + 0,642 = 0
25′
1354,75 x 𝜌2 – 240 + 0,642 = 0
Dengan menggunakan rumus abc, didapat :
𝜌1 = 0,1744
𝜌2 = 0,0027
Maka dipakai 𝜌 = 0,0027
Cek terhadap
1,4
𝜌 min =
fy
1,4
= = 0,0058
240
Karena 𝜌 = 0,0027 < 0,0058, maka 𝜌 yang digunakan adalah
𝜌 = 0,0058
- Luas tulangan perlu
As = 𝜌 . b . d
As = 0,0058 x 1000 x 85 = 495,8 mm2
Digunakan tulngan diameter = 10 mm
- Jarak antar tulangan :
1
𝜋 𝐷2 𝑑
4
s=
𝐴𝑠
1
𝜋 122 1000
4
s= = 158,5 mm ~ 150
495,8

Jadi tulangan lapangan arah x yang digunakan adalah : P12 – 150


Cek jarak antar tulangan : 150 mm < 3h = 360 mm & 500....... Ok
 Tulangan tumpuan arah x
Rasio tulangan beton
Mu = 7,57 kN/m2 (untuk arah x dipakai Mtx)
0,85.βI.fc′ 600
𝜌𝑏=
fy
(600+fy)
0,85 x 0,85 x 25 600
𝜌𝑏=
240
(600+240)
= 0,054
𝜌 𝑚𝑎𝑥 = 0,75. 𝜌𝑏
= 0,75 x 0,054 = 0,040
Mu
k=
∅ b.d2
7,57 x 106
k= = 1,048 MPa
0,8 x 1000 x 952

𝑓𝑦 2
𝜌 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,59.𝜌2 - 𝜌. fy + k = 0
𝑓𝑐′

2402
𝜌 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,59.𝜌2 - 𝜌. 240 + 1,048 = 0
25′
1354,75 x 𝜌2 – 240 + 1,048 = 0
Dengan menggunakan rumus abc, didapat :
𝜌1 = 0,1727
𝜌2 = 0,0045
Maka dipakai 𝜌 = 0,0058
Cek terhadap
1,4
𝜌 min =
fy
1,4
= = 0,0058
240
Karena 𝜌 = 0,0045 < 0,0058, maka 𝜌 yang digunakan adalah
𝜌 = 0,0058
- Luas tulangan perlu
As = 𝜌 . b . d
As = 0,0058 x 1000 x 95 = 554,2 mm2
Digunakan tulngan diameter = 10 mm
- Jarak antar tulangan :
1
𝜋 𝐷2 𝑑
4
s=
𝐴𝑠
1
𝜋 102 1000
4
s= = 141,8 mm ~ 140 mm
554,2

Jadi tulangan lapangan arah x yang digunakan adalah : P12 – 140


Cek jarak antar tulangan : 140 mm < 3h = 360 mm & 500....... Ok
 Tulangan tumpuan arah y
Rasio tulangan beton
Mu = 7,57 kN/m2 (untuk arah y dipakai Mty)
0,85.βI.fc′ 600
𝜌𝑏=
fy
(600+fy)
0,85 x 0,85 x 25 600
𝜌𝑏=
240
(600+240)
= 0,054
𝜌 𝑚𝑎𝑥 = 0,75. 𝜌𝑏
= 0,75 x 0,054 = 0,040
Mu
k=
∅ b.d2
7,57 x 106
k= = 1,309 MPa
0,8 x 1000 x 852
𝑓𝑦 2
𝜌 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,59.𝜌2 - 𝜌. fy + k = 0
𝑓𝑐′

2402
𝜌 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,59.𝜌2 - 𝜌. 240 + 1,309 = 0
25′
1354,75 x 𝜌2 – 240 + 1,309 = 0
Dengan menggunakan rumus abc, didapat :
𝜌1 = 0,1715
𝜌2 = 0,0056
Maka dipakai 𝜌 = 0,0056
Cek terhadap
1,4
𝜌 min =
fy
1,4
= = 0,0058
240
Karena 𝜌 = 0,0056 < 0,0058, maka 𝜌 yang digunakan adalah
𝜌 = 0,0058
- Luas tulangan perlu
As = 𝜌 . b . d
As = 0,0058 x 1000 x 85 = 495,8 mm2
Digunakan tulngan diameter = 10 mm
- Jarak antar tulangan :
1
𝜋 𝐷2 𝑏
4
s=
𝐴𝑠
1
𝜋 102 1000
4
s= = 158,5 mm ~ 150 mm
495,8

Jadi tulangan lapangan arah x yang digunakan adalah : P12 – 150


Cek jarak antar tulangan : 150 mm < 3h = 360 mm & 500....... Ok
- Tulangan Susut
 Pelat type A
- Tulangan susut arah x
As = 20 % As (pokok)
As = 20 % . 554,2 = 110,83 mm2

- Jarak antar tulangan susut


1
𝜋 𝐷2 𝑏
4
s=
𝐴𝑠
1
𝜋 82 1000
4
s= = 453,7057 mm ≈ 450 mm
110,83

jadi untuk tulangan susut arah x yang dipakai adalah : P8 - 450


Check jarak antar tulangan 290 mm < 5h = 600 & <500 mm......Ok
- Tulangan susut arah y
As = 20 % As (pokok)
As = 20 % . 495,8 = 99,17mm2
- Jarak antar tulangan susut
1
𝜋 𝐷2 𝑏
4
s=
𝐴𝑠
1
𝜋 82 1000
4
s= = 507,0828 mm ≈ 500 mm
99,17

jadi untuk tulangan susut arah y yang dipakai adalah : P8 – 500


Check jarak antar tulangan 500 mm < 5h = 600 & <500 mm......Ok
Untuk penulangan pelat atap disajika dalam tabel.
Mu nilai k dipakai
As
momen koef
kN/m MPa perlu min (mm2) tulangan
Mlx 25,000 2,262 0,313 0,0013 0,0058 554,2 P12 140
Mly 25,00 2,262 0,391 0,0016 0,0058 495,8 P12 150
Mtx 51,00 4,615 0,639 0,0027 0,0058 554,2 P12 140
Mty 51,00 4,615 0,798 0,0034 0,0058 495,8 P12 150
Tulangan susut
tx 110,83 P8 450
ty 99,17 P8 500
Sumber : hasil perhitungan 2019

3. Perencanaan Struktur Utama


Struktur utama merupakan suatu komponen utama dimana
kekakuannya mempengaruhi perilaku gedung tersebut. Struktur utama
memiliki fungsi untuk menahan pembebanan. Komponen utama terdiri dari
balok induk, kolom. Dan pada perencanan struktur akan didesain tulangan
pada tiap komponen struktur.
a. Perencanaan balok induk
Balok induk merupakan struktur utama yang memikul beban struktur
sekunder dan meneruskan beban tersebut ke kolom. Dengan rencana dimesi
balok 25/40 dengan bentang 4 m
1. Penulangan Lentur Balok Tumpuan
Mutu beton Fc’ = 25 Mpa
Mutu Baja = 400 Mpa
Dimensi Balok = 25/40 cm
Diameter tulangan longitudinal = 16 mm
Diameter sengkang = 8 mm
Tebal penutup beton (d’) = 40 mm
Diameter tulangan utama D = 16 mm
Diameter tulangan sengkang Ø = 10 mm
Mu tumpuan = 55,6531 kN/m
- Tinngi efektif balok (d’) = 344 mm
0,85.𝛽𝐼.𝑓𝑐 ′ 600
𝜌𝑏 = (600+𝑓𝑦) = 0,027
𝑓𝑦

𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 . 𝜌𝑏 = 0,020


1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = 0,0035
fy

𝜌 = 0,0062
- Luas tulangan perlu
AS = 𝜌.b.d = 537,3 mm
- Jumlah tulangan yang dipakai
As
n=1 = 2,671 ≈ 3 buah
. π .D2
4

- Luas tulangan lentur tarik


3 D 16 AS’ = 603,429 mm2
- Kontrol terhadap momen nominal penampang
Sesuai dengan SNI-03-2847-2002 pada pasal 24.5.1 Kontrol kekuatan
penampang yang mengalami lentur harus berdasarkan pada:
ϕMn ≥ Mu
Mu = ϕ . Mn
As ,fy
a = 0,85 . = 45,617 mm
fc′ .b
Mn = As . fy . (d – a/2 ) = 77,526 kN/m
Mn = 62,021 kN/m > 55,6531 kN/m .......... Ok
2. Penulangan Lentur Balok Lapangan
Mutu beton Fc’ = 25 Mpa
Mutu Baja = 400 Mpa
Dimensi Balok = 25/40 cm
Diameter tulangan longitudinal = 16 mm
Diameter sengkang = 10 mm
Tebal penutup beton (d’) = 40 mm
Diameter tulangan utama D = 16 mm
Diameter tulangan sengkang Ø = 8 mm
Mu Lapangan = 32,4165 kN/m
- Tinngi efektif balok (d’) = 344 mm
0,85.𝛽𝐼.𝑓𝑐 ′ 600
𝜌𝑏 = (600+𝑓𝑦) = 0,027
𝑓𝑦

𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 . 𝜌𝑏 = 0,020


1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = 0,0035
fy

𝜌 = 0,0035
- Luas tulangan perlu
AS = 𝜌.b.d = 304,7 mm
- Jumlah tulangan yang dipakai
As
n=1 = 1,515 ≈ 2 buah
. π .D2
4

- Luas tulangan lentur tarik

2 D 16 AS’ = 402,286 mm2

- Kontrol terhadap momen nominal penampang


Sesuai dengan SNI-03-2847-2002 pada pasal 24.5.1 Kontrol kekuatan
penampang yang mengalami lentur harus berdasarkan pada:
ϕMn ≥ Mu
Mu = ϕ . Mn

As ,fy
a = 0,85 . = 30,411 mm
fc′ .b

Mn = As . fy . (d – a/2 ) = 52,908 kN/m


Mn = 42,326 kN/m > 32,4165 kN/m .......... Ok
3. Penulangan Geser Balok Tumpuan
Vu tumpuan = 67,8 kN
Vn = Vu/ϕ = 67,8 / 0,6 =113 kN
Kapasitas beton dalam menerima geser menurut SNI-03-2847-2002
Pasal 13.3.1 untuk komponen struktur yang hanya dibebani oleh geser
dan lentur berlaku:
ϕVc = 1/6 . √𝑓𝑐′ . bw . d = 42,914 kN/m
Vs = (Vn – Vc) = 70,086 kN/m
Cek Vu > ½ 𝜙 . Vc
67,8 kN > 21,46 kN ~ dibutuhkan tulangan geser
Digunakan tulangan geser 8 mm
- Luas tulangan As = ¼ .𝜋 . 82 = 50,29 mm2
Av = As .x 2 = 100,571 mm2
- Jarak tulangan sengkang
Av . fy . d
S= = 118,5 mm ~ 100 mm
Vs

Maka digunakan tulangan sengkang Ø 8 - 100 mm


4. Penulangan Geser Balok Lapangan
Vu tumpuan = 57,12 kN
Vn = Vu/ϕ = 57,12 / 0,6 = 95,200 kN
Kapasitas beton dalam menerima geser menurut SNI-03-2847-2002
Pasal 13.3.1 untuk komponen struktur yang hanya dibebani oleh geser
dan lentur berlaku:
ϕVc = 1/6 . √𝑓𝑐′ . bw . d = 42,914 kN/m
Vs = (Vn – Vc) =52,286 kN/m
Cek Vu > ½ 𝜙 . Vc
57,12 kN > 12,87 kN ~ dibutuhkan tulangan geser
Digunakan tulangan geser 8 mm
- Luas tulangan As = ¼ .𝜋 . 82 = 50,29 mm2
Av = As .x 2 = 100,571 mm2
- Jarak tulangan sengkang
Av . fy . d
S= = 158,803 mm ~ 150 mm
Vs

Maka digunakan tulangan sengkang Ø 8 - 150 mm


Gambar 2 Detail penulangan balok induk

b. Perencanaan sloof
Balok induk merupakan struktur utama yang memikul beban struktur
sekunder dan meneruskan beban tersebut ke kolom. Dengan rencana dimesi
balok 25/40 dengan bentang 4 m
1. Penulangan Lentur Balok Tumpuan
Mutu beton Fc’ = 25 Mpa
Mutu Baja = 400 Mpa
Dimensi Balok = 25/40 cm
Diameter tulangan longitudinal = 16 mm
Diameter sengkang = 8 mm
Tebal penutup beton (d’) = 40 mm
Diameter tulangan utama D = 16 mm
Diameter tulangan sengkang Ø = 10 mm
Mu tumpuan = 22,0243 kN/m
- Tinngi efektif balok (d’) = 344 mm
0,85.𝛽𝐼.𝑓𝑐 ′ 600
𝜌𝑏 = (600+𝑓𝑦) = 0,027
𝑓𝑦

𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 . 𝜌𝑏 = 0,020


1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = 0,0035
fy

𝜌 = 0,0024
- Luas tulangan perlu
AS = 𝜌.b.d = 301,0 mm
- Jumlah tulangan yang dipakai
As
n=1 = 1,496 ≈ 2 buah
. π .D2
4

- Luas tulangan lentur tarik


3 D 16 AS’ = 402,29 mm2
- Kontrol terhadap momen nominal penampang
Sesuai dengan SNI-03-2847-2002 pada pasal 24.5.1 Kontrol kekuatan
penampang yang mengalami lentur harus berdasarkan pada:
ϕMn ≥ Mu
Mu = ϕ . Mn
As ,fy
a = 0,85 . = 30,290 mm
fc′ .b
Mn = As . fy . (d – a/2 ) = 52,917 kN/m
Mn = 42,334 kN/m > 22,0243 kN/m .......... Ok
2. Penulangan Lentur Balok Lapangan
Mutu beton Fc’ = 25 Mpa
Mutu Baja = 400 Mpa
Dimensi Balok = 25/40 cm
Diameter tulangan longitudinal = 16 mm
Diameter sengkang = 10 mm
Tebal penutup beton (d’) = 40 mm
Diameter tulangan utama D = 16 mm
Diameter tulangan sengkang Ø = 8 mm
Mu Lapangan = 8,434 kN/m
- Tinngi efektif balok (d’) = 344 mm
0,85.𝛽𝐼.𝑓𝑐 ′ 600
𝜌𝑏 = (600+𝑓𝑦) = 0,027
𝑓𝑦

𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 . 𝜌𝑏 = 0,020


1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = 0,0035
fy

𝜌 = 0,0009
- Luas tulangan perlu
AS = 𝜌.b.d = 301,0 mm
- Jumlah tulangan yang dipakai
As
n=1 = 1,496 ≈ 2 buah
. π .D2
4

- Luas tulangan lentur tarik

2 D 16 AS’ = 402,286 mm2

- Kontrol terhadap momen nominal penampang


Sesuai dengan SNI-03-2847-2002 pada pasal 24.5.1 Kontrol kekuatan
penampang yang mengalami lentur harus berdasarkan pada:
ϕMn ≥ Mu
Mu = ϕ . Mn

As ,fy
a = 0,85 . = 30,290 mm
fc′ .b

Mn = As . fy . (d – a/2 ) = 52,917kN/m
Mn = 42,334 kN/m > 8,434 kN/m .......... Ok
3. Penulangan Geser Balok Tumpuan
Vu tumpuan = 31,864 kN
Vn = Vu/ϕ = 31,864 / 0,6 = 53,1067 kN
Kapasitas beton dalam menerima geser menurut SNI-03-2847-2002
Pasal 13.3.1 untuk komponen struktur yang hanya dibebani oleh geser
dan lentur berlaku:
ϕVc = 1/6 . √𝑓𝑐′ . bw . d = 43 kN/m
Cek Vu > ½ 𝜙 . Vc
31,864 kN > 12,90 kN ~ dibutuhkan tulangan geser
- Jarak Tulangan Sengkang
Av . fy . d
S= = 100 mm
Vs

Maka digunakan tulangan sengkang Ø 8 - 100 mm


4. Penulangan Geser Balok Lapangan
Vu tumpuan = 15,932 kN
Vn = Vu/ϕ = 15,935 / 0,6 = 26,553 kN
Kapasitas beton dalam menerima geser menurut SNI-03-2847-2002
Pasal 13.3.1 untuk komponen struktur yang hanya dibebani oleh geser
dan lentur berlaku:
ϕVc = 1/6 . √𝑓𝑐′ . bw . d = 43 kN/m
Cek Vu > ½ 𝜙 . Vc
15,932 kN > 12,90 kN ~ dibutuhkan tulangan geser
Digunakan tulangan geser 8 mm
Av . fy . d
S= = 150 mm
Vs

Maka digunakan tulangan sengkang Ø 8 - 150 mm

Gambar 3 Detail penulangan sloof

c. Perencanaan Struktur Kolom


Untuk perencanaan struktur kolom diambil salah satu contoh kolom pada
portal. Adapun data-data yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan
yaitu.
- Dimensi kolom (b) = 300 mm
- Dimensi kolom (h) = 300 mm
- Tinggi kolom (H) = 4000 mm
- Mutu beton (Fc’) = 25 MPa
- Mutu baja tulanagan ( Fy) = 400 MPa
- Mutu tulangan sengkang (Fy) = 240 MPa
- Penutup beton (d) = 40 mm
- Tinggi Efektif (d’) = 244 mm
- Agr = 90000 mm
- r = 0,01 (grafik kolom gideon 1993)
- 𝛽 (Fc’ 25) = 1,0 (grafik kolom gideon 1993)
a. Menentukan Tulangan Pokok
𝜌=r.𝛽 = 0,01
- Luas tulangan perlu
As = 𝜌 x Agr = 0,01 x 90000 = 900 mm2
Jadi untuk tulangan pokok kolom digunakan 6 D 16
- As pakai = jumlah tulangan ¼ . 𝜋 . 𝐷2 = 1206,372 mm2
b. Menentukan Tulangan sengkang
ϕVc = 1/6 . √𝑓𝑐′ = 0,542
Vu
Vu = b . = 0,4058
d

Syarat Vu > ø Vc ~ dibutuhkan tulangan geser


0,4058 kN > 0,542 kN (digunakan tulangan geser minimum)

Gambar 4 Detail penulangan Kolom


4. Perencanaan Struktur Bawah
Untuk perencanaan struktur bawah meliputi pondasi dan tiang pancang.

a. Perhitungan Tiang Pancang


Tiang pancang rencana:
Fc’ = 25 MPa
Agr kolom (300 x 300) = 900000 mm2
Fy = 400 MPa
d =
b. HG

Anda mungkin juga menyukai