Anda di halaman 1dari 2

TETANGGA BARU

Oleh: Terra Ch. Triwahyuni

”Owa…Ow..Owa…”
Ya, Ampun! Berisik amat! Leo mengomel panjang pendek. Ia sedang Belajar IPA.
Pasti itu anak tetangga yang baru pindah kemarin, yang menangis keras-keras.

Leo tak terlalu memperhatikan karena masih sibuk dengan Ulangan Umum Bersama,
tetapi nampaknya kemarin memang ada anak laki-laki yang berusia sekitar dua tahun, ikut
pindah ke sana
“Aa…Hu…hu…” Suara tangs itu kembali mengganggu konsentrasi Leo.
Huh!... Ingin rasanya Leo meninju dinding pembatas rumahnya dengan rumah
tetangga sebelah itu, yang terbuat dari batako.
Namun pengalamannya dengan Dito, saudara sepupunya yang juga berusia sekitar dua
tahun, mengajarkan, tangisan anak kecil tak akan diam oleh tindakan keras. Maka ia menahan
emosinya.
Leo berpikir sejenak.
Ia lalu mengumpulkan buku IPA, kertas-kertas kosong untuk corat-coret, alat tulis dan
pastel mliknya. Leopun duduk di teras rumahnya yang berseberangan dengan teras tetangga
barunya.
“Kenapa dik? Kok menangis?...” sapa Leo ramah kepada anak kecil itu.
“Wa…wwaaa…wa…” suara tangis anak itu masih pecah.
Leo lantas duduk, dan mulai asyik melipat kertas. Hoopla!... Jadilah sebuah pesawat
terbang.
Leo lantas menerbangkan pesawat itu sambl menirukan suaranya.
 Sebentar kemudian tangis anak kecil itu berhenti. Hanya isaknya yang masih terdengar
satu-satu.
 Mula-mula ia hanya memperhatikan Leo. Lama kelamaan nampak sekali ia berminat
pada pesawat itu.
 “Mau?” sapa Leo, ramah.
 anak kecil itu mengangguk, ragu-ragu.
 Leo mengangsurkan pesawat kertasnya.
 Anak kecil itu lantas asyik dengan pesawatnya.
 Leo duduk di teras, dan melanjutkan belajarnya dengan tenang.
1 | Ms WORD – SIMULASI DIGITAL
Setelah beberapa saat, anak kecil itu nampak jemu dengan pesawatya. Ia mendekat
untuk melihat apa yang dilakukan Leo.
Leo segera melipat kertasnya, dan jadilah sebuah kapal, dan tak lama kemudian,
sebuah topi, burung merpati, katak….
Mata anak kecil itu berbinar-binar. Kentara sekali, ia sangat menginginkan mainan
kertas buatan Leo.
Leo mengangsurkan mainan-mainan itu, setelah, memberi warna pada burung
merpati. Leo menyodorkan sekalian alat tulis dan pastel miliknya.
Jadilah anak kecil itu asyik dengan mainan dan mewarnanya, dan Leo bisa belajar
dengan tenang.
Ibu si kecil menjadi heran, tangis anaknya berhenti dan tak terdengar lagi.
Ketika melongok ke luar, ia mendapati anaknya sedang asyik dengan mainan yang
diperoleh dari anak tetangga. Ibu muda itu tersenyum berterima kasih. Ia masih sangat repot
sekali dengan bayi kecilnya, sedangkan mereka tidak mempunyai pembantu.
Sejenak kemudian bayi kecilnya terlelap setelah kenyang dan selesai dimandikan.

Ibu Santi kemudian “Ini buat…Mas….”Terbata-bata anak kecil itu


mebuka lemari esnya dan mengulurkan batangan coklat, setelah ia menerima
mengeluarkan beberapa kue serta batangan coklatnya sendiri di tangan kiri.
coklat.
“Iya..tdak apa-apa, nak…Ibu Cuma merasa
“Nak, terima kasih sekali, berterima kasih sekali. Maaf, belum sempat
ya. Kamu membantu bertandang ke rumah Bu Hadi.”
menenangkan Dito…” Bu Santi
Ibu Leo bernama bu Hadi.
mengulurkan suguhan kue dan
coklatnya kepada Leo. “Iya, tidak apa-apa, tante. Tante masih sibuk
sekali. Terima kasih, tante.”akhirnya Leo menerima
“Apa ini? Oh…tidak usah
coklat itu, setelah dipaksa oleh bus Santi.
bu…,”Leo menjadi tak enak hati.
Niatnya memberi manan anak Jadilah, sang itu Leo belajar dengan tenang,
kecil itu hanyalah supaya ia dapat dan dapat coklat pula. Itulah ganjaran bagi orang yang
belajar dengan tenang saja. dapat mengendalikan perasaan, dan suka menolong
orang lain.

Ms WORD – SIMULASI DIGITAL | 2

Anda mungkin juga menyukai