Anda di halaman 1dari 2

Sore ini hujan datang begitu derasnya saat pikiranku hampir saja terdampar di sebuah kepulauan mimpi.
Guntur membentak seperti para tahanan yang merasa tak bersalah dan kilat berterbangan dimana mana
seperti camar pantai yang mencari ikan.

Aku memutuskan untuk bangkit dan melirik keluar pintu, alangkah derasnya hujan kali ini. Aku bertanya
dalam hati, apakah paman goblin sedang bersedih? apakah ada seseorang yang telah menyakitinya?

Dan lagu yang sedang terdengar di earphoneku terasa begitu menyatu dengan perasaanku. "Haiiro to
Ao" entah apakah arti liriknya akan sama dengan makna hujan ini ataukah bukan, aku tidak terlalu
memahami bahasa jepang. Aku hanya menikmati lagu ini karena hatiku selalu di bawa melayang setiap
mendengarnya. Hari ini aku telah melayang menjelajah masa laluku ketika berada di bangku SMA, enam
tahun yang lalu.

"Hujan" itu lah sapaanku untuk seorang anak laki-laki yang menjadi cinta pertamaku. Karena seperti
telah ditakdirkan bahwa kami pasti akan saling bertatap muka ketika hujan datang maupun ketika hujan
mereda. Ketika musim panas, aku sangat merindukannya seperti sedang menyelisir padang gurun untuk
mencari air.

Tunggu dulu,

Apakah sekarang aku merindukannya lagi? ahh! sepertinya iya, sedikit. Sekarang aku bahkan tidak tahu
dimana keberadaannya, tetapi hujan kali ini seperti membentakku dengan kederasannya agar tetap
menaruh harapan bahwa aku akan melihatnya.

"Oh hujan, pikiranku kacau karena kau. Akan tetapi, bagaimana ini ? hatiku masih ingin menikmatimu.

Aku ingin kau berhenti, ku mohon

Aku menjadi takut dengan keberadaan dirimu. Berhentilah, aku ingin beristirahat"
. 11 juni 2019

. pukul 15:35

Anda mungkin juga menyukai