AJAR
Olsen berpendapat bahwa prosedur belajar dapat ditempuh dalam tiga tahap,
yaitu:
1. Pengajaran langsung melalui pengalaman langsung. Pengajaran ini diperoleh
dengan teknik karyawisata, wawancara, resource visitor.
2. Pengajaran tidak langsung, dapat melalui alat peraga. Pengalaman ini
diperoleh melalui gambar, peta, bagan, objek, model, slide, film, TV,
dramatisasi, dan lain-lain.
3. Pengajaran tidak langsung melalui lambang kata, misalnya melalui kata-kata
dan rumus-rumus.
(Wina Sanjaya, 2008:203-204)
Apabila tujuan instruksional sudah jelas, dan kita telah mengetahui
kemampuan dan keterampilan apa yang diharapkan dapat dilakukan siswa,
kemudian kita harus memikirkan bagaimana caranya supaya siswa memiliki
kemampuan dan keterampilan tersebut. Untuk dapat mengembangkan bahan
instruksional yang mendukung tercapainya tujuan itu, tujuan yang telah
dirumuskan tadi harus dianalisis lebih lanjut. Seperti halnya pada waktu kita
merumuskan tujuan khusus kita bertanya kemampuan apa yang harus dimiliki
siswa sebelum ia memiliki kemampuan yang dituntut oleh tujuan umum itu,
demikian pulalah yang harus kita lakukan dalam kita mengembangkan bahan yang
harus dipelajari siswa. Setiap tujuan instruksional khusus harus kita analisis.
Dengan cara ini kita akan mendapatkan sub kemampuan dan sub keterampilan,
serta sub-sub kemampuan dan sub-sub keterampilan. Bila semua sub kemampuan
dan keterampilan serta sub-sub kemampuan dan keterampilan telah kita
identifikasi kita akan memperoleh bahan instruksional terperinci yang mendukung
tercapainya tujuan itu.
Bila sub kemampuan dan sub-sub kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh
peserta didik maka peserta didik tentu telah mencapai tujuan instruksional khusus
yang akan dicapai. Daftar kemampuan itu merupakan bahan instruksional yang
harus disajikan kepada atau dipelajari oleh peserta didik.
Dengan cara yang sama, kita harus mengidentifikasi sub kemampuan dan
sub-sub kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran umum
yang akan dicapai. Setelah daftar pokok-pokok bahan pembelajaran tersebut
diperoleh, tugas kita selanjutnya ialah mengorganisasikan urutan penyajian yang
logis, artinya dari yang sederhana ke yang rumit atau dari yang kongkrit ke yang
abstrak. Dalam membuat urutan penyajian ini perlu diingat bahwa ada
kemampuan atau keterampilan mungkin baru dapat dipelajari setelah kemampuan
lain tertentu dikuasai. Dalam hal ini kemampuan yang satu menjadi prasyarat
untuk dapat dipelajarinya kemampuan yang lain.
Dalam pengembangan bahan ajar paling tidak ada empat komponen yang secara
langsung perlu diperhatikan, yaitu kurikulum, karakteristik peserta, sarana dan
prasarana yang tersedia, dan biaya.
Pada dasarnya banyak cara untuk mengembangkan bahan ajar. Dalam hal
ini, diperlukan kekreatifan seorang guru. Guru dapat mengembangkan bahan ajar
sekreasi mungkin dengan syarat tetap mendasar pada kompetensi dasar yang
digunakan sebagai acuannya dan memerhatikan prosedur penyusunan bahan ajar.
Banyak media atau model belajar yang dapat digunakan untuk mengembangkan
bahan ajar. Selain itu, pesatnya perkembangan tekhnologi saat ini juga dapat
sangat membantu guru dalam mengembangkan bahan ajarnya. Adapun media
sederhana yang mudah didapatkan dan dapat digunakan guru sebagai bahan
pembelajarannya, yaitu dengan cara menjadikan lingkungan sebagai alat peraga
atau biasa disebut alat peraga visual atau mengembangkan alat peraga sederhana.
Bahan pembelajaran apapun yang dibuat oleh tenaga pendidik, tentu bahan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar dalam rangka pencapaian
kompetensi yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA