Portofolio Psmba
Portofolio Psmba
1. Peter DJ, Dougherty JM. Evaluation of the patient with gastrointestinal bleeding : an
evidence based approach. Emerg Med Clin North Am, Feb 1999;17 (1): 239-61
2. Fallah MA, Prakash C, Edmundowicz S. Acute Gastrointestinal bleeding : Med Clin
North Am, Sep2000;17 (1): 1183-208
3. Sudomo U, Syafruddin ARL, Ruswhandi. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas di
RSPAD Gatot Subroto tahun 2002-2006
4. Adi, P. Pengelolaan perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid 1 edisi IV, Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta 2007; 289-292
Hasil pembelajaran
1. Penegakan diagnosa Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
2. Penatalaksanaan awal Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
1. Subjektif:
- Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri ulu hati sejak ± 1 minggu yang lalu dan
memberat dalam 2 hari SMRS. Nyeri yang dirasakan terus menerus. Keluhan disertai
dengan mual (+), tetapi tidak disertai muntah. Keluhan muntah darah disangkal, nafsu
makan menurun. Os mengeluh mulut terasa pahit, selain itu pasien juga mengeluh sejak
± 1 minggu SMRS adanya keluhan BAB warna hitam. Frekuensi BAB 1-2 kali sehari,
konsistensi BAB lunak/ lembek, tidak disertai darah berwarna merah segar. BAB warna
hitam dikatakan berlangsung hilang timbul namun tidak pernah berhenti sepenuhnya,
BAK normal.
2. Objektif
Hasil pemeriksaan fisik
Status presens
Sensorium : Compos Mentis Anemia : (+)
Tekanan darah : 120/90 mmHg Ikterik : (-)
Frekuensi nadi : 80x/I Dyspnoe : (-)
Frekuensi pernafasan : 20 x/I Oedem : (-)
Temperatur : 36 ºC Sianosis : (-)
Status lokalisata
Kepala
Bentuk : Normal
Rambut : Hitam
Mata : Pupil isokor, Conj. Palpebra inferior (-/-), refleks kornea (+/+),
Leher : TVJ R-2 cm H2O, Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
Thoraks
Inspeksi : Bentuk simetris fusiformis, abdomino-thoracal, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara pernafasan vesikuler, suara tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, nyeri tekan pada regio epigatriu, H/L/R ttb
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) meningkat
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, oedem (-), sianosis (-)
Inferior : Akral hangat, oedem (-), sianosis (-)
3. Assessment
Definisi
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (PSCA) merupakan salah satu keadaan darurat
medis yang memerlukan diagnosis dan penanganan segera. Sumber PSCA berlokasi di proksimal
diafragma dekat dengan flexura lienalis colon. Dengan kemajuan obat-obatan dan peralatan
untuk diagnosa dan terapi, banyak kasus ini dapat ditangani tanpa pembedahan. Yang
memerlukan tindakan bedah sekitar 3-15% . PSCA 4 kali lebih sering dari pada PSCB.
Etiologi
Perdarahan saluran cerna dapat yang bermanifestasi klinis mulai dari yang seolah ringan,
misalnya perdarahan tersamar sampai pada keadaan yang mengancam hidup. Hematemesis
adalah muntah darah segar (merah segar) atau hematin (hitam seperti kopi) yang merupkan
indikasi adanya perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) atau proksimal dari ligamentum
Treitz. Melena (feses berwarna hitam) biasanya berasal dari perdarahan SCBA, walaupun
perdarahan usus halus dan bagian proksimal kolon dapat juga bermanifes dalam bentuk melena.
Adapun penyebab dari perdarahan SCBA, antara lain:
1. Pecahnya varises esophagus (tersering diIndonesia lebih kurang 70-75%).
Esophagus bagian bawah merupakan saluran kolateral penting yang timbul akibat sirosis dan
hipertensi portal. Vena esophagus daerah leher mengalirkan darah ke vena azigos dan
hemiazigos, dan dibawah diagfragma vena esophagus masuk kedalam vena gastrika sinistra.
Hubungan antara vena porta dan vena sistemik memungkinkan pintas dari hati padfa kasus
hipertensi porta. Aliran kolateral melalui vena esofagus menyebabkan terbentuk varises
esophagus (vena varikosa esophagus). Vena yang melebar ini dapat pecah, menyebabkan
perdarahan yang bersifat fatal.
2. Perdarahan tukak peptik (ulkus peptikum)
Perdarahan merupakan penyulit ulkus peptikum yang paling sering terjadi, sedikitnya
ditemukan pada 15-25% kasus selama perjalanan penyakit. Walaupun ulkus disetiap tempat
dapat mengalami perdarahan, namun tempat perdarahan tersering adalah dinding posterior
bulbus duodenum, karena ditempat ini dapat terjadi erosi arteri pankreatikoduodenalis atau
arteria gastroduodenalis.
3. Gastritis (terutama gastritis erosive akibat OAINS)
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronik, difus, atau local. Banyak sekali etiologi yang dapat menyebabkan
terjadinya gastritis, antara lain endotoksin bakteri, kafein, alcohol, aspirin dan infeksi H.
pylori lebih sering dianggap sebagai penyebab gastritis akut.
4. Gastropathi hipertensi portal
5. Esofagitis
Esofagitis yang dapat menyebabkan perdarahan ialah esofagitis refluks kronis. Esofagitis
refluks kronis merupakan bentuk esofagitis yang paling sering ditemukan secara klinis.
Gangguan ini disebabkan oleh sfringter esophagus bagian bawah yang bekerja dengan
kurang baik dan refluks asam lambung atau getah alkali usus ke dalam esophagus yang
berlangsung dalam waktu yang lama. Sekuele yang terjadi akibat refluks adalah peradangan,
perdarahan, dan pembentukan jaringan parut dan striktur.
6. Sindroma Mallory-Weiss
Hematemesis atau melena yang secara khas mengikuti muntah-muntah berat yang
berlangsung beberapa jam atau hari, dapat ditemukan satu atau beberapa laserasi mukosa
lambung mirip celah, terletak memanjang di atau sedikit dibawah esofagogastrikum
junction.
7. Keganasan
Keganasan, misalnya kanker lambung.
8. Angiodisplasia
Angiodisplasia ialah kelainan vaskular kecil, seperti yang terdapat pada traktus intestinalis.
Presentasi klinis
Saluran cerna bagian atas merupakan tempat yang sering mengalami perdarahan. Dari
seluruh kasus perdarahan saluran cerna sekitar 80% sumber perdarahannya berasal dari esofagus,
Melena : Buang air besar berwarna hitam seperti ter atau aspal (70-80%)
Hematoskezia :Buang air besar berwarna merah marun, biasanya dijumpai pada pasien
dengan perdarahan masif dimana transit time dalam usus yang pendek (15-20%)
Syncope (14%)
Presyncope (43%)
Dispepsia (18%)
BB menurun (12%)
Ikterus (5%)
Penampilan klinis lainnya yang dapat terjadi adalah gambaran klinis dari komorbid seperti
penyakit hati kronis, penyakit paru, penyakit jantung, penyakit ginjal dsb.
Hematemesis, melena dan hematoschizia, dan pemeriksaan hasil laboratorium tertentu bisa
digunakan sebagai indikator sumber perdarahan berasal dari tabel 1 dibawah ini .
Preparat yang mengandung bismuth dan besi, charcoal bisa menyebabkan feses berwarna
hitam seperti melena. Namun pada melena berbau khas. Melena terjadi bila perdarahan
lebih dari 50-100 cc. Dan lama kontak darah dengan asam lambung moderat. Untuk
Warna feses bercampur darah tergantung waktu transit; waktu transit yang cepet dari
saluran cerna bagian atas menyebabkan hematoschizia, bila perdarahannya cepat dengan
Nilai normal BUN : Creatinin adalah 20 pada pasien dengan ginjal normal ; bila rasio
>35 kemungkinan PSCA, bila <35 kemungkinan PSCB. Nilai puncak rasio diukur dalam
Pendekatan diagnosis
melaksanakan prosedur diagnosis tidak harus selalu melakukan anamnesis yang sangat cermat
dan pemeriksaan fisik yang sangat detil, dalam hal ini yang diutamakan adalah penanganan A - B
– C ( Airway – Breathing – Circulation ) terlebih dahulu. Bila pasien dalam keadaan tidak stabil
yang didahulukan adalah resusitasi ABC. Setelah keadaan pasien cukup stabil maka dapat
riwayat penyakit hati kronis, riwayat dispepsia, riwayat mengkonsumsi NSAID, obat
rematik, alkohol, jamu –jamuan, obat untuk penyakit jantung, obat stroke.
Kemudian ditanya riwayat penyakit ginjal, riwayat penyakit paru dan adanya perdarahan
Penilaian ABC, pasien dengan hematemesis yang masif dapat mengalami aspirasi atau
sumbatan jalan nafas, hal ini sering ini sering dijumpai pada pasien usia tua dan pasien
Mencari stigmata penyakit hati kronis ( ikterus, spider nevi, asites, splenomegali, eritema
Pemeriksaan yang tidak boleh dilupakan adalah colok dubur. Warna feses ini mempunyai
nilai prognostik.
Dalam prosedur diagnosis ini penting melihat aspirat dari Naso Gastric Tube (NGT).
Aspirat berwarna putih keruh menandakan perdarahan tidak aktif, aspirat berwarna merah
marun menandakan perdarahan masif sangat mungkin perdarahan arteri. Seperti halnya
warna feses maka warna aspirat pun dapat memprediksi mortalitas pasien. Walaupun
demikian pada sekitar 30% pasien dengan perdarahan tukak duodeni ditemukan adanya
Dalam prosedur diagnostik ini perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang Antara
lain:
Laboratorium darah lengkap, faal hemostasis, faal hati, faal ginjal ,gula darah , elektrolit ,
golongan darah.
USG dan CT scan mungkin untuk mendeteksi penyakit hati kronis, kholestitis,
Angiografi bila perdarahan tetap berlangsung dan endoskopi tak mengidentifikasi sumber
perdarahan.
Tindakan endoskopi selain untuk diagnostik dapat dipakai pula untuk terapi. Prosedur ini
tidak perlu dilakukan segera (bukan prosedur emergensi), dapat dilakukan dalam kurun
waktu 12 - 24 jam setelah pasien masuk dan keadaan hemodinamik stabil . Tidak ada
keuntungan yang nyata bila endoskopi dilakukan dalam keadaan darurat. Dengan
pemeriksaan endoskopi ini lebih dari 95% pasien-pasien dengan hemetemesis, melena
perdarahannya.
Lokasi dan sumber perdarahan:
Esofagus :Varises,erosi,ulkus,tumor
kongestif
Penatalaksanan pasien
Pemberian Vitamin K
Boleh diberikan dengan pertimbangan tidak merugikan dan relatif murah.
Vasopressin
Menghentikan perdarahan saluran cerna bagian atas lewat efek vasokostriksi pembuluh
darah splanknik, menyebabkan aliran dan tekanan vena porta menurun. Dapat digunakan pada
pasien perdarahan akut varises esofagus. Terdapat dua bentuk sediaan yaitu, pitresin
(vasopressin murni) dan preparat pituitary gland (vasopressin dan oxcytocin). Pemberian
vasopressin dengan mengencerkan sediaan vasopressin 50 unit dalam 100 ml dekstrose 5%,
diberikan 0.5-1 mg/menit/iv selama 20-60 menit dan dapat diulang tiap 3-6 jam, atau setelah
pemberian pertama dilanjutkan per infus 0.1-0.5 U/menit. Vasopressin dapat memberikan efek
samping berupa insufisiensi koroner mendadak, maka disarankan bersamaan preparat nitrat.
Somatostatin dan analognya (octreotide)
Dapat digunakan untuk perdarahan varises esofagus dan perdarahan nonvarises.
Pemberian diawali dengan bolus 250 mcg/iv, dilanjutkan per infus 250 mcg/jam selama 12-24
jam atau sampai perdarahan berhenti, sedangkan untuk octreotide, dosis bolus 100 mcg/iv
dilanjutkan per infus 25 mcg/jam selama 8-24 jam atau sampai peradarahan berhenti.
Obat Anti sekresi asam
Bermanfaat untuk mencegah perdarahan ulang SCBA. Diawali bolus omeprazol 80 mg/iv
dilanjutkan per infus 8 mg/kgBB/jam selama 72 jam. Pada perdarahan SCBA, antasida, sukralfat,
dan antagonis reseptor H2 dapat diberikan untuk penyembuhan lesi mukosa penyebab
perdarahan.
Balon Tamponade
Sengstaken Blakemore tube (SB-tube) mempunyai tiga pipa serta dua balon masing-
masing untuk esofagus dan lambung. Komplikasi pemasangan SB-tube antara lain pnemoni
aspirasi, laserasi sampai perforasi.
Pengelolaan pasien dengan perdarahan akut SCBA meliputi tindakan umum dan tindakan
khusus .
Tindakan umum:
Terhadap pasien yang stabil setelah pemeriksaan dianggap memadai, pasien dapat segera dirawat
Pemasangan IV line paling sedikit 2 dengan jarum(kateter) yang besar minimal no 18.
Memonitor Tekanan darah, Nadi, saturasi oksigen dan keadaan lainnya sesuai dengan
Pemberian vitamin K
Sebagian besar pasien dengan perdarahan SCBA dapat berhenti sendiri, tetapi pada 20%
dapat berlanjut. Walaupun sudah dilakukan terapi endoskopi pasien dapat mengalami perdarahan
ulang. Oleh karena itu perlu dilakukan assessmen yang lebih akurat untuk memprediksi
perdarahan ulang dan mortalitas.
Dalam hal ini tampak bahwa makin tinggi skor makin tinggi risiko perdarahan ulang dan
mortalitasnya Untuk pasien dengan skor > 4 harus dilakukan penanganan secara tim dengan
Terapi khusus
1. Varises gastroesofageal
Otreotid
Somatostatin
Glipressin (Terlipressin)
Terapi endoskopi
Skleroterapi
Ligasi
Terapi pembedahan
Shunting
Devaskularisasi + splenektomi
Outcome pasien ruptura varises gastroesofageal sangat bergantung pada berbagai faktor antara
lain
2. Tukak peptik
Terapi medikamentosa
PPI
Obat vasoaktif
Terapi endoskopi
Mekanik (hemoklip,stapler)
Terapi bedah
Untuk pasien-pasien yang dilakukan terapi non bedah perlu dimonitor akan kemungkinan
Realimentasi bergantung pada hasil endoskopi. Pasien-pasien bukan risiko tinggi dapat diberikan
diit segera setelah endoskopi sedangkan pasen dengan risiko tinggi perlu puasa antara 24-48 jam
Varises esofagus
Tukak gaster PPI selama 8-12 minggu dan tukak duodeni PPI 6-8 minggu
Bila pasien memerlukan NSAID, diganti dulu dengan analgetik dan kemudian
Memulangkan pasien
perdarahan ulang atau komorbid sering memperpanjang masa perawatan. Apabila tidak ada
komplikasi, perdarahan telah berhenti dan hemodinamik stabil serta risiko perdarahan ulang
rendah pasien dapat dipulangkan. Pasien biasanya pulang dalam keadaan anemis arena itu selain
Status presens
Sensorium : Compos Mentis Anemia : (+)
Tekanan darah : 120/80 mmHg Ikterik : (-)
Frekuensi nadi : 80 x/I Dyspnoe : (-)
Frekuensi pernafasan : 20 x/I Oedem : (-)
Temperatur : 38 ºC Sianosis : (-)
Status lokalisata
Kepala
Bentuk : Normal
Rambut : Hitam
Mata : Pupil isokor, Conj. Palpebra inferior (-/-), refleks kornea (+/+),
Thoraks
Inspeksi : Bentuk simetris fusiformis, abdomino-thoracal, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara pernafasan vesikuler, suara tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, nyeri tekan pada regio epigastrium, H/L/R ttb
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) meningkat
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, oedem (-), sianosis (-)
Inferior : Akral hangat, oedem (-), sianosis (-)
Pem. penunjang :
Laboratorium :
Hb : 8.9 g %
Leukosit : 10.39 x 103/mm3
Etitrosit : 3.46 m/mm3
Trombosit : 365 m/mm3
MCV : 81.6 fl
MCH : 25.7 pg
MCHC : 31.5 g/dl
Diagnosis :
PSMBA ec DD - ulkus peptikum + anemia
- erosi gastroduodenal
- esofagitis
- varises esofagus
- keganasan
Terapi :
-Tirah baring
-Diet MB
-IVFD Nacl 0.9% 20 gtt/i
-Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
-Inj. Ranitidine 1 amp/ 8 jam
-Inj. Ondancetron 1 amp/ 8 jam
-Inj vit k 1 amp/hari (i.m)
-Inj transamin 500 mg/8 jam
-Inj Gastrofer 1gr/12 jam
-Antasida syr 3xC1
-Curcuma 3x1
Edukasi
Edukasi diberikan kepada pasien dan keluarga berupa pengetahuan tentang perdarahan
saluran cerna bagian atas, faktor resiko apa saja yang bisa membuat terjadinya
perdarahan saluran cerna bagian atas serta pencegahannya
Konsultasi
Dijelaskan secara rasional perlunya konsultasi dengan spesialis penyakit dalam.
Konsultasi ini merupakan upaya untuk mendapatkan terapi yang lebih lanjut. Pasien
harus segera dikonsulkan untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Dengan tujuan
untuk mengetahui seberapa banyak perdarahan yang terjadi dan lokasi perdarahan serta
pencegahan agar tidak terjadinya komplikasi.