Anda di halaman 1dari 10

UPEJ 7 (3) (2018)

Unnes Physics Education Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

Implementasi Model Guided Discovery Learning Disertai LKS Multirepresentasi


Berbasis Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa
Vicka Puspitasari , Wiyanto, Masturi
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang
Gedung D7 Lt. 2, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model guided discovery learning disertai
Diterima September 2018 LKS multirepresentasi berbasis pemecahan masalah terhadap pemahaman konsep siswa dan
Disetujui September 2018 peningkatan pemahaman konsep siswa setelah dilakukan implementasi model guided discovery
Dipublikasikan November
learning disertai LKS multirepresentasi berbasis pemecahan masalah. Penelitian dilakukan di SMP
2018
Negeri 1 Ungaran. Peneliti menggunakan desain quasi-eksperimental design dengan bentuk non-
Keywords: equivalent control group design. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling,
Concepts understanding, diperoleh kelas VIII F sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII H sebagai kelas kontrol. Metode
Guided discovery learning pengumpulan data terdiri atas dokumentasi, tes, dan angket. Hasil analisis data menunjukkan ada
model, LKS multi perbedaan signifikan, dibuktikan pada uji beda t-test yang menghasilkan thitung 3,014 > ttabel 2,002
representation based on untuk uji beda t-test berdasarkan nilai posttest, thitung 2,562 > ttabel 2,002 untuk untuk uji beda t-test
problem solving. berdasarkan gain. Jadi model guided discovery learning disertai LKS mulitirepresentasi berbasis
pemecahan masalah berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa. Hasil analisis data juga
menunjukkan pemahaman konsep rata-rata n-gain kelas eksperimen sebesar 0,64 dengan kriteria
sedang, sedangkan kelas kontrol sebesar 0,42 dengan kriteria sedang. Jadi model guided discovery
learning disertai LKS mulitirepresentasi berbasis pemecahan masalah dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa.

Abstract
The results of TIMSS analysis in 2011, shows the low understanding of student concepts. One of the factors
that influence the low understanding of the concept is the weakness of the learning process in school so it requires
a learning model that helps students understand the concept. The researcher used a guided discovery learning
model with multiple representation LKS based on problem solving to improve students' concepts understanding.
This study aims to determine the effect of guided discovery learning model with multiple representation LKS
based on problem solving and improvement of students' concepts understanding after implementation of guided
discovery learning model with multiple representation LKS based on problem solving. This study was
conducted in SMP Negeri 1 Ungaran. Researchers used a quasi-experimental design with a non-equivalent
control group design. Purposive sampling technique is used for sampling, obtained class VIII F as an
experimental class and class VIII H as a control class. Methods of data collection consist of documentation, test,
and questionnaire. The result of data analysis shows that there is significant difference, proved on different test
of t-test that produced tcount 3,014> ttable 2,002 for t-test difference based on posttest value, tct 2,562> ttable
2,002 for test of t-test based on gain. So guided discovery learning model with LKS multiple representation
based on problem solving has an effect on to student comprehension concept. The result of data analysis also
shows the understanding of the average concept of experimental n-gain of 0.64 with medium criterion, while
the control class is 0,42 with medium criterion. So, guided discovery learning model with multiple
representation LKS based on problem solving can improve students' concepts understanding.

© 2018 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6935
E-mail : wiyanto@mail.unnes.ac.id
Vicka Puspitasari / Unnes Physics Education Journal 7 (3) (2018)

PENDAHULUAN guru terlalu mendominasi sebagian besar


aktivitas pembelajaran, sementara peserta didik
Trianto (2013:3) menyatakan, fisika
tidak banyak beraktivitas.
merupakan salah satu cabang dari IPA, dan
Hal tersebut diperkuat dengan hasil
merupakan ilmu yang lahir dan berkembang
observasi serta wawancara dengan guru dan
lewat langkah-langkah observasi, perumusan
siswa SMP N 1 Ungaran. Hasil observasi dan
masalah, penyusunan hipotesis, pengujian
wawancara menunjukkan, guru masih
hipotesis melalui eksperimen, penarikan
menggunakan metode ceramah sehingga
kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.
pembelajaran berpusat pada guru dan
Menurut Setiyawan et al. (2012) proses
menjadikan siswa kurang aktif dalam kegiatan
pembelajaran IPA khususnya fisika, siswa tidak
pembelajaran sehingga pemahaman konsep
hanya sekadar menghafal teori dan rumus, akan
siswa kurang. Model yang digunakan guru dalam
tetapi siswa lebih ditekankan pada terbentuknya
mengajar kurang variatif dan inovatif sehingga
proses pengetahuan dan penguasaan konsep.
membuat siswa cepat bosan. Siswa masih
Sudjana (1992:24) mengungkapkan,
bergantung pada penjelasan guru ketika proses
pemahaman merupakan kemampuan yang
pembelajaran, sehingga siswa belum terbiasa
dimiliki siswa untuk memperoleh makna dari
dengan pembelajaran penemuan yang
materi pelajaran yang telah dikuasai. Menurut
mengharuskan siswa menemukan konsep sendiri
Hermawanto et al., (2013) konsep merupakan
sebelum dijelaskan oleh guru. Guru memilih
pemberian tanda pada suatu obyek untuk
menggunakan LKS siap pakai dibandingkan
membantu seseorang mengerti dan paham
harus mempersiapkan sendiri. Menurut Basili &
terhadap obyek tertentu. Pemahaman konsep
Standford sebagaimana dikutip oleh Cakir (2008)
adalah suatu tingkatan dimana peserta didik
seorang guru sains tidak hanya diwajibkan untuk
mampu memaknai suatu obyek untuk membantu
memperhatikan proses yang dialami siswa dalam
seseorang mengerti dan paham terhadap obyek
memahami suatu konsep sains. Asmawati (2015)
tertentu. Anderson & Krathwohl (2001:70-76)
menyatakan, guru diwajibkan untuk
membagi menjadi tujuh kategori proses kognitif
memperhatikan cara mengajar dan cara siswa
pemahaman yaitu interpreting, exemplifying,
belajar dalam memahami konsep-konsep sains.
classifying, summarizing, infering, comparing, dan
Pembelajaran IPA seharusnya mengajarkan
explaining.
bagaimana pengetahuan tersebut ditemukan
Hasil survey empat tahunan TIMSS (Trends
oleh siswa itu sendiri. Guru berperan fasilitator
Internasional Mathematics and Science Study)
dan pembimbing jika siswa kesulitan dalam
tahun 2011 untuk bidang sains, Indonesia berada
menemukan pengetahuannya. Hal tersebut
diurutan ke-40 dengan skor 406 dari 42 negara
sejalan dengan kurikulum 2013 yang diterapkan
yang siswanya dites di kelas VIII. Perolehan skor
pada proses pembelajaran (Putrayasa et al.,
406 masuk kedalam posisi rendah. Banyak faktor
2014). Salah satu model pembelajaran yang
yang mempengaruhi rendahnya kemampuan
mampu mengembangkan peran guru sebagai
siswa dalam memahami pelajaran IPA. Tiballa et
pembimbing dan fasilitator untuk
al. (2017) menyatakan, masalah lemahnya proses
mengembangkan potensi siswa yaitu model
pembelajaran di Indonesia adalah salah satu
pembelajaran guided disscovery learning.
faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya
Guided discovery learning adalah model
kemampuan memahami IPA. Bentuk
untuk mengembangkan pembelajaran siswa aktif
pembelajaran yang secara umum diberikan pada
mencari tahu sendiri, menyelidiki sendiri
pembelajaran khususnya pada fisika salah
sehingga hasil yang didapat akan tahan lama
satunya adalah metode pembelajaran ceramah
dalam ingatan, bukan mudah dilupakan oleh
19
Vicka Puspitasari / Unnes Physics Education Journal 7 (3) (2018)

siswa dengan adanya bimbingan dari guru verbal dan matematis saja. Siswa mengalami
(Martaida et al., 2017). Pada saat pelaksanaan kesulitan jika dihadapakan dengan soal bentuk
pembelajaran diperlukan suatu media yang dapat representasi gambar.
menunjang proses pembelajaran. Salah satunya Salah satu cara untuk mengatasi
adalah berupa LKS. permasalahan tersebut adalah menggunakan LKS
Permasalahan yang dihadapi sebagian besar multirepresentasi berbasis pemecahan masalah.
guru masih menggunakan LKS yang siap pakai Menurut Maharani et al. (2015), LKS
dari buku daripada mempersiapkan sendiri. LKS multirepresentasi berbasis pemecahan masalah
siap pakai biasanya tidak dicantumkan merupakan lembar-lembar yang harus
permasalahan fisika yang berkaitan dengan dikerjakan oleh siswa secara multirepresentasi
kehidupan sehari-hari yang nantinya yang disertai sebuah permasalahan dari kejadian
permasalahan tersebut dapat dipecahakan kehidupan sehari-hari.
melalui kegiatan penemuan. Menurut Maharani Hasil penelitian yang dilakukan oleh
et al. (2015) pemecahan masalah yaitu proses Akanmu et al. (2013) menunjukkan ada
dimana siswa menggunakan pengetahuan dan perbedaan yang signifikan dengan menggunakan
pemahaman yang dimilikinya untuk model guided discovery learning dibandingkan
menyelesaikan permasalahan sampai masalah dengan yang tidak menggunakan model guided
tersebut bukan menjadi masalah lagi. discovery learning. Hasil penelitian dari
Pembelajaran pemecahan masalah akan Widiadnyana et al., (2014) terdapat perbedaan
membuat belajar siswa lebih bermakna dan nilai rata-rata pemahaman konsep secara
paham terhadap konsep dipelajari. signifikan antara kelompok siswa yang belajar
Kebanyakan latihan soal yang terdapat pada dengan model discovery learning dengan
LKS siap pakai berupa soal dengan representasi kelompok siswa yang belajar dengan model
verbal untuk menghitung matematisnya saja. pengajaran langsung. Penelitian Kurnianto et al.
Oleh karena itu pemahaman konsep-konsep (2016) menunjukkan model discovery learning
fisika secara multirepresentasi rendah. disertai LKS berpengaruh terhadap prestasi
Berdasarkan penelitian Suhandi & Wibowo belajar siswa pada aspek pengetahuan dan
(2012), pemahaman suatu konsep dalam bentuk keterampilan pada materi hidrolisis garam.
multirepresentasi dapat lebih membantu siswa Pada materi IPA terutama fisika banyak
dalam memahami konsep yang dipelajari. terjadi miskonsepsi salah satunya pada materi
Menurut Maharani et al. (2015) tekanan zat. Hasil penelitian Pratiwi & Wasis
multirepresentasi adalah suatu cara yang (2013) menunjukkan bahwa sebesar 17,8%
mewakili, melambangkan atau menyatakan suatu siswa paham konsep, 28,5% tidak paham konsep,
konsep dengan memadukan representasi verbal, dan 53,7 % menglami miskonsepsi pada meteri
matematis, gambar, dan grafik. fluida stastis subab tekanan zat. Oleh karena itu
Dudeliany (2014) mengungkapkan, siswa implementasi model guided discovery learning
kesulitan dalam menyelesaikan soal bentuk disertai LKS multirepresentasi berbasis
gambar, soal essay berbentuk uraian dan pemecahan masalah tepat diterapkan pada
kebanyakan siswa hanya menggunakan materi tekanan zat untuk peningkatan
persamaan matematika untuk menyelesaikan pemahaman konsep siswa.
persoalan fisika tanpa menggambar konsep
fisisnya. Fakta tersebut diperkuat dari hasil METODE PENELITIAN
observasi jawaban ulangan harian siswa SMP N 1
Ungaran yaitu dalam mengerjakan soal, siswa Sampel dalam penelitian ini diambil dengan
lebih menguasai soal dalam bentuk representasi teknik purposive sampling dengan pertimbangan
20
Vicka Puspitasari / Unnes Physics Education Journal 7 (3) (2018)

oleh guru pengampu. Kelas yang digunakan maka data pretest dan posttest kelas eksperimen
untuk penelitian yaitu kelas VIII F sebagai kelas dan kelas kontrol merupakan data yang
eksperimen dan kelas VIII H sebagai kelas berdistribusi normal. Analisis berikutnya adalah
kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini uji homogenitas, yang digunakan untuk
adalah model guided discovery learning, mengetahui kesamaan varians kelas eksperimen
sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini dan kelas kontrol. Hasil uji homogenitas data
adalah pemahaman konsep siswa. pemahaman konsep adalah Fhitung 0,216 untuk
Peneliti menggunakan desain quasi- data pretest, Fhitung 1,467 untuk data posttest, dan
eksperimental design dengan bentuk non- Ftabel 1.861 menunjukkan bahwa Fhitung  Ftabel
equivalent control group design. Instrumen dalam maka data tersebut homogen.
penelitian ini adalah silabus, RPP (Rencana Pengaruh implementasi model guided
Pelaksanaan Pembelajaran), Lembar Kerja Siswa discovery learning disertai LKS
(LKS), angket resepon siswa dan soal uraian. multirepresentasi berbasis pemecahan
Metode pengumpulan data dalam penelitian masalahan terhadap pemahaman konsep
ini menggunakan metode tes. Uji data meliputi uji siswa
normalitas data pretest dan posttest, uji Pengaruh implementasi model guided
homogenitas data pretest dan posttest. Uji beda t- discovery learning disertai LKS multirepresentasi
test digunakan untuk menguji pengaruh model berbasis pemecahan masalah terhadap
guided discovery learning disertai LKS pemahaman konsep siswa menggunakan uji beda
multirepresentasi berbasis pemecahan masalah t-test. Uji beda t-test dilakukan untuk mengetahui
terhadap pemahaman konsep siswa. Uji gain perbedaan pemahaman konsep antara kelas
ternomalisasi digunakan untuk menguji eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian
peningkatan pemahaman konsep setelah pengaruh dalam penelitian ini meliputi uji beda t-
diterapkan model guided discovery learning test nilai pretest, uji beda t-test nilai posttest, uji
disertai LKS multirepresentasi berbasis beda t-test berdasarkan analisis gain secara
pemecahan masalah. keseluruhan, dan uji beda t-test berdasarkan
analisis gain sesetiap indikator pemahaman
HASIL DAN PEMBAHASAN konsep. Hasil dari uji beda t-test nilai pretest dan
postest kelas eksperimen dan kontrol dapat
Data pemahaman konsep siswa dalam dilihat pada Tabel 1 untuk nilai pretest dan Tabel
penelitian ini diperoleh melalui nilai pretest dan 2 untuk postest.
posttest. Nilai pretest dan posttest yang Tabel 1. Hasil Uji Beda T-test Data Hasil Pretest
didapatkan kemudian dianalisis dengan Kelas thitung ttabel Keterangan
menggunakan uji homogenitas, uji normalitas, uji
Eksperimen Tidak Ada
gain, uji beda (t-test), dan uji peningkatan
0,733 2,002 Perbedaan
normalized gain (< 𝑔 >). Uji normalitas ini Kontrol Peningkatan
digunakan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh berdistribusi normal atau menentukan
Tabel 2. Hasil Uji Beda T-test Data Hasil Posttest
statistik yang digunakan untuk analisis
selanjutnya. Hasil uji normalitas data pretest Kelas thitung ttabel Keterangan
adalah 2hitung=3,35 untuk eksperimen dan Eksperimen Ada
2hitung=3,45 untuk kontrol. Hasil uji normalitas 3,014 2,002 Perbedaan
Kontrol Peningkatan
data posttest adalah 2hitung=7,43 untuk
eksperimen dan 2hitung=8,96 untuk kontrol. Nilai Hasil pengujian hipotesis pada pretest
2tabel=11.07, yang menunjukkan 2hitung ≤ 2tabel, menunjukkan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sehingga 𝐻𝑜

21
Vicka Puspitasari / Unnes Physics Education Journal 7 (3) (2018)

diterima atau 𝐻𝑎 ditolak. Berdasarkan hasil menggunakan uji beda t-test menunjukkan
tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai pretest 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sehingga 𝐻𝑜 ditolak atau 𝐻𝑎
kelas eksperimen sama dengan nilai pretest kelas diterima. Berdasarkan hasil tersebut dapat
kontrol dan tidak terdapat perbedaan yang disimpulkan bahwa pemahaman konsep kelas
signifikan. Hal tersebut berarti kelas eksperimen eksperimen tidak sama dengan pemahaman
dan kelas kontrol mempunyai kemampuan dan konsep kelas kontrol dan terdapat perbedaan
keadaan yang sama sebelum diberi perlakuan peningkatan yang signifikan. Hasil penelitian
yang berbeda. Perlakuan yang dimaksud adalah Akani (2017) menunjukkan ada perbedaan yang
model yang diterapkan ketika kegiatan signifikan antara rata-rata nilai prestasi kimia
pembelajaran. siswa yang diajarkan menggunakan GDIS (Guided
Sedangkan hasil pengujian hipotesis pada Discovery Instruction Strategy), dengan siswa
nilai posttest menunjukkan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yang diajarkan dengan metode konvensional. Hal
sehingga 𝐻𝑜 ditolak atau 𝐻𝑎 diterima. ini dikarenakan pada tahapan-tahapan model
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan guided discovery learning dapat mengembangkan
bahwa nilai pretest kelas eksperimen tidak sama pemahaman konsep siswa. Menurut
dengan nilai pretest kelas kontrol dan terdapat Widiadnyana et al. (2014), tahapan-tahapan dari
perbedaan yang signifikan. Uji beda t-test model discovery learning dapat dapat
selanjutnya adalah uji beda t-test berdasarkan mengembangkan sikap ilmiah dan pemahaman
gain (nilai prosttest dikurangi pretest). Hasil uji konsep siswa.
beda t-test kelas eksperimen dan kelas kontrol Setelah dilakukan analisis pemahaman
dapat dilihat pada Tabel 3. konsep berdasarkan nilai secara keseluruhan,
Tabel 3. Hasil Uji Beda T-test Data Gain dilakukan juga analisis setiap indikator
Pemahaman Konsep Siswa pemahaman konsep. Analisis setiap indikator
Kelas thitung ttabel Keterangan pemahaman konsep dianalisis dengan
menggunakan uji beda t-test berdasarkan gain
Eksperimen Ada
setiap indikator. Hasil uji beda t-test setiap
2,562 2,002 Perbedaan
Kontrol indikator pemahaman konsep kelas eksperimen
Peningkatan
dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.
Hasil pengujian hipotesis pada hasil uji gain
kelas eksperimen dan kotrol dengan
Tabel 4. Hasil Uji Beda T-test berdasarakan Gain Setiap Indikator Pemahaman Konsep
Indikator thitung ttabel Keterangan
Interprreting 2,100 2,002 Ada Perbedaan Peningkatan
Examplifying 2,288 2,002 Ada Perbedaan Peningkatan
Classifying 2,058 2,002 Ada Perbedaan Peningkatan
Summarizing 5,005 2,002 Ada Perbedaan Peningkatan
Inferring 2,302 2,002 Ada Perbedaan Peningkatan
Comparing 2,145 2,002 Ada Perbedaan Peningkatan
Explaining 2,086 2,002 Ada Perbedaan Peningkatan

Tabel 4 merupakan tabel uji beda t-test dari memiliki thitung lebih besar dari ttabel, maka dapat
data pretest dan posttest setiap indikator disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
pemahaman konsep siswa kelas eksperimen peningkatan yang signifikan setiap indikator
dengan kelas kontrol. Analisis tersebut pemahaman konsep antara kelas eksperimen dan
menunjukkan bahwa pada setiap indikator kelas kontrol.

22
Vicka Puspitasari / Unnes Physics Education Journal 7 (3) (2018)

Berdasarkan hasil uji beda t-test gain disertai LKS multirepresentasi berbasis
keseluruhan dan gain setiap indikator, dimana pemecahan masalah
hasil uji beda t-test gain pada setiap indikator Pengujian peningkatan pemahaman siswa
menunjukkan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , sehingga dapat dalam penelitian ini membutuhkan analisis
disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan Normalized gain < 𝑔 >. Uji Normalized gain (<
pemahaman konsep kelas eksperimen dan 𝑔 >) bertujuan untuk mengetahui besar
kontrol. Oleh karena itu penggunaan model peningkatan rata-rata pemahaman konsep siswa
guided discovery learning disertai LKS sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Data
multirepresentasi berbasis pemecahan masalah yang digunakan adalah data pretest dan posttest
berpengaruh terhadap pemahaman konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol secara
siswa. Hal tersebut disebabkan karena model keseluruhan. Uji n-gain juga digunakan untuk
guided discovery learning yang digunakan menganalisis setiap indikator pemahaman
memberikan kebebasan pada siswa untuk konsep, yaitu interpreting, exemplifying,
menemukan pengetahuannya sendiri. classifying, summarizing, infering, comparing, dan
Pengetahuan yang ditemukan sendiri itulah yang explaining. Peningkatan pemahaman konsep
dapat mempengaruhi pemahaman konsep siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 1.
menjadi lebih baik. Menurut Carin & Sund (1989)
dengan guided discovery membantu siswa N-gain
memperoleh pengetahuannya sendiri karena 0.80
0.64
menemukan sendiri.
Nilai N-gain

0.60
Berpengaruhnya model guided discovery 0.42
learning disertai LKS miltirepresentasi berbasis 0.40

pemecahan masalah terhadap pemahaman 0.20


konsep siswa pada penelitian ini didukung oleh
0.00
penelitian Damayanti et al. (2016) yang
Kontrol Ekspeimen
mengungkapkan bahwa model discovery
learning berbantuan media animasi macromedia Gambar 1. Diagram Perbandingan Nilai N-gain
flash disertai LKS yang terintegrasi dengan <g> Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
multirepresentasi berpengaruh signifikan Uji n-gain berdasarkan nilai pretest dan
terhadap hasil belajar fisika siswa SMA Negeri 4 posttest secara keseluruhan kelas kontrol
Jember. Penelitian yang dilakukan Widiadnyana diperoleh nilai n-gain sebesar 0,42, termasuk
et al. (2014) menunjukkan bahwa terdapat dalam kriteria peningkatan sedang, sedangkan
perbedaan nilai rata-rata pemahaman konsep hasil perhitungan uji n-gain berdasarkan nilai
secara signifikan antara kelompok siswa yang pretest dan posttest kelas eksperimen diperoleh
belajar dengan discovery learning dengan nilai n-gain sebesar 0,64, termasuk dalam kriteria
kelompok siswa yang belajar dengan model peningkatan sedang. Peningkatan pemahaman
pengajaran langsung. konsep setiap indikator dapat dilihat pada
Peningkatan pemahaman siswa dengan Gambar 2.
menggunakan model discovery learning

23
Vicka Puspitasari / Unnes Physics Education Journal 7 (3) (2018)

0.9
0.78 0.84
0.8
0.67
0.7
0.57 0.59 0.57
0.6 0.56
Nilai N-gain

0.5
0.5 0.46
0.43 0.41
0.38 0.4
0.4
0.28
0.3
0.2
0.1
0
Interpreting Exemplifying Classifying Summarizing Inferring Comparing Explaining

Indikator Pemahaman Konsep

Kontrol Eksperimen

Gambar 2. Diagram Perbandingan N-gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Setiap Indikator

Berdasarkan hasil perhitungan, dapat 4. Indikator menggeneralisasi siswa dituntut


diketahui masing-masing indikator mengalami mampu dalam pengabstrakan tema-tema
peningkatan pemahaman konsep yang berbeda- umum atau poin-poin utama, kelas kontrol
beda, sebagai berikut. memperoleh nilai n-gain sebesar 0,46
1. Indikator interpreting siswa dituntut mampu termasuk dalam kategori sedang, sedangkan
mengklarifikasi, mengungkapkan kembali pada kelas eksperimen memperoleh nilai n-
konsep dengan cara yang lain dalam bahasa gain sebesar 0,67.
sama (pharaphasing), mewakilkan 5. Indikator infering, siswa dituntut mampu
(representating), dan menerjemahkan konsep menginterpolasikan, mengekstrapolasikan,
(translating). Pada kelas kontrol memperoleh dan memprediksikan suatu konsep dari
nilai n-gain sebesar 0,43 termasuk dalam informasi yang disajikan, pada kelas kontrol
kategori sedang, sedangkan pada kelas memperoleh nilai n-gain sebesar 0,28
eksperimen memperoleh nilai n-gain sebesar termasuk dalam kategori sedang, sedangkan
0,57 termasuk kategori sedang. pada kelas eksperimen memperoleh nilai n-
2. Indikator exemplifying siswa dituntut mampu gain sebesar 0,50.
menemukan contoh khusus atau ilustrasi dari 6. Indikator comparing siswa dituntut mampu
suatu konsep atau prinsip. Pada kelas kontrol untuk mencari hubungan antara dua ide,
memperoleh n-gain sebesar 0,38 termasuk objek atau hal-hal serupa sehingga dapat
dalam kategori sedang, sedangkan pada kelas diketahui konsep yang benar, pada kelas
eksperimen memperoleh nilai n-gain sebesar kontrol memperoleh nilai n-gain sebesar 0,40
0,78. termasuk dalam kategori sedang, sedangkan
3. Indikator classifying siswa dituntut mampu pada kelas eksperimen memperoleh nilai n-
dalam menentukan sesuatu yang dimiliki gain sebesar 0,59.
oleh suatu katagori. Pada kelas kontrol 7. Indikator explaining siswa dituntut mampu
memperoleh nilai n-gain sebesar 0,56 dalam mengkontruksi model sebab akibat
termasuk dalam kategori sedang, sedangkan dari suatu konsep berdasarkan informasi
pada kelas eksperimen memperoleh nilai n- yang disediakan, pada kelas kontrol
gain sebesar 0,84. memperoleh nilai n-gain sebesar 0,41
termasuk dalam kategori sedang, sedangkan

24
Vicka Puspitasari / Unnes Physics Education Journal 7 (3) (2018)

pada kelas eksperimen memperoleh nilai n- sehingga siswa dapat menemukan dan mengerti
gain sebesar 0,57. tentang konsep-konsep dasar.
Meningkatnya pemahaman konsep siswa Pembelajaran dengan menerapkan model
pada kelas eksperimen yang lebih tinggi guided discovery learning didukung dengan
dibandingkan kelas kontrol secara keseluruhan praktikum yang dilakukan siswa dengan bantuan
dan setiap indikator pemahaman konsep LKS multirepresentasi berbasis pemecahan
dikarenakan perubahan model pembelajaran masalah dan alat percobaan, sehingga
yang mencakup kegiatan penemuan, dimana pembelajaran menjadi lebih efektif dan siswa
siswa dapat menemukan konsep sendiri dengan dapat belajar untuk menemukan sendiri suatu
bimbingan dari guru. Pada kelas eksperimen konsep sehingga siswa akan mudah dalam
pembelajaran menggunakan model guided memahami konsep. Menurut Mohmoud (2014)
discovery learning disertai LKS multirepresentasi strategi model discovery learning membantu
berbasis pemecahan masalah, sedangkan kelas aktivitas siswa, dimana siswa belajar untuk diri
kontrol menggunakan model konvensional, mereka sendiri dan menerapkan apa yang
sehingga siswa kelas kontrol tidak memiliki diketahui pada situasi baru sehingga
pengalaman nyata terkait materi tekanan zat. menyebabkan terjadinya pembelajaran yang
Hasil penelitian Setyaningrum et al. (2018) efektif. Berdasarkan hasil penelitian Sari (2014)
menunjukkan penerapan model discovery menyatakan model discovery learning efektif
learning dapat meningkatkan pemahaman dalam penguasaan konsep dan keterampilan
konsep dan kerjasama siswa kelas X SMA menyimpulkan pada materi hukum-hukum dasar
Kesatrian 1 Semarang. Hasil penelitian Supliyadi kimia.
et al. (2017) menunjukkan penggunaan model Berdasarkan kenyataan di lapangan saat
guided discovery learning berorientasi melakukan penelitian dengan menerapkan
pendidikan karakter dalam pembelajaran fisika model guided discovery learning disertai LKS
pokok bahasan fluida statis dapat meningkatkan multirepresentasi berbasis pemecahan masalah,
hasil belajar kognitif, psikomotorik, dan karakter terdapat beberapa kelemahaman yang nampak
siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Semarang. selama proses pembelajaran yaitu memerlukan
Peningkatan pemahaman konsep kelas waktu yang lebih lama. Hal tersebut dikarenakan
eksperimen yang lebih baik dibandingkan kelas adanya langkah-langkah yang lebih banyak pada
kontrol juga disebabkan oleh penyampaian model guided discovery learning. Selain itu siswa
materi oleh guru yang didukung dengan belum terbiasa dengan model pembelajaran baru
menggunakan LKS multirepresentasi berbasis sehingga siswa kurang terampil dalam
pemecahan masalah yang dirancang sesuai melaksanakan praktikum. Hal ini menyebabkan
dengan model guided discovery learning. Adanya banyak waktu yang terbuang. Namun demikian,
LKS multirepresentasi berbasis pemecahan kelemahan tersebut dapat diatasi dengan cara
masalah dapat membantu siswa dalam disiplin dalam penggunaan waktu sehingga
menemukan dan mengerti konsep-konsep tujuan pembelajaran dapat tercapai.
dengan mudah. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Indriyani et al. (2014) SIMPULAN
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan LKS dapat meningkatkan hasil Simpulan dari hasil penelitian ini, yaitu
belajar siswa. Menurut Abelta et al. (2017) proses Terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa
pembelajaran dengan menggunakan LKS pada yang diberi perlakuan model guided discovery
pembelajaran penemuan dapat meningkatkan learning disertai LKS mulitirepresentasi berbasis
hasil belajar melalui keaktifan siswa di kelas pemecahan masalah dengan nilai thitung = 3,014
25
Vicka Puspitasari / Unnes Physics Education Journal 7 (3) (2018)

untuk uji beda t-test berdasarkan nilai postest, dan Penguasaan Konsep Siswa. Jurnal
thitung = 2,562 untuk uji beda t-test berdasarkan Pendidikan Fisika, 3(1): 1-15.
gain. Jadi model guided discovery learning disertai
Cakir, M. 2008. Constructivist Approaches to Learning in
LKS mulitirepresentasi berbasis pemecahan
Science and Their Implications for Science
masalah berpengaruh terhadap pemahaman
Pedagogy: A Literature Review.
konsep siswa pada materi tekanan zat di SMP International Journal of Environmental &
Negeri 1 Ungaran. Terdapat peningkatan Science Education. 3(4): 193-206.
pemahaman konsep siswa menggunakan model
guided discovery learning disertai LKS Carin, AA. & R.B. Sund. 1989. Teaching Science Through
mulitirepresentasi berbasis pemecahan masalah, Discovery Six Edition. Columbus: Merrill
ditunjukkan dengan hasil perhitungan uji N-gain Pubshing Company.
diperoleh nilai n-gain pada kelas kontrol sebesar
Damayanti, S.Q., I.K. Mahardika, & Indrawati. 2016.
0,42, sedangkan hasil perhitungan uji n-gain pada
Penerapan Model Discovery Learning
kelas eksperimen diperoleh nilai gain sebesar Berbantuan Media Animasi Macromedia
0,64. Jadi model guided discovery learning Flash Disertai LKS yang Terintegrasi
disertai LKS mulitirepresentasi berbasis dengan Multirepresentasi Dalam
pemecahan masalah dapat meningkatkan Pembelajaran Fisika Di SMA. Jurnal
pemahaman konsep siswa pada materi tekanan Pembelajaran Fisika, 4(4): 357 – 364.
zat di SMP Negeri 1 Ungaran.
Dudeliany, J. A. 2014. Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) disertai LKS
DAFTAR PUSTAKA
Berbasis Multirepresentasi pada
Pembelajaran IPA-Fisika Di SMP. Jurnal
Akani, O. 2017. Effect of Guided Discovery Method of Pendidikan Fisika, 3 (3): 254-259.
Instruction And Students’ Achievement in
Chemistry at the Secondary School Level in Hermawanto, S. Kusairi, & Wartono. 2013. Pengaruh
Nigeria. International Journal of Scientific Blended Learning Terhadap Penguasaan
Research and Education, 5(2).:6226-6234. Konsep dan Penalaran Fisika Peserta Didik
kelas X. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,
Akanmu, M. Alex, Fajemidagba, & M. Olubusuyi. 2013. 9: 67-76.
Guided-discovery Learning Strategy and
Senior School Students Performance in Indriyani, W., Murtiani, & Gusnedi. 2014. Pengaruh
Mathematics in Ejigbo, Nigeria. Journal of Penerapan LKS berbasis (SPPKB) terhadap
Education and Practice, 4(12): 82-89. Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Kelas
XI SMAN 1 Solok Selatan. Pilar Of Physics
Abelta, G.A., C. Ertikanto, & Ismu Wahyudi. 2017. Education, 2: 145-152.
Pengaruh Penggunaan LKS Berbasis Inkuiri
Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Melalui Kurnianto, H., M. Masykuri, & S. Yamtinah. 2016.
Pemahaman Konsep. Jurnal Pembelajaran Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Fisika, 5(2): 93-104. Learning disertai Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) terhadap Prestasi Belajar Siswa pada
Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (Eds.). 2001. A Materi Hidrolisis Garam Kelas XI SMA
taxonomy for learning, teaching, and Negeri 1 Karanganyar Tahun Pelajaran
assessing:A revision of Bloom’s taxonomy of 2014/2015. Jurnal Pendidikan Kimia, 5 (1):
educational Objectives. New York: Longman. 32-40.

Asmawati. 2015. Lembar Kerja Siswa (LKS) Maharani, D., T. Prihandono, & A.D. Lesmono. 2015.
Menggunakan Model Guided Inquiry untuk Pengembangan LKS Multirepresentasi
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis
26
Vicka Puspitasari / Unnes Physics Education Journal 7 (3) (2018)

berbasis Pemecahan Maslah pada dan Kerja Sama Siswa Kelas X Melalui
Pembelajaran Fisika di SMA. Jurnal Model Discovery Learning. Prosiding
Pembelajaran Fisika, 4(3): 236-242. Seminar Nasional Matematika. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Martaida, T., N. Bukit, & E.M. Ginting. 2017. The Effect
of Discovery Learning Model on Student’s Sudjana, N. 1992. Penilaian Hasil Proses Belajar
Critical Thinking and Cognitive Ability in Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Junior High School. IOSR Journal of
Reasearch & Method in Education (IOSR- Suhandi, A. & F.C. Wibowo. 2012. Pendekatan
JRME), 7(6): 1-8. Multirepresentasi dalam Pembelajaran
Usaha-Energi dan Dampak terhadap
Mahmoud, A.K.A. (2014). The Effect of Using Discovery Pemahaman Konsep Mahasiswa. Semarang.
Learning Strategy in Teaching Grammatical Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 8(1): 1-
Rules to first year General Secondary Student 7.
on Developing Their Achievement and
Metacognitive Skills. Internasional Journal of Supliyadi, M.I. Baedhoni, & Wiyanto. 2017. Penerapan
Innovation and Scientific Research, 4 (2): Model Guided Discovery Learning
146-153. Berorientasi Pendidikan Karakter untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI
Pratiwi, A. & Wasis. 2013. Pembelajaran dengan SMA Negeri 1 Semarang Tahun Pelajaran
Praktikum Sederhana untuk Mereduksi 2017/2018. Jurnal Profesi Keguruan, 3(2):
Miskonsepsi Siswa pada Materi Fluida 205-212.
Statis di Kelas XI SMA Negeri 2 Tuban.
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2(3): 117- Tiballa, M. D. S., D. S. Sudana, & I. K. Gading. 2017.
120. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Make A Match Berbantuan Peta Pikiran
Putrayasa, I.M., H. Syahruddin, & I.G. Margunayasa. Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
2014. Pengaruh Model Pembelajaran Sekolah Dasar. e-Journal PGSD Universitas
Discovery Learning dan Minat Belajar Pendidikan Ganesha, 5 (2): 1-10.
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa. Jurnal
Mimbar PGSD Universitas Ganesha, 2(1). TIMSS. 2011. TIMSS 2011 Assesment Frameworks
dalam https://timssandpirls.bc.edu/data-
Sari, P. A. W. 2014. Efektivitas Discovery Learning release-2011/pdf/Overview-TIMSS-and-
dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep PIRLS-2011-Achievement.pdf [diakses 17-
Dan Keterampilan Menyimpulkan. Jurnal 03-2018].
Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, 3(2):
1-14. Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta:
Bumi Aksara.
Setiyawan, R. T., Sutarto, & Subiki. 2012. Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Dengan Widiadnyana, I. W., I.W. Sadia, & I.W. Suastra. 2014.
Metode Demonstrasi yang dilengkapi Pengaruh model Discovery Learning
Media Lingkungan pada Siswa Kelas VIIIB Terhadap Pemahaman Konsep IPA dan
SMP Negeri 13 Jember. Jurnal Pembelajaran Sikap Ilmiah Siswa SMP. E-Journal Program
Fisika (JPF), 1(2): 206-211. Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha Program Studi IPA, 4.
Setyaningrum, V. F., P. Hendikawati, & S. Nugroho.
2018. Peningkatan Pemahaman Konsep

27

Anda mungkin juga menyukai