Anda di halaman 1dari 8

2.1.

1 Pengertian Pengungkapan
Pengungkapan laporan keuangan dalam arti luas berarti penyampaian (release) informasi.
Sedangkan menurut pakar akuntansi memberi pengertian di dalam laporan keuangan biasanya
laporan tahunan. Laporan tahunan (Annual Report) media utama penyampaian informasi oleh
manajemen kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan tahunan mengkomunikasikan kondisi
keuangan dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditor dan stakeholder lainnya.
Laporan tahunan merupakan mencakup hal-hal seperti pembahasan dan analisis manajemen,
catatan kaki dan laporan lengkap.
Pengungkapan adalah informasi yang diberikan oleh perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan mengenai keadaan perusahaan. Pengungkapan semua informasi didalamnya harus
diungkapkan termasuk informasi kuantitatif (seperti komponen persediaan dalam nilai mata uang),
dan komponen kualitatif (seperti tuntutan hukum). Menurut Securities and Exchange Commission
(SEC), setiap kejadian yang terjadi dengan tiba-tiba yang dapat mempengaruhi posisi keuangan
harus diungkapkan secara khusus (GAAP,1998:42) untuk membantu para pengguna laporan
tahunan.
Defenisi pengungkapan (disclosure) menurut Siegel dan Shin (1994:147) adalah
pengungkapan atas informasi yang diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan sebagai
catatan kaki atau tambahan. Informasi ini menyediakan penjelasan yang lebih lengkap mengenai
posisi keuangan, hasil operasi dan kebijakan keuangan. Informasi penjelasan mengenai kesehatan
keuangan dapat juga diberikan dalam laporan pemeriksaan. Semua materi harus disingkapkan
termasuk informasi kuantitatif maupun kualitatif yang sangat membantu pengguna laporan.
Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure principle) atau prinsip keterbukaan adalah
menyajikan semua informasi dalam laporan keuangan yang dapat memengaruhi pemahaman
pembaca. Penafsiran atas prinsip ini sangat subyektif dan berpotensi menyebabkan terlalu banyak
informasi yang disajikan. Oleh karena itu, prinsip materialitas digunakan agar hanya
mengungkapkan informasi tentang peristiwa yang mungkin berdampak material terhadap posisi
atau hasil keuangan entitas.
Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan (Ghozali dan
Chariri, 2007). Bila dikaitkan dengan pengungkapan informasi tersebut harus memberikan
penjelasan yang cukup dan bisa mewakili keadaan yang sebenarnya dalam perusahaan. Dengan
demikian, informasi harus lengkap, jelas, akurat dan dapat dipercaya dengan mencitrakan kondisi
yang sedang dialami perusahaan, baik informasi keuangan maupun non-keuangan, sehingga tidak
ada pihak yang akan dirugikan.
Pengungkapan dapat mencakup hal-hal yang belum dapat dihitung secara tepat, seperti
sengketa pajak dengan Pemerintah atau litigasi dengan pihak lain. Pengungkapan penuh juga
berarti bahwa kita harus selalu melaporkan kebijakan akuntansi yang ada, serta perubahan atas
kebijakan tersebut( misalnya perubahan metode penilaian asset atau metode depresiasi), transaksi
non-moneter yang terjadi, hubungan dengan pihak afiliasi bisnis yang memiliki volume transaksi
signifikan, jumlah asset diagunkan, jumlah kerugian material yang disebabkan oleh biaya yang
lebih rendah dari nilai pasar, uraian tentang kewajiban penghentian pengoperasian asset, fakta dan
keadaan yang menyebabkan penurunan goodwill dan lain-lain.

2.1.2 Prinsip OECD kelima (V), terdapat enam sub-bagian dari pembahasan mengenai
pengungkapan dan transparansi ini.
Berikut adalah uraian dan penjelasannya.
a. Pengungkapan harus mencakup informasi material tentang:
1) Keuangan dan hasil operasi perusahaan;
2) Tujuan perusahaan;
3) Kepemilikan saham mayoritas dan hak suara;
4) Kebijakan remunerasi untuk dewan komisaris dan direksi, dan informasi tentang anggota
dewan, termasuk kualifikasi mereka, proses seleksi, perangkapan jabatan dan
independensinya;
5) Transaksi dengan pihak terkait (afiliasi);
6) Faktor-faktor risiko yang akan diperkirakan;
7) Hal-hal penting berkiatan dengan karyawan dan pemangku kepentingan (stakeholder)
lainnya; dan
8) Struktur dan kebijakan tata kelola khususnya bekaitan dengan isi dari pedoman atau
kebijakan tata kelola perusahaan dan penerapannya.
b. Informasi harus disajikan dan diungkapkan sesuai dengan standar kualitas akuntansi yang
berkualitas tinggi dan pengungkapan keuangan dan non-keuangan.
c. Audit tahunan harus dilakukan oleh auditor independen, kompeten dan berkualitas dalam
rangka memberikan jaminan eksternal dan obyektif kepada pengurus dan pemegang
saham bahwa laporan keuangan cukup mewakili posisi keuangan dan kinerja perusahaan
dalam semua hal yang material.
d. Auditor eksternal harus bertanggung jawab kepada pemegang saham dan
berkewajiban kepada perusahaan untuk melakukan kerja profesional dalam melakukan audit.
e. Media penyebaran informasi harus memberikan akses informasi yang relevan bagi pengguna
secara sama (equal), tepat waktu, dan biaya yang efisien.
f. Kerangka tata kelola perusahaan harus mengarah dan mendorong terciptanya ketentuan
mengenai analisa atau saran dari analis, pedagang perantara efek, pemeringkat dan pihak
lainnya yang relevan dengan keputusan investor, tidak mengandung benturan kepentingan
yang material yang mungkin mempengaruhi integritas analisa atau saran yang diberikan..
g. Untuk meningkatkan implementasi tata kelola yang baik di Emiten dan Perusahaan Publik,
pendekatan “comply or explain” dapat digunakan. Pelaksanaan Pedoman Umum Good
Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia baik perusahaan terbuka
(Emiten/Perusahaan Publik) maupun perusahaan tertutup pada dasarnya bersifat comply and
explain. Di mana perusahaan diharapkan menerapkan seluruh aspek Pedoman Good Corporate
Governance ini. Apabila belum seluruh aspek pedoman ini dilaksanakan maka perusahaan
harus mengungkapkan aspek yang belum dilaksanakan tersebut beserta alasannya dalam
laporan tahunan. Namun demikian mengingat Pedoman ini hanya merupakan acuan sedangkan
pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh otoritas masing-masing industri maka penerapan ini
bersifat voluntary dan tidak terdapat sanksi hukum apabila perusahaan tidak menerapkan
pedoman ini. Penerapan pendekatan ini akan meningkatkan fleksibilitas implementasi
ketentuan dibandingkan bila ketentuan tersebut diwajibkan melalui peraturan.
Pengungkapan melalui media penyebaran informasi merupakan hal penting dalam
informasi itu sendiri. Internet dan teknologi informasi lainnya juga memberi peluang untuk
penyebaran informasi yang lebih baik tentang tata kelola perusahaan. Dengan
mempertimbangkan pengungkapan secara berkelanjutan atau pengungkapan kini, praktek yang
baik adalah melakukan pengungkapan yang ”segera” atas kejadian yang material. Kerangka
corporate governance harus memastikan bahwa keterbukaan informasi perusahaan secara
akurat dan tepat waktu harus dilakukan. Keterbukaan tersebut harus mencakup, tetapi tidak
terbatas pada informasi yang material mengenai kinerja keuangan perusahaan, transaksi
benturan kepentingan, pengelolaan risiko, struktur pengelolaan dan kebijakan perusahaan,
khususnya tentang prinsip corporate governance. Semua informasi yang disajikan harus
disiapkan dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berkualitas tinggi. Laporan
keuangan harus diaudit oleh auditor yang independen, kompeten dan memiliki kualifikasi yang
tinggi. Dalam pelaksanaan tugasnya akuntan publik harus beranggungjawab kepada pemegang
saham. Kerangka corporate governance juga harus memiliki mekanisme yang mendorong
penggunaan analis, brokers, dan pemerintah yang tidak memiliki benturan kepentingan dengan
perusahaan. Hal tersebut untuk memastikan terjaganya integritas profesi-profesi tersebut.
Menurut OECD (2004) pengungkapan harus termasuk, namun tidak terbatas pada,
informasi material terkait :
1. Kinerja keuangan dan operasi perusahaan
2. Tujuan perusahaan
3. Kepemilikan dan hak suara utama
4. Kebijakan remunerasi untuk anggota dewan komisaris dan direksi dan informasi mengenai
anggota dewan termasuk kualifikasinya, proses seleksi, jabatan direktur dan komisaris
perusahaan yang lain dan apakah mereka independen
5. Transaksi pihak berelasi
6. Faktor- faktor resiko yang diketahui
7. Isu terkait karyawan dan pemangku kepentingan lain
8. Struktur dan kebijakan tata kelola, terutama kode atau kebijakan tata kelola yang ada dan proses
implementasinya.
Berdasarkan undang-undang PT No.40 tahun 2007 dan UU pasar modal, perusahaan terdaftar
harus membuat dan menyerahkan laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi
keuangan. Laporan keuangan tersebut terdiri dari laporan posisi keuangan ( neraca), Laporan laba rugi
komperhensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Didalam
laporan keuangan juga terdapat pengungkapan mengenai struktur kepemilikan perusahaan laporan
keuangan auditan dapat diperoleh dari perusahaan dan diwebsite bursa efek indonesia.
Penerapan standar pelaporan yang berkualitas dapat secara signifikan meningkatkan
kemampuan investor untuk melakukan pengawasan atas perusahaan dengan membverikan pelaporan
yang semakin meningkatkan keandalannya dan daya bandingnya dan juga memberikan informasi yang
lebih baik mengenai kinerja perusahaan. Prinsip pengungkapan dan transparansi mendukung adanya
pengembangan standar internasional yang berkualitas tinggi yang dapat berperan dalam transparansi
dan daya banding alporan keuangan antar perusahaan dan juga antar negara. Standar tersebut harus
dikembangkan dengan melibatkan sektor privat dan pihak lain yang berkepentingan seperti asosiasi
profesi dan ahli yang independen. Standar domestik yang berkualitas tinggi dapat dicapai dengan
membuat standar domestik tersebut konsisten dengan standar akuntansi internasional tersebut.
Indonesia telah melakukan konvergensi terhadap IFRS, yang resmi dicanangkan pada tahun
2008, dengan target pencapaian tahun 2012. Saat ini mayoritas PSAK sudah merupakan hasil
konvergensi dengan IFRS, walaupun semuanya belum IFRS versi terakhir.
Peraturan Bapepam-LK No X.K.6 mengenai kewajiban penyampaian laporan tahunan
mengharuskan perusahaan terdaftar untuk menyampaikan laporan tahunan kepada OJK paling lama 4
bulan setelah tahun buku berakhir. Laporan tahunan wajib dimuat dalam website emiten atau
perusahaan publik bersamaan dengan disampaikan laporan tahunan tersebut kepada OJK. Laporan
wajib memuat:
a) ikhtisar data laporan keuangan penting,
b) laporan dewan komisaris,
c) laporan direksi,
d) profil perusahaan,
e) analisis dan pembahasan manajemen,
f) tata kelola perusahaan,
g) tanggung jawab sosial perusahaan,
h) laporan keuangan tahunan yang telah diaudit, dan
i) surat pernyataan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi atas kebenaran isi laporan tahunan.
Didalam aturan tersebut juga diatur kewajiban pengungkapan mengenai sistem manajemen
resiko dan pengendalian internal. Namun belum ada aturan yang mengharuskan perusahaan
mengungkapkan kepatuhannya terhadap pedoman GCG yang dikerluarkan KNKG. Didalam laporan
tersebut juga diharuskan dilakukan pengungkapan mengenai anggota dewan, diantaranya terkait
kualifikasi, kehadiran dalam rapat, independensi, remunerasi. Hal lain juga wajib diungkapkan adalah
kepemilikan, termasuk informasi mengenai pemegang saham utama dan pengendali, baik langsung
maupun tidak langsung, sampai kepada pemilik individu, yang disajikan dalam bentuk skema atau
diagram. Aturan terkait kepemilikan ultimat tersebut baru diatur dalam peraturan X.K.6 yang direvisi
pada tahun 2012. Transaksi pihak berelasi juga harus diungkapkan. Hal ini juga di atur dalam PSAK
no. 7 pengungkapan pihak berelasi, yang juga mengatur mengenai kewajiban untuk mengungkapkan
remunerasi dewan. Kewajiban mengungkapkan remunerasi dewan tersebut juga diatur dalam peraturan
X.K.6. peraturan Bapepam-LK (X.K.1) juga mengharuskan perusahaan untuk mengungkapkan kepada
publik informasi yang secara material dapat mempengaruhi harga saham dalam waktu 2 hari.

Pengungkapan dan Transparansi


Bushman & Smith (2003, p. 76) mendefinisikan transparansi perusahaan sebagai ketersediaan relevansi yang
tersebar luas, informasi yang dapat dipercaya mengenai kinerja perusahaan dalam suatu periode yang terkait,
posisi keuangan, kesempatan investasi, pemerintah, nilai dan risiko perusahaan dagang yang bersifat umum.
Dalam tingakatan negara, Bushman, Piotroski, dan Smith (2004) mengidentifikasikan dua jenis transparansi
perusahaan yaitu transparansi keuangan dan transparansi pemerintah. Transparansi keuangan tingkat negara
disusun berdasarkan intensitas pelaporan perusahaan, waktu pelaporan, jumlah analisis, dan media
penyebarannya.

.2 Pengungkapan

Kerangka tata kelola perusahaan harus memastikan bahwa pengungkapan yang tepat
waktu dan akurat dibuat pada semua hal material mengenai perusahaan, termasuk situasi
keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata kelola perusahaan. Pengungkapan merupakan
langkah akhir dalam proses akuntansi, yaitu penyajian informasi dalam bentuk statemen
keuangan. Pengungkapan harus mencakup standar sebagai berikut :

1. Pengungkapan harus mencakup informasi material tentang:


a. Hasil keuangan dan operasi perusahaan.
b. Tujuan perusahaan.
c. Kepemilikan saham mayoritas dan hak suara.
d. Kebijakan remunerasi bagi anggota dewan dan eksekutif, dan informasi tentang anggota
dewan, termasuk kualifikasi, proses seleksi, direktur perusahaan lain dan apakah mereka
dianggap independen oleh dewan.
e. Transaksi dengan pihak terkait.
f. Faktor risiko mendatang.
g. Isu mengenai karyawan dan stakeholders lainnya.
h. Struktur dan kebijakan tata kelola, khususnya isi kebijakan tata kelola perusahaan dan
proses yang diimplementasikan.
i. Informasi harus disiapkan dan diungkapkan sesuai dengan standar kualitas akuntansi yang
tinggi dan pengungkapan keuangan dan non-keuangan.
2. Audit tahunan harus dilakukan oleh auditor independen, kompeten dan berkualitas dalam rangka
memberikan jaminan eksternal dan obyektif kepada dewan dan pemegang saham bahwa laporan
keuangan cukup mewakili posisi keuangan dan kinerja perusahaan dalam semua hal yang
material.
3. Auditor eksternal harus bertanggung jawab kepada pemegang saham dan berkewajiban kepada
perusahaan untuk melakukan kerja profesional dalam melakukan audit.
4. Saluran untuk menyebarkan informasi harus memberikan akses yang adil, tepat waktu, dan akses
yang hemat biaya kepada informasi yang relevan oleh pengguna.
5. Kerangka Corporate Governance harus dilengkapi dengan pendekatan yang efektif yang
membahas dan mempromosikan penyediaan analisis atau nasihat oleh analis, broker,
lembaga pemeringkat yang relevan dengan keputusan oleh investor, bebas dari konflik
kepentingan material yang mungkin meragukan integritas analisis atau nasihat mereka.

Good Corporate Governance mutlak diperlukan jika ada potensi konflik kepentingan diantara
pihak tertentu. Hal ini terjadi karena adanya asimetri informasi (information asymmetry), yaitu keadaan
di mana salah satu pihak memiliki pengetahuan yang tidak dimiliki pihak lain. Ada dua tipe utama
asimetri informasi :
a. Adverse selection yaitu satu pihak atau lebih yang melakukan transaksi usaha potensial
memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Contoh : informasi internal perusahaan kepada
investor yang dibatasi oleh manajer.
b. Moral hazard yaitu satu pihak atau lebih tidak dapat mengamati tindakan pihak lain, padahal
tindakan tersebut mempengaruhi kepentingan semua pihak dalam transaksi. Contoh :
memotivasi usaha manajer (terkait dengan pemisahan tugas).

Kasus
Kasus yang dialami oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk yang berindikasi bermula pada jatuhnya dalam
penjualan saham dibursa efek. Terjadinya pada periode 12 september 2006 sampai dengan 11 januari 2007.
Terdapat indikasi terjadinya pelangaran terhadap peraturan undang-undang pasar modal pada transaksi
penjualan saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Semuanya terjadi bermula dari penurunan secara signifikan
harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk di Bursa Efek Jakarta, yaitu dari Rp 9.650,00 (harga penutupan
pada tanggal 11 januari 2006) menjadi Rp 7.400,00 per lembar saham pada tanggal 12 januari 2007.
Pada masa periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007, yang dimana telah terjadi penurunan
dalam penjualan saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk diduga dikarenakan adanya tindakan Insider trading
yang dilakukan.
Dalam kasus ini, ada 3 hal yang dihadapi oleh PT. PGN mulai dari pelanggaran prinsip keterbukaan
hingga insider trading. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Pelanggaran prinsip disclosure terhadap keterlambatan penyampaian laporan kepada Bapepam dan
masyarakat tentang peristiwa material.
Dalam Pasal 86 ayat (2) UU No. 5 tahun 1995 tentang Pasar Modal disebutkan bahwa perusahaan publik
menyampaikan laporan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa material
yang dapat mempengaruhi harga efek selambat-lambatnya pada akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah
terjadinya peristiwa tersebut.
Pada kenyataannya PT. Gas Negara terlambat melaporkan fakta atas penundaan proyek pipanisasi
yang dilakukan oleh PT PGN. Dalam hal ini keterlambatan pelaporan keterbukaan informasi sebanyak 35 hari.
Mengenai informasi penurunan volume gas dan informasi tertundanya gas ini Dikategorikan sebagai fakta
material dalam Peraturan Nomor X.K.1. Sehingga telah jelas, bahwa PT. Gas Negara melanggar pasal 86 ayat
(2) UU No. 5/1995 jo. Peraturan Nomor X.K.1. dengan pelanggaran ini PT. PGN dikenai sanksi administratif
berupa denda sebesar Rp. 35 juta .
2. Pelanggaran prinsip disclosure terhadap pemberian keterangan yang secara material tidak benar.
Ada beberapa hal yang seringkali dilarang dalam hal keterbukaan informasi, di antaranya sebagai berikut :
a. Memberikan informasi yang salah sama sekali.
b. Memberikan informasi yang setengah benar.
c. Memberikan informasi yang tidak lengkap.
d. Sama sekali diam terhadap fakta/informasi material.
Keempat hal ini dilarang karena oleh hukum dianggap dapat menimbulkan ”misleading” bagi investor
dalam memberikan judgement nya untuk membeli atau tidak suatu efek .
Ketentuan ini juga diadopsi dalam pasal 93 UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal, yang menyebutkan bahwa
tiap pihak dilarang, dengan cara apa pun, memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau
menyesatkan sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek .
Dalam kasus ini PT. PGN yakni memberikan keterangan material tidak benar tentang rencana volume
gas yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ (South Sumatera-West Java) . Fakta itu sudah diketahui atau
sewajarnya diketahui oleh direksi, yang kemudian seharusnya keterangan itu disampaikan kepada publik,
namun tidak disampaikan. Sehingga jelas terjadi bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap pasal 93 UU No.
8/1995 dan diancam dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp. 15 milyar .
Oleh karena itu, sudah sepatutnya dan sewajarnya Bapepam-LK menjatuhkan sanksi administratif berupa
denda sebesar Rp. 5 miliar kepada Direksi PT PGN yang menjabat pada periode bulan Juli 2006 s.d. Maret
2007 yaitu Sutikno, Adil Abas, Djoko Pramono, WMP Simanjuntak dan Nursubagjo Prijono.
3. Keterlibatan fiduciary position dalam kasus insider trading transaksi efek PGAS
Dalam pasal 95 UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal menerangkan bahwa orang dalam dari perusahaan publik
yang mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan transaksi atas Efek Emiten atau Perusahaan Publik
dimaksud.
Penjelasan pasal 95 memberi arti kepada orang dalam sebagai pihak-pihak yang tergolong dalam:
a. Komisaris, Direktur, atau pengawas perusahaan terbuka
b. Pemegang saham utama perusahan terbuka
c. Orang yang karena kedudukannya, profesinya atau karena hubungan usahanya dengan perusahaan terbuka
memungkinkan memperoleh informasi orang dalam. Dengan kedudukan disini dimaksudkan sebagai lembaga,
institusi atau badan pemerintahan. Sementara yang merupakan “hubungan usaha” adalah hubungan kerja
atau kemitraan dalam kegiatan usahanya, seperti, nasabah, pemasok, kontraktor, pelanggan, kreditur, dan
lain-lain

Yang dimaksud dengan insider trading adalah perdagangan efek yang dilakukan oleh mereka yang tergolong
“orang dalam” perusahaan (dalam artian luas), perdagangan mana didasarkan atau dimotivasi karena adanya
suatu “informasi orang dalam” (inside information) yang penting dan belum terbuka untuk umum, dengan
perdagangan mana, pihak pedagang insider tersebut mengharapkan akan mendapatkan keuntungan ekonomi
secara pribadi, langsung atau tidak langsung, atau yang merupakan keuntungan jalam pintas (short swing
profit).

Anda mungkin juga menyukai