Step 7
1. Explain histology, anatomy, physiology of brain and neuron
Cranium atau tulang tengkorak adalah sekumpulan tulang yang saling berhubungan satu
sama lain yang didalamnya terdapat cavum cranii yang berisi otak atau encephalon.
Cranium dibagi menjadi neurocranium dan viscerocranium, yang melindungi otak adalah
neurocranium dan yang membentuk tulang wajah adalah viscerocranium. Disebelah
profunda dari cranium terdapat lembaran jaringan ikat yang juga berfungsi melindungi
otak disebut meninx yang terdiri dari atas 3 lapis yaitu duramater, arachnoidmater, dan
piamater. Selain itu kulit kepala, otot, tendon, dan jaringan ikat atau fascia kepala yang
letaknya lebih superficial juga ikut berperan dalam melindungi otak.
Dari semua struktur cranium diatas ada yang memiliki reseptor peka nyeri dan ada yang
tidak memiliki reseptor nyeri. Yang memiliki reseptor nyeri dibagi menjadi struktur peka
nyeri ekstrakranial dan intracranial. Struktur peka nyeri ekstrakranial antara lain, kulit
kepala, otot kepala, tendon, fascia kepala, periosteum, sinus paranasalis, gigi geligi,
telinga luar, nervus cervicalis C2 C3, dan arteri ekstrakranial. Struktur peka nyeri
intracranial antara lain, meninx, sinus venosus duramater, arteri meningea, nervus
cranialis. Sedangkan struktur yang tidak peka nyeri antara lain, tulang kepala, parenkim
otak, ventrikel dan plexus choroideus
MENSTRUASI
STRESS/DEPRESI
7. Etiology of migraine
Menurut Harsono (2011), sampai saat ini belum diketahui dengan pasti faktor
penyebab migren, diduga sebagai gangguan neurobiologis, perubahan
sensitivitas sistem saraf dan aktivasi sistem trigeminal vaskular, sehingga
migren termasuk dalam nyeri kepala primer.
9. Classification of migraine
MIDAS terdiri dari lima pertanyaan pokok dengan pola menaksir disabilitas yang
berhubungan dengan sakit kepala untuk digunakan klinisi. Skor MIDAS dibagi dalam
empat tingkatan (Sjahrir, 2004 dalam Salusu, 2014), yaitu:
a. Kelompok I (skor 0-5). Kelompok ini menunjukkan bahwa terdapat disabilitas yang
sedikit atau tidak terdapat disabilitas selama tiga bulan terakhir dan memerlukan
kebutuhan pengobatan yang rendah.
b. Kelompok II (skor 6-10). Kelompok ini menunjukkan terdapat disabilitas ringan
selama tiga bulan terakhir dan memerlukan pengobatan sedang.
c. Kelompok III (skor 11-20). Kelompok ini menunjukkan disabilitas sedang, serta
memerlukan pengobatan dan pencegahan.
d. Kelompok IV (skor ≥21). Kelompok ini menunjukkan disbilitas berat, dimana sangat
diperlukan pengobatan dan terapi pencegahan harus dipertimbangkan.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk membantu menegakkan
diagnosis. Pemeriksaan penunjang diperlukan bila dicurigai adanya kelainan
struktural yang mempunyai gejala seperti migren (Sprenger, 2012).
a. EEG. Gambaran abnormal yang sering dijumpai adalah perlambatan
aktifitas listrik, peningkatan gelombang teta dan delta di daerah kepala
belakang, pada sisi nyeri kepala kadang-kadang didapatkan gelombang
tajam yang tidak spesifik.
b. MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pemeriksaan MRI pada 91 penderita
migren dan 98 kontrol, didapatkan lesi kecil di substansia alba pada 15
dari 51 penderita (29,4%), sedangkan pada kontrol 11 dari 98 orang
(11,2%) dan ini mempunyai perbedaan bermakna.
c. PET (Positron Emission Tomography). Sachs membangkitkan serangan
migren pada 5 penderita dengan injeksi reserpin subkutan, kemudian
dilakukan pemeriksaan PET 1,5 jam setelah pemberian, terjadi penurunan
yang bermakna pada metabolisme glukosa pada penderita migren.
Pengobatan simptomatik
Harsono (2011), menganjurkan pada waktu serangan migren sebagai berikut:
a. Mencegah pemberian obat-obat yang mengganggu tidur
b. Obat-obat anti mual seperti metoklopramid. Obat anti mual dapat memicu
aktivitas normal pencernaan (gastrointestinal) yang terganggu saat
serangan migren.
c. Analgetika sederhana. Misalnya aspirin atau parasetamol dapat
menghilangkan nyeri kepala bila sebelumnya diberi yang memicu aktivitas
gastrointestinal.
d. Ergotamin tartrat. Cara kerja obat ini bifasik, bergantung pada tahanan
darah yang telah ada sebelumnya.
Pengobatan abortif
Harus diberikan sedini mungkin, tetapi sebaiknya saat timbul nyeri kepala.
Obat yang dapat digunakan (Kelley and Tepper, 2012) :
a. Ergotamin tartrat dapat diberikan tersendiri atau dicampur dengan obat
antiemetik, analgesik, atau sedatif.
b. Dihidroergotamin (DHE) merupakan agonis reseptor serotonin yang aman
dan efektif untuk menghilangkan serangan migren dengan efek samping
mual yang kurang dan lebih bersifat vasokonstriktor.
c. Sumatriptan suksinat merupakan agonis selektif reseptor 5- Hidroksi
triptamin (5-HT1D) yang efektif dan cepat menghilangkan serangan nyeri.
Pengobatan pencegahan
Pengobatan pencegahan diberikan bila terdapat lebih dari 2 kali serangan
dalam sebulan. Obat pencegah migren adalah (Kelley, 2012) :
a. Beta-blocker
b. Antagonis Ca
c. Antiserotonin dan antihistamin
d. Antidepresan trisiklik
e. NSAID
Terapi migren dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
Terapi abortif (spesifik dan nonspesifik)
Terapi non medikamentosa
Terapi profilaksis
TERAPI ABORTIF
Terapi abortif adalah terapi yang harus diberikan saat pasien sedang dalam
serangan akut dan berfungsi untuk menghentikan progresi nyeri
Terapi Abortif Nonspesifik
Digunakan pada pasien dengan serangan migren ringan sampai sedang. Obat
yang digunakan dari golongan OAINS dan over the counter (OTC). Obat yang
menjadi pilihan ialah :
Paracetamol
Dosis 500-1000 mg tiap 6-8 jam
Dosis maksimal 4 gr/hari
Ibuprofen
Dosis 400-800mg tiap 6 jam
Dosis maksimal 2,4 gr/hari
Na Naproksen
Dosis 275-550 mg tiap 2-6 jam
Dosis maksimal 1,5 gr/hari
Kalium diklofenak
Dosis 50-100 mg / hari dosis tunggal
Ketorolak
Dosis 10 mg IM per 15-30 menit
Dosis maksimal 12 mg/ hari (tidak boleh diberikan >5 hari)
Butorfanol spray
Dosis 1 mg dalam sediaan nostril dapat diberikan ulang tiap 1 jam
Dosis maksimal 4x spray (maksimal 2 kali dalam 1 minggu)
Proklorperazine
Dosis 25 mg oral atau suppositoria
Dosis maksimal 75 mg dalam 24 jam
Metoklopramid
Dosis 10 mg IV atau oral 20-30 menit sebelum atau bersamaan
dengan pemberian analgetik, OAINS, atau derivate ergotamine
Steroid
Seperti dexamethasone atau metilprednisolone obat pilihan tepat untuk
status migrenosus
Derivate ergot
ergotamine 1-2 mg dapat diberikan secara oral, subkutan, atau per
rectal
TERAPI NONMEDIKAMENTOSA
menghindari factor pencetus
TERAPI PROFILAKSIS
antidepressant trisiklik
serotonin reuptake inhibitors
Serotonin NE reuptake inhibitor
beta blocker
CCB
ACE-I
ARB
sodium valproate
topiramate
gabapentin
14. Education to patients with migraine :
Faktor-faktor pelindung seperti waktu tidur dan bangun yang teratur, serta biofeedback
dapat membantu dalam mencegah serangan migrain (Price and Wilson, 2005).