Kesehatan Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009,
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental spiritual maupun sosial yang memungkinkan setap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk meningkatkan kesehatan perlu dilakukan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan Menurut UU No. 36 tahun 2009 menyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya, sehingga dilakukan upaya kesehatan. Menurut Permenkes No. 74, 2016 upaya kesehatan adalah setiap kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah atau masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan tersebut maka diperlukan sarana kesehatan yang mendukung. Salah satu sarana yang didirikan untuk menunjang upaya kesehatan yaitu rumah sakit Rumah sakit menjadi salah satu sarana yang memfasilitasi kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, serta berlangsungnya kegiatan distribusi obat – obatan kepada pasien. Dalam hal ini, peran serta farmasis baik apoteker maupun ahli madya farmasi diperlukan untuk menjamin kualitas distribusi obat secara tepat kepada pasien. Guna mendukung hal tersebut, seorang ahli madya farmasi dituntut untuk memiliki wawasan pengalaman, keterampilan, dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu kefarmasian secara profesional
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang cepat, lengkap dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dengan memenuhi prinsip kemanusian dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu. Sikap kritis dan selektif masyarakat serta tuntutan akan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan bermutu menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh rumah sakit di Indonesia saat ini. Selain itu, kepuasan pasien merupakan evaluasi yang positif tentang dimensi pelayanan yang spesifik yang didasari pada harapan pasien dan mutu pelayanan yang diberikan oleh penyedia layanan kesehatan (provider). Maka dari itu untuk memenuhi hal tersebut rumah sakit harus mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas di semua bidang pelayanan, salah satunya adalah pelayanan farmasi. Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014 tentang StandarPelayanan Kefarmasiandi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi rumah sakitadalah unit pelaksanaan fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayan farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama ke paradigma baru dengan filosofi pharmauceutical care. Agar tercapainya kegiatan tersebut dibutuhkan seseorang yang ahli dalam bidang farmasi. Farmasis adalah tenaga ahli yang mempunyai kewenangan dibidang kefarmasian melalui keahlian yang diperolehnya selama pendidikan tinggi kefarmasian. Sifat yang berlandaskan ilmu pengetahuan ini memberikan semacam otoritas dalam berbagai aspek obat atau proses kefarmasian yang tidak dimiliki oleh tenaga kesehatan lainnya. Farmasi sebagai tenaga kesehatan memiliki lingkup kerja yang cukup penting meliputi semua aspek tentang obat, mulai penyediaan bahan baku, membuat sediaan sampai dengan pelayanan kepada pemakai obat atau pasien. Pelayanan kefarmasian di instalasi farmasi puskesmas dilakukan oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang telah terampil. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi dan analis farmasi. Hal ini dikarenakan farmasi berperan penting dalam hal pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan pada pasien. Oleh karena itu tenaga kesehatan di bidang farmasi harus terampil, terlatih dan dapat mengembangkan diri secara profesional berdasarkan nilai-nilai yang dapat menunjang upaya pembangunan di bidang kesehatan.
Dalam mewujudkan hal tersebut maka diperlukan latihan dan pembekalan
serta kompetensi yang baik terhadap pengetahuan standar pelayanan kefarmasian sebelum terjun ke dunia kerja. Pembekalan tersebut bisa didapatkan dengan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Aisyiyah. Dimana tempat ini menyediakan sarana bagi farmasis untuk melaksanakan praktek kerja dengan tujuan untuk bisa mengimplementasikan teori tentang pelayanan kesehatan yang telah didapat di bangku kuliah dan mampu belajar untuk mengimplementasikan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
1.2.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari PKL adalah untuk memberikan pengaplikasian ilmu kefarmasian kepada mahasiswa mengenai pelayanan kesehatan yanng dilakukan di Rumah Sakit. 1.2.2 Tujuan Khusus 2. Mengetahui sistem pengolahan obat meliputi perencanaan kebutuhan, proses pengadaan, pendistribusian, dan penyimpanan obat di Rumah Sakit Islam Aisyiah. 3. Mengetahui peran dan fungsi serta kompetensi Ahlli Madya Farmasi diinstalasi farmasi RSI Aisyiah yang meliputi dispensing resep racikan dan non-racikan. 4. Mengetahui cara pemberian KIE kepada pasien ataupun keluarga pasien di RSI Aisyiah. 5. Mengetahui dan memahami tahapan proses monitoring dan evaluasi perbekalan farmasi di instalasi farmasi RSI Aisyiah. 1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan 1.3.1 Bagi Mahasiswa 1. Mahasiswa diharapkan dapat memperoleh gambaran nyata dan pemahaman menyeluruh tentang peran, fungsi dan kompetensi Ahli Madya Farmasi RSI Aisyiah. 2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama perkuliahan. 3. Melatih kemampuan dan keterampilan serta menambah wawasan mahasiswa dalam keterkaitan teori dan praktek ilmu kefarmasian dalam memasuki lapangan kerja. 4. Menjadi sarana mahasiswa untuk beradaptasi langsung pada dunia kerja kefarmasian , khususnya di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. 5. Membantu mahasiswa dalam mengaktualisasikan diri untuk menumbuhkan sikap yang profesional dalam menjalankan perannya di dunia kerja.
1.3.2 Bagi Institusi
Dengan dilaksanakannya PKL ini diharapkan pihak institusi mampu memperbaiki dan mengembangkan serta mengevaluasi kurikulum pembelajaran melalui tingkat kesiapan mahaiswa dalam melaksanaakan kegiatan PKL.
1.3.3 Bagi Rumah Sakit
Dengan adanya PKL, pihak RSI Aisyiah dapat mengetahui potensi Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang akan datang.