DIAGNOSA MEDIS:
TUMOR MANDIBULA
(Di Ruang 20 Rumah Sakit dr. Syaiful Anwar Malang)
Oleh :
NIM. 201820461011093
Gambar 1 Anatomi kranium dari lateral Gambar 2 Anatomi kranium dari bawah
Gambar 3 Anatomi kranium dari frontal
pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari sisa sel dari enamel
organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari beberapa spesimen dijumpai
pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan
ameloblast yang pada bagian tengah mengalami degenerasi serta menyerupai retikulum
stelata. Juga dari sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya
terdapat pada membran periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa
odontogenik.
Etiologi tumor mandibula menurut beberapa ahli mengatakan bahwa tumor mandibula
juga dapat terjadi setelah trauma, ekstrinsik karsinogenik, karsinogenik kimia dan virus.
Trauma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya trauma.
Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama karena tulang
yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan tumor.
4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh karena itu
tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui setelah 4 sampai dengan 6
tahun. Adapun gambaran klinis tumor mandibula, yaitu sebagai berikut:
a. Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat
meyebabkan deformitas wajah.
b. Konsestensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak
c. Terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual
d. Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulak sekitarnya
e. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila massa
tumor telah mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis
f. Tidak terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita dengan
benjolan disertai rasa nyeri.
g. Berkurangnya sensilibitas daerah distribusi n.mentalis kadang-kadang terdapat
ulserasi oleh karena penekanan gigi apabila tumor sudah mencapai ukuran besar.
h. Biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan
i. Gigi geligi pada daerah tumor berubah letak dan goyang.
Tumor mandibula merupakan tumor yang jinak tetapi merupakan lesi invasif
secara lokal, dimana pertumbuhannya lambat dan dapat dijumpai setelah beberapa tahun
sebelum gejala-gejalanya berkembang. Tumor mandibula dapat terjadi pada usia dimana
paling umum terjadi pada orang-orang yang berusia diantara 20 sampai 50 tahun dan
hampir dua pertiga pasien berusia lebih muda dari 40 tahun. Kira-kira 80% terjadi di
mandibula dan kira-kira 75% terlihat di regio molar dan ramus.
Pada tahap yang sangat awal, riwayat pasien asimtomatis (tanpa gejala). Tumor
mandibula tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun, dan tidak ditemui sampai
dilakukan pemeriksaan radiografi oral secara rutin. Pada tahap awal, tulang keras dan
mukosa diatasnya berwarna normal. Pada tahap berikutnya, tulang menipis dan ketika
teresobsi seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan dapat
memiliki gambaran berlobul pada radiografi. Dengan pembesarannya, maka tumor
tersebut dapat mengekspansi tulang kortikal yang luas dan memutuskan batasan tulang
serta menginvasi jaringan lunak. Pasien jadi menyadari adanya pembengkakan yang
progresif, biasanya pada bagian bukal mandibula, juga dapat mengalami perluasan
kepermukaan lingual, suatu gambaran yang tidak umum pada kista odontogenik. Ketika
menembus mukosa, permukaan tumor dapat menjadi memar dan mengalami ulserasi
akibat penguyahan. Pada tahap lebih lanjut,kemungkinan ada rasa sakit didalam atau
sekitar gigi dan gigi tetangga dapat goyang bahkan tanggal.
Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah penemuan ekstra oral yang
penting. Sisi asimetris tergantung pada tulang utama atau tulang-tulang yang terlibat.
Perkembangan tumor tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada penekanan saraf atau
terjadi komplikasi infeksi sekunder. Terkadang pasien membiarkan tumor mandibula
bertahan selama beberapa tahun tanpa perawatan dan pada kasus-kasus tersebut ekspansi
dapat menimbulkan ulkus namun tipe ulseratif dari pertumbuhan karsinoma yang tidak
terjadi. Pada tahap lanjut, ukurannya bertambah besar dapat menyebabkan gangguan
penguyahan dan penelanan.
Perlu menjadi perhatian, bahwa trauma seringkali dihubungkan dengan
perkembangan tumor mandibula (ameloblastoma). Beberapa penelitian menyatakan
bahwa tumor ini sering kali diawali oleh pencabutan gigi, kistektomi atau beberapa
peristiwa traumatik lainnya. Seperti kasus-kasus tumor lainnya pencabutan gigi sering
mempengaruhi tumor (tumor yang menyebabkan hilangnya gigi) selain dari
penyebabnya sendiri.
5. PATOFISIOLOGI
Tumor mandibula berasal dari sel ameloblast atau adamantoblast, berupa sel yang
tidak berdiferensiasi membentuk email. Walaupun secara histopatologis tidak tergolong
lesi yang ganas, namun tumor ini tumbuh sangat agresif, yang menggambarkan suatu lesi
ganas yang indolent atau low-grade semacam basalioma. Rekurensi bisa terjadi bila
tumor ini hanya dioperasi dengan cara melakukan kuratase. Pada operasi yang dilakukan
adekuat dengan cara melakukan reseksi 1 cm ditepi lesi, maka sangat jarang didapatkan
rekurensi.
Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik.
Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya regio molar dan sisanya terjadi
akibat adanya kista folikular. Tumor ini muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel
normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogen tadi. Karsinogenesisnya terbagi menjadi
3 tahap :
a. Tahap pertama merupakan inisiasi yatu kontak pertama sel normal dengan zat
karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
b. Tahap kedua yaitu promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon melalui
pembelahan (poliferasi).
c. Tahap terakhir yaitu progresi, sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan
satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Adapun pemeriksaan penunjang untuk tumor mandibula yaitu sebagi berikut:
a. X-ray kepala, yang menghasilkan satu-dimensi gambar dan leher untuk membantu
mencari daerah yang tidak normal pada rahang.
b. CT scan (computed tomography scan). CT scan, yang menghasilkan gambar dua
dimensi dari kepala dan leher yang dapat mengungkapkan apakah ameloblastoma
telah invaded tisu atau organ lain.
c. MRI (magnetic resonance imaging). MRI Scan, yang menggunakan magnet dan
gelombang radio untuk membuat gambar 3 dimensi yang dapat mengungkapkan
abnormalitas kecil di kepala dan leher. Dokter juga menggunakan MRI Scan untuk
menentukan apakah ameloblastoma telah menyebar ke rongga mata atau sinuses.
Tumor marker (penanda tumor)
Dari TNM sistem di atas, maka derajat tumor dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Stage 1 : T1 N0 M0
Stage 2 : T2 N0 M0
Stage 3 : T3 N0 M0, T1 N1 M0, T2 N1 M0, T3 N1 M0
Stage 4 : T4 N0 M0
T1, T2, atau T3 dengan N2 atau N3 dan M0
T1, T2 atau T3 N2 atau N3 dan M1
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi utama pada tumor mandibula adalah pembedahan. Tingkat rekurensi
berkisar antara 55-90% setelah perawatan secara konsevatif. Mengingat besarnya tingkat
rekurensi tersebut, pendekatan secara radikal (reseksi) dapat dipertimbangkan sesuai
indikasi, meskipun berakibat hilangnya sebagaian tulang rahang, bridging plate titanium
dapat digunakan untuk mengganti sebagian tulang yang hilang dan berfungsi sebagai alat
rekonstruksi. Dapat juga rekonstruksi dengan memasang tandur ahli tulang kalau
mungkin bisa dikerjakan.
Indikasi perawatan ditentukan berdasarkan luas dan besarnya jaringan yang
terlibat, struktur histologis dari tumor dan keuntungan yang didapat. Menurut Ohishi
indikasi perawatan konservatif adalah pada penderita usia muda dan ameloblastoma
unikistik. Sedangkan indikasi perawatan radikal adalah ameloblastoma tipe solid dengan
tepi yang tidak jelas, lesi dengan gambaran soap bubble, lesi yang tidak efektif dengan
penatalaksanaan secara konservatif dan ameloblastoma ukuran besar. Penatalaksanaan
secara radikal berupa reseksi segmental, hemimandibulektomi dan reseksi marginal
(reseksi enblok).
Reseksi marginal (reseksi enblok) merupakan teknik untuk mengangkat jaringan
tumor dengan mempertahankan kontinuitas korteks tulang mandibula bagian bawah yang
masih intak. Reseksi enblok ini dilakukan secara garis lurus dengan bor dan atau pahat
atau gergaji, 1-2 cm dari tepi batas tumor secara rontgenologis yang diperkirakan batas
minimal reseksi. Adapun tindakan dapat dilakukan secara intra oral maupun ekstra oral,
hal ini tergantung pada seberapa besar untuk mendapat eksposure yang adekuat sampai
ke ekstensi tumor.
Rekontruksi mandibula adalah ditinjau dari fungsi dan kosmetik, organ ini
mempengaruhi bentuk wajah, fungsi bicara, mengunyah dan menelan. Beberapa cara
yang dapat dipakai antara lain dengan menggunakan bahan aloplastik, misalnya bridging
plate titanium dan autogenous bone grafting misalnya tandur tulang iga, krista iliaka dan
tibia serta dapat juga secara kombinasi aloplastik material dengan autogenous bone
grafting.
Perawatan pasca operasi reseksi enblok mandibula: medikasi antibiotik dan
analgetik, tidak perlu intermaksila fiksasi. Hindarkan trauma fisik pada muka atau rahang
karena dapat menyebabkan fraktur mandibula. Jaga oral hygiene hingga luka operasi
sembuh sempurna. Diet lunak dipertahankan 4-6 minggu. Jika diperlukan dapat
dibuatkan prostesi gigi setelah dipertimbangkan bahwa telah terjadi internal bone
remodeling tulang mandibula, lebih kurang 6 bulan pasca operasi.
8. ASUHAN KEPERAWATAN
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.
Data Obyektif: Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera (trauma).
2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif: Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif: Cemas, bingung, depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif: Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
6. Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental,
Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/ otot aksesoris.
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru akibat gelisah.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang gerak.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan
B. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri
Batasan Karakteristik
Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat
Objektif
a. Posisi untuk menghindari nyeri
b. Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas, tidak bertenaga sampai kaku
c. Perubahan selera makan
d. Perilaku ekspresif (misalnya gelisah, merintih, menangis, peka terhadap rangsang, dan
menghela napas panjang)
e. Wajah topeng (nyeri)
f. Perilaku menjaga atau sikap melindungi
g. Bukti nyeri yang dapat diamati
h. Berfokus pada diri sendiri
i. Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur, atau tidak menentu dan
menyeringai)
b. Melaporkan Tingkat Nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5:
sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada):
1) Ekspresi nyeri pada wajah
2) Gelisah atau ketegangan otot
3) Durasi episode nyeri
4) Merintih dan menangis
5) Gelisah
Intervensi NIC
a. Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala 0-10
b. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respon
pasien
c. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, imajinasi tebimbing, terapi musik, terapi bermain,
distraksi, kompres hangat atau dingin sebelum, setelah, dan jika memungkinkan , selama
aktivitas yang menimbulkan nyeri, sebelum nyeri terjadi atau meningkat, dan bersama
penggunaan tindakan peredaan nyeri yang lain.
d. Lakukan perubahan posisi, massase [punggung dan relaksasi
e. Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan yang menyangkutn aktivitas keperawatan
f. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa tidak nyaman
dengan melakukan pengalihan melalui TV, radion, dan interaksi dengan pengunjung
g. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai program terapi
Objektif
a. Diare atau steatore
b. Bising usus hiperaktif
c. Kurangnya minat terhadap makanan
d. Membran mukosa pucat
e. Tonus otot buruk
f. Menolak untuk makan
g. Kelemahan otot untuk menelan atau mengunyah
Intervensi NIC
1. Kaji faktor pencetus mual dan muntah
2. Catat warna, jumlah, dan frekuensi muntah
3. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
4. Manajemen nutrisi NIC:
- Ketahui makanan kesukaan pasien
- Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
- Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
- Timbang pasien pada interval yang tepat
5. Ajarkan orang tua dan anak tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
6. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. EGC:
Jakarta.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.