Anda di halaman 1dari 16

TUGAS BESAR: SATUAN OPERASI DAN PROSES

“KRISTALISASI”

Dosen Pengampu:

Arie Febrianto Mulyadi, STP, MP.

Kelas F

Prillanda Irenne Putri (125100301111045)

Gita Syarifah Ali (125100301111075)

Qanitatul Afifah (125100301111079)

Miftahul Jannah (125100301111083)

Hasna Laila Karimah (125100301111099)

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014
RESUME JURNAL KRISTALISASI

Kristalisasi adalah peristiwa pembentukan partikel zat padat dalam dalam


suatu fase homogeni. Kristalisasi dari larutan dapat terjadi jika padatan terlarut
dalam keadaan berlebih (di luar kesetimbangan, maka sistem akan mencapai
kesetimbangan dengan cara mengkristalkan padatan terlarut.
Kehadiran fosfat dalam air menimbulkan permasalahan terhadap kualitas
air, misalnya terjadinya eutrofikasi. Keuntungan pengolahan permasalahan
kualitas air dengan kristalisasi adalah dihasilkannya kristal fosfat yang hampir
murni dan berkadar air rendah. Pada penelitian ini, proses kristalisasi
dilangsungkan dalam reaktor terfluidisasi dengan media pasir silika dan
menggunakan reaktan Ca. Faktor yang dikaji dalam penelitian ini adalah mencari
nilai pH dan perbandingan molar Ca : PO4 yang menghasilkan penyisihan fosfat
terbesar.

Proses kristalisasi untuk penyisihan fosfat


Proses ini dilakukan dalam reaktor terfluidisasi dengan media pasir silika.
Reaktor terbuat dari tabung kaca berdiameter 50 mm. Influen limbah dan influen
reaktan berada di bagian bawah reaktor, sementara efluen berada di bagian atas.
Langkah-langkah percobaan yang dilakukan yaitu :
1. Limbah buatan dan larutan reaktan ditempatkan pada masing-masing
bak penampung dan pengatur tekanan yang mempunyai elevasi sama.
2. Secara bersamaan air dialirkan menuju influen reaktor yang terletak di
bagian bawah.
3. Selanjutnya air mengalir ke atas (upflow) yang menyebabkan terjadinya
media pasir silika terfluidisasi.
4. Karena pertumbuhan kristal membesar, maka air akan menuju ke efluen
yang berada di bagian atas reaktor.
5. Pemeriksaan kadar fosfat dilakukan pada sampel yang diambil di influen
dan di efluen reaktor dengan rentang waktu tertentu.

Percobaan Pendahuluan
Bertujuan untuk mengetahui rentang nilai pH yang menghasilkan
penyisihan fosfat terbesar. Pada Gambar 2 dapat dilihat kecenderungan nilai pH.

Berdasarkan percobaan pendahuluan dan distribusi senyawa fosfat berdasar nilai


pH, maka ditentukan rentang pH 9 hingga 11, dengan tujuan untuk mendapatkan
pH optimum pembentukan kristal Calcium phosphate. Nilai pH sangat
berpengaruh dalam menentukan efisiensi proses.
Percobaan dengan fluidasi dan tanpa fluidasi media pasir silika
Hal ini untuk melihat pengaruh fluidisasi terhadap penyisihan fosfat dengan
proses kristalisasi. Pada gambar 4 didapatkan hasil bahwa penyisihan fosfat
dengan media yang terfluidisasi lebih besar dibandingkan dengan tanpa fluidisasi.

Pada Gambar 5 terlihat bahwa untuk nilai pH 10 dan 11, mempunyai


penyisihan fosfat yang cenderung tinggi, pada rentang 65 hingga 80%. Dengan
membandingkan nilai rata-rata (mean) ketiga pH, diperoleh bahwa pH 10
mempunyai persentase penyisihan fosfat paling tinggi sebesar 76,5%. Kondisi pH
dianggap sangat berpengaruh terhadap penyisihan fosfat dan proses pembentukan
kristal.
Sehingga, disimpulkan bahwa nilai pH yang memberikan hasil penyisihan
maksimum untuk operasi adalah 10, sesuai dengan plot kesetimbangan larutan
untuk Calcium phosphate.
Uji korelasi

Hubungan antara pH 10 dengan penyisihan fosfat diperoleh sangat


signifikan (0,76) berarti nilai penyisihan fosfat berbanding lurus dengan waktu
sampel. Sementara untuk pH 9 dan pH 11, kurang signifikan (0,4), berarti nilai
penyisihan fosfat cenderung stabil.
Untuk mengetahui nilai perbandingan molar paling optimum, diperoleh
dengan membandingkan nilai rata-rata (mean) ketiga variasi. Nilai rata-rata pada
perbandingan molar 19/5 paling tinggi (72,11%). Nilai korelasinya yang kurang
signifikan, menunjukkan bahwa sejak menit awal reaksi pun, penyisihan fosfat
pada perbandingan molar 19/5, sudah besar dan cenderung tetap (dilihat dari
gambar 5). Perbandingan molar 19/5, yang merupakan variasi perbandingan
terbesar dibandingan dua variasi lainnya membuktikan bahwa kondisi kejenuhan
larutan mempengaruhi proses pembentukan kristal. Makin tinggi derajat lewat
jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin
besarlah laju pembentukan inti. Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat
dibuktikan bahwa semakin jenuh larutan (semakin tinggi perbandingan molar),
maka semakin besar penyisihan fosfat.
Proses didasarkan pada pengkristalan dari calcium phosphate dengan
pencampuran dari larutan fosfat (limbah) dengan reaktan (ion calcium) dalam
kondisi pH basa. Kondisi basa tersebut diperlukan untuk menjadikan arah reaksi
bergeser ke kanan pada kesetimbangan kimia, seperti pada persamaan di bawah,
menjadikan terjadinya kondisi supersaturasi seperti pada persamaan 2 berikut ini :
Pada reaktor fluidized bed, larutan fosfat, dan reaktan Ca dialirkan dari
dasar reaktor, sehingga terjadi fluidisasi dan percampuran sempurna. Kondisi
supersaturasi akan mengakibatkan terjadinya reaksi antara fosfat dengan ion Ca
menghasilkan kristal calcium phosphate. Sewaktu reaksi pembentukan kristal
calcium phosphate, juga terjadi kontak dengan seed material yaitu pasir silika (Si
O2). Seed material berfungsi sebagai tempat penumbuhan kristal, dengan
menggunakan seed material, kondisi yang sesuai untuk kristalisasi tak mesti harus
supersaturasi, sehingga kemungkinan terjadinya kristalisasi lebih besar.
Kristalisasi dapat terjadi dengan primary nucleation (pembentukan inti kristal
dengan kondisi supersaturasi murni) atau secondary nucleation (nukleasi dan
penumbuhan kristal terjadi pada seed material dengan kondisi metastable atau di
bawah supersaturasi). Kemudian terjadilah proses pengkristalan pada permukaan
pasir silika (Hirasawa dkk, 1990, dan Battistoni dkk, 2001).
MESIN-MESIN INDUSTRI KRISTALISASI

1. Evaporator Cristallizers
Kristaliser jenis ini mengkombinasikan antara pendinginan dan evaporasi
untuk mencapai kondisi supersaturasi (larutan lewat jenuh).

Pada gambar diatas terlihat bahwa umpan berupa larutan induk terlebih
dahulu dilewatkan melalui sebuah Heat Exchangers untuk dipanaskan. Heat
exchangers tersebut berada didalam evaporator. Didalam evaporator terjadi flash
evaporation yaitu, terjadi pengurangan jumlah atau kandungan pelarut dan terjadi
peningkatan kosentrasi zat terlarut. Dimana pada saat itu juga, keadaan zat terlarut
sudah lewat jenuh atau supersaturasi. Larutan yang sudah berada pada keadaan
lewat jenuh tersebut dialirkan menuju badan crystallizer untuk diperoleh padatan
berupa kristal. Dimana pada badan crystallizer terdapat mekanisme kristalisasi
yaitu nukleasi dan pertumbuhan kristal. Produk kristal dapat diambil sebagai hasil
pada bagian bawah crystallizer, namun tidak semua proses berjalan sempurna atau
dengan kata lain tidak semua cairan induk berubah menjadi padatan kristal.
Karena itu ada proses pengembalian kembali hasil pipa sirkulasi (circulating pipe)
atau proses recycle hasil kristaliasi. Terlihat bahwa umpan dan campuran umpan
dengan hasil yang masih belum padatan, dialirkan dengan paksa atau forced
circulation, serta adanya Heat Exchangers dapat membuat kenaikan titik didih
yang sempurna. Kenaikan titik didih pada Heat Exchangers pada Evaporator
untuk dapat membuat larutan menjadi lewat jenuh berkisar antara 3 – 100F untuk
sekali lewat. Bila kenaikan titid didih yang diharapkan untuk mendapatkan kristal
yang baik tidak sesuai, maka dapat digunakan beberapa evaporator untuk
menaikan titik didih, dimana kosentrasi zat terlarut akan meningkat juga. Karena
mengalir secara paksa menggunakan pompa, maka kecepatan aliran cukup tinggi,
sehingga akan mengakibatkan ketinggian permukaan larutan pada crystallizer
tidak tetap atau naik turun. Umumnya crystallizer jenis ini dibangun dengan
diameter 2 feet atau pada skala industri sekitar 4 feet atau lebih.
PTP Nusantara X (Persero) PG Pradjekan Bondowoso. Pada tahapan
ketiga dari proses pembuatan gula adalah proses penguapan dengan evaporator.
Penguapan nira dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam nirasampai diperoleh
nira dengannkekentalan tertentu. Penguapan ini dilakukan pada kondisi vacuum
agar sukrosa yang terkandung dalam nira tidak rusak atau pecah. Nira encer yang
memiliki brix 12-14% dikentalkan sehingga mencapai nilai brix 60-65% sehingga
air yang diuapkan sampai 50%. Penguapan dilakukan dengan menggunakan
system quadruple effect yang dalam hal ini uap dari evaporator terdahulu
digunakan sebagai pemanas bagi evaporator selanjutnya (Haikal, 2013).
PG Krebet Baru I. Mempunyai evaporator berjumlah lima buah dalam
susunan seri . dengan menggunakan system penguapan berseri dapat didapatkan
keuntungan yaitu apabiladigunakan empat rangkaian badan maka dengan satu
kilogram uap di dapat nira kurang lebih satu kilogram apabila digunakan empat
rangkaian badan maka dengan satu kilogram uap dapat diuapkan kurang lebih
empat kilogram air dan apabila digunakan lima rangkaian maka dengan satu
kilogram uap dapat diuapkan kurang lebih lima kilogram (Subiyantoro, 2010).
PT Nestle Indonesia Kejayan. Menggunakan evaporator jenis falling
film evaporator dengan system multiple effects dengan 4 effects yang di susun
secara parallel. Susu memasuki evaporator efek pertama dengan suhu pemanasan
yang telah ditentukan. Pada evaporator effect kedua konsentrat diuapkan dengan
suhu pemanas lebih rendah yang di peroleh dari uap air ( vapor ) hasil pemanasan
evaporator effects pertama (Syafiudin, 2010).
2. Draft Tube Baffle Cristallizers
Draft tube baffle (DTB) crystallizers atau plat buang/tabung isap
kristalisasi merupakan salah satu dari beberapa jenis alat kristalisator yang
didasarkan pada prinsip pemisahan debu atau uap dari bahan melalui fase lewat -
jenuh yang ditingkatkan sehingga diperoleh kristal – kristal yang besar. Alat ini
dilengkapi dengan tabung jujut (draft tube) yang berfungsi sebagai sekat untuk
mengendalikan sirkulasi magma, dan agitator propeller yang mengarah ke bawah
untuk memberikan sirkulasi yang terkendali di dalam kristalisator.

Berdasarkan gambar diatas, alat kristalisasi Draft Tube Baffle Crystallizers


mempunyai beberapa komponen di dalamnya. Adapun komponen tersebut, yaitu :
a. Superheated Solution From Hearter and Recirculation Pump, merupakan
pompa sirkulasi yang letaknya pada bagian paling bawah dari Crystallizer
DTB yang berfungsi untuk mendorong (mengalirkan) bahan yang berasal
dari pusat ke Draft tube untuk proses lebih lanjut.
b. Draft Tube, merupakan pipa isap bagian dalam dari Crystallizer DTB
sebagai pusat sirkulasi bahan.
c. Agitator, merupakan pemutar atau pengaduk.
d. Slurry Withdrawal, merupakan tempat penarikan atau pengambilan
kembali.
e. Settling zone, merupakan zona penyelesaian. Pada zona ini terdapat Clear
Mother Liquor Overlow dan To Recirculation pump.
f. To Recirculation Pump
g. Clear Mother Liquor Overlow, merupakan tempat keluarnya cairan induk.
h. Circulation Magma, merupakan tempat sirkulasi Magma (hasil akhir
kristallisator dari campuran Mother Liquor dengan kristal.
i. Vapors Separation (pemisahan uap).
j. Demister
k. Proses Vapors Outlet, merupakan tempat proses keluaranya uap.
Secara sederhana proses kerja Draft Tube Baffle (DTB) Crystallizers dapat
dibedakan menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah proses kristalisasi dan
bagian kedua adalah proses klarifikasi. Pada bagian kristalisasi, bahan sample dan
cairan induk (mother liquit) dimasukkan kedalam tangki DTB Crystallizers
melalui sebuah pipa, komponen ini akan mendorong bahan naik ke atas dalam
suatu tabung isap. Didalam tabung isap bahan akan tercampur dan mengalami
sirkulasi dengan bantuan Agitator (pemutar/pengaduk) yang berada di dalam
tangki bagian bawah, kedua bahan ini akan membentuk magma melalui fase
lewat-jenuh yang ditingkatkan.
Magma yang terbentuk akan mengalami perubahan density sehingga uap
yang terkandung di dalamnya akan terlepas kepermukaan magma menuju ke
Vapors Separation (pemisahan uap). Magma yang mengalami perubahan density
akan mengalami proses nukleasi (pembentukan inti kristal), kristal yang terbentuk
akibat proses nukleasi akan mengendap kadasar larutan dan sebagian akan naik ke
permukaan. Kristal yang mengendap akan mengalami pemisahan antara kristal
halus dan kristal kasar, pada zona penyelesaian sebagian Kristal akan dikeluarkan
dari dasar tangki dan selebihnya dijadikan umpan bersama cairan induk untuk
melakukan proses sirkulasi guna melarutkan partikel-partikel halus yang masih
mengendap. Pada bagian klarifikasi akan terjadi pemisahan pada bentuk kristal,
Kristal yang sesuai dengan keinginan akan diambil dan kristal yang belum sesuai
(ukurannya besar/kasar) akan dikembalikan ke zona kristalisasi untuk proses lebih
lanjut.
Dengan menggunakan alat kristalisasi Draft Tube Baffle (DTB)
Crystallizers diperoleh hasil produk berupa:
a. Natrium Karbonat (Sodium Carbonate)
b. Sodium Sulfat (Sodium Sulfate)
c. Natrium Nitrat (Sodium Nitrate)
d. Tembaga Sulfat (Copper Sulfate)
e. Kalsium Klorida (Calcium Chloride)
f. Amonium Sulfat (Ammonium Sulfate)
g. Kalium Klorida (Potassium Chloride)
Dalam penggunaan Draft Tube Baffle (DTB) Crystallizers sebagai alat
kristalisasi, terdapat beberapa keuntungan yang dapat diperoleh, antara lain :
a. Mampu memproduksi kristal – kristal dalam bentuk tunggal.
b. Siklus operasionalnya lebih panjang.
c. Biaya operasi lebih rendah.
d. Kebutuhan ruang minimum
e. Instrument dapat dikendalikan dengan mudah
f. Kesederhanaan operasi, memulai dan penyelesaian.
Salah satu pabrik yang menerapkan alat kristalisasi Draft Tube Baffle
(DTB) adalah PT. Petrokimia Gresik. PT. Petrokimia Gresik merupakan produsen
pupuk terlengkap di Indonesia yang memproduksi berbagai macam pupuk, seperti
Urea, ZA, SP-36, ZK, NPK Phonska, NPK Kebomas, daan pupuk organik. Selain
itu, PT. Petrokimia Gresik juga memproduksi produk non pupuk, antara
lain Asam Sulfat, Asam Fosfat, Amoniak, Dry Ice, Aluminum Fluoride, Cement
Retarder, dll. Keberadaan PT Petrokimia Gresik adalah untuk mendukung
program Pemerintah dalam rangka meningkatkan produksi pertanian dan
ketahanan pangan Nasional.
Pabrik ini menggunakan alat Draft Tube Baffle (DTB) sebagai salah satu
alat dalam proses pembuatan pupuk ZA atau Ammonium Sulphate. Pabrik pupuk
Zwavelzure Ammonia (ZA) ini menggunakan proses Carbonation yang secara
garis besar dibagi menjadi :
 Carbonation
 Reaksi dan Penyerapan Gas
 Filtrasi
 Netralisasi
 Kristalisasi
 Pengeringan dan Pendinginan Kristal
 Penampungan Produk

3. Vacuum Pans
Vacuum pan merupkan alat yang berfungsi sebagai tempat pembentukan
inti kristal. Prinsip kerjanya yaitu pengurangan kadar air pada kondisi vacuum.
Proses kristalisasi yang dibuat pada kondisi vaccum bertujuan agar suhu yang
digunakan untuk pemasakan tidak terlalu tinggi yaitu berkisar antara 60-650C
sehingga tidak merusak bahan. Kecepatan masakan di vaccum pan
dipengaruhi oleh kepekatan (brix) larutan thick liquor, semakin tinggi
kepekatan maka proses pemasakan semakin cepat. Hasil dari proses
kristalisasi disebut masscuite. Massecuite kemudian ditampung dalam receiver.
Pada receiver terjadi pengadukan agar larutan tidak membentuk gumpalan
kristal (Dwiastuti, 2010).
Prinsip vacuum pan dan kontruksinya hampir sama dengan evaporator.
Perbedaannya pada vacum pan bekerja secara individual (sendiri) sedangkan
pada evaporator bekerja secara paralel. Pada proses kristalisasi pada stasiun
masakan, diharapkan dapat diperoleh hasil dan daya guna yang tinggi antara lain
(Desa, 2004):
a. Pembentukan inti kristal.
b. Pembentukan inti kristal sampai didapat ukuran yang diharapkan
c. Merapatkan kristal sehingga dihasilkan produk masakan yang tinggi.
Vacuum pan merupakan hasil modifikasi dari short tube vertical
evaporator. Peracangan sistem impeller ini dibuat dengan alur peredaran cairan
dari atas ke bawah, dimana feed dibuat agar masuk dari satu titik didasar bejana.
Penerapan impeller ini secara efektif dapat meningkatkan pergerakan stilling tube.
Penambahan ini berguna untuk menyeragamkan panas didalam vacuum pan dan
kristal dapat tumbuh dengan bebas (Desa, 2004).
Vacuum pan sering digunakan pada industri gula. Kristal gula yang
dimasukkan dalam vakuum pan akan mengalami pembesaran hingga ukuran
tertentu. Bahan yang dimasukkan yaitu nira kental, gula leburan, dan molase.
Hasil resultan dari kristalisasi adalah berupa massecuite. Tingkat masakan
(kristalisasi) dilaksanakan dalam sistem ABC. Kristalisasi A dan B massecuite
dikerjakan dengan menggunakan batch pan yang dilengkapi dengan pengaduk,
sedangkan untuk C massecuite dikerjakan dengan continous pan untuk
"C" massecuite dikerjakan dengan continous pan (GMP, 2009).
Selain pabrik gula, pabrik produk susu seperti susu skim, susu penuh,
buttermilk, campuran es krim, dan lain-lain juga menggunakan vacuum pan.
Vacuum pan adalah suatu bejana yang digunakan untuk kondensasi atau
konsentrasi pada perpindahan sebagaian dari air yang mendidih. Upaya
menghindari efek negatif dari pemanasan pada titik didih dengan atm, proses yang
ada dalam bejana adalah mengurangi temperatur dimana panas yang diterapkan
tidak menyebabkan perubahan yang tidak diinginkan pada produk (Tharp, 2013).

(Desa, 2004).
Beberapa industri yang menggunakan vacuum pan yaitu Gunung Madu
Plantation Lampung, PT Dharmapala Usaha Sukses Cilacap, Pabrik Gula
Madukismo Yogyakarta, Pabrik Gula Pesantren Baru Kediri, dan lain-lain.

(Source: GMP, 2009).


DAFTAR PUSTAKA

Desa, Douglas, O, J. 2004. Applied Technology and Instrumentation for


Process Control. Taylor & Francis. New York.

Dewi, Deviana, Fitrika dan Ali, Masduqi. 2003. Penyisihan Fosfat dengan
Kristalisasi dalam Reaktor Terfluidisasi menggunakan Media Pasir
Silika. Jurnal Purifikasi. 4[4]. 151-156.

Dwiastuti, Rini. 2010. Laporan Magang di PT Dharmapala Usaha Sukses


(Quality Control Gula Rafinasi). Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.

GMP. 2009. Akses IT-GMP website Team. Lampung.

Haikal, Muhammad Irvan. 2013. Laporan PKL Keselamatan dan Kesehatan


Kerja Produksi Gula pada PT P. Nusantara X (Persero) PG Pradjekan
Bondowoso.

Radit, S. 2011. Draft Tube Baffle Crystallizer. www. wordpress.com Diakses


pada 17 Juni 2014 Pukul 12.30 WIB.

Sirait, M. 2008. Analisis Proses Kristalisasi ZA atau Ammonium Sulfat Pada


Alat Draft Tube Baffle Crystallizer di PT. Petrokimia Gresik. Medan :
Universitas Sumatera Utara.

Syaviudin, Imam Syafi’i. 2010. Laporan PKL Physical Tes Monitoring in Line
Laboratory di PT Nestle Indonesia Kejayan Factory Pasuruan.

Subiyantoro, Wahyu Kurniyawan. 2007. Laporan PKL Saluran Distribusi Gula


di Pabrik Gula Krebet Baru Malang.

Tharp, Bruce, W and Young, L, Steven. 2013. Tharp and Young on Ice Cream:
An Encyclopedia Guide to Ice Cream Scienceand Technology. DEStech
Publications Inc. USA.

Http://www.petrokimia-gresik.com/za.asp Diakses pada 17 Juni 2014 Pukul 13.00


WIB.
LAMPIRAN

Nama : Prillanda Irenne Putri

NIM : 125100301111045

Blog : blog.ub.ac.id/irenne/

Nama : Gita Syarifah Ali

NIM : 125100301111075

Blog : blog.ub.ac.id/gitasyarifahali

Nama : Qanitatul Afifah

NIM : 125100301111079

Blog : blog.ub.ac.id/qanita/

Nama : Miftahul Jannah

NIM : 125100301111083

Blog : blog.ub.ac.id/mifta/

Nama : Hasna Laila Karimah

NIM : 125100301111099

Blog : blog.ub.ac.id/karimah/

Anda mungkin juga menyukai