Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ii
Daftar Isi 3
Bab I Pendahuluan 4
Latar Belakang 4
Tujuan Pembelajaran 5
Bab II Kegiatan Yang Dilakukan 7
Bab III Pembahasan 10
Bab IV Penutup 14
Daftar Pustaka 15
Lampiran 16

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penduduk usia lanjut (yang kemudian disingkat lansia) merupakan bagian masyarakat
yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan kita. Siapapun pasti akan mengalami masa fase
lansia tersebut. Menurut data pusat statistik, jumlah lansia di indonesia pada tahun 1980
adalah sebanyak 7,7 juta jiwa atau hanya 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada
tahun 1990 jumlah penduduk usia lanjut meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen.
Dan data terbaru menunjukkan bahwa jumlah lansia di Indonesia akan meningkat secara
signifikan sebesar 11,4 persen atau sebanyak 28,8 juta jiwa pada tahun 2020. Hal ini
berkorelasi positif dengan peningkatan kesejahteraan yang dialami oleh masyarakat
Indonesia khususnya di bidang kesehatan yang ditunjukkan dengan semakin tingginya angka
harapan hidup masyarakat Indonesia.
Pada tahun 1980, angka harapan hidup masyarakat Indonesia hanya sebesar 52,2
tahun. Sepuluh tahun kemudian meningkat menjadi 59,8 tahun pada tahun 1990 dan satu
dasa warsa berikutnya naik lagi menjadi 64,5 tahun. Diperkirakan pada tahun 2020 usia
harapan hidup penduduk indonesia akan mencapai 71,1 tahun. Dengan data-data tersebut,
maka diperkirakan 10 tahun kedepan struktur penduduk indonesia akan berada pada struktur
usia tua.
Isu sentral masalah kependudukan yaitu masih rendahnya kualitas sumberdaya
manusia usia lanjut (LANSIA) yang dipengaruhi langsung oleh beberapa faktor, antara lain
konsumsi makanan dan gizi, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan serta pengakuan
masyarakat bahwa mereka masih memiliki kerja dan pendapatan dari pensiunan yang masih
rendah. Konsumsi makanan dan gizi kurang (malnutrisi) masih dialami oleh beberapa lansia
di Indonesia yang tersebar pada beberapa desa dan daerah pinggiran kota. Kondisi yang
demikian mengakibatkan masih rendahnya derajat kesehatan masyarakat lansia.
Pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah telah berhasil diturunkan dari 1,47% pada
tahun 1990 menjadi 0,91% tahun 1995. Namun secara absolut pertumbuhan penduduk
tersebut masih relatif tinggi yaitu sebesar 196.758 jiwa per tahun. ( untk prtmbuhan pnddk

2
mhn dicari pd th yg lbh muda ) Dampak lebih jauh dari masalah kependudukan adalah
bertambahnya penduduk berusia lanjut dengan kriteria:
 Rendahnya kualitas kesehatan Lansia yang disebabkan oleh rendahnya pendapatan.
 Adanya tuntutan persediaan pangan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan kalori
yang makin berkualitas bagi Lansia.
Permasalahan penduduk lansia perlu ditangani dengan strategi antara lain melalui
pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi bersama-sama dengan peningkatan prasarana dan
pelayanan kesehatan yang dipusatkan pada posyandu. Strategi peningkatan kesehatan lansia
ini ditempuh melalui penurunan angka kesakitan dan jumlah jenis keluhan lansia. Penurunan
angka kesakitan lansia (AKL) tidak hanya merupakan tanggung jawab sektor kesehatan tapi
merupakan tanggung jawab semua sektor terkait.
Agar program penurunan AKL dapat dicapai secara efektif dan efisien perlu didukung
adanya data. Posyandu Lansia merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar untuk
meningkatkan kesehatan para lansia. Gerakan Sadar Pangan dan Gizi (GSPG) juga
merupakan wadah lintas sektoral untuk melaksanakan keterpaduan unsur terkait dalam
rangka mendukung kesehatan para Lansia.
Berbagai kemitraan antara pemda kabupaten sebagai pelaksana pembangunan daerah
dengan pihak swasta maupun universitas telah ikut berpartisipasi secara aktif dan bekerja
sama dalam gerakan sadar pangan dan gizi yang dikhususkan bagi lansia. Cita-cita
pembangunan untuk lansia supaya tetap sehat, aktif dan produktif dapat terwujud di setiap
wilayah baik desa maupun kota. Untuk itu perlu keterlibatan mahasiswa FK dalam upaya
menyusun strategi pemberdayaan kaum lansia khususnya pada tingkat pelayanan kesehatan
dasar berbasis masyarakat.

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan diharapkan mahasiswa dapat
memiliki kemampuan:
1. Mampu memahami peran dan fungsi posyandu lansia.
2. Mampu menjelaskan cara pengisian dan penggunaan KMS lansia.
3. Mampu menjelaskan kelainan-kelainan yang sering terjadi pada lansia beserta
pencegahan dan pengobatannya.

3
4. Memahami tatalaksana diet lansia dan pola hidup sehat lansia.
5. Melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang manfaat posyandu lansia dalam
meningkatkan kesehatan lansia.
6. Melakukan pengumpulan dan analisis data tentang program posyandu, prevalensi
penyakit yang diderita lansia, serta upaya kuratif dan rehabilitatif.
7. Melakukan penilaian status depresi lansia dengan menggunakan Geriatric Depression
Scale dan MMSE (Mini Mental State Examination).
8. Mampu melakukan pengamatan dan penilaian pada posyandu lansia setempat dengan
standar program posyandu lansia.

4
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Pelaksanaan Field Lab dengan topik “Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
Pembinaan Posyandu Lansia” kali ini dilaksanakan di UPTD Puskesmas Nogosari, Boyolali.
Kegiatan dilakukan sebanyak 4 kali dengan rincian sebagai berikut:

A. Survey
Hari/Tanggal : 23 April 2014
Waktu : 08.00 – 08.30 WIB
Tempat : Puskesmas Nogosari
Kegiatan : Survey
Kegiatan survey dilakukan hari Rabu, 23 April 2014 oleh perwakilan mahasiswa.
Pada survey kali ini, mahasiswa mendapatkan pengarahan tentang pelaksanaan kegiatan
MTBS dan kegiatan yang akan dilakukan selama Field Lab MTBS di Puskesmas
Nogosari, Kabupaten Boyolali.

B. Tahap Praktik Lapangan I


Hari/Tanggal : 30 April 2014
Waktu : 07.30 – 11.30 WIB
Tempat : Puskesmas Nogosari
Kegiatan : Bimbingan dan pengarahan
Kegiatan Field Lab hari pertama dilaksanakan hari Rabu, 30 April 2014. Kegiatan
dimulai dengan pembukaan oleh Kepala Puskesmas Nogosari, dr. Sulistiyani dan
dilanjutkan dengan presentasi oleh instruktur lapangan, dr. Ferra Dhamayanti, mengenai
teori lansia dan geriatri serta pelaksanaan posyandu lansia di Puskesmas Nogosari.
Mahasiswa diberikan pengarahan pelaksanaan tahap praktik lapangan II tanggal 7
Mei 2014 dengan agenda pelaksanaan posyandu lansia di desa Glonggong, Gantiwarno.
Sebenarnya posyandu lansia rutin dilaksanakan setiap bulan pada tanggal 16, namun

5
karena jadwal Field Lab dilaksanakan tanggal 7 Mei 2014, maka pelaksanaan posyandu
lansia diajukan sesuai jadwal Field Lab.
Mahasiswa mempersiapkan leaflet untuk penyuluhan serta membawa alat
pemeriksaan fisik yakni tensi dan stetoskop untuk membantu pelaksanaan posyandu
lansia.

C. Tahap Praktik Lapangan II


Hari/Tanggal : 7 Mei 2014
Waktu : 08.30 – 12.30 WIB
Tempat : Puskesmas Nogosari dan Posyandu Lansia Glonggongan, Gantiwarno
Kegiatan : Pelaksanaan posyandu lansia
Kegiatan praktik lapangan II dimulai dengan berkumpul terlebih dahulu di
Puskesmas lalu pukul 10.00 WIB berangkat ke posyandu lansia bersama Ibu Waryati
selaku pemegang program kesehatan lansia dan dr. Dewi. Mahasiswa dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil untuk menempati meja-meja yang sudah diatur untuk kegiatan
ini. Pembagiannya adalah meja pendaftaran, meja pengukuran tinggi dan berat badan,
meja pemeriksaan tekanan darah, meja pengobatan dan meja penyuluhan.
Dimulai dengan melakukan pendaftaran terhadap lansia yakni nama, alamat, dan
usianya. Kemudian menuju ke meja pengukuran tinggi dan berat badan lalu dilakukan
pemeriksaan tekanan darah. Setelah selesai diukur tinggi badan, berat badan dan tekanan
darah, lansia yang memiliki keluhan penyakit tertentu dapat memeriksakan diri ke dokter
di meja pengobatan.
Setelah selesai berobat, lansia dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk
mendapat penyuluhan dari mahasiswa. Materi penyuluhan berupa pola hidup sehat bagi
lansia. Mahasiswa juga melakukan pemeriksaan GDS dan MMSE untuk beberapa lansia.
Selesai penyuluhan, mahasiswa dan lansia melakukan senam lansia. Setelah semua
kegiatan posyandu lansia selesai, kegiatan diakhiri dengan foto bersama dan berpamitan
dengan pengurus posyandu lansia. Kemudian mahasiswa kembali ke Puskesmas untuk
berpamitan dengan dokter Ferra.

6
D. Tahap Praktik Lapangan III
Tahap praktik lapangan III dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Mei 2014 dengan
kegiatan mempresentasikan kegiatan yang telah mahasiswa lakukan pada tahap praktik
lapangan I dan II. Selain itu mahasiswa juga mengumpulkan laporan ke Puskesmas
Nogosari.

7
BAB III
PEMBAHASAN

Posyandu Lansia di Desa Glonggong, Gantiwarno merupakan salah satu posyandu


binaan Puskesmas Nogosari yang kami kunjungi pada pelaksanaan Field Lab topik KIE Lansia.
Pelaksanaan kegiatan Posyandu Lansia pada saat kunjungan dihadiri oleh 27 orang. Untuk
mengetahui target cakupan posyandu kita harus mengetahui jumlah lansia di wilayah posyandu
tersebut. Berdasarkan data di posyandu pada saat pelaksanaan field lab tercatat 27 lansia.
Sedangkan jumlah sasaran lansia ada 30 orang. Untuk mengetahui target cakupan posyandu
lansia dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut;
Target Cakupan = Jumlah sasaran yang ikut posyandu x 100%
Jumlah sasaran lansia
= 27 x 100% = 90%
30
Maka didapatkan target cakupan Posyandu Glonggong, Gantiwarno adalah 90%. Hal ini
menunjukkan bahwa target cakupan Posyandu Lansia di daerah Nogosari baik.
Kegiatan Posyandu Lansia yang kami lakukan di Desa Glonggong, Gantiwarno antara
lain:
a. Pendaftaran lansia
Pendaftaran dilakukan pertama kali ketika lansia datang.
b. Penimbangan serta pencatatan berat badan.
c. Pengukuran tinggi badan serta pencatatan.
d. Pengukuran tekanan darah dan pencatatan.
e. Pelayanan medis.
f. Penyuluhan kesehatan lansia.
g. Penilaian status depresi lansia menggunakan GDS (Geriatric Depression Scale) dan
MMSE (Mini Mental State Examination).
h. Senam lansia

8
Sistem 5 meja pada pelaksanaan posyandu lansia sebenarnya bertujuan agar pelaksanaan
kegiatan bisa terorganisasi dengan baik, dan para lansia tidak bingung. Namun dalam lapangan,
sistem 5 meja ini tidak mutlak harus dilaksanakan. Karena harus menyesuaikan juga dengan
tempat dimana posyandu itu dilaksanakan.
Berikut adalah data hasil kegiatan Posyandu di Desa Glonggong, Gantiwarno tanggal 7
Mei 2014:

Dari tabel di atas, didapatkan 4 orang lansia yang bertekanan darah tinggi yaitu di atas
140/90 mmHg. 14,8% lansia yang diperiksa di posyandu pada hari tersebut mengalami
hipertensi. Keadaan hipertensi pada lansia pada umumnya disebabkan oleh penurunan elastisitas
pembuluh darah sehingga kontraktilitas pembuluh darah menurun dan tahanan perifer
meningkat. ( apa tidak semua lansia dpriksa tek drhnya?)

9
Berikut adalah data hasil pemeriksaan GDS dan MMSE kegiatan Posyandu di Desa
Glonggong, Gantiwarno tanggal 7 Mei 2014:

Penilaian status mental lansia juga termasuk dalam standar pelayanan posyandu lansia.
Pemeriksaan ini cukup penting dilakukan mengingat seiring pertambahan usia, lansia sering
mengalami penurunan fungsi kognitif, status mental, bahkan ada juga yang mengalami depresi.
Untuk itu, kami melakukan wawancara kepada beberapa lansia untuk menilai status mental
menggunakan MMSE (mini mental state examination) dan GDS (geriatric depression scale).
Dari hasil penilaian, sebagian besar lansia yang diperiksa menunjukkan status mental dan daya
ingat yang kurang baik. Beberapa lansia memang memiliki skor GDS yang lebih dari 5. Skor
GDS lebih dari 5 menunjukkan adanya gejala depresi pada lansia. Namun pada lansia tersebut
sebenarnya hanya mengalami kesepian saja, mungkin akibat ditinggal pasangan hidup ataupun
keluarganya. Sehingga belum bisa dimasukkan sebagai status depresi.
Dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan para lansia mengatakan bahwa mereka
menikmati dan merasa senang dengan kehidupannya yang sekarang. Mereka juga masih aktif
dalam kegiatan sehari-hari seperti memasak, berjualan, dan berinteraksi sosial. Tetapi ada
beberapa lansia yang sering lupa seperti lupa menaruh barang. Penilaian status depresi ini
dilakukan untuk mengetahui apakah ada perubahan perasaan, perubahan tingkah laku dan
keluhan yang bersifat fisik pada lansia.
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan pada lansia didapatkan keluhan antara lain nyeri
sendi, pegel linu, dan pusing. Dari keluhan yang didapatkan, dokter memberikan obat
simptomatis dari gejala yang ada dan menyarankan para lansia tersebut untuk memeriksakan ke
puskesmas untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.
KIE/Penyuluhan yang kami lakukan adalah penyampaian materi diet serta pola hidup
sehat pada lansia. Hal ini dikarenakan materi tersebut merupakan penyakit-penyakit yang sering

10
terjadi pada lansia. Diharapkan materi yang disampaikan akan bermanfaat dan menambah
pengetahuan dalam menjaga kesehatan serta dapat meningkatkan pola hidup sehat pada lansia.
Saat penyuluhan para lansia terlihat antusias mendengarkan materi yang disampaikan.
Senam lansia diikuti oleh seluruh lansia dan seluruh mahasiswa field lab serta instruktur
lapangan. Para lansia mengikuti senam ini dengan antusias yang tinggi. Mereka tampak
bersemangat untuk mengikuti gerakan dari instruktur. Tujuan dari senam lansia ini adalah untuk
menjaga kebugaran, melancarkan peredaran darah, dan mengurangi kekakuan sendi serta otot.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
1. Kegiatan pembinaan posyandu lansia guna pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas
Nogosari telah berjalan dengan baik dan lancar serta tidak ditemukan adanya hambatan
yang signifikan.
2. Tujuan pembelajaran dalam kegiatan field lab KIE pembinaan posyandu lansia guna
pelayanan kesehatan lansia sudah tercapai dengan baik.
3. Kegiatan yang dilakukan posyandu lansia di wilayah UPTD Puskesmas Nogosari meliputi
pengukuran tekanan darah, pengukuran berat badan, pengukuran tinggi badan, penyuluhan
kesehatan, pemeriksaan GDS dan MMSE, senam lansia, dan pelayanan medis oleh dokter.

B. Saran

11
1. Sebaiknya program KMS Lansia di setiap posyandu lansia selalu dipantau keaktifannya
agar status gizi dan kesehatan lansia dapat dipantau dengan baik serta dilakukan evaluasi
rutin mengenai kegiatan posyandu lansia sehingga dapat diketahui segera apabila ada
masalah dalam pelaksanaannya.
2. Antusiasme peserta yang tinggi membuka peluang untuk dilaksanakannya penyuluhan
dan senam lansia secara teratur, dengan harapan pengetahuan, kesadaran serta kepedulian
lansia mengenai kesehatan lebih tinggi sehingga akan terwujud lansia yang sehat. Dengan
demikian tantangan tingginya populasi lansia mampu teratasi.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Field Lab FK UNS. 2014. Modul Field Lab Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
Pembinaan Posyandu Lansia, Edisi Revisi III. Surakarta: FK UNS.

12
LAMPIRAN

13

Anda mungkin juga menyukai