Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Taksonomi

Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani tassein yang berarti untuk
mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan
sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Di
mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih
rendah bersifat lebih spesifik.

http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi adalah: 030611


http://devtrie4ever.blogspot.co.id/
Revisi Taksonomi Bloom
Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan
para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai
dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan pada tahun
2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan pada ranah
kognitif. Revisi tersebut meliputi :
1. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level
taksonomi.
2. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level
masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan mendasar
terletak pada level 5 dan 6.

Perubahan-perubahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :


Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering (mengingat).
Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding (memahami).
Pada level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan).
Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis).
Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan
perubahan mendasar, yaitu creating (mencipta).
Pada level 6, Evaluation turun posisisinya menjadi level 5, dengan sebutan
evaluating (menilai).

Jadi, Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri dari
enam level : remembering (mengingat), understanding (memahami), applying
(menerapkan), analyzing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan
creating (mencipta). Revisi Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan
tujuan belajar yang sering kita kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6.

Sama dengan sebelum revisi, tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower
Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking
Skill. Jadi, dalam menginterpretasikan piramida di atas, secara logika adalah
sebagai berikut :
Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih
dahulu
Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu
Sebelum kita menganalisa maka kita harus menerapkannya dulu
Sebelum kita mengevaluasi maka kita harus menganalisa dulu
Sebelum kita berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka kita harus mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi.

Beberapa kritik dilemparkan kepada penggambaran piramida ini. Ada yang


beranggapan bahwa semua kegiatan tidak selalu harus melewati tahap yang
berurutan. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja tergantung
kreasi tiap orang. Namun demikian, memang diakui bahwa pentahapan itu
sebenarnya cocok untuk proses pembelajaran yang terintegrasi. Kritik lain
mengatakan bahwa higher level (Menganalisa, mengevaluasi dan mencipta)
sebenarnya bersifat setara sehingga bentuk segitiga menjadi seperti di bawah ini
(Anderson and Krathwohl, 2001).
Berikut ini adalah penjelasan dan pilihan kata kerja kunci dari ranah kognitif yang
telah direvisi.

No. Kategori Penjelasan Kata kunci


1. Mengingat Kemampuan menyebutkan
kembali informasi/
pengetahuan yang tersimpan
dalam ingatan. Contoh:
menyebutkan arti taksonomi.
Mendefinisikan, menyusun daftar, menjelaskan, mengingat, mengenali,
menemukan kembali, menyatakan, mengulang, mengurutkan, menamai,
menempatkan, menyebutkan.
2. Memahami Kemampuan memahami
instruksi dan menegaskan
pengertian/makna ide atau
konsep yang telah diajarkan
baik dalam bentuk lisan,
tertulis, maupun grafik/
diagram. Contoh : Merangkum
materi yang telah diajarkan
dengan kata-kata sendiri
Menerangkan, menjelaskan, menterjemahkan, menguraikan, mengartikan,
menyatakan kembali, menafsirkan, menginterpretasikan, mendiskusikan,
menyeleksi, mendeteksi, melaporkan, menduga, mengelompokkan, memberi
contoh, merangkum menganalogikan, mengubah, memperkirakan.

3. Menerapkan Kemampuan melakukan


Sesuatu dan mengaplika-
sikan konsep dalam situasi
tetentu. Contoh: Melakukan
proses pembayaran
gaji sesuai dengan sistem
berlaku
Memilih, menerapkan, melaksanakan, mengubah, menggunakan,
mendemonstrasikan, memodifikasi, menginterpretasikan, menunjukkan,
membuktikan, menggambarkan, mengoperasikan, menjalankan memprogramkan,
mempraktekkan, memulai.

4. Menganalisis Kemampuan memisahkan


konsep kedalam beberapa
komponen dan mnghu-
bungkan satu sama lain
untuk memperoleh
pemahaman atas konsep
tersebut secara utuh.
Contoh: Menganalisis
Penyebab meningkatnya
Harga pokok penjualan
dalam laporan keuangan
dengan memisahkan
komponen- komponennya.
Mengkaji ulang, membedakan, membandingkan, mengkontraskan, memisahkan,
menghubungkan, menunjukan hubungan antara variabel, memecah menjadi
beberapa bagian, menyisihkan, menduga, mempertimbangkan,
mempertentangkan, menata ulang, mencirikan, mengubah struktur, melakukan
pengetesan, mengintegrasikan, mengorganisir, mengkerangkakan.

5. Mengevaluasi/
Menilai Kemampuan menetapkan
derajat sesuatu berdasarkan
norma, kriteria atau patokan
tertentu. Contoh: Memban-
dingkan hasil ujian siswa
dengan kunci jawaban
Mengkaji ulang, mempertahankan, menyeleksi, mempertahankan, mengevaluasi,
mendukung, menilai, menjustifikasi, mengecek, mengkritik, memprediksi,
membenarkan, menyalahkan.

6. Mencipta Kemampuan memadukan


Unsur-unsur menjadi sesuatu
Bentuk baru yang utuh dan
koheren, atau membuat
sesuatu yang orisinil. Contoh:
Membuat kurikulum dengan
mengintegrasikan pendapat
dan materi dari beberapa
sumber
Merakit, merancang, menemukan, menciptakan, memperoleh, mengembangkan,
memformulasikan, membangun, membentuk, melengkapi, membuat,
menyempurnakan, melakukan inovasi, mendisain, menghasilkan karya.

http://www.mengejarasa.com/2014/10/makalah-taksonomi-pendidikan-
bloom.html
Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam
Pembelajaran Sains. Jakarta : Depdiknas.
Sumintono, bambang. 2010. Pembelajaran sains, pengembangan keterampilan
sains dan sikap ilmiah dalam meningkatkan kompetensi guru. Johor bahru :
Universiti Teknologi Malaysia.
Peran Taksomo Bloom Dalam Desain Pengajaran PAI
Pada tahun 1950-an Benyamin Bloom memimpin suatu tim yang terdiri atas para
ahli psikologi dalam menganalisis perilaku belajar akademik. Hasil pekerjaan tim
ini dikenal dengan taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom menggolongkan tiga
kategori perilaku belajar yang berkaitan dan saling melengkapi (overlapping).
Ketiga kategori ini disebut ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. [7]
Ranah Kognitif
Bloom menggolongkan enam tingkatan pada ranah kognitif dari pengetahuan
sederhana atau penyadaran terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan paling rendah
ke penilaian (evaluasi) yang lebih kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang
paling tinggi. Berikut adalah tingkatan yang dimaksud:[8]
a. Pengetahuan
b. Pemahaman
c. Penerapan
d. Analisis
e. Sintesis
f. Penilaian
Ranah Afektif
Taksonomi Krathwohl dalam ranah afektif adalah yang paling populer dan banyak
digunakan. Krathwohl mengurutkan ranah afektif berdasarkan penghayatan.
Penghayatan tersebut berhubungan dengan proses ketika perasaan seseorang
beralih dari kesadaran umum ke penghayatan yang mengatur perilakunya secara
konsisten terhadap sesuatu. Berikut urutan ranah yang dimaksud oleh Krathwohl:
1) Penerimaan.
2) Penanggapan
3) Perhitungan atau penilaian
4) Pengaturan atau pengelolaan
5) Bermuatan nilai
Ranah Psikomotor
Anita Harrow mengelola taksonomi ranah psikomotor menurut derajat koordinasi
yang meliputi koordinasi ketaksengajaan dan kemampuan yang dilatihkan.
Taksonomi ini dimulai dengan refleks yang sederhana pada tingkatan rendah ke
gerakan saraf otot yang lebih kompleks pada tingkatan tertinggi. Hierarki ranah
psikomotor yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Gerakan refleks, merupakan tindakan yang ditunjukkan tanpa belajar dalam
menanggapi stimulus. Contoh: merentangkan, memperluas, melenturkan,
meregangkan, dan menyesuaikan postur tubuh dengan keadaan.
2) Gerakan dasar, merupakan pola gerakan yang diwarisi yang berbentuk
berdasarkan campuran gerakan refleks dan gerakan yang lebih kompleks. Hasil
belajarnya sesuai dengan contoh berikut. Contoh kata kerja: berlari, berjalan,
mendorong, menelikung, menggenggam, mencengkram, mencekal, merengut,
menyambar, memegang, merebut, menggunakan, atau memanipulasi.
3) Gerakan tanggap (perceptual), merupakan penafsiran terhadap segala
rangsang yang membuat seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap
lingkungan. Hasil belajarnya merupakan kewaspadaan berdasarkan perhitungan
dan kecermatan. Contoh: waspada (awas), kecermatan melihat, mendengar dan
bergerak, atau ketajaman dalam melihat perbedaan, misalnya pada gerakan
terkoordinasi, seperti meloncat, bermain tali, menangkap, menyepak, dan
mengalah.
4) Kegiatan fisik, merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan otot,
kekuatan mental, ketahanan, kecerdasan, kegesitan, dan kekuatan suara. Hasil
belajarnya sesuai dengan contoh berikut. Contoh: semua kegiatan fisik yang
memerlukan usaha dalam jangka panjang dan berat, pengerahan otot, gerakan
sendi yang cepat, serta gerakan yang cepat dan tepat.
5) Komunikasi tidak berwacana, merupakan komunikasi melalui gerakan
tubuh. Gerakan tubuh ini merentang dari ekspresi mimik muka sampai dengan
gerakan koreografi yang rumit.

Perbaikan Taksonomi Bloom


Taksonomi Bloom sebagai wahana untuk memahami cara berpikir peserta didik
telah dikenal dan digunakan sejak tahun 1950-an sampai sekarang. Pada tahun
1990-an, Lori Anderson yang merupakan murid dari Benyamin Bloom memimpin
suatu kelompok kerja untuk memperbaiki taksonomi Bloom dalam menghadapi
abad 21. Hasil dari pekerjaan tim yang dipimpin oleh Anderson ini adalah
perubahan signifikan pada perbaikan struktur ranah kognitif yang dapat dilihat
sebagai berikut:
Taksonomi Bloom
Taksonomi Perbaikan Anderson
Pengetahuan
Pemahaman
Penerapan
Analisis
Sintesis
Penilaian
Mengingat
Memahami
Menerapkan
Menganalisis
Menilai
Menciptakan
Perbaikan penting yang dikemukakan Anderson adalah perubahan dari kata benda
ke kata kerja. Perubahan ini disebabkan taksonomi perlu men-cerminkan berbagai
bentuk atau cara berpikir dalam suatu proses yang aktif. Dengan demikian
penggunaan kata kerja lebih sesuai daripada kata benda.
Keenam kategori diubah menjadi kata kerja, kemudian beberapa subkategori juga
mengalami perbaikan dan perubahan. Pengetahuan merupakan hasil berpikir
bukan cara berpikir, sehingga diperbaiki menjadi mengingat yang menunjukkan
suatu proses berpikir tingkat awal.
Pemahaman diperbaiki menjadi memahami, kemudian sintesis diubah menjadi
menciptakan yang menunjukkan proses berpikir pada masing-masing kategori.
Akibatnya urutan dari taksonomi juga berubah seperti tampak di atas. Menilai
ditempatkan setelah menganalisis kemudian ditempatkan menciptakan sebagai
pengganti sintesis. Hal ini dilakukan untuk menempatkan hierarki dari proses
berpikir yang paling mudah ke proses penciptaan yang Iebih rumit dan sulit.
Pendapat ini cukup masuk akal, karena seseorang akan sulit untuk menciptakan
sesuatu sebelum mampu menilai sesuatu dari berbagai pertimbangan dan
pemikiran kritis.[9]

Sudijono, Anas Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:rajawali Press 2009.


http://sisipandanglain.blogspot.co.id/2014/11/makalah-taksonomi-bloom.html

Anda mungkin juga menyukai