Satuan Acara Penyuluhan LLLLL
Satuan Acara Penyuluhan LLLLL
JAWA TENGAH
Oleh :
DIKI RIDWAN
24.10.0185
YOGYAKARTA
2011
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Waktu : 20 menit
A. TUJUAN
1. Latar Belakang
Banyak orang masih mengangga penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit
yang hanya timbul karena faktor keturunan. Padahal, setiap orang dapat mengidap diabetes, baik
tua maupun muda, termasuk Anda. Namun, yang perlu anda pahami adalah anda tidak sendiri.
Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita
Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk
Indonesia yang mengidap diabetes.
Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam
menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka
baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur. Sangat disayangkan bahwa banyak penderita
diabetes yang tidak menyadari dirinya mengidap penyakit yang lebih sering disebut penyakit
gula atau kencing manis. Hal ini mungkin disebabkan minimnya informasi di masyarakat tentang
diabetes terutama gejala-gejalanya. Sebagian besar kasus diabetes adalah diabetes tipe 2 yang
disebabkan faktor keturunan. Tetapi faktor keturunan saja tidak cukup untuk menyebabkan
seseorang terkena diabetes karena risikonya hanya sebesar 5%. Ternyata diabetes tipe 2 lebih
sering terjadi pada orang yang mengalami obesitas alias kegemukan akibat gaya hidup yang
dijalaninya.Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan Pendidikan Kesehatan pada klien dengan topic “Manajemen Diabetes Mellitus
Dengan Gaya Hidup Sehat”.
2. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 20 menit, keluarga dan pasien diharapkan
mampu memahami tentang Manajemen Diabetes Mellitus Dengan Gaya Hidup Sehat.
3. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 20 menit diharapkan keluarga mampu :
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
Penyampaian
2. Menyampaikan materi :
materi
3.Penutup
Tanya jawab
Membalas salam
5 menit
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. MEDIA
Leaflet (terlampir)
F. EVALUASI
Evalusai dengan tes formatif memberikan pertanyaan kembali mengenai Manajemen Diabetes
Mellitus Dengan Gaya Hidup Sehat.
1. Evaluasi proses
2) Tidak ada peserta yang meninggakan tempat penyuluhan sebelum acara selesai
1. Evaluasi hasil
1. Pertanyaan
1) Jelaskan Pengertian Diabetes Mellitus?
G. DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jakarta : Media Aesculapsis
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawawtan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Lampiran 1
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic
akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskop elektron.
B. Tipe diabetes
C. Etiologi
Insulin Dependen Diabetik Melitus (IDDM) atau Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI)
disebabkan oleh destruksi sel beta, Sedangkan Non insulin Dependent Diabetes Melitus
(NIDDM) Disebabkan kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi
insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa
bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel beta pancreas mengalami desensititas
terhadap glukosa. Adapun menurut tipenya :
Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pangkreas. Kombinasi faktor genetik,
imunologi dan mungkun pula lingkungan
Dibetes tipe II
Faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II. Faktor-faktor
ini adalah : usia, obesitas, riwayat keluarga dan kelompok etnik.
D. Faktor Resiko
E. Manifestasi klinis
Diagnosa DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa polifagia, poliuria,
polidipsi, lemas, dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah
kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
1. Rencana diet, Dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang
dikonsumsi setiap hari. Rencana diet harus didapakan dengan berkonsultasi dahulu
dengan ahli gizi yang terdaftar dan berdasarkan pada riwayat diet pasien, makanan yang
disukai, gaya hidup, latar belakang budaya, dan aktivitas fisik. Pada konsensus PERKENI
telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi
seimbang berupa KH 60-70%, protein 10-15%, dan lemak 20-25%. Jumlah kalori
disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan jasmani
untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol <300 mg/hari, jumlah
kandungan serat ± 25 gr/hari diutamakan jenis serat larut konsumsi garam dibatasi bila
terdapat hipertensi. Pemanis dapat digunakan secukupnya.
2. Latihan fisik dan pengaturan aktivitas fisik. Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4x tiap
minggu selama ±0.5 jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous, Rhytmical, Interval,
Progressive, Endurance training). Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kala,
jogging, lari, renang, bersepeda, dan mendayung
3. Batasi gula dalam setiap makanan
4. Utamakan yang tinggi lemak tak jenuh tunggal (kacang-kacangan, alpukat), cegah
dislipidemia
5. Batasi makanan tingi purin (asam urat)
6. Stop merokok
7. Cegah kegemukan: IMT <25
8. Tidur min 6 jam sehari
9. Stop minum alkohol
10. Check up teratur terutama untuk usia >40 tahun
11. Pakai alas kaki untuk menghindari luka karena akan beresiko menimbulkan luka ulkus
12. Berpuasa
13. Pengawasan glukosa di rumah
14. Pengetahuan tentang diabetes dan perawatan diri. Diabetes adalah penyakit kronik dan
pasien perlu menguasai pengobatan dan belajar bagaimana menyesuaikan agar tercapai
kontrol metabolik yang optimal.