Sebagai laporan pelaksanaan Kerja Praktik untuk Tugas Mata Kuliah Kerja Praktik
(TL-4098)
Dibuat Oleh :
Disusun Oleh :
Nama : Benedicto Anggita Prayoga Saragih
NIM : 15316023
Telah diperiksa dan disetujui pada Juni 2019 oleh :
Achmad Thamrin
Nopek : 693225
1
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK (TL-4098)
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Kerja Praktik Mahasiswa Program Studi Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung yang berjudul :
Disusun Oleh :
Nama : Benedicto Anggita Prayoga Saragih
NIM : 15316023
Ir. Indah Rachmatiah Siti Salami, M.Sc., Ph.D. Dr. Qomarudin Helmy S.Si.,MT
2
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
ABSTRAK
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap merupakan industri yang bergerak di bidang
pengolahan minyak dan gas bumi (oil and gas company) dengan kapasitas produksi Bahan Bakar
Minyak (BBM) terbesar di Asia Tenggara yaitu sebesar 348.000 barrel/hari. Perushaan telah
berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan salah satunya dengan menerapkan Sistem
Manajemen Lingkungan (SML) yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Mutu dan K3 yang
disebut dengan Sistem Manajemen Terpadu (SMT). PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap telah mendapatkan sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2015 pada bulan
Juni 2016 lalu melalui Badan Sertifikasi Internasional TUV Nord. Penulis melakukan evaluasi
terhadap penerapan sistem manajemen lingkungan yang diimplementasikan di PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap dengan berlandaskan standar internasional ISO 14001:2015
dengan metode check list kesesuaian dan gap analysis. Dari hasil evaluasi diperoleh, sebetulnya
seleuruh klausul telah terpenuhi dan telah ada pengupayaan yang dilakukan, namun terdapat
beberapa kekurangan minor yang harus segera diperbaiki dan ditingkatkan performanya agar
penerapan SML ISO 14001:2015 di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dapat
diterapkan dengan sepenuhnya dengan optimal, diantaranya terletak pada klausul 07 mengenai
pendukung, klausul 08 mengenai operasi, dan klausul 09 mengenai evaluasi kinerja. Penerapan
Teknologi Bersih di Gedung PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga perlu
ditingkatkan pada beberapa aspek antara lain energi, air domestik, dan juga limbah non B3.
Oleh :
15316023
3
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
ABSTRACT
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap is an industry that’s engaged in the processing
of oil and gas (oil and gas company) with the largest production capacity of fuel oil in Southeast
Asia at 348,000 barrels / day. The company has contributed to sustainable development, one of
which is by implementing an Environmental Management System (EMS) that is also integrated
with the Quality Management System called the Integrated Management System (IMT). PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap has received ISO 14001:2015 Environmental
Management System certification on June 2016 from TUV Nord International Certification
Agency. The author evaluates the implementation of the environmental management system
implemented at PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap based on international standards
ISO 14001: 2015 with conformity check list and gap analysis methods. From the evaluation results
obtained, in fact all the clauses have been fulfilled and efforts have been made, but there are some
minor deficiencies that must be immediately corrected and improved so that the implementation
of ISO 14001: 2015 EMS at PT. Pertamina (Persero) Cilacap Refinery Unit IV can be implemented
optimally dan better, including located in the clause 07 regarding support, clause 08 regarding
operations, and clause 09 regarding performance evaluation. Application of Clean Technology in
PT. Pertamina (Persero) Cilacap Refinery Unit IV also needs to be improved in several aspects
including energy, domestic water, and also non hazardous waste.
By :
15316023
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
kehendak-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini dan juga menyelesaikan
masa Kerja Praktik di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Penulis juga turut
mengucapkan Terima Kasih kepada pihak perusahaan atas kesempatan yang diberikan untuk
belajar dan mencoba mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama masa penrkuliahan agar
dapat mengembangkan diri seorang sarjana teknik yang profesional kedepannya.
Pada kesempatan ini pula penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan rangkaian kegiatan Kerja Praktik
dan juga menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini, khususnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa mencurahkan berkat dan rahmatnya kepada penulis
dalam seluruh proses ini sehingga penulis tetap kuat dan semangat dalam segala
kegiatannya.
2. Keluarga tercinta di rumah, Papa, Mama, Elsa, dan juga Mahes yang selalu mendoakan
dan mendukung penulis selama Kerja Praktik ini.
3. Bapak Dr. Qomaruddin Helmy, S.T., M.T. selaku Koordinator Kerja Praktik.
4. Ibu Ir. Indah Rachmatiah Siti Salami, M.Sc., Ph.D. selaku Dosen pembimbing yang
senantiasa membimbing penulis, memberikan arahan dan juga masukan selama Kerja
Praktik.
5. Bapak Yan Syukharial selaku Manager HSE yang telah mendukung, mengizinkan, dan
juga memfasilitasi segala keperluan penulis selama melakukan Kerja Praktik di PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unite IV Cilacap.
5
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
6. Bapak Arjon Siagian selaku Environmental Section Head yang telah mendukung,
mengizinkan, dan juga memfasilitasi segala keperluan penulis selama melakukan Kerja
Praktik di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unite IV Cilacap.
7. Mba Vanny Apdila Restisha dan Mba Aldilla Maretta selaku pembimbing lapangan yang
senantiasa mendukung serta selalu sabar dalam membimbing, memberikan arah, dan juga
masukan selama masa Kerja Praktik ini.
8. Pak Gastomi dan Kak Dimas yang senantiasa sabar dan setia mendampingi kami untuk
berkeliling area kilang dan melakukan dokumentasi lapangan selama masa Kerja Praktik.
9. Seluruh Staff dan Karyawan HSSE Sector PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap yang telah bersedia membantu penulis sehingga pelaksanaan Kerja Praktik ini
dapat berjalan baik dan lancar.
10. Adriel Joshua Tataming dan Daniel Juan Carlos Napitupulu selaku sahabat seangkatan
Kerja Praktik di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yang selama kurang
lebih 1,5 bulan ini senantiasa saling mendukung, mendoakan, berbagi cerita, dan juga
memberi saran selama Kerja Praktik ini.
11. Bapak dan Ibu Karsadi selaku orangtua kosan kami yang senantiasa membantu dan
mendukung kami selama masa Kerja Praktik ini.
12. Seluruh staff dan pegawai Warung Ora Umum Cilacap yang setiap hari tidak masalah
menyediakan tempat dan melayani kami meskipun kami hanya memesan air hangat saja.
13. Bapak/Ibu Gojek dan Gocar yang setiap hari membantu kami dalam melakukan mobilisasi.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu per-satu yang telah membantu dan
mendukung penulis dalam pelaksanaan masa Kerja Praktik dan penyusunan Laporan Kerja
Praktik ini sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa memberkati saudara dan saudari dimanapun dan kapanpun
saudara/saudari berada.
Akhir kata, penulis juga menyadari bahwa Laporan Kerja Praktik ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan agar
laporan ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan juga bagi para pembacanya. Cilacap, Juni 2019
Penulis
6
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................................................... 3
ABSTRACT ................................................................................................................................... 4
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 7
2.2 Visi, Misi, dan Tata Nilai PT. Pertamina (Persero) ............................................................ 27
7
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
2.2.1 Visi................................................................................................................................ 33
3.1.9 Pendukung............................................................................................................... 83
5.1 Sistem Manajemen Lingkungan di PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap .............. 202
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap dengan Standar ISO 14001:2015 .................................... 240
5.3 Teknologi Bersih di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap .................. 246
13
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Proses - Proses Utama Kilang PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap ..................... 37
Tabel II.2 Kapasitas Desain Tiap Unit FOC I dan LOC I ........................................................... 38
Tabel II.3 Kapasitas Desain Tiap Unit FOC I dan LOC I ........................................................... 39
Tabel III.1 Perbedaan Klausal antar ISO 14001 Edisi Tahun 2004 dan 2015............................. 64
Tabel IV.1 Pihak Berkepentingan dengan Kebutuhan dan Harapannya .................................... 117
Tabel IV.2 Desain Perencanaan IPAL Berdasarkan Karakteristik Influent Limbah ................. 147
Tabel IV.3 Hasil Pengukuran Influent dari IPAL pada Bulan Maret 2018-April 2019............. 149
Tabel IV.4 Hasil Pengukuran Effluent dari IPAL pada Bulan Maret 2018-April 2019 ............ 149
Tabel IV.5 Baku Mutu Pembuangan Air Limbah Proses dari Kegiatan Pengolahan ................ 150
Tabel IV.6 Rincian Jumlah dan Daya Lampu di Gedung HSSE RU IV ................................... 188
Tabel IV.7 Rincian Jumlah dan Daya AC di Gedung HSSE RU IV ......................................... 192
Tabel V.1 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Konteks Organisasi ........ 206
Tabel V.3 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Perencanaan ................... 216
Tabel V.4 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Pendukung ..................... 225
Tabel V.5 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Operasi ........................... 229
Tabel V.6 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Evaluasi Kinerja ............ 236
Tabel V.7 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Peningkatan ................... 240
Tabel V.8 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Seluruh Klausul Standar Sistem
Manajemen Lingkungan ISO 14001:2015 di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
..................................................................................................................................................... 241
14
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Alur Metodologi....................................................................................................... 24
Gambar II.1 Kantor Pusat Pertamina yang Terletak di Jakarta Pusat ......................................... 32
Gambar II.12 Kondisi IPAL di Area Kilang PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap .............. 59
Gambar IV.1 Lingkup Area SML PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ............ 120
Gambar IV.2 Sertifikat ISO yang diterima PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
..................................................................................................................................................... 122
15
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Gambar IV.3 Kebijakan K3LL di PT. Pertamina (Persero) ...................................................... 125
Gambar IV.4 Kebijakan Community Development dan Corporate Social Responsibility....... 127
Gambar IV.6 Kebijakan Hijau 2018 Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ............... 133
Gambar IV.7 TKO Penyusunan HIRADC dan Program SMT ................................................. 136
Gambar IV.8 Waste Water Treatment (WWT) di Area RFCC ................................................. 142
Gambar IV.10 Flow Diagaram Unit IPAL PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap145
Gambar IV.11 Pintu Masuk TPS Limbah B3 di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Gambar IV.12 Tempat Sampah Domestik di Kawasn di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
Gambar IV.13 Jadwal Training Regular untuk Memastikan SDM Berkompeten .................... 159
Gambar IV.15 Contoh Header Dokumen Tata Kerja Organisasi ............................................. 165
Gambar IV.18 Pedoman Contractor Safety Management System (CSMS) ............................. 169
Gambar IV.20 Contoh Hasil Pemantauan FOC II oleh BBTPPI .............................................. 174
Gambar IV.22 Contoh Hasil Pemantauan Kualitas Udara Ambien, Kebisingan, Air Tanah, Air
16
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Gambar IV.23 Contoh Hasil Evaluasi Kinerja oleh DLH Jawa Tengah................................... 178
Gambar IV.24 Contoh Hasil Internal Audit SMT RU IV Cilacap ............................................ 180
Gambar IV.25 Contoh Hasil Eksternal Audit oleh TUV kepada RU IV .................................. 181
Gambar IV.26 Notulensi Rapat Pimpinan dengan Bahasan Tinjauan Manajemen .................. 183
Gambar IV.27 Notulensi Rapat Pimpinan dengan Bahasan Tinjauan Manajemen .................. 184
Gambar IV.28 Penggunaan Lampu Tanam (Downlight) di Gedung HSSE RU IV .................. 186
Gambar IV.29 Jenis Lampu yang Digunakan adalah Lampu Tornado 20 watt ........................ 187
Gambar IV.30 AC Sentral (Kiri) dan AC Split (Kanan) di Gedung HSSE RU IV .................. 191
Gambar IV.31 Area Gedung HSSE RU IV Beserta Perhitungan Luasnya ............................... 195
Gambar IV.36 Tempat Sampah di Setiap Ruangan dalam Kantor (Kiri) dan Bak Penampung
Gambar IV.37 Penggunaan ID Card untuk Melakukan Kegiatan Cetak Mencetak di Gedung
Gambar V.1 Dokumen Komitmen Ditektur Kontraktor Kemitraan untuk menerapkan Kebijakan
Gambar V.2 Dokumen HIRADC yang Memuat Aspek Lingkungan Utama ............................ 211
Gambar V.3 Dokumen Evaluasi Daftar Pemenuhan Perundangan (atas) dan Dokumen Pedoman
Gambar V.4 Sasaran Lingkungan yang Tertuang Jelas dalam Green Policy ............................ 215
17
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Gambar V.5 Contoh Sertifikat Training Pengelolaan Limbah B3 untuk Menjamin Kompetensi
..................................................................................................................................................... 219
Gambar V.7 Flare yang 24 Jam Membakar Gas Sulfur dan Hidrokarbon ................................ 227
Gambar V.8 Pedoman SMT mengenai Pemantauan, Pengukuran, dan Analisa ....................... 231
Gambar V.10 Daftar Sertifikat Lead Auditor Internal Audit .................................................... 235
Gambar V.11 Contoh Tindak Lanjut Perbaikan dari Hasi Eksternal Audit .............................. 238
Gambar V.12 Lampu Torando (Kiri) dan Lampu Light Emitting Diode LED (Kanan) ........... 247
Gambar V.13 Ilustrasi Efisiensi AC Inverter dibandingkan dengan AC Split Standar ............ 249
Gambar V.14 Grafik Total Penggunaan Energi atau Daya (watt) Terhadap Jenis Lampu dan AC
Gambar V.16 Contoh Poster Sosialisasi dan Propaganda Pembiasaan 3R ............................... 253
Gambar V.17 Penggunaan Botol Minum dan Tas Ramah Lingkungan .................................... 254
18
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
BAB I. PENDAHULUAN
Pada Era Globalisasi ini pertumbuhan jumlah penduduk di seluruh dunia termasuk
Indonesia sendiri didalamnya semakin hari semakin bertambah jumlah dan kepadatannya.
Pertumbuhan jumlah penduduk dan populasi ini berbanding lurus pula dengan kebutuhan
penduduk itu sendiri, salah satunya adalah kebutuhan energi. Sektor energi tidak akan
berhenti beroperasi dan bertumbuh selama keberadaan manusia masih ada apalagi terus
bertumbuh sejauh ini. Cukup banyak kegiatan manusia yang berkaitan dengan sektor
energi yang setidaknya keberadaannya cukup vital, salah satunya adalah kegiatan yang
membutuhkan bahan bakar. Masa kini, hal terbesar yang berkaitan dengan bahan bakar
adalah penggunaan kendaraan bermotor yang semakin masif jumlahnya dan bertambah
dari hari ke hari. Sektor industri juga amat berkaitan dan bergantung dengan bahan bakar
untuk dapat menjalankan rangkaian proses kegiatan didalamnya. Dengan bertambahnya
pula jumlah penduduk, maka kebutuhan industri pun akan terus meningkat, yang artinya
kebutuhan bahan bakar pun akan meningkat pula.
19
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
dijalankan oleh setiap pemilik usaha maupun perusahaan dalam berbagai bidang apapun
sebagai jaminan bahwa usaha yang dijalankan tidak akan menimbulkan kerusakan bagi
lingkungan dalam operasinya. Bertujuan untuk perusahaan atau usaha memiliki standar
yang sama dalam hal menjalankan sistem operasional dengan standar ramah lingkungan,
sistem manajemen lingkungan pada masing-masing perusahaan atau industri harus
didasarkan pada standar resmi internasional yaitu ISO 14001:2015 (Supriyono,2007).
Selain itu penerapan Teknologi Bersih juga penting untuk dilakukan masa kini,
terutama dalam ruang lingkup industri dengan jumlah produksi yang besar. Teknologi
Bersih sebagai salah satu strategi pengelolaan lingkungan yang integratif dan inovatif
untuk mengelola lingkungan dan melakukan konservasi sumber daya alam. Pola
pendekatan teknologi bersih bersifat preventif atau pencegahan timbulnya pencemar
dengan memperhatikan sumber timbulan limbah mulai dari bahan baku, proses produksi,
produk, dan transportasi hingga ke konsumen dan produk menjadi limbah. Selain itu,
program ini bersifat proaktif yang diterpakan untuk menyelaraskan kegiatan pembangunan
ekonomi dengan upaya perlindungan lingkungan, berbeda dengan end of pipe treatment
yang menggunakan pendekatan pengelolaan limbah yang terbentuk.
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap sebagai salah satu industri minyak dan gas
terdepan dan terbesar di Indonesia pun memiliki resiko yang besar pula terkait dampak
lingkungan yang ditimbulkan akibat kegiatan industrinya. Pengolahan crude oil yang
mencapai 348.000 BSD yang juga menjadi yang terbesar di Asia Tenggara sangat
berpotensi mencemari lingkungan pula. Oleh karena itu, sebagai salah BUMN terbaik di
negeri ini, seharusnya Pertamina dapat menjadi industri percontohan dalam penanganan
dan konservasi lingkungan akibat kegiatan industri migas yang dilakukannya. Oleh karena
itu, penerapan Sistem Manajemen Lingkungan berbasis ISO 14001:2015 dan juga
penerapan Teknologi Bersih perlu dilakukan dan dtingkatkan.
20
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari Pelaksanaan Kerja Praktik ini adalah melihat dan melakukan penilaian serta
evaluasi terhadap Sistem Manajemen Lingkungan (SML) di PT. Pertamina (Persero) RU IV
Cilacap berdasarkan ISO 14001:2015 serta melihat dan melakukan evaluasi pula terhadap
penerapan Teknologi Bersih (Clean Technology) secara khusus di Gedung HSSE PT.
Pertamina (Persero) RU IV Cilacap.
Adapun tujuan dari Kerja Praktik yang dilakukan di PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap adalah sebagai berikut :
21
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1.4 Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan Kerja Praktik adalah sebagai berikut :
Studi literatur merupakan tahapan mencari dan membaca literature yang berkaitan
dengan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) dan Teknologi Bersih (Clean Technology)
sehingga dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan Kerja Praktik dan juga penyusunan
laporan Kerja Praktik.
4. Observasi
5. Pengambilan Data
Pengambilan data dapat dilakukan secara primer ataupun sekunder, namun dalam
Batasan Kerja Praktik biasanya dilakukan secara sekunder. Tujuan pengambilan data
adalah untuk menunjang kelengkapan laporan yang akan disusun. Data-data diantaranya
adalah data kuantitatif dan kualitatif dari Sistem Manajemen Lingkungan dan juga
Teknologi Bersih, laporan analisis parameter yang ditentukan oleh pemerintah, data-data
lain yang dibutuhkan.
6. Identifikasi Masalah dan Wawancara
23
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Alur Metodologi
24
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
1.5 Sistematika Laporan
Laporan kerja praktik ini terdiri dari 6 (enam) bab, dengan tiap bab memiliki topik
pembahasan yang berbeda. Sistematika penulisan yang digunakan pada laporan ini adalah
sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan dilaksanakanya
kerja praktik, waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktik, metodologi, dan juga
sistematika penulisan laporan.
2. Bab II Gambaran Umum Perusahaan
Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil perusahaan terkait yaitu PT. Pertamina
(Persero) secara umum dan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap secara
khusus teramsuk didalamnya sejarah perusahaan, visi misi perusahaan, lokasi dan tata
letak, deskripsi kegiatan, struktur organisasi perusahaan, sarana penunjang, HSSE
Department, dan tentang penanganan limbah.
3. Bab III Tinjauan Pustaka
Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori hasil studi literatur mengenai Sistem
Manajemen Lingkungan berdasarkan ISO 14001:2015 dan juga mengenai Teknologi
Bersih (Clean Technology). Studi literature dilakukan sebagai pijakan ideal awal agar dapat
digunakan sebagai acuan untuk membandingkan hasil observasi di lapangan dengan
kondisi seharusnya dan kemudian menjadi landasan untuk evaluasi dan analisis akhir.
4. Bab IV Kondisi Eksisting
Pada bab ini akan diuraikan tentang kondisi eksisting Sistem Manajemen Lingkungan
berdasarkan ISO 14001:2015 yang diterapkan oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap dan perbandingan antara penerapan Sistem Manajemen Lingkungan yang telah
dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dengan persyaratan ISO
14001:2015. Selain itu, akan diuraikan pula tentang kondisi eksisting penerapan Teknologi
Bersih (Clean Technology) secara khusus di Gedung HSSE oleh PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap.
25
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5. Bab V Analisis dan Pembahasan
Pada bab ini akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap kondisi eksisting Sistem
Manajemen Lingkungan (SML) dan penerapan Teknologi Bersih (Clean Technology)
perusahaan serta kemudian pembahasan lanjutan mengenai kondisi ideal atau seharusnya
yang lebih baik.
6. Bab VI Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini akan dijelaskan tentang kesimpulan yang diperoleh penulis dari rangkaian
kegiatan Kerja Praktik serta saran yang ditujukan kepada PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap agar dapat meningkatkan kualitas Sistem Manajemen Lingkungan (SML)
berdasarkan ISO 14001:2015 di area PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
dan juga meningkatkan penerapan Teknologi Bersih (Clean Technology) secara khusus di
Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
26
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
BAB II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pertamina (dahulu bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara) atau
nama resminya PT. PERTAMINA (Persero) adalah sebuah BUMN yang bertugas mengelola
penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia. Tonggak sejarah Pertamina diawali sekitar
tahun 1950-an, Pemerintah Republik Indonesia menunjuk Angkatan Darat yang kemudian
mendirikan PT Eksploitasi Tambang Minyak Sumatera Utara untuk mengelola lading
minyak di wilayah Sumatera. Pada 10 Desember 1957, perusahaan tersebut berubah nama
menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional, disingkat PERMINA. Tanggal ini diperingati
sebagai lahirnya Pertamina hingga saat ini. Pada 1960, PT Permina berubah status menjadi
Perusahaan Negara (PN) Permina. Kemudian, PN Permina bergabung dengan PN Pertamin
menjadi PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) pada 20 Agustus
1968.
Kegiatan usaha Pertamina pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian besar yaitu
Kegiatan Usaha Hulu dan Kegiatan Usaha Hilir. Kegiatan usaha Pertamina Hulu meliputi
eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan panas bumi. Untuk kegiatan eksplorasi dan
produksi minyak dan gas dilakukan di beberapa wilayah Indonesia maupun di luar negeri.
Pengusahaan di dalam negeri dikerjakan oleh Pertamina Hulu dan melalui kerjasama
dengan mitra sedangkan untuk pengusahaan di luar negeri dilakukan melalui aliansi
strategis bersama dengan mitra. Berbeda dengan kegiatan usaha di bidang minyak dan gas
bumi, kegiatan eksplorasi dan produksi panas bumi masih dilakukan di dalam negeri.
Untuk mendukung kegiatan intinya, Pertamina Hulu juga memiliki usaha di bidang
pengeboran minyak dan gas. Kegiatan usaha Pertamina Hilir meliputi pengolahan,
pemasaran & niaga dan perkapalan serta distribusi produk Hilir baik di dalam maupun
28
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
keluar negeri yang berasal dari kilang Pertamina maupun impor yang didukung oleh sarana
transportasi darat dan laut. Usaha hilir meliputi Usaha Pengolahan, Usaha Pemasaran,
Usaha Niaga, dan Usaha Perkapalan.
PT. Pertamina EP PT. Pertamina EP berdiri tahun 2005 merupakan usaha hulu di
bidang minyak dan gas bumin meliputi: Eksplorasi, Eksploitasi serta penjualan
produksi minyak dan gas bumi hasil kegiatan eksploitasi.
PT. Pertamina Geothermal Energy PT Pertamina Geothermal Energy berdiri
tahun 2006 dan bergerak dalam bidang Pengelolaan dan pengembangan sumber daya
panas bumi meliputi kegiatan eksplorasi & eksploitasi, produksi uap dan pembangkitan
listrik dan jasa konsultasi, konstruksi, operasi dan pemeliharaan serta pengembangan
teknologi di bidang panas bumi.
PT. Pertamina Hulu Energi (PHE) PT Pertamina Hulu Energi berdiri tahun 2002
(d/h PT Aroma) dan bergerak dalam bidang Pengelolaan usaha sektor hulu minyak &
gas bumi serta energi baik dalam maupun luar negeri serta kegiatan usaha yang terkait
dana tau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak & gas bumi.
PT. Pertamina EP Cepu PT. Pertamina EP Cepu berdiri tahun 2005 sebagai anak
perusahaan PT. Pertamina EP dan tahun 2007 berubah status menjadi anak perusahaan
PT PERTAMINA (PERSERO), bergerak dalam bidang Eksplorasi, eksploitasi dan
produksi di Blok Cepu.
PT. Pertamina EP Cepu ADK PT. Pertamina EP Cepu ADK berdiri tahun 2013
sebagai anak perusahaan PT PERTAMINA (PERSERO), yang memiliki wilayah kerja
Alas Dara Kemuning yang terletak di Kabupaten Blora Jawa Tengah.
PT. Pertamina Drilling Services Indonesia Pertamina Drilling Sevices Indonesia
yang merupakan salah satu bagian PT.Pertamina (Persero), bergerak di bidang Drilling
Services sesuai dengan namanya, Drilling Services yang dimaksud adalah pekerjaan
Pemboran dan Kerja Ulang Pindah Lapisan sumur-sumur migas dan geothermal.
29
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
PT. Tugu Pratama Indonesia Pertamina Hak Partisipasi : 45%, Dana Pensiun
Pertamina : 20%, bergerak di bidang Jasa Asuransi Umum, Minyak dan Gas dan
Industri operasi Marine Hull.
PT. Pertamina Dana Ventura Dahulu bernama YTPP. (Pertamina Hak Partisipasi
: 99.93%); bergerak di bidang Investment Portfolio Management Services.
PT. Pertamina Bina Medika Dahulu RSPP (Pertamina Tingkat Partisipasi :
98,94%); bergerak di bidang pelayanan kesehatan dan Rumah Sakit di Jakarta.
PT. Patra Jasa PT Patra Jasa, (PERTAMINA Hak Partisipasi: 99,98%) bergerak
di Hotel / Motel Management, kantor dan sewa properti, termasuk barang-barang eks
PERTAMINA dan PT Patra Jasa 30omes sendiri.
PT Pelita Air Service Pelita Air Service (PERTAMINA Inerest peserta: 99,99%)
bergerak dalam bidang transportasi udara, Aircraft Charter dan Regular Air Services.
PT. Pertamina Gas PT Pertagas berdiri tahun 2007 dan bergerak dalam bidang
niaga, transportasi distribusi, pemrosesan dan bisnis lainnya ang terkait dengan gas
alam dan produk turunannya, engan penyertaan modal Pertamina sebesar 99% dan T
Pertamina Retail sebesar 1%.
PT. Pertamina Lubricants PT Pertamina Lubricants merupakan anak perusahaan
PT Pertamina (Persero), yang didirikan pada 23 September 2013 dan menerima
pemisahan (spin-o ) Unit Bisnis Pelumas PT Pertamina (Persero) pada 30 Oktober
2013. Cakupan bisnis Perusahaan meliputi dalam dan luar negeri. PT Pertamina
Lubricants bertekad pada masa-masa mendatang dapat menjadi perusahaan pelumas
kelas dunia, dan mencapai posisi sebagai Top 20 World Lubricants Company.
PT. Pertamina Patra Niaga PT Pertamina Patra Niaga berdiri tahun 1997 an yang
bergerak di Hilir Migas dalam bidang usaha perdagangan BBM, pengelolaan BBM,
pengelolaan armada/fleet, dan pengelolaan depot, teknologi dan perdagangan Non
BBM, dengan Penyertaan modal Pertamina sebesar 99,82% dan PT. Pertamina Trans
Kontinantal sebesar 0,18%.
PT. Pertamina Trans Kontinental PT Pertamina Trans Kontinental (d/h PT.
Pertamina Tongkang ) Pertamina berpartisipasi : 99,99%. Bergerak dalam bidang Non
30
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Tanker Domestik Transportasi untuk industri minyak dan manajemen KABIL Jetty di
Batam, Agency, Jasa Underwater dan HOP.
PT. Pertamina Retail PT Pertamina Retail (d/h. PT. Pertajaya Lubrindo) PT
Pertamina Retail bergerak dalam bidang Retail SPBU didirikan 01 September 2005 dan
baru beroperasi tahun 2006, dengan Penyertaan modal Pertamina sebesar 99,97% dan
PT Pertamina Tongkang sebesar 0,02%
PT. Pertamina Training & Consulting Sebelumnya bernama PT Patra Tridaya
dengan partisipasi Pertamina sebesar 91% dan PT Pertamina Dana Ventura sebesar 9%.
Sebagai bagian dari Pertamina yang bergerak di bidang Human Capital, Consulting dan
Jasa Manajemen Lainnya, PT Pertamina Training & Consulting memberikan kontribusi
bagi pengembangan kompetensi Sumber Daya berbasis kepada perkembangan
pengetahuan dan teknologi. Adapun bisnis yang dijalani adalah Man Power Supply,
Event Organizer & Other Services, Jasa Pengamanan, Assessment Center serta
Training & Consulting.
PT. Nusantara Regas PT Nusantara Regas, Penyertaan Pertamina : 60 %. Terlibat
dalam pengadaan LNG, Penyediaan Fasilitas FSRU dan Fasilitas Lainnya serta
penjualan Gas Bumi.
Dana Pensiun Pertamina Mengelola data peserta dan mengembangkan dana guna
memenuhi kewajiban membayar manfaat 31omesti tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat
subyek.
PT. Patra Dok Dumai Pertamina Hak Partisipasi : 99.97%; Bergerak di bidang
Teknologi Pemeliharaan Perbaikan Kapal, sebelumnya bernama Unit Operasi
PERTAMINA.
PT. Pertamina International Shipping Berdiri sejak tahun 2016, PT Pertamina
International Shipping adalah Anak Perusahaan PT Pertamina (Persero) yang dibentuk
sebagai perusahaan pelayaran internasional.
Dalam bidang pengolahan minyak, PT. Pertamina (Persero) memiliki 7 (tujuh) unit
kilang dengan kapasitas total 1.041,20 ribu barrel. Beberapa kilang minyak terintegrasi
dengan kilang Petrokimia dan memproduksi NBBM. Ketujuh Kilang minyak tersebut
terdiri dari :
31
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
1. Unit Pengolahan I di Pangkalan Brandan – Sumatra Utara (ditutup pada Januari
2007) dan bergabung dengan Unit Pengolahan II Dumai pada tahun 2010.
2. Unit Pengolahan II di Dumai – Riau
3. Unit Pengolahan III di Plaju-Sei Gerong Palembang – Sumatra Selatan
4. Unit Pengolahan IV di Cilacap – Jawa Tengah
5. Unit Pengolahan V di Balikpapan – Kalimantan Timur
6. Unit Pengolahan VI di Balongan Indramayu – Jawa Barat
7. Unit Pengolahan VII di Sorong – Papua
2.2.1 Visi
2.2.2 Misi
Menjalankan Usaha Minyak, Gas, Serta Energi Baru dan Terbarukan Secara Terintegrasi,
Berdasarkan Prinsip-Prinsip Komersial Yang Kuat.
Pertamina memiliki tata nilai sebagai komitmen perusahaan untuk mewujudkan visi dan
misinya berdasarkan standar global dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance). Nilai-nilai Pertamina disebut dengan 6C, terdiri dari Clean,
Competitive, Confident, Customer Focus, Commercial dan Capable, dan nilai-nilai ini wajib
diketahui dan menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam beraktivitas. Pertamina
menetapkan enam tata nilai perusahaan yang dapat menjadi pedoman bagi seluruh karyawan
dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Penerapan tata nilai 6C didasarkan pada Surat
Keputusan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) No.Kpts-022/ COOOOO/2013-S0 Tentang
Penerapan Tata Nilai 6C 01 Pertamina dan Anak Perusahaan (Operational Holding).
(Sumber : https://www.pertamina.com/id/makna-logo)
Warna biru memiliki arti andal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
Warna hijau memiliki arti sumber daya energi yang berwawasan lingkungan.
Warna merah memiliki arti keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam
menghadapi berbagai macam kesulitan.
35
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Lokasi perusahaan adalah hal penting yang akan menentukan kelancaran perusahaan dalam
menjalankan operasinya. Demikian juga berlaku dalam menentukan lokasi kilang dalam
industri minyak dan gas bumi. Hal-hal yang menjadi pertimbangan meliputi biaya produksi,
dampak sosial, kebutuhan bahan bakar minyak, sarana, studi lingkungan dan letak geografis
(PT Pertamina, 2017). Beberapa pertimbangan dipilihnya Cilacap sebagai lokasi kilang adalah:
1. Studi kebutuhan BBM menunjukkan bahwa konsumen terbesar adalah
penduduk pulau Jawa.
2. Daerah Cilacap dan sekitarnya telah direncanakan oleh pemerintahsebagai pu sat
pengembangan produksi untuk wilayah Jawa bagian selatan.
3. Terdapat jaringan pipa Maos – Jogjakarta dan Cilacap – Padalarang sehingga penyaluran
produksi bahan bakar minyak menjadi lebih mudah.
4. Tersedianya sarana pelabuhan alami yang sangat ideal karena lautnya cukup dalam dan
tenang karena terlindung Pulau Nusakambangan.
36
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
2.5 Deskripsi Kegiatan
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap merupakan salah satu unit operasidari Direktorat
Hilir Pertamina dengan proses-proses utama kilang seperti pada Tabel 2.1. Kegiatannya
membawahi kilang minyak dan kilang Paraxylene. Kilang minyak Cilacap yang saat ini
memiliki kapasitas 348.000 barrel/hari dibangun dalam 2 tahap, yaitu pada tahun 1974 dan
1981, sedangkan kilang Paraxylene dibangun pada tahun 1990. Saat ini sudah ada kilang RFCC
(Residual Fluid Catalytic Cracking) untuk meningkatkan produksi gasoline, LPG dan
propylene. Pertamax yang saat ini telah diproduksi PT Pertamina (Persero) RU- IV Cilacap,
produksinya akan lebih efisien (PT Pertamina, 2017).
Kilang utama disebut dengan Fuel Oil Complex (FOC) dan kilang pelumas disebut dengan
Lube Oil Complex (LOC). Bahan baku (minyak mentah) diolah di FOC untuk menghasilkan
bahan bakar minyak (BBM) sebagai produk utama dan long residue sebagai bahan baku untuk
LOC untuk diolah dan menghasilkan bahan dasar minyak pelumas (Lube Oil Base Stock)
LOBS dan asphalt component (PT. Pertamina, 2017).
Menurunkan air,
1. Persiapan Desalter
menurunkan garam
Pemisahan primer
Crude DistillingUnit (CD)
2. Pemisahan berdasarkan titik
High Vacuum Unit (HVU)
didih
37
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Visbreaker, Platforming, H2 plant
Polimerisasi,
Polimerasi, Isomerisasi, (Penex,
6. Proses Lain Aromatitasi,
Totaray), wax
Filtrasi
Dengan beroperasinya kilang minyak Cilacap, maka dengan kapasitas kilang ini
diharapkan telah mencukupi kebutuhan BBM dalam negeri. Hal ini dikarenakan hampir
35% BBM dari seluruh BBM yang dibutuhkan untuk kebutuhan BBM nasional dan 60%
kebutuhan BBM di Pulau Jawa dipasok dari RU IV Cilacap. Pencapaian inilah yang
membuat Pertamina RU IV Cilacap sebagai jantung distribusi BBM di Pulau Jawa sejalan
dengan program pipanisasi BBM ke kota-lota yang ada di Pulau Jawa (PT Pertamina,
2017). Berikut kapasitas desain tiap unit FOC dan LOC :
FOC I LOC I
Kapasitas Kapasitas
Unit Unit
(ton/hari) (ton/hari)
38
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
FOC II LOC II
Kapasitas Kapasitas
Unit Unit
(ton/hari) (ton/hari)
THDT 1.800
Visbreaker 8.387
Kilang minyak I mulai dibangun tahun 1974 dan mulai beroperasi 24 Agustus 1976
setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto. Kilang I ini dirancang oleh Shell International
Petroleum Maatschappij (SIPM). Kontraktor dipegang oleh Flour Eastern Inc. yang
dibantu oleh beberapa subkontraktor dari perusahaan Indonesia dan asing. Pengawas
pelaksana proyek adalah Pertamina. Kilang I ini dirancang dengan kapasitas semula
100.000 barrel/hari. Sejalan dengan peningkatan kebutuhan konsumen, pada tahun
1998/1999 ditingkatkan kapasitasnya melalui Debottlenecking Project Cilacap (DPC)
sehingga menjadi 118.000 barrel/hari. Kilang ini dirancang untuk memproses minyak
mentah dari Timur Tengah, Arabian Light Crude (ALC), Iranian Light Crude (ILC), dan
39
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Basrah Light Crude (BLC). Selain menghasilkan BBM, kilang ini juga menghasilkan
produk tambahan berupa bahan baku minyak pelumas (Lube Base Oil) dan Aspal (PT
Pertamina, 2017).
2. Lube Oil Complex (LOC I) menghasilkan produk NBBM (LPG, Base Oil,
Minarex, Slack Wax, Parafinic, dan Aspal)
Produk :
40
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Berikut ditampilkan Blok Diagram FOC I dan LOC I/II/III (PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap).
Pembangunan kilang minyak kedua ini dimulai pada tahun 1981 dan mulai beroperasi
setelah diresmikan pada tanggal 4 Agustus 1983. Kilang minyak ini merupakan perluasan
dari kilang minyak 1. Perluasan ini dilakukan mengingat konsumsi BBM yang menjadi tidak
seimbang lagi dengan produksi yang ada. Sementara untuk memenuhi kebutuhan tersebut
mengharuskan minyak mentah dalam negeri diolah di kilang luar negeri dan masuk ke
Indonesia dalam jenis BBM tertentu. Pola pengadaan demikian merupakan suatu pemborosan
yang dapat menganggu kestabilan ekonomi nasional. Dengan alasan tersebut, maka
pemerintah memandang perlu mengadakan perluasan kilang Cilacap (PT Pertamina, 2017).
Kilang minyak ini dirancang untuk mengolah minyak mentah domestik yang memiliki
kadar sulfur rendah daripada Arabian Light Crude dan merupakan campuran 80% Arjuna
Crude Oil dan 20% Attaka Crude Oil dan dalam perkembangannya mengolah minyak
mentah Cocktail Crude. Kapasitas awal kilang minyak II adalah 200.000 barrel/hari.
Kemudian mengingat laju peningkatan kebutuhan BBM di Tanah Air dan sejalan dengan
dilaksankannya Debottlenecking Project Cilacap (DPC) 1998/1999, maka kapasitas menjadi
41
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
230.000 barrel/hari (PT Pertamina, 2017).
Perluasan kilang II ini dirancang oleh Universal Oil Product (UOP) untuk Fuel Oil
Complex. Shell International Petroleum Maatschappij (SIPM) untuk Lube Oil Complex, dan
Fluor Eastern Inc. Untuk Offsite Fasilities termasuk Utilities dengan kontraktor utamanya
adalah Fluor Eastern Inc. Dan subkontraktornya perusahaan- perusahaan nasional. Berikut
bahan baku serta produk di perluasan kilang II :
1. Fuel Oil Complex II (FOC II)
Bahan Baku : Arjuna Crude 80%), Attaka Crude (20%)
Produk :
- Refinery Fuel Gas - Gasoline/Premium
- Naptha - IFO
- Propane - Industrial Fuel Oil
- HDO/LDO -LPG
42
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Gambar UTL II yang fungsinya sama dengan UTL I adalah seperti gambar
berikut :
Keberadaan bahan baku naphta yang cukup, sarana pendukung berupa dermaga, tangki,
dan utilitas, serta peluang pasar domestik dan luar yang terbuka lebar, menyebabkan Pertamina
RU IV Cilacap membangun Kilang Paraxylene. Kilang yang dirancang oleh Universal Oil
Product (UOP) ini dibangun pada tahun 1988 oleh kontraktor Japan Gasoline Corporation
(JGC) dan memulai operasinya setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20
Desember 1990. Tujuan pembangunan kilang ini adalah untuk mengolah naphta dari FOC II
menjadi produk-produk petrokimia yaitu paraxylene dan benzene sebagai produk utama, dan
raffinate, heavy aromate, toluene, dan LPG sebagai produk sampingan. Total kapasitas produksi
dari kilang ini adalah 270.000 ton/tahun (PT Pertamina, 2017).
43
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
unit pengolahan minyak bumi di Indonesia yang terintegrasi dengan industri petrokimia (PT
Pertamina, 2017).Paraxylene yang dihasilkan sebagian digunakan sebagai bahan baku pabrik
Purified Terepthalic Acid (PTA) pada pusat aromatik di Plaju, Sumatera Selatan dan diekspor
ke luar negeri. Hal ini merupakan suatu bentuk usaha penghematan devisa sekaligus sebagai
usaha peningkatan nilai tambah produksi kilang BBM. Sedangkan, seluruh benzene yang
dihasilkan diekspor keluar negeri. Produk- produk sampingan dari kilang ini dimanfaatkan lebih
lanjut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kilang Paraxylene terdiri dari unit-unit proses
sebagai berikut:
Pemerintah berencana untuk mengurangi kadar emisi SOX pada gas buang. Demi
terlaksananya komitmen terhadap lingkungan tersebut, maka pada tanggal 27 Februari 2002,
Pertamina RU IV Cilacap membangun kilang SRU dengan luas area proyek 24.200 m2 yang
terdiri dari unit proses dan unit penunjang. Proyek ini dapat mengurangi emisi gas dari kilang
RU IV, khusunya SO2 sehingga emisi yang dibuang ke udara lebih ramah lingkungan. Kilang
ini mengolah off gas dari berbagai unit di RU IV menjadi produk berupa sulfur cair, LPG, dan
condesate (PT Pertamina, 2017).
44
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Kilang SRU ini memiliki beberapa unit antara lain Gas Treating Unit, LPG
Recovery Unit, Sulphur Recovery Unit, Tail Gas Unit, dan Refrigeration. Umpan pada Gas
Treating Unit terdiri dari 9 Stream Sour Sas yang sebelumnya seluruh Stream Gas ini hanya
dikirim ke Fuel Gas System sebagai bahan bakar kilang atau dibakar di flare. Dengan adanya
unit LPG Recovery pada kilang SRU ini akan menambah aspek komersial dengan pengambilan
produk LPG yang memiliki nilai ekonomi tinggi dari Stream Treated Gas (PT Pertamina, 2017).
Dengan melakukan treatment terhadap 9 Stream Sour Gas dengan jumlah total
sebesar 600 metrik ton/hari dapat diperoleh produk sulfur cair sebanyak 59-68 metrik ton/hari,
produk LPG sebanyak 28-103 metrik ton/hari. Sedangkan hasil atas berupa gas dengan
kandungan H2S sangat rendah dari unit LPG Recovery akan dikirimkan keluar sebagai fuel
system. Unit-unit kilang di SRU adalah sebagai berikut :
a. Gas Treating
Gas treating ini dirancang untuk mengurangi kadar gas hydrogen sulfide (H2S) di dalam
gas buang (sebagai umpan) agar tidak lebih dari 10 ppmv sebelum dikirim ke LPG
Recovery Unit dan PSA Unit yang telah ada.
b. LPG Recovery
Unit ini memiliki Cryogenic Refluxted Absorber Design sebagai utilitas di LPG Recovery
Unit untuk menambah produk LPG Recovery secara umum. Proses ini mempunyai LPG
Recovery optimum pada excess 99,9% (pada Deethanizer Bottom Stream). Refrigeration
process digunakan sebagai pelengkap umum Chilling (pendinginan).
c. Sulphur Recovery Unit
Sulphur Recovery Unit (SRU) didirikan untuk memisahkan gas asam dari amine
regeneration di Gas Treating Unit (GTU), kemudian diubah menjadi H2S dalam bentuk
gas menjadi sulfur cair dan dalam bentuk gas sulfur untuk bisa dikirim melalui ekspor.
d. Tail Gas Unit
Tail Gas Unit (TGU) dirancang untuk mengolah gas asam dari SRU. Semua komponen
sulfur diubah menjadi H2S untuk dihilangkan di unit TGU Absorber, arus recycle kembali
ke unit SRU dan sebagian dibakar menjadi jenis sulfur yang terdiri dari Sox kemudian
dibuang ke atmosfer.
e. Unit 95 : Refrigeration
45
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Refrigeration Unit dilengkapi dengan pendinginan yang diperlukan untuk LPG Recovery
Unit dan juga dilengkapi dengan Trim Amine Chilling di bagian TGU untuk
memaksimalkan pengambilan sulfur secara umum. System Refrigeration terdiri dari dua
tahap Loop Propane Refrigeration. Berikut blok diagram LPG dan Sulphur Recovery unit:
46
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Utilities IIA yang dihubungkan dengan Utilities I dan Utilities II serta beroperasinya LOC
III. Keadaan ini secara otomatis meningkatkan kapasitas operasional PT Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap (PT Pertamina, 2017).
47
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
d. Modernisasi Instrumentasi Kilang dengan Distriburted Control System (DCS)
Untuk menanggapi peningkatan konsumsi BBM yang semakin tinggi, pada awal
tahun 2012 diadakan proyek RFCC dan mulai beroperasi tahun 2015 yang diharapkan nantinya
48
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
akan dapat meningkatkan output produksi bahan bakar dari RU IV Cilacap dengan konsumsi
crude oil yang tetap. RFCC kapasitas 62.000 BPSD bertujuan untuk mengolah LSWR yang
dihasilkan dari Kilang FOC II menjadi produk yang lebih memiliki nilai tambah, seperti LPG,
propylene, HOCM, LCO dan HCO. Sebelumnya, LSWR yang dihasilkan oleh Kilang FOC II
diolah menjadi IFO (Industrial Fuel Oil) melalui unit visbreaker dalam rangka memenuhi
kebutuhan bahan bakar industri di Indonesia. Akan tetapi, dikarenakan IFO tidak memberikan
keuntungan yang besar, unit visbreaker ditutup dan dibangunlah Kilang RFCC. Di Kilang
RFCC dibangun fasilitas-fasilitas antara lain tankage facilities, manine loading arm, waste
water treatment, sea water intake facility, building, fire fighting dan flare system.
Akses Utilities tidak tersedia dari kilang eksisting RU IV Cilacap, sehingga fasilitas
untuk proyek RFCC perlu dibangun secara independen. Berikut unit utilitas di dalam RFCC:
power generation, steam generation, water system, cooling water supply system, fuel gas
system, inert gas supply system, air system, dan akan diproduksi menggunakan Hydrogen
Purification Unit mengambil umpan off gas dari unit Platforming FOC I dan FOC II Kilang RU
IV sekitar 7000 Nm3/hari.
1. Manager Production I
2. Manager Production II
3. Manager Production III
4. Manager Maintenance Execution I
5. Manager Maintenance Execution II
6. Manager Maintenance Planning & Support
7. Manager Refinery Planning & Optimization
8. Manager Turn Around
50
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Dalam melakukan tugas dan kegiatannya kepala bidang dibantu oleh kepala sub bidang,
kepala seksi dan seluruh perangkat operasi di bawahnya. Berikut struktur organisis PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilcacap :
51
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
2.7 Sarana Penunjang
Dalam kegiatan operasinyam baik kilang BBM, Non BBM, maupun kilang paraxylene
didukung oleh sarana penunjang antara lain :
1. Utilities
Utilities merupakan jantung operasional dari sebuah industri yang berfungsi menyediakan
tenaga listrik, tenaga uap, dan kebutuhan air bersih, baik untuk keperluan operasi kilang,
perkantoran, perumahan, rumah sakit, dan fasilitas lainnya serta instrument untuk
keperluan alat-alat instrumentasi. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
mempunyai kapasitas Utilities seperti :
Generator (Pembangkit Tenaga Listrik) sebesar 112 MW
Boiler sebesar 790 ton/jam
Sea Water Desalination sebesar 540 ton/jam
2. Laboratorium
Laboratorium berfungsi untuk mengontrol spesifikasi dan kualitas minyak mentah, produk
antara, produk akhir termasuk juga untuk pusat penelitian dan pengembangan.
Laboratorium ini sejak 25 Oktober 2001 telah mendapat spesifikasi SNI 19-17025-2000
dari Komite Akreditasi Nasional dan setiap periode tertentu diperbaharui (up-date).
3. Tangki Penimbun
Tangki penimbun digunakan sebagai penampung bahan baku minyak mentah, produk
antara, produk akhir maupun air bersih untuk keperluan operasional kilang.
4. Bengkel Pemeliharaan
Bengkel pemeliharaan berfungsi untuk perbaikan peralatan kilang dan lainnya yang
mengalami kerusakan. Bahkan pada saat tertentu membuat peralatan pengganti yang sangat
diperlukan bagi operasi kilang dan sarana penunjangnya. Fasilitas di bengkel pemeliharaan
ini juga dilengkapi dengan peralatan-peralatan untuk perawatan permesinan dan lainnya.
5. Sarana HSE
Bagian ini menyediakan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan aspek Health Safety
and Environment (HSE) yang mendukung semua kegiatan operasional dalam hal
pengawasan keselamatan kerja dan perlindungan lingkungan.
6. Jasrum (Jasa dan Sarana Umum) dan SIK (Sistem Informasi dan Komunikasi)
52
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Salah satu unit yang bertugas untuk mendukung bongkar muat minyak mentah dan produk
kilang yang terletak di area kilang serta menyediakan sarana komunikasi antara lain radio,
HT, telepon dan peralatan elektronik lainnya untuk kepentingan operasional.
7. Pelabuhan Khusus
Sebagai sarana penerimaan bahan baku berupa minyak mentah yang semuanya
didatangkan dengan kapal tanker, dan juga sebagai sarana pendistribusian produk selain
melalui fasilitas perpipaan, mobil tangki dan tangki kereta api. Pada saat ini RU IV
memiliki fasilitas pelabuhan dengan kapasitas maksimum 250.000 DWT yang terdiri dari
pelabuhan untuk bongkar muat minyak mentah dan memuat produk-produk kilang untuk
tujuan domestik maupun mancanegara. (PT Pertamina, 2017)
Health, Safety, and Environment merupakan unit yang bertugas menjaga keselamatan dan
kesehatan para pekerja dan juga lingkungan. Bidang HSE bertanggung jawab langsung kepada
General Manager PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap. Hal ini menunjukkan komitmen PT
Pertamina (Persero) RU IV Cilacap dalam melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja
beserta lingkungan sekitar akibat dari kegiatan industri migas yang sangat beresiko ini. Bidang
HSE sendiri memiliki 4 tugas dan fungsi utama yaitu :
53
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Dalam melaksanakan tugasnya, HSE dibagi menjadi 4 (empat) bagian dengan fungsi
masing-masing yang berbeda termasuk juga didalmnya terdapat usaha penanganan limbah. Empat
bagian dengan fungsi masing-masing tersebut terjawab dengan empat divisi yang berada dibawah
Manager HSSE secara langsung seperti pada gambar organogram berikut :
54
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Melaksanakan risk survey dan kegiatan pemantauan terhadap rekomendasi asuransi
- Melakukan fire inspection secara rutin dan berkala terhadap sumber bahaya yang berpotensi
terhadap risiko kebakaran
- Melaksanakan pengawasan terhadap cara kerja aman melalui izin kerja, inspeksi KK, gas
test, dan sebagainya.
- Menangani hazard yang mencakup bahaya fisik, kimia, biologi dan ergonomic
- Melaksanakan pembinaan aspek HSE melalui safety talk, safety meeting, dan sebagainya.
56
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Mengukur, memantau, merekomendasi pengendalian bahaya lingkungan kerja industri
mulai dari faktor kimia (gas, debu), fisika (bising, getaran, radiasi, iluminasi), biologi
(serangga, tikus, binatang buas) dan ergonomic.
- Melakukan penyuluhan dan bimbingan tentang health talk.
- Pengelolaan kotak P3K
- Inspeksi dan rekomendasi sanitasi lingkungan kerja bermasalah Pemantauan, perawatan
alat K3 serta maintenance alat ukur hazard.
Salah satu bentuk Limbah B3 yang biasa diberikan kepada pihak ketiga adalah Sludge Cake
dari hasil pengolahan limbah Kilang FOC dan LOC yang kemudian sludge cake tadi
diberikan kepada PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri) Bogor. PT. Pertamina
57
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap belum memiliki sertifikasi untuk mengelola sendiri
limbah B3nya sehingga peran serta pihak ketiga masih diperlukan. Berikut adalah metode
penanganan limbah yang dihasilkan oleh 5 Kilang Utama PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap :
Berdasarkan diagram pengoalahan limbah setiap kilang diatas, seharusnya tidak ada lagi
ancaman limbah buangan dari setiap kilang yang tidak terkendali dengan baik. Untuk Kilang
I dan II Fuel Oil Complex dan Lube Oil Complex (FOC dan LOC) limbah yang dihasilkan
dikendalikan oleh IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) terpadu dengan prinsip fisika,
kimia dna juga biologi. Selanjutnya, untuk Kilang RFCC (Residual Fluid Catalytic
58
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Cracking) limbah yang dihasilkan dikendalikan oleh WWTS (Waste Water Treatment
System) dengan prinsip yang hampir sama dengan IPAL terpadu yaitu fisika, kimia, dan juga
biologi. Kemudian untuk Kilang SRU (Sulfur Recovery Unit) limbah yang dihasilkan
dikendalikan dengan dibakar pada flare yang ada dekat kilang tersebut. Untuk kilang terakhir
yaitu Kilang Aromatik atau biasa yang disebut dengan Kilang Paraxylene limbah yang
dihasilkan dikelola dengan menggunakan RBC atai Rotating Biological Contactor yang
hampir seluruh prosesnya menggunakan prinsip biologi.
Gambar II.12 Kondisi IPAL di Area Kilang PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
59
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Manajemen Lingkungan (SML) adalah sebuah standar internasional yang berkaitan
dengan pengelolaan lingkungan untuk membantu organisasi dalam meminimalkan pengaruh
dampak kegiatan operasional mereka terhadap lingkungan yang mencakip udara, air, tanah,
ataupun suara. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) termasuk Standar Internasional
didalamnya mengacu dan berlandaskan pada ISO 14001:2015. Dokumen dengan Standar
Internasional ini menetapkan persyaratan untuk sistem manajemen lingkungan yang dapat
digunakan suatu organisasi untuk meningkatkan kinerja lingkungannya. Standar ini juga
dimaksudkan untuk digunakan oleh suatu organisasi yang mencari cara untuk mengatur
tanggung jawab lingkungannya secara sistematis yang berkontribusi terhadap keberlanjutan
pilar lingkungan.
60
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
SML cocok untuk berbagai jenis dan ukuran organisasi, baik privat, non-profit maupun
pemerintahan. SML mensyaratkan organisasi mempertimbangkan semua isu lingkungan yang
relevan dalam operasinya seperti pencemaran udara, isu air dan limbah cair, pengelolaan
limbah, kontaminasi tanah, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta penggunaan dan
efisiensi sumber daya. Seperti sistem standar manajemen dari ISO lainnya, SML membutuhkan
perbaikan berkelanjutan pada pengelolaan lingkungan organisasi dan pendekatannya terhadap
masalah lingkungan. SML pada tahun 2015 telah diperbaiki, dengan perbaikan utama seperti
peningkatan kepentingan pengelolaan lingkungan kedalam proses perencanaan strategis
organisasi, masukan yang lebih besar dari kepemimpinan dan komitmen yang lebih kuat untuk
inisiatif yang proaktif dalam mendorong kinerja lingkungan. (KLHK, 2019)
Standar Internasional ini membantu organisasi untuk mencapai hasil yang diinginkan dari
Sistem Manajemem Lingkungan itu sendiri, yang menyediakan nilai untuk lingkungan,
organisasi itu sendiri dan pihak yang berkepentingan. Sejalan dengan kebijakan lingkungan,
hasil yang diinginkan dari sistem manajemen lingkungan termasuk :
Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ini dengan didasarkan pada ISO 14001:2015
seharusnya wajib diupayakan dan diterapkan kepada organisasi apapun, tanpa memperhatikan
ukuran, jenis, sifat dasar, dan berlaku untuk aspek lingkungan dari aktifitas, produk dan jasanya
yang ditetapkan oleh organisasi, baik itu dapat dikendalikan atau dipengaruhi, dengan
mempertimbangkan perspektif life cycle atau siklus kehidupan. Standar Internasional SML
ISO 14001:2015 ini tidak menyatakan kriteria kinerja lingkungan secara spesifik dan dapat
digunakan dalam peningkatan sistem manajemen lingkungan secara keseluruhan maupun
sebagian. Klaim kesesuaian terhadap standar internasional ini bagaimanapun tidak dapat
diterima kecuali seluruh persyaratannya dimasukkan ke dalam sistem manajemen lingkungan
suatu organisasi tanpa kecuali (ISO 14001:2015).
61
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.1 ISO 14001
ISO 14001 adalah standar internasional yang menentukan persyaratan untuk pendekatan
manajemen yang terstruktur untuk perlindungan lingkungan. ISO 14001 (Sistem
Manajemen Lingkungan) merupakan sistem manajemen perusahaan yang berfungsi untuk
memastikan bahwa proses yang digunakan dan produk yang telah dihasilkan telah
memenuhi komitmen terhadap lingkungan, terutama upaya pemenuhan terhadap peraturan
di bidang lingkungan, pencegahan pencemaran dan komitmen terhadap perbaikan
berkelanjutan.
ISO 14001 sendiri merupakan salah satu dari tiga dokumen Integrated Management System
atau Sistem Manajemen Terpadu (SMT) yang biasa diterapkan oleh perusahaan atau
industri-industri pada umumnya termasuk PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap. Ketiga dokumen utama yang menjadi acuan SMT tersebut adalah ISO 9001 yang
merupakan standar internasional di bidang manajemen mutu. Kemudian ada dokumen ISO
45001 atau OHSAS 18001 yang merupakan standar internasional baru untuk manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja (K3/OH&S). Terakhir adalah ISO 14001 itu sendiri yang
merupakan standar internasional di bidang manajemen lingkungan.
Tujuan dari ISO 14001 sendiri adalah untuk memungkinkan organisasi dari semua jenis
atau ukuran untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan yang berkomitmen untuk
bertanggung jawab pada lingkungan, seperti keberlanjutan sumber daya, pencegahan
polusi, mitigasi perubahan iklim dan minimalisasi dampak lingkungan.
Manfaat mendapatkan sertifikat ISO 14001 adalah khususnya bagi produsen, sebagai
berikut :
Edisi pertama dari ISO 14001 keluar perdana pada tahun 1996, kemudian delapan tahun
berlalu keluar edisi tahun 2004, dan kini yang terbaru dan sedang digunakan adalah edisi
tahun 2015 dengan nama lengkap ISO14001:2015. Fokus utama yang membedakan antara
edisi 2004 dan 2015 adalah pada edisi tahun 2004 pembenahan organisasi menjadi fokus
utamanya guna meningkatkan performa suatu perusahaan atau industri dalam manajemen
lingkungannya.
63
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Sedangkan pada edisi tahun 2015 fokus utamanya adalah pada tiga hal yaitu proses di hulu,
aspek organisasi, dan juga proses di hilir yang harapannya ketiga hal tersebut dapat
ditingkatkan performanya guna dapat menghasilkan sistem manajemen lingkungan yang
semakin baik. Kemudian pada edisi tahun 2004 hanya terdapat empat klausal yang ditinjau
sedangkan pada tahun 2015 terdapat 10 klausal yang ditinjau. Perbedaan klausul antar edisi
2004 dan 2015 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel III.1 Perbedaan Klausal antar ISO 14001 Edisi Tahun 2004 dan 2015
ISO 14001:2015 merupakan edisi atau seri terbaru dari dokumen ISO 14001 itu sendiri dan
merupakan satu dari tiga dokumen Sistem Manajemen Terpadu (SMT) yang kini sedang
digunakan oleh perusahaan atau industri pada umumnya termasuk didalamnya PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Sistem manajemen lingkungan ISO
14001:2015 menetapkan persyaratan sistem manajemen lingkungan untuk memungkinkan
64
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
badan atau organisasi mengembangkan dan menerapkan kebijakan dan tujuan yang
memperhitungkan persyaratan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang
diikuti organisasi dan informasi mengenai aspek lingkungan penting. Standar ini berlaku
untuk aspek lingkungan yang diidentifikasi oleh organisasi sebagai aspek yang dapat
dikendalikan dan aspek yang dapat dipengaruhi. Standar ini berlaku untuk organisasi
apapun yang bermaksud untuk (SNI, 2005):
65
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Klarifikasi persyaratan untuk peningkatan kinerja lingkungan.
Penguatan hubungan antara pengelolaan lingkungan dan bisnis inti pada tingkat
strategis.
Memudahkan implementasi ISO 14001, terutama di perusahaan-perusahaan kecil
dan menengah.
Menyoroti konsep Life Cycle Assemssments (LCA) dan mempertimbangkan rantai
(Value Chain) pada saat identifikasi dan penilaian aspek dampak lingkungan dari
produk.
Menampung persyaratan berkaitan dengan komunikasi eksternal.
Plan (P): Penetapan tujuan, dan proses yang dapat mencapai tujuan tersebut, selaras
dengan kebijakan lingkungan yang ditetapkan oleh organisasi.
Do (D): Pelaksanaan proses yang direncanakan
Check I: Pemantauan dan pengukuran hasil berdasarkan kebijakan lingkungan,
termasuk komitmen, tujuan, dan kriteria, dan pelaporannya.
Act (A): Tindakan konsekuen yang dilakukan untuk memastikan perbaikan terus-
menerus.
66
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Standar Internasional ini membantu organisasi untuk mencapai hasil yang diinginkan dari
sistem manajemen lingkungannya, yang menyediakan nilai untuk lingkungan, organisasi
itu sendiri dan pihak berkepentingan. Sejalan dengan kebijakan lingkungan, hasil yang
diinginkan dari sistem manajemen lingkungan termasuk :
Standar Internasional ini dapat diterapkan kepada organisasi apapun, tanpa meperhatikan
ukuran, jenis, sifat dasar, dan berlaku untuk aspek lingkungan dari aktifitas, produk dan
jasanya yang ditetapkan oleh organisasi, baik itu dapat dikendalikan atau dipengaruhi,
dengan mempertimbangkan perspektif siklus kehidupan. Standar Internasional ini dapat
digunakan dalam peningkatan sistem manajemen lingkungan secara keseluruhan maupun
sebagian. Klaim kesesuaian terhadap standar internasional ini bagaimanapun tidak dapat
diterima kecuali seluruh persyaratannya dimasukkan kedalam sistem manajemen
lingkungan suatu organisasi tanpa kecuali.
Seperangkat elemen dari suatu organisasi yang saling berhubungan dan berinteraksi untuk
menetapkan kebijakan dan sasaran dan proses untuk mencapai sasaran tersebut.
Catatan 1 : Sebuah sistem manajemen dapat mencakup sebuah bidang atau beberapa bidang
(sebagai contoh mutu, lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, energi, dan
manajemen keuangan)
Catatan 2 : Elemen sistem termasuk struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, rencana
dan operasi, evaluasi kinerja dan peningkatan.
68
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.5.1.2 Sistem Manajemen Lingkungan
Bagian dari sistem manajemen yang digunakan untuk mengatur aspek lingkungan,
pemenuhan kepatuhan kewajiban dan mengatasi resiko dan peluang.
Perhatian dan arahan organisasi yang berkaitan dengan kinerja lingkungan seperti yang
diungkapkan oleh top management.
3.1.5.1.4 Organisasi
Personel atau grup orang yang memiliki fungsinya sendiri dengan tanggung jawab,
wewenang dan hubungan untuk mencapai tujuannya.
Catatan 1 : Konsep organisasi termasuk tapi tidak terbatas pada pedagang tunggal,
perusahaan, korporasi, firma, enterprise, wewenang, rekanan, amal atau institusi, atau
bagian atau kombinasi atau penggabungan atau bukan, public atau privat.
Personel atau grup dari orang yang mengarahkan dan mengendalikan sebuah organisasi
pada level tertinggi.
Catatan 2 : Jika lingkup sistem manajemen mencakup hanya sebagian organisasi, maka top
management mengacu pada mereka yang mengarahkan dan mengendalikan bagian
organisasi tersebut.
69
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.5.2 Istilah Terkait dengan Perencanaan
3.1.5.2.1 Lingkungan
Sekitar tempat suatu organisasi beroperasi, termasuk udara, air, tanah, dan sumber daya
alam, tumbuhan, hewan, manusia, dan hubungan di dalamnya.
Catatan 1 : Lingkungan sekitar dapat dierluas dari dalam organisasi ke sistem lokal,
regional, dan global.
Elemen dari aktivitas organisasi atau produk atau jasa yang berinteraksi atau dapat
berinteraksi dengan lingkungan.
Keadaan atau karakteristik lingkungan sebagaimana yang ditentukan pada poin tertentu.
3.1.5.2.5 Tujuan
70
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Catatan 2 : Tujuan berkaitan dengan perbedaan bidang (seperti tujuan keuangan, kesehatan
dan keselamatan dan lingkungan) dan dapat diaplikasikan pada level berbeda (seperti
strategis, organisasi, project, produk, jasa dan proses).
Catatan 3 : Suatu tujuan dapat dinyatakan dalam cara lain, misalnya sebagai hasil yang
diinginkan, maksud, kriteria operasional, sebagai tujuan lingkungan atau dengan
penggunaan kata lain dengan arti yang sama (misanya sasaran, tujuan atau target).
Penggunaan proses, praktik, teknik, material, produk, jasa atau energi untuk menghindari,
mengurangi atau mengendalikan (secara terpisah atau kombinasi) terciptanya,
terpancarnya atau terlepasnya segala macam polutan atau sampah, untuk mengurangi
dampak buruk lingkungan.
3.1.5.2.8 Persyaratan
Kebutuhan atau ekspektasi yang dinyatakan, secara umum tersirat atau diwajibkan.
Catatan 1 : “Secara umum tersirat” artinya bahwa itu kelaziman atau praktek umum untuk
organisasi dan pihak berkepentingan bahwa kebutuhan atau ekspektasi di bawah
pertimbangan adalah terirat.
Catatan 2 : Suatu persyaratan spesifik adalah yang dinyatakan, contohnya dalam informasi
terdokumentasi.
71
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.5.2.9 Kewajiban Kepatuhan
Persyaratan hukum dan persyaratan yang lain. Persyaratan hukum yang harus dipenuhi
sebuah organisasi dan persyaratan lain yang harus atau dipilih organisasi untuk dipenuhi.
Catatan 2 : Kewajiban kepatuhan dapat timbul dari persyaratan wajib, seperti hukum yang
berlaku dan peraturan, atau komitmen sukarela, seperti standar organisatoris dan industri,
hubungan kontraktual, aturan praktik dan perjanjian dengan grup komunitas atau
organisasi non-pemerintah.
3.1.5.2.10 Resiko
Efek ketidakpastian.
Catatan 1 : Sebuah efek adalah deviasi dari yang diharapkan, positif atau negaif.
Catatan 3 : Resiko sering ditandai dengan referensi untuk “peristiwa” potensial (seperti
didefinisikan dalam ISO Guide 73:2009) dan “konsekuensi” (seperti didefinisikan dalam
ISO Guide 73:2009), atau kombinasi keduanya.
Catatan 4 : Resiko sering dinyatakan dalam istilah dari sebuah kombinasi antara
konsekuensi suatu peristiwa (termasuk perubahan dalam situasi) dengan “kemungkinan”
terkait (seperti didefinisikan dalam ISO Guide 73:2009) dari kejadian.
72
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.5.3 Istilah Terkait dengan Penunjang dan Operasi
3.1.5.3.1 Kompetensi
Kemampuan untuk menerapkan pengetahuan, dan keterampilan untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
Informasi yang diperlukan untuk dikendalikan dan dipelihara oleh suatu organisasi dan
media dimana terdapat informasi tersebut.
Catatan 1 : Informasi terdokumentasi dapat dalam bentuk dan media apapun, dan dari
sumber manapun.
- Informasi yang dibuat untuk organisasi agar beroperasi (dapat mengacu sebagai
dokumentasi)
Tahapan sistem produk (atau jasa) yang berurutan dan saling terkait, dari mulai perolehan
bahan mentah atau pembangkitan dari sumber alam sampai pembuangan akhir.
Catatan 1 : Tahapan siklus kehidupan termasuk perolehan bahan mentah, desain, produksi,
transportasi/pengiriman, penggunaan, perlakuan akhir dan pembuangan akhir.
3.1.5.3.4 Outsources
Membuat pengaturan dimana organisasi eksternal melakukan bagian dari fungsi atau
proses dari organisasi.
Catatan 1 : Sebuah organisasi eksternal adalah diluar lingkup dari manajemen sistem,
walaupun fungsi atau proses diluar ada dalam lingkup.
73
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.5.3.5 Proses
Seperangkat aktifitas yang saling terkait atau berinteraksi yang mengubah input menjadi
output.
3.1.5.4.1 Audit
Proses yang sistematis, independen, dan terdokumentasi untuk mengumpulkan bukti audit
dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit
terpenuhi.
Catatan 1 : Suatu internal audit dilakukan oleh organisasi sendiri, atau oleh pihak-pihak
luar atas namanya.
Catatan 2 : Sebuah audit dapat berarti audit kombinasi (mengkombinasikan dua atau lebih
bidang).
Catatan 3 : Independen dapat ditunjukkan dengan kebebasan dari tanggung jawab untuk
aktifitas yang diaudit atau kebebasan dari prasangka dan konflik kepentingan.
Catatan 4 : “Bukti audit” terdiri dari rekaman, pernyataan dari fakta atau informasi lain
yang terkait dengan kriteria audit dan dapat diversifikasi, dan “kriteria audit” adalah
seperangkat kebijakan, prosedur dan persyaratan yang digunakan sebagai referensi
terhadap bukti audit yang dibandingkan, sebagaimana yang didefinisikan dalam ISO
19011:2011
3.1.5.4.2 Kesesuaian
Pemenuhan persyaratan.
3.1.5.4.3 Ketidaksesuaian
Catatan 2 : Aktifitas yang diperlukan tidak terjadi di semua area secara bersamaan atau
tanpa interupsi.
3.1.5.4.6 Efektifitas
Jangkauan dimana aktifitas yang direncanakan terealisasi dan hasil yang direncanakan
tercapai.
3.1.5.4.7 Indikator
Gambaran terukur dari kondisi atau status operasi, manajemen atau kondisi (Sumber : ISO
14031:2013)
3.5.1.4.8 Pemantauan
75
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.5.4.9 Pengukuran
3.1.5.4.10 Kinerja
Catatan 1 : Kinerja dapat terkait baik dengan temuan-temuan kuantitatif maupun kualitatif.
Catatan 2 : Kinerja dapat terkait dengan aktifitas manajemen, proses, produk (termasuk
jasa), sistem atau organisasi.
Catatan 1 : Untuk sistem manajemen lingkungan, hasil dapat diukur terhadap kebijakan
lingkungan, organisasi, sasaran lingkungan atau kriteria lain, menggunakan indikator.
Organisasi harus menentukan eksternal dan internal isu yang terkait dengan tujuannya dan
yang mempengaruhi kemampuannya untuk mencapai hasil yang diinginkan dari sistem
manajemen lingkungannya. Isu tersebut harus termasuk kondisi lingkungan yang
terpengaruh oleh atau mampu mempengaruhi organisasi.
76
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.6.3 Menentukan Lingkup dari Sistem Manajemen Lingkungan
- Isu eksternal dan internal mengacu pada pemahaman organisasi dan konteksnya.
- Pemenuhan kewajiban mengacu pada pemahaman kebutuhan dan harapan pihak
berkepentingan.
- Batasan dari unit organisasinya, fungsi dan fisiknya.
- Otoritas dan penggunaannya untuk melakukan kendali dan pengaruh.
Setelah lingkupnya ditentukan, semua aktifitas, produk dan jasa dari organisasi dalam
lingkup tersebut perlu dimasukkan ke dalam sistem manajemen lingkungan.
Lingkup harus dipelihara sebagai informasi terdokumentasi dan tersedia untuk pihak
berkepentingan.
3.1.7 Kepemimpinan
77
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Mengambil peran untuk efektifitas dari sistem manajemen lingkungan.
- Memastikan bahwa kebijakan lingkungan dan sasaran lingkungan ditetapkan dan sesuai
dengan arah strategis dan konteks organisasi.
- Memastikan integrase persyaratan sistem manajemen lingkungan ke dalam bisnis proses
organisasi.
- Memastikan sumber daya yang dibutuhkan untuk sistem manajemen lingkungan tersedia.
- Mengkomunikasikan pentingnya manajemen lingkungan yang efektif dan sesuai dengan
persyaratan sistem manajemen lingkungan).
- Memastikan bahwa sistem manajemen lingkungan mencapai hasil yang diinginkan.
- Mengarahkan dan mendukung personel untuk berkontribusi terhadap efektifitas sistem
manajemen lingkungan.
- Mendorong peningkatan berkelanjutan.
- Mendukung peran manajemen yang lain untuk menunjukkan kepemimpinannya
sebagaimana yang berlaku terhadap area tanggung jawab mereka.
Catatan : Referensi untuk “bisnis” dalam standar internasional ini dapat diinterpretasikan
secara luas menjadi aktifitas yang utama terhadap tujuan eksistensi organisasi.
- Sesuai dengan tujuan dan konteks organisasi, termasuk sifat, skala, dan dampak lingkungan
dari aktifitasnya, produknya, dan jasanya.
- Menyediakan rangka untuk menetapkan sasaran lingkungan.
- Memasukkan komitmen untuk perlindungan lingkungan, termasuk pencegahan polusi dan
komitmen spesifik lainnya terkait dengan konteks organisasi.
Top manajemen harus memastikan bahwa tanggung jawab dan otoritas untuk peran terkait
ditugaskan dan dikomunikasikan dalam organisasi.
- Memastikan bahwa sistem manajemen lingkungan sesuai dengan persyaratan dari standar
internasional ini.
- Melaporkan kinerja sistem manajemen lingkungan, termasuk kinerja lingkungan, kepada
top manajemen.
3.1.8 Perencanaan
3.1.8.1.1 Umum
Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara proses yang diperlukan untuk
memenuhi persyaratan. Ketika merencanakan sistem manajemen lingkungan, organisasi
harus mempertimbangkan :
79
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Dan menentukan resiko dan peluang, terkait dengan aspek lingkungan, pemenuhan
kewajiban dan isu dan persyaratan lain, yang diidentifikasi pada pemahaman organisasi
dan konteksnya serta pemahaman kebutuhan dan harapan pihak yang berkepentingan, yang
perlu ditujukan untuk :
- Memberikan jaminan bahwa sistem manajemen lingkungan yang dapat mencapai hasil
yang diinginkan.
- Mencegah atau mengurangi efek yang tidak diinginkan, termasuk kondisi eksternal untuk
mempengaruhi organisasi.
- Mencapai peningkatan berkelanjutan.
Dalam lingkup sistem manajemen lingkungan, organisasi harus menentukan situasi darurat
potensial, termasuk yang memiliki dampak lingkungan.
Dalam lingkip sistem manajemen lingkungan yang sudah ditentukan, organisasi harus
menentukan aspek lingkungan dari aktifitas, produk, dan jasanya yang dapat dikendalikan dan
yang dapat mempengaruhi dan dampak lingkungan yang menyertainya, dengan
mempertimbangkan perspektif siklus kehidupan.
- Perubahan, baik yang terencana ataupun pengembangan baru, dan aktifitas, produk dan
jasa yang baru atau modifikasi.
- Kondisi abnormal dan situasi darurat mendatang yang masuk akal.
Organisasi harus menentukan aspek-aspek tersebut yang memiliki atau dapat memiliki
dampak lingkungan signifikan, misalnya aspek lingkungan signifikan, dengan menetapkan
kriteria.
80
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Organisasi harus mengkomunikasikan aspek lingkungan signifikannya diantara diantara
level dan fungsi organisasi yang bervariasi, dengan selayaknya.
Catatan : Aspek lingkungan signifikan dapat menghasilkan resiko dan peluang yang
disertai dengan dampak lingkungan yang merugikan (mengancam) ataupun dampak lingkungan
yang menguntungkan (peluang).
Organisasi harus :
- Menentukan dan memiliki akses terhadap pemenuhan kewajiban terkait dengan aspek
lingkungan.
- Menentukan bagaimana pemenuhan kewajiban ini berlaku pada organisasi.
- Memperhitungkan pemenuhan kewajiban ini ketika menetapkan, menerapkan, memelihara
dan meningkatkan secara berkelanjutan sistem manajemen lingkungannya.
Catatan : Pemenuhan kewajiban dapat menghasilkan resiko dan peluang untuk organisasi.
81
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Mengintegrasikan dan menerapkan tindakan ke dalam sistem manajemen
lingkungan atau bisnis proses lain
- Mengevaluasi efektifitas dari tindakan
Organisasi harus menetapkan sasaran lingkungan pada fungsi dan level yang relevan
dengan memperhitungkan aspek lingkungan yang signifikan suatu organisasi dan pemenuhan
kewajiban terkait dan mempertimbangkan resiko dan peluangnya.
3.1.9 Pendukung
3.1.9.1 Sumberdaya
Organisasi harus menentukan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk
penetapan, penerapan, pemeliharaan, dan perbaikan berkelanjutan dari sistem manajemen
lingkungannya.
3.1.9.2 Kompetensi
Organisasi harus :
- Menentukan kompetensi yang diperlukan dari orang yang melakukan pekerjaan di bawah
kendalinya yang mempengaruhi kinerja lingkungannya dan kemampuannya memenuhi
pemenuhan kewajibannya.
- Memastikan personel ini kompeten dengan dasar pendidikan, pelatihan atau pengalaman
yang sesuai.
- Menentukan pelatihan yang diperlukan yang terkait dengan aspek lingkugnan dan sistem
manajemen lingkungannya.
- Jika diperlukan, ambil tindakan untuk memperoleh kompetensi yang diperlukan dan
mengevaluasi efektifitas dari tindakan yang diambil.
Catatan : Tindakan yang berlaku dapat termasuk, misalnya penugasan kembali karyawan
saat ini, atau mempekerjakan atau mengontrak personel yang kompeten.
3.1.9.3 Kesadaran
Organisasi harus memastikan bahwa orang yang melakukan pekerjaan dibawah kendali
organisasi, sadar terhadap :
- Kebijakan lingkungan.
83
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Aspek lingkungan signifikan dan dampak lingkungan sebenarnya atau potensial terkait
dengan pekerjaannya.
- Kontribusinya terhadap efektivitas dari sistem manajemen lingkungan, termasuk
keuntungan dari peningkatan kinerja lingkungan.
- Akibat dari ketidaksesuaian dengan sistem manajemen lingkungan, termasuk tidak
terpenuhinya pemenuhan kewajiban organisasi.
3.1.9.4 Komunikasi
3.1.9.4.1 Umum
Organisasi harus merespon terhadap komunikasi yang relevan atas sistem manajemen
lingkungannya.
Organisasi harus :
84
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Mengkomunikasikan informasi yang relevan dengan sistem manajemen lingkungan secara
internal antar level dan fungsi organisasi, termasuk perubahan terhadap sistem manajemen
lingkungannya, yang sesuai.
- Memastikan proses komunikasinya memungkinkan personil yang melakukan pekerjaan
dibawah kendali organisasi, berkontribusi terhadap peningkatan berkelanjutan.
3.1.9.5.1 Umum
- Identifikasi dan deskripsi (seperti judul, tanggal, pembuat, atau nomor referensi)
85
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Format (seperti Bahasa, versi software, grafik) dan media (seperti kertas, elektronik)
- Peninjauan dan persetujuan untuk kesesuaian dan kecukupan.
Informasi terdokumentasi yang diperlukan oleh sistem manajemen lingkungan dan oleh
standar internasional ini harus dikendalikan untuk memastikan :
Informasi terdokumentasi dari luar yang ditentukan organisasi penting untuk perencanaan
dan operasional dari sistem manajemen lingkungan harus diidentifikasi, sewajarnya dan
dikendalikan.
Catatan : Akses dapat mempengaruhi keputusan mengenai perizinan untuk hanya melihat
informasi terdokumentasi atau izin dan wewenang untuk menampilkan dan merubah informasi
terdokumentasi.
3.1.10 Operasi
Catatan : Kendali dapat termasuk kendali dan prosedur teknik. Kendali dapat diterapkan
mengikuti hierarki (seperti eliminasi, penggantian, administrative) dan dapat digunakan sendiri
ataupun dalam kombinasi.
Organisasi harus memastikan proses dari luar terkendali dan terpengaruh. Tipe dan
jangkauan pengendalian atau pengeruh untuk diaplikasikan terhadap proses harus ditetapkan
dalam sistem manajemen lingkungan.
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara proses yang diperlukan untuk
mempersiapkan respon terhadap situasi darurat potensial yang diidentifikasi pada perencanaan
tindakan untuk mengatasi resiko dan peluang.
87
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Organisasi harus :
3.1.11.1.1 Umum
88
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Kriteria terhadap apa yang ingin dievaluasi organisasi dari kinerja lingkungannya, dan
indikator yang sesuai
- Ketika pemantauan dan pengukuran harus dilakukan
- Ketika hasil dari pemantauan dan pengukuran harus dianalisa dan dievaluasi
Organisasi harus memastikan bahwa alat pemantauan dan pengukuran terkalibrasi atau
terverifikasi digunakan dan dipelihara, selayaknya.
Organisasi harus mengevaluasi kinerja lingkungan dan efektifitas dari sistem manajemen
lingkungannya.
Organisasi harus menyimpan informasi terdokumentasi yang sesuai sebagai bukti dari hasil
pemantauan, pengukuran, analisa, dan evaluasi.
Organisasi harus :
Organisasi harus menyimpan informasi terdokumentasi sebagai bukti dari hasil evaluasi.
3.1.11.2.1 Umum
Organisasi harus mengadakan internal audit pada interval yang direncanakan untuk
menyediakan informasi apakah sistem manajemen lingkungannya sesuai dengan :
89
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Persyaratan organisasi sendiri untuk sistem manajemen lingkungannya
- Persyaratan dari standar internasional ini
- Diterapkan dan dipelihara secara efektif
Top manajemen harus meninjau sistem manajemen lingkungan, pada interval terencana,
untuk memastikan keberlanjutan kesesuaiannya, kecukupannya dan keefektifitasannya.
Organisasi harus menyimpan informasi terdokumentasi sebagai bukti dari hasil tinjauan
manajemen.
3.1.12 Peningkatan
3.1.12.1 Umum
Organisasi harus menentukan peluang untuk peningkatan dan menerapkan tindakan yang
diperlukan untuk mencapai output yang diinginkan dari sistem manajemen lingkungannya.
91
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.12.2 Ketidaksesuaian dan Tindakan Perbaikan
Tindakan perbaikan harus sesuai dengan pentingnya dampak dari ketidaksesuaian ditemui,
termasuk dampak lingkungan.
Organisasi harus meningkatkan secara terus menerus kesesuaian, kecukupan dan efektifitas
dari sistem manajemen lingkungan untuk meningkatkan kinerja lingkungan.
Teknologi Bersih atau Produksi Bersih diperkenalkan oleh United Nations Environment
Programme (UNEP) pada tahun 1989 sebagai sebuah pendekatan yang baru dan inovatif untuk
mengelola lingkungan dan melakukan konservasi sumber daya alam. Tujuan awal dari program
92
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
produksi bersih yang diluncurkan oleh UNEP pada saat itu adalah untuk meningkatkan kesadaran
mengenai konsep produksi bersih dan mempromosikannya untuk diaplikasikan di berbagai
industri. Sejak saat itu, konsep produksi bersih menyebar secara luas dan dikenal sebagai win-win
strategy untuk memperbaiki performa industri sekaligus melindungi lingkungan.
Hadirnya pendekatan produksi bersih sebagai salah satu strategi pengelolaan lingkungan
tidak dapat dilepaskan dari pendekatan pengelolaan lingkungan yang telah diupayakan
sebelumnya. Pada awalnya, pengelolaan lingkungan didasarkan pada pendekatan kapasitas daya
dukung (Carrying Capacity Aprroach) akibat terbatasnya daya dukung alamiah untuk menetralisir
pencemaran yang semakin meningkat Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan
hidup untuk mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Pada awalnya, strategi
pengelolaan lingkungan didasarkan pada pendekatan daya dukung. Akibat terbatasnya daya
dukung lingkungan alamiah untuk menetralisir pencemaran yang semakin meningkat, maka upaya
mengatasi masalah pencemaran berkembang dengan apendekatan mengolah limbah yang
terbentuk (End of Pipe Treatment).
Teknologi Bersih atau Produksi Bersih merupakan tindakan efisiensi pemakaian bahan
baku, air dan energi dan juga pencegahan pencemaran. Pola pendekatan produksi bersih bersifat
preventif atau pencegahan timbulnya pencemar dengan memperhatikan sumber timbulan limbah,
mulai dari bahan baku, proses produksi, produk dan transportasi sampai ke konsumen, hingga
produk menjadi limbah. Selain itu, program ini bersifat proaktif yang diterapkan untuk
menyelaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan upaya perlindungan lingkungan, berbeda
dengan end of pipe treatment yang menggunakan pendekatan pengelolaan limbah yang
terbentuk.
93
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Teknologi Bersih atau Produksi Bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang
bersifat preventif dan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada setiap tahapan proses
produksi, produk, dan jasa sehingga meningkatkan eko efisiensi dan mengurangi terjadinya resiko
terhadap manusia dan lingkungan (UNEP). Produksi bersih mencakup upaya peningkatan efisiensi
dan efektifitas dalam pemakaian bahan baku, energi, dan sumber daya lainnya sehingga
mengurangi penggunaan bahan berbahaya dan beracun dan pada akhirnya mengurangi jumlah
serta toksisitas seluruh limbah dan emisi yang dikeluarkan sebelum meninggalkan proses.
1. Menurunkan biaya produksi, yang terdiri dari penghematan biaya bahan mentah,
pengelolaan limbah, dan biaya energi (listrik) yang digunakan.
94
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
2. Memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan dan meningkatkan produktivitas.
3. Meningkatkan efisiensi proses produksi, baik dari segi bahan baku, bahan bakar, dan
energi.
4. Mempermudah akses dari lembaga finansial untuk keperluan audit.
5. Memenuhi permintaan pasar.
6. Memperbaiki kualitas lingkungan dan memenuhi peraturan lingkungan.
7. Memperbaiki lingkungan kerja.
8. Meningkatkan persepsi masyarakat.
Akan tetapi, masih terdapat beberapa kerugian yang perlu dipertimbangkan pula dalam
penerapan produksi bersih, diantaranya :
1. Membutuhkan skala waktu yang lebih panjang, dengan kata lain, hasil dari penerapan
produksi bersih tidak dapat langsung dilihat atau dirasakan.
2. Prosedur yang dilaksanakan pada proses produksi menjadi lebih kompleks karena terdapat
tambahan-tambahan seperti pemilahan bahan baku yang akan masuk kedalam proses
produksi.
3. Konsep ini masih belum terlalu dikenali oleh pihak-pihak yang membuat peraturan, dalam
hal ini berarti adalah pemerintah
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) terdapat prinsip-prinsip pokok dalam strategi
teknologi atau produksi bersih, yaitu sebagai berikut (KLH,2012) :
1. Mengurangi dan meminimasi penggunaan bahan baku, air, dan pemakaian bahan baku
beracun dan berbahaya serta mereduksi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga
mencegah dan atau mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan
serta resikonya terhadap manusia.
2. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi, berlaku baik pada proses maupun produk
yang dihasilkan sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk.
3. Upaya produksi bersih ini tidak akan berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam
pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait baik pemerintah, masyarakat
95
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
maupun kalangan dunia usaha. Selain itu, perlu diterapkan pola manajemen di kalangan
industri maupun pemerintah yang telah mempertimbangkan aspek lingkungan.
4. Mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan, manajemen, dan prosedur standar operasi
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kegaitan-kegiatan tersebut tidak selalu
membutuhkan biaya investasi yang tinggi, kalaupun terjadi seringkali waktu yang
diperlukan untuk pengembalian modal investasi relatif singkat.
5. Pelaksanaan program produksi bersih ini lebih mengarah pada pengaturan diri sendiri (self
regulation) daripada pengaturan secara command and control. Jadi, pelaksanaan program
produks bersih ini tidak hanya mengandalkan peraturan pemerintah saja tetapi lebih
didasarkan kesadaran untuk merubah sikap dan tingkah laku.
Konsep teknologi bersih memiliki hierarki dimana daur ulang (recycle) harus dilakukan
langsung (in-pipe recycle). Penyelesaian masalah lingkungan lebih ditekankan pada sumber
pencemar sehingga limbah yang dihasilkan pada akhir proses produksi menjadi berkurang, atau
bahkan tidak ada sama sekali. Konsep ini meliputi pemanfaatan sumber alam secara efisien yang
96
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
berarti mengurangi limbah yang dihasilkan. Begitu juga dengan pencemaran dan pengurangan
resiko bagi kesehatan dan keselamatan manusia.
Konsep produksi bersih yang ditawarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
adalah prinsip 5R, yang terdiri atas :
Re-think, suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan akan
beroperasi.
Reuse, atau penggunaan kembali adalah suatu teknologi yang memungkinkan suatu limbah
dapat digunakan kembali tanpa mengalami perlakua fisik/kimia/biologi.
Reduction, atau pengurangan limbah pada sumbernya adalah teknologi yang dapat
mengurangi atau mencegah timbulnya pencemaran di awal produksi.
Recovery, adalah teknologi untuk memisahkan suatu bahan/energi dari suatu limbah untuk
kemudian dikembalikan kedalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan
fisik/kimia/biologi.
Recycling, atau daur ulang adalah teknologi yang berfungsi untuk memanfaatkan limbah
dengan memprosesnya kembali ke proses semula yang dapat dicapai melalui perlakuan
fisik/kimia/biologi.
Selain itu, pendekatan produksi bersih juga mengembangkan konsep 6R dalam penanganan
limbah, yaitu sebagai berikut :
Refine, memurnikan atau menghilangkan kontaminan dari bahan baku atau bahan
pembantu.
Reduce, mengurangi kebutuhan bahan baku secara stoikiometri proses sehingga
mengurangi limbah.
Reuse, pemakaian kembali bahan baku/pembantu proses untuk proses yang serupa.
Recylce, pemakaian kembali bahan baku/pembantu dan hasil samping proses untuk proses
yang berbeda.
Recovery, pengambilan kembali material yang masih memiliki nilai tambah.
Retrieve to Energy, merubah material sisa proses menjadi sumber energi
97
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.2.2 Teknologi Bersih, Ekonomi, dan Permasalahannya
Produksi bersih yang terdiri dari pencegahan polusi dan strategi minimisasi limbah
bertujuan untuk mengatasi masalah lingkungan di sumbernya secara langsung dibandingkan
bertindak secara reaktif terhadap limbah yang telah terbentuk sehingga mengurangi biaya besar
yang dibutuhkan dalam pengolahan limbah.
98
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Biaya yang sangat terasa dari hasil proses produksi berupa limbah diperuntukkan untuk
upaya pengolahan dan pembuangan. Biaya yang diperlukan termasuk biaya untuk waste handling,
transportasi, pembuangan, dan lain-lain. Biaya pengelolaan limbah dapat diibaratkan seperti
gunung es, hanya sebagian kecil saja biaya yang terlihat. Limbah yang dihasilkan dalam suatu
proses produksi merupakan indikator proses yang tidak efisien dan adanya kehilangan karena :
Upaya penerapan teknologi atau produksi bersih yang dilakukan untuk mengurangi
ataupun menghindari biaya pengolahan limbah yang tersembunyi dengan cara berikut :
99
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Selain itu, terdapat potensi keuntungan lain dari penerapan teknologi bersih diantaranya
adalah banyak pilihan dengan biaya rendah, memperluas jaringan pemasara, pengurangan pajak
atau hutang, serta meningkatkan daya saing. Produksi bersih juga memberikan manfaat finansial
kepada semua pihak terkait, yaiut perusahaan, institusi keuangan, dan lembaga pemerintahan.
Meski begitu, terdapat beberapa kendala yang timbul dalam penerapan produksi bersih
diantaranya adalah :
Kendala Ekonomi Hamabatan ekonomi akan timbul bila keuangan usaha merasa tidak
akan mendapat keuntungan dalam penerapan teknologi/produksi bersih. Sekecil apapun
penerapan produksi bersih, bila tidak menguntungkan bagi perusahaan, maka akan sulit
bagi manajemen untuk membuat keputusan tentang penerapan produksi bersih.
Kendala Teknologi Hambatan ini dapat muncul antara lain karena kurangnya informasi
produksi bersih, sistem baru yang tidak sesuai (malah menyebabkan gangguan), dan
fasilitas produksi ada kemungkinan sudah penuh sehingga tidak ada tempat lagi untuk
tambahan peralatan.
Kendala Sumber Daya Manusia Hambatan ini dapat muncul antara lain karena
kurangnya komitmen dari Top Manajemen, adanya keengganan untuk berubah baik secara
individu maupun organisasi, lemahnya komunikasi internal, pelaksanaan organisasi yang
kaku, birokrasi terutama pengumpulan data, kurangnya dokumentasi dan penyebaran
informasi, hingga kurangnya pelatihan kepada sumber daya manusia mengenai
teknologi/produksi bersih.
Assessment Teknologi Bersih atau Produksi Bersih adalah sebuah prosedur terencana yang
sistematis dan ditujukkan untuk mengidentifikasi cara-cara untuk mengeliminasi atau mengurangi
timbulan limbah. Assessment sebaiknya dapat mendorong upaya perusahaan untuk melakukan
upaya perbaikan lingkungan berkelanjutan dalam operasinya.
101
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Metodologi Assessment Teknologi Bersih terdiri dari 5 tahap, yaitu :
1. Perencanaan dan Organisasi Tujuan dari tahapan ini adalah untuk memperoleh
komiten terhadap proyek, memperkenalkan sistem, menempatkan sumber daya manusia
dan merencanakan detail pekerjaan. Sebuah proyek dapat terlaksana dengan baik jika
tahapan ini mampu dilaksanakan dengan baik.
2. Pre-Assessment Tahapan ini bertujuan untuk memperoleh sebuah ulasan mengenai
produksi perusahaan dan aspek lingkungan. Proses produksi lebih baik digambarkan pada
sebuah diagram yang menunjukkan input, output, dan area permasalahan lingkungan.
3. Assessment Tujuan dilakukannya assessment adalah untuk memperoleh data dan
mengevaluasi dampak lingkungan dan efisiensi produksi dari perusahaan. Data diperoleh
dari aktivitas manajemen yang dapat digunakan untuk memonitor dan mengontrol efisiensi
dari keseluruhan proses, tetapkan target dan perhitungkan indikator bulanan atau tahunan.
4. Evaluasi dan Studi Kelayakan Tujuannya adalah untuk mengevaluasi kelayakan dari
penerapan produksi bersih sebelumnya dan memilih hal yang layak untuk dilaksanakan.
5. Penerapan dan Keberlanjutan Tujuan dari tahapan ini adalah memastikan pilihan
yang telah diambil akan terlaksana dengan baik dan mampu mengurangi konsumsi serta
limbah yang dihasilkan dengan cara terus menerus diawasi.
Dari keseluruhan uraian diatas, penerapan teknologi bersih secara sederahan dapat
dijabarkan melalui beberapa tahapan sederhana. Tahapan-tahapan dalam melakukan assessment
yaitu :
102
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.2.5 Pengeolaan dan Manajemen Energi
Penggunaan energi yang efektif dan efisien, sebagai langkah konservasi energi dikenal
sebagai manajemen energi. Manajemen energi adalah suatu aktifitas pengelolaan energi yang
berdisiplin, terorganisasi dan terstruktur menuju penggunaan energi yang lebih efisien, tanpa
mengurangi tingkat produksi , kualitas, serta ketentuan keselamatan dan pencemaran lingkungan.
Manajemen energi adalah kebijakan dan penggunaan energi yang efektif untuk memperoleh
keuntungna yang maksimum (biaya yang minimum) dan mempertinggi posisi yang kompetitif.
Secara umum, hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun suatu program
pengelolaan energi adalah mempertimbangkan beberapa aspek yaitu : perilaku dari pengguna
energi, teknologi peralatan yang digunakan, pemasangan atau instalasi peralatan dan manajemen
pemeliharaan peralatan. Secara teknis, penerapan manajemen energi akan berhasil bila didukung
dengan komitmen dari pimpinan karena dengan komitmen tersebut, proses pembuatan rencana
aksi, pengimplementasikan rencana aksi, mengevaluasi kemajuan yang telah dicapai, dan
menghargai kemajuan yang telah dicapai akan dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam
manajemen energi.
Salah satu bagian yang mendasari manajemen energi adalah audit energi. Laporan audit
energi merupakan audit plan yang akan di proses dan dianalisis lebih lanjut dalam manajemen
energi. Dari hasil audit energi, akan diketahui aliran energi yang memberikan gambaran tentang
103
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
penggunaan energi. Sehingga, pada akhirnya dapat disusun suatu rancangan strategis untuk
mengendalikan penggunaan energi.
Proses audit energi dilakukan secara bertahap. Adapun bentuk tahapan proses dalam audit
energi adalah :
104
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.2.5.3 Konservasi Energi
Konservasi energi merupakan upaya mengefisienkan pemakaian energi untuk suatu
kebutuhan agar pemborosan energi dapat dihindarkan. Konservasi energi adalah penggunaan
energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar
diperlukan. Pengelolaan energi dapat berupa segala upaya yang mengatur dan mengelola
penggunaan energi seefisien mungkin pada bangunan gedung tanpa mengurangi tingkat
kenyamanan di lingkungan hunian maupun produktivitas di lingkungan kerja.
Faktor panas yang berasal dari luar bangunan akan masuk kedalam ruangan melalui
selubung bangunan, baik melalui dinding maupun atap yang merupakan beban pendingin yang
harus dinetralisir oleh sistem pendinging atau AC (Air Conditioner). Beban pendinginan dari suatu
bangunan gedung yang dikondisikan terdiri dari beban internal yaitu beban yang ditimbulkan oleh
lampu, penghuni serta peralatan lain yang menimbulkan panas, dan beban eksternal yaitu panas
yang masuk dalam bangunan akibat radiasi matahari dan konduksi melalui selubung bangunan.
Untuk mengurangi beban eksternal, Badan Standardisasi Nasional Indonesia menentukan kriteria
desain selubung bangunan yang dinyatakan dalam Harga Alih Termal Menyeluruh (Overall
Thermal Transfer Value, OTTV) yaitu OTTV kurang dari sama dengan 45Watt/m2. Ketentuan ini
berlaku untuk bangunan yang dikondisikan dan dimaksudkan untuk memperoleh desain selubung
bangunan yang dapat mengurangi beban eksternal sehingga menurunkan beban pendinginan.
105
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
1. Sistem Pencahayaan Alami
Sistem ini memanfaatkan cahaya yang berasal dari alam untuk menerangi ruangan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sumber energi dari pencahayaan alami ini adalah
dari sinar matahari.
Dalam suatu sistem pencahayaan buatan, agar suatu lampu mampu memancarkan cahaya,
maka disusun beberapa komponen ang dikombinasikan agar mendukung hal tersebut, yaitu :
● Sistem pencahayaan buatan yang dirancang. Dalam hal ini pengkajian awal dibuat terhadap
jenis pencahayaan yang akan diciptakan. Sistem pencahayaan yang diciptakan biasanya
difungsikna dengan dasar estetika dan faktor ekonomi.
● Penentuan tingkat pencahayaan minimum (E) yang direkomendasikan, dalam
perkembangan sistem pencahayaan dalam suatu ruangan disesuaikan dengan fungsi
ruangan dan jenis kegiatan yang dilakukan.
● Daya listrik untuk pencahayaan sesuai maksimum yang diijinkan, seiring dengan
konservasi energi pada bangunan gedung.
● Memenuhi tingkat kenyamanan visual. Dalam hal ini, sistem pencahayaan harus dipilih
yang mudah penggunaannya, efektif, nyaman untuk pengelihatan, tidak menghambat
106
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
kelancaran kegiatan, tidak mengganggu kesehatan terutama dalam ruang-ruang tertentu
dan menggunakan energi yang seminimal mungkin.
● Timer
● Sensor Gerakan
107
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Situasi ini semakin buruk karena kebutuhan air meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk, urbanisasi, dan peningkatan penggunaan air dalam rumah tangga dan industri. Hampir
seperlima dari penduduk dunia (sekitar 1,2 miliar orang) tinggal di daerah yang langka air.
Kelangkaan air dapat terjadi bahkan di daerah dengan banyak curah hujan atau beberapa sumber
air bersih, jika tidak terlindung dengan baik, digunakan dan didistribusikan.
Sebagian besar air digunakan bukan untuk keperluan air bersih (non-potable), terlepas dari
tipe gedung. Hal ini menunjukkan peluang penghematan air yang besar melalui sistem air daur
ulang, pemanfaatan air hujan dan air kondensat AC, yang sesuai untuk irigasi, cuci umum,
pembilas toilet, sistem pendingin, atau konsumsi air lainnya yang tidak memerlukan air bersih
(potable).
Menggunakan air hujan dan kondensat AC sebagai sumber air alternatif sangat
menjanjikan karena Cilacap memiliki karakter iklim tropis dengan curah hujan dan kelembaban
yang relatif tinggi. Penghematan air yang signifikan juga dapat diperoleh melalui pemanfaatan
perlengkapan sanitair dan keran air yang efisien. Dengan memasang perlengkapan sanitair dan
keran yang efisien pada area ini dapat menghasilkan penghematan air yang cukup besar.
Mengurangi konsumsi air dari sumber primer (seperti PDAM dan sumur) memiliki
beberapa keuntungan. Biaya penyediaan air meningkat tajam sejalan dengan peningkatan
permintaan dan berkurangnya pasokan. Dengan demikian, setiap penurunan konsumsi air secara
langsung mengurangi biaya penyediaan air dan biaya pembuangan air limbah pada bangunan. Hal
ini juga dapat mengurangi biaya yang terkait dengan energi, seperti pengolahan, operasional
pompa, dan pemanasan air. Ukuran dan kapasistas sistem penyediaan, penyimpanan, dan
pembersihan air dalam bangunan gedung juga dapat dikurangi untuk menghemat biaya modal.
Dari semua perlengkapan sanitair pada bangunan komersial dan perumahan, pembilasan
toilet pada umumnya mengkonsumsi paling banyak air bersih. Dalam beberapa kasus, pembilasan
toilet dapat menambah hingga 75% dari total penggunaan air dalam gedung. Sistem bilas ganda
yang efisien hanya menggunakan sekitar 4,5 liter untuk penyiraman penuh dan 3 liter untuk
setengah penyiraman, dapat mengurangi konsumsi air secara signifikan.
Dalam bangunan komersial yang memerlukan air mandi, air cuci piring, dan air binatu,
pemanfaatan air daur ulang yang diolah kembali dapat memberikan pengembalian investasi yang
108
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
layak. Pemanfaatan kembali air daur ulang dapat digunakan untuk beberapa penerapan seperti bilas
toilet, penambahan air (make-up water) menara pendingin, dan irigasi.
Air daur ulang biasanya tidak cocok untuk digunakan sebagai air minum. Penggunaan air
daur ulang harus dievaluasi secara cermat karena bahan kimia berbahaya dapat digunakan untuk
mengolah air daur ulang tersebut.
Penerapan sistem daur ulang air memerlukan perencanaan dan perancangan yang jauh lebih
rumit dan biaya konsturksi yang lebih mahal, serta adanya risiko kontaminasi dan polusi jika salah
kelola. Biaya operasional untuk sistem yang lebih kompleks juga bisa lebih tinggi, dengan
pengembalian investasi yang berpotensi mundur. Sistem pemeliharaan dan perawatan juga
memainkan faktor penting dalam memilih metode konservasi air ini. Filter, pompa, dan tempat
pengolahan semuanya membutuhkan perhatian. Sistem daur ulang air pakai biasanya hemat biaya
pada perhotelan dan gedung dengan fungsi serupa, yang memerlukan air dengan volume tinggi,
penggunaan air kontaminasi non-biologis yang teratur, seperti untuk kepentingan binatu ditambah
dengan beban penggunaan air sekunder (non-potable) juga besar seperti bilas toilet dan irigasi
lansekap. Sistem pipa untuk air daur ulang harus dipisahkan secara jelas dari sistem air kotor untuk
mencegah kontaminasi.
Sistem air daur ulang pada perumahan di daerah perkotaan biasanya terbatas pada air dari
kamar mandi. Sebuah solusi inovatif dari Jepang menggabungkan wastafel dengan tangki air toilet.
Air yang digunakan dari wastafel dikumpulkan dalam tangki dan digunakan untuk penyiraman
toilet
Pemanfaatan air hujan dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan air di atap (roof
catchment), dan mengumpulkan air di tanah (ground catchment). Air hujan yang disimpan dapat
digunakan untuk binatu, bilas toilet dan urinal, mencuci mobil, serta penggunaan air dekoratif
(misalnya air mancur). Pemanfaatan ini bahkan dapat digunakan untuk make-up menara
pendingin.
109
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Sistem penyimpanan digunakan untuk menyimpan air hujan untuk digunakan. Ada
beberapa variasi tangki penyimpanan air yang banyak digunakan. Tangki penyimpanan harus
buram dan dicat untuk menghambat pertumbuhan lumut, harus ditutupi, dengan ventilasi yang
disaring, dan mudah untuk dibersihkan (jika digunakan untuk sistem air bersih). Tangki
penyimpanan air hujan bisa dibuat dari beton, kayu, logam, tanah liat dan bak penyimpanan air
plastik yang tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran.
Tangki penyimpanan atau tadah adalah salah satu komponen yang paling penting dari
sistem air hujan dan umumnya bagian yang paling mahal dari sistem ini. Tangki penyimpanan
harus ditempatkan sedekat mungkin dengan area tangkapan air hujan dan ukuran yang ditentukan
dengan perhitungan berdasarkan kebutuhan, frekuensi curah hujan, luas permukaan, anggaran, dan
estetika. Posisi tangki terhadap area tangkapan dan filter sesuai aliran air sangat penting untuk
memaksimalkan pengumpulan air hujan.
Pengelolaan sampah yang belum maksimal juga turut mempengaruhi jumlah timbulan
sampah dan volume sampah yang masuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan
berlandaskan kepada Pedoman Direktorat Jenderal Cipta Karya, bahwa dengan menerpakan
konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) untuk pengelolaan sampah persampahan mampu mengurangi
volume sampah yang masuk di TPA sekitar 20% (Departemen PU, 1990). Target tersebut sangat
110
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
realistis karena dari total produksi sampah di Indonesia, 80% diantaranya merupakan sampah
organik dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali (Oetomo, 1977).
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sampah-sampah yang ditimbulkan tersebut belum
tertangani keseluruhan dan kebanyakan tidak dikelola dengan baik sehingga akibatnya sering
ditemukan di pinggir jalan, mengotori selokan dan saluran air, dan lebih banyak lagi yang
mencemari sungai yang menyebabkan penyakit. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
masalah sampah menjadi semakin bertambah terutama bila tidak diikuti dengan manajemen
prasarana dan sarana perkotaan yang memadai dan perilaku masyarakat yang tepat (Bandara et al,
2007). Pengelolaan sampah seharusnya dilihat sebagai suatu masalah bersama yang sidatnya
holistic (communal troubles), yang tidak hanya tanggungjawab pemerintah semata, dan bukan pula
sekedar masalah teknis dan teknologi saja. Masing-masing komponen memiliki peranan dalam
rantai sistem pengelolaan sampah. Pada prinsipnya, dari beberapa pengertian sampah yang ada
dalam batasan ilmu pengetahuian, sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari
sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
Berdasarkan sifat kimia unsur pembentuknya, terdapat 2 kategori jenis sampah, yaiut :
111
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
● Sampah Anorganik → Sampah yang tidak mengandung senyawa organik, umumnya
sampah ini sangat sulit terurai oleh mikroorganisme. Contoh konkretnya adalah kaca,
kaleng alumunium, debu, dan logam.
Berdasarkan sumbernya, sampah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Sampah Perkantoran
Diantara sumber-sumber sampah yang disebutkan diatas, salah satu diantaranya adalah
sampah yang berasal dari perkantoran. Jenis sampah yang paling umum ditemukan pada sebuah
kantor adalah sebagai berikut :
● Kertas → Penggunaan kertas di perkantoran masih sangat tinggi karena belum ada barang
lain yang dapat menggantikan fungsi kertas. Kertas-kertas yang telah digunakan untuk
menulis, mencetak, dan menggambar biasanya dibuang menjadi sampah. Karena itu daur
ulang sampah kertas ini sangat dibutuhkan untuk menambah nilai dan daya guna kertas itu
112
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
sendiri. Setiap jenis kertas dipilah-pilah berdasarkan jenisnya masing-masing, kertas koran,
kertas HVS, karton, hingga warna-warni.
● Plastik → Salah satu sumber plastik pada perkantoran adalah kantin atau dapur. Benda-
benda seperti gelas plastik termasuk bungkus makanan dan kertas-kertas yang mengandung
plastik berpotensi besar menjadi sampah buangan.
● Sampah Elektronik → Meskipun tidak rutin setiap hari timbulannya, tetapi potensial
dihasilkan seperti baterai bekas, printer bekas, catridge bekas, coomputer bekas, dan lain-
lain. Sampah elektronik termasuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun
sehingga pengelolaannya berbeda dengan sampah lainnya.
● Sampah Organik → Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan atau
dekomposisi dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut
dengan kompos). Material sampah (organik) pada perkantoran berupa zat tanaman, sisa
makanan atau kertas, lebih spesifik sampah sisa-sisa tumbuhan seperti daun-daun
pepohonan di sekitar area kantor.
Pengelolaan Sampah di Perkantoran
Prinsip dasar pengelilaan sampah yang ramah lingkungan adalah harus diawali dari
perubahan cara kita memandang dan memperlakukan sampah. Paradigma pengelolaan sampah
yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma
baru pengelilaan sampah. Paradigma baru adalah cara memandang sampah sebagai sumber daya
yang mempunyai nilai-nilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk kopos dan pakan
ternak. Pengelolaan sampah tidak hanya dilakukan pada rumah tangga saja, tetapi juga dilakukan
di perkantoran sebagai bagian dari perwujudan Eco-Office.
Prinsip utama mengelola sampah yang benar adalah mencegah timbulnya sampah,
mengguna-ulang sampah, dan mendaur-ulang sampah. Itulah prinsip yang kita kenal dengan 3R.
Jika prinsip tersebut dijalankan dengan konsisten, maka akan mendapatkan output yang nyata,
yaitu mengurangi beban polutan, mendatangkan manfaat ekonomi dan menjadikan lingkungan
bersih, yang pada akhirnya menghasilkan outcome yang dapat langsung dirasakan, yaitu kesehatan
dan penghasilan.Namun demikian, pelaksanaan prinsip kelola sampah dengan 3R ini belum
menjadi budaya dan kebiasaan di perkantoran.
113
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Untuk menerapkan pengelolaan sampah perkantoran terpadu berbasis masyarakat di
perkantoran, perlu memperhatikan beberapa hal berikut :
● Komposisi dan karakteristik sampah untuk memperkirakan jumlah sampah yang dapat
dikurangi dan dimanfaatkan.
● Karakteristik lokasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat perkantoran, unutk
mengidentifikasi sumber sampah dan pola penanganan sampah 3R yang sesuai dengan
kemampuan masyarakat perkantoran.
● Metode penanganan sampah 3R, untuk mendapatkan formula teknis dan prasarana dan
sarana 3R yang tepat dengan kondisi masyarakat perkantoran.
● Proses pemberdayaan masyarakat untuk menyiapkan penghuni kantor dalam perubahan
pila penanganan sampah dari proses konvensional (kumpul angkut buang) menjadi pola
3R.
● Uji coba pengelolaan, sebagai ajang pelatihan bagi penghuni kantor dalam melaksanakan
berbagai metode 3R.
● Kelanjutan pengelolaan, untuk menjamin kesinambungan proses pengelolaan sampah yang
dapat dilakukan oleh masyarakat/penghuni kantor secara mandiri.
● Minimisasi sampah hendaknya dilakukan sejak sampah belum terbentuk yaitu dengan
menghemat penggunaan bahan, membatasi konsumsi sesuai kebutuhan, dan memilih
bahan yang mengandung sedikit sampah.
● Upaya memanfaatkan sampah dilakukan dengan menggunakan kembali sampah sesuai
fungsinya seperti penggnaan botol minum atau kemasan lainnya.
114
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
BAB IV. KONDISI EKSISTING
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah mendapatkan sertifikasi ISO
14001:2015 pada Juni 2016 lalu. Pendekatan Plan-Do-Check-Act sesuai dengan prinsip
pengelolaan manajemen lingkungan pada ISO 14001 telah ditetapkan oleh PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap. Dalam merencanakan (plan), PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap memulai dengan menentukan dasar sistem manajemen, beberapa diantaranya yaitu :
menentukan ruang lingkup batasan sistem, melakukan gap analysis, menentukan kebutuhan dan
harapan pihak-pihak berkepentingan, menentukan aspek penting lingkungan dan menjadikannya
sebagai dasar dari manajemen sistem, serta menentukan kebijakan perusahaan dalam
meningkatkan kinerja lingkungan. Dalam menerapkan (Do) sisetem manajemen, PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap menerapkan proses organisasi sesuai dengan yang telah
direncanakan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan penting yang telah diidentifikasi.
Dilakukan juga pemantauan dan pengukuran proses (Check) untuk mengevaluasi komitmen
perusahaan dalam menjalankan sistem manajemen lingkungan serta menentukkan kesesuaian
proses dengan kebijakan lingkungan. Hasil dari proses pemantauan dan pengukuran yang berupa
ketidaksesuaian kemudian ditindaklanjuti dengan tinjauan manajemen untuk menghasilkan
perencanaan perbaikan atau peningkatan berkelanjutan (Act).
115
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Selain itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga memiliki beberapa
program kegiatan tersendiri dalam upaya pengelolaan dan pengembangan lingkungan sekitar,
seperti Progrram Unggulan Proper E-Mas Bayu (Energi Mandiri Tenaga Surya dan Angin) serta
program E-Mbak Mina (Energi Mandiri Tambak Ikan) di Kampung Laut. Ada pula program
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sistem On Grid pertama dalam rangka mengupayakan
penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) sejak dini. Kegiatan-kegiatan lainnya seperti
pembangunan rumah sakit, sekolah, fasilitas umum seperti fasilitas olahraga untuk masyarakat
sekitar serta kegiatan CSR lainnya seperti pembagian botol minum dan sedotan pakai ulang (reuse)
adalah upaya PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dalam melestarikan lingkungan
serta memberdayakan masyarakat sekitar dengan positif dan cita-cita mendapatkan Proper Emas
di tahun 2019 ini. Gedung Head Office PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga
mendapatkan peringkat kedua se-Indonesia sebagai perkantoran yang melaksanakan efisiensi
energi untuk kategori gedung hijau besar.
Proses mendapatkan hasil Audit Sistem Manajemen Lingkungan (SML) berlandaskan ISO
14001:2015 di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap kini dilakukan sebanyak dua kali
dalam setahun yaitu satu kali audit internal dan satu lagi audit eksternal. Tim Auditor dipilih dari
perwakilan anggota setiap divisi yang ada di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
dan yang telah memiliki sertifikasi khusus. Audit terakhir dilakukan pada awal tahun 2019 ini,
dimana divisi Quality and Maintenance (Q&M) berperan sebagai pengelola proses audit,
pembentukan tim, dan juga pembuat list pertanyaan (checklist) yang disesuikan dengan kondisi
eksisting lapangan.
Suatu organisasi harus menentukan isu internal dan eksternal yang terkait dengan tujuan
dan dapat berpengaruh terhadap kemampuan untuk mencapai hasil yang diharapkan dari sistem
116
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
manajemen lingkungan. Isu-isu yang dimaksud adalah yang dapat mempengaruhi, baik secara
positif atau negatif.
Pada setiap tahunnya, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap melakukan social
mapping. Hasil dari kegiatan tersebut dilakukan identifikasi isu-isu internal maupun eksternal yang
dihadapi dan memiliki potensi untuk dihadapi oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap. Pemantauan dari social mapping ini dilakukan dengan mempertimbangkan komponen
sosial, ekonomi, budaya, dan kesehatan masyarakat.
Isu-isu eksternal tersebut dapat berhubungan dengan lingkungan, politik, hokum, ekonomi, dan
kompetisi. Sedangkan pada isu internal yang diidentifikasi berhubungan dengan nilai perusahaan,
sosial, dan budaya, knowledge, dan performance.
Pihak internal yamg berkepentingan merupakan pihak yang berhubungan dengan segala
fungsi dan bagian dalam PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Sedangkan, pihak
eksternal yang berkepentingan adalah pelanggan, pemerintah, militer, komunitas, dan juga media.
Untuk memahami kebutuhan dan harapan pihak eksternal, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap melakukan pertemuan dengan para stakeholder pihak terkait. Dapat dilihat pada tabel
4.1 daftar pihak yang berkepentingan serta kebutuhan dan harapan dari masing-masing pihak yang
bersangkutan sebagai berikut :
117
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
a. Standar kesehatan pekerja
7. Militer Pengamanan
b. Sponsorship
118
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
c. Kompensasi sosial/edukasi bagi
wilayah terkena dampak
Pelanggan sebagai bagian dari stakeholder PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap selalu mendapatkan penanganan sesuai yang dibutuhkannya, maka
untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dilakukan survey secara berkala
dengan mengacu pada TKO Pengukuran Kepuasan dan Harapan Pelanggan.
Sedangkan keluhan pelanggan ditangan sesuai dengan TKO Penanganan Keluhan
Pelanggan.
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap memiliki suatu pedoman yang
bertujuan menjadi dasar bagi pelaksanaan segala sistem manajemen yang diterapkan, termasuk
Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2015 untuk memberikan penjelasan secara garis
besar mengenai informasi terdokumentasi di perusahaan untuk memenuhi persyaratan dan
efektifitas sistem manajemen serta menjadi alat komunikasi internal dan eksternal yaitu
pedoman Refinery Operational Excellence Management System (ROEMS Manual). Dalam
pedoman ROEMS, terdapat ruang lingkup PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
yang meliputi penerimaan bahan baku, penimbunan, produksi, penyimpanan hasil produksi,
pengendalian mutu hingga penyaluran ke pelanggan. Pedoman ROEMS meliputi segala sistem
manajemen yang diterapkan oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Sistem
119
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Manajemen Lingkungan (SML) adalah bagian dari sistem manajemen yang digunakan untuk
mengelola aspek lingkungan, memenuhi kewajiban penataan, menangani resiko dan peluang.
Penerapan SML di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacapn diintegrasikan dengan
mengikuti Kebijakan Hijau (Green Policy).
Rincian lingkup area penerapan seluruh Sistem Manajemen di PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap adalah sebagai berikut :
Area Kilang
Area Head Office (Kantor Utama)
Area 70 (Pelabuhan)
Area lain (halaman, lapangan parker, kantor pengolahan, kantor services, kantor operasi),
lingkungan perumahan dan perwismaan, serta sarana umum (sarana olahraga dan hiburan).
Gambar IV.1 Lingkup Area SML PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
(Sumber : Google Earth, kemudian diedit oleh Penulis)
120
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.1.4 Sistem Manajemen Lingkungan
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memperoleh sertifikat dari TUV
NORD Indonesia sejak 2016 merupakan bukti bahwa perusahaan telah mengimplementasikan
sistem manajemen lingkungan secara efektif dan sesuai persyaratan yang berlaku.
Sistem ini telah menjadi bagian dari operasional kilang, sehingga secara keseluruhan menjadi lebih
terpadu dalam mencapai pemenuhan terhadap peraturan, undang-undang, pengendalian mutu,
serta pengelolaan lingkungan. Berikut adalah gambar sertifikasi ISO 14001:2015 yang diperoleh
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap pada tahun 2016 lalu :
121
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Gambar IV.2 Sertifikat ISO yang diterima PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)
4.2 Kepemimpinan
Kebijakan lingkungan yang dimiliki oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
mengutamakan K3 (Keselamatan Kesehatan Kerja) dan perlindungan terhadap lingkungan. PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap memiliki Kebijakan Keselamatan Kesehatan Kerja
dan Lindungan Lingkungan, Kebijakan Community Development and Corporate Social
Responsibility, Kebijakan Sistem Manajemen Terpadu, serta Kebijakan Hijau (Green Policy).
123
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Kebijakan K3LL ini ditandatangani oleh Top Management dan berlaku pada semua
lingkungan pertamina. Dari kebijakan tersebut, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
juga berkomitmen untuk selalu mengutamakan aspek K3LL serta pengamanan perusahaan,
mematuhi peraturan perundangan yang berkaitan dengan K3LL, mengurangi resiko insiden pada
personel, asset, informasi, dan lingkungan, serta memastikan kondisi kesehatan pekerja dan mitra
kerja, juga meningkatkan kesadaran dan kompetensi pekerja serta mitra kerja.
Berikut adalah isi dari kebijakan K3LL serta pengamanan perusahaan yang disahkan pada
tahun 2017 lalu :
124
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Salah satu metode PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap untuk memenuhi
komitmennya untuk menjadi kilang kelas dunia yang kompetitif dan berwawasan lingkungan
adalah dengan memberikan manfaat kepada stakeholder dalam setiap kegiatannya melalui
program Community Development (CD) dan Corporate Social Responsibility (CSR). Kebijakan
tersebut berhubungan dengan berjalannya Sistem Manajemen Lingkungan (SML), karena terdapat
poin-poin dimana dibahas perlindungna lingkungan yatu :
126
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
127
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
mutu produk dan gangguan keamanan yang berdampak kepada reputasi dan harta
benda perusahaanm cedera pada pekerja, dan efek yang merugikan pada lingkungan
maupun masyarakat.
2. Pemenuhan terhadap perundang-undangan dan peraturan serta persyaratan lainnya
yang berlaku di bidang keselamatan kerja, keselamatan proses, kesehatan kerja,
lindungan lingkunganm pengendalina mutu dan keamanan.
3. Pengembangan dan pemeliharaan budaya yang mengutamakan nilai-nilai keselamatan
dan kesehatan tempat kerja, lingkungan mutu, keamanan, serta kepuasan pelanggan.
4. Perbaikan terus menerus terhadap sistem manajemen keselamatan kerja, keselamatan
proses, kesehatan kerja, lingungan lingkungan, mutu dan keamanan termasuk
pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
5. Terwujudnya nilai bersama dan hubungan harmonis diantara pekerja, masyarakat
sekitar, dan pemangku kepentingan.
6. Keselamatan, kesehatan lingkungan, mutu, dan keamanan adalah tanggungjawab setiap
orang dan manajemen lini.
7. Pelaporan terhadap penyimpanan dari kondisi standard atau insiden termasuk nearmiss
dan kecelakaan. Pekerja tidak boleh dipersalahkan atas pelaporan dan keterlibatan
dalam anomaly atau insiden, kecuali hasil investigasi memperlihatkan bahwa pekerja
tersebut terbukti melakukan tindakan kriminal seperti sabotasie, berniat jahat, atau
sengaja bertindak bertentangan dengan prosedur/peraturan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi.
8. Menempatkan keselamatan kerja, keselamatan proses, kesehatan kerja, pengelolaan
lingkungan, mutu dan keamanan pada prioritas yang sama dengan produksi, efektifitas
biaya dan moril serta menjadikannya sebagai bagian integral dari fungsi perencana dan
pengambilan keputusan dari setiap aktivitas perusahaan.
128
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Kebijakan ini didokumentasikan, diterapkan, dipelihara, dikaji ulang secara
periodic, dikomunikasikan ke semua orang yang bekerja untuk perusahaan
dan tersedia bagi masyarakat umum yang memerlukan.
129
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
1. Sistem Manajemen Lingkungan
Patuh 100% taat kepada peraturan dan perundangan yang ditetapkan oleh pemerintah
dengan cara :
a. Menjaga, melindungi, dan mencegah pencemaran dan kerusakan
lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi dan distribusi
pengolahan minyak dan gas bumi.
b. Meningkatkan kesadaran dan implementasi program pelestarian
lingkungan dengan melibatkan seluruh pekerja, keluarga, mitra kerja, dan
masyarakat.
c. Mengendalikan dan memperbaiki kualitas lingkungan secara
berkesinambungan melalui pengawasan dan audit secara berkala.
d. Tanggap dan merespon dengan cepat setiap laporan adanya pencemaran
lingkungan di area PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
2. Manajemen Energi
Mencapai target Energy Intensity Index (EII) sebesar 92,9% pada tahun 2020 dengan
cara :
a. Mencegah pemakaian sumber daya energi dan pendukungnya secara
berlebihan yang dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan
hidup dengan cara meningkatkan kesadaran budaya penggunaan energi
yang efisien dan efektif dengan melibatkan seluruh pekerja, keluarga,
mitra kerja, dan masyarakat.
b. Memenuhi ketentuan penggunaan energi sesuai standar dan regulasi yang
berlaku di lingkungan Pertamina dan Pemerintah.
c. Melakukan kajian, seleksi teknologi, dan benchmarking dengan
perusahan sejenis serta berkontribusi terhadap program konservasi energi
nasional.
d. Mengupayakan peningkatan penggunaan energi beru dan terbarukan
(EBT), ramah lingkungan dalam rangka turut serta memperbaiki
perubahan iklim dunia dengan mengurangi efek gas rumah kaca seperti
penggunaan solar cell untuk listrik perumnahan.
130
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
e. Melakukan monitoring dan audit energi untuk mengidentifikasi dan
mengeliminasi kebocoran energi serta mencari peluang penggunaan
energi yang lebih efisien.
f. Mengupayakan program-program insiatif energi.
3. Penurunan Emisi :
Menurunkan pencemaran dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
pencemaran udara konvensional, emisi gas rumah kaca (GRK) dan Bahan Perusak
Ozon (BPO) minimal sebesar 2% selama 5 tahun terakhir dengan cara :
a. Melakukan substitusi bahan penghasil GRK menjadi bahan ramah
lingkungan.
b. Melakukan monitoring, kajian, pemilihan teknologi, dan benchmarking
untuk mengurangi emisi yang berasal dari kegiatan operasional dan Gas
Pencemar Konvensional yang memiliki efek Gas Rumah Kaca (GRK).
c. Kesiapan untuk memproduksi Bahan Bakar Minyak (BBM) ramah
lingkungan dengan standar EURO 4.
d. Menurunkan jumlah bocoran steam non trap dan steam trap.
4. Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 :
a. Mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh buangan Limbah B3 dan Limbah Non B3.
b. Mengelola Limbah B3 dan Limbah Non B3 yang dihasilkan dari
kegiatannya dengan menerapkan konsep 4R (Reduce, Reuse, Recycle,
Recovery).
c. Melakukan pengelolaan Limbah B3 dan Non B3 dengan minimalisasi,
substitusi serta pengendalian penggunaannya secara berkesinambungan.
d. Menerapkan teknologi pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3
serta melakukan benchmarking dengan perusahaan sejenis dalam upaya
4R.
131
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5. Konservasi Air
Menurunkan intensitas penggunaan air ataupun beban pencemar air sebesar 1%
selama 5 tahun dengan cara :
a. Mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
jumlah air limbah yang dibuang ke lingkungan dengan melakukan
berbagai kajian, penerapan teknologi konservasi air, serta melakukan
benchmarking dengan perusahaan lain.
b. Melakukan perbaikan kinerja konservasi air dan penurunan beban
pencemaran dari air limbah secara terpadu dan berkesinambungan.
6. Perlindungan Keanekaragaman Hayati :
Menaikkan nilai indeks keanekaragaman sebsar 1% untuk flora, dan 3% untuk fauna
dengan cara :
a. Mengintegrasikan pertimbangan konservasi keanekaragaman hayati
dalam setiap aspek lingkungan dan sosial.
b. Menjaga keanekaragaman hayati dengan meminimalisasi dampak dari
kegiatan operasional.
c. Melakukan mitigasi dan pencegahan resiko terhadap tata guna lahan
serta merencanakan dan memodifikasi desain, konstruksi dan praktik
operasi untuk melindungi keragaman spesies flora dan fauna serta habitat
sensitive yang berada di dalam maupun di sekitar RU IV.
d. Meningkatkan etika, kesadaran serta aksi pelestarian keanekaragaman
hayati di kalangan pekerja dan masyarakat sekitar.
7. Community Development dan Corporate Social Responsibility :
a. Menjalin hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat
sekitar serta membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar
secara berkelanjutan melalui bidang-bidang, pendidikan, kesehatan,
lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat, infrastruktur, dan
manajemen bencana.
b. Mendukung program pemerintah daerah dalam pembangunan dan
pengembangan potensi masyarakat guna meningkatkan
kesejahteraannya.
132
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Gambar IV.6 Kebijakan Hijau 2018 Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
133
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
a. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.19 Tahun 2010 tentang Baku
Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak, Gas, dan Panas
Bumi.
b. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur No. 02 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
c. Kebijakan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap : Kebijakan
QHSSE dan Kebijakan Hijau
134
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
b. Kebijakan QHSSE dan Kebijakan Hijau
4.3 Perencanaan
4.3.1.1 Umum
135
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Peluang diidentifikasi dengan membuat Tabel Peluang (Pengaruh yang
Menguntungkan). Tabel peluang ini dimulai dengan mengidentifikasi kegiatan yang daoat
menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan, lalu dari mengetahui aspek dari
kegiatan tersebut, perusahaan menentukan peluang perbaikan dari kegiatan tersebut. Life
Cycle Perspective dipertimbangkan saat menilai probability dan severity sebuah resiko dari
suatu aktivitas.
136
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.3.1.2 Aspek Lingkungan
Seluruh aspek didasarkan pada kebijakan atau regulasi yang berlaku. Regulasi
tersebut mencakup aspek wajib lingkungan (Pengelolaan limbah B3, AMDAL, air, dan
udara), seta aspek beyond compliance.
Aspek lingkungan yang dikelola PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
telah disebutkan di Kebijakan Hijau (Green Policu), yaitu :
139
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
31. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 128 Tahun 2003 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Minyak Bumi dan Tanah
Terkontaminasi oleh Minyak Bumi Biologis.
32. Peraturan Pemerintah No. 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan
Tanah untuk Produksi Biomassa.
33. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 7 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa.
34. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 5 Tahun 1995
tentang Simbol dan Label Limbah B3.
35. Undang-Undang No. 19 Tahun 2009 tentang Pengesahan Stockholm
Convention On Persistent Organic Pollutants / POPS (Konvensi Stockholm
tentang Bahan Pencemar Orgaik yang Persisten).
Pada saat operasi, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap menghasilkan
beberapa jenis limbah yang tentu saja harus dikelola dan diolah terlebih dahulu sebelum
dibuang ke lingkungan, jenis-jenis limbah yang diproduksi PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap adalah sebagai berikut :
1. Pencemaran air yang berasal dari air limbah proses, drainase, dan pendingin.
2. Pencemaran udara yang berasal dari sumber emisi tidak bergerak seperti tanki
timbern, flare fugitive emission, incinerator, stack (cerobong), kegiatan loading
dan unloading.
3. Limbah B3 meliputi oil sludge, spent catalyst, dan lain-lain.
140
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
1. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
IPAL adalah unit pengolahan air buangan dari proses produksi Kilang BBM
atau FOC (Fuel Oil Complex). Kapasitas unit IPAL ini berdasarkan desain
perencanaan terpasang mampu mengolah 4.000 m3/hari limbah produced
water yang berasal dari unit SWS dan unit Desalter FOC I dan FOC II. IPAL
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap menggunakan tiga metode
utama untuk mengatasi pencemaran, yaitu fisika, kimia, dan biologi.
142
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
144
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
bekerja, dan 1 lagi standby. Berikut adalah skema unit IPAL di PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap :
Gambar IV.10 Flow Diagaram Unit IPAL PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap
Air limbah yang berasal dari API kemudian dialirkan ke unit CPI Separator yang
145
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
berjumlah 2 unit. Kegunaan dari unit ini adalah untuk mengurangi dan memisahkan
kembali minyak yang terbawa air buangan dengan cara campuran minyak dari air
akan dialirkan diantara plat-plat tersebut. Karena perbedaan densitasnya, partikel
bergerak ke atas, lapisan air tetap berada di bawahnya dan partikel yang berat serta
solid akan terkumpul ke bagian paling bawah sebagai sludge, kemudian air yang
sudah dipisahkan dari minyak masuk ke bak equalisasi untuk proses selanjutnya.
Selanjutnya air limbah yang berasal dari CPI Separator akan masuk ke dalam
Equalization Tank bersamaan dengan air limbah yang berasal dari SWS FOC I dan
II. Pada Equalization Tank akan terjadi proses pencampuran secara fisik. Fungsi dari
unit ini adalah untuk menyamakan kondisi fisik dan kimia air limbah yang berasal
dari CPI Separator dan SWS sebelum diolah di unit DAF. Equalization Tank
dibutuhkan agar tidak terjadi shockloading. Pada Equalization Tank terdapat 3 buah
surface aerator yang berfungsi sebagai mixer untuk menghomogenkan karakteristik
pada air limbah dan juga untuk mencegah terbentuknya suasana aerob pada bak ini.
Limbah yang masuk ke Aeration Tank masih mengandung zat organik terukur
sebagai BOD, COD. Dan Amonia yang masih diatas baku mutu. Aeration Tank
tersebut memiliki prinsip lumpur aktif dengan menggunakan jenis mikroorganisme
yang mampu mendegradasi 146omesti, phenol, merkuri, dan zat organik lainnya.
Setelah itu air limbah akan masuk kedalam sedimentation tank untuk memisahkan
MLSS. Lumpur yang masih mengandung mikroorganisme akan dikembalikan ke
Aeration tank, sedangkan yang sudah tidak terdapat mikroorganisme akan
146
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
mengendap dan dialirkan ke sluge thickener dan masuk ke belt press secondary.
Konsep dari sludge thickener sama dengan pengantal pasir. Perbedaan dari kedua
unit tersebut adalah pada sludge thickener jenis partikel yang diolah adalah partikel
flok sedangkan pada pengental pasir yang diolah adalah partikel diskrit. Setelah itu
air yang sudah melalui unit IPAL akan masuk ke dalam clean water tank untuk
ditampung sementara sebelum dialirkan ke holding basin dan cooling water tank.
2. pH - 6-9
7. Temperatur oC 40
8. Sulphida mg/l 15
9. Fenol mg/l 70
147
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
Kualitas air limbah yang masuk ke dalam IPAL dipengaruhi oleh bahan baku yang
digunakan di FOC I dan II. Semakin jelek bahan yang digunakan maka semakin
tinggi kadar pencemar yang masuk ke dalam IPAL.
Baku mutu yang harus dipenuhi adalah Baku Mutu Pembuangan Air Limbah dari
Kegiatan Pengolahan Minyak Bumi, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.19
Tahun 2010 dan Peraturan Daerah Jawa Tengah No. 5 Tahun 2012. Berikut adalah
hasil pengukuran influent dan effluent dari IPAL pada Bulan Maret 2018 – April
2019 yang dapat dilihat pada kedua tabel dibawah :
148
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Tabel IV.3 Hasil Pengukuran Influent dari IPAL pada Bulan Maret 2018-April 2019
Tabel IV.4 Hasil Pengukuran Effluent dari IPAL pada Bulan Maret 2018-April 2019
149
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
2 COD 134,5 113,1 139,3 137,4 130,3 64,6
Minyak &
3 6,13 0,05 2,65 6,44 <0,05 2,93
Lemak
4 Sulfida Terlarut 0,215 0,112 0,044 0,027 0,028 0,075
Sep- Okt Nov- Des Feb- Mar- Apr-
5 Amonia 3,865 1,483 Jan 19 <0,01
6,962 5,91 rata2
18 18 18 18 19 19 197,43
6 Phoneol Total 0,192 0,47 0,229 0,37 0,047 0,039
7 pH 58,1 27,427,1 66,09 7,3
70,267 32,98
7,6 51,76
7,9 69,2
7,9 79,047,6 54,66
8 Suhu144,5 121,430 143,5 31,5
139,37 144,3
30 110,8
31 153,1
29,5 148,329 130,3
15,4 3,81 1,825 2,915 8,39 15,78 12,17 13,82 7,101
0,395 0,039 0,153 0,058 0,034 0,015 0,347 0,081 0,116
1,468 6,3 4,19 1,5 6,8 6,7 7,2 4,4 4,939
0,216 0,002 0,048 0,086 0,08 0,031 0,086 0088 0,142
7,3 7,7 7,4 7,8 7,7 8 7 7,5 7,557
30,5 30,5 29 31 31,5 31 30,5 30,5 30,39
Tabel IV.5 Baku Mutu Pembuangan Air Limbah Proses dari Kegiatan Pengolahan
1. BOD5 mg/L 80
5. Amonia mg/L 5
7. pH - 6-9
8. Suhu o
C 45
Untuk hasil effluent dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) secara
keseluruhan sudah berada dibawah baku mutu maksimum, hanya ammonia pada beberapa bulan
150
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
tertentu yaitu pada Bulan Mei, Juli, Agustus, dan Oktober pada tahun 2018 dan pada Bulan
Januari, Februari, dan Maret pada tahun 2019 berada sedikit diatas baku mutu maksimum. Hal
ini disebabkan karena, sedang banyak bakteri yang mati (death phase) dan harus diganti atau
dilakukan input bakteri baru pengganti.
Air limbah proses akan diolah dengan pengolahan fisik, kimia, dan biologis.
Air limbah proses yang telah mengalami pengolahan akan digunakan
kembali oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Adapun air
yang dibuang ke lingkungan yaitu Sungai Donan tepatnya dengan dilakukan
pemantauan pada titik penataan terlebih dahulu sesuai yang tertera dalam
izin pembuangan limbah cair PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap. Minyak dipompakan dan dapat digunakan kembali sedangkan
airnya dialirkan ke Instalasi Pengolahan Limbah Cair dan akan dilakukan
pengolahan secara fisika, kimia, dan biologi. Kapasitas unit IPAL
berdasarkan desain perencanaan terpasang adalah mampu mengolah 4.000
m3/hari limbah produced water yang berasal dari unit Sour Water System
(SWS) dan unit Desalter FOC I dan FOC II. Bangunan pengolahan limbah
cair yang digunakan oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
adalah API Separator, CPI Separator, Equalization Tankm DAF (Dissolved
Air Flotation, Aeration Tank, Sedimentation Tank, Clear Water Tank.
151
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Sedangkan sistem pengolahan lumpur dan pengumpul minyak terdapat Bak
Pengental Pasir, Sludge Thickener, Belt Filter Press, dan Tangki
Penampung Minyak.
Limbah proses hasil dari pengolahan minyak yang dilakukan di refinery unit
berasal dari unit Sour Water Stripper (SWS) dan unit Desalter yang berada
di kilang FOC I dan II akan dialirkan melalui under ground sewer yang
berisikan minyak khusus sisa hasil pengolahan, yang selanjutnya akan
dikolah di dalam Instalasi Pengolahan Limbah Cair. Air limbah yang
berasal dari unit SWS langsung masuk kedalam bak equalisasi sedangkan
air limbah yang berasal dari unit desalter harus melalui API Separator dan
CPI Separator untuk mengurangi kadar minyak yang masuk ke dalam IPAL
karena kadar minyak yang tinggi karena crude oil yang mengandung garam,
air, dan sedimen.
2. Pengelolaan Limbah B3
Beberapa upaya PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap untuk
mengurangi dan memanfaatkan limbah B3 yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Melakukan pengaturan penggunaan bahan utama dan bahan pembantu
produksi untuk meminimalisasi timbulan limbah B3 melalui inventarisasi
limbah B3.
Mengganti bahan kimia dengan bahan ramah lingkungan contohnya
penggantian injeksi klorin untuk pendingin (Cool Water Intake) dengan
biocide (untuk membunuh mikroba dalam air laut).
Membeli bahan kimia dalam ukuran besar untuk menghindari kemasan
bekas B3, serta membatasi jenis bahan kimia yang digunakan guna
mereduksi limbah B3 yang dihasilkan.
153
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Limbah B3 dikelola secara rutin. Teradapat fasilitas tanggap darurat seperti APAR,
Hydrant, Kotak P3K, eyewash, shower, bak penampung/control untuk mencegah
pencemaran tumbuhan parit, dan sebagainya. Selain itu, TPS ini juga dilengkapi
dengan Buku Pedoman Penanggualngan Keadaan Darurat (PPKD), rute evakuasi,
serta emergency exit. Limbah B3 yang disimpan di TPS ini sudah cukup sesuai
dengan ketentuan teknis dalam PP 101 Tahun 2014 dan PerMenLH No.13 Tahun
2014.
155
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Sampah yang telah diangkut oleh truk sampah akan ditempatkan sesuai dengan
jenisnya. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menyediakan
Tempat Penampungan Sementara bagi jenis limbah tersebut. Didalam TPS ini
sudah terbagi menjadi 3 blok dengan fungsi penyimpanan limbah B3 yang berbeda.
Pada Blok I ditempatkan untuk limbah B3 Kategori 1 (sludge, material
terkontaminasi, tanah terkontaminasi, pasir ex-sandblast, chemical bekas dan
product off spec), sedangkan pada Blok II dan Blok III ditempatkan untuk limbah
B3 kategori II (majun bekas, filter bekas, kemasan limbah lab, ex-lampu, spent
absorbent, spent catalyst, karbon aktif, catridge, aki/baterai bekas, sulfur dan spent
refractory).
Kegiatan patrol GHK (Good House Keeping) dilakukan setiap hari termasuk
masalah pemilahan sampah. Hal ini untuk memastikan area kilang selalu dalam
keadaan bersih dan bebas sampah. Selain dari upaya-upaya tersebut dilakukan juga
sosialisasi mengenai pengelolaan sampah termasuk pemilahan dan menjaaga
kondisi GHK di lingkungan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga berupaya mengurangi
jumlah produksi sampah. Salah satunya melalui penyediaan air minum galon untuk
mengurangi ketergantungan terhadap minuman kemasan atau utamanya single use
plastic.
157
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
c. Emisi Sumber Bergerak
Sumber emisi bergerak di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap berasal dari kegiatan operasional kendaraan dalam kilang.
Ambang batas maksimum parameter kendaraan mempertimbangkan GVU
(Grass Vehicle Unit) dan tahun pembuatan yang mengacu berdasarkan
PerMenLH No. 5 Tahun 2006 tentang ambang batas gas buang kendaraan
tipe lama.
d. Pengelolaan Kualitas Udara Ambien
Dalam menjaga kualitas udara ambien disekitar area operasi, selain
melakukan pengendalian pada sumber emisi, PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap juga giat melakukan penghijauan untuk
memperluas area Ruang Terbuka Hijau (RTH). Kegiatan ini dilakukan di
dalam dan juga di luar area kilang.
e. Sistem Pemantauan Kualitas Udara
Metode pemantauan manual dilakukan setiap 6 bulan sekali yang
dilakukan oleh Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
(BBTPPI), Semarang. Dalam proses pemantauan manual, dilakukan
pengukuran udara emisi di sumber emisi dan pengukuran udara ambien di
area sekitar kilang PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran
Industri nomor 004555 menggunakan metode SNI 19-7117.11-2005 yang
dilakukan pada tanggal pengambilan contoh sampel 10 Mei 2017 pada
Stack Flare Kilang Fuel Oil Complex II (FOC II), parameter opasitas
menghasilkan nilai 28,8% dengan baku mutu yang berlaku merupakan
40%. Laporan nomor 000039 dengan pengambilan contoh sampel pada 21
Desember 2017 memberikan hasil opasitas sebesar 29,6% dengan baku
mutu yang berlaku merupakan 40%. Hal ini menandakan bahwa flare pada
FOC II sudah memiliki efisiensi yang baik.
158
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.4 Pendukung
4.4.2 Kompetensi
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap memastikan bahwa setiap pekerja,
kontraktor, dan subkontraktor memiliki kompetensi yang sesuai dengan keperluannya. Semua
159
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
pekerja di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap harus mendapatkan pelatihan yang
memadai untuk memastikan bahwa mereka dapat melaksanakan tugasnya secara efektif baik di
bidang mutu maupun HSSE sehingga menghindarkan terjadi kesalahan operasi, pencemaran
lingkungan, kecelakaan kerja ataupun gangguan keamanan.
Kebutuhan pelatihan diidentifikasi dan dilaksanakan sesuai dengan TKO Pelatihan dan
sertifikasi untuk Pekerja di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, termasuk di
dalamnya cara pelaporan, evaluasi keefektifan serta monitoring kompetensinya.
160
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.4.3 Kesadaran
Pada poin 6 Kebijakan K3LL serta Pengamanan Perusahaan, PT. Pertamina (Persero)
berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran pekerja serta mitra kerja agar dapat melaksanakan
pekerjaan secara benar, aman, dan berwawasan lingkungan.
Salah satu cara meningkatkan kesadaran pekerja terhadap lingkungan kerja serta pengaruh
kinerja mereka terhadap keefektifan SML adalah dengan melaksanakan pelatihan sesuai dengan
Job Description pekerja. Selain itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap membuat
dan melakukan prosedur komunikasi sebagai berikut :
4.4.4 Komunikasi
4.4.4.1 Umum
Dalam hal implementasi Sistem Manajemen Lingkungan (SML) dan PROPER maka
tujuan komunikasi adalah untuk membentuk semangat partisipasi dari setiap tenaga kerja
terutama dalam:
161
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Konsultasi dalam pengembangan dan pengkajian kebijakan dan sasaran mutu dan
HSSE.
Informasi tentang wakil mereka di bidang HSSE.
Selain itu, konsultasi juga harus dilakukan kepada kontraktor dan tamu perusahaan apabila
terjadi perubahan yang berpengaruh terhadap QHSSE. Sistem Komunikasi dalam PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi internal
dan komunikasi eksternal. Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dari sistem
manajemen. Komunikasi internal dituju kepada pekerja, sedangkan komunikasi eksternal dituju
kepada pelanggan, pemasok, mitra kerja, masyarakat umum dan pemerinta. Komunikasi
internal diatur untuk mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebijakan,
program-program mutu maupun HSSE kepada pekerja. Komunikasi eksternal diatur untuk
menginformasikan aspek mutu ataupun HSSE dalam operasional perusahaan kepada
stakeholder.
Bentuk dari komunikasi yang diterapkan di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap dapat berupa tulisan maupun verbal. Komunikasi yang efektif di PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap disampaikan melalui :
Rapat/pertemuan
Memorandum/nota
Intranet
Papan pengumuman
Layar informasi elektronik
Spanduk
Majalah/buletin/selebaran
Telephone
Email
Handy Talky (HT)
Townhall
Video Conference
Sosial Media
162
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.4.4.2 Komunikasi Internal
Peraturan terkait segala komunikasi internal tersedia dalam TKO Pelaksanaan Komunikasi
Internal. TKO Komunikasi Internal ini berlaku untuk seluruh pekerja termasuk mitra kerja yang
terlibat dalam kegiatan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Komunikasi internal
terdiri dari dua prosedur, yaitu Top Down (Dari Pimpinan ke Pekerja dan Mitra Kerja) dan
Bottom Up (dari pekerja ke pimpinan).
Hasil pemantauan air limbah, emisi, limbah B3 dan pelaksanaan Rencana Pengelolaan
Linkungan-Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL-RPL) dilaporkan kepada instansi terkait
secara berkala. Sebagian besar komunikasi antar PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap dengan stakeholder adalah dengan rapat dan surat resmi. Selain itu, PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga melaksanakan berbagai cara komunikasi eksternal
dengan masyarakat umum, yaitu :
163
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.4.5 Informasi Terdokumentasi
4.4.5.1 Umum
Seluruh regulasi sebagai dasar kepatuhan telah tercakup termasuk juga regulasi lingkungan
yang telah mempertimbangkan pembaharuan data. Selain regulasi, tercakup juga dokumen
perizinan, PROPER, Kebijakan, dan standar/kode industri.
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap memiliki struktur sistem dokumentasi
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap sebagai berikut :
Dokumen ini menetapkan ruang lingkup dan kebijakan manajemen PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap dalam penerapan sistem manajemen terintegrasi (SMM ISO
9001:2015, SML ISO 14001:2015, SMK3 PP 50/2012, SMP, MKP, OHSAS 18001:2007 serta
kesisteman lainnya yang relevan).
Dokumen ini menguraikan tanggungjawab dengan jenis pekerjaan yang melibatkan lebih dari
satu fungsi atau bagian dan disusun dengan mengacau kepada Pedoman Sistem Manajemen PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
Level 3 : Tata Kerja Individu (TKI) dan Tata Kerja Penggunaan Alat (TKPA)
Dokumen ini menguraikan secara rinci terhadap pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh satu
orang (individu) atau lebih (kelompok pekerja/tim kerja) secara berurutan dan sistematis serta
terstruktur.
Dokumen eksternal bisa berupa hukum, peraturan, persyaratan atau dokumen lainnya,
sedangkan rekaman/catatan adalah arsip sebagai bukti pelaksanaan suatu pekerjaan.
164
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.4.5.2 Pembuatan dan Perubahan
Secara umum, dokumen dan rekaman dapat diidentifikasi dengan jelas. Segala jenis Sistem
Tata Kerja (STK) terdapat format tertentu yang dicantumkan, diantaranya :
Segala dokumen dan rekaman dapat diidentifikasi dengan adanya Daftar Induk
Rekaman. Daftar induk rekaman dicantumkan :
1. Nama Dokumen/Rekaman
2. Jenis Dokumen/Rekaman (memo/undangan/daftar hadir/dll)
3. Proses Bisnis (STK/Jadwal/dan lain-lain)
4. Jenis (Q (Quality)/ S (Safety)/ E (Environment)/dll)
5. Klasifikasi
Penting/Berguna/Berguna Sementara
Asli/Copy/Penggandaan
Rahasia/Biasa
165
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
6. Bentuk Dokumen/Rekaman (Soft Copy/Hard Copy)
7. Indeks (tanggal/semester/tahunan)
8. Lokasi Simpan (ruangan administrator/server)
9. Sarana Simpanan (rak buku/folder sharing/e-correspondency)
10. Waktu Penyimpanan
11. Person in Charge (PIC) Penyimpanan
Semua prosedur atau Sistem Tata Kerja (STK) harus dikendalikan agar selalu mutakhir
dan tersedia di tempat yang membutuhkan. Pelaksanaan pengendalian dokumen ini, termasuk
tata cara pengesahan, distribusi, revisi, dan penarikan dokumen diatur dalam Prosedur
Pengendalian Dokumen STK, selain akses Sistem Tata Kerja (STK) secara online melalui
intranet Portal ROEMS.
Dalam rangka untuk menunjukkan upaya memenuhi kebijakan, sasaran, dan mengevaluasi
efektifitas implementasi ROEMS (Sistem Manajemen Terintegrasi /Terpadu di PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap), maka perusahaan menetapkan sistem pengendalian
informasi terdokumentasi berbentuk rekaman dalam TKO ketik/catatan dengan tetap mengacu
kepada Pedoman Administrasi Terpadu Pertamina, yang mengatur metode untuk mendapatkan
rekaman, menyimpan, melindungi hingga memusnahkan rekaman. Dokumentasi mengenai
Sistem Manajemen Lingkungan dikendalikan oleh QM.
166
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
167
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.5 Operasi
Tujuan
Metoda/Teknik/Alat
Pengertian
Referensi
Kualifikasi Pelaksana
Instruksi Kerja
Indikator Ukuran Keberhasilan
Dalam poin instruksi kerja, tergantung pada jenis kegiatannya, terdapat pula instruksi
tindakan apabila pekerja berada dalam keadaan darurat. Pengendalian operasional yang
direncanakan untuk pengendalian dan pelestarian lingkungan hidup diterapkan melalui :
a. Penataan AMDAL
b. Pengendalian Pencemaran Air
c. Pengendalian Pencemaran Udara
d. Pengelolaan Limbah B3
e. Konservasi Sumber Daya Alam (Air, Efisiensi, Energi, Penurunan Pemanfaatan
Limbah B3/Non B3, Penurunan Pencemaran Udara, Perlindungan
Keanekaragaman Hayati)
f. Sistem Manajemen Lingkungan
g. Pengelolaan Community Development
168
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Secara periodik dilakukan kegiatan Emergency Drill yang melibatkan pekerja, elemen
masyarakat, Muspida, POLRI, dan TNI. Latihan tersebut diobservasi dan hasilnya akan
dilakukan evaluasi. Penerapan sistem ini berdampak pada penurunan kecelakaan dan kondisi
darurat lain.
169
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
170
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
dengan prosedur sertifikasi peralatan kilang. Prosese pemantauan peralatan
produksi ini dilaksanakan secara terprogram dan terjadwal sesuai dengan elemen
mechanical integrity pada Manajemen Keselamatan Proses. Adapun pemantauan
yang dilakukan setiap harinya untuk unit proses otomatis dan 1 semester sekali
untuk unit proses manual.
Air limbah proses yang telah mengalami pengolahan akan digunakan kembali oleh
RU IV dan adapula air limbah yang dibuang ke sungai Donan. Sebelum memasuki
badan air, tidak dilakukan pemantauan karena air yang digunakan oleh proses
hanya diuapkan sehingga tidak berbahaya terhadap lingkungan.
Limbah cair yang berasal dari proses produksi FOC I dan FOC II dialirkan melaui
pipa-pipa IPAL untuk diolah sebelum nantinya dibuang ke Sungai Donan sebagai
badan air penerima. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap melakukan
sistem uji ganda oleh laboratorium internal dan Balai Besar Teknologi Pencegahan
Pencemaran Industri (BBTPPI) sebagai laboratorium eksternal untuk mengetahui
kualitas air limbah sebelum dan sesudah pengolahan apakah memenuhi standar
baku mutu atau tidak.
Berdasarkan Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) yang dimiliki oleh perusahaan,
maka debit air limbah cair yang diizinkan untuk dibuang kesaluran yang menuju
sungai Donan sebanyak 166 𝑚3/jam dan telah memenuhi baku mutu air limbah
sesuai dengan peraturan Menteri LH no. 51 tahun lampiran B-II. Selain limbah cair
dari proses produksi LOC I, LOC II, LOC III, FOC I, dan FOC II, limbah cair dari
RFCC diolah sebelum nantinya dibuang ke sungai Donan sebagai badan air
penerima. Namun SRU (Sulfil Recofery Unit) Limbah langsung dibuang ke sungai
Donan karena limbah yang dihasilkan berwujud H2O atau air.
171
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3. Limbah B3
Limbah padat kategori B3 dikelola dengan perlakuan khusus dan dibuatkan tempat
sampah B3 yang telah diberi symbol B3. Tempat Sampah B3 diletakkan di areal
kerja perusahaan yang menghasilkan sampah B3.
Limbah padat B3 yang bersumber dari proses pengolahan air limbah berupa sludge
dari proses produksi disimpan di bak penampungan dan kemudian dimasukan ke
dalam karung. Selanjutnya seluruh sampah B3 dikirim ke tempat penyimpanan
limbah B3 sementara yang telah memiliki izin, PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap memiliki Tempat Penuimpanan Sementara (TPS) Limbah B3.
Seluruh kemasan diberikan identitas dan kartu pengenal dampak limbah B3 agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah disimpan <90 hari, limbah B3
yang berada di tempat penyimpanan sementara limbah B3 tersebut dikirim secara
berkala kepada perusahaan-perusahaan pengolah limbah B3 yang telah memiliki
izin dan kerja sama dengan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
Kegiatan Kerja sama antara perusahaan dengan pihak ketiga dilengkapi dengan
surat kerja sama. Seluruh pihak ketiga memiliki surat izin
perusahaan, kementrian pernyataan tidak bersalah, dan rekomendasi angkut yang
dikeluarkan oleh kementrian perhubungan. Setiap kegiatan pengangkutan
dilengkapi dengan manifest untuk membuktikan kegiatan serah terima limbah B3
dan pembuatan matriks pengelolaan limbah B3.
Untuk pemantauan emisi udara terbagi menjadi dua yaitu, emisi sumber tidak
bergerak dan emisi sumber bergerak. Lokasi yang dipantau meliputi dalam kilang
dan daerah sekitar kilang.
174
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Pelaksanaan kegiatan pemantauan lingkungan harus disusun menggunakan pendekatan dan
langkah sistematis dan juga harus berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Pendekatan
kegaitan pemantauan lingkungan yang dilakukan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap dilakukan terhadap kegiatan di wilayah usaha yang sedang berlangsung. Permasalahan
lingkungan yang terkena dampak penting akibat kegiatan produksi yang dilakukan PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap sebagaimana tercakup dalam dokumen RKL dan
RPL ini meliputi :
1. Kualitas Udara
Emisi gas hasil pembakaran seperti : SO2, NO2, CO2, CO, Hidrokarbon, dan
partikulat yang dihasilkan dari peralatan kilang seperti heater, boiler, residu catalytic,
Sulphur plan dan berasal dari penyalaan flare.
Ambien akibat emisi gas hasil pembakaran dari kegiatan kilang.
Kebisingan akibat dari alat-alat produksi seperti boiler, kompresor, pompa, serta
akibat dari penyalaan flare.
Kebauan gas akibat pembakaran terutama NH3 dan H2S di unit Sulphur Plant.
2. Kualitas Air
Kualitas badan air
Kualitas air sumur tanah dari operasional kilang
Kualitas air sungai
3. Biota Perairan Laut dan Udara
Semua data informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja Sistem Manajemen
Lingkungan dicatat, termasuk data aliran, penggunaan sumber daya yang berhubungan
langsung/tidak langsung dengan SDA, catatan pemeliharaan alat pemantauan/pengukur
kalibrasi dan data kualitas limbah serta informasi lainnya. Kinerja lingkungan di
wilayah kerja dan pelaporan kondisi aktual dapat mempengaruhi kinerja SML itu
sendiri dan harus diketahui oleh HSE Manager. Top Mangement di HSE harus
bertanggungjawab dan memiliki komitmen untuk melaksanakan program pemantauan
dan pengukuran Sistem
175
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Manajemen Lingkungan secara menyeluruh. Berikut salah satu contoh titik pantau
dan pengukuran udara pada flare di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menetapkan upaya pemantauan dan
pengukuran, serta sarana pemantau dan pengukur yang diperlukan untuk memberikan butki
kesesuaian dengan persyaratan yang telah ditentukan. Pemantauan dan pengukuran terhadap
kinerja lingkungan dilakukan oleh bagian HSE
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap secara berkala. Salah satu bentuk
pengukuran aspek lingkungan dilakukan dengan menetapkan titi pantau/sampling, diantaranya:
176
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Berikut contoh hasil pemantauan kualitas ambien, kebisingan, air tanah, sungai, air laut,
plankton, dan benthos :
Selain itu, evaluasi kinerja perusahaan juga dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan
kegaitan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup (PROPER), yang terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan verifikasi teknis terhadap
pelaksanaan Izin Lingkungan, Pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran
Udara, dan Pengelolaan Padat/Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Evaluasi Kinerja
terkait hal ini dialakukan oleh Dinas Lingkungan Hidpup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah.
177
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Bukti dari hasil pelaksanaannya juga dipelihara, dikomunikasikan dengan melampirkan
rekaman kepatuhan peraturan dalam laporan per-semester. Evaluasi kepatuhan dilaksanakan
dalam QHSSE Meeting.
Gambar IV.23 Contoh Hasil Evaluasi Kinerja oleh DLH Jawa Tengah
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)
4.6.2.1 Umum
178
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap melaksanakan audit internal
secara objektif, sistematis, terencana, dan terdokumentasi 2 kali dalam 1 tahun untuk
memastikan Sistem Manajemen Terpadu (SMT) perusahaan :
Setelah tim internal audit maupun Lead Auditor yang terlibat telah diberi pelatihan
bersertifikasi terkait Internal Audit termasuk didalamnya Audit Lingkungan untuk
memaksimalkan hasil audit. Selain pelatihan mengenai auditor, dilakukan pula rencana
pemetaan pelatihan bagi pekerja termasuk yang terkait pelatihan mengenai aspek
lingkungan.
Data temuan hasil audit internal SML disajikan dalam form yang berisi temuan
standar klausul, departemen yang bertanggungjawab, analisis, aksi, perbaikan, target,
status, dan auditor.
179
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
On Spot Audit Sistem Manajemen Lingkungan (SML) adalah audit yang dilakukan
oleh Tim Internal Audit atau Tim Manajemen diluar waktu audit untuk menguji dan
mengecaluasi efektifitas pengembangan dan penerapan SML setiap saat.
Internal Audit Sistem Manajemen Lingkungan (SML), adalah suatu proses
penilaian independen yang waktunya telah ditentukan di dalam organisasi PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yang dilakukan oleh Tim Internal
Auditor yang dibentuk oleh manajemen dengan tujuan untuk menguji dan
mengevaluasi efektifitas pengembangan dan penerapan Sistem Manajemen Terpadu
(SMT) terjaga dengan baik.
180
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.6.3 Program Eksternal Audit
Audit eksternal dilakkan oleh badan sertifikasi dalam hal ini adalah TUV Nord
Internasional. Audit eksternal dilakukan 2 kali dalam setahun. Hasil audit berupa temuan non-
conformity (yang wajib diikuti) dan temuan observasi (berupa saran dari badan audit). Selama
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap selalu melakukan tindak lanjut terhadap
semua temuan audit eksternal termasuk hasil observasi.
181
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.6.3 Tinjauan Manajemen
4.6.3.1 Umum
Selain itu, untuk memastikan sistem manajemen yang berlaku dilaksanakan dengan
optimal, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga melakukan :
182
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Dengan adanya meeting dan pembuatan laporan tersebut, dapat disimpulkan bahwa telah
dilakukan evaluasi setiap bulan, 3 bulan, dan persemester (6 bulan).
4.7 Peningkatan
4.7.1 Umum
183
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.7.2 Ketidaksesuaian dan Tindakan Perbaikan
Ketidaksesuaian dapat diidentifikasi dari pelaksanaan audit internal (On Duty, Safety Walk
and Talk, PEKA, Management Walkthrough) maupun audit eksternal (sertifikasi, re-sertifikasi,
ISRS, audit PROPER, penataan kewajiban). Untuk setiap ketidaksesuaian kualitas produk yang
teridentifikasi, harus dipisahkan atau minimal ditandai sehingga tidak tercampur dengan produk
yang baik.
Untuk ketidaksesuaian atau potensi ketidaksesuaian yang berhubungan mutu, dampak, dan
kegiatan HSSE jika memungkingkan harus dilakukan tindakan segera (correction) untuk
menghindari ketidaksesuaian, mencegah pencemaran, kecelakaan kerja, dan gangguan
keamanan, yang selanjutnya dilaporkan kepada pihak yang bertanggungjawab.
184
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.7.3 Peningkatan Berkelanjutan
Sesuai dengan komitmen PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dalam
kebijakan Sistem Manajemen Terpadu, dilakukan perbaikan berkelanjutan terhadap Sistem
Manajemen Lingkungan (SML). Perbaikan berkelanjutan dapat direncanakan pada saat
pelaksanaan QHSSE Meeting, Management Review, maupun Rapat Operasi Bisnis dengan
ditinjau kesesuaian dan kelayakan SML diterapkan.
185
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
TEKNOLOGI BERSIH
186
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Gambar IV.29 Jenis Lampu yang Digunakan adalah Lampu Tornado 20 watt
(Sumber : Penulis Menggunakan Kamera Perusahaan)
187
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Tabel IV.6 Rincian Jumlah dan Daya Lampu di Gedung HSSE RU IV
188
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
23. Dapur 1 20
Berdasarkan perhitungan dari Tabel diatas, maka jumlah total daya yang diperlukan
untuk menghidupkan seluruh lampu di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap pada jam kerja adalah sebesar 3920 Watt. Kemudian dilakukan
perhitungan dengan persamaan kWh/hari standar dibawah guna menentukan Intensitas
Konsumsi Energi (IKE) Listrik di akhir nanti (*perhitungan IKE dilakukan setelah
melakukan perhitungan daya pendingin setelah ini) :
189
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Keterangan :
P = Daya
n = Jumlah Lampu
t = Waktu Menyala
Sementara itu, jenis AC lainnya yang digunakan di Gedung HSSE PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap adalah AC Split Standar. Perbedaan fundamental antara
AC Sentral dan AC Split adalah pada AC Split satu unit pendingin terletak pada satu
ruangan memiliki satu unit kompresor dan kipas yang berperan sebagai unit Heat
Exchanger dan terletak diluar ruangan. Sementara pada AC Sentral satu unit set besar
kompresor dan kipas terletak diluar dengan kemudian sistem pendinginnya yang terletak
di beberapa ruangan di dalam. Keuntungan dari AC Split ini adalah penggunaan baik fan
speed, suhu, kelembapan, dan lain-lain dapat diatur berdasarkan kebutuhan masing-masing
190
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
setiap ruangan, sementara AC Sentral tidak, dimana pada AC Sentral semua ruangan akan
sema. Kemudian pada AC Split dapat dimatikan apabila di ruangan tertentu tidak ada
penghuni/pekerjanya tanpa AC diruangan lain mati dengan pekerja yang sedang
melakukan kegiatan, berbeda dengan AC Sentral dimana apabila AC Sentral dimatikan
maka seluruh ruanganpun akan mati sistem pendinginnya. Namun AC Split masih
memiliki beberapa kekurangan yaitu perawatannya yang cenderung lebih kompleks
dibandingkan dengan AC Sentral karena sistemnya terbagi-bagi menjadi beberapa di setiap
ruangan, sementara pada AC Sentral hanya satu sistem terintegrasi.
Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur daya yang diperlukan oleh sistem
pendingin ruangan di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
dihitung dengan data berdasarkan keberadaan jumlah AC Split 1PK atau 2PK di setiap
ruangan yang ada. Keberadaan AC Sentral tidak dapat diketahui besar daya yang
diperlukannya dan tidak ditemukan standar khusus mengenai perhitungan daya AC Sentral,
beberapa literatur (salah satunya cedengineering, Institut Teknologi Bandung mengenai
cooling load calculations) mengatakan bahwa daya yang diperlukan oleh AC Sentral
sangat bervariasi atau custom bergantung pada beban pendingin yang dipengaruhi oleh
banyak faktor. Untuk kasus ini, penulis tidak dapat menemukan besaran daya yang
diperlukan oleh AC Sentral untuk menyala. Namun, sebagian besar ruangan yang AC
Sentralnya berfungsi dengan baik maka ruangan tersebut tidak menyalakan AC Split.
Sementara itu, untuk ruangan yang fungsi AC Sentralnya kurang terasa maka ruangan
tersebut akan menyalakan AC Split. Jadi, hampir tidak ada ruangan yang kondisi AC Split
dan AC Sentralnya menyala bersamaan.
191
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Sehingga untuk perhitungan kali ini diasumsikan yang digunakan adalah AC Split
seluruh ruangan menyala sebagai sistem pendingin yang digunakan, tanpa
memperhitungkan keberadaan AC Sentral yang ada. Sistem pendingin dilakukan dengan
menggunakan AC Split sebesar 840 Watt untuk AC 1 PK dan 1920 Watt untuk AC 2 PK
dengan asumsi jam operasi adalah selama 10 jam kerja yaitu mulai pukul 07.00-17.00
setiap hari kerja Senin-Jumat. Jumlah total penggunaan lampu di Gedung HSSE PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ini adalah sebanyak buah dengan rincian
sebagai berikut :
4. Hall Utama 0 0 0
192
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
17. Musholla 0 0 0
23. Dapur 0 0 0
TOTAL 17 5 23880
Berdasarkan perhitungan dari Tabel diatas, maka jumlah total daya yang diperlukan
untuk menghidupkan seluruh AC di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap pada jam kerja adalah sebesar 23880 Watt. Kemudian dilakukan perhitungan
193
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
dengan persamaan kWh/hari standar dibawah guna menentukan Intensitas Konsumsi
Energi (IKE) Listrik di akhir nanti (*perhitungan IKE kemudian dilakukan setelah
dilakukan penjumlahan dengan kWh sistem penerangan) :
Keterangan :
P = Daya
n = Jumlah Lampu
t = Waktu Menyala
194
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
*Keterangan : Perhitungan hari kerja dalam 1 tahun diasumsikan sebanyak 240 hari dengan
rincian 1 bulan sebanyak 20 hari kerja (Senin-Jumat) kemudian dikalikan 12 menjadi 240
hari kerja.
4.9.1 Toilet
Toilet, Kakus, Kloset, Jamban atau WC (bahasa Inggris: water closet) adalah
perlengkapan rumah yang kegunaan utamanya sebagai tempat pembuangan kotoran , yaitu
urin dan feses.
Untuk toilet di gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap, terdapat tiga toilet yang
digunakan, yaitu toilet pria, toilet wanita, dan toilet manager. Selama di gedung HSSE
Pertamina RU IV Cilacap, toiletnya sangat bagus dan bersih untuk digunakan karena
kebersihan yang selalu dirawat, dan toilet yang lantainya kering dan bebas kotoran karena
didalam gedung HSSE, tidak diperkenankan memakai sepatu. Toilet yang nyaman menjadi
daya tarik tersendiri bagi para pengunjung toilet ketika menggunakan toilet.
196
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Disamping rasa nyaman, penggunaan toilet yang praktis juga menjadi daya tarik
lebih bagi pengunjung untuk mempercepat proses penggunaan toilet. Alat-alat yang
digunakan pada toilet HSSE sangat praktis dan mudah digunakan bagi para pengunjung.
Di toilet pria sendiri, terdapat dua wastafel, dua toilet duduk, dan dua toilet urinal
(toilet khusus pria yang berdiri). Ketiga alat tersebut berfungsi dengan baik. Tetapi, pada
wc pria yang ujung toilet terdapat wc yang airnya terdapat wc yang airnya bocor sehingga
airnya terus mengalir meskipun wc sedang tidak dipakai.
197
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.9.2 Wudhu
Air wudhu adalah air yang digunakan khusus digunakan sebelum sholat dilakukan.
Di Indonesia, sudah menjadi hal yang lumrah di kantor, tempat umum, dan lain lain untuk
memiliki tempat wudhu. Di dalam gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap, terdapat ruang
wudhu tersendiri khusus wudhu sebelum melakukan sholat. Kualitas air wudhi menjadi
penting karena ada syarat-syarat kualitas air wudhu baik dari tingkat kebersihannya
maupun dari sumbernya. Gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap sudah memenuhi syarat
yang diperlukan untuk mengkonsumsi air wudhu tersebut.
Untuk wudhu, terdapat 2 kran yang mengarlikan air. Air bekas wudhu tersebut
langsung dialirkan ke dalam pipa yang berujung ke pengolahan air domestik. Sumber air
yang didapatkan oleh gedung HSSE ini berasal dari Gedung Head Office Pertamina RU
IV Cilacap. Tidak ada proses recycle pada pengolahan air bekas wudhu pada gedung HSSE
ini.
4.9.3 Wastafel
Wastafel adalah kran pada toilet yang umumnya digunakan untuk mencuci tangan.
Wastafel menjadi salah satu alat wajib di toilet. Fungsi utama wastafel adalah untuk
198
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
membersihkan tangan sehabis menggunakan wc dan aktivitas lainnya terutama setelah
pulang dari Kilang.
Di toilet pria, terdapat satu wastafel yang siap untuk digunakan dan dalam kondisi
yang sangat baik. Untuk toilet wanita, hanya terdapat satu wastafel. Perbedaan jumlah
wastafel disebabkan karena jumlah pria di gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap jauh
lebih banyak dibandingkan jumlah wanita yang ada. Di toilet pria, kondisi wastafel sendiri
sudah mulai berkarat. Kondisi karat tersebut bisa disebabkan karena adanya kran yang
bocor kurangnya perbaikan alat. Secara keseluruhan, kondisi wastafel di dalam gedung
HSSE Pertamina RU IV Cilacap ini sangat baik karena masih bisa berfungsi dengan baik.
Gambar IV.36 Tempat Sampah di Setiap Ruangan dalam Kantor (Kiri) dan Bak Penampung
Sementara di Area Luar Gedung (Kanan)
(Sumber : Difoto oleh Penulis dengan Kamera Perusahaan)
Jadi berdasarkan observasi yang dilakukan, petugas akan melakukan pemisahan sampah
organik dan anorganik kembali dari tempat-tempat sampah kecil yang terletak di setiap
ruangan dalam gedung menuju bak penampung sementara yang berada di area luar. Selain
itu, untuk sampah dari daun-daun yang berguguran akan dibawa menuju Kampung
PROPER di Area 70 untuk dilakukan proses composting. Pengelolaan untuk sampah jenis
dedaunan ini sudah cukup baik, namun sampah-sampah lainnya kemudian akan diangkut
oleh petugas kebersihan dan dibuang menuju TPA, padahal sampah-sampah selain daun
kering tadi pun masih memiliki potensi yang cukup besar seperti misalnya kertas bekas,
plastik bekas, bahkan sampah bekas makanan sekalipun. Terdapat pula dapur di Gedung
HSSE Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ini yang dioperasikan oleh salah satu
200
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
pekerja di gedung tersebut yang menjual Mie Instan setiap harinya. Artinya, terdapat
limbah sisa makanan dan plastik yang dihasilkan pula oleh kegiatan di dapur tersebut.
Untuk usaha mengurangi limbah dari bahan baku atau hulu sudah dilakukan dengan
cukup baik oleh teman-teman di Unit/Divisi HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap ini, dimana untuk melakukan kegiatan printing tidak bisa sembarang orang
melakukan cetak-cetak secara cuma-cuma, yakni harus memiliki ID Card khusus baru
dapat melakukan kegiatan printing atau cetak mencetak. Selain itu penggunaan e-paper
juga sudah diterapkan di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
ini, dimana proses penyimpanan, pengarsipan, pendokumentasian, pendistribusian, dan
hal-hal yang berkaitan dengan dokumen tadi sudah dilakukan secara digital sehingga
penggunaan kertas secara fisik cukup minim (paperless). Namun penanda-penanda
pengingat seperti SOP atau mini poster terkait pengelolaan sampah dan juga pengurangan
penggunaan bahan baku yang berpotensi besar menjadi limbah seperti kertas misalnya
masih kurang. Hal-hal propaganda dan bersifat pengingat ini sebetulnya cukup penting
untuk dilakukan guna memberi kesadaran kepada para pekerja hingga tamu berada di
Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ini.
201
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
202
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
relevan dengan tujuan dan dapat berpengaruh dalam pencapaian hasil yang diharapkan dari
Sistem Manajemen Lingkungan.
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menetapkan isu eksternal
dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis organisasi, serta hal lain yang
berkaitan dengan kemampuan organisasi untuk mencapai hasil yang diharapkan dari
Sistem Manajemen Lingkungannya dengan menggunakan metode pemantauan social
mapping dengan memperhatikan komponen sosial, ekonomi, budaya, dan kesehatan
masyarakat. Berbagai isu tersebut mencakup kondisi lingkungan yang dipengaruhi oleh
atau mampu mempengaruhi organisasi dalam konteks positif maupun negatif. Dokumen
isu eksternal dan internal tersebut sudah didistribusikan dengan baik, dimana sudah
dicantumkan pada sistem online perushaan. Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap sudah melakukan pemantauan dan peninjauan informasi tentang
isu internal dan eksternal perusahan.
Rekomendasi dari penulis adalah pemahaman terhadap isu-isu terkait serta proses
distribusi dokumennya dipertahankan dengan baik, sehingga dokumen tersebut tersedia
bagi pihak berkepentingan atau pihak terkait pada saat tertentu, serta sebisa mungkin
seluruh divisi di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dapat memahami pula
isu spesifik masing-masing divisi terkait dan bukan hanya konteks perusahaan secara
holistik saja.
Jadi, pada klausul ini tingkat kepatuhan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap menurut ISO 14001:2015 adalah sebesar 100%
203
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menetapkan pihak-pihak
berkepentingan yang relevan terhadap sistem manajemen lingkungan. Interaksi dengan
pihak-pihak tersebut adalah dengan adanya pengelolaan program kemitraan dan program
bina lingkungan, pemberian donasi, pedoman perilaku etika, dan kebijakan pengembangan
masyarakat (community development).
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap telah menaati secara penuh dengan presentasi pemenuhan sebesar 100% untuk
persyaratan klausul 4.2 ISO 14001:2015 mengenai pemahaman kebutuhan dan harapan
pihak berkepentingan ini.
Pada klausul 4.3 ISO 14001:2015, organisasi wajib menentukan lingkup sistem
manajemen lingkungan dimana organisasi harus menentukan bahasan dan pemberlakuan
sistem manajemen lingkungan. Penentuan lingkup juga mempertimbangkan beberapa hal
diantaranya pengendalian dan pengaruh organisasi, konteks, isu internal dan eksternal,
kewajiban kepatuhan, batasan fisik dan fungsional, kegiatan, produk, dan layanan, serta
otoritas atau kewenangan.
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menentukan lingkup Sistem
Manajemen Lingkungan yang terdapat dalam setiap kebijakan yang dibuat, misalnya pada
penetapan ruang lingkup pada TKO Penyusunan HIRADC dan Program Sistem
Manajemen Terpadu (SMT), serta ruang lingkup dari penerapan Kebijakan Hijau (Green
204
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Policy) yang meliputi hampir seluruh kegiatan proses produksi dan jasa penunjang lainnya
di dalam perusahaan.
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga telah melakukan controlling
terhadap pengendalian sistem manajemen lingkungan di area lingkup penerapannya tadi,
sehingga dapat dikatakan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menaati
secara penuh dengan presentase pemenuhan sebesar 100% persyaratan klausul ISO
14001:2015 mengenai lingkup sistem manajemen lingkungan ini.
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah melaksanakan upaya untuk
menetapkan, menerapkan, memelihara, dan memperbaiki sistem manajemen lingkungan
yang berlaku di perusahaan dengan menerapkan kebijakan mutu (ISO 9001:2015),
kebijakan K3 (OHSAS 18001:2007), dan kebijakan lingkungan/SML (ISO 14001:2015)
sebagai kebijakan dasar atas kegiatan yang dilakukan perusahaan sesuai yang tertian dalam
Dokumen Pedoman Sistem Manajemen Teroadu (SMT) PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap. Dokumen ini juga mempermudah penanggung jawab EMS untuk
melakukan praktik Plan, Do, Check, and Action sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.
Oleh karena itu, dapat dkatakan bahwa PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap telah menaati dan melaksanakan secara penuh dengan presentase pemenuhan
sebesar 100% persyaratan klausul 4.4 ISO 14001:2015 mengenai Sistem Manajemen
Lingkugan.
205
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Berikut adalah rekapitulasi presentase pemenuhan persyaratan klausul mengenai konteks
organisasi :
Nomor Presentase
Klausul
Klausul Pemenuhan
Total 100
5.1.2 Kepemimpinan
Pada klausul 5.1 ISO 14001:2015 mengenai kepemimpinan dan komitmen, Top
Management atau Manajemen Puncak harus memperagakan kepemimpinan dan komitmen
terhadap sistem manajemen lingkungan dengan memastikan kebijakan dan saran
lingkungan ditetapkan, memastikan integrasi persyaratan sistem manajemen lingkungan
kedalam proses bisnis, memastikan sumber daya yang diperlukan untuk sistem manajemen
lingkungan tersedia, melakukan komunikasi mengenai pentingnya manajemen lingkungan,
memastikan sistem manajemen lingkungan mencapai hasil yang diharapkan, mendukung
personel berkontribusi pada keefektifan sistem manajemen lingkungan, mempromosikan
perbaikan berkelanjutan, dan mendukung peran manajemen yang relevan untuk
memperagakan kepemimpinan dan bidang tanggungjawabnya.
206
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memiliki kebijakan terkait
kepemimpinan dan komitmen ini pada dokumen tinjauan oleh manajer. Top Management
pada perusahaan ini yang notabene adalah GM (General Manager) telah menunjukkan
kepemimpinan dan komitmennya dengan melakukan upaya-upaya diatas. Oleh karena itu,
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah telah menaati secara penuh dengan
presentase pemenuhan 100% persyaratan klausul 5.1 ISO 14001:2015 ini.
207
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dapat dikatakan
telah menaati secara penuh dengan presentase pemenuhan sebsar 100% persyaratan klausul
5.2 ISO 14001:2015 mengenai kebijakan lingkungan ini.
208
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
bahwa sistem manajemen lingkungan memenuhi vcfpersyaratan dan melaporkan kinerja
sistem manajemen lingkungan kepada manajemen puncak.
209
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Tabel V.2 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Kepemimpinan
Nomor Presentase
Klausul
Klausul Pemenuhan
Total 100
5.1.3 Perencanaan
5.1.3.1.1 Umum
Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menaati
secara penuh dengan presentase pemenuhan sebesar 100% persyaratan klausul 6.1.1 ISO
14001:2015 mengenai tindakan untuk mengatasi resiko dan peluang ini.
210
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.1.3.1.2 Aspek Lingkungan
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memiliki prosedur dalam
mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan yang timbul akibat aktivitas, produksi, ataupun
jasa yang diperlukan oleh setiap organisasi yang mengacu pada diagram produksi yang
ada. Pada dokumen prosedur SMK3LH telah terdapat aspek lingkungan, kegiatan, produk,
dan jasa dalam lingkup sistem manajemen lingkungan yang dpat mempengaruhi dan
berdampak pada lingkungan.
Selain itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga telah menentukan
aspek lingkungan utamanya yang senantiasa tertuang jelas dalam dokumen HIRADC
(Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control) dari tahun ke tahun, dan
yang terbaru terdapat pada dokumen HIRADC No.B-005/E14000/2018-S9, Rev.4 yang
terbit pada 2 tanggal 2 Juli 2019.
Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menaati
secara penuh dengan presentase pemenuhan sebsar 100% persyaratan klausul 6.1.2 ISO
14001:2015 mengenai aspek lingkungan.
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap menjaga semua perundangan dan
peraturan lokal serta peraturan terkait induk perushaan (PT.Pertamina (Persero)) yang
ditetapkan dan harus selalu melakukan update terhadap semua perubahan dari hukum dan
perundangan tadi. Pada PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, dokumen
mengenai daftar peraturan yang harus ditaati tertuang dalam dokumen Pedoman A-
001/E14000/2015-S9 Rev. 2 pada bagian list peraturan yang wajib dipenuhi. Selain itu
pada dokumen TKO B-014/E-14510/2017-S9 Rev.1 tentang Pelaksanaan Evaluasi
Pemenuhan Kepatuhan terhadap Peraturan. Terdapat persyaratan perundang-undangan
llain yang diperhitungkan dalam penetapan, penerapan, dan pemeliharaan sistem
manajemen lingkungan khususnya di dalam tujuan, sasaran, dan program perusahaan serta
pengendalian operasional yang dilakukan.
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap secara berkala juga melakukan
cross check terhadap pemenuhan list atau daftar peraturan yang harus dipenuhi beserta
keterangan lengkapnya secara terperinci yang tertuang dalam dokumen “Evaluasi
Pemenuhan dan Penaatan Peraturan Lingkungan yang Diberlakukan di PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap”, dokumen ini untuk sekedar info belum memiliki
nomor, jadi mengingat pentingnya dokumen ini saran penulis adalah segera diberikan
penomoran terhadap dokumen terkait agar pengaksesan dan pengarsipan dokumen lebih
mudah dilakukan.
212
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Oleh karena itu, mengingat seluruh list perundangan yang wajib dipenuhi telah
dipenuhi pula oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap maka presentase
pemenuhan untuk klausul 6.1.3 tentang Pemenuhan Kewajiban adalah sebesar 100%.
213
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.1.3.1.4 Perencanaan Tindakan
Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati secara penuh dengan presentase pemenuhan sebesar
100% persyaratan klausil 6.1.4 mengenai tindakan perencanaan.
Pada proses penentuan dampak lingkungan dan K3, teridentifikasi bahwa dampak-
dampak lingkungan dan K3 tersebut penting dan memerlukan tindakan penanggulangan
atau pemecahan. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menetapkan
sasaran dan tujuam lingkungan serta perencanaannya untuk mencapai sasaran tersebut
melalui Green Policy atau Kebijakan Hijau No.001/E14000/2018-S0. Kebijakan ini
mencakup sasaran perusahaan baik secara umum maupun spesifik yang berkenaan dengan
214
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
dampak lingkungan dan juga K3. Beberapa aspek sasaran atau tujuannya adalah Sistem
Manajemen Lingkungan, Manajemen Energi, Penurunan Emisi, Pengelolaan Limbah B3
dan Limbah Non B3, Konservasi Air, Perlindungan Keanekaragaman Hayati, serta
Community Development dan Social Responsibility. Kebijakan Hijau ini disahkan oleh Top
Management pada tanggal 1 Juni 2018 dan menjadi landasan dalam berbagai hal yang
berkaitan dengan pengelolaan lingkungan.
Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap telah mengimplementasikan dan memenuhi persyaratan klausul 6.2.1 ISO
14001:2015 mengenai sasaran lingkungan dan tindakan perencanaan untuk mencapai
sasaran secara penuh dengan presentase pemenuhan sebear 100%.
Gambar V.4 Sasaran Lingkungan yang Tertuang Jelas dalam Green Policy
Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap telah mengimplementasikan dan memenuhi persyaratan klausul 6.2.2 ISO
14001:2015 mengenai rencana tindakan untuk mencapai sasaran lingkungan secara penuh
dengan presentase sebesar 100%.
Nomor Presentase
Klausul
Klausul Pemenuhan
216
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Total 100
5.1.4 Pendukung
Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacaptelah mengimplementasikan dan memenuhi persyaratan klausul 7.1 ISO
14001:2015 tentang sumber daya ini secara penuh dengan presentase pemenuhan sebesar
100%.
5.1.4.2 Kompetensi
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memiliki prosedur dan
ketentuan terkait penempatan seseorang pada suatu jabatan berdasarkan komptensi atau
217
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
keahlian yang telah dimilikinya, sehingga tidak bisa sembarang orang menempati suatu
posisi tertentu dalam organisasi/perusahaan ini.
Setiap pelatihan yang dilakukan terdapat evaluasi saat pelatihan dan evaluasi
setelah pelatihan. Evaluasi saat pelatihan dilakukan untuk mengevaluasi instruktur
pelatihan, sedangkan evaluasi pasca pelatihan dilakukan unutk mengevaluasi peserta
setelah 3 bulan mengikuti pelatihan. Evaluasi pasca pelatihan peserta dilakukan oleh ketua
divisi atau atasan peserta terkait dan dilakukan tindakan untuk meningkatkan kompetensi
peserta tersebut.
Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati persyaratan klausul 7.2 ISO 14001:2015 mengenai
kompetensi dengan presentase pemenuhan sebesar 100%.
218
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Gambar V.5 Contoh Sertifikat Training Pengelolaan Limbah B3 untuk Menjamin Kompetensi
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)
5.1.4.3 Kesadaran
219
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
sangat bermanfaat dalam peningkatan efektivitas sistem manajemen mutu dan K3LH,
berdampak terhadap peningkatan kinerja mutu, pengendalian resiko bahaya dan aspek
dampak lingkungan signifikan, serta ketidaksesuaian dengan persyaratan pelanggan dan
peraturan perundang-undangan. Bahkan untuk pengunjung sekalipun termasuk peserta
Kerja Praktik diharuskan mengikuti pelatihan terlebih dahulu untuk memperoleh HSSE
Passport dalam rangka meningkatkan kesadaran tentang kebijakan lingkugnan, mengingat
resiko yang cukup besar rawan terjadi di area kilang.
Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati secara menyeluruh dengan presentase pemenuhan
sebesar 100% persyaratan klausul 7.3 ISO 14001:2015 tentang Kesadaran.
5.1.4.4 Komunikasi
5.1.4.4.1 Umum
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memiliki dan melaksanakan
prosedur komunikasi dan konsultasi dengan nomor dokumen A-001/E14000/2015-S9 yang
bertujuan untuk menetapkan sistem komunikasi agar semua informasi kegiatan, kualitas,
lingkungan, dan kegiatan partisiapsi pada kesehatan dan keselamatan kerja, lingkungan,
dan CSR dapat dipahami dan dimengerti oleh seluruh karyawan perushaan sehingga dapat
mengimplementasikan praktek komunikasi baik secara internal maupun eksternal
(government, media, dan stakeholder).
Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati secara menyeluruh dengan presentase pemenuhan
sebesar 100% persyaratan klausul 7.4.1 ISO 14001:2015 tentang Komunikasi Umum.
220
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
menetapkan dan memelihara prosedur untuk komunikasi internal dengan baik sehingga
dapat dikatakan bahwa perusahaan telah menaati secara penuh dengan presentase
pemenuhan sebesar 100% persyaratan klausul 7.4.2 ISO 14001:2015 tentang komunikasi
internal.
221
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.1.4.4.3 Komunikasi Eksternal
Selain itu, komunikasi eksternal yang dilakukan harus direkam oleh unit yang
bersangkutan, apabila hal tersebut mungkin untuk dilakukan. Untuk keluhan, umpan balik,
dan lainnya telah dilaksanakan dengan masyarakat umum yang difasilitasi leh perushaan.
Catatan mengenai berbagai keputusan yang dibuat sebagai respon harus dipelihara dengan
baik.
Oleh karena itu PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati secara penuh dengan presentase pemenuhan sebesar
100% persyaratan klausul 7.4.3 ISO 14001:2015 tentang komunikasi eksternal.
5.1.4.5.1 Umum
Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memenuhi
persyaratan dengan presentase pemenuhan sebesar 100% terkait klausul 7.5.2 mengenai
informasi terdokumentasi secara umum.
Sesuai yang tertulis dalam dokumen ISO 14001:2015, PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap telah memastikan kesesuaian dokumen seperti berikut ;
Identifikasi dan deskripsi seperti judul tanggal, penulis, dan nomor acuan
Format dan media
Tinjauan dan persetujuan
Oeh karena itu, format yang tertera pada prosedur dan dokumen SML lainnya sudah
tepat dan jelas serta mengikuti format yang tertulis pada ISO 14001:2015 tadi. Berdasarkan
uraian diatas, dapat dikatakan bahwa PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
telah mengimplementasikan dan menaati secara penuh dengan presentase sebesar 100%
persyaratan klausul 7.5.2 ISO 14001:2015 mengenai pembuatan dan perubahan dokumen.
223
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.1.4.5.3 Pengendalian Informasi Tedokumentasi
Tata cara pengendalian dokumen SMT RU IV diatur secara rinci dalam pedoman
tentang pengendalian dan pengembangan dokumen dan dikomunikasikan kepada segenap
pekerja untuk dilaksanakan secara konsisten. Pedoman tentang Pengendalian dan
Pengembangan Dokumen memuat ketentuan tentang :
224
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memenuhi
seluruh persyaratan klausul 7.5.3 ISO 14001:2015 mengenai pengendalian informasi
terdokumentasi dengan presentase pemenuhan sebesar 100%.
Nomor Presentase
Klausul
Klausul Pemenuhan
7.4 Komunikasi
Total 100
5.1.5 Operasi
225
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
sesuai dengan kebijakan lingkungan yang ditetapkan. Perusahaan telah mengenali
kegiatan, proses, dan operasi yang diperlukan untuk mengendalikan dan mencegah akibat
yang merugikan lingkungan. Kegiatan dan proses operasi yang terkendali mencakup
keseluruhan kegiatan dari penerimaan dan penyimpanan barang, semua proses produksi
dan pengepakan, operasi pemeliharaan, pengendalian limbah cair, dan pengelolaan limbah.
Prosesdur ini bertujuan untuk mengendalikan limbah yang dihasilkan sebagai hasil
kegiatan kilang maupun kegiatan kantor agar tidak mencemari lingkungan hidup.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis di seluruh area kilang PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah pelakukan perencanaan dan
pengendalian operasional terkait lingkungan hidup dengan baik. Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) yang melayani air buangan Kilang FOC (Fuel Oil Complex) dan Kilang
LOC (Lubricants Oil Complex) berfungsi dengan baik. Kemudian air buangan dari Kilang
RFCC (Recidual Fluid Catalytic Cracking) pun dikendalikan oleh Sistem WWT (Waste
Water Treatment) RFCC. Untuk pengendalian emisi cerobong yang dilakukan oleh
perusahaan juga sudah terjalankan dengan cukup baik, dimana sebagai contoh pembakaran
gas hidrokarbon dan sulfur dari Kilang RFCC telah dibakar dengan baik secara konsisten
melalui flare stack sehingga gas bebahaya tersebut tidak terbuang ke lingkungan. Untuk
pengelolaan limbah B3, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memililiki
sistem dan tempat khusus yang sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 101
Tahun 2014 mengenai Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Namun
untuk pengolahan lanjutan limbah B3 ini pertamina tidak dapat melakukannya secara
226
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
mandiri sehingga harus melibatkan pihak ketiga seperti PPLI Bogor ataupun Geocycle
Solusi Bangun Indonesia (SBI).
Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas, maka PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap telah mengimplementasikan dan menaati secara penuh dengan presentase
pemenuhan sebesar 100% persyaratan klausul 8.1 ISO 14001:2015 mengenai perencanaan
dan pengendalian operasional.
227
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.1.5.2 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat
Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati seluruh persyaratan klausul 8.2 ISO 14001:2015
mengenai kesiapsiagaan dan tanggap darurat dengan presentase pemenuhan sebesar 100%.
228
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Tabel V.5 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Operasi
Nomor Presentase
Klausul
Klausul Pemenuhan
Total 100
5.1.6.1.1 Umum
Pemeriksaan kualitas udara emisi dilakukan terhadap dua jenis sumber yaitu emisi
bergerak dan emisi sumber tidak bergerak. Pengukuran dilakukan secara berkala minimal
enam bulan sekali dan berdasarkan hasil pengukuran Laboratorium PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap, diperoleh hasil bahwa kualitas yang diuji pada lokasi
tertentu berada dibawah baku mutu. Untuk pemantauan dan pengukuran dari emisi sumber
bergerak dilakukan satu tahun sekali juga berada dibawah baku mutu. Contoh emisi
bergerak adalah kendaraan operasional perusahaan. Saran penulis adalah kendaraan
eksternal non operasional yang masuk ke area perusahaan harus memenuhi atau dilakukan
pengecekan terhadap kadar emisi yang dikeluarkan, apabila tidak memenuhi persyaratan
maka perusahaan akan menyediakan kendaraan untuk berkeliling di dalam area PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga telah memastikan agar
peralatan pemantauan dan pengukuran dirawat dengan baik melalui pihak
ketiga/kontraktor yang berada dibawah kendali unit QM (Quality and Maintenance). Oleh
karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menaati secara penuh
230
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
persyaratan klausul 9.1 ISO 14001:2015 mengenai pemantauan, pengukuran, analisis, dan
evaluasi dengan presentase pemenuhan sebesar 100%.
231
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Evaluasi pemenuhan dan kepatuhan juga dilakukan oleh instansi pemerintah terkait
yaitu Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah secara berkala.
Evaluasi yang dilakukan sebagian besar merupakan evaluasi kinerja yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan PROPER.
5.1.6.2.1 Umum
Pada klausul 9.2.1 ISO 14001:2015 mengenai audit internal, organisasi harus
melaksanakan interval waktu yang direncanakan untuk menyediakan informasi apakah
sistem manajemen lingkungan sesuai dengan persyaratan organisasi sendiri dan
persyaratan standar serta diterapkan dan dipelihara secara efektif.
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah melaksanakan audit internal
secara periodik, sistematis, obyektif, terencana, dan terdokumentasi minimal satu kali
dalam satu tahun dalam rangka memastikan pemenuhan SMT perusahaan. PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap merencanakan program audit dengan
mempertimbangkan status pentingnya proses dari unit kerja yang akan diaudit, termasuk
memperhatikan hasil audit sebelumnya agar dapat dipastikan semua teman audit telah
diselesaikan secara benar dan efektif. Kriteria, lingkup , frekeunsi, dan metode audit yang
digunakan juga harus didefinisikan.
232
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
pembuatan jadwal pelaksanaan, pembuatan laporan hasil audit dan pengolahan rekaman
diatur dalam prosedur audit internal TKO No. B-001/E14000/2017-S9.
Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati secara penuh persyaratan klausul 9.1.2 ISO
14001:2015 mengenai evaluasi penataan dengan presentase pemenuhan sebesar 100%.
233
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
penanggungjawab, runag lingkup, waktu pelaksanaan, sumber daya, dan lain-lain. Ajuan
tersebut kemudian akan diberikan kepada Top Management untuk disetujui pelaksanaan
programnya. Setelah disetujui, maka akan dilaksanakan opening aduit yang dihadiri oleh
manajer dan seluruh tim auditor yang dipilih dari setiap unit/divisi untuk penyampaian
overview mengenai pelaksanaan internal audit dan untuk persiapan dokumen dan lapangan
dari masing-masing departemen.
Lead Auditor merupakan Staff QM yang telah tersertifikasi, sementara tim auditor
berasal dari unit/divisi lain yang juga telah mendapat sertifikasi dengan mengikuti training
tertentu. Suang lingkup proses audit dilakukan pada seluruh lini produksi dan fasilitas
penunjang. Objektifitas dijaga dengan tidak mengijinkan auditor mengaudit unit/divisinya
sendiri. Auditor juga harus menuyiapkan lembar pemeriksaan berupa Checklist Internal
Audit yang akan menjadi pedoman bagi auditor untuk menilai selama proses audit dan
menjadi catatan kerja yang digunakan untuk mendokumentasikan pengamatan dan
penemuan.
Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati secara penuh persyaratan klausul 9.2 mengenai audit
internal dengan presentase pemenuhan sebesar 100%.
234
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.1.6.3.1 Umum
Prosedur terkait tinjauan manajemen yang ditetapakan dan dipelihara oleh PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yaitu Pedoman SMT RU IV No. A-
001/E14000/2015-S9 pada bagian empat mengenai tinjauan manajemen halaman 15-16.
Top Management dalam hal ini GM RU IV menetapkan pelaksanaan tinjauan manajemen
sebanyak dua kali dalam satu tahun guna menjamin dan memastikan kecukupan,
kesesuaian, dan efektivitas implementasi SMT RU IV.
235
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
luar, tingkat pencapaian sasaran dan target, kinerja proses, kesesuaian produk dan kinerja
K3LL, status tindakan perbaikan dan pencegahan, tindak lanjut dari tinjauan manajemen
sebelumnya, perubahan yang dapat mempengaruhi sistem manajemen mutu, lingkungan,
dan K3 termasuk hal-hal yang terkait dengan perkembangan hukum dan persyaratan
lainnya, serta rekomendasi untuk peningkatan. Hasil dari setiap tinjauan manajemen
disimpan dan dikendalikan sebagai rekaman.
Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati secara penuh persyaratan klausul 9.3 mengenai
tinjauan manajemen ini sebesar 100%.
Nomor Presentase
Klausul
Klausul Pemenuhan
Total 100
236
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.1.7 Peningkatan
5.1.7.1 Umum
Pada klausul 10.1 ISO 14001:2015 mengenai peningkatan secara umm, organisasi
harus menentukan peluang peningkatan dan menerapkan tindakan yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diharapkan dari sistem manajemen lingkungan organisasi. Prosedur
yang ditetapkan dan dipelihara oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
terkait peluang peningkatan terdapat pada dokumen upaya pengecekan dan perbaikan
bagian d.4.a dan d.4.b serta pedoman dokumen A-001 SMT bagian F halaman 30 tentang
peningkatan. Terdapat beberapa tindakan untuk meningkatkan sistem manajemen
lingkungan organisasi diantaranya perbaikan berkelanjutan, tindakan koreksi, dan juga
tindakan pencegahan atau preventif.
Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati secara penuh persyaratan klausul 10.1 mengenai
peningkatan secara umum ini dengan presentase pemenuhan sebesar 100%.
Gambar V.11 Contoh Tindak Lanjut Perbaikan dari Hasi Eksternal Audit
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)
238
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Aplikasi Kebijakan Mutu dan K3LL
Hasil Audit
Hasil Analisa Data
Pemantauan Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
Tinjauan Manajemen
Selain it, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga melakukan
tindakan pencegahan untuk menghilangkan penyebab potensial ketidaksesuaian dan
mencegah terulangnya ketidaksesuaian tersebut dengan prosedur sebagai berikut :
Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap telah mengimplementasikan dan memenuhi persyaratan klausul 10.3 ISO
14001:2015 mengenai peningkatan berkelanjutan (Continuous Improvement) dengan
presentase pemenuhan sebesasr 100%.
239
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Tabel V.7 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Peningkatan
Nomor Presentase
Klausul
Klausul Pemenuhan
Total 100
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan dengan metode penyesuaian dan gap analusis
berdasarkan standar ISO 14001:2015, telah ditentukan penilaian terhadap sejauh mana
pemenuhan sistem manajemen lingkugan di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
terhadap persyaratan standar ISO 14001:2015. Metode penyesuaian dan gap analysis ditinjau
berdasarkan observasi lapangan, wawancara dengan narasumber, serta kajian dokumen yang
dimiliki oleh perushaan. Angka presentase yang didapat merupakan pengukuran kinerja Sistem
Manajemen Lingkungan yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan berlandaskan kepada
standar minimum ISO 14001:2015.
240
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Tabel V.8 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Seluruh Klausul Standar Sistem
Manajemen Lingkungan ISO 14001:2015 di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
Nomor Presentase
Klausul
Klausul Pemenuhan
241
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
7.4 Komunikasi
242
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
TOTAL 100
Beberapa temuan minor tadi diantaranya adalah, pertama terkait klausul nomor 7.5 (tujuh)
ISO 14001:2015 mengenai informasi terdokumentasi. Secara keseluruhan pemenuhan standar
klausul ini sudah cukup baik, namun masih terdapat beberapa data terkait SML yang sangat
sulit untuk ditemukan dan di akses, bahkan dua divisi terkait dokumen ini juga sedikit
mengalami kebingungan pada beberapa waktu tertentu yaitu QM dan HSSE. Perlu diperhatikan
lagi bagaimana dokumen utamanya yang berkaitan dengan SML ini disimpan, diambil,
didistribusikan, dan dapat diakses dengan baik dan tidak berbelit-belit, kompleks, bahkan
hingga sulit dalam melakukan pencariannya. Sistem penomoran dokumen juga perlu
ditingkatkan lagi guna mempermudah proses menemukan dokumen tertentu terkait SML.
Referensi dari penulis adalah sebaiknya sistem penomoran informasi terdokumentasi utamanya
yang berkaitan dengan SML dilaksanakan secara berurutan dan menyesuaikan dengan format
klausul dalam ISO 14001:2015. Koordinasi antara unit/divisi juga perlu ditingkatkan,
mengingat banyak pekerjaan yang beririsan antar satu divisi satu dengan divisi lain, terutama
yang berkaitan dengan Sistem Manajemen Terpadu atau SMT.
243
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
standar yang memiliki masa berlaku aktif dan pada akhirnya dapat melakukan kinerja dengan
aman dan sesuai peraturan. Kedepannya bisa dibuatkan suatu TKO Spesifik terkait
Maintenance dokumen atau informasi terdokumentasi khusus dalam jangka waktu tertentu, 6
(bulan misalnya) agar kajian serta analisis dokumen dapat dilakukan sedini mungkin dan
menghindari terjadinya masa kadaluarsa dokumen, dimana dokumen/sertifikat masa tenggang
baru sebaiknya sudah siap sebelum dokumen/sertifikat lamanya kadaluarsa atau expired.
Selanjutnya, masih terkait klausul nomor 9 lebih spesifiknya klausul bagian 9.1. Klausul
ini berbicara mengenai pemantauan, pengukuran, analisis, dan evaluasi. Perusahaan telah
melakukan pemantauan emisi terkait kualitas udara yang disebabkan oleh emisi bergerak dan
emisi bergerak. Untuk emisi bergerak, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap teah
melakukan pemantauan terhadap kendaraan internal atau operasional perusahaan. Namun untuk
kendaraan eksternal, sebaiknya dilakukan cek singkat terlebih dahulu terhadap pemenuhan atau
sertifikasi sudah memenuhi baku mutu emisi atau belum, jika belum maka kendaraan terkait
244
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
dilarang memasuki area perusahaan baik Area Kilang ataupun Area Head Office (HO). Bagi
kendaraan yang tidak memenuhi baku mutu emisi atau tidak memiliki sertifikat, maka
penumpang harus diturunkan lalu kemudian diantar ke tempat tujuan di dalam perusahaan
dengan menggunakan kendaraan internal perusahaan. Hal ini selain dapat menjaga kualitas
udara sekitar perusahaan, tetapi juga dapat membuat gerakan propaganda guna menyadarkan
masyarakat sekitar akan pentingnya menjaga kualitas udara kita bersama, apalagi Pertamina
sebagai perusahaan yang cukup dilihat dan sering dijadikan sebagai benchmarking perusahaan
lain.
245
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.3 Teknologi Bersih di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
AC Split yang digunakan pada kondisi eksisting adalah jenis AC Split Standar
dengan daya sebesar 840 watt untuk AC Split Standar 1PK dan daya sebesar 1920 watt
untuk AC Split Standar 2PK. Untuk melakukan penghematan dalam kasus ini, dapat
dilakukan penggantian atau subsitusi jenis AC Split Standar menjadi AC Split Inverter. AC
Split Inverter yang menggunakan teknologi DC Inverter dapat mencapai efisinesi
penggunaan energi atau daya sebesar 58% lebih hemat dibandingkan dengan AC Split
Standar. Artinya untuk AC Split Inverter 1PK hanya membutuhkan daya sebesar 352,8
watt dan untuk AC Split Inverter 2PK hanya membutuhkan daya sebesar 806,4 watt. Selain
itu, AC Inverter juga memiliki kemampuan untuk mempertahankan suhu optimum ruangan
jauh lebih baik dibandingkan dengan AC Split Standar, utamanya pada ruangan tertutup,
karena pada ruangan terbuka AC Split Inverter akan menjadi bekerja sangat keras dan
berujung pada keborosan. Mengingat Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap adalah jenis gedung tertutup penuh (full) maka dari itu penggunaan AC Split
jenis inverter ini akan semakin cocok.
249
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.3.1.3Grafik Rekapitulasi
Gambar V.14 Grafik Total Penggunaan Energi atau Daya (watt) Terhadap Jenis Lampu dan AC
pada Gedung HSSE RU IV
(Sumber : Pengolahan Data Penulis)
Jadi, berdasarkan pengolahan data yang dilakukan oleh penulis total kebutuhan energi atau
daya pada Gedung HSSE PT. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap pada kondisi eksisting saat ini
untuk menyalakan seluruh Sistem Penerangan dan Sistem Pendingin Ruangan yang ada adalah
sebesar 27.800 watt. Sementara apabila dilakukan substitusi jenis Sistem Penerangan dari Lampu
Torando 20 watt menjadi Lampu LED Bulb 13 Watt serta substitusi Sistem Pendingin Ruangan
dari AC Split Standar menjadi AC Split Inverter total kebutuhan energi atau dayanya hanya sebesar
12.578 watt. Perberdaan yang sangat signifikan dengan efisiensi total akhir sebesar 54,76%. Oleh
karena itu, substitusi jenis sistem penerangan dan pendingin ruangan harus segera dilaksanakan.
250
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.3.3 Pengelolaan Air Domestik
Toilet gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap sangat bersih dan nyaman untuk
digunakan. Hanya saja, masih terdapat wc pada toilet pria yang airnya terus mengalir. Hal
tersebut terjadi karena penahan air didalam wc tersebut rusak sehingga air terus keluar.
Selain itu, pada toilet pria yang diujung terdapat pipa di sebelah wc. Hal tersebut
mengganggu kenyamanan orang yang sedang menggunakan wc.
Wastafel di gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap ini sudah cukup baik untuk
digunakan oleh pengguna wastafel. Penggunaan kran yang cukup dinaikkan untuk
menyalakan air dan diturunkan untuk menutup air. Hal tersebut termasuk praktis. Hanya
saja, masih terdapat karat pada bagian kran. Hal tersebut bisa terjadi karena kurangnya
perawatan kran. Tapi secara umu, penggunaan wastafel dari segi kebersihan dan
kemudahan sudah sangat baik.
Untuk air wudhu, kualitas air wudhu di gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap ini
sudah sangat bagus. Tempat wudhu yang baik menjadikan tempat wudhu ini menjadi
nyaman. Masih terdapat sisi yang kotor pada keramik di tempat wudhu ini dan keran yang
digunakan terdapat karat karena kurangnya perawatan alat. Tapi dari segi kenyamanan,
tempat wudhu ini sangat baik dan bersih untuk digunakan oleh orang-orang yang mau
sholat di gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap.
Secara keseluruhan, Gedung HSSE PT. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap telah
menerapkan beberapa upaya dalam pengelolaan limbah non B3 baik dari segi penanganan
di sumber atau hulu dan juga penanganan di hilir. Namun, masih banyak kekurangan dan
potensi peningkatan yang seharusnya dapat dilakukan oleh perusahaan berdasarkan
251
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
observasi dan kajian penulis. Pertama, untuk tempat sampah kecil dengan kapasitas 5-6
liter yang terletak didalam setiap ruangan sebaiknya ditambah jumlahnya namun dengan
karakteristik sampah yang berbeda pada setiap tempat atau wadahnya. Pembagian tempat
sampah dapat dibagi menjadi 4 bagian berdasarkan karakteristik sampah yang akan
dibuang dan dipilah, yaitu :
Selain itu, PT. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap dapat mengusahakan pembuatan
sistem composting yang bukan hanya untuk daun kering di Area 70 saja, tetapi juga rumah
composting untuk sampah-sampah organik jenis lainnya. Hasil dari composting ini dapat
digunakan sebagai pupuk kompos untuk menyuburkan tanaman disekitar Area Gedung
252
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
HSSE PT. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap atau Area Kilang sekalipun dan menghemat
anggaran untuk membeli pupuk produksi industri tertentu. Sistem Composting ini dapat
diintegrasikan bersama mulai dari pemilahan awal, pengangkutan, hingga pengolahan
menjadi Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu.
Sejauh ini, penggunaan single use plastic sudah dilarang di Gedung HSSE RU IV,
dan dampaknya cukup terasa. Adanya sanksi bagi pelanggar membuat setiap pekerja yang
ada di gedung ini menjadi waspada untuk tidak lagi menggunakan single use plastic dan
lebih memilih untuk membawa botol minum isi ulang. Selain pemberian sanksi atau
punishment, dapat pula diberlakukan sistem reward per bulan bagi pekerja yang paling
menerapkan pola hidup Eco-Lifestyle dimana salah satu parameternya adalah senantiasa
membawa botol minum, tempat makan, ataupun tas yang ramah lingkungan, dan hadiah
akan diberikan setiap akhir bulan oleh Top Management HSSE RU IV.
254
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap secara umum telah
melakukan penerapan Teknologi Bersih pada beberapa aspek, yaitu Pengelolaan Energi,
Pengelolaan Air Domestik, dan Pengelolaan Limbah Non B3. Namun, penerapan yang dilakukan
oleh pihak perusahaan pada kondisi eksistingnya belum optimal sehingga masih banyak terdapat
kekurangan yang harus diperbaiki. Diperlukan pula tindakan melakukan peningkatan penerapan
efektif Teknologi Bersih di gedung ini sehingga pada akhirnya dapat lebih efisien dan hemat dalam
penggunaan energi, limbah yang dihasilkan dapat tereduksi, penggunaan bahan baku menjadi lebih
efisien, memperbaiki lingkungan kerja, serta ujungnya adalah memperbaiki kualitas lingkungan
sekitar agar dapat menjadi lingkungan yang berkelanjutan dengan perspektif positif.
Untuk itu, berdasarkan observasi dan kajian yang dilakukan oleh penulis, maka dilakukan
beberapa usaha untuk memperbaiki kinerja dan penerapan Teknologi Bersih di Gedung HSSE PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ini diantaranya dengan melakukan substitusi Lampu
Tornado dengan Lampu LED Bulb, substitusi AC Split Standar dengan AC Split Inverter atau Eco-
Patrol, penerapan dan pembiasaan konsep 3R secara rutin dan berkelanjutan, pembagian tempat
sampah menjadi 4 klasifikasi berdasarkan karakteristik sumbernya, penggunaan keran air dengna
256
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
metode sensor, recylce air domestik, dan berbagai cara lainnya guna meningkatkan efisiensi
penerapan Teknologi Bersih di gedung ini.
6.2 Saran
Dilakukan audit internal berkala pada jangka waktu tertentu secara menyeluruh dan
mencakup seluruh aspek dan klausul yang terdapat ada ISO 14001:2015 dan bukan hanya
random atau by case saja. Dengan hal ini besar harapannya seluruh klausul dan aspek ISO
14001:2015 yang terdapat di perusahaan dapat terkendali dengan baik.
Meningkatkan koordinasi dan komunikasi antar divisi di dalam perusahaan guna
memastikan pembagian batasan dan bagian kerja, kendali dokumen terkait divisi tertentu,
dan hal lainnya mengingat banyaknya divisi yang saling bersinggungan dalam proses
bekerjanya satu sama lain.
Memperbaiki dan meningkatkan sistem pengendalian informasi terdokumentasi baik dari
segi pengontrolan, pembuatan, pengidentifikasian, penyimpanan, pengaksesan,
perlindungan, dan juga perawatan (maintenance).
Melakukan pemantauan dan pengecekan emisi terhadap kendaraan yang akan memasukin
Area PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, baik Area Kilang, Area Head
Office, maupun Area 70.
257
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Melakukan kajian dan benchmarking terkait Sistem Pengolahan Limbah B3 terpadu
mandiri dengan baik guna mempersiapkan pembangunan sistem terkait yang baik dan
matang kedepannya. Dalam tahap persiapan dan inisiasi awal ini, fokus terhadap kajian,
studi banding, dan benchmarking terlebih dahulu dan dapat dilakukan pada perushaan
tetangga yaitu Solusi Bangun Indoensia. Tujuan akhir lain dari saran ini adalah untuk
mendapatkan PROPER Emas pertama.
Menerapkan konsep teknologi bersih dan energy saving untuk meminimasi produksi
limbah dan menghemat penggunaan energi, serta berujung pada peningkatan kinerja
lingkungan.
Sistem Penerangan
Dalam melakukan identifikasi Peluang Hemat Energi (PHE) yang berkaitan dengan Sistem
Penerangan di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan terutamanya pada pemakaian peralatan dan lamanya waktu
pengoperasian, dilihat dari sisi teknologi, instalasi, perawatan, dan sumber daya manusianya
(SDM). Dilihat dari kondisi lapangan saat ini pada Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap belum terdapat adanya program dan manfaat manajemen energi beserta
optimasinya utamanya berkaitan dengan teknologi bersih. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan
terkait dengan Sistem Pencahayaan adalah sebagai berikut :
● Teknologi : Seperti yang sudah disampaikan diatas tadi, dapat digunakan teknologi terbaru
dari Lampu LED Bulb untuk menggantikan Lampu Tornado guna memperoleh efisiensi
yang lebih tinggi dengan tingkat penerangan yang sama namun dengan daya yang lebih
sedikit serta umur lampu yang lebih lama pula.
Selain itu, dapat pula digunakan teknologi sensor otomatis, apabila sedang tidak ada orang
di ruangan maka lampu akan otomatis mati, hal ini dapat diterapkan guna menghindari
lampu yang terus pada kondisi menyala padahal tidak diperlukan dan biasanya disebabkan
oleh faktor lupa. Opsi selain sensor adalah penggunaan teknologi dimmer lampu, dimana
258
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
lampu akan otomatis menyala pada jam kerja yaitu 07.00-17.00, dan diluar jam tersebut
lampu akan otomatis mati.
● Instalasi : Pemasangan saklar pada beberapa tempat dilakukan secara terpusat untuk
mempermudah pengontrolan.
● Perawatan : Penggantian lampu dilakukan setiap saat dibutuhkan dan pengecekan rutin
setiap minggunya oleh tenaga teknisi terutama penggantian lampu yang rusak agar tingkat
kenyamanan terpenuhi walaupun belum memenuhi standar yang diharapkan.
● SDM : Perlu dibuatkan SOP dan Mini Poster Propaganda mengenai pemakaian lampu
dengan hemat utamanya pada setiap ruangan dimana selama ini belum terdapat pedoman
baku ataupun ajakan penyadaran yang cukup tentang pemakaian peralatan elektronik
termasuk lampu didalamnya dan pemanfaatan cahaya alami untuk menghemat penggunaan
energi. Selain itu, pembuatan inventaris ruangan yang memuat tentang besaran daya lampu,
jenis lampu, dan intensitas kuat pencahayaan yang diperlukan tiap ruangan dapat dibuat
agar teknisi memiliki acuan bila ada penggantian lampu, sehingga tetap memenuhi standar
pencahayaan yang direkomendasikan dan tetap efisien.
● Tambahan : Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis pula, pada waktu
istirahat, sebagian besar pekerja tidak mematikan sistem penerangan yang ada, sebaiknya
ketika jam istirahat selama 60 menit ada peringatan untuk mematikan seluruh alat
elektronik termasuk sistem penerangan berupa lampu guna menghemat energi.
Selanjutnya dalam melakukan identifikasi Peluang Hemat Energi (PHE) yang berkaitan
dengan Sistem Pendingin Ruangan dengan menggunakan AC (Air Conditioner) di Gedung HSSE
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
terutamanya pada pemakaian peralatan dan lamanya waktu pengoperasian, dilihat dari sisi
teknologi, instalasi, perawatan, dan sumber daya manusianya (SDM). Dilihat dari kondisi lapangan
saat ini pada Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap belum terdapat
adanya program dan manfaat manajemen energi beserta optimasinya utamanya berkaitan dengan
259
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
teknologi bersih. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan terkait dengan Sistem Pendingin Ruangan
adalah sebagai berikut :
● Teknologi : AC yang digunakan saati ini di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap merupakan tipe AC Split Standar yang tergolong menggunakan
daya yang besar. Oleh karena itu, substitusi AC dengan AC Split Inverter atau Eco Patrol
dapat dilakukan, dengan kapasitas pendinginan yang sama daya yan dibutuhkan hanya
setengah dari AC Split Standar dan tentu akan sangat menghemat energi dalam jangka
panjang. Opsi lain adalah penggunaan teknologi dimmer, dimana AC akan otomatis
menyala pada jam kerja yaitu 07.00-17.00, dan diluar jam tersebut lampu akan otomatis
mati.
● Instalasi : Melakukan pembongkaran instalasi AC Sentral dengan hanya jelas
menggunakan instalasi AC Split tunggal saja setiap ruangan, tidak perlu double-double
seperti kondisi saat ini dimana masih terdapat AC Split dan AC Sentral dalam satu ruangan
yang sama sehingga sangat tidak efisien dan boros energi. Apabila AC Split di ruangan
tertentu tidak berfungsi dengan baik, segera lekas diperbaiki atau dilakukan services.
● Perawatan : Service dan pengecekan secara berkala harus dilakukan oleh teknisi agar
tingkat kenyamanan terpenuhi walaupun belum memenuhi standar yang diharapkan. Selain
itu service terkait pembersihan saringan udara/filter serta kompresor penting dilakukan
agar kinerja AC tidak menjadi berat dan lebih boros.
● SDM : Perlu dibuatkan SOP dan Mini Poster Propaganda mengenai pemakaian AC dengan
hemat utamanya pada setiap ruangan dimana selama ini belum terdapat pedoman baku
ataupun ajakan penyadaran yang cukup tentang pemakaian peralatan elektronik termasuk
AC didalamnya untuk menghemat penggunaan energi. Selain itu, pembuatan inventaris
ruangan yang memuat tentang besaran daya AC, jenis AC, dan intensitas kuat pendinginan
yang diperlukan tiap ruangan dapat dibuat agar teknisi memiliki acuan bila ada perawatan
atau penggantian Sistem Pendingin Ruangan atau AC, sehingga tetap memenuhi standar
suhu runagan yang direkomendasikan dan tetap efisien.
● Tambahan : Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis pula, pada waktu
istirahat, sebagian besar pekerja tidak mematikan sistem pendingin ruangan yang ada,
260
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
sebaiknya ketika jam istirahat selama 60 menit ada peringatan untuk mematikan seluruh
alat elektronik termasuk sistem pendingin ruangan berupa AC guna menghemat energi.
● Peralatan yang efisien seperti wastafel yang menggunakan sensor untuk meningkatkan
efektivitas penggunana air bagi pengguna wastafel.
● Sub-metering dari semua sistem penggunaan air karena tidak ada data penggunaan air di
gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap.
● Daur ulang air bekas sehabis penggunaan wastafel dan air wudhu untuk menghemat
penggunaan air.
● Pengecekan rutin untuk alat-alat pengguaan air karena ada beberapa yang kotor, rusak, dan
berkarat.
● Menambah jumlah tempat sampah di setiap ruangan menjadi total 4 tempat sampah dengan
klasifikasi berdasarkan karakteristik sampah yang akan dibuangnya, yaitu Sampah
Organik, Sampah Guna Ulang, Sampah Daur Ulang, dan Sampah Berbahaya.
● Menambah jumlah bak penampung sementara diluar area Gedung HSSE RU IV menjadi
total 4 bak penampung sampah dengan klasifikasi berdasarkan karakteristik sampah yang
akan dikumpulkannya dari area dalam gedung, yaitu Sampah Organik, Sampah Guna
Ulang, Sampah Daur Ulang, dan Sampah Berbahaya.
● Membangun dan mengusahakan Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu dengan Sistem
Composting baru yang tidak hanya melayani daun gugur saja, tetapi juga limbah organik
lainnya, sehingga dapat dihasilkan pupuk kompos dalam jumlah yang masif untuk
menyuburkan tanaman disekitar area perusahaan termasuk disekitar area gedung RU IV.
261
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
● Penerapan aspek legal untuk dijadikan pedoman berupa peraturan-peraturan mengenai
lingkungan demi menanggulangi pencemaran yang disebabkan oleh sampah atau limbah
non B3 dapat dilakukan agar setiap orang di Gedung HSSE RU IV terdorong dan lebih
disiplin dalam aspek pengelolaan sampah, terutama dimulai dari langkah awal berupa
pemilahan terlebih dahulu.
● Pemberlakuan sistem reward and punishment bagi seluruh pekerja di Gedung HSSE PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, guna memantik dan memacu semangat
dalam hal pengelolaan sampah terpadu demi keberlangsungan lingkungan yang
berkelanjutan.
● Membuat dan mempropagandakan semangat untuk melakukan tindakan 3R sedini
mungkin serta penggunaan barang-barang ramah lingkungan seperti botol minum, tempat
makan, dan tas ramah lingkungan, tanpa penggunaan single use plastic sama sekali melalui
mini poster yang diletakkan di dekat sampah dan di setiap ruangan kerja.
● Mempertahankan sistem ID Card Tap untuk melakukan printing demi mereduksi
penggunaan kertas secara tidak efektif dan berlebihan.
262
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. 2015. SNI ISO 14001:2015. Sistem Manajemen Lingkungan-
Ritchie dan W. Hayes. (1998). A Guide to the Implementation of the ISO 14000 Series on
Murray, Paula. 2014. The International Environmental Management Standard, ISO 14000 : A
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. 2018. Laporan Pelaksanaan UKL dan UPL
Hadiwiardjo, B.H. 1997. ISO 14001 : Panduan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Indonesia. http://www.menlh.go.id/kebijaksanaan-produksi-bersih-di-indonesia/
263
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
(diakses 24 Juni 2019
PT. National Gobel. (2002). PT. National Gobel Cleaner Production Succes Story. Makalah
disajikan dalam 4th Asia Pasific Roundtable for Cleaner Production Conference,
Jogjakarta, Oktober 2002.
264
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2011. Energy Efficiency and Conservation
Clearing House Indonesia (EECCHI). Kantor Hemat Energi
Arsa Suteja, I.W. 2011. “Manajemen Energi Listrik di Gedung Sentral Telepon Automat
Kaliasem Denpasar” (tesis). Denpasar : Universitas Udayana
Anonim, 2008, UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelilaan Sampah, Kemenhukham Republik
Indonesia
Shochib, R, 2010, Timbulan Sampah Kantor, Kasus Kawasan Kantor BPPT, JRL Vol 6 No 3
Tahun 2010, PTL-BPPT, Jakarta
www.arjunaelektronik.com/panduan/panduan-membeli-ac/menentukan-kapasitas-ac-
sesuai-daya-listrik-rumah/ diakses pada 25 Juni 2019
https://www.pricebook.co.id/article/news/2018/12/28/8991/perbedaan-ac-standar-dan-ac-
inverter diakses pada 25 Juni 2019
265
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
LAMPIRAN
266