Kamucantik
Kamucantik
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
B. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui pengertian Agama
2. Untuk mengetahui pengertian Manusia
3. Untuk mengetahui kebutuhan Manusia terhadap Agama
4. Untuk mengetahui latar belakang perlunya manusia terhadap agama
5. Untuk mengetahui urgensi agama bagi manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama
Agama dalam bahasa Arab berarti “Addin” yang artinya kepatuhan, kekuasaan, atau
kecenderungan. Agama bias juga berasal dari gabungan “a” yang artinya tidak dan “gama”
artinya kacau, jadi agama artinya tidak kacau. Agama juga merupakam terjemahan dari
bahasa Inggris, “religion” atau religi yang artinya kepercayaan dan penyembahan Tuhan.
Agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari
keberadaanya sendiri dan keberadaan alam semesta.
- Moenawar Chalil, mendefinisikan agama adalah cara atau adat kebiasaan, peraturan,
undang-undang, taat atau patuh, menunggalkan ketuhanan, pembalasan, perhitungan,
hari kiamat, nasihat,
- Prof. Dr. M. Driyarkarsa S.J mendifinisikan agama dengan mengganti istilah agama
dengan religi, religi adalah ikatan atau pengikatan diri.
Selanjutnya, karena banyaknya definisi tentang agama yang dikemukakan oleh para
Ahli, Harun Nasution mengatakan bahwa agama dapat diberi definisi sebagai berikut:
- Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus
dipatuhi.
- Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
- Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu
sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan
manusia.
- Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
- Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada
suatu kekuatan gaib.
- Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rosul.
Jadi, agama adalah suatu kepercayaan, keyakinan kepada yang mutlak, yang dimana
keyakinan tersebut dianggap yang paling benar.
B. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk hidup yang berbadan tegak, yang kulitnya tampak (tidak
tertutup bulu), mempunyai akal, pemikiran, akhlak yang utama emosi yang selalu
berubah-ubah, perasaan yang benar, daya nalar yang sehat, serta perkataan yang fasih dan
jelas, Atau makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain, oleh karena itu
manusia senantiasa membutuhkan interaksi dengan manusia yang lain.
Itulah manusia dalam keyakinan kita. Dan keyakinan kita tentang manusia ini
bersumber dari wahyu langit, yang tidak ada jalan untuk membandingkan, meneliti atau
mencari dalil tentangnya, karena hal seperti itu tidak bisa diketahui tanpa wahyu. Allah
berfirman tentang penciptaan Adam,
Artinya: Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (Al-Hijr:26)
Allah juga berfiman tentang penciptaan manusia,
Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian
Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
yang paling baik”. (Al-Mukmin:12-14)
Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya. Ini
dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana.
Ia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat
membebaskannya dari keadaan itu. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia perlu
beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya.
Dari sini dapat dinyatakan bahwa setiap umat yang ada di atas permukaan bumi, yaitu
sejak manusia itu hidup tidak bisa lepas dari akidah dan agama. Demikianlah
sebagaimana yang dinyatakan Allah dalam firman-Nya.
Yang dimaksud dengan kebenaran di sini ialah agama tauhid dan hukum-hukumnya.,
dan yang dimaksud dengan pemberi peringatan adalah seorang nabi, rasul, atau seorang
yang alim yang mewarisi ilmu-ilmu para nabi. Ia memberi peringatan kepada semua
umat tentang akibat kekufurannya kepada Allah, kepada kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-
Nya, syariat-syariat-Nya, dan mengancam mereka dari bahaya syirik kepada Tuhan,
berbuat maksiat kepada-Nya, kepada rasul-rasul-Nya, dan apa yang menyertainya, yaitu
penyimpangan perilaku berupa kezhaliman, kejahatan dan kerusakan.
D. Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama
Ada beberapa factor yang melatarbelakangi kebutuhan manusia terhdap agamayaitu
faktor fitrahnya manusia membutuhkan agama, factor kelemahan manusia dan factor
tantangan.
1. Faktor fitrah manusia
Setiap manusia manusia memiliki fitrah keagamaan dalam diriya, sehingga
agama merupakan suatu kebutuhan fitrah bagi manusia, kepercayaan adanya
Tuhan telah berkembang sejak adanya manusia pertama di muka bumi ini. Hal
ini lah yang melatarbelakangi manusia membutuhkan agama.
Bukti lain dari manusia secara fitrahnya membutuhkan agama yaitu pada
bukti-bukti historis dan antropologis, bukti ini menunjukkan bahwa manusia
primitive zamah dahulu percaya akan adanya tuhan walaupun hanya terbatas
pada daya khayal, mengenai hal itu Abbas Mahmoud Al-Akad mengatakan
bahwa dongeng atau mitos merupakan asal usul agama bagi orang-orang
primitive.
Hal ini ditunjukkandengan adanya kepercayaan animisme, dinamisme,
kenyataan ini menujunkkan bahwa manusia memiliki potensi untuk bertahan.
Namun, karena potensi itu tidak diarahkan , maka mengambil bentuk
bermacam-macam yang keadaan nya serba relative.
Pada keadaan inilah para nabi diutus untuk menginformasikan kepada
mereka bahwa tuhan yang mereka cari itu adalah Allah SWT, untuk itu, jika
seseorang yang ingin mendapatkan keagamaan yang benar haruslah melalui
bantuan para nabi, kepada mereka itu paranabi menginformasikan bahwa
tuhan yang menciptakan mereka dan yang wajib disembah adalah Allah SWT.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Agama dalam bahasa Arab berarti “Addin” yang artinya kepatuhan,
kekuasaan, atau kecenderungan. Agama bias juga berasal dari gabungan “a”
yang artinya tidak dan “gama” artinya kacau, jadi agama artinya tidak kacau.
Agama juga merupakam terjemahan dari bahasa Inggris, “religion” atau religi
yang artinya kepercayaan dan penyembahan Tuhan. Agama berkaitan dengan
usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaanya
sendiri dan keberadaan alam semesta.
Kebutuhan manusia terhadap agama dapat dilihat melalui hal-hal
berikut :
Fitrah manusia, fitrah tersebut adalah potensi dalam diri manusia untuk
beragama. Potensi beragama ini memerlukan pembinaan, pengarahan,
dan pengembangan, dan seterusnya dengan cara mengenalkan agamake
padanya.
Kelemahan dan kekurangan manusia, adanya kekurangan dan
kelemahan ini membuatmanusia membutuhkan suatu tuntutan yang
benar dan melalui agama itulah tuntutan tersebut datang.
Tantangan manusia , hal ini ditunjukan dalam kehidupannya senantiasa
menghadapi berbagai tantangan, baik yang dating dari dalam (nafsu
dan setan) maupun dari luar dirinya(sesama manusia yang mengajak
untuk berpaling Tuhan.
B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan, untuk itu
kami menyarankan kepada teman-teman yang ingin lebih memhami tentang
kebutuhan manusia terhadap agama untuk mencari referensi tambahan melalui
buku-buku yang sekarang mudah di dapat.
DAFTAR PUSTAKA
AL-Lari, Sayyid Mujtaba Musawi. 2005. Teologi Islam Syiah. Jakarta: Al- Huda
Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar. 2012. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.
Abuddin Nata. 2004. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 1.
Lubis, Ridwan. 2017. Agama dan Perdamaian. Jakarta: PT Gramedia pustaka utama
http://www.academia.edu/18735250/urgensi_agama_pada_manusia7