Makalah Kompetensi Dasar
Makalah Kompetensi Dasar
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran adalah tujuan
pembelajaran.
Dilihat dari sejarahnya, tujuan pembelajaran pertama kali diperkenalkan oleh B.F. Skinner pada
tahun 1950 yang diterapkannya dalam ilmu perilakuan. Kemudian diikuti oleh Robert Mager
yang menulis buku berjudul Preparing Instructional Objective pada tahun 1962. Selanjutnya
diterapkan secara meluas pada tahun 1970 di seluruh lembaga pendidikan termasuk di Indonesia.
Pemerintah Indonesia telah menerapkan tujuan pembelajaran di seluruh Indonesia sesuai dengan
tigkatan anak sehigga Guru diharuskan memiliki rencana pembelajaran tersebut agar kegiatan
belajar mengajar berjalan efektif. Salah satu yang harus dikembangkan dalam tujuan
pembelajaran yaitu standar kompetensi dasar dengan harapan agar lulusan Sekolah mampu
menjadi lulusan yang memiliki keterampilan dengan menjadikan dia mampu hidup kapan dan
dimanapun berada. Selain itu juga Guru dituntut untuk membuktikan keprofesionalannya dengan
menyusun dan membuat rencana pembelajaran yang berdasarkan kemampuan dasar peserta
didik.
Pada kali ini akan membahas tentang apa itu kompetensi dasar? Dan bagaimana cara menyusun
dan membuat kompetensi dasar? Selebihnya akan dibahas pada makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kawasan Kognitif
Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan
proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yakni
evaluasi. Tujuan kognitif merupakan tujuan agar tercapainya kemampuan intelektual yang terdiri
dari 6 aspek, yaitu pengetahuan (ingatan), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
a. Tingkat pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan ini dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menghafal, mengingat
kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya. Contoh SK: siswa dapat
menyebutkan kembali bangun-bangun geometri yang berdimensi tiga. Contoh KD: siswa mampu
menyebutkan sifat-sifat bangun prisma.
b. Tingkat Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman di sini diartikan kemampuan seseorang dalam menafsirkan, menerjemahkan atau
menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri. Contoh SK: Siswa dapat menjelaskan dengan kata-
katanya sendiri tentang perbedaan bangun geometri yang berdimensi dua dan tiga. Contoh KD:
siswa dapat menjelaskan ciri yang membedakan bangun kubus dengan persegi empat.
c. Tingkat Penerapan (Application)
Penerapan di sini diartikan kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam
memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dengan menerapkan
pemahaman berdasarkan ilmu yang dimiliki. Contoh: siswa dapat menentukan salah satu sudut
dari suatu segitiga jika diketahui sudut-sudut lainnya.
d. Analysis
Maksudnya adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam memecahkan
berbagai masalah dengan sistem analisis. Contoh: siswa dapat menganalisis sejauh mana dalam
dan luasnya pembahasan diskusi yang mereka laksanakan.
e. Synthesis
Sintesis ini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai
elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
Contoh: siswa dapat menyusun rencana belajar masing-masing sesuai dengan kebijakan yang
berlaku di sekolah.
f. Evaluation
Evaluasi di sini diartikan kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang
tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimiliki. Contoh: siswa dapat menilai unsur
kepadatan isi, cakupan materi, kualitas analisis, dan gaya bahasa yang dipakai oleh seorang
penulis makalah tertentu.
Di samping kawasan kognitif di atas, biasanya dalam suatu perencanaan pembelajaran ada mata
pelajaran tertentu yang memiliki tuntutan untuk kerja yang dinilai adalah kawasan afektif dan
psikomotor.
2. Kawasan Afektif.
Kawasan afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi
(penghargaan), dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkat afeksi ini ada lima dari yang paling
sederhana hingga ke yang kompleks antara lain: kemauan menerima, kemauan menanggapi,
berkeyakinan, penerapan karya, ketekunan dan ketelitian. Tujuan pengajaran afektif adalah
pemberian keterampilan suatu proses dan hasil belajar yang menekankan pada bagaimana siswa
bersikap dan bertingkah laku di dalam lingkungan dan masyarakatnya. Dan beberapa ahli
menekankan kematangan moral dan sosial anak didik. Contoh: siswa dapat menampilkan
perilaku sebagai khalifah di bumi seperti terkandung dalam QS. Al Baqarah ayat 30.
3. Kawasan Psikomotorik
Domain psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan (skill) yang bersifat
manual atau motorik. Tujuannya memberikan pengalaman kepada siswa untuk terampil
mengerjakan sesuatu menggunakan motor[6] yang dimilikinya. Sebagaimana kedua domain yang
lain, domain ini juga mempunyai berbagai tingkatan. Urutan tingkatan dari yang paling
sederhana sampai ke yang paling kompleks (tertinggi) antara lain: persepsi, kesiapan melakukan
suatu kegiatan, mekanisme, respons terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan originasi. Menurut
Nana Sudjana, ada 6 aspek ranah psikomotorik yakni gerakan refleks, keterampilan gerak dasar,
kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, serta
gerakan ekspressif dan interpretatif. Contoh: siswa dapat mempraktikkan kegiatan berwudhu
dengan baik dan benar.
Kriteria tujuan pembelajaran yang baik, sebaiknya mencakup tiga elemen utama, yaitu:
a. Menyatakan apa yang seharunya dapat dikerjakan siswa selama belajar dan kemampuan apa
yang sebaiknya dikuasainya pada akhir pelajaran.
b. Perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan perilaku
tersebut.
c. Perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan minimum yang dapat diterima.[7]
D. Manfaat Tujuan Pembelajaran
1. Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat
2. Pokok bahasan dapat dibuat seimbang, sehingga tidak ada materi pelajaran yang dibahas
terlalu mendalam atau terlalu sdikit
3. Guru dapat menetapkan urutan dan rangkaian materi pelajaan secara tepat. Artinya peletakan
masing-masing materi pelajaran akan memudahkan siswa dalam mempelajari isi pelajaran
4. Guru dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang dapat atau sebaiknya disajikan
dalam setiap jam pelajaran
5. Guru dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi belajar mengajar yang
paling cocok dan menarik.
6. Guru dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan peralatan maupun bahan
dalam keperluan belajar
7. Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar
8. Guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik dibandingkan dengan hasil
belajar tanpa tujuan yang jelas.[8]
SEMESTER 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam
merencanakan pembelajaran, sebab segala kegiatan pembelajaran muaranya tercapai pada tujuan
tersebut.
Macam-macam tujuan pembelajaran meliputi:
Standar kompetensi adalah kemampuan minimal yang harus dicapai setelah anak didik
menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu pada setiap jenjang pendidikan yang diikutinya.
Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang harus dicapai peserta didik dalam
penguasaan konsep atau materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan
tertentu. dilihat dari tujuan kurikulum, kompetensi dasar termasuk pada tujuan pembelajaran.
Indikator adalah merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan untuk menilai
ketercapaian hasil pembelajaran dan juga dijadikan tolak ukur sejauh mana penguasaan siswa
terhadap suatu pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu.
Karakteristik dan Kriteria Kompetensi Dasar yang harus dimiliki seorang siswa meliputi:
a. kawasan Kognitif,
b. kawasan Afektif, dan
c. kawasan Psikomotorik.
Kriteria tujuan pembelajaran yang baik, sebaiknya mencakup tiga elemen utama, yaitu:
1) Menyatakan apa yang seharunya dapat dikerjakan siswa.
2) Perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan perilaku
tersebut.
3) Perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan minimum yang dapat diterima.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Hamzah B Uno, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h. 35.
[2] Darwin Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2007), h. 106.
[3] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana, 2007) h. 70-71.
[4] Dewi Nur, “Pengertian Kd Indikator Materi”, [Online] Tersedia:
http://dewinur.blogspot.com/2009/05/pengertian-kd-indikator-materi.html
[5] Harjanto, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rhineka Cipta, 1997), h. 214.
[6] Motor di sini adalah sebuah istilah yang menunjuk pada hal, keadaan, dan kegiatan yang
melibatkan otot dan gerakannya serta kelenjar dan sekresinya. Dengan ati lain, motor disini
jugamerupakan keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi atau rangsangan
terhadap kegiatan organ fisik.