Anda di halaman 1dari 13

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PEMBELAJARAN

(NEEDS ASSESSMENT)

Oleh:
Ari Prasetio S861708003
Desi Fitri Ayu Lestari S861708005
Rifai S861708017
Galih Pranata S861708007

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran merupakan proses yang telah diatur dengan


langkah-langkah tertentu untuk mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan. Dalam pembelajaran di dalamnya terdapat pendidik, metode,
strategi, peserta didik, dan masih banyak yang lainnya. Proses pembelajaran
sendiri memiliki tujuan supaya terjadi perubahan perilaku pada peserta didik.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya sinergisitas antara
pendidik, metode, strategi, dan peserta didik serta komponen yang lainnya.
Peningkatan SDM dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas tenaga
pendidik dan kependidikan (Mukhid, 2007).
Akan tetapi pada kenyataannya dalam proses pembelajaran
sinergisitas tersebut tidak terjadi, sehingga terjadi kesenjangan antara kondisi
yang terjadi dengan kondisi yang diharapkan. Kesenjangan yang terjadi dapat
diidentifikasikan menjadi dua kategori, yaitu faktor penyebab kurangnya
tenaga pendidik dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku.
Faktor kedua, penyebab sarana dan prasarana, keuangan, sistem, dan
prosedur kerja dalam menejemen dan lain- lain. Kesenjangan di atas terjadi
karena tidak adanya kesesuaian keaadaan yang terjadi dengan keadaan yang
diharapkan. Misalnya dalam dunia pendidikan kejuruan. Salah satu tujuan
pendidikan sekolah menengah kejuruan adalah menyiapkan peserta didik agar
menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan
pekerjaan di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat
menengah sesuai dengan kompetensi dan program keahlian yang
dipilihnya. Akan tetapi, pada realitasnya tidak semua output terserap
dalam dunia usaha atau industri. Berdasarkan masalah di atas maka
diperlukan adanya pemecahan masalah dengan mengidentifikasi kebutuhan
pembelajaran. Oleh karena itu, di dalam artikel singkat ini akan dibahas
tentang identifikasi kebutuhan pembelajaran, langkah-langkah analisis
kebutuhan pembelajaran, dan tujuan umum dari analisis kebutuhan
pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari kebutuhan instruksional?
2. Bagaimana Mengidentifikasi Kebutuhan Instruksional?
3. Bagaimana Menulis Tujuan Instruksional?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari kebutuhan instruksional
2. Untuk mengidentifikasi langkah - langkah Kebutuhan Instruksional
3. Untuk mengetahui Tujuan Instruksional
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kebutuhan Instruksional


Kebutuhan dapat diartikan sebagai kesenjangan dalam suatu keadaan
yang masih memiliki kekurangan dari yang seharusnya atau yang diharapkan,
sehingga keadaan tersebut dapat dikatakan kebutuhan. Kebutuhan dalam
konteks ini dapat menjadi kekhawatiran apabila dibiarkan dan menjadi
kebutuhan yang besar, maka perlunya solusi untuk mengatasi atau memenuhi
kebutuhan tersebut. Kebutuhan yang menjadi prioritas untuk dipecahkan lebih
cenderung kepada pemasalahan. Bagi seorang pendesain instruksional,
informasi yang bermanfaat adalah informasi tentang kurangnya prestasi
peserta didik yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, keterampilan,
sikap, atau kompetensi peserta didik, bukan yang disebabkan oleh kekurangan
peralatan kerja, sikap atasan, atau lingkungan kerja lainnya. (Suparman, 2012:
122)

B. Target Kebutuhan Instruksional


Unsur yang menentukan kebutuhan instruksional menurut Kaufman
dalam Suparman (2012) dapat terdiri dari pendidik, orang tua atau keluarga,
serta masyarakat yang turut andil dalam menentukan kebutuhan instruksional.
Kebutuhan instruksional dapat dikaitkan dengan bagaimana belajar peserta
didik? Apakah kebutuhan yang menjadikan peserta didik kesulitan dalam
belajarnya? Hal ini perlu di kaji agar pelajaran dapat diterima oleh peserta
dengan baik sesuai kebutuhannya.
Jadi ada tiga kelompok yang dapat dijadikan sumber informasi
dalam mengidentifikasi kebutuhan instruksional, yaitu :
1) Peserta Didik
2) Masyarakat, termasuk orang tua di dalamnya yang terlibat
dalam pengelolaan pendidikan
3) Pendidik, diantaranya termasuk pengajar dan pengelola
program pendidikan yang tentu memiliki pengalaman dan
referensi yang cukup tentang pengelolaan pendidikan dan
berkaitan dengan pembelajaran peserta didik.

C. Langkah – Langkah Mengidentifikasi Kebutuhan Instruksional


Mengidentifikasi kebutuhan instruksional bertujuan untuk
menentukan kesenjangan keadaan peserta didik yang disebabkan karena
kekurangan dalam pendidikan dan pelatihan. Selain itu, bertujuan untuk
mengidentifikasi bentuk instruksional yang paling efektif, serta bertujuan
untuk menentukan populasi sasaran yang dapat mengikuti kegiatan
instruksional tersebut untuk mengetahui jumlah peserta didik yang potensial
karena menghadapi masalah pembelajaran.
a. Langkah Pertama
Pada langkah pertama, dalam hal menemukan atau mengidentfikasi
kesenjangan hasil belajar siswa dapat dilakukan melalui observasi,
interview, dan kuesioner atau sumber data lain yang terdapat di
sekolah yang berkaitan mengenai hasil kerja siswa. Untuk
membuktikan terjadinya kesenjangan, pendesain instruksional
memerlukan studi komparatif terhadap sumber data yang didapat,
seperti halnya membandingkan nilai dari hasil belajar siswa dengan
nilai ideal, nilai rata – rata kelas siswa dibandingkan dengan nilai
ideal rata – rata kelas. Hal ini membantu pendesain instruksional
dalam menemukan kesenjangan atau kebutuhan instruksional.
b. Langkah Kedua
Mengidentifikasi kebutuhan instruksional tidak hanya berkaitan
dengan hasil belajar siswa, akan tetapi dapat ditinjau dari segi yang
lebih luas lagi, seperti mengidentifikasi signifikasi pengaruh
kesenjangan yang berdampak pada rendahnya efektivitas sistem
yang bersangkutan, luas ruang lingkupnya untuk menentukan tingkat
kompleksitas sistem yang bersangkutan, pentingnya mengatasi
kesenjangan tersebut terhadap masa depan lembaga pendidikan.
Seorang pendesain instruksional harus mampu menilai signifikasi
pengaruh kesenjangan dalam pembelajaran seperti halnya menilai
seberapa besar pengaruhnya terhadap motivasi siswa, penurunan
kualitas pembelajaran, serta kerugian yang ditimbulkan akibat
kesenjangan tersebut. Hal tersebut dapat dilihat melalui data hasil
belajar siswa maupun kuesioner.
c. Langkah Ketiga
Pada langkah ketiga, perlunya menganalisis kemungkinan penyebab
terjadinya kesenjangan melalui pelaksanaan observasi, interview,
dan analisis logis. Hasil interview dan observasi diharapkan dapat
menggambarkan kemungkinan penyebab kesenjangan yang mungkin
disebabkan karena rendahnya mutu pengajar (guru), mutu siswa,
atau karena rendahnya mutu pendidikan di lingkungan belajar siswa.
d. Langkah Keempat
Langkah keempat dapat dilakukan wawancara peserta didik yang
bersangkutan untuk memisahkan antara peserta didik yang pernah
mendapatkan pendidikan dan latihan yang kemudian akan ditindak
lanjuti pada langkah selanjutnya.
e. Langkah Kelima
Setelah dipisahkan bagi peserta didik yang sudah menerima
pendidikan maka dibagi ke dalam kedua kelompok, yakni yang
sering mendapatkan pendidikan dan pelatihan.
f. Langkah Keenam
Kelompok yang sudah sering mendapatkan pendidikan dan pelatihan
maka perlu diberikan umpan balik dan evaluasi untuk mengukur
kemampuan dan kualitasnya dalam pendidikan.
g. Langkah Ketujuh
Sedangkan kelompok lain yang jarang mendapatkan pendidikan dan
pelatihan mendapatkan kesempatan untuk mempraktikan lebih
banyak yang diperolehnya dari pendidikan sebelumnya. Supervisi
memegang peranan penting untuk mendorong pencapaian hasil
belajar yang diharapkan.
h. Langkah Kedelapan
Bagi kelompok yang belum pernah mendapatkan pendidikan dan
pelatihan sebelumnya, memperoleh keterampilan sikap dan
pengetahuan, maka perlu dibuatkan program instruksional.
Mengidentifikasi kebutuhan instruksional merupakan langkah
awal dalam menentukan tujuan instruksional. Kegiatan mengidentifikasi
kebutuhan tersebut tidak akan berarti apabila tidak dikaitkan dengan
penulisan tujuan instruksional. Morrison, Ross, dan Kemp (2007: 32)
mengatakan bahwa terdapat empat fungsi di dalam identifikasi
kebutuhan, yaitu sebagai berikut:
a) Identifikasi kebutuhan yang relevan dengan pekerjaan, yaitu
masalah apa yang mempengaruhi hasil pembelajaran.
b) Mengidentifikasi kebutuhan yang mendesak terkait dengan masalah
finansial, keamanan atau masalah lain yang mengganggu
lingkungan pendidikan.
c) Menyajikan prioritas-prioritas untuk memilih tindakan.
d) Memberikan data basis untuk menganalisa efektifitas pembelajaran.

Lebih lanjut Morrison, Ross, dan Kemp (2007: 33)


menambahkan bahwa terdapat enam tipe/ cara yang digunakan untuk
merencanakan dan menganalisis kebutuhan, enam cara tersebut yakni
sebagai berikut.

1) Kebutuhan normatif : Membandingkan peserta didik dengan standar


nasional, seperti, UN, SBMPTN, dan sebagainya.
2) Kebutuhan komparatif : Membandingkan peserta didik pada satu
kelompok dengan kelompok lain yang selevel. Misal, hasil UN
SMP A dengan SMP B.
3) Kebutuhan yang dirasakan : Hasrat atau keinginan yang
dimiliki masing-masing peserta didik yang perlu ditingkatkan.
Cara terbaik untuk menidentifikasi hasil tugas.
4) Kebutuhan yang diekspresikan : Kebutuhan yang mampu
diekspresikan seseorang dengan tindakan, misal siswa ingin
lebih pandai dalam bahasa Inggris maka ia mengikuti kursus bahasa
Inggris.
5) Kebutuhan masa depan : Mengidentifikasikan perubahan yang akan
terjadi di masa yang akan datang, misal penerapan strategi baru
dalam pembelajaran.
6) Kebutuhan Insedentil yang mendesak : Adanya masalah yang yang
terjadi di luar dugaan, misal banjir, gempa bumi, dll.
Ada empat tahap dalam melakukan analisa kebutuhan, yakni
perencanaan (Planning), pengumpulan data (Collecting data), analisis
data (Analyzing data), dan menyiapkan laporan akhir (Preparing the final
report) (Morrison, Ross, dan Kemp, 2007: 36).
Perencanaan, kegiatan pembelajaran yang baik selalu berawal
dari perencanaan yang matang. Perencaan yang matang akan memberikan
hasil yang optimal dalam pembelajaran.
Pengumpulan data, hal yang perlu diperhatikan dalam
pengumpulan data yakni besar kecilnya sampel dalam penyebarannya.
Analisa data, setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis
data dengan pertimbangan ekonomi, rangking, dan kebutuhan.
Membuat laporan akhir, dalam sebuah laporan kebutuhan
pembelajaran mencakup empat bagian, yakni analisa tujuan, analisa
proses, analisa hasil dengan tabel dan penjelasan singkat, serta
rekomendasi yang terkait dengan data.

D. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Umum


Menurut Bloom (1956) tujuan pendidikan terbagi menjadi tiga ranah
yang didasarkan pada jenis kemampuan seseorang. Tujuan pendidikan yang
dimaksud mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

1. Tujuan kognitif adalah tujuan yang akan dicapai pada kemapuan


berfikir. Misalnya: mengingat memahami menerpakan , menganalisis,
dan mensintesis sesuatu.
2. Tujuan afektif adalah kemampuan bersikap. Misalnya: menerima tata
nilai, merespon tata nilai, menilai dsb.
3. Tujuan psikomotor adalah kemampuan yang ditunjukkan dalam
bentuk keterampilan. Seperti: melakukan gerak, memanipulasi gerak,
dsb.

Sementara itu, tujuan pembelajaran dapat dibagi menjadi dua yaitu:


Tujuan instruksional umum (TIU) dan Tujuan instruksional khusus (TIK).
Tujuan umum adalah kompetensi umum atau kompetensi akhir yang
diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan proses
pembelajaran. Sedangkan Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah
kompetensi khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik setelah
menyelesaikan proses pembelajaran.

Pada bagian ini akan dibahas mengenai tujuan instruksional umum


(TIU). Tujuan instruksional umum terbagi menjadi tiga klasifikasi yaitu
tujuan instruksional kognitif, afektif, dan psikomotor (sesuai dengan
taksonomi bloom). Dalam proses pencapaian tujuan instruksional umum
tersebut, ketiga taksonomi itu tidak berdiri sendiri melainkan saling
berinteraksi dan terlibat secara bersama. Taksonomi tersebut menjadi dasar
saat penyusunan tujuan isntruksional.

Dalam menyusun tujuan instruksional umum perlu memperhatikan


unsur-unsur berikut ini:

1. Orang yang akan belajar (audience)


2. Penggunaan istilah “akan dapat”
3. Kata Kerja Operasional
4. Objek yang akan dipelajari

Berdasarkan analisis kebutuhan pembelajaran yang telah dilakukan


maka kita dapat merumuskan Tujuan Instruksional Umum dengan
menggunakan langkah-langkah berikut:
1. Menetukan audience (orang yang akan belajar). Dalam konteks ini
orang yang belajar adalah peserta didik, bukan pengajar atau bukan
orang lain. Tujuan memang harus berorientasi pada peserta didik.
Seringkali pengajar atau pengelola pendidikan yang berorientasi
kepada mereka sedniri, sehingga menhasilkan tujuan pembelajaran
yang keliru.
2. Menggunakan istilah “akan dapat” sebelum kata operasional. Istilah
“akan dapat” dihubungkan dengan kata kerja yang menunjukkan
hasil belajar bukan kata kerja yang berorientasi pada proses belajar.
Penggunaan istilah “dapat” sebelum kata operasional dianggap
kurang tepat karena tujuan dibuat sebelum pembelajaran.
3. Menganalisis apa yang akan dicapai (dapat berupa tingkah laku).
Tingah laku yang akan dicapai peserta didik diuraikan dengan
menggunakan kata kerja. Kata kerja dalam tujuan instruksional
haruslah berbentuk kata kerja aktif dan dapat diamati seperti
menyusun, menggunakan , atau mendemonstrasikan.
Dick and Carey mengemukakan contoh perumusan tujuan yang
keliru dalam menggunakan kata kerja, yaitu karyawan akan
mengetahui atau memahami nilai pelayanan yang hormat dan ramah.
Kata mengetahui atau memahami dapat berarti menjelaskan atau
dapat pula berarti melakukan. Kemampuan menjelaskan dan
melakukan sangat berbeda. Oleh karena itu istilah tersebut sebaiknya
dihindari.
4. Menuliskan objek pembelajaran
Tujuan instruksional harus mengandung objek seperti Relief Candi
Borobudur, Peninggalan Kebudayaan Islam, rencana kegiatan
penelitian sejarah, dsb. Bagian ketiga dan keempat dari langkah-
langkah merumuskan tujuan instruksional yang berupa kata kerja
dan obyek adalah perilaku (behaviour) yang diharapkan dikuasai
peserta didik pada akhir proses belajarnya.
5. Tahap terakhir yaitu merumuskan konsep yang telah dibuat dari
langkah pertama hingga keempat dalam bentuk kalimat.
Demikian tahap perumusan tujuan instruksional umum dan sebagai
kesimpulan bahwa perumusan tujuan instruksional ini sangat penting karena
akan mempengaruhi komponen instruksional lainnya. Ketidakjelasan
penyusunan instruksional akan mengakibatkan ketidakjelasan system
instruksional yang lain. Di samping itu kegiatan merumuskan tujuan
instruksional merupakan salah satu wujud tanggung jawab seorang pengajar
untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Mengidentifikasi kebutuhan istruksional bertujuan untuk menentukan


kesenjangan keadaan peserta didik yang disebabkan karena kekurangan dalam
pendidikan dan pelatihan. Selain itu, bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk
instruksional yang paling efektif, serta bertujuan untuk menentukan populasi
sasaran yang dapat mengikuti kegiatan instruksional tersebut untuk mengetahui
jumlah peserta didik yang potensial karena menghadapi masalah pembelajaran.

Perumusan tujuan instruksional ini sangat penting karena akan


mempengaruhi komponen instruksional lainnya. Ketidakjelasan penyusunan
instruksional akan mengakibatkan ketidakjelasan system instruksional yang lain.
Di samping itu kegiatan merumuskan tujuan instruksional merupakan salah satu
wujud tanggung jawab seorang pengajar untuk mengukur keberhasilan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Morrison, Ross, & Kemp. 2007. Designing Effective Instruction Fifth Edition.
USA: John Wiley and Sons, inc.
Mukhid, Abd., 2007, Meningkatkan Kualitas Pendidikan Melalui Sistem
Pembelajaran Yang Tepat, Tadrîs, Volume 2. Nomor 1, pp. 120-133
Sanjaya, Wina, 2016, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta : Prenadamedia Group
Suparman, Atwi. 1991. Desain Instruksional: Mengidentifikasi Kebutuhan
Instruksional dan Menulis Tujuan Instruksional Umum. Jakarta: Bank
Dunia XVII

Anda mungkin juga menyukai