Anda di halaman 1dari 16

PROSEDUR PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN BAHAN

AJAR

Ketersediaan bahan pembelajaran masih sangat terbatas, apalagi jika


dibandingkan dengan pengembangan bahan pembelajaran cetak, produk
tekhnologi audio, visual, video, dan sistem jaringan yang dikembangkan di
negara-negara maju. Bahan pembelajaran berkedudukan sebagai alat atau sarana
untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penyusunan bahan ajar
hendaklah berpedoman pada standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD), atau tujuan pembelajaran umum (goal) dan tujuan pembelajaran khusus
(objective).
Dewasa ini, ketika ilmu pengetahuan dan tekhnologi berkembang sangat
pesat, proses pembelajaran tidak lagi dimonopoli oleh adanya kehadiran guru di
dalam kelas. Siswa dapat belajar di mana dan kapan saja. Siswa bisa belajar apa
saja sesuai dengan minat dan gaya belajar. Seorang desainer pembelajaran dituntut
untuk dapat merancang pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai jenis media
dan sumber belajar yang sesuai agar proses pembelajaran berlangsung secara
efektif dan efisien.
In line with general thinking about design research (at the time often called
development research (Van den Akker, 1999; Van den Akker & Plomp, 1993;
Nieveen, 1997; Richey & Nelson, 1996), the study in Namibia consisted of the
following stages:
 Front-end analysis, including context and problem analysis, literature review,
analysis of available promising similar examples, review of intentions and
perceptions of Namibian curriculum developers;
 Development of prototypes through a cyclic process of design and formative
evaluation activities;
 Evaluation of the effectiveness of the product-in particular in terms of the way
it assists teachers with a more practical teaching style with active involvement
of students.
(international.slo.nl/bestanden/Ch19.pdf)

Olsen berpendapat bahwa prosedur belajar dapat ditempuh dalam tiga tahap,
yaitu:
1. Pengajaran langsung melalui pengalaman langsung. Pengajaran ini diperoleh
dengan teknik karyawisata, wawancara, resource visitor.
2. Pengajaran tidak langsung, dapat melalui alat peraga. Pengalaman ini
diperoleh melalui gambar, peta, bagan, objek, model, slide, film, TV,
dramatisasi, dan lain-lain.
3. Pengajaran tidak langsung melalui lambang kata, misalnya melalui kata-kata
dan rumus-rumus.
(Wina Sanjaya, 2008:203-204)
Apabila tujuan instruksional sudah jelas, dan kita telah mengetahui
kemampuan dan keterampilan apa yang diharapkan dapat dilakukan siswa,
kemudian kita harus memikirkan bagaimana caranya supaya siswa memiliki
kemampuan dan keterampilan tersebut. Untuk dapat mengembangkan bahan
instruksional yang mendukung tercapainya tujuan itu, tujuan yang telah
dirumuskan tadi harus dianalisis lebih lanjut. Seperti halnya pada waktu kita
merumuskan tujuan khusus kita bertanya kemampuan apa yang harus dimiliki
siswa sebelum ia memiliki kemampuan yang dituntut oleh tujuan umum itu,
demikian pulalah yang harus kita lakukan dalam kita mengembangkan bahan yang
harus dipelajari siswa. Setiap tujuan instruksional khusus harus kita analisis.
Dengan cara ini kita akan mendapatkan sub kemampuan dan sub keterampilan,
serta sub-sub kemampuan dan sub-sub keterampilan. Bila semua sub kemampuan
dan keterampilan serta sub-sub kemampuan dan keterampilan telah kita
identifikasi kita akan memperoleh bahan instruksional terperinci yang mendukung
tercapainya tujuan itu.
Bila sub kemampuan dan sub-sub kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh
peserta didik maka peserta didik tentu telah mencapai tujuan instruksional khusus
yang akan dicapai. Daftar kemampuan itu merupakan bahan instruksional yang
harus disajikan kepada atau dipelajari oleh peserta didik.
Dengan cara yang sama, kita harus mengidentifikasi sub kemampuan dan
sub-sub kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran umum
yang akan dicapai. Setelah daftar pokok-pokok bahan pembelajaran tersebut
diperoleh, tugas kita selanjutnya ialah mengorganisasikan urutan penyajian yang
logis, artinya dari yang sederhana ke yang rumit atau dari yang kongkrit ke yang
abstrak. Dalam membuat urutan penyajian ini perlu diingat bahwa ada
kemampuan atau keterampilan mungkin baru dapat dipelajari setelah kemampuan
lain tertentu dikuasai. Dalam hal ini kemampuan yang satu menjadi prasyarat
untuk dapat dipelajarinya kemampuan yang lain.
Dalam pengembangan bahan ajar paling tidak ada empat komponen yang secara
langsung perlu diperhatikan, yaitu kurikulum, karakteristik peserta, sarana dan
prasarana yang tersedia, dan biaya.

Bahan atau materi yang sering digunakan dalam proses pembelajaran


kadang-kadang tidak melewati proses sistematis dalam pengembangannya. Sering
langkah-langkah ilmiah tidak diperhatikan apalagi jika terdesak dengan batas
waktu penyusunan. Ranjit (2012:2) menyarankan sepuluh tahapan dalam
mengembangkan bahan pembelajaran, yaitu :
 Identifikasi kebutuhan dan masalah
 Analisis masalah: terutama terkait dengan pola resistensi
 Analisas masalah: identifikasi faktor kebutuhan dan motivasi, dan taktik
persuasi
 Merumuskan dan menetapkan tujuan
 Menyeleksi topik
 Menyeleksi bentuk (format)
 Penyusunan konten: visual script
 Editing
 Testing (pengujian)
 Revisi
Langkah-langkah seperti dijabarkan di atas memang sangat ideal dalam
mengembangkan bahan pembelajaran. Namun, jika bahan pembelajaran
dikembangkan dalam pengertian menyeleksi, memodifikasi, atau mendesain
bahan pembelajaran, langkah-langkah yang dilakukan tidak sebanyak langkah di
atas. Rothwell dan Kazanas (2004:247) menyarankan untuk mengikuti enam
langkah sebagai berikut:
 Mempersiapkan garis-garis besar bahan pembelajaran
 Melakukan penelitian
 Menguji bahan pembelajaran yang tersedia
 Menyusun atau memodifikasi bahan yang tersedia
 Menyediakan dan membuat bahan pembelajaran
 Menyeleksi atau menyediakan aktivitas pembelajaran.
Semua langkah yang ditawarkan di atas, pada dasarnya dapat diikuti,
dimodifikasi, atau diadaptasi tergantung dari kebutuhan di mana dan untuk
kalangan yang mana bahan pembelajaran tersebut dikembangkan. Oleh karena itu,
langkah-langkah tersebut dimodifikasi ke dalam tiga langkah sebagai berikut:
 Memilih tema atau topik yang sesuai.
Memilih topik harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik, ketersediaan
bahan, kemudahan daya jangkauan dan penggunaannya. Asal daerah juga
dapat mempengaruhi tema atau topik yang akan ditentukan. Memilih topik
harus mempertimbangkan aspek kemenarikan , kesesuaian topik dengan
konten bahan pembelajaran termasuk sub-topik yang hendak dikaji dan
dikembangkan. Selain itu, topik juga harus singkat, padat, dan
menggambarkan isi bahan pembelajaran.
 Menetapkan kriteria
Kriteria yang dimaksud di sini merujuk pada standar bahan pembelajaran yang
hendak dikembangkan. Adapun kriteria bahan pembelajaran yang baik yaitu:
1. Konten informasi yang dikembangkan dalam bahan pembelajaran
dihubungkan dengan pengalaman peserta didik (diawali dengan analisis
kebutuhan).
2. Peserta didik menyadari tentang pentingnya informasi yang disajikan dalam
bahan pembelajaran.
3. Informasi yang dituangkan dalam bahan pembelajaran tersedia dan mudah
diperoleh paling tidak dalam bahan yang dikembangkan.
4. Bahan pembelajaran terorganisasi dengan baik sehingga memudahkan bagi
peserta didik untuk mempelajarinya.
5. Gaya penulisan sangat jelas dan dapat dipahami dengan baik.
6. Penggunaan kosakata dan bahasa sesuai dengan umur dan tingkat sekolah
dan diterima dikalangan umum.
7. Kata-kata sulit dan istilah-istilah teknik dijabarkan dan dijelaskan dalam
bahan pembelajaran yang dikembangkan.
 Menulis atau menyusun bahan pembelajaran baru.
Sebelum menyusun bahan pembelajaran yang baru, perlu mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya tentang berbagai kelemahan dan kelebihan
bahan pembelajaran yang sudah pernah dikembangkan sebelumnya.
Ketiga langkah tersebut merupakan bagian penting dalam
mengembangkan bahan pembelajaran, terdapat dua langkah lainnya, yakni:
 Melakukan uji coba bahan pembelajaran
 Merevisi bahan pembelajaran untuk penggunaan secara umum

Penggunaan model Dick and Carrey dalam pengembangan suatu mata


pelajaran dimaksudkan agar (1) pada awal proses pembelajaran anak didik atau
siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan
materi pada akhir pengajaran, (2)adanya pertautan antara tiap komponen
khususnya antara strategi dan hasil pengajaran yang dikehendaki, (3) menerapkan
langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan dsain
pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan langkah demi langkah yang telah
ditetapkan oleh Dick and Carrey.
1. Mengidentifikasi TujuanUmum Pembelajaran
Sebagaimana kita ketahui bahwa sasaran akhir dari suatu program
pembelajaran adalah tercapainya tujuan umum pembelajaran tersebut. Oleh
karena itu,perancang harus mempertimbangkan secara mendalam tentang
rumusan tujuan umum pengajaran yang akan ditentukannya.
Memprtimbangkan secara mendalam artinya, untuk merumuskan tujuan uum
pembelajaran harus mempertimbangkan karakteristik bidang studi,
karakteristik siswa, dan kondisi lapangan.
Dick and Carrey (1985) menjelaskan bahwa tujuan pengajaran adalah
untuk menentukan apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran. Di dalam buku Akta Mengajar V
(Depdikbud, 1982) tujuan pembelajaran sangat penting dalam proses
intruksional atau dalam setiap kegiatan belajar mengajar, sebab tujuan
pembelajaran yang dirumuskan secara spesifikdan jelas,akan memberkan
keuntungan kepada:
a. Siswa untuk dapat mengukur waktu, dan pemusatan perhatian pada tujuan
yang ingin dicapai;
b. Guru untuk dapat mengatur kegiatan instruksionalnya, metodenya, dan
strategi untuk mencapai tujuan tersebut;
c. Evaluator untuk dapat menyusun tes sesuai dengan apa yang harus dicapai
oleh anak didik.
2. Malakukan Analisi Pembelajaran
Dengan cara analisis pembelajaran ini akan diidentifikasi keterampilan-
keterampilan bawahan (subordinate skills). Jadi, posisi analisis pembelajaran
dalam keseluruhan desain pembelajaran merupakan perilaku prasyarat,
sebagai perilaku yang menurut urutan gerak fisik berlangsung lebih dahulu,
perilaku yang menurut proses psikologis muncul lebih dahuku atau secara
kronologis terjadi lebih awal, sehingga analisis ini merupakan acuan dasar
dalam melanjutkan langkah-langkah desain berikutnya.
Dick and Carrey (1985) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran yang
telah diidentifikasi perlu dianalisis untuk mengenali keterampilan-
keterampilan bawahan (subordine sklls) yang mangharuskan anak didik
belajar manguasainya dan langkah-langkah procedural bawahan yang ada
harus diikuti anak didik untuk dapat belajar tertentu. Untuk menemukan
keterampilan-keterampilan bawahan yang bersumber daritujuan pembelajaran,
digunakan pendekatan hierarki. Mengapa harus menggunakan pendekatan
hierarki, karena anak didik dituntut harus mampu memecahkan masalah atau
melakukan kegiatan informasi yang tidak dijumpai sebelumnya, seperti
mengklasifikasi dengan cirri-cirinya, menerapkan dalil atau prinsip untuk
memecahkan masalah.
Cara yang digunakan untukmengidentifikasi subordinate skills dengan
cara memilih keterampilan bawahan yang berhubungan langsung dengan
ranah tujuan pembelajaran. Biasanya untuk mata pelajaran tertentu
keseluruhan tujuan merupakan keterampilan intelektual. Teknik analisis
keterampilan bawahannya menggunakan pendekatan hierarki, yaitu dengan
memilih apa yang harus diketahui oleh anak didik, sehingga dengan usaha
pembelajaran sedikit mungkin untuk dipelajari atau dikuasai melalui belajar.
3. Mengidentifikasi Tingkah Laku Masukan dan Karakteristik Anak didik
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa sangat
perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas perseorangan untuk dapat dijadikan
sebagai petunjuk dalam mempreskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran.
Aspek-aspek yang diungkapkan dalam kegiatan ini bias berupa bakat,
motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir, minat,atau kemampuan
awal. Untuk mengungkapkan kemampuan awal mereka dapat dilakukan
dengan pemberian tes dari tingkat bawah atau tes yang berkaitan dengan
materi ajar sesuai panduan kurikulum.
4. Merumuskan Tujuan Performansi
Menurut Dick and Carrey (1985) menyatakan bahwa tujuan performansi
terdiri atas:
(1) Tujuan harus menguraikan apa yang dapat dikerjakan, atau diperbuat oleh
anak didik;
(2) Menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi
syarat, yang hadir pada waktu anak didik berbuat;
(3) Menyebutkan criteria yang digunakan untuk menilai unjuk kegiatan anak
didik yang dimaksudkan pada tujuan.
Gagne, Briggs, dan Mager menjelaskan bahwa fungsi performansi objektif
adalah
(a) menyediakan suatu sarana dalam kaitannya dengan pembelajaran untuk
mencapai tujuan;
(b) menyediakan suatu sarana berdasarkan suatu kondisi belajar yang sesuai;
(c) Memberikan arah dalam mengembangkan pengukuran atau penilaian;
(d) Mambantu anak didik dalam usaha belajarnya.
5. Mengembangkan Butir-Butir Tes Acuan Patoak
Tes acuan patokan terdiri atas soal-soal yang secara langsung mengukur
istilah patokan yang dideskripsikan dalam suatu perangkap tujuan khusus.
Istilah patokan dipergunakan karena soal-soal tes merupakan rambu-rambu
untuk menentukan kelayakn penampilan siswa dalam tujuan, keberhasilan
siswa dalam tes ini menentukan apakah siswa telahmencapai tujan khusus
yang telah ditentukan atau belum, tes acuan patokan disebut juga tes acuan
tujuan. Bagi seorang perancang pembelajaran harus mengembangkan butir tes
acuan patokan, karena hasil tes pengukuran tersebut berguna untuk:
(1) mendiagnosis dan menempatkannya kurikulum;
(2) menceking hasil belajar dan menemukan kesalahan pengertian;
(3) menjadi dokumen kemajuan belajar.
6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Dalam strategi pembelajaran, menjelaskan komponen umum suatu
perangkat material pembelajaran dan mengembangkan materi secara
prosedural haruslah berdasarkan karakteristik siswa. Karena material
pembelajaran yang dikembangkan, pada akhirnya dimaksudkan untuk
membantu siswa agar memperoleh kemudahan belajar. Untuk itu sebelum
mengembangkan materi perlu dilihat kembali karakteristik siswa. Dalam
tulisan lain dianjurkan melihat pula karakteristik materi. Strategi pembelajaran
merupakan hasil nyata yang digunakan untuk mengembangkan material
pembelajaran, menilai material yang ada, merevisi material, dan
merencanakan kegiatan pembelajaran. Komponen strategi pembelajaran terdiri
atas: (a) kegiatan prapembelajaran, (b) penyajian informasi, (c) peran serta
siswa, (d) pengeterasi, dan (e) kegiatan tindak lanjut.
7. Mengembangkan dan Memilih Material Pembelajaran
Dick and Carrey (1985) menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh
pengajar untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran, yaitu sebagai
berikut.
(1) Pengajar merancang bahan pembelajaran individual, semua tahap
pembelajaran dimasukkan ke dalam bahan, kecuali prates dan pascates.
(2) Pengajar memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan
strategi pembelajaran.
(3) Pengajar tidak memakai bahan, tetapi meyampaikan semua pembelajaran
menurut strategipembelajarannya yang telah disusunnya.
Kebaikan dari strategi ini adalah pengajar dapat dengan segera memperbaiki
dan memperbarui pembelajaran bila terjadi perubahan isi. Adapun kerugiannya
adalah sebagian besar waktu tersisa untuk menyampaikan informasi, sehingga
sedikit sekali waktu untuk membantu anak didik.
8. Mendesain dan Melaksanakan Evaluatif Sumatif
Evaluasi ini adalah satu langkah dalam mengembangkan desain
pembelajaran yang berfungsi untuk mengumpulkan data untuk perbaikan
pembelajaran. Dengan kata lain karena melalui evaluatif formatif akan
ditemukan berbagai kekurangan yang terdapat pada kegiatan pembelajaran,
sehingga kekurangan-kekurangan tersebut dapat diperbaiki. Menurut Dick and
Carrey (1985), ada tiga fase pokok penilaian formatif, yaitu (1) Fase
perorangan atau fase klinis. Pada fase ini perancang bekerja dengan siswa
secara perseorangan utnuk memperoleh data guna menyempurnakan bahan
pembelajaran. Data yang dimaksud di sini biasanya kesalahan-kesalahan. (2)
Fase kelompok kecil, yaitu sekelompok siswa yang terdiri atas delapan sampai
sepuluh orang yang merupakan wakil cerminan populasi sasaran mempelajari
bahan secara mandiri, dan kemudian diuji untuk memperoleh data yang
diperlukan. (3) Fase uji lapangan. Uji coba di lapangan perlu dilaksanakan
untuk mengetahui apakah perubahan-perubahan yang telah dibuat dari hasil
penilaian perseorangan dan penilaian kelompok kecil efektif jika digunakan
dalam keperluan pembelajaran.
9. Merevisi Bahan Pembelajaran
Merevisi bahan pembelajaran perlu dilakukan untuk menyempurnakan
bahan pembelajaran sehingga lebih menarik, efektif bila digunakan dalam
keperluan pembelajaran, sehingga memudahkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk dapat merevisi pembelajaran,
dilakukan sesuai data yang diperoleh dari evaluasi formatif, yaitu penilaian
perseorangan, penilaian kelompok kecil, dan hasil akhir uji coba lapangan.
Untuk keperluan bahan pembelajaran ada 4 macam keterangan pokok yang
menjadi sumber dalam melakukan revisi, yaitu (1) ciri anak didik dan tingkah
laku masukan; (2) Tanggapan langsung terhadap pembelajaran termasuk tes
sisipan; (3) hasil pembelajaran pascates; (4) Jawaban terhadap kuesioner.
10. Mendesain dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif perlu diarahkan pada keberhasilan pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan, yang diperlihatkan oleh unjuk kerja siswa. Apabila
semua tujuan sudah dpat dicapai, efektivitas pelaksanakan kegiatan
pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu dianggap berhasil dengan baik.
Demikian pula jika keberhasilan siswa dicapai dalam rentangan waktu yang
relative pendek, maka dari segi efisiensi pembelajaran dapat dicapai. Jika
dengan rancangan pembelajaran ini mungkin dengan memberlakukan strategi
yang baik, aktivitas siswa meningkat, maka dari segi keberhasilan pada daya
tarik pengajaran dapat dicapai.

Adapun prosedur penyusunan bahan ajar secara umum yaitu :

1. Analisis kebutuhan dan karakteristik peserta


2. Merumuskan kompetensi belajar
3. Merumuskan indikator keberhasilan
4. Merumuskan butir-butir bahan secara rinci yang mendukung pencapaian
indikator
5. Mengembangkan alat ukur keberhasilan
6. Menulis naksah
7. Melakukan evaluasi dan revisi

The role of teachers is to help learners to learn. Teachers have to follow


the curriculum and provide, make, or choose materials. They may adapt,
supplement, and elaborate on those materials and also monitor the progress and
needs of the students and finally evaluate students. Materials include textbooks,
video and audio tapes, computer software, and visual aids. They influence the
content and the procedures of learning. The choice of deductive vs inductive
learning, the role of memorization, the use of creativity and problem solving,
production vs. reception, and the order in which materials are presented are all
influenced by the materials. Technology, such as OHP, slides, video and audio
tape recorders, video cameras, and computers, supports instruction/learning .
Though students should be the center of instruction, in many cases,
teachers and students rely on materials, and the materials become the center of
instruction. Since many teachers are busy and do not have the time or inclination
to prepare extra materials, textbooks and other commercially produced materials
are very important in language instruction. Therefore, it is important for teachers
to know how to choose the best material for instruction, how to make
supplementary materials for the class, and how to adapt materials.
Many teachers go abroad during vacations these days, and they can collect
materials in English-speaking countries. TV and radio are good sources. They
provide a variety of materials. The information is current and the language is
natural, but the content has to be chosen carefully. Newspapers, magazines,
advertisements, and other types of printed material are very useful. Teachers can
take photos, make video tapes or record audio tapes. If they make plans before
they go overseas, they may be able to make good video or audio programs. Even
in your home country, you can browse the world wide web and search for useful
materials for classes. There are lots of sources of materials and photos on www.
Pengembangan bahan ajar dapat dilakukan melalui jenis bahan ajar yang
digunakan seperti :
1. Bahan Ajar Cetak
Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk.
a. Handout
Bahan tertulis yang disiapakan oleh guru untuk memperkaya pengetahuan
siswa.
b. Buku
Bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan.
c. Modul
Sebuah buku yang ditulis degan tujuan agar siswa dat belajar secara
mandiri.
d. LKS ( Lembar Kerja Siswa )
Lembaran-lembarang berisi tugas yang harus dikerjakan siswa.
e. Brosur
Bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara
bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat
tanpa dijiid.
f. Leaflet
Bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dijahit.
g. Wallchart
Bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus atau proses atau grafik yang
bermakna menunjukan posisi tertentu. Agar menarik wallchart di desain
menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik.
h. Foto atau gambar
Foto atau gambar yang di desain secara baik dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam penggunaanya harus
dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tetulis dapat berupa petunjuk cara
penggunaanya dan atau bahan tes.
i. Model atau maket
Model atau maket yang didesain secara baik memberikan makna yang
hampir sama dengan benda aslinya. Dalam memanfaatkannya sebagai
bahan ajar harus menggunakan kompetensi dasar dalam kurikulum sebagai
acuannya.
2. Bahan Ajar Dengar ( Audio )
a. Kaset atau piringan hitam atau compact disk
Sebuah kaset yang direncanakan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah
program yang dapat dipergunakan sebagai bahan ajar. Biasanya digunakan
untuk pembelajaran bahasa atau musik.
b. Radio
Media dengar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, dengan radio
siswa dapat belajar sesuatu.
3. Bahan Ajar Pandang Dengar ( Audio Visual )
a. Video atau film
Umumnya program video dibuat dalam rancangan lengkap sehingga setiap
akhir dari penayangan video siswa dapat menguasai satu atau lebih
kompetensi dasar.
b. Orang atau Narasumber
Dengan orang, seseorang dapat belajar misalnya karena orang tersebut
memiliki keterampilan khusus tertentu. Agar orang dapat dijadikan bahan
ajar secara baik, maka rancangan tertulis diturunkan dari kompetensi dasar
harus dibuat kemudian dikombinasikan dengan bahan tertulis tersebut.
4. Bahan ajar interaktif
Bahan ajar interaktif dalam tama da menyiapkannya diperlukan pengetahuan
dan keterampilan pendukung yang memadai, terutama dalam peralatan seperti
komputer, kamera video dan kamera foto. Biasanya disajikan dalam bentuk
CD.

A web-based teaching materials design and development system tailored


to the needs of teachers who have a lower level of computer literacy is helpful for
teachers wishing to incorporate technology into teaching. It is the goal of this
study to develop a web-based environment that allows teachers to implement their
instructional procedures, for example by developing teaching plans, preparing
course materials, and managing teaching activities in an efficient and effective
way. This system will focus more on each step of web-based teaching material
design (and will highlight the steps of Analysis, Design, Develop and Practice),
which offer a series of technological auxiliary tools for teaching. We will also
look from the aspect of information-searching, providing URL management
modules, offering keyword indexing, and record browsing history. In order to
evaluate the system, eight junior high school history teachers were invited to
participate in the evaluation. This paper uses experts’ reviews and content
analyses of teachers’ instructional materials and interviews, and concludes that
instructional materials produced by the system appear to be more coherent and
systematic, provide deeper and broader information for learning, apply more
adequate teaching strategies, and lessen the design and development load on
teachers.
The role of information technology is becoming more important in the
instructional environment. However, the lack of appropriate software for
instructional purposes inhibits the process of integrating technology with
instruction. To compensate for this lack, so be expanded a web-based teaching
material design and development system and tested its effectiveness in helping in-
service teachers develop their teaching plans and materials. Hope that the facilities
and friendly user interface of the system will be able to reduce teachers’
workloads and increase the quality of teaching plans and materials designed on
the Internet.

Pada dasarnya banyak cara untuk mengembangkan bahan ajar. Dalam hal
ini, diperlukan kekreatifan seorang guru. Guru dapat mengembangkan bahan ajar
sekreasi mungkin dengan syarat tetap mendasar pada kompetensi dasar yang
digunakan sebagai acuannya dan memerhatikan prosedur penyusunan bahan ajar.
Banyak media atau model belajar yang dapat digunakan untuk mengembangkan
bahan ajar. Selain itu, pesatnya perkembangan tekhnologi saat ini juga dapat
sangat membantu guru dalam mengembangkan bahan ajarnya. Adapun media
sederhana yang mudah didapatkan dan dapat digunakan guru sebagai bahan
pembelajarannya, yaitu dengan cara menjadikan lingkungan sebagai alat peraga
atau biasa disebut alat peraga visual atau mengembangkan alat peraga sederhana.
Bahan pembelajaran apapun yang dibuat oleh tenaga pendidik, tentu bahan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar dalam rangka pencapaian
kompetensi yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda


Karya Offset
Sadiman, Arief S. dkk. 2008. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sanjaya, Wina. 2008. PERECANAAN DESAIN SISITEM PEMBALAJARAN.
Jakarta: KENCANA
Yaumi, Muhammad. 2013. PRINSIP-PRINSIP DESAIN PEMBELAJARAN.
Jakarta: KENCANA
Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

http://iteslj.org/Articles/Kitao-Materials.html diunduh pada tanggal 30 Oktober


2014
international.slo.nl/bestanden/Ch19.pdf diunduh pada tanggal 30 Oktober 2014
www.ifets.info/jurnals/9_4/12.pdf diunduh pada tanggal 29 Oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai