SKRIPSI
Oleh:
Vincencius Hendra Setya Nugraha
NIM : 058114123
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
SKRIPSI
Oleh:
Vincencius Hendra Setya Nugraha
NIM : 058114123
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul ”Optimasi Campuran Asam Sitrat dan Natrium Bikarbonat Sebagai Eksipien
pada Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Teh Hijau (Camelia Sinensis L.) dengan
Metode Granulasi Kering” untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
1. ”Jesus Kristus”, atas semua anugrah-Nya dan nikmat yang saya terima
3. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
4. Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing yang telah
penyusunan skripsi.
vii
6. Romo Petrus Sunu Hardiyanta S.J., S.Si selaku dosen penguji yang telah
7. Segenap laboran (pak Musrifin, mas Agung, pak Iswandi, mas Otok) atas
Dharma.
8. “Team Grean Teh Okeeeh”, Yokhe, Ceci, Uli, Lia Eko, Aster, Erika, Eva atas
9. Ester, Agus, Jovan, Ermin, Febrian, Adi yang membantu dalam dukungan,
kebersamaan.
dalamnya. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran. Akhir kata, semoga
Penulis
viii
ix
DAFTAR ISI
INTISARI .............................................................................................................xvii
ABSTRACT ..........................................................................................................xviii
x
J. Hipotesis ................................................................................................. 18
xi
3. Penentuan level rendah dan level tinggi asam sitrat dan natrium
kering………………………………………………………………..23
optimum…………………………………………………………….25
xii
4. Uji pH larutan................................................................................. 42
F. Optimasi Formula………………………………………………………..47
4. pH larutan ........................................................................................... 51
Hijau……………………………………………………………………..52
LAMPIRAN .......................................................................................................... 57
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua
level ....................................................................................................... 16
Tabel VI. Perhitungan Yate’s treatment pada respon kecepatan alir granul . ........ 35
Tabel VII. Perhitungan Yate’s treatment pada respon kandungan lembab ............. 38
Tabel VIII. Perhitungan Yate’s treatment pada respon waktu larut ......................... 41
xiv
DAFTAR GAMBAR
epigallocatechin-3-gallat ......................................................................... 7
Gambar 2. Pengaruh level asam sitrat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap
Gambar 3. Pengaruh level asam sitrat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap
Gambar 4. Pengaruh level asam sitrat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap
Gambar 5. Pengaruh level asam sitrat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap
pH larutan ............................................................................................... 43
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
INTISARI
Kata kunci : asam sitrat, natrium bikarbonat, granul effervescent, granulasi kering,
ekstrak teh hijau, desain faktorial
xvii
ABSTRACT
xviii
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Obat tradisional saat ini sudah menjadi trend dalam masyarakat. Penggunaan
obat tradisional sebenarnya telah ada dan berkembang secara turun-temurun sejak
jaman nenek moyang. Obat tradisional merupakan prospek yang bagus dalam
pengembangan dunia kefarmasian sebagai alternatif pengobatan yang telah ada. Oleh
karena itu, saat ini banyak dilakukan pengembangan variasi bentuk sediaan yang baru
formulasi obat dari bahan alam dapat menyediakan suatu bentuk sediaan obat yang
Teh (Camellia sinensis L.) merupakan salah satu tanaman yang banyak
diambil manfaatnya sebagai obat tradisional. Kandungan utama dari teh hijau yang
diambil manfaatnya adalah polifenol. Polifenol utama yang terdapat dalam teh hijau
(Svobodova, Psotova, dan Walternova, 2003; Katiyar, Afaq, Perez, dan Mukhtar,
2001), selain itu sebagai anti mutagenik (Hiraw, Sasamoto, Matsumoto, Itakura,
Igarashi, dan Kondo, 2001), anticarcinogenic (Kanae dan Toby, 2001), menghambat
pertumbuhan tumor dan angiogenesis (Young dan Lee, 2001). Dalam penelitian ini
1
2
ditekankan pada manfaat teh hijau sebagai antioksidan yang diharapkan dapat
ketaatan pasien dalam hal penggunaan obat yang benar. Hal ini mendorong untuk
pembuatan bentuk sediaan yang lebih diterima oleh masyarakat. Bentuk sediaan
effervescent akan lebih dapat diterima sebagai alternatif lain cara penyajian teh yang
dapat digunakan untuk pasien yang mengalami kesulitan menelan tablet/kapsul dan
dapat memberikan efek segar karena adanya reaksi antara sumber asam dan sumber
Pada penelitian ini bentuk sediaan effervescent yang dipilih adalah granul
effervescent dengan optimasi terhadap campuran sumber asam (asam sitrat) dan
yang digunakan dalam pembuatan granul effervescent ini adalah metode granulasi
kering. Metode granulasi kering dipilih karena pada saat pembuatan granul
menggambarkan hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel
bebas (Bolton, 1997). Metode ini dapat mengidentifikasi efek masing-masing faktor
ataupun efek interaksi antar faktor. Metode desain faktorial juga dapat digunakan
untuk memperkirakan faktor yang dominan dalam menentukan respon (Muth, 1999)
3
dan juga dapat diketahui komposisi formula optimum asam sitrat-natrium bikarbonat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak teh hijau
efek yang dominan dalam menentukan sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau
yang dibuat secara granulasi kering dan untuk menentukan komposisi yang optimal
untuk campuran asam sitrat dan natrium bikarbonat dalam pembuatan granul
effervescent ekstrak teh hijau dengan metode granulasi kering sehingga dapat
menghasilkan suatu sediaan effervescent yang berkualitas dan dapat diterima oleh
masyarakat.
1. Perumusan Masalah
c. Apakah dapat ditemukan area komposisi optimum campuran asam sitrat dan
4
2. Keaslian Penelitian
optimasi asam sitrat dan natrium bikarbonat dalam formulasi granul effervescent
ekstrak teh hijau dengan metode granulasi kering belum pernah dilakukan. Namun,
penelitian sejenis dengan menggunakan jenis ekstrak lain yang sudah pernah
dilakukan salah satunya yaitu tentang optimasi formula granul effervescent ekstrak
kunyit (Curcuma domestika Val) dengan variasi jumlah asam sitrat dan sodium
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
dalam formulasi granul effervescent ekstrak teh hijau dengan metode granulasi
kering.
b. Manfaat metodologis
5
c. Manfaat praktis
menambah macam jenis sediaan ekstrak teh hijau yaitu dalam bentuk granul
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh komposisi optimum
asam sitrat dan natrium bikarbonat dalam granul effervescent ekstrak teh hijau
2. Tujuan Khusus
b) Mengetahui faktor yang dominan antara asam sitrat, natrium bikarbonat dan
yang optimum .
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
ketinggian 200 - 2300 m dpl. Teh berasal dari kawasan India bagian Utara dan Cina
Selatan. Ada dua kelompok varietas teh yang terkenal, yaitu varietas assamica yang
berasal dari Assam dan varietas sinensis yang berasal dari Cina. Varietas assamica
daunnya agak besar dengan ujung yang runcing, sedangkan varietas sinensis daunnya
Teh hijau berasal dari pucuk daun tanaman teh melalui proses pengolahan
menjadi 3 jenis, yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau dibuat dengan
2003).
Polifenol yang utama yang terdapat dalam teh hitam dan teh hijau adalah
epicatechins atau turunannya. Epicatechins paling banyak terdapat dalam teh hijau,
6
7
OH OH
OH
OH
HO O
OH
HO O
O C OH
OH OH O
OH
OH
(-)-Epicatechin-3-gallate
(-)-Epicatechin
OH OH
OH OH
HO O HO O
OH
OH OH
OH O C OH
OH OH O
(-)-Epigallocatechin OH
(-)-Epigallocatechin-3-gallate
Gambar 1. Struktur epicatechin, epicatechin-3-gallat, epigallocatechin, dan
epigallocatechin-3-gallat (Svobodova et al., 2003)
Kelarutan EGCG yang tertinggi dalam aqueous jika berada antara pH 5-7. Kestabilan
EGCG diamati melalui suatu penelitian dengan konsentrasi EGCG 10 mg/ml pada
range pH 4-9, hasilnya stabilitas tertinggi dari EGCG diperoleh jika berada pada pH
5. EGCG juga memiliki kompatibilitas yang baik dengan berbagai macam eksipien,
sehingga bisa sangat dikembangkan menjadi oral dosage form (Kellar, Poshni,
8
Ekstrak teh hijau dapat diperoleh dari proses ekstraksi dengan metode
maserasi menggunakan 4 macam pelarut yaitu air, 80% etanol, 80% metanol dan 80%
aseton (dalam air, v/v). Hasil penelitian oleh Druzynska, Stepniewska dan Wolosiak
menunjukkan bahwa kandungan polifenol tertinggi dalam ekstrak teh hijau diperoleh
C. Asam Sitrat
effervescent karena cukup mudah untuk didapat dan relatif murah. Asam sitrat
dalam hal penyimpanan dan hindari ruangan dengan kelembaban yang tinggi.
Asam sitrat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari
100,5% C6H8O7, dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian : hablur putih, tidak
berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus, putih; tidak berbau, atau praktis
tidak berbau; rasa sangat asam. Kelarutan: sangat mudah larut dalam air, mudah larut
D. Natrium Bikarbonat
effervescent. Natrium bikarbonat larut sempurna dalam air, non higroskopis, tidak
9
mahal, jumlahnya banyak, dan tersedia dalam lima ukuran dari serbuk halus hingga
granul yang free flowing. Natrium bikarbonat biasa digunakan dalam formula
effervescent dan dapat menghasilkan larutan yang jernih karena sifatnya larut
Natrium bikabonat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari
100,5% NaHCO3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian: serbuk
hablur, putih. Stabil di udara kering, tetapi dalam udara lembab secara perlahan-lahan
terurai. Larutan segar dalam air dingin, tanpa dikocok bersifat basa terhadap lakmus.
Kelarutan: larut dalam air, tidak larut dalam etanol (Anonim, 1995).
E. Granul Effervescent
unsur obat dalam campuran kering, biasanya terdiri dari sumber asam dan sumber
karbonat, bila ditambah air maka akan terjadi reaksi yang nantinya akan terbentuk gas
CO2, reaksi yang terjadi antara asam sitrat (sebagai sumber asam) dan natrium
gelembung gas dari cairan sebagai hasil dari reaksi kimia. Berat effervescent menurut
10
unik dan menarik. Effervescent dapat memberikan rasa yang menyenangkan karena
karbonasi membantu dalam menutupi rasa bahan aktif yang kurang menyenangkan,
effervescent mudah digunakan dan dosis dapat diukur. Effervescent harus dikemas
dan dengan suhu ruangan terkontrol 25oC atau kurang. Hal ini bertujuan untuk
mencegah terhisapnya uap air dari udara oleh bahan kimia sehingga timbul reaksi
a. Sumber asam
Sumber asam yang sering digunakan dalam sediaan effervescent adalah asam
makanan (Mohrle, 1989). Contoh asam yang sering digunakan asam sitrat, asam
askorbat, asam malat, asam adipat, asam tartrat, asam fumarat, asam suksinat, asam
natrium pirofosfat, asam laktat, asam hexamid, garam-garam asam, asam anhidrat,
dan campuran asam-asam diatas (Wehling dan Fred, 2004). Sumber asam yang
digunakan dalam pembuatan sediaan effervescent adalah sebesar 10%-60% dari berat,
lebih diterima sebesar 15-50% dari berat, dan jumlah yang paling bisa diterima adalah
11
b. Sumber karbonat
Sumber karbonat yang sering digunakan dalam pembuatan sediaan effervescent antara
karbonat, arginin karbonat, zinc karbonat, zinc oksida, dan campuran basa-basa di
atas (Wehling dan Fred, 2004). Bentuk garam karbonat (bentuk bikarbonat maupun
c. Bahan pengikat
Pengikat adalah bahan yang dapat digunakan untuk mengikat serbuk menjadi granul
seperti gom selulosa, gelatin, dan pasta tidak banyak digunakan karena larutnya lama
pengikat yang efektif dalam sediaan effervescent. PVP biasanya ditambahkan secara
kering untuk digranul bersama bahan lain, lalu dibasahi dengan cairan penggranul.
PVP juga bisa ditambahkan dalam bentuk larutan dalam air, alkohol, atau cairan
PVP merupakan bahan pengikat yang efektif untuk granul effervescent karena
sifatnya yang dapat larut dalam air dan tidak meninggalkan residu. Penggunaan PVP
sebagai pengikat pada konsentrasi 0,5%-5% (Parikh, 1997). PVP dapat digunakan
12
untuk granulasi basah ataupun untuk granulasi kering (Lachman, Lieberman, dan
Schwart, 1989)
d. Bahan pengisi
Penggunaan bahan pengisi digunakan untuk mencapai berat yang diinginkan. Melihat
Pada penelitian ini digunakan sukrosa sebagai bahan pengisi. Sukrosa adalah gula
yang diperoleh dari Saccharum officinarum Linne (familia Gramineae), Beta vulgaris
tambahan. Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna; massa hablur atau berbentuk
kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara.
Kelarutannya sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih
(Anonim, 1995).
e. Bahan pemanis
penggunaan suatu produk. Pada penelitian ini bahan pemanis yang digunakan adalah
dalam industri makanan dan obat, selain sukrosa dan sakarin. Aspartam merupakan
pemanis yang dihasilkan dari sintesis kimia. Karena merupakan hasil sintesis maka
namun dengan sangat dibatasi (Lachman, Lieberman, dan Schwart, 1989). Aspartam
13
memiliki tingkat kemanisan 200 kali sukrosa. ADI (acceptable daily intake)
1. Kecepatan alir
kecepatan alir baik, yaitu kurang dari 10 detik tiap 100 g atau dengan kecepatan alir
1983).
2. Waktu larut
melarutnya granul effervescent dan reaksi kabonasi sendiri sebagai alasan utama
oleh komponen-komponen yang larut air dan banyaknya komponen bahan pengikat
yang terdapat dalam sediaan tersebut. Suatu sediaan granul effervescent yang baik
14
kompresi serbuk, kekerasan granul, serta stabilitas obat (Wadke dan Jacobson, 1980).
Dash, 2000). Kandungan lembab untuk sediaan effervescent harus diperhatikan untuk
4. pH larutan
larutan juga merupakan parameter yang penting karena dapat mempengaruhi rasa dari
Metode granulasi kering dapat dilakukan dengan alat yang dikenal dengan
roller compactor atau chilsonator. Mesin ini menekan serbuk yang sudah disiapkan
di antara dua counter rotating roller di bawah tekanan ekstrim sehingga akan
terbentuk lembaran bahan. Prosedur lain granulasi kering adalah slugging dimana
slug atau tablet besar dikempa menggunakan mesin tablet dan selanjutnya dibuat
menjadi granul dengan dilewatkan suatu kasa sehingga memiliki ukuran yang
15
H. Desain Faktorial
menyimpulkan dan mengevaluasi secara objektif efek dari besaran yang berpengaruh
Dalam desain faktorial terdapat istilah faktor, level, efek, dan respon. Faktor
adalah setiap besaran yang mempengaruhi respon (Voigt, 1994). Level merupakan
nilai atau tetapan untuk faktor. Level yang digunakan pada percobaan yang
menggunakan desain faktorial adalah level rendah dan level tinggi. Efek merupakan
perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor. Respon adalah besaran
yang akan diamati prubahan efeknya. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu
Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain
Keterangan :
Y = respon hasil atau sifat yang diamati
X1, X2 = level bagian A , level bagian B
b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan
b0 = rata-rata hasil semua percobaan
b1, b2, b12 = koefisien yang dihitung dari hasil percobaan
Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan
formula untuk jumlah percobaan = 4 adalah formula (1) untuk percobaan I, formula a
16
untuk percobaan II, formula b untuk percobaan III, dan formula ab untuk percobaan
IV (Bolton, 1997). Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua
Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level
Formula Faktor A Faktor B Interaksi
(1) - - +
a + - -
b - + -
ab + + +
Keterangan :
- = level rendah
+ = level tinggi
efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level
tinggi dan rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungannya sebagai
berikut :
I. Landasan Teori
Kandungan utama dari teh hijau yang diambil manfaatnya adalah polifenol.
Polifenol utama yang terdapat dalam teh hijau adalah epicatechins atau turunannya.
17
Salah satu epicatechins yang terdapat dalam teh hijau aadalah EGCG
selain sebagai antioksidan mempunyai banyak manfaat lain, antara lain sebagai anti
Pada penelitian ini dilakukan optimasi terhadap campuran asam sitrat dan
natrium bikarbonat. Sumber asam dan karbonat yang paling baik digunakan pada
range konsentrasi 25%-40% dari bobot 1 formula. Oleh karena itu perlu dilakukan
optimasi terhadap campuran sumber asam dan sumber karbonat dalam pembuatan
granul effervescent.
Bentuk sediaan effervescent dipilih karena dapat dijadikan alternatif lain dari
cara penyajian teh yang telah ada. Bentuk sediaan effervescent memiliki keuntungan
dalam hal kepraktisan dan lebih tepat dosis, dapat digunakan untuk pasien yang
memiliki kesulitan menelan tablet/kapsul, dan dapat memberikan efek segar karena
adanya reaksi antara sumber asam dan sumber karbonat yang akan menghasilkan gas
CO2.
adalah metode granulasi kering. Metode granulasi kering dipilih karena pada saat
18
adalah metode factorial design dengan dua level. Dengan menggunakan metode ini
dapat diketahui faktor dominan antara asam sitrat, natrium bikarbonat atau interaksi
keduanya yang mempengaruhi sifat fisik sediaan granul effervescent ekstrak teh hijau
dan juga dapat diketahui komposisi formula optimum asam sitrat – natrium
J. Hipotesis
Hi(1) : ekstrak teh hijau dapat diformulasi menghasilkan sediaan granul effervescent
Hi(2): efek dari asam sitrat level rendah berbeda dengan asam sitrat level tinggi, efek
dari natrium bikarbonat level rendah berbeda dengan natrium bikarbonat level tinggi
Hi(3): dapat ditemukan area komposisi optimum dari asam sitrat dan natrium
bikarbonat sebagai sumber asam dan karbonat untuk memperoleh formula granul
BAB III
METODE PENELITIAN
menggunakan desain faktorial untuk area komposisi optimum asam sitrat dan natrium
bikarbonat sehingga dihasilkan granul effervescent yang mempunyai sifat fisik yang
baik.
1. Variabel Penelitian
• Level rendah dan level tinggi asam sitrat (1000 mg, 1600 mg)
• Level rendah dan level tinggi basa natrium bikarbonat (1312,5 mg,
2100 mg)
suhu ruangan (± 18oC), suhu pengeringan bahan dan granul effervescent, lama
pencampuran serbuk dan granul, alat untuk pengujian sifat fisik granul.
19
20
2. Definisi Operasional
a. Granul effervescent ekstrak teh hijau adalah suatu sediaan granul yang
mengandung zat aktif dari ekstrak teh hijau, juga terdiri dari sumber asam
(asam sitrat) dan sumber karbonat (natrium bikarbonat) yang bereaksi cepat
c. Ekstrak teh hijau adalah ekstrak kering dari tanaman teh hijau yang diperoleh
penelitian ini respon adalah hasil percobaan sifat fisik granul effervescent
C. Bahan Penelitian
Ekstrak teh hijau (PT. Sido Muncul), asam sitrat (kualitas farmasetik,
21
D. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex),
neraca elektrik (Mettler Toledo GB 3002), alat pengukur waktu alir, HG53 Halogen
meter, Cube mixer (ERWEKA AR 402), mesin tablet single punch (KIKUSUI,
Japan).
a. Pemeriksaan organoleptis
teh hijau
Dosis tiap sachet granul effervescent sebagai anti oksidan, yaitu mengandung 35
22
(pada
3. Penentuan level rendah dan level tinggi asam sitrat dan natrium bikarbonat dalam
sediaan effervescent
• Level rendah
Æ mol
0,0156
Jadi, level rendah untuk asam sitrat (C6H8O7)= 1 gram dan level rendah untuk
• Level tinggi
Æ mol
0,025
23
Jadi, level tinggi untuk asam sitrat (C6H8O7)= 1,6 gram dan level tinggi untuk
4. Optimasi formula granul effervescent ekstrak teh hijau dengan kombinasi asam
Granul yang dibuat ada 2 macam yaitu granul asam dan granul basa. Granul asam
dibuat dengan campuran ekstrak teh hijau, asam sitrat, sukrosa, dan serbuk kering
PVP sebagai bahan pengikat. Granul basa dibuat dengan campuran natrium
bikarbonat, sukrosa, aspartam dan serbuk kering PVP sebagai pengikat. Sebelum
ayakan nomer 50, kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven suhu ± 40oC
selama 2 hari. Campuran serbuk asam dan campuran serbuk basa masing-masing
24
selama 20 menit kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu ± 40oC selama 2
hari lalu dikempa langsung dengan menggunakan mesin tablet dengan tekanan
9kg dan ukuran punch diameter 20 mm, setelah itu dihancurkan untuk
ukuran mesh 16/20). Granul asam dan basa yang terbentuk lalu dikeringkan
dalam oven (suhu ± 40oC) selama 7 hari (berdasarkan hasil orientasi) hingga
didapatkan bobot konstan. Granul asam dan basa yang yang bobotnya sudah
konstan dicampur dengan menggunakan cube mixer (20 rpm selama 1 menit)
a. Kecepatan alir
berujung tangkai tertutup lewat dinding corong. Kemudian tutup pada ujung
tangkai dibuka dan granul dibiarkan mengalir keluar sampai habis. Waktu
mengalirnya granul sampai granul yang berada di dalam corong keluar semua
masing formula (granul asam dan granul basa dalam kondisi terpisah) dalam
cawan petri yang tersedia yang sebelumnya sudah ditara. Waktu pengeringan
diatur sehingga bobot konstan (±7 hari) yakni sampai perbedaan bobot antara
dua penimbangan berurutan tidak lebih dari 0,25% (Anonim, 1995). Setelah
25
didapat bobot konstan untuk masing-masing granul (asam dan basa) dalam 1
c. Waktu larut
gelas yang berisi 200 ml air. Catat waktu yang dibutuhkan granul untuk larut
d. pH larutan
Sejumlah granul sesuai bobot tiap formula yang sudah dilarutkan ke dalam
meter setelah tidak lagi terjadi reaksi effervescent, yang ditandai dengan tidak
7. Penentuan profil sifat fisik granul effervescent dan area komposisi optimum
desain faktorial:
Keterangan:
26
bikarbonat).
B1, b2, b12 = koefisien yang dapat dihitung dari hasil percobaan.
F. Analisis Data
menggunakan metode desain faktorial. Dibuat profil sifat fisik (kandungan lembab,
waktu larut, kecepatan alir, pH larutan) granul effervescent ekstrak teh hijau
terhadap sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau. Dari persamaan regresi
desain faktorial dapat dibuat contour plot yang selanjutnya dapat ditentukan area
optimal dari masing-masing respon, sesuai dengan sifat fisik yang kita inginkan.
secara statistik menggunakan analisis Yate’s treatment (Ostle, 1956). Pada uji statistik
digunakan hipotesis alternatif (Hi) yaitu terdapat hubungan antara faktor (asam sitrat,
27
natrium bikarbonat, dan interaksi keduanya) dengan respon. H0 merupakan negasi Hi,
yaitu tidak ada hubungan antara faktor dengan respon. Nilai F yang didapatkan
diterima apabila nilai Fhitung lebih besar daripada nilai Ftabel. Taraf kepercayaan yang
digunakan untuk uji statistik adalah 95 %. Derajad bebas faktor dan interaksi
sebagai denominator, yaitu 33, sehingga diperoleh harga F tabel untuk faktor dan
BAB IV
Ekstrak teh hijau yang digunakan oleh penulis merupakan ekstrak kering teh
hijau yang didapatkan dari PT. Sido Muncul. Kandungan EGCG (epigallocatechin
gallat) dari ekstrak kering teh hijau berdasarkan certificate of analysis adalah 7,14%.
Dalam penelitian ini ditekankan efek antioksidan dari teh hijau, diketahui bahwa
mendapatkan dosis tersebut dibutuhkan jumlah ekstrak kering teh hijau sebanyak
490,2 mg tapi dibulatkan menjadi 500 mg (terkandung EGCG sebanyak 35,7 mg) tiap
formulanya. Toksisitas dari EGCG diketahui adalah 2000 mg/kg BB dan penggunaan
1. Uji organoleptik
Hasil uji organoleptis didapatkan hasil bahwa ekstrak kering teh hijau berupa
serbuk kering berwarna kuning kecoklatan, berbau khas, rasa pahit khas (sepat).
28
29
Hasil pengujian kadar air ekstrak kering teh hijau menunjukkan kurang dari
5%, berarti sesuai untuk jumlah kandungan lembab yang terdapat pada ekstrak kering
granul asam dan granul basa. Granul asam dibuat dengan mencampur ekstrak teh
hijau, asam sitrat, sukrosa, dan serbuk kering PVP sebagai bahan pengikat. Ekstrak
teh hijau dicampurkan dalam granul asam karena berkaitan dengan stabilitas EGCG
yang lebih stabil dalam suasana asam. Granul basa dibuat dengan campuran natrium
bikarbonat, sukrosa, aspartam dan serbuk kering PVP sebagai pengikat. Aspartam
dimasukkan dalam campuran granul basa karena hasil dari orientasi menunjukkan
rasa yang lebih enak dan tampilan dari larutan effervescent yang dihasilkan lebih
30
kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu ± 40oC selama 2 hari (hasil orientasi),
kg dan ukuran diameter punch 20 mm, setelah itu dihancurkan untuk mendapatkan
granul dengan ukuran tertentu (dengan menggunakan ayakan ukuran mesh 16/20).
Granul asam dan basa yang terbentuk lalu dikeringkan dalam oven (suhu ±40oC)
selama 7 hari sehingga didapatkan bobot konstan. Suhu yang digunakan ±40oC
karena natrium bikarbonat akan terdekomposisi menjadi natrium karbonat pada suhu
di atas 50oC (Linberg et al.,1988) sehingga akan mempengaruhi jumlah CO2 yang
dihasilkan (antara natrium bikarbonat dan natrium karbonat jumlah CO2 yang
dihasilkan beda). Granul asam dan basa yang yang bobotnya sudah konstan dicampur
dengan menggunakan cube mixer (20 rpm selama 1 menit). Kecepatan putar mixer
Faktor yang dioptimasi pada pembuatan granul effervescent ekstrak teh hijau
adalah asam sitrat dan natrium bikarbonat. Jumlah asam sitrat yang digunakan adalah
1000 mg (level rendah) dan 1600 mg (level tinggi). Penentuan level rendah dan tinggi
asam sitrat berdasarkan pernyataan yang mengatakan bahwa sumber asam yang
digunakan dalam pembuatan sediaan effervescent adalah sebesar 25-40% dari bobot
1 formula (Wehling dan Fred, 2004). Pada level rendah asam digunakan jumlah asam
31
sitrat sebanyak 25% sedangkan pada level tinggi asam digunakan jumlah asam sitrat
sebanyak 40%.
stokiometri antara asam sitrat dan natrium bikarbonat sehingga diperoleh level rendah
D. Granul Effervescent
Granul effervescent ekstrak teh hijau yang dihasilkan pada penelitian ini
memiliki rasa khas teh tapi agak asam menyegarkan dan bila dilihat dari penampilan
Untuk mendapatkan suatu sediaan effervescent yang baik dan dapat diterima
oleh masyarakat harus memenuhi persyaratan yang dapat dilihat dari sifat fisik granul
effervescent. Suatu sediaan effervescent teh hijau yang baik harus memenuhi
persyaratan, yaitu kandungan lembab, pH larutan, kecepatan alir, dan waktu larut.
untuk sediaan effervescent, hal ini untuk menghindari adanya reaksi effervescent
prematur karena bila hal tersebut terjadi maka sediaan tersebut tidak dapat
32
sediaan effervescent karena salah satunya dapat mempengaruhi kelarutan dari sediaan
effervescent (bila sudah terlalu banyak terpapar lembab). Untuk waktu larut, ada
persyaratan khusus untuk sediaan effervescent, yaitu antara 60-120 detik. Untuk
berada pada rentang pH 5-7. Bila pH larutan di atas 7 maka mengurangi stabilitas dari
EGCG (EGCG stabil pada pH asam) dan pada rentang pH tersebut kelarutan EGCG
paling optimum (Kellar et al., 2005). Kecepatan alir yang dikehendaki lebih dari 10
g/detik karena bila kurang dari 10 g/detik dapat mengalami kesulitan dalam hal
sehingga dapat ditentukan faktor yang dominan antara asam sitrat, natrium
33
bikarbonat, atau interaksi antara keduanya terhadap sifat fisik granul effervescent.
Waktu larut
pH larutan 0,43 0,11
Keterangan :
Efek A : efek asam sitrat
Efek B : efek natrium bikarbonat
Efek interaksi : efek interaksi campuran antara asam sitrat dan natrium bikarbonat
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kecepatan alir granul. Kecepatan alir
yang dikehendaki lebih dari 10 g/detik karena bila kurang dari 10 g/detik dapat
menunjukkan bahwa kecepatan alir granul pada semua formula masuk dalam area
yang diinginkan.
34
A b
Gambar 2. Pengaruh level asam sitrat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap kecepatan
alir granul
0,30. Efek asam sitrat bernilai negatif berarti asam sitrat akan menurunkan kecepatan
alir granul (waktu yang dibutuhkan granul untuk mengalir tiap gram nya lebih lama).
Natrium bikarbonat dan interaksi asam sitrat-natrium bikarbonat bernilai positif, hal
ini berarti berperan dalam meningkatkan kecepatan alir granul (waktu yang
Pada gambar 2a, dengan meningkatnya jumlah asam sitrat akan menurunkan
respon kecepatan alir granul baik pada level rendah maupun level tinggi natrium
35
menaikkan respon kecepatan alir granul baik pada level rendah maupun level tinggi
Tabel VI. Perhitungan Yate’s treatment pada respon kecepatan alir granul
Source of Degrees of Sum of
Mean Squares F
Variation freedom Squares
Replicates 11 5203,651 473,059
Treatment 3 1065,091 355,030
a 1 841,017 841,017 5,478
b 1 222,999 222,999 1,452
ab 1 1,075 1,075 0,007
Experimental 33 5066,536 153,531
error
Total 47 11335,278
Keterangan: a= asam sitrat; b=natrium bikarbonat; ab=interaksi
F(1,33) tabel adalah 4,139.
dalam menentukan kecepatan alir granul. Dari perhitungan Yate’s treatment terlihat
bahwa nilai F hitung interaksi lebih kecil dari F tabel sehingga dapat disimpulkan
tidak ada interaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat sehingga respon
kecepatan alir granul tidak dipengaruhi adanya interaksi. Asam sitrat memberikan
pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap respon kecepatan alir granul
perubahan respon kecepatan alir granul atau dapat dikatakan bahwa untuk respon
kecepatan alir granul effervescent, efek dari asam sitrat level rendah berbeda dengan
efek dari asam sitrat level tinggi (H1 diterima). Natrium bikarbonat menunjukkan
36
nilai F hitung yang lebih kecil dari F tabel sehingga natrium bikarbonat tidak
mempengaruhi respon kecepatan alir granul effervescent maka dapat dikatakan bahwa
efek natrium bikarbonat level rendah tidak berbeda dengan efek natrium bikarbonat
disebabkan oleh sifat asam sitrat yang lebih higroskopis sehingga dapat menurunkan
kemampuan granul untuk mengalir sedangkan sifat dari natrium bikarbonat yang
lebih bersifat non-higroskopis (Mohrle,1989). Bila dilihat dari tampilan fisik granul
basa (yang berisi natrium bikarbonat) tampak lebih padat (kompak) sehingga adanya
Pada uji ini untuk mengetahui kandungan lembab yang terdapat dalam
granul effervescent yang dihasilkan. Uji kandungan lembab perlu dilakukan karena
kandungan lembab dalam sediaan granul effervescent merupakan faktor kritis yang
harus sangat diperhatikan. Sediaan granul effervescent yang baik memiliki kandungan
lembab antara 0,4%-0,7%. Dari tabel IV menunjukkan bahwa tidak ada satu
effervescent. Salah satu penyebab tidak terpenuhinya syarat kandungan lembab granul
adalah kelembaban ruang yang relatif tinggi (sekitar 55%) padahal syarat untuk
37
oleh iklim tropis di Indonesia yang mempunyai kelembaban yang sangat tinggi
walaupun sudah digunakan dehumidifier dan air conditioner (AC) untuk menurunkan
dapat mengurangi jumlah hidrat yang ada pada bahan yang akan digunakan.
a b
Gambar 3. Pengaruh level asam sitrat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap
kandungan lembab granul
bikarbonat adalah 0,10 dan efek interaksi asam sitrat-natrium bikarbonat adalah
. Efek asam sitrat dan natrium bikarbonat bernilai positif, hal ini berarti asam
38
effervescent akan tetapi efek asam sitrat lebih dominan dibandingkan efek natrium
bikarbonat. Efek interaksi asam sitrat dan natrium bikarbonat bernilai negatif berarti
lembab pada level rendah basa, dan akan menurunkan respon kandungan lembab
pada level tinggi basa (Gambar 3a), sedangkan pada peningkatan jumlah natrium
bikarbonat akan meningkatkan kandungan lembab pada level rendah asam dan akan
menurunkan respon kandungan lembab pada level tinggi asam (gambar 3b).
asam sitrat dan natrium bikarbonat (kedua faktor tidak saling mempengaruhi),
sehingga interaksi tidak mempengaruhi respon kandungan lembab granul. Asam sitrat
39
dan natrium bikarbonat juga menunjukkan nilai F hitung yang lebih kecil dari F tabel
sehingga asam sitrat dan natrium bikarbonat juga tidak mempengaruhi respon
kandungan lembab granul maka dapat dikatakan bahwa efek asam sitrat level rendah
tidak berbeda dengan efek asam sitrat level tinggi dan efek natrium bikarbonat level
rendah tidak berbeda dengan efek natrium bikarbonat level tinggi (H1 ditolak).
Namun, dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai F hitung dari asam sitrat 3x lebih
tinggi dari natrium bikarbonat sehingga asam sitrat lebih dominan dibandingkan
Uji ini untuk mengetahui waktu larut dari granul effervescent ketika
sampai 120 detik. Dari tabel IV dapat dilihat bahwa semua formula memenuhi
40
a b
Gambar 4. Pengaruh level asam sitrat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap waktu
larut granul
kelarutan).
Pada peningkatan jumlah asam sitrat akan menurunkan respon waktu larut
granul pada level rendah dan level tinggi basa natrium bikarbonat (Gambar 4a),
respon waktu larut pada level rendah dan level tinggi asam sitrat (gambar 4b).
41
Tabel VIII. Perhitungan Yate’s treatment pada respon waktu larut granul
Source of Degrees of
Sum of Squares Mean Squares F
Variation freedom
Replicates 11 2398,417 218,038
Treatment 3 3159,750 1053,250
a 1 1302,084 1302,084 16,515
b 1 1121,334 1121,334 14,223
ab 1 736,332 736,334 9,339
Experimental 33 2601,750 78,841
error
Total 47 8159,917
Keterangan: a= asam sitrat; b=natrium bikarbonat; ab=interaksi
F(1,33) tabel adalah 4,139.
interaksi lebih besar dari F tabel, maka respon terhadap waktu larut tidak hanya
ditentukan oleh asam sitrat saja, tapi juga dipengaruhi oleh natrium bikarbonat. Asam
sitrat mempengaruhi secara signifikan dan dominan dalam menentukan waktu larut
granul effervescent sehingga dengan perubahan jumlah asam sitrat akan menyebabkan
perubahan respon waktu larut granul effervescent atau dapat dikatakan bahwa untuk
respon waktu larut granul effervescent, efek dari asam sitrat level rendah berbeda
dengan efek dari asam sitrat level tinggi (H1 diterima). Hal ini dapat dilihat dari nilai
efek asam sitrat (Tabel V) yang diperoleh dari perhitungan desain faktorial maupun
hasil perhitungan Yate’s treatment untuk respon waktu larut (Tabel VIII) paling
besar. Karena pada perhitungan Yate’s treatment terjadi interaksi maka respon waktu
42
larut granul effervescent juga dipengaruhi oleh natrium bikarbonat (dalam hal ini
akan menyebabkan perubahan respon waktu larut granul effervescent atau dapat
dikatakan bahwa untuk respon waktu larut granul effervescent, efek dari natrium
bikarbonat level rendah berbeda dengan efek dari natrium bikarbonat level tinggi (H1
diterima).
Asam sitrat memiliki memiliki nilai solubility rate (kelarutan) yang lebih
besar dari pada natrium bikarbonat, sehingga asam sitrat akan lebih mudah larut
suhu 20oC (Anonim, 2001) sedangkan larutan natrium bikarbonat pada suhu 20oC
granul sudah hancur akan memperbesar luas area kontak sehingga dapat
mempermudah kelarutan.
4. Uji pH larutan
Pada uji ini untuk mengetahui pH larutan effervescent ekstrak teh hijau. pH
larutan perlu diketahui berkaitan untuk mengetahui stabilitas dan kelarutan dari
range pH 5-7 dan stabilitas EGCG tergantung dari pH larutan yang dihasilkan.
Semakin asam larutan (pH < 4) maka EGCG semakin stabil dan berlaku sebaliknya
bila pH larutan (>8) (Kellar et al, 2005). Pada penelitian ini, penulis mengunakan
43
range pH 5-7 yang digunakan sebagai range optimum untuk pH larutan effervescent
ekstrak teh hijau karena pada range tersebut EGCG masih masuk dalam range stabil.
Dari tabel IV, terlihat bahwa semua formula menunjukkan pH pada range yang
dikehendaki.
a b
Gambar 5. Pengaruh level asam sitrat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap pH
larutan
0,11 .Efek asam sitrat bernilai negatif berarti asam sitrat akan menurunkan pH
positif, hal ini berarti berperan dalam meningkatkan pH larutan granul effervescent.
44
sitrat akan menurunkan respon pH larutan pada level rendah basa dan level tinggi
menaikkan respon pH larutan baik pada level rendah maupun level tinggi asam sitrat
(gambar 5b).
interaksi lebih kecil dari F tabel sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada interaksi
antara asam sitrat dan natrium bikarbonat maka interaksi tidak mempengaruhi respon
dengan perubahan jumlah asam sitrat ataupun natrium bikarbonat akan menyebabkan
perubahan respon pH larutan atau dapat dikatakan bahwa untuk respon pH larutan,
45
efek dari asam sitrat level rendah berbeda dengan efek dari asam sitrat level tinggi
dan efek dari natrium bikarbonat level rendah berbeda dengan efek dari natrium
bikarbonat level tinggi (H1 diterima). akan tetapi pengaruh asam sitrat lebih dominan
keasaman larutan effervescent yang dapat mempengaruhi stabilitas dan kelarutan dari
EGCG.
Reaksi tersebut diasumsikan antara asam sitrat dan natrium bikarbonat habis bereaksi
dan CO2 yang dihasilkan murni berasal dari reaksi asam dan basa tersebut.
Jumlah total CO2 yang dihasilkan untuk formula F1 adalah 0,6864g/200ml (0,0156 x
BM CO2)
46
Jumlah total CO2 yang dihasilkan untuk formula Fa adalah 0,6864g/200ml (0,0156 x
BM CO2)
Jumlah total CO2 yang dihasilkan untuk formula Fb adalah 0,6864g/200ml (0,0156 x
BM CO2)
47
Jumlah total CO2 yang dihasilkan untuk formula Fab adalah 1,1g/200ml (0,0250 x BM
CO2)
Dari CO2 yang dihasilkan, ada CO2 yang terlarut dalam medium air dan ada yang
terlepas di udara. Kelarutan CO2 dalam air pada suhu 20oC-25oC adalah
sedangkan kadar CO2 yang terlarut dalam air masih dibawah kadar yang
menunjukkan gejala toksik sehingga dapat disimpulkan kadar CO2 yang dihasilkan
F. Optimasi Formula
diperlukan suatu kontrol kualitas untuk melihat apakah sediaan tersebut mempunyai
sifat fisika yang baik, rasa, penampilan. Untuk sediaan granul effervescent ekstrak teh
hijau, sifat fisik yang baik dapat dilihat dari waktu larut granul, pH larutan, kecepatan
48
Dari hasil pengukuran sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau maka
dapat dibuat suatu contour plot sehingga dapat diperoleh formula yang optimum.
contour plot masing-masing uji tersebut ditentukan area optimum untuk memperoleh
superimposed contour plot sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau, kemudian
1. Kecepatan alir
Dari persamaan (5), dapat dibuat contour plot untuk kecepatan alir granul
49
dari granul effervescent untuk memperoleh respon kecepatan alir yang dikehendaki
terbatas pada level yang diteliti. Kecepatan alir yang dikehendaki lebih dari 10 g/detik
karena bila kurang dari 10 g/detik dapat mengalami kesulitan dalam hal packaging
(Fudholi, 1983). Dari contour plot tersebut dipilih semua area karena memenuhi
2. Kandungan lembab
Dari persamaan tersebut, dapat dibuat contour plot untuk kandungan lembab
50
Dari contour plot tersebut tidak ditemukan area optimum yang memenuhi
Kandungan lembab yang tinggi tersebut bisa disebabkan oleh tingginya kelembaban
Persamaan desain faktorial untuk waktu larut granul adalah Y = 66,43 + 0,04
Dari persamaan (7), dapat dibuat contour plot untuk waktu larut granul
Dengan melihat contour plot tersebut, dapat ditentukan area optimum dari
granul effervescent ekstrak teh hijau untuk memperoleh respon waktu larut yang
dikehendaki terbatas pada level yang diteliti. Waktu larut granul effervescent adalah
51
1-2 menit (Mohrle,1989). Dari contour plot tersebut dapat dilihat ternyata semua
kurva memenuhi syarat waktu larut maka dipilih semua area untuk contour plot
tersebut.
4. pH larutan
Dari persamaan (8), dapat dibuat contour plot untuk pH larutan (gambar 9)
sebagai berikut:
Dengan melihat contour plot tersebut, dapat ditentukan area optimum dari
granul effervescent ekstrak teh hijau untuk memperoleh pH larutan yang dikehendaki
terbatas pada level yang diteliti. EGCG stabil pada rentang pH 5-7 dan kelarutan
52
EGCG paling optimum pada rentang pH tersebut. Oleh karena itu dipilih area dengan
pH 5-7.
effervescent maka dalam penelitian ini tidak dapat dicari komposisi optimum dari
Sediaan effervescent yang diteliti pada penelitian ini dapat dihasilkan suatu
sediaan yang acceptable (dari segi rasa dan penampilan fisik) yaitu memiliki rasa
khas teh, berasa agak asam menyegarkan dan memiliki penampilan larutan yang
penelitian ini bisa ditambahkan suatu anti foaming (pilih yang aman untuk
BAB V
A. Kesimpulan
1. Ekstrak teh hijau dapat diformulasikan menjadi sediaan granul effervescent akan
tetapi dalam penelitian ini parameter kandungan lembab tidak dapat terpenuhi.
Larutan effervescent yang dihasilkan berasa khas teh agak asam menyegarkan.
2. Asam sitrat memberikan efek yang dominan untuk pH larutan, waktu larut granul
effervescent, dan kecepatan alir granul. Asam sitrat dominan dalam menentukan
3. Tidak ditemukan area komposisi optimum asam sitrat dan natrium bikarbonat.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian mengenai pencampuran granul asam dan granul basa
sediaan effervescent ekstrak teh hijau, hal ini berkaitan dengan kandungan ekstrak
teh hijau yang terdapat pada granul asam sehingga bila campuran granul tidak
hijau bisa dipertimbangkan untuk menambahkan suatu anti foaming yang aman
53
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV,48, 601, 762, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
Ansel, H.C., 1989, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, 164-165, Lea &
Febiger, Philadelphia, USA
Armstrong, N.A., dan James, K.C., 1996, Pharmaceutical Experiment Design and
Interpretation, 131, Taylor & Francis, United Kingdom.
Dash, K.A., Fausett, H., Gayser, C., 2000, Evaluation Of Quick Disintegrating
Calcium Carbonate Tablets, http:// www.pharmscitech.com . diakses tanggal
3 Oktober 2008
54
55
Druzynska, B., Stepniewska, A. and Wolosiak, R., 2007, The Influence of Time And
Type of Solvent on Efficiency of The Extraction of Polyphenols From Green
Tea and Antioxidant Properties Obtained Extracts, Acta Sci.Pol., Technol.
Aliment. 6(1)2007, 27-36
Fudholi, A., 1983, Metode Formulasi Dalam Kompresi Direk, Medika, no.7, 586-
593, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hartoyo, A., 2003, Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan Sebuah Tinjauan Ilmiah, 11-
19, Kanisius, Yogyakarta.
Hiraw, R., Sasamoto, W., Matsumoto, A., Itakura, H., Igarashi, O., Kondo, K., 2001,
Antioxidant ability of various flavonoids against DPPH radicals and LDL
oxidation, Journal of Nutritional Science and Vitaminology (Tokyo),47, 357-
362
Katiyar, S.K., Afaq, F., Perez, A., Mukhtar, H., 2001, Green tea polyphenol (-)-
epigallocatechin-3-gallate treatment of human skin inhibits ultraviolet
radiation- induced oxidative stress, Carcinogenesis, 22(2), 287-294.
Mohrle, R.,1989, Effervescent Tablet, in Lieberman. H., Lachman, L., and Schwart, J.
B., Pharmaceutical Dosage forms: Tablet Volume I, Second Edition, Revised
56
and Expanded, 287, 294, 297, 302-305, Marcel Dekker Inc. ,United States of
America.
Svobodova, A., Psotova, J., dan Walterova, D., 2003, Natural Phenolics in Prevention
Of UV-Induced Skin Damage (A review), Biomed. Papers, 147(2), 137-145
Wadke, H.A., dan Jacobson, H., 1980, Preformulation Theory in Lieberman, H.A.,
lachman, L., (Eds), Pharmaceutical Dosage Form: Tablet, Vol I, 45, Marcel
Dekker, Inc., New York.
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Ed V, 141-142, 157-159, 580,
diterjemahkan oleh Soendari Noerono, GMU Press, Yogyakarta
Young, D.J., Lee, M.E., 2001, Inhibition of tumor invation and angiogenesis by
epigallocatechin gallate (EGCG), a mayor component of green tea,
International Journal of Experimental Pathology, 82, 309-316
57
58
1. Notasi
59
60
4. pH larutan
61
1. Kecepatan Alir
Efek interaksi =
Persamaan
Y = bo + b1 (XA) + b2 (XB) + b12(XA) (XB)
62
jadi, persamaannya:
63
2. Kandungan Lembab
Persamaan
Y = bo + b1 (XA) + b2 (XB) + b12(XA) (XB)
64
jadi, persamaannya:
65
Persamaan
Y = bo + b1 (XA) + b2 (XB) + b12(XA) (XB)
66
jadi, persamaannya:
4. pH
67
Persamaan
Y = bo + b1 (XA) + b2 (XB) + b12(XA) (XB)
68
jadi, persamaannya:
69
1. Kecepatan alir
a1 a2
Replikasi
b1 b2 b1 b2
1 48,080 69,930 47,850 42,550
2 39,370 74,070 47,620 45,450
3 44,050 65,790 48,780 43,290
4 46,300 72,460 49,020 42,370
5 60,610 92,590 44,840 46,080
6 53,480 64,520 49,020 42,020
7 76,920 73,530 66,670 65,360
8 80,000 65,790 62,110 73,530
9 70,420 65,360 64,940 78,130
10 82,640 58,140 74,070 78,130
11 99,010 69,930 65,360 83,330
12 83,330 60,240 59,880 95,240
_ (3032,200)2
48
70
= 202881,879 – 191546,601
= 11335,278
−
(3032,200 )2
48
= 196750,252 – 191546,601
= 5203,651
= 192611,692 – 191546,601
= 1065,091
= 192387,618 – 191546,601
= 841,017
71
= 191769,600 – 191546,601
= 222,999
841,017
= = 5,478
153,531
mean squares for b effect
Fb =
mean squares for exp erimental error
841,017
= = 1,452
153,531
mean squares for ab effect
F ab =
mean squares for exp erimental error
841,017
= = 0,007
153,531
72
2. Kandungan Lembab
a1 a2
Replikasi
b1 b2 b1 b2
1 1,810 1,970 1,980 2,270
2 1,820 2,410 2,370 2,060
3 1,860 1,910 1,930 1,960
4 2,060 1,920 2,500 1,940
5 2,090 2,030 2,100 2,210
6 1,950 2,540 2,520 1,930
7 3,170 3,150 2,910 2,890
8 3,150 3,120 3,050 2,770
9 2,620 2,940 2,980 3,250
10 2,780 3,110 2,990 3,340
11 3,220 2,810 3,050 2,870
12 2,400 3,130 3,100 3,040
73
−
(121,980)2
48
= 320,106 – 309,982
= 10,124
= 310.291 – 309,982
= 0,311
= 310,068 – 309,982
= 0,086
= 310,010 – 309,982
= 0,028
74
0,086
= = 1,755
0,049
mean squares for b effect
Fb =
mean squares for exp erimental error
0,028
= = 0,571
0,049
mean squares for ab effect
F ab =
mean squares for exp erimental error
0,195
= = 3,980
0,049
75
3. Waktu Larut
a1 a2
Replikasi
b1 b2 b1 b2
1 118 101 107 77
2 110 96 98 71
3 115 107 103 90
4 100 117 98 88
5 131 115 105 85
6 111 95 97 98
7 83 86 97 92
8 94 88 93 68
9 93 98 96 71
10 84 99 99 64
11 88 95 96 85
12 92 100 99 89
_ (4582)2
48
= 445550 – 437390,083
= 8159,917
76
−
(4582 )2
48
= 439788,500 – 437390,083
= 2398,417
= 440549.833 – 437390,083
= 3159,750
= 438692,167 – 437390,083
= 1302,084
77
= 438511,417 – 437390,083
= 1121,334
1302,084
= = 16,515
78,841
mean squares for b effect
Fb =
mean squares for exp erimental error
1121,334
= = 14,223
78,841
mean squares for ab effect
F ab =
mean squares for exp erimental error
736,334
= = 9,339
78,841
78
4. pH
a1 a2
Replikasi
b1 b2 b1 b2
1 6,140 6,410 5,430 6,010
2 6,050 6,670 5,470 6,160
3 6,170 6,500 5,590 5,890
4 5,970 6,610 5,520 5,920
5 6,090 6,590 5,460 6,370
6 5,950 6,700 5,390 5,980
7 6,290 6,340 5,180 6,150
8 6,200 6,350 5,590 5,950
9 6,240 6,370 5,170 6,040
10 6,180 6,310 6,000 6,100
11 6,170 6,320 5,270 5,920
12 6,180 6,320 5,820 5,760
79
−
(289,260 )2
48
= 1743,346 – 1743,153
= 0,193
= 1748,969 – 1743,153
= 5,816
= 1746,663 – 1743,153
= 3,510
80
= 1745,329 – 1743,153
= 2,176
3,510
= = 106,364
0,033
mean squares for b effect
Fb =
mean squares for exp erimental error
2,176
= = 65,939
0,033
mean squares for ab effect
F ab =
mean squares for exp erimental error
0,130
= = 3,940
0,033
81
Lampiran 6. Dokumentasi
82
83
84
BIOGRAFI PENULIS
Data Pribadi
Nama : Vincencius Hendra Setya Nugraha
Tempat, tanggal lahir : Surakarta, 1 Januari 1987
Nama orang tua : Yustinus Indrasmoyo dan Lucia Endang Setyawati
Alamat : Jl. Dahlia No 29 Purwosari Surakarta
Agama : Katolik
Jenjang Pendidikan
TK Bhayangkara Surakarta (1991-1992)
SD Marsudirini Surakarta (1993-1999)
SLTP Pangudi Luhur Bintang Laut Surakarta (2000-2002)
SMU Negeri 3 Surakarta (2003-2005)
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (Angkatan 2005)
Pengalaman Berorganisasi
• Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi (ISMAFARSI)
• Panitia Tiga Hari Temu Akrab Farmasi 2006,2007
• Panitia Kampanye Informasi Obat ISMAFARSI 2006,2007
• Panitia Seminar Budaya Enterpreneurship dalam Peningkatan Softskill (SDM) di
Bidang Kefarmasian (2006)
• Panitia Seminar dari Tiga Latar Belakang Berbeda (2006)
• Panitia seminar hari AIDS (2007)