Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN MEDIKAL BEDAH

DIAGNOSA MEDIS:
TUMOR MANDIBULA
(Di Ruang 20 Rumah Sakit dr. Syaiful Anwar Malang)

Oleh :

RITMA WAHYU HARTANTI

NIM. 201820461011093

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
1. ANATOMI MANDIBULA
Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka yang paling
besar dan kuat. Mandibula merupakan satu – satunya tulang pada tengkorak yang dapat
bergerak. Mandibula dapat ditekan dan diangkat pada waktu membuka dan menutup
mulut. Dapat ditonjolkan, ditarik ke belakang dan sedikit digoyangkan dari kiri ke kanan
dan sebaliknya sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah. Pada perkembangannya
tulang ini terdiri dari dua belahan tulang yang bersendi di sebelah anterior pada simpisis
mental, persatuan kedua belahan tulang ini terjadi pada umur dua tahun membentuk
sebuah korpus yang letaknya horizontal dan berbentuk seperti tapal kuda, menonjol ke
muka serta mempunyai dua buah cabang yang menonjol ke atas dari ujung posterior
korpus (gambar 1).

Bagian – bagian mandibula, yaitu :


A. Korpus
Korpus juga mempunyai dua permukaan, yaitu :
1. Permukaan eksternus
Permukaan eksternus kasar dan cembung. Pada bagian ini terdapat suatu
linea oblikum yang meluas dari ujung bawah pinggir anterior ramus
menuju ke bawah dan ke muka serta berakhir pada tuberkulum mentale di
dekat garis tengah. Dan terdapat juga foramen montale yang terletak di
atas linea oblikum dan simpisis menti yang merupakan rigi di garis tengah
yang tidak nyata di bagian atas pada tengah pada tempat persatuan dari
kedua belahan foetalis dari korpus mandibula.
2. Permukaan internus
Permukaan internus agak cekung. Pada permukaan ini terletak sebuah
linea milohyodea, yang meluas oblik dari di bawah gigi molar ke tiga
menuju ke bawah dan ke muka mencapai garis tengah, linea milohyodea
ini menjadi origo dari muskulus milohyodeus. Linea milohyoidea
membagi fossa sublingualis dari fossa submandibularis (gambar 2).
Korpus mempunyai dua buah pinggir, yaitu :
1. Pinggir atas (alveolaris)
Merupakan lekuk dari gigi geligi tetap. Terdapat delapan lekuk dari
masing – masing belahan mandibula ( dua untuk gigi seri, satu untuk gigi
taring, dua untuk gigi premolar dan tiga untuk gigi molar). Pada orang tua
setelah gigi – gigi tanggal lekuk – lekuk ini tidak tampak karena atropi
tulang yang mengakibatkan berkurangnya lebar corpus mandibula.
2. Pinggir bawah (basis)
Pinggir ini tebal dan melengkung yang melanjutkan diri ke posterior
dengan pinggir bawah ramus. Sambungan kedua pinggir bawah ini
terletak pada batas gigi molar ke tiga, di tempat ini basis disilang oleh
arteri fasialis. Fossa digastrika yang merupakan lekukan oval terletak pada
masing – masing sisi dari garis tengah. Merupakan origo dari venter
anterior muskulus digastrikus. Sepanjang seluruh basis dilekatkan lapis
dari fasia kolli dan tepat di atasnya (superfasialis) dilekatkan platisma
(gambar 3).
Nervus Mandibularis merupakan cabang terbesar, yang keluar dari ganglion
Gasseri. Saraf keluar dari cranium melalui foramen ovale, dan bercabang menjadi 3
percabangan yang mensyarafi mandibula. Mandibula dipersyarafi oleh 3 cabang
nervus, yaitu N. Lingualis, N. Alveolaris Inferior, dan N. Bukalis (Gambar 4).

Gambar 1 Anatomi kranium dari lateral Gambar 2 Anatomi kranium dari bawah
Gambar 3 Anatomi kranium dari frontal

Gambar 4 Nervus yang berada di wajah pada pandangan lateral

2. DEFINISI TUMOR MANDIBULA


Tumor mandibula merupakan tumor odontogenik yang berasal dari epitelium yang
terlibat dalam proses pembentukan gigi, akan tetapi pemicu transformasi neoplastik pada
epitel tersebut belum diketahui dengan pasti. Secara mikroskopis, tumor mandibula
tersusun atas pulau-pulau epitelium di dalam stroma jaringan ikat kolagen. Tumor
mandibula juga mempunyai beberapa variasi dari tampilan histopatologis, akan tetapi
tipe yang paling sering terlihat yaitu tipe folikular dan pleksiform. Pada sebagian besar
kasus, tumor mandibula biasanya asimptomatik, tumbuh lambat, dan dapat mengekspansi
rahang (Mansjoer, 2001).
Tumor mandibula adalah tumor jinak ondontogenik pada mandibula yang
mempunyai kecenderungan tumbuh ekspansif dan progresif, hingga menimbulkan
deformitas wajah. Tumor mandibula adalah tumor jinak epitel yang besifat infltrati,
tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik. Lebih dari 75 % terjadi akibat
adanya kista folikular (Mansjoer, 2001).

3. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


Etiologi tumor mandibula sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi
beberapa ahli mengatakan bahwa tumor mandibula dapat terjadi setelah pencabutan gigi,
pengangkatan kista dan atau iritasi lokal dalam rongga mulut. tumor mandibula dapat
terjadi pada segala usia, namun paling banyak dijumpai pada usia dekade 4 dan 5. Tidak
ada perbedaan jenis kelamin, tetapi prediksi pada golongan penderita kulit berwarna.
Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari proses

pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari sisa sel dari enamel

organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari beberapa spesimen dijumpai

pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan

ameloblast yang pada bagian tengah mengalami degenerasi serta menyerupai retikulum

stelata. Juga dari sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya

terdapat pada membran periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa

yang mungkin menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya kista

odontogenik.

Etiologi tumor mandibula menurut beberapa ahli mengatakan bahwa tumor mandibula

juga dapat terjadi setelah trauma, ekstrinsik karsinogenik, karsinogenik kimia dan virus.

Trauma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya trauma.

Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama karena tulang

yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan tumor.

4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh karena itu
tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui setelah 4 sampai dengan 6
tahun. Adapun gambaran klinis tumor mandibula, yaitu sebagai berikut:
a. Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat
meyebabkan deformitas wajah.
b. Konsestensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak
c. Terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual
d. Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulak sekitarnya
e. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila massa
tumor telah mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis
f. Tidak terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita dengan
benjolan disertai rasa nyeri.
g. Berkurangnya sensilibitas daerah distribusi n.mentalis kadang-kadang terdapat
ulserasi oleh karena penekanan gigi apabila tumor sudah mencapai ukuran besar.
h. Biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan
i. Gigi geligi pada daerah tumor berubah letak dan goyang.

Tumor mandibula merupakan tumor yang jinak tetapi merupakan lesi invasif
secara lokal, dimana pertumbuhannya lambat dan dapat dijumpai setelah beberapa tahun
sebelum gejala-gejalanya berkembang. Tumor mandibula dapat terjadi pada usia dimana
paling umum terjadi pada orang-orang yang berusia diantara 20 sampai 50 tahun dan
hampir dua pertiga pasien berusia lebih muda dari 40 tahun. Kira-kira 80% terjadi di
mandibula dan kira-kira 75% terlihat di regio molar dan ramus.
Pada tahap yang sangat awal, riwayat pasien asimtomatis (tanpa gejala). Tumor
mandibula tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun, dan tidak ditemui sampai
dilakukan pemeriksaan radiografi oral secara rutin. Pada tahap awal, tulang keras dan
mukosa diatasnya berwarna normal. Pada tahap berikutnya, tulang menipis dan ketika
teresobsi seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan dapat
memiliki gambaran berlobul pada radiografi. Dengan pembesarannya, maka tumor
tersebut dapat mengekspansi tulang kortikal yang luas dan memutuskan batasan tulang
serta menginvasi jaringan lunak. Pasien jadi menyadari adanya pembengkakan yang
progresif, biasanya pada bagian bukal mandibula, juga dapat mengalami perluasan
kepermukaan lingual, suatu gambaran yang tidak umum pada kista odontogenik. Ketika
menembus mukosa, permukaan tumor dapat menjadi memar dan mengalami ulserasi
akibat penguyahan. Pada tahap lebih lanjut,kemungkinan ada rasa sakit didalam atau
sekitar gigi dan gigi tetangga dapat goyang bahkan tanggal.
Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah penemuan ekstra oral yang
penting. Sisi asimetris tergantung pada tulang utama atau tulang-tulang yang terlibat.
Perkembangan tumor tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada penekanan saraf atau
terjadi komplikasi infeksi sekunder. Terkadang pasien membiarkan tumor mandibula
bertahan selama beberapa tahun tanpa perawatan dan pada kasus-kasus tersebut ekspansi
dapat menimbulkan ulkus namun tipe ulseratif dari pertumbuhan karsinoma yang tidak
terjadi. Pada tahap lanjut, ukurannya bertambah besar dapat menyebabkan gangguan
penguyahan dan penelanan.
Perlu menjadi perhatian, bahwa trauma seringkali dihubungkan dengan
perkembangan tumor mandibula (ameloblastoma). Beberapa penelitian menyatakan
bahwa tumor ini sering kali diawali oleh pencabutan gigi, kistektomi atau beberapa
peristiwa traumatik lainnya. Seperti kasus-kasus tumor lainnya pencabutan gigi sering
mempengaruhi tumor (tumor yang menyebabkan hilangnya gigi) selain dari
penyebabnya sendiri.

5. PATOFISIOLOGI
Tumor mandibula berasal dari sel ameloblast atau adamantoblast, berupa sel yang
tidak berdiferensiasi membentuk email. Walaupun secara histopatologis tidak tergolong
lesi yang ganas, namun tumor ini tumbuh sangat agresif, yang menggambarkan suatu lesi
ganas yang indolent atau low-grade semacam basalioma. Rekurensi bisa terjadi bila
tumor ini hanya dioperasi dengan cara melakukan kuratase. Pada operasi yang dilakukan
adekuat dengan cara melakukan reseksi 1 cm ditepi lesi, maka sangat jarang didapatkan
rekurensi.
Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik.
Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya regio molar dan sisanya terjadi
akibat adanya kista folikular. Tumor ini muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel
normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogen tadi. Karsinogenesisnya terbagi menjadi
3 tahap :
a. Tahap pertama merupakan inisiasi yatu kontak pertama sel normal dengan zat
karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
b. Tahap kedua yaitu promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon melalui
pembelahan (poliferasi).
c. Tahap terakhir yaitu progresi, sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan
satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Adapun pemeriksaan penunjang untuk tumor mandibula yaitu sebagi berikut:
a. X-ray kepala, yang menghasilkan satu-dimensi gambar dan leher untuk membantu
mencari daerah yang tidak normal pada rahang.
b. CT scan (computed tomography scan). CT scan, yang menghasilkan gambar dua
dimensi dari kepala dan leher yang dapat mengungkapkan apakah ameloblastoma
telah invaded tisu atau organ lain.
c. MRI (magnetic resonance imaging). MRI Scan, yang menggunakan magnet dan
gelombang radio untuk membuat gambar 3 dimensi yang dapat mengungkapkan
abnormalitas kecil di kepala dan leher. Dokter juga menggunakan MRI Scan untuk
menentukan apakah ameloblastoma telah menyebar ke rongga mata atau sinuses.
Tumor marker (penanda tumor)

Staging tumor pada rongga mulut


Sistem yang dipakai adalah American Join Commite For Cancer Staging and End
Result reporting (AJCCS). Sistem yang dipakai adalah T.N.M yaitu: T:Tumor
primer, N: Kelenjar getah bening regional, M: Metastasis jauh tumor primer dan
dipakai pada rongga mulut :
T – Tumor primer
TX : Tumor yang belum dapat dideteksi
T0 : Tidak ada bukti tumor primer
TIS : Karsinoma insitu (tumor permukaan)
T1 : Tumor besarnya 2 cm atau lebih kecil
T2 : Tumor lebih besar dari 2 cm tetapi lebih kecil dari 4 cm
T3 : Tumor lebih besar dari 4 cm
T4 : Tumor telah melibatkan struktur di sekitarnya seperti tulang kortikal atau otot
– otot lidah

N – Kelenjar getah bening regional


NX : Kelenjar getah bening regional tidak dapat diperkirakan
N0 : Tidak ada metastatis ke kelenjar getah bening regional
N1 : Metastatis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran kurang
dari 3 cm
N2 : Metastatis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran 3 - 6 cm
atau bilateral atau melibatkan kelenjar getah bening multiple dengan ukuran kurang
dari 6 cm atau melibatkan kelenjar getah bening kontra lateral dengan ukuran
kurang dari 6 cm
N2a : Metastatis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran 3 - 6
cm
N2b : Metastatis ke kelenjar getah bening multiple dengan ukuran kurang dari 6 cm
N2c : Metastatis ke kelanjar getah bening kontra lateral dengan ukuran kurang dari
6 cm
N3 : Metastatis ke kelenjar getah bening dengan ukuran lebih dari 6 cm

M – Metastatis jauh tumor primer


MX : Adanya metastatis jauh tidak dapat diperkirakan
M0 : Tidak ada metastatis jauh dari tumor primer
M1 : Ada metastasis jauh dari tumor primer

Dari TNM sistem di atas, maka derajat tumor dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Stage 1 : T1 N0 M0
Stage 2 : T2 N0 M0
Stage 3 : T3 N0 M0, T1 N1 M0, T2 N1 M0, T3 N1 M0
Stage 4 : T4 N0 M0
T1, T2, atau T3 dengan N2 atau N3 dan M0
T1, T2 atau T3 N2 atau N3 dan M1

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi utama pada tumor mandibula adalah pembedahan. Tingkat rekurensi
berkisar antara 55-90% setelah perawatan secara konsevatif. Mengingat besarnya tingkat
rekurensi tersebut, pendekatan secara radikal (reseksi) dapat dipertimbangkan sesuai
indikasi, meskipun berakibat hilangnya sebagaian tulang rahang, bridging plate titanium
dapat digunakan untuk mengganti sebagian tulang yang hilang dan berfungsi sebagai alat
rekonstruksi. Dapat juga rekonstruksi dengan memasang tandur ahli tulang kalau
mungkin bisa dikerjakan.
Indikasi perawatan ditentukan berdasarkan luas dan besarnya jaringan yang
terlibat, struktur histologis dari tumor dan keuntungan yang didapat. Menurut Ohishi
indikasi perawatan konservatif adalah pada penderita usia muda dan ameloblastoma
unikistik. Sedangkan indikasi perawatan radikal adalah ameloblastoma tipe solid dengan
tepi yang tidak jelas, lesi dengan gambaran soap bubble, lesi yang tidak efektif dengan
penatalaksanaan secara konservatif dan ameloblastoma ukuran besar. Penatalaksanaan
secara radikal berupa reseksi segmental, hemimandibulektomi dan reseksi marginal
(reseksi enblok).
Reseksi marginal (reseksi enblok) merupakan teknik untuk mengangkat jaringan
tumor dengan mempertahankan kontinuitas korteks tulang mandibula bagian bawah yang
masih intak. Reseksi enblok ini dilakukan secara garis lurus dengan bor dan atau pahat
atau gergaji, 1-2 cm dari tepi batas tumor secara rontgenologis yang diperkirakan batas
minimal reseksi. Adapun tindakan dapat dilakukan secara intra oral maupun ekstra oral,
hal ini tergantung pada seberapa besar untuk mendapat eksposure yang adekuat sampai
ke ekstensi tumor.
Rekontruksi mandibula adalah ditinjau dari fungsi dan kosmetik, organ ini
mempengaruhi bentuk wajah, fungsi bicara, mengunyah dan menelan. Beberapa cara
yang dapat dipakai antara lain dengan menggunakan bahan aloplastik, misalnya bridging
plate titanium dan autogenous bone grafting misalnya tandur tulang iga, krista iliaka dan
tibia serta dapat juga secara kombinasi aloplastik material dengan autogenous bone
grafting.
Perawatan pasca operasi reseksi enblok mandibula: medikasi antibiotik dan
analgetik, tidak perlu intermaksila fiksasi. Hindarkan trauma fisik pada muka atau rahang
karena dapat menyebabkan fraktur mandibula. Jaga oral hygiene hingga luka operasi
sembuh sempurna. Diet lunak dipertahankan 4-6 minggu. Jika diperlukan dapat
dibuatkan prostesi gigi setelah dipertimbangkan bahwa telah terjadi internal bone
remodeling tulang mandibula, lebih kurang 6 bulan pasca operasi.

8. ASUHAN KEPERAWATAN
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.
Data Obyektif: Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera (trauma).

2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).

3. Integritas ego
Data Subyektif: Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif: Cemas, bingung, depresi.

4. Eliminasi
Data Subyektif: Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.

5. Makanan dan cairan


Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.

6. Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental,
Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.

7. Nyeri dan kenyamanan


Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas danlokasi yang berbeda,
biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.

8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/ otot aksesoris.

9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru akibat gelisah.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang gerak.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan

B. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri

Batasan Karakteristik
Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat
Objektif
a. Posisi untuk menghindari nyeri
b. Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas, tidak bertenaga sampai kaku
c. Perubahan selera makan
d. Perilaku ekspresif (misalnya gelisah, merintih, menangis, peka terhadap rangsang, dan
menghela napas panjang)
e. Wajah topeng (nyeri)
f. Perilaku menjaga atau sikap melindungi
g. Bukti nyeri yang dapat diamati
h. Berfokus pada diri sendiri
i. Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur, atau tidak menentu dan
menyeringai)

Tujuan dan Kriteria Hasil NOC


a. Memperlihatkan Pengendalian Nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering atau selalu):
1) Mengenali awitan nyeri
2) Menggunakan tindakan pencegahan
3) Melaporkan nyeri dapat dikendalikan

b. Melaporkan Tingkat Nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5:
sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada):
1) Ekspresi nyeri pada wajah
2) Gelisah atau ketegangan otot
3) Durasi episode nyeri
4) Merintih dan menangis
5) Gelisah

Intervensi NIC
a. Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala 0-10
b. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respon
pasien
c. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, imajinasi tebimbing, terapi musik, terapi bermain,
distraksi, kompres hangat atau dingin sebelum, setelah, dan jika memungkinkan , selama
aktivitas yang menimbulkan nyeri, sebelum nyeri terjadi atau meningkat, dan bersama
penggunaan tindakan peredaan nyeri yang lain.
d. Lakukan perubahan posisi, massase [punggung dan relaksasi
e. Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan yang menyangkutn aktivitas keperawatan
f. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa tidak nyaman
dengan melakukan pengalihan melalui TV, radion, dan interaksi dengan pengunjung
g. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai program terapi

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Batasan Karakteristik
Subjektif
a. Kram abdomen
b. Nyeri abdomen
c. Menolak makan
d. Persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan
e. Melaporkan perubahan sensasi rasa
f. Merasa cepat kenyang setelah mengomsumsi makanan

Objektif
a. Diare atau steatore
b. Bising usus hiperaktif
c. Kurangnya minat terhadap makanan
d. Membran mukosa pucat
e. Tonus otot buruk
f. Menolak untuk makan
g. Kelemahan otot untuk menelan atau mengunyah

Faktor yang Berhubungan


a. Kesulitan mengunyah atau menelan
b. Intoleransi makanan
c. Faktor ekonomi
d. Kebutuhan metabolik tinggi
e. Kurang pengetahuan dasar tentang nutrisi
f. Hilang nafsu makan
g. Mual dan muntah
h. Pengabaian oleh orang tua

Tujuan dan Kriteria Hasil NOC


a. Selera makan: Keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau sedang menjalani
pengobatan
b. Memperlihatkan status gizi yang adekuat
c. Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
d. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
e. Melaporkan tingkat ekergi yang adekuat.

Tujuan dan Kriteria Hasil menurut Wilkinson (2007)


Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan ebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan
kriteria hasil: asupan makanan dan cairan adekuat, zat gizi terpenuhi, asupan cairan oral atau
IV dapat terpenuhi dengan baik, serta mencapai berat badan ideal

Intervensi NIC
1. Kaji faktor pencetus mual dan muntah
2. Catat warna, jumlah, dan frekuensi muntah
3. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
4. Manajemen nutrisi NIC:
- Ketahui makanan kesukaan pasien
- Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
- Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
- Timbang pasien pada interval yang tepat
5. Ajarkan orang tua dan anak tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
6. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. EGC:

Jakarta.

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan

Pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.UI: Media.

Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai