Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah umat manusia, dipenuhi dengan multikultural. Multikultural
yang ada di Indonesia sangat beragam, khususnya di Maluku. Upaya
memperkuat masyarakat adalah dengan melakukan pendekatan multikultural.
Sebuah realitas masyarakat yang sangat berperan penting untuk menghindari
kekerasan dan konflik salah satunya persoalan agama. Pengkajian etika dengan
komprenhensif merupakan cara untuk menilai baik buruknya perilaku manusia
dan pertimbangan-pertimbangan etis.
Istilah Etika Dalam Bahasa kita Bahasa Indonesia dipakai dalam
berbagai – bagai hubungan misalnya digunakan untuk menjelaskan apakah
kelakuan atau tindakan seseorang baik atau buruk. Atau untuk mengetahui
norma – norma apakah yang dugunakan oleh seseorang untuk tindakan atau
perbuatannya. Atau untuk menyatakan apakah keputusan seseorang benar atau
tidak benar Berbicara tentang kehidupan manusia tidak terlepas dari etika dan
moral itu sendiri. Karena, kedua unsur ini sangat menentukan benar atau
salahnya seseorang. Etika berbicara tentang yang benar dan yang baik. Etika
menyangkut setiap keputusan etis yang memaknai hidup kita sebagai manusia.
Dalam keadaan tertentu seseorang bisa dikatakan benar secara etis dikatakan
baik.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Etika ?
2. Apa itu Teleologis ?
3. Bagaimana Etika Teleologis dalam kehidupan manusia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu etika.
2. Untuk mengetahui apa itu Etika teleologis

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Etika
Pengertian etika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia etika adaalah Ilmu tentang apa yang
baik dana pa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akrap).
Istilah etika berasal dari kata yunani Etos atau Etos. Kedua kata ini mempunyai
arti yang sama. Dalam Bahasa Yunani biasanya keduanya berarti tempat tinggal
(baik dari manusia maupun dari binatang). Arti ini penting. Etos selalu
mempunyai sangkut paut dengan tempat, dimana kita tinggal dan dimana kita
berada. Selain dari pada tempat tinggal etos juga berarti kebiasaan. Etos bukan
saja berarti “temapat tinggal” dan “kebiasaan” tetapi juga adat-istiadat. Etika
didefenisikan sebagai ilmu atau ajaran tentang tindakan (perbuatan) manusia,
yang dinilai berdasarkan suatu norma etis. (Dr.J.L.Ch.Abineno 2003).

Tinjauan Etis
Tinjauan etis adalah salah satu tinjauan yang kita gunakan untuk menilai
tindakan atau perbuatan orang lain. Dalam penilaian etis tindakan atau perbuatan
orang ditempatkan dibawah tinjauan tentang yang baik dan yang buruk.
Sejak kecil kita diajarkan untuk bertanggung jawab atas apa yang kita
lakukan.hidup kita dikelilingi oleh hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk.
Kita harus memilih antara hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk itu. Tiap-
tiap kali kita dihadapkan kepada pertanyaan : apakah yang harus dilakukan
dalam hal ini? Apakah saya boleh menggunakan kesempatan yang saya peroleh
ini atau tidak boleh ?

Sifat-sifat etika Kristen


Etika Kristen bersifat :
1) Deskriptif, yaitu menguraikan, menerangkan dan menjelaskan tentang
apa itu yang baik/salah dalam hidup manusia.

3
2) Preskriptif/normatif, yaitu mewajibkan manusia melakukan apa yang
baik/benar dan serta menjauhkan apa yang jahat/salah.

Ciri-ciri etika Kristen

1) Etika Kristen bukanlah satu-satunya etika yang ada, tetapi hanya salah
satu dari Etika yang ada.
2) Etika Kristen sama dengan etika yang lainnya, menilai sesuatu persoalan
berdasarkan data dan fakta, dan menilainya menurut apa yang
seharusnya, menjadi asumsi dasar untuk menilai apa yang ada.
3) Yang membedakan etika Kristen dengan etika lainnya ialah iman Kristen
yang dipakai untuk menjadi asumsi dasar dalam melakukan penilaian
etis.
4) Etika Kristen haruslah dapat diterimah oleh semua orang, bukan karena
ia merupakan kebenaran “Kristen” tetapi oleh karena ia merupakan
kebenaran yang universal yang dapat dipahami secara rasional oleh
semua orang.

Antropologi etika Kristen


1) Manusia itu baik
2) Manusia itu berdosa
3) Manusia itu pendosa yang dibenarkan.

Sumber-sumber Etika Kristen


1) Alkitab
2) Dogma
3) Budaya

2. Jenis Etika Kristen Teleologis


Pada buku etika sederhana untuk semua yang ditulis oleh Eka Darmaputera,
menjelaskan pada persoalan study kasus tentang parlin. Dijelaskan parlin
adalah siswa kelas 3 Sma meminta ijin kepada ayah dan ibunya untuk
menghadiri pesta ulang tahun temannya. Mereka mengijinkan parlin dengan

4
sebuah syarat parlin harus kembali pada pukul 11.00 wit. Namun parlin baru
kembali pada pukul 02.00 pagi. Parlin mengatakan bahwa ia tidak ingin
melanggar janjinya tapi ia tidak mempunyai pilihan yang lain. Tak ada
seorangpun teman-temannya yang pulang sebelum jam 11.00. ketika ia pamit
mereka menertawakan dia dan mengejek. Karena itu, ia tinggal. Ia tidak mau
kehilangan muka pada teman-temannya.parlin juga sempat mengantar dua
teman wanitanya karena rumah mereka sangat jauh dan hanya parlin yang
membawah mobil. Ketika tiba dirumah dia mengakui kepada ayahnya bahwa
mengakui saya salah tapi saya tidak dapat berbuat lain. Ayahnya mengakui
bahwa aku memahami keadaan mu parlin tetapi ketahuilah bahwa janji, adalah
janji. Janji harus ditepati.apapun alasanya, engkau tetap bersalah. Dan oleh
karena itu, harus dihukum. Disisi lain ibu parlin protes ia mengatakan bahwa
“aku tahu parlin salah”. Ia pun mengakuinya. Tetapi mengapa ia harus
dihukum ? ia tidak berbuat jahat. Maksutnya baik. Ia mengantar teman
perempuanya. Ini kan perbuatan luhur ?.
Pada penjelasan scenario kasus diatas. Menjelaskan bahwa secara deontologis.
Ayah parlin bersifat kritis atau berpikir secara etis. Karena berpikir secara etis
mengacu pada norma-norma, prinsip, hukum dan ketegasan. Untuk itu
pendekatan secara Teleologis untuk memberikan pertimbangan pada parlin.
Ibunya mengatakan parlin tidak harus dihukum. Karene ia melakukan segala
sesuatu yang akhirnya baik. Kajian teleologis mengakui bahwa apa yang “benar”
itu belum tentu “baik”. Penerapan hukum secara kaku akan berakibat tidak
baik.cara bepikir ibu parlin disebut berpikir secara teleologis. Teleos, artinya :
tujuan. Cara berpikir teleologis ini bukan tidak mengacuh pada hukum. Ia tahu
betul apa yang benar dana pa yang salah. Tapi itu bukan ukuran yang terakhir.
Yang paling penting adalah adalah tujuan dan akibat. Karena apakah itu
tujuannya baik ? dan berakibat baik ? betapapun salahnya, tetapi kalua tidak
bertujuan atau berakibat yang baik, ia baik. Dan betapapun benarnya, kalua
dilakukan dengan tujuan jahat, ia jahat. Menurut filsuf imanuel Kant bahwa
jangan memperlakukan manusia subyek tetapi sebagai obyek. Dimana bertindak
sesuai dalil atau dan kebenaran.

5
Menurut Jhon Stuart Mill, filsuf inggris mengatakan bahwa “the greatest good
for the greatest number”. Menurut Mill, sebuah tindakan dapat dikatakan baik
apabila bertujuan dan berakibat membawah kebaikan bagi banyak orang.
Filsuf yunani Aristoteles dalam bukunya Nicomachean Ethics, menjelaskan
semua tindakan yang bertujuan untuk membawah kebaikan orang lain atau diri
sendiri, atau berakibat pada orang lain menjadi bahagia, adalah baik. Ukuran
obyektif adalah kebaikan.
Menurut Gustafson, dalam bukunya The Protestan and Roman Catholic Ethics.
Mengemukan bahwa hakekat Etika Protestan adalah Deontologis. Etika
Protestan bertolak pada hukum, perintah dan kehendak Allah. Allah dikenal
sebagai Pemberi Hukum. Di samping dasah Titah maka hukum kasih adalah
hukum yang paling utama. Sedangkan Etika Roma katolik memahami Allah
sebagai “tujuan” dari pada segala sesuatu. Bahwa segala sesuatu yang tertuju
kepada Allah adalah “baik”. Segala sesuatu yang tertuju pada yang lain adalah
jahat. Tetapi menurut Gustafson, didalam prakteknya keadaan ini menjadi
terbalik. Etika Protestan pada hakekatnya adalah deontologis, tetapi didalam
prakteknya adalah teleologis. Dan sebaliknya juga pada Etika Roma Katolik.
Etika Protestan bertitik tolak pada hukum kasih. Tetapi bagaimana menjabar
hukum kasih ? didalam segala setuasi ? kasih tidak dijabarkan secara tuntas
dalam hukum-hukum positif untuk diberlakukan dalam segala situasi. Salah satu
contoh Robin Hood mencuri harta oraang kaya dan memberikan kepada orang
miskin. Yang dilakukan Robin itu salah.. tetapi apakah itu tidak dikatakan
perbuatan kasih ? yang ingin diperlihatkan adalah bahwa dengan mudahnya cara
berpikir etis yang deontologis bergeser menjadi teleologis. Yaitu mendasar
tindaka-tindakan tidak kepada hukum-hukum positif yang sudah tersedia. Tetapi
menggumuli keputusan-keputusan yang terbaik dalam satun situasi tertentu.
Etika teleologis juga mempunyai kelemahan yaitu pertama menghalalkan segala
cara untuk mencapai tujuan. Kedua hedonism. Yang baik selalu terancam
bahaya untuk ditafsirkan secara sempit: yang baik untuk saya dan kemudian
yang baik untuk saya. Dan kemudian yang baik untuk saya. Itu dengan

6
mudahnya berubah menjadi yang paling nikmat, gampang dan menguntungkan
untuk saya. Maka timbulah kekacauan etis

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika jenis Deontologis, Teleologis saling berkaitan bahkan bergeser dalam
praktek kehidupan manusia. Pada dasarnya adalah apa yang benar dan apa yang
salah harus dipertimbangkan dengan menggunakan hukum kasih sebagai dogma
etika dalam melihat keadaan salah atau benar. Realitas hidup manusia harus
didasarkan kepada ketiga jenis etika ini. Tetapi bukan berarti menjadi etika ini
sebagai media dalam menghalal segala cara untuk kenikmatan. Sebagai manusia
kita harus melakukan segala sesuatu dengan mengandalkan Kasih Kristus.

B. Saran
Saran penulis adalah, kita sebagai mahasiswa mampu untuk memahami etika
dalam berkehidupan berkampus, bahkan masyarakat sehingga tingkah laku kita
tercermin pada kasih.

8
DAFTAR PUSTAKA

Darmaputera Eka.2004 Etika Sederhana Untuk Semua. Gunung Mulia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai