Anda di halaman 1dari 10

Naskah Peran VCT dalam pencegahan dan perawatan Odha modul 1 sub modul 3

PERAN VCT DALAM PENCEGAHAN DAN PERAWATAN ODHA

TUJUAN

Peserta mampu :

 Menentukan tujuan dan sasaran VCT


 Mendiskusikan peningkatan efektivitas VCT dan tes wajib
 Mendiskusikan fakta-fakta yang meningkatkan keberhasilan VCT, tes anonimus
bedanya dengan tes berbasis nama
 Mendiskusikan fakta-fakta yang menunjukkan bahwa VCT dapat mengurangi
transmisi HIV
 Mendiskusikan fakta-fakta yang dapat menjembatani VCT dengan perubahan
perilaku klien
 Memahami aturan VCT dalam pengungkapan status kepada pasangan

TES HIV – TES HIV DILAKUKAN ATAS ALASAN DIBAWAH INI

Surveilans – Tes ini tidak bernama dan unlinked serological testing digunakan untuk
mencari dan mengembangkan data epidemiologik guna penyusunan rencana membantu
pencegahan penularan HIV.

Tes darah – Darah donor diuji saring untuk memastikan pemberian darah dan produknya
yang aman.

Tes individual sukarela – Individu secara sukarela memilih dites agar mengetahui status
HIV dirinya.

Tes untuk diagnosis – Adalah tes yang digunakan untuk memastikan diagnosis ketika
klien sakit. Bentuk diagnosis seperti ini adalah bagian dari manajemen klinik. Bila
demikian halnya harus sepengetahuan dan persetujuan klien. Konseling harus dilakukan
sebelum tes dilaksanakan dan saat menunggu hasil tes .

Kebijakan United Nations tentang VCT

VCT berbasis pada kebutuhan dan memerlukan informed consent dari orang yang yang
akan dites. Tes HIV harus selalu atas keputusan klien. UN tidak pernah mendukung tes
wajib.Telah dibuktikan bahwa tes wajib tidak efektif.

PENTINGNYA PRA KONDISI UNTUK PELAYANAN VCT YANG EFEKTIF

Pendekatan pelayanan VCT bermacam-macam di berbagai tempat, namun syarat


minimal haruslah dipenuhi agar etik dipenuhi dan tidak merugikan. 1,2,3,4 Prinsip
persyaratan itu adalah:
Naskah Peran VCT dalam pencegahan dan perawatan Odha modul 1 sub modul 3

INFORMED CONSENT

Konseling dan tes harus betul-betul sukarela dan pribadi, ketika mereka tidak mau
maka tes tidak dapat dipaksakan.

Direkomendasikan bahwa tes selalu didahului dengan konseling. Ketika klien tak mau
konseling, cobalah menariknya dengan membicarakan masalah penting yang
disampaikan dalam konseling pra-tes. Harus ditekankan bahwa pemberian informasi
tidak dapat menggantikan fungsi konseling.

Penting bagi petugas kesehatan untuk memberikan informasi dalam pra-test. Informasi
harus disampaikan secara jelas, dimengerti dan klien merasa mendapat keuntungan
dari konseling. Idealnya, persetujuan tertulis harus dilakukan sebelum tes dilakukan.
Ketika tes dilakukan dalam klinik anonimus tanda tangan persetujuan dilakukan di
tempat terpisah.

KERAHASIAAN

Pemerintah perlu membangun perangkat hukum dan kebijakan infrastruktur untuk


mendukung kerahasiaan konseling dan tes HIV, dan beberapa sanksi atas dilanggarnya
peraturan tersebut.

Setiap pusat pelayanan VCT perlu mengembangkan kebijakan yang melindungi


kerahasiaan klien. Setiap staf pada setiap lini perlu mengetahui kebijakan dan alasan
adanya kebijakan ini. Ketika informasi perlu dibuka untuk kepentingan rujukan haruslah
dimintakan persetujuan tertulis dari klien. Persetujuan ini berisi informasi spesifik,
seperti bagian mana dari informasi yang tak boleh diberikan kepada siapa, dan bagian
mana yang boleh serta kepada siapa. Meskipun ada keuntungan untuk memberikan
status HIV, mereka yang akan dites harus diyakinkan bahwa hasil tes bersifat rahasia.
Risiko dan keuntungan perlu didiskusikan dan dipertimbangkan.

Keputusan untuk boleh menyampaikan atau menyertakan orang lain dalam proses VCT
ada di tangan klien. Tes anonimus melindungi klien dari pengenalan identitas. Tes
anonimus menggunakan kode, tidak menggunakan nama klien, kode ini direkatkan pada
catatan medik dan sampel darah. Pelaporan hasil tes HIV ke pusat pencatat data
hendaklah dilakukan dengan sistem kode. Banyak negara yang melakukan hal seperti
ini.

PENDIDIKAN HUKUM DAN PUBLIK UNTUK MENCEGAH DISKRIMINASI

Program pendidikan masyarakat, legislasi, dan kebijakan kesehatan masyarakat yang


berpihak pada hak asasi manusia akan mampu menurunkan diskriminasi ODHA.
Petugas kesehatan juga membutuhkan pendidikan agar tidak melakukan diskriminasi,
dan semua pelayanan kesehatan harus mempunyai kebijakan yang melindungi pasien
dari diskriminasi oleh petugas kesehatan. Terbatasnya orang yang dilayani VCT
mungkin disebabkan oleh ketakutan diskriminasi. Ketakutan diskriminasi juga
menurunkan minat klien untuk datang kembali mengambil hasil tes.
Naskah Peran VCT dalam pencegahan dan perawatan Odha modul 1 sub modul 3

KENDALI KUALITAS (QUALITY CONTROL)

Kualitas tes dan konseling harus dipastikan baik dengan cara dipantau dan dievaluasi
menggunakan alat yang tepat dan merupakan komponen perencanaan dari intervensi.
Konselor dan petugas kesehatan yang melayani VCT harus mengikuti pelatihan dan
supervisi klinik yang cukup agar kualitas pelayanan dipastikan terjaga .

KOMPONEN KONSELING VCT

Konseling merupakan dialog rahasia antara seseorang dan pemberi pelayanan yang
bertujuan membuat orang tersebut mampu menyesuaikan diri dengan stres dan
membuat keputusan yang sesuai berkaitan dengan HIV dan AIDS. Proses konseling
termasuk evaluasi risiko individu penularan HIV dan memfasilitasi pencegahan perilaku
berisiko.5

VCT digunakan untuk melakukan setiap intervensi, minimum terdiri atas konseling pra
dan pasca tes HIV dan banyak pelayanan VCT juga menyediakan konseling
berkelanjutan jangka panjang dan konseling dukungan.

ALASAN VCT

1. Pencegahan HIV

Konseling dan tes sukarela HIV berkualitas tinggi merupakan komponen efektif (juga
efektif dari sudut biaya) pendekatan prevensi, yang mempromosikan perubahan perilaku
seksual dalam menurunkan penularan HIV. 6 Mereka yang menggunakan jasa
pelayanan VCT di dalam dirinya ada perasaan yang kuat tentang tata nilai, aktivitas
seksual, dan diagnosis (apakah positif atau negatif) dan seringkali mereka betul-betul
menurunkan perilaku berisikonya.7 VCT menawarkan kepada para pasangan untuk
mencari tahu status HIV dan perencanaan hidup mereka yang berkaitan dengan hal
tersebut. UN juga menyediakan model untuk membantu konselor mengatasi situasi
dimana pasangan menolak pengungkapan statusnya. Konseling dapat membantu
menurunkan penularan HIV diantara pasangan serodiscordant .8 9 Meskipun banyak
contoh pelayanan VCT berkualitas tinggi di negara berkembang, namun jumlahnya
masih dalam skala kecil, sehingga tidak dapat melayani banyak orang, terutama
dinegara yang prevalensinya tinggi di negara berkembang.

2. Pintu masuk menuju terapi dan perawatan

VCT telah terbukti sangatlah bernilai tinggi dalam hal merupakan pintu gerbang menuju
pelayanan medik dan dukungan sesuai yang dibutuhkan.10,11 Dengan perkembangan
intervensi yang aman dan efektif untuk prevensi penularan HIV ibu ke anak, penerapan
pelayanan nasional VCT menjadi lebih utama di banyak negara . Diharapkan tersedia
pelayanan terapi yang luas, layak, terjangkau, efektif (termasuk ARV kombinasi) juga
harus disiapkan lebih matang di masa datang. Akses VCT penting untuk memastikan
keamanan dan efektivitas dari semua intervensi.

VCT sudah mendesak untuk dipandang sebagai penghormatan atas hak asasi manusia
dari sisi kesehatan masyarakat, karena infeksi HIV merupakan hal serius yang
mempunyai dampak kesehatan dan kesejahteraan masyarakat demikian luasnya,
Naskah Peran VCT dalam pencegahan dan perawatan Odha modul 1 sub modul 3

termasuk kesehatan reproduktif, kehidupan seksual dan keluarga, kehidupan sosial dan
produktivitas di masyarakat dalam jangka panjang.

VCT merupakan komponen kunci dalam program HIV di negara maju, tetapi sampai kini
belum merupakan strategi besar di negara berkembang.12 Prevensi HIV dan perbaikan
akses kepada pelayanan VCT telah mulai dikembangkan dan ditingkatkan, terutama di
daerah Sub Sahara Afrika. Banyak negara secara bertahap membangun pelayanan VCT
sebagai bagian dari pelayanan kesehatan dasar.13 Misalnya, di daerah Sub Sahara-
Afrika, akses ke pelayanan, konseling dan dukungan HIV, IMS, merupakan satu dari 10
prioritas kesehatan nasional.

KEBUTUHAN UNTUK MENINGKATKAN VCT

Berbagai alasan seperti keadaan di atas dan baru dikembangkannya pelayanan,


membuat sedikit orang yang tahu status HIV nya (mendekati 5% dari populasi dunia).
Kebutuhan ini meningkat terus, perhatian kepada prevensipun harus ditingkatkan dan
memasukkan pelayanan ini dalam sistem pelayanan kesehatan. Penjangkauan yang
rendah merupakan karakteristik daerah sub-Saharan Africai, dan perluasan pelayanan
VCT mengikuti pola yang sama seperti program prevensi dan perawatan HIV lainnya –
bertahap, selapis demi selapis, dan seringkali mengatur kembali pelayanan yang tak
terencana. Jika pendekatan ini berlanjut, akses VCT berkualitas akan tetap terbatas.

Kini United Nations Declaration of Commitment on HIV DAN AIDS berisi komitmen untuk
cepat meningkatkan pelayanan VCT secara umumii, dengan penekanan khusus pada
percepatan akses ke intervensi PMTCTiii dan terapi ARV, terdesak oleh pengembangan
yang cepat VCT untuk memberi pelayanan sebagai pintu masuk intervensi ini. iv
Konsultasi Internasional Teknis pertama Voluntary Counselling and Testing (VCT)
diorganisasi oleh WHO dan UNAIDS di Harare, Zimbabwe bulan Juli 2001. Tujuan
primer adalah untuk berbagi pengalaman dalam memberikan pelayanan VCT di semua

i
Contoh Lesotho (dengan angka antenatal seroprevalence rate 25–35%) tidak punya pelayanan
VCT sama sekali. Kantor WHO Lesotho. Personal communication. 2001.
ii
United Nations General Assembly Special Session. Declaration of Commitment on HIV/AIDS.
June 2001, page 19:”…recognizing that care, support and treatment can contribute to effective
prevention through an increased acceptance of voluntary and confidential counselling and
testing, and by keeping people living with HIV/AIDS and vulnerable groups in close contact with
health-care systems and facilitating their access to information, counselling and preventive
supplies.”
iii
Ibid page 54: “by 2005, reduce the proportion of infants infected with HIV by 20 percent, and by
50 percent by 2010, by ensuring that 80 percent of pregnant women accessing antenatal care
have information, counselling and other HIV-prevention services available to them, increasing the
availability of and providing access for HIV-infected women, including voluntary counselling
and testing, access to treatment, especially anti-retroviral therapy and, where appropriate,
breast-milk substitutes and the provision of a continuum of care.”
iv
Ibid page 52:”by 2005, ensure: that a wide range of prevention programmes which take account
of local circumstances, ethics and cultural values, is available in all countries, particularly the
most affected countries, including information, education and communication, in languages most
understood by communities and respectful of cultures, aimed at reducing risk-taking behaviour
and encouraging responsible sexual behaviour, including abstinence and fidelity; expanded
access to essential commodities, including male and female condoms and sterile injecting
equipment; harm-reduction efforts related to drug use; expanded access to voluntary and
confidential counselling and testing; safe blood supplies; and early and effective treatment of
sexually transmittable infections.”
Naskah Peran VCT dalam pencegahan dan perawatan Odha modul 1 sub modul 3

wilayah. Tantangan dan keuntungan melakukan berbagai pendekatan pelayanan VCT


untuk populasi yang berbeda juga digali, termasuk keuntungan dan masalah
mengintegrasi pelayanan VCT pada intervensi medik lainnya. Pengaruh politik dan
dunia internasional sangat besar dalam mengembangkan dan meluaskan pelayanan
VCT terutama di negara berkembang dengan prevalensi tinggi.
Naskah Peran VCT dalam pencegahan dan perawatan Odha modul 1 sub modul 3

BUKTI BAHWA VCT MERUPAKAN STRATEGI EFEKTIF PENCEGAHAN DAN


PERAWATAN HIV

Bukti bahwa mempromosikan pelayanan VCT amatlah penting terlihat di banyak negara
di dunia dengan berbagai aktivitasnya. Contoh dibawah ini:

 Studi-studi menunujukkan bahwa VCT dapat membantu orang mengubah


perilaku seksual untuk pencegahan penularan HIV14. Lebih lanjut, sebuah studi
multi center di Africa menunjukkan VCT dapat merupakan intervensi cost-effective
untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seks15.

 Murah dan intervensi efektif telah tersedia untuk pencegahan penularan HIV ibu
ke anak (PMTCT) 16,17,18,19,20,21. Program ini sangat bergantung pada penjaringan
perempuan hamil dengan HIV, sehingga ibu dan anak dapat meraih keuntungan dari
intervensi ini. Kini banyak dikembangkan proyek-proyek percontohan dan program
PMTCT nasional untuk perempuan hamil.

 Peningkatan akses terapi dan perawatan untuk orang dengan HIV dan AIDS
(ODHA) = people living with HIV and AIDS (PLHA) – profilaksis cotrimoxazole22,23
dan terapi prevensi tuberkulosis24,25 relatif murah dan mudah. Dengan memberikan
pelayanan VCT terdapat penurunan morbiditas ODHA pada proyek tersebut diatas.
Ketika ARV cukup terjangkau harganya, maka obat lebih efektif dan tersedia, dan
status HIV perlu dipastikan sehingga akses terhadap VCT makin lebih penting.
Beberapa negara telah menginisiasi pengadaan ARV bagi negaranya, dukungan
politik ini akan membantu ODHA memperoleh akses obat lebih baik di negara
berkembang.26 Ketika ARV lebih mudah dijangkau maka di tempat dimana pelayanan
VCT belum ada, segera mengembangkan pelayanan VCT dan kebutuhan terhadap
pelayanannya meningkat.

 Mengurangi stigma dan penyangkalan serta mempromosikan normalisasi


merupakan faktor besar dalam upaya prevensi HIV, dan makin luas ketersediaan
pelayanan VCT (meningkatnya orang yang sadar akan status HIV) makin besar
kekuatan menuju tujuan.27,28 AIDS Information Centres di Kampala-Uganda telah
melakukan konseling dan tes sebanyak hampir setengah juta orang dan memberikan
kontribusi besar dalam menurunkan infeksi HIV yang sekarang kita amati. 29 Di
Thailand terbukti bahwa adanya pelayanan VCT merupakan komponen penting dalam
menantang stigma dan pencegahan infeksi HIV.30

 Konseling dan tes sukarela HIV merupakan hak asasi – dalam hal sulitnya
seseorang memutuskan untuk berperilaku seksual sesuai dan anak untuk mengetahui
status HIV nya, maka VCT merupakan hak dasar ke pelayanan kesehatan .

 Pencegahan HIV bagi IDU (injecting drug users) – di banyak negara pengguna
NAPZA suntik merupakan kontributor besar di balik epidemi HIV. Jika tidak dilakukan
program besar penanggulangan komprehensif NAPZA yang terimplementasikan
bersama VCT, maka dapat dibayangkan akan meningkatnya populasi yang terimbas
HIV.

 Teknologi tes HIV – pemeriksaan HIV dengan cara cepat dan lebih murah telah
tersedia. Ini mendorong pelayanan VCT lebih praktis dan ekonomis, dan orang
Naskah Peran VCT dalam pencegahan dan perawatan Odha modul 1 sub modul 3

banyak yang ingin tahu status HIV nya. Meski demikian, pada setiap tempat
pelayanan VCT, sistem perencanaan dan penganggaran memerlukan perhitungan
ongkos pegawai, konseling dan pemeriksaan diagnostik.

VCT DAN ETIK PEMBERITAHUAN KEPADA PASANGAN

Dalam konteks HIV dan AIDS, UNAIDS dan WHO mendorong pengungkapan status
HIV dan AIDS.31 Pengungkapan bersifat sukarela, menghargai otonomi dan martabat
individu yang terinfeksi; pertahankan kerahasiaan sejauh mungkin; menuju kepada hasil
yang lebih menguntungkan individu, pasangan seksual, dan keluarga; membawa
keterbukaan lebih besar kepada masyarakat tentang HIV dan AIDS; dan memenuhi etik
sehingga memaksimalkan hubungan baik antara mereka yang terinfeksi dan tidak.

Dalam rangka mendorong pengungkapan yang menguntungkan, bentuk lingkungan


yang membuat orang tertarik memeriksakan diri, dan menguatkan mereka untuk
mengubah perilaku. Ini dapat dilakukan melalui :
(1) lebih memapankan pelayanan VCT;
(2) menyediakan insentif agar pelayanan tes mempunyai akses lebih mudah ke
pelayanan dukungan dan perawatan masyarakat, dan contoh hidup positif;
(3) membuang disinsentif untuk tes dan pengungkapan melalui pencegahan orang
dari stigma dan diskriminasi.

Meski epidemi telah berjalan lebih lima belas tahun dan prevalensi HIV sangat tinggi di
masyarakat, HIV dan AIDS terus menerus disangkal pada tingkat nasional, sosial dan
individual; sangat di stigmatisasi; dan menyebabkan diskriminasi serius. Banyak
alasan mengapa stigma, penyangkalan, diskriminasi dan rahasia berada disekitar HIV
dan AIDS, dan akan berbeda dari budaya ke budaya. Pengungkapan kepada pasangan
memerlukan strategi dengan mengintegrasikan komponen dalam program VCT dan
merancangnya untuk membantu mengurangi penyangkalan, stigma, dan diskriminasi
berkaitan dengan penyakit.

SYARAT KEBERHASILAN UNTUK SEBUAH PELAYANAN VCT

 Pelatihan realistik dan dukungan konselor


 Pemasaran kepada dan mobilisasi masyarakat
 Jejaring rujukan dan dukungan pelayanan
 Fasilitas memadai – penatalaksanaan informasi tentang waktu, pribadi,
kerahasiaan, dan mudah dijangkau.
 Monitoring dan evaluasi efektif dan responsif

TANTANGAN KESEHATAN MASYARAKAT

 Negosiasi gender dan seksual


 Pengambilan keputusan atas kendali laki-laki dalam VCT
 Pengambilan keputusan perilaku seksual dalam kendali laki-laki
 Laki-laki perlu masuk dalam pelayanan VCT (Botswana, Rwanda)
 Kualitas konseling
 Akses ke VCT dan pengambilan hasil
 Pelayanan VCT yang bersahabat bagi pemuda
 Teknologi tes yang baru – tes cepat
Naskah Peran VCT dalam pencegahan dan perawatan Odha modul 1 sub modul 3

 Meningkatkan akses ke pelayanan


 Model pelayanan konseling dan VCT beretika yang terjangkau secara ekonomi
 Pemberian informasi berkelompok
 Pelayanan dengan target kelompok tertentu
 Penyediaan pelayanan VCT untuk darerah pedalaman
 Konseling telepon – penting untuk mereka yang lebih kurang bergerak atau di
area yang pelayanan terbatas

RUJUKAN
1
UNAIDS (1999) Prevention of HIV transmission from mother to child. Strategic options UNAIDS/ 40.E
2
UNAIDS (2000) VCT Technical update. UNAIDS/WC 503.6
3
UNAIDS (1999) Counselling and voluntary counselling and HIV testing for pregnant women in high HIV prevalence
countries. UNAIDS/44E
4
Voluntary counselling and testing for HIV infection in antenatal care: Practical considerations for implementation. HIS home
page http://www.who.org
5
UNAIDS (2000) VCT Technical update. UNAIDS/WC 503.6
6
UNAIDS (2001) The impact of voluntary counselling and testing: A global review of the benefits and challenges.
http://www.unaids.org
7
Voluntary HIV-1 counselling and testing efficacy study group (2000). Efficacy of voluntary HIV-1 counselling and testing in
individuals and couples in Kenya, Tanzania and Trinidad: a randomised trial. Lancet 356, 103-112
8
Kamenga M., Ryder R., Jingu M., Mbuyi N., Mbu L., Behets F., Brown C., Heyward W., (1991). Evidence of marked sexual
behaviour change associated with low HIV-1 seroconversion in 149 married couples with discordant HIV-1 serostatus:
experience at an HIV counselling centre in Zaire. AIDS 5 61-67
9
OHCHR (1998) HIV/AIDS and Human Rights International Guidelines Second International Consultation on HIV/AIDS and
Human Rights Geneva
10
UNAIDS (2001) The impact of Voluntary Counselling and Testing: A global review of the benefits and challenges.
http://www.unaids.org UNAIDS 01.32E
11
Voluntary HIV-1 Counselling and Testing Efficacy Study Group (2000). Efficacy of voluntary HIV-1 counselling and testing
in individuals and couples in Kenya, Tanzania and Trinidad: a randomised trial. Lancet 356, 103-11.
12
De Zoysa, I., Phillips, K., Kamenga, M., O’Reilly, K. et al (1995) Role of HIV counselling and testing in changing risk
behaviour in developing countries. AIDS 9(supp A), S95-101
13
Coovadia H., (2000) Access to voluntary counselling and testing for HIV in developing countries. Annals of the New York
Academy of Science 918 57-63
14
UNAIDS (2001) The impact of voluntary counselling and testing. A global review of the benefits and challenges.
http://www.unaids.org
15
The VCT efficacy study group (2000) Efficacy of voluntary HIV-1 counselling and testing in individuals and couples in
Kenya, Tanzania and Trinidad: a randomised trial. Lancet 356 103-12
16
Shaffer N, Chuachoowong R, Mock PA, et al. (1999) Short-course zidovudine for perinatal HIV-1 transmission in Bangkok,
Thailand: a randomised controlled trial. Lancet; 353: 773-80
Centres for Disease Control and Prevention. (1998), Administration of zidovudine during late pregnancy to prevent perinatal
HIV transmission -- Thailand 1996-1998, MMWR 47 151-153 and UNAIDS/WHO recommendations on the safe and effective
use of short-course zidovudine for the prevention of mother-to-child transmission of HIV
17
Guay L et al.(1999) Intrapartum and neonatal single-dose nevirapine compared with zidovudine for prevention of mother-
to-child transmission of HIV-1 in Kampala, Uganda: HIVNET 012 randomized trial. Lancet, 354: 795-802
18
Wiktor SZ, Ekpini E, Karon JM, et al. Short-course oral zidovudine for prevention of mother-to-child transmission of HIV-1
in Abidjan, Côte d'Ivoire: a randomised trial. Lancet 1999; 353: 781-5
19
Dabis F, Msellati P, Meda N, et al. (1999) 6-month efficacy, tolerance, and acceptability of a short regimen of oral
zidovudine to reduce vertical transmission of HIV in breastfed children in Côte d'Ivoire and Burkina Faso: a double-blind
placebo-controlled multicentre trial. Lancet; 353: 786-92
20
Gray G, for the PETRA Trial Management Committee (2000) The Petra study: early and late efficacy of three short
ZDV/3TC combination regimens to prevent mother-to-child transmission of HIV-1, Abstract LbOr5, 13th International AIDS
Conference, Durban, South Africa, 9-14 July
21
Lallemant M, Le Coeur S, Kim S, et al. (2000) Perinatal HIV Prevention Trial (PHPT), Thailand: Simplified and shortened
zidovudine prophylaxis regimens as efficacious as PACTG076, Abstract LbOr3, 13th International AIDS Conference, Durban,
South Africa, 9-14 July
22
Wiktor S., Sassan-Morokro M., Grant A., et al (1999) Efficacy of trimethoprim-sulphamethoxazole prophylaxis to decrease
morbidity and mortality in HIV-1 infected patients with tuberculosis in Abidjan, Côte d’Ivoire: a randomised controlled trial. The
Lancet 353 1469-1475
23
Anglaret X., Chene G., Attia A., (1999) Early chemoprohylaxis with trimethoprim- sulphamethoxazole for HIV-1 infected
adults in Abidjan, Côte d’Ivoire: a randomised controlled trial. The Lancet 353 1463-1468
24
Mwingwa A., Hosp M., & Godfrey-Faussett P., (1998) Twice weekly tuberculosis preventive therapy in HIV infection in
Zambia. AIDS 12 2447-2457
25
WHO/UNAIDS (1998) Policy statement on preventive therapy against tuberculosis in people living with HIV.
WHO/TB/98.255 UNAIDS/98.34
26
Jordan B., Mbeki investigates declaring a national emergency on HIV/AIDS to secure cheap drugs Sunday times 11.02.01
27
De Cock K, Johnson A. From exceptionalism to normalization: a reappraisal of attitudes and practice around HIV testing.
British Medical Journal, 1998, 316: 290−293
28
Godfrey-Faussett P, Baggaley R. Exceptionalism in HIV, challenges for Africa too. British Medical Journal, 1998, 316: 1826
29
UNAIDS (1999) Knowledge is power. Voluntary HIV counselling and testing in Uganda. UNAIDS/99.8E
30
Lambouray J-L (2001) HIV and Health Care Reform in Phayao, From Crisis to Opportunity. UNAIDS Best Practice
Publication [in press]
31
UNAIDS (2000) Opening Up the AIDS Epidemic. Geneva

Anda mungkin juga menyukai