Daerah terpencil merupakan daerah yang letak teritorialnya berada jauh dari pusat
pemerintahan. Di Indonesia, pelayanan pendidikan khususnya untuk daerah-daerah terpencil
masih minim. Sarana dan prasarana menjadi salah satu hambatan utama yang merintangi berjalannya suatu proses pendidikan di daerah terpencil dimana perhatian pemerintah tentang pendidikan yang disalurkan lewat dana BOS tidak begitu nyata dirasakan dampaknya oleh masyarakat atau sekolah-sekolah di daerah pedalaman atau daerah terpencil.
Mengintergrasikan TIK kedalam pembelajaran di sekolah merupakan salah satu upaya
mencapai tujuan pendidikan abad 21. Namun, pengintegrasian ini memiliki tantangan bagi sekolah daerah terpencil. Oleh karena itu, pembelajaran abad 21 di daerah terpencil memerlukan perhatian khusus pemerintah. Tuntutan mengajar seorang guru di daerah terpencil lebih berat bila dibandingkan tuntutan guru yang mengajar di daerah perkotaan. Hambatan ini dipicu oleh masalah minimnya sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran di daerah terpencil. . Apalagi bobot materi yang harus diajarkan harus sesusai dengan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sejak diberlakukannya UAN (Ujian Akhir Nasional)
Bagi guru, pembelajaran dimulai dengan memperbarui pengetahuan bukan berarti
menitiberatkan pembelajaran pada alat TIK. Teknologi dan Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan bukanlah sebagai tujuan pendidikan abad 21. Kualitas terbaik guru daerah terpencil menyeimbangkan ketidaksediaan alat TIK dalam pembelajaran. Guru harus mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif, kolaboratif, efektif dan efisien serta membekali siswa dengan berbagai skill. Guru yang professional pada dasarnya ditentukan oleh attitudenya yang berarti pada tataran kematangan yang mempersyaratkan willingness dan ability secara intelektual. Profesionalisme sebaiknya dipandang sebagai jabatan yang diemban guru dalam memajukan pendidikan dan pembelajaran di sekolah