Taksonomi
Taksonomi
Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani tassein yang berarti untuk
mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan
sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Di
mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih
rendah bersifat lebih spesifik.
Jadi, Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri dari
enam level : remembering (mengingat), understanding (memahami), applying
(menerapkan), analyzing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan
creating (mencipta). Revisi Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan
tujuan belajar yang sering kita kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6.
Sama dengan sebelum revisi, tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower
Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking
Skill. Jadi, dalam menginterpretasikan piramida di atas, secara logika adalah
sebagai berikut :
Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih
dahulu
Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu
Sebelum kita menganalisa maka kita harus menerapkannya dulu
Sebelum kita mengevaluasi maka kita harus menganalisa dulu
Sebelum kita berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka kita harus mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi.
5. Mengevaluasi/
Menilai Kemampuan menetapkan
derajat sesuatu berdasarkan
norma, kriteria atau patokan
tertentu. Contoh: Memban-
dingkan hasil ujian siswa
dengan kunci jawaban
Mengkaji ulang, mempertahankan, menyeleksi, mempertahankan, mengevaluasi,
mendukung, menilai, menjustifikasi, mengecek, mengkritik, memprediksi,
membenarkan, menyalahkan.
http://www.mengejarasa.com/2014/10/makalah-taksonomi-pendidikan-
bloom.html
Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam
Pembelajaran Sains. Jakarta : Depdiknas.
Sumintono, bambang. 2010. Pembelajaran sains, pengembangan keterampilan
sains dan sikap ilmiah dalam meningkatkan kompetensi guru. Johor bahru :
Universiti Teknologi Malaysia.
Peran Taksomo Bloom Dalam Desain Pengajaran PAI
Pada tahun 1950-an Benyamin Bloom memimpin suatu tim yang terdiri atas para
ahli psikologi dalam menganalisis perilaku belajar akademik. Hasil pekerjaan tim
ini dikenal dengan taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom menggolongkan tiga
kategori perilaku belajar yang berkaitan dan saling melengkapi (overlapping).
Ketiga kategori ini disebut ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. [7]
Ranah Kognitif
Bloom menggolongkan enam tingkatan pada ranah kognitif dari pengetahuan
sederhana atau penyadaran terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan paling rendah
ke penilaian (evaluasi) yang lebih kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang
paling tinggi. Berikut adalah tingkatan yang dimaksud:[8]
a. Pengetahuan
b. Pemahaman
c. Penerapan
d. Analisis
e. Sintesis
f. Penilaian
Ranah Afektif
Taksonomi Krathwohl dalam ranah afektif adalah yang paling populer dan banyak
digunakan. Krathwohl mengurutkan ranah afektif berdasarkan penghayatan.
Penghayatan tersebut berhubungan dengan proses ketika perasaan seseorang
beralih dari kesadaran umum ke penghayatan yang mengatur perilakunya secara
konsisten terhadap sesuatu. Berikut urutan ranah yang dimaksud oleh Krathwohl:
1) Penerimaan.
2) Penanggapan
3) Perhitungan atau penilaian
4) Pengaturan atau pengelolaan
5) Bermuatan nilai
Ranah Psikomotor
Anita Harrow mengelola taksonomi ranah psikomotor menurut derajat koordinasi
yang meliputi koordinasi ketaksengajaan dan kemampuan yang dilatihkan.
Taksonomi ini dimulai dengan refleks yang sederhana pada tingkatan rendah ke
gerakan saraf otot yang lebih kompleks pada tingkatan tertinggi. Hierarki ranah
psikomotor yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Gerakan refleks, merupakan tindakan yang ditunjukkan tanpa belajar dalam
menanggapi stimulus. Contoh: merentangkan, memperluas, melenturkan,
meregangkan, dan menyesuaikan postur tubuh dengan keadaan.
2) Gerakan dasar, merupakan pola gerakan yang diwarisi yang berbentuk
berdasarkan campuran gerakan refleks dan gerakan yang lebih kompleks. Hasil
belajarnya sesuai dengan contoh berikut. Contoh kata kerja: berlari, berjalan,
mendorong, menelikung, menggenggam, mencengkram, mencekal, merengut,
menyambar, memegang, merebut, menggunakan, atau memanipulasi.
3) Gerakan tanggap (perceptual), merupakan penafsiran terhadap segala
rangsang yang membuat seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap
lingkungan. Hasil belajarnya merupakan kewaspadaan berdasarkan perhitungan
dan kecermatan. Contoh: waspada (awas), kecermatan melihat, mendengar dan
bergerak, atau ketajaman dalam melihat perbedaan, misalnya pada gerakan
terkoordinasi, seperti meloncat, bermain tali, menangkap, menyepak, dan
mengalah.
4) Kegiatan fisik, merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan otot,
kekuatan mental, ketahanan, kecerdasan, kegesitan, dan kekuatan suara. Hasil
belajarnya sesuai dengan contoh berikut. Contoh: semua kegiatan fisik yang
memerlukan usaha dalam jangka panjang dan berat, pengerahan otot, gerakan
sendi yang cepat, serta gerakan yang cepat dan tepat.
5) Komunikasi tidak berwacana, merupakan komunikasi melalui gerakan
tubuh. Gerakan tubuh ini merentang dari ekspresi mimik muka sampai dengan
gerakan koreografi yang rumit.