Anda di halaman 1dari 267

LAPORAN KERJA PRAKTIK

EVALUASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (SML) ISO 14001:2015 DI


PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP DAN EVALUASI
PENERAPAN TEKNOLOGI BERSIH SECARA KHUSUS DI GEDUNG HSSE PT.
PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP

Sebagai laporan pelaksanaan Kerja Praktik untuk Tugas Mata Kuliah Kerja Praktik
(TL-4098)

Dibuat Oleh :

BENEDICTO ANGGITA PRAYOGA SARAGIH


15316023

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK (TL-4098)
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Kerja Praktik Mahasiswa Program Studi Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung yang berjudul :

EVALUASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (SML) ISO 14001:2015 DI PT.


PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP DAN EVALUASI
PENERAPAN TEKNOLOGI BERSIH SECARA KHUSUS DI GEDUNG HSSE PT.
PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP

Disusun Oleh :
Nama : Benedicto Anggita Prayoga Saragih
NIM : 15316023
Telah diperiksa dan disetujui pada Juni 2019 oleh :

Cilacap, Juni 2019

Environmental Section Head Pembimbing Lapangan

Arjon Siagian Vanny Apdila Restisha


Nopek : 746932 Nopek : 752527
Mengetahui,

PJS Manager HSSE RU IV

Achmad Thamrin
Nopek : 693225
1
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK (TL-4098)

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Kerja Praktik Mahasiswa Program Studi Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung yang berjudul :

EVALUASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (SML) ISO 14001:2015 DI PT.


PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP DAN EVALUASI
PENERAPAN TEKNOLOGI BERSIH SECARA KHUSUS DI GEDUNG HSSE PT.
PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP

Disusun Oleh :
Nama : Benedicto Anggita Prayoga Saragih
NIM : 15316023

Telah diperiksa dan disetujui pada Juni 2019 oleh :

Bandung, Juni 2019

Pembimbing Kerja Praktik Koordinator Kerja Praktik

Ir. Indah Rachmatiah Siti Salami, M.Sc., Ph.D. Dr. Qomarudin Helmy S.Si.,MT

NIP. 131918649 NIP. 197711152008121002

2
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
ABSTRAK

EVALUASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (SML) ISO 14001:2015 DI PT.


PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP DAN EVALUASI
PENERAPAN TEKNOLOGI BERSIH SECARA KHUSUS DI GEDUNG HSSE PT.
PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap merupakan industri yang bergerak di bidang
pengolahan minyak dan gas bumi (oil and gas company) dengan kapasitas produksi Bahan Bakar
Minyak (BBM) terbesar di Asia Tenggara yaitu sebesar 348.000 barrel/hari. Perushaan telah
berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan salah satunya dengan menerapkan Sistem
Manajemen Lingkungan (SML) yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Mutu dan K3 yang
disebut dengan Sistem Manajemen Terpadu (SMT). PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap telah mendapatkan sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2015 pada bulan
Juni 2016 lalu melalui Badan Sertifikasi Internasional TUV Nord. Penulis melakukan evaluasi
terhadap penerapan sistem manajemen lingkungan yang diimplementasikan di PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap dengan berlandaskan standar internasional ISO 14001:2015
dengan metode check list kesesuaian dan gap analysis. Dari hasil evaluasi diperoleh, sebetulnya
seleuruh klausul telah terpenuhi dan telah ada pengupayaan yang dilakukan, namun terdapat
beberapa kekurangan minor yang harus segera diperbaiki dan ditingkatkan performanya agar
penerapan SML ISO 14001:2015 di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dapat
diterapkan dengan sepenuhnya dengan optimal, diantaranya terletak pada klausul 07 mengenai
pendukung, klausul 08 mengenai operasi, dan klausul 09 mengenai evaluasi kinerja. Penerapan
Teknologi Bersih di Gedung PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga perlu
ditingkatkan pada beberapa aspek antara lain energi, air domestik, dan juga limbah non B3.

Oleh :

Benedicto Anggita Prayoga Saragih

15316023

(Program Studi Sarjana Teknik Lingkungan)

3
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
ABSTRACT

EVALUATION OF ENVIRONMENTAL MANAGEMENT SYSTEM BASED ON ISO


14001: 2015 AT PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP AND
EVALUATION OF THE IMPLEMENTATION OF CLEAN TECHNOLOGY
SPECIFICALLY IN THE HSSE BUILDING PT. PERTAMINA (PERSERO) CILACAP
REFINERY UNIT IV

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap is an industry that’s engaged in the processing
of oil and gas (oil and gas company) with the largest production capacity of fuel oil in Southeast
Asia at 348,000 barrels / day. The company has contributed to sustainable development, one of
which is by implementing an Environmental Management System (EMS) that is also integrated
with the Quality Management System called the Integrated Management System (IMT). PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap has received ISO 14001:2015 Environmental
Management System certification on June 2016 from TUV Nord International Certification
Agency. The author evaluates the implementation of the environmental management system
implemented at PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap based on international standards
ISO 14001: 2015 with conformity check list and gap analysis methods. From the evaluation results
obtained, in fact all the clauses have been fulfilled and efforts have been made, but there are some
minor deficiencies that must be immediately corrected and improved so that the implementation
of ISO 14001: 2015 EMS at PT. Pertamina (Persero) Cilacap Refinery Unit IV can be implemented
optimally dan better, including located in the clause 07 regarding support, clause 08 regarding
operations, and clause 09 regarding performance evaluation. Application of Clean Technology in
PT. Pertamina (Persero) Cilacap Refinery Unit IV also needs to be improved in several aspects
including energy, domestic water, and also non hazardous waste.

By :

Benedicto Anggita Prayoga Saragih

15316023

(Graduate Program in Environmental Engineering)


4
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
kehendak-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini dan juga menyelesaikan
masa Kerja Praktik di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Penulis juga turut
mengucapkan Terima Kasih kepada pihak perusahaan atas kesempatan yang diberikan untuk
belajar dan mencoba mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama masa penrkuliahan agar
dapat mengembangkan diri seorang sarjana teknik yang profesional kedepannya.

Laporan yang berjudul Evaluasi Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO


140001:2015 di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dan Evaluasi Penerapan
Teknologi Bersih Secara Khusus di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap ini semoga dapat menjadi sarana pembelajaran yang baik bagi penulis dan juga dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan terkait.

Pada kesempatan ini pula penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan rangkaian kegiatan Kerja Praktik
dan juga menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini, khususnya kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa mencurahkan berkat dan rahmatnya kepada penulis
dalam seluruh proses ini sehingga penulis tetap kuat dan semangat dalam segala
kegiatannya.
2. Keluarga tercinta di rumah, Papa, Mama, Elsa, dan juga Mahes yang selalu mendoakan
dan mendukung penulis selama Kerja Praktik ini.
3. Bapak Dr. Qomaruddin Helmy, S.T., M.T. selaku Koordinator Kerja Praktik.
4. Ibu Ir. Indah Rachmatiah Siti Salami, M.Sc., Ph.D. selaku Dosen pembimbing yang
senantiasa membimbing penulis, memberikan arahan dan juga masukan selama Kerja
Praktik.
5. Bapak Yan Syukharial selaku Manager HSE yang telah mendukung, mengizinkan, dan
juga memfasilitasi segala keperluan penulis selama melakukan Kerja Praktik di PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unite IV Cilacap.

5
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
6. Bapak Arjon Siagian selaku Environmental Section Head yang telah mendukung,
mengizinkan, dan juga memfasilitasi segala keperluan penulis selama melakukan Kerja
Praktik di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unite IV Cilacap.
7. Mba Vanny Apdila Restisha dan Mba Aldilla Maretta selaku pembimbing lapangan yang
senantiasa mendukung serta selalu sabar dalam membimbing, memberikan arah, dan juga
masukan selama masa Kerja Praktik ini.
8. Pak Gastomi dan Kak Dimas yang senantiasa sabar dan setia mendampingi kami untuk
berkeliling area kilang dan melakukan dokumentasi lapangan selama masa Kerja Praktik.
9. Seluruh Staff dan Karyawan HSSE Sector PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap yang telah bersedia membantu penulis sehingga pelaksanaan Kerja Praktik ini
dapat berjalan baik dan lancar.
10. Adriel Joshua Tataming dan Daniel Juan Carlos Napitupulu selaku sahabat seangkatan
Kerja Praktik di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yang selama kurang
lebih 1,5 bulan ini senantiasa saling mendukung, mendoakan, berbagi cerita, dan juga
memberi saran selama Kerja Praktik ini.
11. Bapak dan Ibu Karsadi selaku orangtua kosan kami yang senantiasa membantu dan
mendukung kami selama masa Kerja Praktik ini.
12. Seluruh staff dan pegawai Warung Ora Umum Cilacap yang setiap hari tidak masalah
menyediakan tempat dan melayani kami meskipun kami hanya memesan air hangat saja.
13. Bapak/Ibu Gojek dan Gocar yang setiap hari membantu kami dalam melakukan mobilisasi.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu per-satu yang telah membantu dan
mendukung penulis dalam pelaksanaan masa Kerja Praktik dan penyusunan Laporan Kerja
Praktik ini sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa memberkati saudara dan saudari dimanapun dan kapanpun
saudara/saudari berada.
Akhir kata, penulis juga menyadari bahwa Laporan Kerja Praktik ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan agar
laporan ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan juga bagi para pembacanya. Cilacap, Juni 2019

Penulis

6
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................................... 1

ABSTRAK ..................................................................................................................................... 3

ABSTRACT ................................................................................................................................... 4

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 5

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 7

DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... 14

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... 15

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 19

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 19

1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................................................ 21

1.2.1 Maksud Pelaksanaan Kerja Praktik ........................................................................ 21

1.2.2 Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktik .......................................................................... 21

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .................................................................................... 22

1.4 Metodologi ..................................................................................................................... 22

1.5 Sistematika Laporan ....................................................................................................... 25

BAB II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................................................... 27

2.1 PT. Pertamina (Persero) ...................................................................................................... 27

2.2 Visi, Misi, dan Tata Nilai PT. Pertamina (Persero) ............................................................ 27

7
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
2.2.1 Visi................................................................................................................................ 33

2.2.2 Misi ............................................................................................................................... 33

2.2.3 Tata Nilai ...................................................................................................................... 33

2.3 Makna Logo PT. Pertamina (Persero) ................................................................................. 34

2.4 PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap ............................................................................. 35

2.5 Deskripsi Kegiatan .............................................................................................................. 37

2.5.1 Kilang Minyak I............................................................................................................ 39

2.5.2 Kilang Minyak II .......................................................................................................... 41

2.5.3 Kilang Paraxylene Cilacap (KPC) ................................................................................ 43

2.5.4 Kilang LPG dan Sulphur Recovery Unit (SRU) .......................................................... 44

2.5.5 Debottlenecking Project Cilacap (DPC)....................................................................... 46

2.5.6 Proyek Residue Fuel Catalytic Cracking (RFCC) ........................................................ 48

2.6 Struktur Organisasi Perusahaan .......................................................................................... 49

2.7 Sarana Penunjang ........................................................................................................... 52

2.8 Health Safety Security Environment (HSSE) ................................................................ 53

2.9 Penanganan Limbah ....................................................................................................... 57

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 60

3.1 Sistem Manajemen Lingkungan (SML) .............................................................................. 60

3.1.1 ISO 14001 ..................................................................................................................... 62

3.1.2 ISO 14001 : 2015 .......................................................................................................... 64


8
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.3 Ruang Lingkup ISO 14001:2015 ............................................................................ 67

3.1.4 Referensi Baku ............................................................................................................. 68

3.1.5 Istilah dan Definisi........................................................................................................ 68

3.1.6 Konteks Organisasi ....................................................................................................... 76

3.1.7 Kepemimpinan ........................................................................................................ 77

3.1.8 Perencanaan .................................................................................................................. 79

3.1.9 Pendukung............................................................................................................... 83

3.1.10 Operasi ........................................................................................................................ 86

3.1.11 Evaluasi Kinerja ......................................................................................................... 88

3.1.12 Peningkatan ................................................................................................................ 91

3.2 Teknologi Bersih (Clean Technology) ........................................................................... 92

3.2.1 Strategi dan Konsep Pelaksanaan Teknologi Bersih .............................................. 95

3.2.2 Teknologi Bersih, Ekonomi, dan Permasalahannya ..................................................... 98

3.2.3 Kebijakan Nasional Teknologi Bersih .................................................................. 100

3.2.4 Assessment Teknologi Bersih ............................................................................... 101

3.2.5 Pengeolaan dan Manajemen Energi ...................................................................... 103

3.2.6 Pengelolaan dan Manajemen Air .......................................................................... 107

3.2.7 Pengelolaan Limbah Non B3 ................................................................................ 110

BAB IV. KONDISI EKSISTING ............................................................................................ 115

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ............................................................................. 116


9
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.1 Konteks Organisasi ...................................................................................................... 116

4.1.1 Pemahaman Organisasi dan Konteksnya .................................................................... 116

4.1.2 Pemahaman Kebutuhan dan Harapan Pihak Berkepentingan .................................... 117

4.1.3 Menentukkan Lingkup Sistem Manajemen Lingkungan............................................ 119

4.1.4 Sistem Manajemen Lingkungan ................................................................................. 121

4.2 Kepemimpinan .................................................................................................................. 122

4.2.1 Kepemimpinan dan Komitmen ................................................................................... 122

4.2.2 Kebijakan Lingkungan .......................................................................................... 123

4.2.3 Peran, Tanggungjawab, dan Wewenang Organisasi ............................................. 133

4.3 Perencanaan ....................................................................................................................... 135

4.3.1 Tindakan untuk Mengatasi Resiko dan Peluang......................................................... 135

4.3.2 Sasaran Lingkungan dan Rencana untuk Mencapainya ............................................. 143

4.3.2 Perencanaan untuk Pencapaian Sasaran Lingkungan ........................................... 144

4.4 Pendukung ......................................................................................................................... 159

4.4.1 Sumber Daya .............................................................................................................. 159

4.4.2 Kompetensi ................................................................................................................. 159

4.4.3 Kesadaran ................................................................................................................... 161

4.4.4 Komunikasi ................................................................................................................. 161

4.4.5 Informasi Terdokumentasi .......................................................................................... 164

4.5 Operasi .............................................................................................................................. 168


10
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.5.1 Perencanaan dan Pengendalian Operasional .............................................................. 168

4.5.2 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat .......................................................................... 169

4.6 Evaluasi Kerja ................................................................................................................... 170

4.6.1 Pemantauan, Pengukuran, dan Analisa....................................................................... 170

4.6.2 Audit Internal .............................................................................................................. 178

4.6.3 Program Eksternal Audit ............................................................................................ 181

4.6.3 Tinjauan Manajemen .................................................................................................. 182

4.7 Peningkatan ....................................................................................................................... 183

4.7.1 Umum ......................................................................................................................... 183

4.7.2 Ketidaksesuaian dan Tindakan Perbaikan .................................................................. 184

4.7.3 Peningkatan Berkelanjutan ......................................................................................... 185

TEKNOLOGI BERSIH........................................................................................................... 186

4.8 Pengelolaan Energi ............................................................................................................ 186

4.8.1 Sistem Penerangan ...................................................................................................... 186

4.8.2 Sistem Pendingin Ruangan ......................................................................................... 190

4.9 Pengelolaan Air Domestik ................................................................................................ 196

4.9.1 Toilet .......................................................................................................................... 196

4.9.2 Wudhu ........................................................................................................................ 198

4.9.3 Wastafel ...................................................................................................................... 198

4.10 Pengelolaan Limbah Domestik Non B3 .......................................................................... 199


11
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 202

5.1 Sistem Manajemen Lingkungan di PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap .............. 202

5.1.1 Konteks Organisasi ..................................................................................................... 202

5.1.2 Kepemimpinan............................................................................................................ 206

5.1.3 Perencanaan ................................................................................................................ 210

5.1.4 Pendukung .................................................................................................................. 217

5.1.5 Operasi ........................................................................................................................ 225

5.1.6 Evaluasi Kinerja ......................................................................................................... 229

5.1.7 Peningkatan ................................................................................................................ 237

5.2 Rekapitulasi Kesesuaian Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan PT. Pertamina

(Persero) Refinery Unit IV Cilacap dengan Standar ISO 14001:2015 .................................... 240

5.3 Teknologi Bersih di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap .................. 246

5.3.1 Pengelolaan Energi ..................................................................................................... 246

5.3.3 Pengelolaan Air Domestik .......................................................................................... 251

5.4.4 Pengelolaan Limbah Non B3 ...................................................................................... 251

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 255

6.1 Kesimpulan........................................................................................................................ 255

6.1.1 Sistem Manajemen Lingkungan ................................................................................. 255

6.1.2 Teknologi Bersih ........................................................................................................ 256

6.2 Saran .................................................................................................................................. 257


12
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
6.2.1 Sistem Manajemen Lingkungan ................................................................................. 257

6.2.2 Teknologi Bersih ........................................................................................................ 258

6.2.2.2 Pengelolaan Air Domestik ....................................................................................... 261

6.2.2.3 Pengelolaan Limbah Non B3 ................................................................................... 261

13
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Proses - Proses Utama Kilang PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap ..................... 37

Tabel II.2 Kapasitas Desain Tiap Unit FOC I dan LOC I ........................................................... 38

Tabel II.3 Kapasitas Desain Tiap Unit FOC I dan LOC I ........................................................... 39

Tabel III.1 Perbedaan Klausal antar ISO 14001 Edisi Tahun 2004 dan 2015............................. 64

Tabel IV.1 Pihak Berkepentingan dengan Kebutuhan dan Harapannya .................................... 117

Tabel IV.2 Desain Perencanaan IPAL Berdasarkan Karakteristik Influent Limbah ................. 147

Tabel IV.3 Hasil Pengukuran Influent dari IPAL pada Bulan Maret 2018-April 2019............. 149

Tabel IV.4 Hasil Pengukuran Effluent dari IPAL pada Bulan Maret 2018-April 2019 ............ 149

Tabel IV.5 Baku Mutu Pembuangan Air Limbah Proses dari Kegiatan Pengolahan ................ 150

Tabel IV.6 Rincian Jumlah dan Daya Lampu di Gedung HSSE RU IV ................................... 188

Tabel IV.7 Rincian Jumlah dan Daya AC di Gedung HSSE RU IV ......................................... 192

Tabel V.1 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Konteks Organisasi ........ 206

Tabel V.2 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Kepemimpinan............... 210

Tabel V.3 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Perencanaan ................... 216

Tabel V.4 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Pendukung ..................... 225

Tabel V.5 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Operasi ........................... 229

Tabel V.6 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Evaluasi Kinerja ............ 236

Tabel V.7 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Peningkatan ................... 240

Tabel V.8 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Seluruh Klausul Standar Sistem

Manajemen Lingkungan ISO 14001:2015 di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap

..................................................................................................................................................... 241

14
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Alur Metodologi....................................................................................................... 24

Gambar II.1 Kantor Pusat Pertamina yang Terletak di Jakarta Pusat ......................................... 32

Gambar II.2 Lambang PT. Pertamina (Persero) ......................................................................... 34

Gambar II.3 Peta Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap ............................................. 36

Gambar II.4 Blok Diagram FOC I dan LOC I/II/III ................................................................... 41

Gambar II.5 Blok Diagram FOC II ............................................................................................. 43

Gambar II.6 Blok Diagram Kilang Paraxylene........................................................................... 44

Gambar II.7 Blok Diagram Kilang LPG dan SRU ..................................................................... 46

Gambar II.8 Penulis Berada di Depan Kilang RFCC ................................................................. 48

Gambar II.9 Struktur Organisasi Pertamina RU IV Cilacap....................................................... 51

Gambar II.10 Struktur Organogram HSSE Pertamina RU IV .................................................... 54

Gambar II.11 Diagram Pengolahan Limbah Setiap Kilang di Pertamina RU IV ....................... 58

Gambar II.12 Kondisi IPAL di Area Kilang PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap .............. 59

Gambar III.1 Sejarah Perkembangan Sertifikasi ISO 14001 ...................................................... 63

Gambar III.2 Keterkaitan ISO 14001:2015 dengan Siklus PDCA ............................................. 67

Gambar III.3 Sejarah Perkembangan Strategi Pengelolaan Lingkungan .................................. 94

Gambar III.4 Stratergi Penerapan Teknologi Bersih .................................................................. 96

Gambar III.5 Hidden Cost Pengolahan Limbah ......................................................................... 98

Gambar III.6 Grafik Metodologi Assessment Teknologi Bersih.............................................. 101

Gambar IV.1 Lingkup Area SML PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ............ 120

Gambar IV.2 Sertifikat ISO yang diterima PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap

..................................................................................................................................................... 122

15
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Gambar IV.3 Kebijakan K3LL di PT. Pertamina (Persero) ...................................................... 125

Gambar IV.4 Kebijakan Community Development dan Corporate Social Responsibility....... 127

Gambar IV.5 Kebijakan Sistem Manajemen Terpadu (SMT) .................................................. 129

Gambar IV.6 Kebijakan Hijau 2018 Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ............... 133

Gambar IV.7 TKO Penyusunan HIRADC dan Program SMT ................................................. 136

Gambar IV.8 Waste Water Treatment (WWT) di Area RFCC ................................................. 142

Gambar IV.9 Pengolahan Limbah B3 berupa Spent Catalyst ................................................... 143

Gambar IV.10 Flow Diagaram Unit IPAL PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap145

Gambar IV.11 Pintu Masuk TPS Limbah B3 di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV

Cilacap ........................................................................................................................................ 154

Gambar IV.12 Tempat Sampah Domestik di Kawasn di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit

IV Cilacap ................................................................................................................................... 155

Gambar IV.13 Jadwal Training Regular untuk Memastikan SDM Berkompeten .................... 159

Gambar IV.14 Sertifikasi untuk Menjamin Kompetensi Bidang .............................................. 160

Gambar IV.15 Contoh Header Dokumen Tata Kerja Organisasi ............................................. 165

Gambar IV.16 Pengendalian Informasi Terdokumentasi dengan Intranet................................ 167

Gambar IV.17 Pengelolaan Arsip di Gedung Arsip RU IV ...................................................... 167

Gambar IV.18 Pedoman Contractor Safety Management System (CSMS) ............................. 169

Gambar IV.19 Pedoman Penanggulangan Keadaan Darurat di Kilang RU IV ........................ 170

Gambar IV.20 Contoh Hasil Pemantauan FOC II oleh BBTPPI .............................................. 174

Gambar IV.21 Contoh Titik Pemantauan dan Pengukuran ....................................................... 176

Gambar IV.22 Contoh Hasil Pemantauan Kualitas Udara Ambien, Kebisingan, Air Tanah, Air

Sungai, Air Laut, Plankton, dan Benthos .................................................................................... 177

16
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Gambar IV.23 Contoh Hasil Evaluasi Kinerja oleh DLH Jawa Tengah................................... 178

Gambar IV.24 Contoh Hasil Internal Audit SMT RU IV Cilacap ............................................ 180

Gambar IV.25 Contoh Hasil Eksternal Audit oleh TUV kepada RU IV .................................. 181

Gambar IV.26 Notulensi Rapat Pimpinan dengan Bahasan Tinjauan Manajemen .................. 183

Gambar IV.27 Notulensi Rapat Pimpinan dengan Bahasan Tinjauan Manajemen .................. 184

Gambar IV.28 Penggunaan Lampu Tanam (Downlight) di Gedung HSSE RU IV .................. 186

Gambar IV.29 Jenis Lampu yang Digunakan adalah Lampu Tornado 20 watt ........................ 187

Gambar IV.30 AC Sentral (Kiri) dan AC Split (Kanan) di Gedung HSSE RU IV .................. 191

Gambar IV.31 Area Gedung HSSE RU IV Beserta Perhitungan Luasnya ............................... 195

Gambar IV.32 Toilet Pria Gedung HSSE ................................................................................. 197

Gambar IV.33 WC pria yang mengalami kebocoran ................................................................ 197

Gambar IV.34 Kran Wudhu ...................................................................................................... 198

Gambar IV.35 Wastafel Toilet Pria .......................................................................................... 199

Gambar IV.36 Tempat Sampah di Setiap Ruangan dalam Kantor (Kiri) dan Bak Penampung

Sementara di Area Luar Gedung (Kanan) .................................................................................. 200

Gambar IV.37 Penggunaan ID Card untuk Melakukan Kegiatan Cetak Mencetak di Gedung

HSSE RU IV ............................................................................................................................... 201

Gambar V.1 Dokumen Komitmen Ditektur Kontraktor Kemitraan untuk menerapkan Kebijakan

Lingkungan ................................................................................................................................. 208

Gambar V.2 Dokumen HIRADC yang Memuat Aspek Lingkungan Utama ............................ 211

Gambar V.3 Dokumen Evaluasi Daftar Pemenuhan Perundangan (atas) dan Dokumen Pedoman

Daftar Perundangan untuk Pemenuhan Kewajiban (bawah) ...................................................... 213

Gambar V.4 Sasaran Lingkungan yang Tertuang Jelas dalam Green Policy ............................ 215

17
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Gambar V.5 Contoh Sertifikat Training Pengelolaan Limbah B3 untuk Menjamin Kompetensi

..................................................................................................................................................... 219

Gambar V.6 Pedoman Komunikasi dan Konsultasi Perushaan ................................................ 221

Gambar V.7 Flare yang 24 Jam Membakar Gas Sulfur dan Hidrokarbon ................................ 227

Gambar V.8 Pedoman SMT mengenai Pemantauan, Pengukuran, dan Analisa ....................... 231

Gambar V.9 Daftar Pertanyaan Audit Internal .......................................................................... 233

Gambar V.10 Daftar Sertifikat Lead Auditor Internal Audit .................................................... 235

Gambar V.11 Contoh Tindak Lanjut Perbaikan dari Hasi Eksternal Audit .............................. 238

Gambar V.12 Lampu Torando (Kiri) dan Lampu Light Emitting Diode LED (Kanan) ........... 247

Gambar V.13 Ilustrasi Efisiensi AC Inverter dibandingkan dengan AC Split Standar ............ 249

Gambar V.14 Grafik Total Penggunaan Energi atau Daya (watt) Terhadap Jenis Lampu dan AC

pada Gedung HSSE RU IV ......................................................................................................... 250

Gambar V.15 Pembagian Tempat Sampah Berdasarkan Jenisnya............................................ 252

Gambar V.16 Contoh Poster Sosialisasi dan Propaganda Pembiasaan 3R ............................... 253

Gambar V.17 Penggunaan Botol Minum dan Tas Ramah Lingkungan .................................... 254

18
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada Era Globalisasi ini pertumbuhan jumlah penduduk di seluruh dunia termasuk
Indonesia sendiri didalamnya semakin hari semakin bertambah jumlah dan kepadatannya.
Pertumbuhan jumlah penduduk dan populasi ini berbanding lurus pula dengan kebutuhan
penduduk itu sendiri, salah satunya adalah kebutuhan energi. Sektor energi tidak akan
berhenti beroperasi dan bertumbuh selama keberadaan manusia masih ada apalagi terus
bertumbuh sejauh ini. Cukup banyak kegiatan manusia yang berkaitan dengan sektor
energi yang setidaknya keberadaannya cukup vital, salah satunya adalah kegiatan yang
membutuhkan bahan bakar. Masa kini, hal terbesar yang berkaitan dengan bahan bakar
adalah penggunaan kendaraan bermotor yang semakin masif jumlahnya dan bertambah
dari hari ke hari. Sektor industri juga amat berkaitan dan bergantung dengan bahan bakar
untuk dapat menjalankan rangkaian proses kegiatan didalamnya. Dengan bertambahnya
pula jumlah penduduk, maka kebutuhan industri pun akan terus meningkat, yang artinya
kebutuhan bahan bakar pun akan meningkat pula.

Pertumbuhan dan perkembangan industri termasuk kebutuhan bahan bakar di


dalamnya berpotensi menimbulkan dampak ataupun krisis bagi lingkungan sekitar. Oleh
karena itu, industri-industri dituntut untuk bertanggung jawab pula terhadap konservasi
lingkungan akibat kegiatan yang dilakukannya. Bentuk usaha industri ataupun perusahaan
terhadap pelestarian lingkungan hidup pun diperkirakan akan terus meningkat seiring
meningkatnya pula kebutuhan manusia. Salah satu industri yang sangat berkaitan dengan
bahan bakar adalah industri minyak dan gas (migas). Akibat eksploitasi minyak dan gas
bumi, keseimbangan lingkungan menjadi terganggu. Industri migas seringkali menjadi
masalah utama dalam pencemaran lingkungan.

Untuk mengantisipasi dan menanggulangi masalah lingkungan akibat kegiatan


industri terutama sektor migas tadi diperlukan suatu sistem yang dapat menjaga
keseimbangan lingkungan hidup sekitarnya. Sistem ini disebut dengan Sistem Manajemen
Lingkungan (SML). Sistem Manajemen Lingkungan merupakan suatu program yang wajib

19
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
dijalankan oleh setiap pemilik usaha maupun perusahaan dalam berbagai bidang apapun
sebagai jaminan bahwa usaha yang dijalankan tidak akan menimbulkan kerusakan bagi
lingkungan dalam operasinya. Bertujuan untuk perusahaan atau usaha memiliki standar
yang sama dalam hal menjalankan sistem operasional dengan standar ramah lingkungan,
sistem manajemen lingkungan pada masing-masing perusahaan atau industri harus
didasarkan pada standar resmi internasional yaitu ISO 14001:2015 (Supriyono,2007).

Selain itu penerapan Teknologi Bersih juga penting untuk dilakukan masa kini,
terutama dalam ruang lingkup industri dengan jumlah produksi yang besar. Teknologi
Bersih sebagai salah satu strategi pengelolaan lingkungan yang integratif dan inovatif
untuk mengelola lingkungan dan melakukan konservasi sumber daya alam. Pola
pendekatan teknologi bersih bersifat preventif atau pencegahan timbulnya pencemar
dengan memperhatikan sumber timbulan limbah mulai dari bahan baku, proses produksi,
produk, dan transportasi hingga ke konsumen dan produk menjadi limbah. Selain itu,
program ini bersifat proaktif yang diterpakan untuk menyelaraskan kegiatan pembangunan
ekonomi dengan upaya perlindungan lingkungan, berbeda dengan end of pipe treatment
yang menggunakan pendekatan pengelolaan limbah yang terbentuk.

PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap sebagai salah satu industri minyak dan gas
terdepan dan terbesar di Indonesia pun memiliki resiko yang besar pula terkait dampak
lingkungan yang ditimbulkan akibat kegiatan industrinya. Pengolahan crude oil yang
mencapai 348.000 BSD yang juga menjadi yang terbesar di Asia Tenggara sangat
berpotensi mencemari lingkungan pula. Oleh karena itu, sebagai salah BUMN terbaik di
negeri ini, seharusnya Pertamina dapat menjadi industri percontohan dalam penanganan
dan konservasi lingkungan akibat kegiatan industri migas yang dilakukannya. Oleh karena
itu, penerapan Sistem Manajemen Lingkungan berbasis ISO 14001:2015 dan juga
penerapan Teknologi Bersih perlu dilakukan dan dtingkatkan.

20
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud Pelaksanaan Kerja Praktik

Maksud dari Pelaksanaan Kerja Praktik ini adalah melihat dan melakukan penilaian serta
evaluasi terhadap Sistem Manajemen Lingkungan (SML) di PT. Pertamina (Persero) RU IV
Cilacap berdasarkan ISO 14001:2015 serta melihat dan melakukan evaluasi pula terhadap
penerapan Teknologi Bersih (Clean Technology) secara khusus di Gedung HSSE PT.
Pertamina (Persero) RU IV Cilacap.

1.2.2 Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktik

Adapun tujuan dari Kerja Praktik yang dilakukan di PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap adalah sebagai berikut :

1. Menerapkan teori-teori yang dipelajari di kuliah dan membandingkan dengan


penerapannya pada kondisi eksisting di lapangan.
2. Memperoleh pembelajaran dan pengalaman dalam hal engineering praktis sebagai seorang
mahasiswa yang kelak akan menjadi seorang sarjana teknik.
3. Melakukan pengamatan dan penilaian terhadap penerapan Sistem Manajemen Lingkungan
(SML) di kondisi eksisting di Lapangan, secara khusus di PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap.
4. Melakukan evaluasi dan memberikan referensi/saran kedepan terhadap penerapan Sistem
Manajemen Lingkungan (SML) di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
5. Melakukan pengamatan dan penilaian terhadap penerapan Teknologi Bersih (Clean
Technology) secara khusus di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap.
6. Melakukan evaluasi dan memberikan referensi/saran kedepan terhadap penerapan
Teknologi Bersih (Clean Technology) secara khusus di Gedung HSSE PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
7. Memenuhi salah satu syarat kelulusan sarjana di Program Studi Teknik Lingkungan Institut
Teknologi Bandung.

21
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikan melaksanakan Kerja Praktik di PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap,


yang berlokasi di Jalan MT. Haryono Nomor 77, Rawakeong, Lomanis, Cilacap Tengah,
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, 53221. Praktikan melaksanakan Kerja Praktik pada
tanggal 16 Mei 2019 sampai dengan 30 Juni 2019 yang dimana pelaksanaan Kerja Praktik
ini berjalan selama 30 hari kerja di lapangan.

1.4 Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan Kerja Praktik adalah sebagai berikut :

1. Diskusi dan Persiapan


Diskusi dan persiapan merupakan tahap pertama dan awal dari Kerja Praktik ini,
dimana tahap ini berisi tentang pemahaman awal mengenai tujuan dari Kerja Praktik itu
sendiri dan juga mempersiapkan materi serta teori yang mendasarinya. Diskusi dilakukan
dengan pihak-pihak terkait seperti misalnya Dosen Pembimbing Kerja Praktik dan juga
Pembimbing Lapangan Kerja Praktik.
2. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan tahapan dimana penulis mempelajari profil
perusahaan terkait tempat Kerja Praktik dan mulai melakukan identifikasi data apa saja
yang diperlukan selama pelaksanaan Kerja Praktik.
3. Studi Literatur

Studi literatur merupakan tahapan mencari dan membaca literature yang berkaitan
dengan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) dan Teknologi Bersih (Clean Technology)
sehingga dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan Kerja Praktik dan juga penyusunan
laporan Kerja Praktik.

4. Observasi

Observasi merupakan tahap pengamatan secara langsung di lapangan dengan


melihat penerapan Sistem Manajemen Lingkungan yang ada sehingga dapat mengetahui
bagaimana pelaksanaan dan keberlangsungan dari Sistem Manajemen Lingkungan itu
sendiri di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dan melihat penerapan
22
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Teknologi Bersih (Clean Technology) yang ada sehingga dapat mengetahui pelaksanaan
dan keberlangsungan dari penerapan Teknologi Bersih itu sendiri secara khusus Gedung
HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap

5. Pengambilan Data
Pengambilan data dapat dilakukan secara primer ataupun sekunder, namun dalam
Batasan Kerja Praktik biasanya dilakukan secara sekunder. Tujuan pengambilan data
adalah untuk menunjang kelengkapan laporan yang akan disusun. Data-data diantaranya
adalah data kuantitatif dan kualitatif dari Sistem Manajemen Lingkungan dan juga
Teknologi Bersih, laporan analisis parameter yang ditentukan oleh pemerintah, data-data
lain yang dibutuhkan.
6. Identifikasi Masalah dan Wawancara

Setelelah melihat kondisi di lapangan, dapat diidentifikasi masalah-masalah yang


perlu dikaji dan yang perlu ditanyakan kepada staff perusahaan di bidang terkait. Untuk
mendukung data yang telah diperoleh dan memastikan kebenaran data yang diperoleh
dilakukanlah wawancara kepada staff perusahaan terkait divisi bersangkutan ataupun dapat
kepada Pembimbing Kerja Praktik.

7. Pengolahan dan Evaluasi Data


Pada tahap ini dilakukan studi kelayakan terhadap Sistem Manajemen Lingkungan
di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dan penerapan Teknologi Bersih
(Clean Technology) secara khusus di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap.
8. Analisis dan Diskusi Akhir
Hasil Pengolahan dan Evaluasi Data yang telah dilakukan kemudian digunakan
untuk analisis akhir agar dapat dihasilkan saran atau pengajuan usulan yang bertujuan
memperbaiki Sistem Manajemen Lingkungan dan penerapan Teknologi Bersih yang ada.
Proses pembuatan analisis dibantu dengan diskusi bersama dengan Pembimbing Lapangan
Kerja Praktik ataupun Dosen Pembimbing Kerja Praktik.

23
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Alur Metodologi

Gambar I.1 Alur Metodologi


(Sumber : Digambar oleh Penulis)

24
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
1.5 Sistematika Laporan

Laporan kerja praktik ini terdiri dari 6 (enam) bab, dengan tiap bab memiliki topik
pembahasan yang berbeda. Sistematika penulisan yang digunakan pada laporan ini adalah
sebagai berikut :

1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan dilaksanakanya
kerja praktik, waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktik, metodologi, dan juga
sistematika penulisan laporan.
2. Bab II Gambaran Umum Perusahaan
Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil perusahaan terkait yaitu PT. Pertamina
(Persero) secara umum dan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap secara
khusus teramsuk didalamnya sejarah perusahaan, visi misi perusahaan, lokasi dan tata
letak, deskripsi kegiatan, struktur organisasi perusahaan, sarana penunjang, HSSE
Department, dan tentang penanganan limbah.
3. Bab III Tinjauan Pustaka
Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori hasil studi literatur mengenai Sistem
Manajemen Lingkungan berdasarkan ISO 14001:2015 dan juga mengenai Teknologi
Bersih (Clean Technology). Studi literature dilakukan sebagai pijakan ideal awal agar dapat
digunakan sebagai acuan untuk membandingkan hasil observasi di lapangan dengan
kondisi seharusnya dan kemudian menjadi landasan untuk evaluasi dan analisis akhir.
4. Bab IV Kondisi Eksisting
Pada bab ini akan diuraikan tentang kondisi eksisting Sistem Manajemen Lingkungan
berdasarkan ISO 14001:2015 yang diterapkan oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap dan perbandingan antara penerapan Sistem Manajemen Lingkungan yang telah
dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dengan persyaratan ISO
14001:2015. Selain itu, akan diuraikan pula tentang kondisi eksisting penerapan Teknologi
Bersih (Clean Technology) secara khusus di Gedung HSSE oleh PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap.

25
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5. Bab V Analisis dan Pembahasan
Pada bab ini akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap kondisi eksisting Sistem
Manajemen Lingkungan (SML) dan penerapan Teknologi Bersih (Clean Technology)
perusahaan serta kemudian pembahasan lanjutan mengenai kondisi ideal atau seharusnya
yang lebih baik.
6. Bab VI Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini akan dijelaskan tentang kesimpulan yang diperoleh penulis dari rangkaian
kegiatan Kerja Praktik serta saran yang ditujukan kepada PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap agar dapat meningkatkan kualitas Sistem Manajemen Lingkungan (SML)
berdasarkan ISO 14001:2015 di area PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
dan juga meningkatkan penerapan Teknologi Bersih (Clean Technology) secara khusus di
Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.

26
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
BAB II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 PT. Pertamina (Persero)

Pertamina (dahulu bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara) atau
nama resminya PT. PERTAMINA (Persero) adalah sebuah BUMN yang bertugas mengelola
penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia. Tonggak sejarah Pertamina diawali sekitar
tahun 1950-an, Pemerintah Republik Indonesia menunjuk Angkatan Darat yang kemudian
mendirikan PT Eksploitasi Tambang Minyak Sumatera Utara untuk mengelola lading
minyak di wilayah Sumatera. Pada 10 Desember 1957, perusahaan tersebut berubah nama
menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional, disingkat PERMINA. Tanggal ini diperingati
sebagai lahirnya Pertamina hingga saat ini. Pada 1960, PT Permina berubah status menjadi
Perusahaan Negara (PN) Permina. Kemudian, PN Permina bergabung dengan PN Pertamin
menjadi PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) pada 20 Agustus
1968.

Selanjutnya, pemerintah mengatur peran Pertamina untuk menghasilkan dan mengolah


migas dari lading-ladang minyak serta menyediakan kebutuhan bahan bakar dan gas di
Indonesia melalui UU No.8 tahun 1971. Kemudian melalui UU No.22 tahun 2001,
pemerintah mengubah kedudukan Pertamina sehingga penyelenggaraan Public Service
Obligation (PSO) dilakukan melalui kegiatan usaha.

Berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 tanggal 18 Juni 2003, Perusahaan


Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara berubah nama menjadi PT Pertamina
(Persero) yang melakukan kegiatan usaha migas pada Sektor Hulu hingga Sektor Hilir. PT
Pertamina (Persero) didirikan pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Akta Notaris
No.20 Tahun 2003. Pada 10 Desember 2005, Pertamina mengubah lambing kuda laut
menjadi anak panah dengan warna dasar hijau, biru, dan merah yang merefleksikan unsur
dinamis dan kepedulian lingkungan.

PT Pertamina (Persero) melakukan transformasi fundamental dan usaha


Perusahaan pada 20 Juli 2006. PT Pertamina (Persero) mengubah visi Perusahaan yaitu,
“menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia”. Pertamina melalui anak usaha PT
27
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Pertamina International EP mengakuisisi saham perusahaan migas Prancis Maurel et Prom
(M&P) dengan kepemilikan saham sebesar 72,65% saham pada tanggal 10 Desember
2007. Kemudian tahun 2011, Pertamina menyempurnakan visinya, yaitu “menjadi
perusahaan energi nasional kelas dunia“. Melalui RUPSLB tanggal 19 Juli 2012, Pertamina
menambah modal ditempatkan/disetor serta memperluas kegiatan usaha Perusahaan.

Pada 14 Desember 2015, Menteri BUMN selaku RUPS menyetujui perubahan


Anggaran Dasar Pertamina dalam hal optimalisasi pemanfaatan sumber daya, peningkatan
modal ditempatkan dan diambil bagian oleh negara serta perbuatan-perbuatan Direksi yang
memerlukan persetujuan tertulis Dewan Komisaris. Perubahan ini telah dinyatakan pada
Akta No.10 tanggal 11 Januari 2016, Notaris Lenny Janis Ishak, SH. Pada 2017, salah satu
langkah nyata mewujudkan visi menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia adalah
keberhasilan menuntaskan akuisisi saham perusahaan migas Prancis Maurel et Prom
(M&P). Terhitung mulai 1 Februari 2017 melalui anak usaha PT Pertamina International
EP, Pertamina menjadi pemegang saham mayoritas M&P dengan 72,65% saham. Melalui
kepemilikan saham mayoritas di M&P, Pertamina memiliki akses operasi di 12 negara
yang tersebar di 4 benua. Pada masa mendatang, Pertamina menargetkan produksi 650 ribu
BOEPD (Barrels of Oil Equivalents Per Day) di 2025 dari operasi internasional, sebagai
bagian dari target produksi Pertamina 1,9 juta BOEPD di 2025, dalam upaya nyata menuju
ketahanan dan kemandirian energi Indonesia.

Kegiatan usaha Pertamina pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian besar yaitu
Kegiatan Usaha Hulu dan Kegiatan Usaha Hilir. Kegiatan usaha Pertamina Hulu meliputi
eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan panas bumi. Untuk kegiatan eksplorasi dan
produksi minyak dan gas dilakukan di beberapa wilayah Indonesia maupun di luar negeri.
Pengusahaan di dalam negeri dikerjakan oleh Pertamina Hulu dan melalui kerjasama
dengan mitra sedangkan untuk pengusahaan di luar negeri dilakukan melalui aliansi
strategis bersama dengan mitra. Berbeda dengan kegiatan usaha di bidang minyak dan gas
bumi, kegiatan eksplorasi dan produksi panas bumi masih dilakukan di dalam negeri.
Untuk mendukung kegiatan intinya, Pertamina Hulu juga memiliki usaha di bidang
pengeboran minyak dan gas. Kegiatan usaha Pertamina Hilir meliputi pengolahan,
pemasaran & niaga dan perkapalan serta distribusi produk Hilir baik di dalam maupun
28
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
keluar negeri yang berasal dari kilang Pertamina maupun impor yang didukung oleh sarana
transportasi darat dan laut. Usaha hilir meliputi Usaha Pengolahan, Usaha Pemasaran,
Usaha Niaga, dan Usaha Perkapalan.

PT. Pertamina (Persero) memiliki beberapa anak perusahaan dibawahnya diantaranya a


dalah adalah sebagai berikut :

 PT. Pertamina EP  PT. Pertamina EP berdiri tahun 2005 merupakan usaha hulu di
bidang minyak dan gas bumin meliputi: Eksplorasi, Eksploitasi serta penjualan
produksi minyak dan gas bumi hasil kegiatan eksploitasi.
 PT. Pertamina Geothermal Energy  PT Pertamina Geothermal Energy berdiri
tahun 2006 dan bergerak dalam bidang Pengelolaan dan pengembangan sumber daya
panas bumi meliputi kegiatan eksplorasi & eksploitasi, produksi uap dan pembangkitan
listrik dan jasa konsultasi, konstruksi, operasi dan pemeliharaan serta pengembangan
teknologi di bidang panas bumi.
 PT. Pertamina Hulu Energi (PHE)  PT Pertamina Hulu Energi berdiri tahun 2002
(d/h PT Aroma) dan bergerak dalam bidang Pengelolaan usaha sektor hulu minyak &
gas bumi serta energi baik dalam maupun luar negeri serta kegiatan usaha yang terkait
dana tau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak & gas bumi.
 PT. Pertamina EP Cepu  PT. Pertamina EP Cepu berdiri tahun 2005 sebagai anak
perusahaan PT. Pertamina EP dan tahun 2007 berubah status menjadi anak perusahaan
PT PERTAMINA (PERSERO), bergerak dalam bidang Eksplorasi, eksploitasi dan
produksi di Blok Cepu.
 PT. Pertamina EP Cepu ADK  PT. Pertamina EP Cepu ADK berdiri tahun 2013
sebagai anak perusahaan PT PERTAMINA (PERSERO), yang memiliki wilayah kerja
Alas Dara Kemuning yang terletak di Kabupaten Blora Jawa Tengah.
 PT. Pertamina Drilling Services Indonesia  Pertamina Drilling Sevices Indonesia
yang merupakan salah satu bagian PT.Pertamina (Persero), bergerak di bidang Drilling
Services sesuai dengan namanya, Drilling Services yang dimaksud adalah pekerjaan
Pemboran dan Kerja Ulang Pindah Lapisan sumur-sumur migas dan geothermal.

29
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
 PT. Tugu Pratama Indonesia  Pertamina Hak Partisipasi : 45%, Dana Pensiun
Pertamina : 20%, bergerak di bidang Jasa Asuransi Umum, Minyak dan Gas dan
Industri operasi Marine Hull.
 PT. Pertamina Dana Ventura  Dahulu bernama YTPP. (Pertamina Hak Partisipasi
: 99.93%); bergerak di bidang Investment Portfolio Management Services.
 PT. Pertamina Bina Medika  Dahulu RSPP (Pertamina Tingkat Partisipasi :
98,94%); bergerak di bidang pelayanan kesehatan dan Rumah Sakit di Jakarta.
 PT. Patra Jasa  PT Patra Jasa, (PERTAMINA Hak Partisipasi: 99,98%) bergerak
di Hotel / Motel Management, kantor dan sewa properti, termasuk barang-barang eks
PERTAMINA dan PT Patra Jasa 30omes sendiri.
 PT Pelita Air Service  Pelita Air Service (PERTAMINA Inerest peserta: 99,99%)
bergerak dalam bidang transportasi udara, Aircraft Charter dan Regular Air Services.
 PT. Pertamina Gas  PT Pertagas berdiri tahun 2007 dan bergerak dalam bidang
niaga, transportasi distribusi, pemrosesan dan bisnis lainnya ang terkait dengan gas
alam dan produk turunannya, engan penyertaan modal Pertamina sebesar 99% dan T
Pertamina Retail sebesar 1%.
 PT. Pertamina Lubricants  PT Pertamina Lubricants merupakan anak perusahaan
PT Pertamina (Persero), yang didirikan pada 23 September 2013 dan menerima
pemisahan (spin-o ) Unit Bisnis Pelumas PT Pertamina (Persero) pada 30 Oktober
2013. Cakupan bisnis Perusahaan meliputi dalam dan luar negeri. PT Pertamina
Lubricants bertekad pada masa-masa mendatang dapat menjadi perusahaan pelumas
kelas dunia, dan mencapai posisi sebagai Top 20 World Lubricants Company.
 PT. Pertamina Patra Niaga  PT Pertamina Patra Niaga berdiri tahun 1997 an yang
bergerak di Hilir Migas dalam bidang usaha perdagangan BBM, pengelolaan BBM,
pengelolaan armada/fleet, dan pengelolaan depot, teknologi dan perdagangan Non
BBM, dengan Penyertaan modal Pertamina sebesar 99,82% dan PT. Pertamina Trans
Kontinantal sebesar 0,18%.
 PT. Pertamina Trans Kontinental  PT Pertamina Trans Kontinental (d/h PT.
Pertamina Tongkang ) Pertamina berpartisipasi : 99,99%. Bergerak dalam bidang Non

30
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Tanker Domestik Transportasi untuk industri minyak dan manajemen KABIL Jetty di
Batam, Agency, Jasa Underwater dan HOP.
 PT. Pertamina Retail  PT Pertamina Retail (d/h. PT. Pertajaya Lubrindo) PT
Pertamina Retail bergerak dalam bidang Retail SPBU didirikan 01 September 2005 dan
baru beroperasi tahun 2006, dengan Penyertaan modal Pertamina sebesar 99,97% dan
PT Pertamina Tongkang sebesar 0,02%
 PT. Pertamina Training & Consulting  Sebelumnya bernama PT Patra Tridaya
dengan partisipasi Pertamina sebesar 91% dan PT Pertamina Dana Ventura sebesar 9%.
Sebagai bagian dari Pertamina yang bergerak di bidang Human Capital, Consulting dan
Jasa Manajemen Lainnya, PT Pertamina Training & Consulting memberikan kontribusi
bagi pengembangan kompetensi Sumber Daya berbasis kepada perkembangan
pengetahuan dan teknologi. Adapun bisnis yang dijalani adalah Man Power Supply,
Event Organizer & Other Services, Jasa Pengamanan, Assessment Center serta
Training & Consulting.
 PT. Nusantara Regas  PT Nusantara Regas, Penyertaan Pertamina : 60 %. Terlibat
dalam pengadaan LNG, Penyediaan Fasilitas FSRU dan Fasilitas Lainnya serta
penjualan Gas Bumi.
 Dana Pensiun Pertamina  Mengelola data peserta dan mengembangkan dana guna
memenuhi kewajiban membayar manfaat 31omesti tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat
subyek.
 PT. Patra Dok Dumai  Pertamina Hak Partisipasi : 99.97%; Bergerak di bidang
Teknologi Pemeliharaan Perbaikan Kapal, sebelumnya bernama Unit Operasi
PERTAMINA.
 PT. Pertamina International Shipping  Berdiri sejak tahun 2016, PT Pertamina
International Shipping adalah Anak Perusahaan PT Pertamina (Persero) yang dibentuk
sebagai perusahaan pelayaran internasional.

Dalam bidang pengolahan minyak, PT. Pertamina (Persero) memiliki 7 (tujuh) unit
kilang dengan kapasitas total 1.041,20 ribu barrel. Beberapa kilang minyak terintegrasi
dengan kilang Petrokimia dan memproduksi NBBM. Ketujuh Kilang minyak tersebut
terdiri dari :

31
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
1. Unit Pengolahan I di Pangkalan Brandan – Sumatra Utara (ditutup pada Januari
2007) dan bergabung dengan Unit Pengolahan II Dumai pada tahun 2010.
2. Unit Pengolahan II di Dumai – Riau
3. Unit Pengolahan III di Plaju-Sei Gerong Palembang – Sumatra Selatan
4. Unit Pengolahan IV di Cilacap – Jawa Tengah
5. Unit Pengolahan V di Balikpapan – Kalimantan Timur
6. Unit Pengolahan VI di Balongan Indramayu – Jawa Barat
7. Unit Pengolahan VII di Sorong – Papua

Gambar II.1 Kantor Pusat Pertamina yang Terletak di Jakarta Pusat


(Sumber : https://www.pertamina.com/en/gcg-implementation-assessment)
Disamping kilang minyak, Pertamina Hilir mempunyai kilang LNG di Arun, Aceh dan di
Bontang, Kalimantan Timur. Kilang LNG Arun dengan 6 train dan LNG Badak di Bontang
32
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
dengan 8 train. Kapasitas LNG Arun sebesar 12,5 Juta Ton sedangkan LNG Badak 22,5 Juta
Ton per tahun. Beberapa kilang tersebut juga menghasilkan LPG, seperti di Pangkalan
Brandan, Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, Balongan, Donggi, Senoro dan Mundu. Kilang
Cilacap adalah satu- satunya penghasil lube base oil dengan grade HVI- 60, HVI — 95, HVI -
160 S dan HVI — 650. Produksi lube base ini disalurkan ke Lube Oil Blending Plant (LOBP)
untuk diproduksi menjadi produk pelumas dan kelebihannya diekspor.

2.2 Visi, Misi, dan Tata Nilai PT. Pertamina (Persero)

2.2.1 Visi

“Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia”

2.2.2 Misi

Menjalankan Usaha Minyak, Gas, Serta Energi Baru dan Terbarukan Secara Terintegrasi,
Berdasarkan Prinsip-Prinsip Komersial Yang Kuat.

2.2.3 Tata Nilai

Pertamina memiliki tata nilai sebagai komitmen perusahaan untuk mewujudkan visi dan
misinya berdasarkan standar global dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance). Nilai-nilai Pertamina disebut dengan 6C, terdiri dari Clean,
Competitive, Confident, Customer Focus, Commercial dan Capable, dan nilai-nilai ini wajib
diketahui dan menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam beraktivitas. Pertamina
menetapkan enam tata nilai perusahaan yang dapat menjadi pedoman bagi seluruh karyawan
dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Penerapan tata nilai 6C didasarkan pada Surat
Keputusan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) No.Kpts-022/ COOOOO/2013-S0 Tentang
Penerapan Tata Nilai 6C 01 Pertamina dan Anak Perusahaan (Operational Holding).

 Clean  Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak


menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada
asasasas tata kelola korporasi yang baik.
 Confident  Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan membangun kebanggaan bangsa.
33
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
 Commercial  Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
 Competitive  Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,
mendorong pertumbuhan investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai
kinerja.
 Customer Focus  Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
 Capable  Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan memiliki talenta
dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan
pengembangan.

2.3 Makna Logo PT. Pertamina (Persero)

(Sumber : https://www.pertamina.com/id/makna-logo)

Gambar II.2 Lambang PT. Pertamina (Persero)

Makna Logo dari Pertamina adalah :

 Warna biru memiliki arti andal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
 Warna hijau memiliki arti sumber daya energi yang berwawasan lingkungan.
 Warna merah memiliki arti keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam
menghadapi berbagai macam kesulitan.

Sedangkan Simbol Grafis memiliki arti :

 Bentuk anak panah menggambarkan aspirasi organisasi Pertamina untuk senantiasa


bergerak ke depan, maju dan progresif. Simbol ini juga mengisyaratkan huruf “P”
yakni huruf pertama dari Pertamina.
34
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
 Tiga elemen berwarna melambangkan pulau-pulau dengan berbagai skala yang
merupakan bentuk negara Indonesia

2.4 PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap merupakan Unit Operasi Direktorat


Pengolahan terbesar dan terlengkap di Indonesia dilihat dari hasil produksinya, yaitu 348.000
barrel/hari. Kilang ini bernilai strategis karena memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau
60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa. Selain itu kilang ini menjadi satu-satunya kilang di
Indonesia yang memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur
Indonesia (PT Pertamina, 2017). Tujuan pembangunan kilang minyak di Cilacap adalah untuk
memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi masyarakat Pulau Jawa, mengingat
secara geografis posisi kilang Cilacap di sentra Pulau Jawa atau dekat dengan konsumen
terpadat penduduknya di Indonesia. Di samping itu juga untuk mengurangi ketergantungan
impor BBM dari luar negeri dan sebagai langkah efisiensi karena memudahkan suplai dan
distribusi (PT Pertamina, 2017).

PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap berlokasi di Jalan. MT. Haryono Nomor


77, Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah – Indonesia 53221. Kilang RU-IV dibangun di Cilacap
dengan luas area total 526,71 Ha. Tata letak kilang minyak Cilacap beserta sarana pendukung
yang ada adalah sebagai berikut :

1. Area Kilang Minyak dan Kantor : 203,9 ha


2. Area Terminal dan Pelabuhan: 50,97 ha
3. Area Pipa Track dan Jalur Jalan: 12,77 ha
4. Area Perumahan dan Sarananya: 100,80 ha
5. Area Rumah sakit dan Lingkungannya: 10,27 ha
6. Area Lapangan Terbang: 70 ha
7. Area Paraxylene: 9 ha
8. Sarana Olah Raga / Rekreasi: 69,71 ha

35
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar II.3 Peta Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap


(Sumber : www.earth.google.com)

Lokasi perusahaan adalah hal penting yang akan menentukan kelancaran perusahaan dalam
menjalankan operasinya. Demikian juga berlaku dalam menentukan lokasi kilang dalam
industri minyak dan gas bumi. Hal-hal yang menjadi pertimbangan meliputi biaya produksi,
dampak sosial, kebutuhan bahan bakar minyak, sarana, studi lingkungan dan letak geografis
(PT Pertamina, 2017). Beberapa pertimbangan dipilihnya Cilacap sebagai lokasi kilang adalah:
1. Studi kebutuhan BBM menunjukkan bahwa konsumen terbesar adalah
penduduk pulau Jawa.
2. Daerah Cilacap dan sekitarnya telah direncanakan oleh pemerintahsebagai pu sat
pengembangan produksi untuk wilayah Jawa bagian selatan.
3. Terdapat jaringan pipa Maos – Jogjakarta dan Cilacap – Padalarang sehingga penyaluran
produksi bahan bakar minyak menjadi lebih mudah.
4. Tersedianya sarana pelabuhan alami yang sangat ideal karena lautnya cukup dalam dan
tenang karena terlindung Pulau Nusakambangan.

36
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
2.5 Deskripsi Kegiatan

PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap merupakan salah satu unit operasidari Direktorat
Hilir Pertamina dengan proses-proses utama kilang seperti pada Tabel 2.1. Kegiatannya
membawahi kilang minyak dan kilang Paraxylene. Kilang minyak Cilacap yang saat ini
memiliki kapasitas 348.000 barrel/hari dibangun dalam 2 tahap, yaitu pada tahun 1974 dan
1981, sedangkan kilang Paraxylene dibangun pada tahun 1990. Saat ini sudah ada kilang RFCC
(Residual Fluid Catalytic Cracking) untuk meningkatkan produksi gasoline, LPG dan
propylene. Pertamax yang saat ini telah diproduksi PT Pertamina (Persero) RU- IV Cilacap,
produksinya akan lebih efisien (PT Pertamina, 2017).

Kilang utama disebut dengan Fuel Oil Complex (FOC) dan kilang pelumas disebut dengan
Lube Oil Complex (LOC). Bahan baku (minyak mentah) diolah di FOC untuk menghasilkan
bahan bakar minyak (BBM) sebagai produk utama dan long residue sebagai bahan baku untuk
LOC untuk diolah dan menghasilkan bahan dasar minyak pelumas (Lube Oil Base Stock)
LOBS dan asphalt component (PT. Pertamina, 2017).

Tabel II.1 Proses - Proses Utama Kilang PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

No. Jenis Proses Unit Proses Tujuan Proses

Menurunkan air,
1. Persiapan Desalter
menurunkan garam

Pemisahan primer
Crude DistillingUnit (CD)
2. Pemisahan berdasarkan titik
High Vacuum Unit (HVU)
didih

Hydrotreating dan demetalisasi


3. Treating (HDS, ARHDM, DHDT), Amine Pemurnian
Absorber

Hydrocracker, Fluid Catalytic Perengkahan,


4. Konversi Cracking (FCC), RFCC, Delayed pembentukan
Coker, (reforming)

37
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Visbreaker, Platforming, H2 plant

5. Perbaikan Kualitas Hydotreater (HDS) Perbaikan Kualitas

Polimerisasi,
Polimerasi, Isomerisasi, (Penex,
6. Proses Lain Aromatitasi,
Totaray), wax
Filtrasi

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap)

Dengan beroperasinya kilang minyak Cilacap, maka dengan kapasitas kilang ini
diharapkan telah mencukupi kebutuhan BBM dalam negeri. Hal ini dikarenakan hampir
35% BBM dari seluruh BBM yang dibutuhkan untuk kebutuhan BBM nasional dan 60%
kebutuhan BBM di Pulau Jawa dipasok dari RU IV Cilacap. Pencapaian inilah yang
membuat Pertamina RU IV Cilacap sebagai jantung distribusi BBM di Pulau Jawa sejalan
dengan program pipanisasi BBM ke kota-lota yang ada di Pulau Jawa (PT Pertamina,
2017). Berikut kapasitas desain tiap unit FOC dan LOC :

Tabel II.2 Kapasitas Desain Tiap Unit FOC I dan LOC I

FOC I LOC I
Kapasitas Kapasitas
Unit Unit
(ton/hari) (ton/hari)

CDU I 13.650 High Vacum Unit I 3.184

NHT I 2.275 Propane 784


Deasphalting Unit I
Gas Oil HDS 2.300 Furfural Extraction 991 – 1.580
Unit I
Platformer I 1.650 MEX Dewaxing Unit 226 – 337
I
Propane 43.5
Manufacturing
Merox Treater 2.116
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap)

38
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Tabel II.3 Kapasitas Desain Tiap Unit FOC I dan LOC I

FOC II LOC II
Kapasitas Kapasitas
Unit Unit
(ton/hari) (ton/hari)

CDU II 26.680 High Vacum Unit II 2.238

NHT II 2.500 Propane Deasphalting Unit II 583

AH Uniborn 2.680 Furfural Extraction Unit II 478 – 573

Platformer II 1.650 MEX Dewaxing Unit II 226 – 337

LPG Recovery 730

Naphta Merox 1.620

THDT 1.800

Visbreaker 8.387

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap)

2.5.1 Kilang Minyak I

Kilang minyak I mulai dibangun tahun 1974 dan mulai beroperasi 24 Agustus 1976
setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto. Kilang I ini dirancang oleh Shell International
Petroleum Maatschappij (SIPM). Kontraktor dipegang oleh Flour Eastern Inc. yang
dibantu oleh beberapa subkontraktor dari perusahaan Indonesia dan asing. Pengawas
pelaksana proyek adalah Pertamina. Kilang I ini dirancang dengan kapasitas semula
100.000 barrel/hari. Sejalan dengan peningkatan kebutuhan konsumen, pada tahun
1998/1999 ditingkatkan kapasitasnya melalui Debottlenecking Project Cilacap (DPC)
sehingga menjadi 118.000 barrel/hari. Kilang ini dirancang untuk memproses minyak
mentah dari Timur Tengah, Arabian Light Crude (ALC), Iranian Light Crude (ILC), dan
39
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Basrah Light Crude (BLC). Selain menghasilkan BBM, kilang ini juga menghasilkan
produk tambahan berupa bahan baku minyak pelumas (Lube Base Oil) dan Aspal (PT
Pertamina, 2017).

Kilang Minyak 1 meliputi :

1. Fuel Oil Complex (FOC I) untuk memproduksi BBM (Premium, Kerosene,


ADI/IDO, da IFO).
Feuel Oil Complex I
Bahan Baku : Arabian Light Crude, Iranian Light Crude, Basrah Light
Crude
Produk :
- Refinery Fuel Gas - Gasoline/Premium
- Kerosene/Avtur - Solar/ADO
- Industrial Diesel Oil - Industrial Fuel Oil

2. Lube Oil Complex (LOC I) menghasilkan produk NBBM (LPG, Base Oil,
Minarex, Slack Wax, Parafinic, dan Aspal)

Lube Oil Complex (LOC I)

Bahan Baku : Residu FOC I

Produk :

- HVI 60 - Minarex A dan B


- HVI 95 - Slack Wax
- Propane Asphalt - Asphalt
- Parafinic
3. Utilities Complex (UTL) menyediakan semua kebutuhan fasilitas dari unit-unit
proses seperti steam, listrik, 40omest instrument, air pendingin, dan fuel
system.
4. Offside Facilities

40
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Berikut ditampilkan Blok Diagram FOC I dan LOC I/II/III (PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap).

Gambar II.4 Blok Diagram FOC I dan LOC I/II/III


(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

2.5.2 Kilang Minyak II

Pembangunan kilang minyak kedua ini dimulai pada tahun 1981 dan mulai beroperasi
setelah diresmikan pada tanggal 4 Agustus 1983. Kilang minyak ini merupakan perluasan
dari kilang minyak 1. Perluasan ini dilakukan mengingat konsumsi BBM yang menjadi tidak
seimbang lagi dengan produksi yang ada. Sementara untuk memenuhi kebutuhan tersebut
mengharuskan minyak mentah dalam negeri diolah di kilang luar negeri dan masuk ke
Indonesia dalam jenis BBM tertentu. Pola pengadaan demikian merupakan suatu pemborosan
yang dapat menganggu kestabilan ekonomi nasional. Dengan alasan tersebut, maka
pemerintah memandang perlu mengadakan perluasan kilang Cilacap (PT Pertamina, 2017).

Kilang minyak ini dirancang untuk mengolah minyak mentah domestik yang memiliki
kadar sulfur rendah daripada Arabian Light Crude dan merupakan campuran 80% Arjuna
Crude Oil dan 20% Attaka Crude Oil dan dalam perkembangannya mengolah minyak
mentah Cocktail Crude. Kapasitas awal kilang minyak II adalah 200.000 barrel/hari.
Kemudian mengingat laju peningkatan kebutuhan BBM di Tanah Air dan sejalan dengan
dilaksankannya Debottlenecking Project Cilacap (DPC) 1998/1999, maka kapasitas menjadi

41
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
230.000 barrel/hari (PT Pertamina, 2017).

Perluasan kilang II ini dirancang oleh Universal Oil Product (UOP) untuk Fuel Oil
Complex. Shell International Petroleum Maatschappij (SIPM) untuk Lube Oil Complex, dan
Fluor Eastern Inc. Untuk Offsite Fasilities termasuk Utilities dengan kontraktor utamanya
adalah Fluor Eastern Inc. Dan subkontraktornya perusahaan- perusahaan nasional. Berikut
bahan baku serta produk di perluasan kilang II :
1. Fuel Oil Complex II (FOC II)
Bahan Baku : Arjuna Crude 80%), Attaka Crude (20%)
Produk :
- Refinery Fuel Gas - Gasoline/Premium
- Naptha - IFO
- Propane - Industrial Fuel Oil
- HDO/LDO -LPG

2. Lube Oil Complex II (LOC II)


Bahan Baku : Residu FOC II
Produk :
- HVI 95 - Minarex H
- HVI 160S - Slack Wax
- Propane Asphalt
3. Lube Oil Complex III (LOC III)
Bahan Baku : Distilat LOC I dan LOC II
Produk :
- HVI 65 - HVI 160S
- HVI 100 - Propane Asphalt
- Slack Wax - Minarex
4. Utilities Complex II (UTL II)

42
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Gambar UTL II yang fungsinya sama dengan UTL I adalah seperti gambar
berikut :

Gambar II.5 Blok Diagram FOC II


(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

2.5.3 Kilang Paraxylene Cilacap (KPC)

Keberadaan bahan baku naphta yang cukup, sarana pendukung berupa dermaga, tangki,
dan utilitas, serta peluang pasar domestik dan luar yang terbuka lebar, menyebabkan Pertamina
RU IV Cilacap membangun Kilang Paraxylene. Kilang yang dirancang oleh Universal Oil
Product (UOP) ini dibangun pada tahun 1988 oleh kontraktor Japan Gasoline Corporation
(JGC) dan memulai operasinya setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20
Desember 1990. Tujuan pembangunan kilang ini adalah untuk mengolah naphta dari FOC II
menjadi produk-produk petrokimia yaitu paraxylene dan benzene sebagai produk utama, dan
raffinate, heavy aromate, toluene, dan LPG sebagai produk sampingan. Total kapasitas produksi
dari kilang ini adalah 270.000 ton/tahun (PT Pertamina, 2017).

Pertamina RU IV Cilacap semakin penting dengan adanya Kilang Paraxylene


karena dengan mengolah naphta 590.000 ton/tahun menjadi produk utama paraxylene, benzene,
dan produk samping lainnya, menyebabkan Pertamina RU IV Cilacap menjadi satu-satunya

43
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
unit pengolahan minyak bumi di Indonesia yang terintegrasi dengan industri petrokimia (PT
Pertamina, 2017).Paraxylene yang dihasilkan sebagian digunakan sebagai bahan baku pabrik
Purified Terepthalic Acid (PTA) pada pusat aromatik di Plaju, Sumatera Selatan dan diekspor
ke luar negeri. Hal ini merupakan suatu bentuk usaha penghematan devisa sekaligus sebagai
usaha peningkatan nilai tambah produksi kilang BBM. Sedangkan, seluruh benzene yang
dihasilkan diekspor keluar negeri. Produk- produk sampingan dari kilang ini dimanfaatkan lebih
lanjut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kilang Paraxylene terdiri dari unit-unit proses
sebagai berikut:

Gambar II.6 Blok Diagram Kilang Paraxylene


(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

2.5.4 Kilang LPG dan Sulphur Recovery Unit (SRU)

Pemerintah berencana untuk mengurangi kadar emisi SOX pada gas buang. Demi
terlaksananya komitmen terhadap lingkungan tersebut, maka pada tanggal 27 Februari 2002,
Pertamina RU IV Cilacap membangun kilang SRU dengan luas area proyek 24.200 m2 yang
terdiri dari unit proses dan unit penunjang. Proyek ini dapat mengurangi emisi gas dari kilang
RU IV, khusunya SO2 sehingga emisi yang dibuang ke udara lebih ramah lingkungan. Kilang
ini mengolah off gas dari berbagai unit di RU IV menjadi produk berupa sulfur cair, LPG, dan
condesate (PT Pertamina, 2017).

44
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Kilang SRU ini memiliki beberapa unit antara lain Gas Treating Unit, LPG
Recovery Unit, Sulphur Recovery Unit, Tail Gas Unit, dan Refrigeration. Umpan pada Gas
Treating Unit terdiri dari 9 Stream Sour Sas yang sebelumnya seluruh Stream Gas ini hanya
dikirim ke Fuel Gas System sebagai bahan bakar kilang atau dibakar di flare. Dengan adanya
unit LPG Recovery pada kilang SRU ini akan menambah aspek komersial dengan pengambilan
produk LPG yang memiliki nilai ekonomi tinggi dari Stream Treated Gas (PT Pertamina, 2017).

Dengan melakukan treatment terhadap 9 Stream Sour Gas dengan jumlah total
sebesar 600 metrik ton/hari dapat diperoleh produk sulfur cair sebanyak 59-68 metrik ton/hari,
produk LPG sebanyak 28-103 metrik ton/hari. Sedangkan hasil atas berupa gas dengan
kandungan H2S sangat rendah dari unit LPG Recovery akan dikirimkan keluar sebagai fuel
system. Unit-unit kilang di SRU adalah sebagai berikut :

a. Gas Treating
Gas treating ini dirancang untuk mengurangi kadar gas hydrogen sulfide (H2S) di dalam
gas buang (sebagai umpan) agar tidak lebih dari 10 ppmv sebelum dikirim ke LPG
Recovery Unit dan PSA Unit yang telah ada.
b. LPG Recovery
Unit ini memiliki Cryogenic Refluxted Absorber Design sebagai utilitas di LPG Recovery
Unit untuk menambah produk LPG Recovery secara umum. Proses ini mempunyai LPG
Recovery optimum pada excess 99,9% (pada Deethanizer Bottom Stream). Refrigeration
process digunakan sebagai pelengkap umum Chilling (pendinginan).
c. Sulphur Recovery Unit
Sulphur Recovery Unit (SRU) didirikan untuk memisahkan gas asam dari amine
regeneration di Gas Treating Unit (GTU), kemudian diubah menjadi H2S dalam bentuk
gas menjadi sulfur cair dan dalam bentuk gas sulfur untuk bisa dikirim melalui ekspor.
d. Tail Gas Unit
Tail Gas Unit (TGU) dirancang untuk mengolah gas asam dari SRU. Semua komponen
sulfur diubah menjadi H2S untuk dihilangkan di unit TGU Absorber, arus recycle kembali
ke unit SRU dan sebagian dibakar menjadi jenis sulfur yang terdiri dari Sox kemudian
dibuang ke atmosfer.
e. Unit 95 : Refrigeration
45
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Refrigeration Unit dilengkapi dengan pendinginan yang diperlukan untuk LPG Recovery
Unit dan juga dilengkapi dengan Trim Amine Chilling di bagian TGU untuk
memaksimalkan pengambilan sulfur secara umum. System Refrigeration terdiri dari dua
tahap Loop Propane Refrigeration. Berikut blok diagram LPG dan Sulphur Recovery unit:

Gambar II.7 Blok Diagram Kilang LPG dan SRU


(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

2.5.5 Debottlenecking Project Cilacap (DPC)

Seiring dengan meningkatnya laju pembangunan di Indonesia, kebutuhan akan


BBM, minyak pelumas, dan aspal juga meningkat. Sebagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, Pertamina merealisasikan Proyek Debottlenecking RU IV Cilacap
yang dibangun pada awal 1996 dan mulai beroperasi pada awal Oktober 1998. Sebenarnya
kegiatan perencanaan proyek ini sudah dimulai sejak tanggal 16 Desember 1995 dan yang
bertindak sebagai pelaksana Engineering, Precurement and Construction (EPC) Contract
adalah Flour Daniel. Perancang dan pemilik lisensi untuk Lube Oil Complex adalah Shell
International Petroleum Maatschappij (SIPM) (PT Pertamina, 2017).

Proyek Debottlenecking Cilacap (DPC) untuk peningkatan kapasitas operasional


PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap, telah berhasil dilaksanakan dengan modernisasi
intrumentasi kilang yang meliputi unit pada FOC I, FOC II, Utilities I, Utilities II, LOC I,
dan LOC II. Modernisasi intrumentasi tersebut juga ditambah dengan dioperasikannya

46
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Utilities IIA yang dihubungkan dengan Utilities I dan Utilities II serta beroperasinya LOC
III. Keadaan ini secara otomatis meningkatkan kapasitas operasional PT Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap (PT Pertamina, 2017).

Pendanaan Debottlenecking Cilacap Project (DCP) berasal dari pinjaman 29 bank


dunia yang dikoordinasikan oleh CITICORP dengan penjamin US Exim Bank. Dana yang
dipinjam sebesar US$633 juta dengan pola Tyrustee Borrowing Scheme. Sedangkan,
sistem penyediaan dananya adalah Non-Recourse Financing artinya pengembalian
pinjaman berasal dari hasil penjualan produk yang dihasilkan oleh proyek sehingga dana
pinjaman tersebut tidak membebani anggaran pemerintah maupun cash flow PT Pertamina
(Persero) RU IV Cilacap (PT Pertamina, 2017).

Tenaga kerja tambahan untuk Debottlenecking Cilacap Project (DPC) sebagian


besar diambil dari tenaga lokal dan hingga pada puncak penyelesaian proyek mencapai
sekitar 3000 orang, yang terdiri dari tenaga kerja lokal, nasional, dan asing. Area untuk
pembangunan Lube Oil Complex III seluas 6.8 hektar dengan perincian 4.3 hektar untuk
pembangunan kilang LOC III dan 2.5 hektar untuk pembangunan tangki produk. Area ini
diambil dari sisa area rencana perluasan pabrik. Fasilitas untuk melindungi lingkungan dari
pencemaran pun ditambah dengan modifikasi peralatan yang ada serta penambahan
peralatan baru (PT Pertamina, 2017).

Tujuan dari proyek ini adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kapasitas produksi Kilang Minyak I dan II dalam rangka memenuhi


kebutuhan BBM dalam negeri.
b. Meningkatkan kapasitas produksi Lube Oil Plant dalam rangkan memenuhi kebutuhan
Lube Base Oil dan Asphalt.
c. Menghemat/menambah devisa negara

Lingkup dari proyek ini adalah:

a. Modifikasi FOC I dan II, LOC I dan II, Utilities II/offsite


b. Pembangunan Lube Oil Complex III (LOC III)
c. Pembangunan Utilities III dan LOC III Tankage

47
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
d. Modernisasi Instrumentasi Kilang dengan Distriburted Control System (DCS)

Dengan selesainya proyek ini, kapasitas pengolahan Kilang Minyak I meningkat


menjadi 118.000 barrel/hari, dan Kilang Minyak II meningkat menjadi 230.000 barrel/hari.
Total kapasitas keseluruhan menjadi 348.000 barrel/hari. Sementara kapasitas produk minyak
dasar pelumas (Lube Base Oil) meningkat menjadi 428.000 ton/tahun. Produksi aspal juga
mengalami peningkatan dari 512.000 ton/tahun menjadi 720.000 ton/tahun (PT Pertamina,
2017).

Gambar II.8 Penulis Berada di Depan Kilang RFCC


(Sumber : Penulis)

2.5.6 Proyek Residue Fuel Catalytic Cracking (RFCC)

Untuk menanggapi peningkatan konsumsi BBM yang semakin tinggi, pada awal
tahun 2012 diadakan proyek RFCC dan mulai beroperasi tahun 2015 yang diharapkan nantinya

48
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
akan dapat meningkatkan output produksi bahan bakar dari RU IV Cilacap dengan konsumsi
crude oil yang tetap. RFCC kapasitas 62.000 BPSD bertujuan untuk mengolah LSWR yang
dihasilkan dari Kilang FOC II menjadi produk yang lebih memiliki nilai tambah, seperti LPG,
propylene, HOCM, LCO dan HCO. Sebelumnya, LSWR yang dihasilkan oleh Kilang FOC II
diolah menjadi IFO (Industrial Fuel Oil) melalui unit visbreaker dalam rangka memenuhi
kebutuhan bahan bakar industri di Indonesia. Akan tetapi, dikarenakan IFO tidak memberikan
keuntungan yang besar, unit visbreaker ditutup dan dibangunlah Kilang RFCC. Di Kilang
RFCC dibangun fasilitas-fasilitas antara lain tankage facilities, manine loading arm, waste
water treatment, sea water intake facility, building, fire fighting dan flare system.

Akses Utilities tidak tersedia dari kilang eksisting RU IV Cilacap, sehingga fasilitas
untuk proyek RFCC perlu dibangun secara independen. Berikut unit utilitas di dalam RFCC:
power generation, steam generation, water system, cooling water supply system, fuel gas
system, inert gas supply system, air system, dan akan diproduksi menggunakan Hydrogen
Purification Unit mengambil umpan off gas dari unit Platforming FOC I dan FOC II Kilang RU
IV sekitar 7000 Nm3/hari.

2.6 Struktur Organisasi Perusahaan

Direktur Pengolahan Pertamina membawahi unit-unit pengolahan yang ada di Indonesia.


Kegiatan utama operasi kilang di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap adalah :

1. Kilang Minyak (BBM dan Non BBM)


2. Kilang Petrokimia
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dipimpin oleh seorang General Manager
(GM) dan dibantu oleh seorang Secretary serta membawahi beberapa manager
diantaranya:
1. Manager Procurement
2. Manager General Affair
3. Manager Reliability
4. Manager Operational, Performance, & Improvement
5. Manager Health, Safety, & Environment
6. Manager Engineering & Development
49
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Sedangkan Senior Manager Operation & Manufacturing
membawahi 8 Manager, yaitu :

1. Manager Production I
2. Manager Production II
3. Manager Production III
4. Manager Maintenance Execution I
5. Manager Maintenance Execution II
6. Manager Maintenance Planning & Support
7. Manager Refinery Planning & Optimization
8. Manager Turn Around

50
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Dalam melakukan tugas dan kegiatannya kepala bidang dibantu oleh kepala sub bidang,
kepala seksi dan seluruh perangkat operasi di bawahnya. Berikut struktur organisis PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilcacap :

Gambar II.9 Struktur Organisasi Pertamina RU IV Cilacap


(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

51
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
2.7 Sarana Penunjang

Dalam kegiatan operasinyam baik kilang BBM, Non BBM, maupun kilang paraxylene
didukung oleh sarana penunjang antara lain :

1. Utilities
Utilities merupakan jantung operasional dari sebuah industri yang berfungsi menyediakan
tenaga listrik, tenaga uap, dan kebutuhan air bersih, baik untuk keperluan operasi kilang,
perkantoran, perumahan, rumah sakit, dan fasilitas lainnya serta instrument untuk
keperluan alat-alat instrumentasi. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
mempunyai kapasitas Utilities seperti :
 Generator (Pembangkit Tenaga Listrik) sebesar 112 MW
 Boiler sebesar 790 ton/jam
 Sea Water Desalination sebesar 540 ton/jam
2. Laboratorium
Laboratorium berfungsi untuk mengontrol spesifikasi dan kualitas minyak mentah, produk
antara, produk akhir termasuk juga untuk pusat penelitian dan pengembangan.
Laboratorium ini sejak 25 Oktober 2001 telah mendapat spesifikasi SNI 19-17025-2000
dari Komite Akreditasi Nasional dan setiap periode tertentu diperbaharui (up-date).
3. Tangki Penimbun
Tangki penimbun digunakan sebagai penampung bahan baku minyak mentah, produk
antara, produk akhir maupun air bersih untuk keperluan operasional kilang.
4. Bengkel Pemeliharaan
Bengkel pemeliharaan berfungsi untuk perbaikan peralatan kilang dan lainnya yang
mengalami kerusakan. Bahkan pada saat tertentu membuat peralatan pengganti yang sangat
diperlukan bagi operasi kilang dan sarana penunjangnya. Fasilitas di bengkel pemeliharaan
ini juga dilengkapi dengan peralatan-peralatan untuk perawatan permesinan dan lainnya.
5. Sarana HSE
Bagian ini menyediakan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan aspek Health Safety
and Environment (HSE) yang mendukung semua kegiatan operasional dalam hal
pengawasan keselamatan kerja dan perlindungan lingkungan.
6. Jasrum (Jasa dan Sarana Umum) dan SIK (Sistem Informasi dan Komunikasi)
52
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Salah satu unit yang bertugas untuk mendukung bongkar muat minyak mentah dan produk
kilang yang terletak di area kilang serta menyediakan sarana komunikasi antara lain radio,
HT, telepon dan peralatan elektronik lainnya untuk kepentingan operasional.
7. Pelabuhan Khusus
Sebagai sarana penerimaan bahan baku berupa minyak mentah yang semuanya
didatangkan dengan kapal tanker, dan juga sebagai sarana pendistribusian produk selain
melalui fasilitas perpipaan, mobil tangki dan tangki kereta api. Pada saat ini RU IV
memiliki fasilitas pelabuhan dengan kapasitas maksimum 250.000 DWT yang terdiri dari
pelabuhan untuk bongkar muat minyak mentah dan memuat produk-produk kilang untuk
tujuan domestik maupun mancanegara. (PT Pertamina, 2017)

2.8 Health Safety Security Environment (HSSE)

Health, Safety, and Environment merupakan unit yang bertugas menjaga keselamatan dan
kesehatan para pekerja dan juga lingkungan. Bidang HSE bertanggung jawab langsung kepada
General Manager PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap. Hal ini menunjukkan komitmen PT
Pertamina (Persero) RU IV Cilacap dalam melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja
beserta lingkungan sekitar akibat dari kegiatan industri migas yang sangat beresiko ini. Bidang
HSE sendiri memiliki 4 tugas dan fungsi utama yaitu :

1. Sebagai Advisory Body dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja, kebakaran/peledakan


dan pencemaran lingkungan.
2. Melaksanakan penanggulangan kecelakaan kerja, kebakaran/peledakkan, dan juga
pencemaran lingkungan.
3. Melakukan pembinaan aspek HSE kepada pekerja maupun mitra kerja (pihak ketiga) untuk
meningkatkan Safety Awareness melalui kursus/pelatihan, Safety Talk, Operation Task,
dan sebagainya.
4. Kesiapsiagaan sarana dan prasarana serta personil untuk menunjang pelaksanaan
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja, kebakaran/ledakan dan pencemaran
lingkungan.

53
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Dalam melaksanakan tugasnya, HSE dibagi menjadi 4 (empat) bagian dengan fungsi
masing-masing yang berbeda termasuk juga didalmnya terdapat usaha penanganan limbah. Empat
bagian dengan fungsi masing-masing tersebut terjawab dengan empat divisi yang berada dibawah
Manager HSSE secara langsung seperti pada gambar organogram berikut :

Gambar II.10 Struktur Organogram HSSE Pertamina RU IV


(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

 Section Head Fire (Emergency) Insurance

Fungsi unit penanggulangan kebakaran adalah mengoordinasikan, mengawasi,


mengevaluasi serta memimpin kegiatan pencegahan dan penanggulangan risiko serta tertib
administrasi secara efektif dan efisien sesuai standar kualitas yang ditetapkan untuk
mendukung keamanan dan keandalan operasi kilang. Tugas dan fungsi Fire and Insurance
adalah :

- Mencegah dan menanggulangi kebakaran/peledakan sekitar daerah operasi PT Pertamina


(Persero) RU IV Cilacap

- Meningkatkan kehandalan sarana untuk penanggulangan kebakaran

- Meningkatkan kesiapsiagaan sarana untuk penanggulangan kebakaran

- Menyelidiki (fire investigation) setiap kasus terjadinya kecelakaan

54
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Melaksanakan risk survey dan kegiatan pemantauan terhadap rekomendasi asuransi

- Melakukan fire inspection secara rutin dan berkala terhadap sumber bahaya yang berpotensi
terhadap risiko kebakaran

 Section Head Safety

Fungsi Safety atau Keselamatan Kerja (KK) adalah merencanakan, mengatur,


menganalisis dan mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan pencegahan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja guna tercapai kondisi kerja yang aman, sesuai norma- norma
kesehatan untuk menghindarkan kerugian perusahaan. Safety bertanggung jawab dalam
tugas antara lain:

- Mencegah dan menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

- Meningkatkan kehandalan sarana dan prasarana untuk pencegahan dan penanggulangan


kecelakaan kerja.

- Meningkatkan kesiapsiagaan personil dalam menghadapi setiap potensi terjadinya


kebakaran.

- Menyelidiki (accident investigation) setiap kasus terjadinya kecelakaan.

- Melaksanakan pengawasan terhadap cara kerja aman melalui izin kerja, inspeksi KK, gas
test, dan sebagainya.

- Memantau dan mengukur kualitas lingkungan kerja

- Menangani hazard yang mencakup bahaya fisik, kimia, biologi dan ergonomic

- Menyediakan dan mendistribusikan alat-alat pelindung diri (APD)

- Melaksanakan pembinaan aspek HSE melalui safety talk, safety meeting, dan sebagainya.

- Menerapkan Manajemen Keselamatan Proses (MKP) dan Sistem Manajemn Kesehatan


Kerja (SMKK)
 Section Head Environment

Fungsi bagian ini adalah mengoordinasikan, mengawasi, dan memimpin kegiatan


operasional yang meliputi pemantauan/pengelolaan lingkungan, B3, kegiatan house
55
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
keeping, dan pertamanan/penghijauan untuk menunjang tercapainya lingkungan kerja yang
bersih, aman, nyaman serta meminimalkan dampak lingkungan akibat operasional kilang
guna memenuhi ketentuan/standar yang telah diterapkan pemerintah. PT Pertamina
(Persero) RU IV Cilacap merupakan salah satu pelopor Green Factory di Indonesia. Hal
ini ditunjukkan dengan diperolehnya sertifikasi ISO 14001 yang mengedepankan Sistem
Manajemen Lingkungan. Upaya yang dilakukan adalah dengan menyediakan sarana
lindungan lingkungan antara lain :

- Sour Water Stripper


Merupakan sarana untuk memindahkan gas-gas beracun dari air bekas proses sebelum
dibuang ke laut.
- Corrugated Plate Interceptor
Merupakan sarana untuk mengurangi dan memisahkan minyak yang terbawa dalam air
buangan
- Holding Basin dan Waste Water Treatment (WWT)
Merupakan sarana mengembalikan atau memperbaiki kualitas air buangan, teruatama
mengembalikan kandungan oksigen dan menghilangkan kandungan minyak untuk
mengurangi kadar minyak dalam air buangan.
- Stack/cerobong asap
Saluran pembuangn limbah gas berukuran tinggi untuk mengurangi pencemaran udara
sekitar.
- Silencer
Merupakan sarana untuk mengurangi kemungkinan pencemaran air buangan.
- Groyne
Merupakan sarana pelindung pantai dari kikisan gelombang laut.

 Section Head Occupational Health


Fungsi dari Occupational Health adalah menangani hal-hal yang berkaitan dengan
kesahatan kerja dan penyakit akibat kerja. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
unit ini meliputi:

56
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Mengukur, memantau, merekomendasi pengendalian bahaya lingkungan kerja industri
mulai dari faktor kimia (gas, debu), fisika (bising, getaran, radiasi, iluminasi), biologi
(serangga, tikus, binatang buas) dan ergonomic.
- Melakukan penyuluhan dan bimbingan tentang health talk.
- Pengelolaan kotak P3K
- Inspeksi dan rekomendasi sanitasi lingkungan kerja bermasalah Pemantauan, perawatan
alat K3 serta maintenance alat ukur hazard.

2.9 Penanganan Limbah

PT Pertamina RU IV Cilacap telah mengaplikasikan penanganan limbah yang dihasilkan


dari proses produksi pada industri ini. Seperti limbah B3, limbah domestik, dan limbah
cair. Limbah domestik yang dihasilkan oleh PT Pertamina RU IV Cilacap contohnya pada
limbah organik (rumput) biasanya diberikan kepada pihak ketiga yaitu peternakan untuk
diberikan kepada hewan ternak. Limbah domestik yang lainnya ditangani dengan
pembuangan ke TPS.

Limbah B3 yang dihasilkan di PT Pertamina seperti sludge, material terkontaminasi, tanah


terkontaminasi, pasir ex-sandblast, bahan kimia bekas, majun bekas, filter bekas, kemasan
limbah lab, karbon aktif, dan masih banyak limbah B3 yang lainnya. Limbah tersebut yang
dihasilkan disimpan dalam berbagai macam wadah seperti limbah B3 padat yang dikemas
di dalam Jumbo Bag dan drum tertutup. Dalam pewadahannya kemasan limbah B3 ini
mampu mengukung limbah B3 tetap berada di dalam kemasan dengan ketentuan seperti
jumbo bag tertutup dengan rapat dan drum tidak bocor serta diberi penutup kuat yang rapat.
Wadah tersebut disimpan didalam gudang khusus penyimpanan limbah B3 bebas banjir
dan tidak rawan bencana. Limbah B3 yang disimpan dalam wadah tersebut disimpan
dengan peraturan yang diterapkan pada PT Pertamina RU IV Cilacap. Kemudian limbah
yang sudah tersimpan akan diangkut pada pihak ke tiga dengan tujuan untuk pengolahan
lebih lanjut.

Salah satu bentuk Limbah B3 yang biasa diberikan kepada pihak ketiga adalah Sludge Cake
dari hasil pengolahan limbah Kilang FOC dan LOC yang kemudian sludge cake tadi
diberikan kepada PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri) Bogor. PT. Pertamina
57
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap belum memiliki sertifikasi untuk mengelola sendiri
limbah B3nya sehingga peran serta pihak ketiga masih diperlukan. Berikut adalah metode
penanganan limbah yang dihasilkan oleh 5 Kilang Utama PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap :

Gambar II.11 Diagram Pengolahan Limbah Setiap Kilang di Pertamina RU IV


(Sumber : Digambar oleh penulis berdasarkan data dari PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap)

Berdasarkan diagram pengoalahan limbah setiap kilang diatas, seharusnya tidak ada lagi
ancaman limbah buangan dari setiap kilang yang tidak terkendali dengan baik. Untuk Kilang
I dan II Fuel Oil Complex dan Lube Oil Complex (FOC dan LOC) limbah yang dihasilkan
dikendalikan oleh IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) terpadu dengan prinsip fisika,
kimia dna juga biologi. Selanjutnya, untuk Kilang RFCC (Residual Fluid Catalytic

58
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Cracking) limbah yang dihasilkan dikendalikan oleh WWTS (Waste Water Treatment
System) dengan prinsip yang hampir sama dengan IPAL terpadu yaitu fisika, kimia, dan juga
biologi. Kemudian untuk Kilang SRU (Sulfur Recovery Unit) limbah yang dihasilkan
dikendalikan dengan dibakar pada flare yang ada dekat kilang tersebut. Untuk kilang terakhir
yaitu Kilang Aromatik atau biasa yang disebut dengan Kilang Paraxylene limbah yang
dihasilkan dikelola dengan menggunakan RBC atai Rotating Biological Contactor yang
hampir seluruh prosesnya menggunakan prinsip biologi.

Gambar II.12 Kondisi IPAL di Area Kilang PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

59
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Sistem Manajemen Lingkungan (SML)

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) adalah sebuah standar internasional yang berkaitan
dengan pengelolaan lingkungan untuk membantu organisasi dalam meminimalkan pengaruh
dampak kegiatan operasional mereka terhadap lingkungan yang mencakip udara, air, tanah,
ataupun suara. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) termasuk Standar Internasional
didalamnya mengacu dan berlandaskan pada ISO 14001:2015. Dokumen dengan Standar
Internasional ini menetapkan persyaratan untuk sistem manajemen lingkungan yang dapat
digunakan suatu organisasi untuk meningkatkan kinerja lingkungannya. Standar ini juga
dimaksudkan untuk digunakan oleh suatu organisasi yang mencari cara untuk mengatur
tanggung jawab lingkungannya secara sistematis yang berkontribusi terhadap keberlanjutan
pilar lingkungan.

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) membantu organisasi mengidentifikasi, mengelola,


memantau dan mengendalikan isu lingkungan secara komprehensif. Seperti sistem manajemen
tipe lain yang dikeluarkan oleh ISO / International Organization for Standardization (seperti
sistem manajemen mutu dan kesehatan dan keselamatan kerja), SML menggunakan “High
Level Structure” yang sama. Arti SML dapat diintegrasikan dengan mudah kedalam sistem
manajemen yang dikeluarkan oleh ISO. (KLHK, 2019)

Sistem Manajemen Lingkungan merupakan bagian integral dari sistem manajemen


perusahaan secara keseluruhan yang terdiri dari satu set pengaturan-pengaturan secara
sistematis yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses, serta sumber
daya dalam upaya mewujudkan kebijakan lingkungan yang telah digariskan oleh perusahaan.
Sistem manajemen lingkungan memberikan mekanisme untuk mencapai dan menunjukkan
performasi lingkungan yang baik, melalui upaya pengendalian dampak lingkungan dari
kegiatan, produk dan jasa. Sistem tersebut juga dapat digunakan untuk mengantisipasi
perkembangan tuntutan dan peningkatan performasi lingkungan dari konsumen, serta untuk
memenuhi persyaratan peraturan lingkungan hidup dari pemerintah.

60
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
SML cocok untuk berbagai jenis dan ukuran organisasi, baik privat, non-profit maupun
pemerintahan. SML mensyaratkan organisasi mempertimbangkan semua isu lingkungan yang
relevan dalam operasinya seperti pencemaran udara, isu air dan limbah cair, pengelolaan
limbah, kontaminasi tanah, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta penggunaan dan
efisiensi sumber daya. Seperti sistem standar manajemen dari ISO lainnya, SML membutuhkan
perbaikan berkelanjutan pada pengelolaan lingkungan organisasi dan pendekatannya terhadap
masalah lingkungan. SML pada tahun 2015 telah diperbaiki, dengan perbaikan utama seperti
peningkatan kepentingan pengelolaan lingkungan kedalam proses perencanaan strategis
organisasi, masukan yang lebih besar dari kepemimpinan dan komitmen yang lebih kuat untuk
inisiatif yang proaktif dalam mendorong kinerja lingkungan. (KLHK, 2019)

Standar Internasional ini membantu organisasi untuk mencapai hasil yang diinginkan dari
Sistem Manajemem Lingkungan itu sendiri, yang menyediakan nilai untuk lingkungan,
organisasi itu sendiri dan pihak yang berkepentingan. Sejalan dengan kebijakan lingkungan,
hasil yang diinginkan dari sistem manajemen lingkungan termasuk :

- Peningkatan kinerja lingkungan


- Pemenuhan terhadap kepatuhan kewajiban
- Pencapaian Sasaran Lingkungan

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ini dengan didasarkan pada ISO 14001:2015
seharusnya wajib diupayakan dan diterapkan kepada organisasi apapun, tanpa memperhatikan
ukuran, jenis, sifat dasar, dan berlaku untuk aspek lingkungan dari aktifitas, produk dan jasanya
yang ditetapkan oleh organisasi, baik itu dapat dikendalikan atau dipengaruhi, dengan
mempertimbangkan perspektif life cycle atau siklus kehidupan. Standar Internasional SML
ISO 14001:2015 ini tidak menyatakan kriteria kinerja lingkungan secara spesifik dan dapat
digunakan dalam peningkatan sistem manajemen lingkungan secara keseluruhan maupun
sebagian. Klaim kesesuaian terhadap standar internasional ini bagaimanapun tidak dapat
diterima kecuali seluruh persyaratannya dimasukkan ke dalam sistem manajemen lingkungan
suatu organisasi tanpa kecuali (ISO 14001:2015).

61
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.1 ISO 14001

ISO 14001 adalah standar internasional yang menentukan persyaratan untuk pendekatan
manajemen yang terstruktur untuk perlindungan lingkungan. ISO 14001 (Sistem
Manajemen Lingkungan) merupakan sistem manajemen perusahaan yang berfungsi untuk
memastikan bahwa proses yang digunakan dan produk yang telah dihasilkan telah
memenuhi komitmen terhadap lingkungan, terutama upaya pemenuhan terhadap peraturan
di bidang lingkungan, pencegahan pencemaran dan komitmen terhadap perbaikan
berkelanjutan.

ISO 14001 sendiri merupakan salah satu dari tiga dokumen Integrated Management System
atau Sistem Manajemen Terpadu (SMT) yang biasa diterapkan oleh perusahaan atau
industri-industri pada umumnya termasuk PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap. Ketiga dokumen utama yang menjadi acuan SMT tersebut adalah ISO 9001 yang
merupakan standar internasional di bidang manajemen mutu. Kemudian ada dokumen ISO
45001 atau OHSAS 18001 yang merupakan standar internasional baru untuk manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja (K3/OH&S). Terakhir adalah ISO 14001 itu sendiri yang
merupakan standar internasional di bidang manajemen lingkungan.

Tujuan dari ISO 14001 sendiri adalah untuk memungkinkan organisasi dari semua jenis
atau ukuran untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan yang berkomitmen untuk
bertanggung jawab pada lingkungan, seperti keberlanjutan sumber daya, pencegahan
polusi, mitigasi perubahan iklim dan minimalisasi dampak lingkungan.

Manfaat mendapatkan sertifikat ISO 14001 adalah khususnya bagi produsen, sebagai
berikut :

- Meminimasi potensi konflik antara pekerja dengan pengusaha dalam penyediaan


lingkungan kerja yang layak dan sehat, serta meningkatkan produktivitas pekerja melalui
efisiensi waktu dan biaya.
- Menjembatani pemenuhan peraturan lingkungan dengan lebih terencana dan terstruktur.
- Menggunakan sumber daya aam yang lebih bijaksana menuju terciptanya eco-efficiency.
- Menjaga citra bisnis industri yang selama ini sering dikaitkan secara negatif dengan
pencemaran lingkungan.
62
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Semantara itu, manfaat Sertifikat atau Penerapan ISO 14001 itu sendiri bagi lingkungan
adalah sebagai berikut :
- Berkurangnya pencemaran lingkungan melalui penurunan penggunaan bahan-bahan kimia
berbahaya.
- Pengurangan limbah berbahaya dan dapat mengurangi gangguan sosial yang berasal
keberadaan industri itu sendiri misalnya, mengurangi kebisingan, polusi air, polusi udara,
kemacetan, dan social responsibility.

Gambar III.1 Sejarah Perkembangan Sertifikasi ISO 14001


(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

Edisi pertama dari ISO 14001 keluar perdana pada tahun 1996, kemudian delapan tahun
berlalu keluar edisi tahun 2004, dan kini yang terbaru dan sedang digunakan adalah edisi
tahun 2015 dengan nama lengkap ISO14001:2015. Fokus utama yang membedakan antara
edisi 2004 dan 2015 adalah pada edisi tahun 2004 pembenahan organisasi menjadi fokus
utamanya guna meningkatkan performa suatu perusahaan atau industri dalam manajemen
lingkungannya.

63
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Sedangkan pada edisi tahun 2015 fokus utamanya adalah pada tiga hal yaitu proses di hulu,
aspek organisasi, dan juga proses di hilir yang harapannya ketiga hal tersebut dapat
ditingkatkan performanya guna dapat menghasilkan sistem manajemen lingkungan yang
semakin baik. Kemudian pada edisi tahun 2004 hanya terdapat empat klausal yang ditinjau
sedangkan pada tahun 2015 terdapat 10 klausal yang ditinjau. Perbedaan klausul antar edisi
2004 dan 2015 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel III.1 Perbedaan Klausal antar ISO 14001 Edisi Tahun 2004 dan 2015

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

3.1.2 ISO 14001 : 2015

ISO 14001:2015 merupakan edisi atau seri terbaru dari dokumen ISO 14001 itu sendiri dan
merupakan satu dari tiga dokumen Sistem Manajemen Terpadu (SMT) yang kini sedang
digunakan oleh perusahaan atau industri pada umumnya termasuk didalamnya PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Sistem manajemen lingkungan ISO
14001:2015 menetapkan persyaratan sistem manajemen lingkungan untuk memungkinkan
64
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
badan atau organisasi mengembangkan dan menerapkan kebijakan dan tujuan yang
memperhitungkan persyaratan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang
diikuti organisasi dan informasi mengenai aspek lingkungan penting. Standar ini berlaku
untuk aspek lingkungan yang diidentifikasi oleh organisasi sebagai aspek yang dapat
dikendalikan dan aspek yang dapat dipengaruhi. Standar ini berlaku untuk organisasi
apapun yang bermaksud untuk (SNI, 2005):

1. Menetapkan, menerapkan, memelihara dan meningkatkan sistem manajemen lingkungan;


2. Memastikan kesesuaian organisasi dengan kebijakan lingkungannya;
3. Menunjukkan kesesuaian dengan standar ini melalui:
- Melakukan penetapan sendiri (self-determining) dan swa-deklarasi (self-
declaration); atau
- Memperoleh konfirmasi kesesuaian dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
organisasi tersebut, seperti pelanggan; atau
- Memperoleh konfirmasi terhadap swa-deklarasi dari pihak eksternal; atau
- Memperoleh sertifikasi/registrasi untuk sistem manajemen lingkungannya dari
organisasi lain.
Cakupan penerapan standar ini tergantung pada faktor-faktor seperti kebijakan lingkungan
organisasi, sifat kegiatan, produk dan jasa serta lokasi dan kondisi organisasi.
Penggunaan proses, praktik, teknik, material, produk, jasa, atau energi untuk menghindari,
mengurangi atau mengendalikan (secara terpisah atau kombinasi) penciptaan emisi atau
pengeluaran segala bentuk pencemar atau limbah, dalam rangka untuk mengurangi dampak
lingkungan yang buruk merupakan goals dari Environmental Management System atau
Sistem Manajemen Lingkungan berlandaskan ISO 14001:2015 pada umumnya.
Pencegahan pencemaran mencakup reduksi atau eliminasi sumberdaya, perubahan proses,
produk atau jasa, penggunaan sumberdaya secara efisien, substitusi material dan energi,
reuse, recocery, recycle, reklamasi, dan juga treatment.
Fungsi EMS atau ISO 14001:2015 adalah :
 Meningkatkan hubungan antara lingkungan dan prioritas bisnis.
 Peningkatan transparasi dan akuntabilitas dalam pengelolaan lingkungan.
 Menggarisbawahi kontribusi positif dari standar sistem manajemen lingkungan.

65
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
 Klarifikasi persyaratan untuk peningkatan kinerja lingkungan.
 Penguatan hubungan antara pengelolaan lingkungan dan bisnis inti pada tingkat
strategis.
 Memudahkan implementasi ISO 14001, terutama di perusahaan-perusahaan kecil
dan menengah.
 Menyoroti konsep Life Cycle Assemssments (LCA) dan mempertimbangkan rantai
(Value Chain) pada saat identifikasi dan penilaian aspek dampak lingkungan dari
produk.
 Menampung persyaratan berkaitan dengan komunikasi eksternal.

Standar Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang dikeluarkan oleh ISO:2015


menerapkan siklus PLAN – DO – CHECK – ACTION (PDCA) dan peningkatan
berkelanjutan. Dalam hal pencapaian terjadap tujuan yang telah ditetapkan dan
peningkatan yang berkesinambungan. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut (ISO,
2015) :

 Plan (P): Penetapan tujuan, dan proses yang dapat mencapai tujuan tersebut, selaras
dengan kebijakan lingkungan yang ditetapkan oleh organisasi.
 Do (D): Pelaksanaan proses yang direncanakan
 Check I: Pemantauan dan pengukuran hasil berdasarkan kebijakan lingkungan,
termasuk komitmen, tujuan, dan kriteria, dan pelaporannya.
 Act (A): Tindakan konsekuen yang dilakukan untuk memastikan perbaikan terus-
menerus.

66
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar III.2 Keterkaitan ISO 14001:2015 dengan Siklus PDCA


(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

3.1.3 Ruang Lingkup ISO 14001:2015

Standar Internasional ini menetapkan persyaratan untuk sistem manajemen lingkungan


yang dapat digunakan suatu organisasi untuk meningkatkan kinerja lingkungannya.
Standar Internasional ini dimaksudkan untuk digunakan oleh suatu organisasi yang
mencari cara untuk mengatur tanggung jawab lingkungannya secara sistematis yang
berkontribusi terhadap keberlanjutan pilar lingkungan.

Standar Internasional ini membantu organisasi untuk mencapai hasil yang diinginkan dari
sistem manajemen lingkungannya, yang menyediakan nilai untuk lingkungan, organisasi
itu sendiri dan pihak berkepentingan. Sejalan dengan kebijakan lingkungan, hasil yang
diinginkan dari sistem manajemen lingkungan termasuk :

- Peningkatan kinerja lingkungan


- Pemenuhan terhadap kepatuhan kewajiban
67
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Pencapaian sasaran lingkungan

Standar Internasional ini dapat diterapkan kepada organisasi apapun, tanpa meperhatikan
ukuran, jenis, sifat dasar, dan berlaku untuk aspek lingkungan dari aktifitas, produk dan
jasanya yang ditetapkan oleh organisasi, baik itu dapat dikendalikan atau dipengaruhi,
dengan mempertimbangkan perspektif siklus kehidupan. Standar Internasional ini dapat
digunakan dalam peningkatan sistem manajemen lingkungan secara keseluruhan maupun
sebagian. Klaim kesesuaian terhadap standar internasional ini bagaimanapun tidak dapat
diterima kecuali seluruh persyaratannya dimasukkan kedalam sistem manajemen
lingkungan suatu organisasi tanpa kecuali.

3.1.4 Referensi Baku

Tidak ada Referensi Baku.

3.1.5 Istilah dan Definisi

Untuk tujuan dokumen ini, istilah dan definisi berikut berlaku.

3.1.5.1 Organisasi dan Kepemimpinan

3.1.5.1.1 Sistem Manajemen

Seperangkat elemen dari suatu organisasi yang saling berhubungan dan berinteraksi untuk
menetapkan kebijakan dan sasaran dan proses untuk mencapai sasaran tersebut.

Catatan 1 : Sebuah sistem manajemen dapat mencakup sebuah bidang atau beberapa bidang
(sebagai contoh mutu, lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, energi, dan
manajemen keuangan)

Catatan 2 : Elemen sistem termasuk struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, rencana
dan operasi, evaluasi kinerja dan peningkatan.

Catatan 3 : Ruang lingkup sistem manajemen dapat termasuk keseluruhan organisasi,


fungsi organisasi tertentu dan spesifik, bagian organisasi tertentu dan spesifik atau satu
atau lebih fungsi antar grup dari suatu organisasi.

68
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.5.1.2 Sistem Manajemen Lingkungan

Bagian dari sistem manajemen yang digunakan untuk mengatur aspek lingkungan,
pemenuhan kepatuhan kewajiban dan mengatasi resiko dan peluang.

3.1.5.1.3 Kebijakan Lingkungan

Perhatian dan arahan organisasi yang berkaitan dengan kinerja lingkungan seperti yang
diungkapkan oleh top management.

3.1.5.1.4 Organisasi

Personel atau grup orang yang memiliki fungsinya sendiri dengan tanggung jawab,
wewenang dan hubungan untuk mencapai tujuannya.

Catatan 1 : Konsep organisasi termasuk tapi tidak terbatas pada pedagang tunggal,
perusahaan, korporasi, firma, enterprise, wewenang, rekanan, amal atau institusi, atau
bagian atau kombinasi atau penggabungan atau bukan, public atau privat.

3.1.5.1.5 Top Management

Personel atau grup dari orang yang mengarahkan dan mengendalikan sebuah organisasi
pada level tertinggi.

Catatan 1 : Top Management memiliki kekuatan untuk mendelegasikan kewenangan dan


menyediakan sumber daya organisasi.

Catatan 2 : Jika lingkup sistem manajemen mencakup hanya sebagian organisasi, maka top
management mengacu pada mereka yang mengarahkan dan mengendalikan bagian
organisasi tersebut.

3.1.5.1.6 Pihak Berkepentingan

Perseorangan atau organisasi yang dapat mempengaruhi, dipengaruhi atau


mempersepsikan dirinya bisa dipengaruhi oleh keputusan atau aktifitas. Contoh :
Pelanggan, komunitas, pemasok, pemerintah, organisasi non-pemerintah, investor dan
karyawan.

69
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.5.2 Istilah Terkait dengan Perencanaan

3.1.5.2.1 Lingkungan

Sekitar tempat suatu organisasi beroperasi, termasuk udara, air, tanah, dan sumber daya
alam, tumbuhan, hewan, manusia, dan hubungan di dalamnya.

Catatan 1 : Lingkungan sekitar dapat dierluas dari dalam organisasi ke sistem lokal,
regional, dan global.

Catatan 2 : Lingkungan sekitar dapat digambarkan dalam konteks biodiversitas, ekosistem,


iklim dan karakteristik lain.

3.1.5.2.2 Aspek Lingkungan

Elemen dari aktivitas organisasi atau produk atau jasa yang berinteraksi atau dapat
berinteraksi dengan lingkungan.

Catatan 1 : Aspek lingkungan dapat menyebabkan dampak lingkungan. Aspek lingkungan


signifikan adalah sesuatu yang memiliki atau dapat memiliki satu atau lebih dampak
lingkungan yang signifikan.

Catatan 2 : Aspek Lingkungan signifikan ditentukan oleh organisasi yang mengaplikasikan


satu atau lebih kriteria.

3.1.5.2.3 Kondisi Lingkungan

Keadaan atau karakteristik lingkungan sebagaimana yang ditentukan pada poin tertentu.

3.1.5.2.4 Dampak Lingkungan

Perubahan terhadap lingkungan, apakah merugikan atau menguntungkan, seluruhnya atau


sebagian, yang dihasilkan dari aspek lingkungan dan organisasi.

3.1.5.2.5 Tujuan

Hasil yang ingin dicapai.

Catatan 1 : Suatu tujuan bisa strategis, taktis atau operasional.

70
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Catatan 2 : Tujuan berkaitan dengan perbedaan bidang (seperti tujuan keuangan, kesehatan
dan keselamatan dan lingkungan) dan dapat diaplikasikan pada level berbeda (seperti
strategis, organisasi, project, produk, jasa dan proses).

Catatan 3 : Suatu tujuan dapat dinyatakan dalam cara lain, misalnya sebagai hasil yang
diinginkan, maksud, kriteria operasional, sebagai tujuan lingkungan atau dengan
penggunaan kata lain dengan arti yang sama (misanya sasaran, tujuan atau target).

3.1.5.2.6 Sasaran Lingkungan

Sasaran yang ditetapkan oleh organisasi sejalan dengan kebijakan lingkungannya.

3.1.5.2.7 Pencegahan Polusi

Penggunaan proses, praktik, teknik, material, produk, jasa atau energi untuk menghindari,
mengurangi atau mengendalikan (secara terpisah atau kombinasi) terciptanya,
terpancarnya atau terlepasnya segala macam polutan atau sampah, untuk mengurangi
dampak buruk lingkungan.

Catatan 1 : Pencegahan polusi termasuk pengurangan atau penghilangan sumbernya,


perubahan proses, produk atau jasa, efisiensi penggunaan sumber daya, penggantian
material dan energi, penggunaan kembali, pemulihan, daur ulang, reklamasi, atau
perlakuan.

3.1.5.2.8 Persyaratan

Kebutuhan atau ekspektasi yang dinyatakan, secara umum tersirat atau diwajibkan.

Catatan 1 : “Secara umum tersirat” artinya bahwa itu kelaziman atau praktek umum untuk
organisasi dan pihak berkepentingan bahwa kebutuhan atau ekspektasi di bawah
pertimbangan adalah terirat.

Catatan 2 : Suatu persyaratan spesifik adalah yang dinyatakan, contohnya dalam informasi
terdokumentasi.

Catatan 3 : Persyaratan selain persyaratan hokum menjadi kewajiban ketika organisasi


memutuskan untuk memenuhinya.

71
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.5.2.9 Kewajiban Kepatuhan

Persyaratan hukum dan persyaratan yang lain. Persyaratan hukum yang harus dipenuhi
sebuah organisasi dan persyaratan lain yang harus atau dipilih organisasi untuk dipenuhi.

Catatan 1 : Kewajiban kepatuhan adalah yang terkait dengan sistem manajemen


lingkungan.

Catatan 2 : Kewajiban kepatuhan dapat timbul dari persyaratan wajib, seperti hukum yang
berlaku dan peraturan, atau komitmen sukarela, seperti standar organisatoris dan industri,
hubungan kontraktual, aturan praktik dan perjanjian dengan grup komunitas atau
organisasi non-pemerintah.

3.1.5.2.10 Resiko

Efek ketidakpastian.

Catatan 1 : Sebuah efek adalah deviasi dari yang diharapkan, positif atau negaif.

Catatan 2 : Ketidakpastian adalah keadaan, walaupun parsial atau kekurangan informasi


terkait dengan pengertian atau pengetahuan dari sebuah peristiwa, konsekuensinya, atau
kemungkinannya.

Catatan 3 : Resiko sering ditandai dengan referensi untuk “peristiwa” potensial (seperti
didefinisikan dalam ISO Guide 73:2009) dan “konsekuensi” (seperti didefinisikan dalam
ISO Guide 73:2009), atau kombinasi keduanya.

Catatan 4 : Resiko sering dinyatakan dalam istilah dari sebuah kombinasi antara
konsekuensi suatu peristiwa (termasuk perubahan dalam situasi) dengan “kemungkinan”
terkait (seperti didefinisikan dalam ISO Guide 73:2009) dari kejadian.

3.1.5.2.11 Resiko dan Peluang

Efek buruk potensial (mengancam) dan efek potensial menguntungkan (peluang).

72
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.5.3 Istilah Terkait dengan Penunjang dan Operasi

3.1.5.3.1 Kompetensi

Kemampuan untuk menerapkan pengetahuan, dan keterampilan untuk mencapai hasil yang
diinginkan.

3.1.5.3.2 Informasi Terdokumentasi

Informasi yang diperlukan untuk dikendalikan dan dipelihara oleh suatu organisasi dan
media dimana terdapat informasi tersebut.

Catatan 1 : Informasi terdokumentasi dapat dalam bentuk dan media apapun, dan dari
sumber manapun.

Catatan 2 : Informasi terdokumentasi dapat mengacu pada :

- Sistem manajemen lingkungan termasuk proses terkait

- Informasi yang dibuat untuk organisasi agar beroperasi (dapat mengacu sebagai
dokumentasi)

- Bukti dari hasil yang dicapai (dapat mengacu sebagai records/rekaman).

3.1.5.3.3 Siklus Kehidupan

Tahapan sistem produk (atau jasa) yang berurutan dan saling terkait, dari mulai perolehan
bahan mentah atau pembangkitan dari sumber alam sampai pembuangan akhir.

Catatan 1 : Tahapan siklus kehidupan termasuk perolehan bahan mentah, desain, produksi,
transportasi/pengiriman, penggunaan, perlakuan akhir dan pembuangan akhir.

3.1.5.3.4 Outsources

Membuat pengaturan dimana organisasi eksternal melakukan bagian dari fungsi atau
proses dari organisasi.

Catatan 1 : Sebuah organisasi eksternal adalah diluar lingkup dari manajemen sistem,
walaupun fungsi atau proses diluar ada dalam lingkup.

73
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.5.3.5 Proses

Seperangkat aktifitas yang saling terkait atau berinteraksi yang mengubah input menjadi
output.

Catatan 1 : Sebuah proses bisa terdokumentasi ataupun tidak.

3.1.5.4 Istilah Terkait dengan Evaluasi Kinerja dan Peningkatan

3.1.5.4.1 Audit

Proses yang sistematis, independen, dan terdokumentasi untuk mengumpulkan bukti audit
dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit
terpenuhi.

Catatan 1 : Suatu internal audit dilakukan oleh organisasi sendiri, atau oleh pihak-pihak
luar atas namanya.

Catatan 2 : Sebuah audit dapat berarti audit kombinasi (mengkombinasikan dua atau lebih
bidang).

Catatan 3 : Independen dapat ditunjukkan dengan kebebasan dari tanggung jawab untuk
aktifitas yang diaudit atau kebebasan dari prasangka dan konflik kepentingan.

Catatan 4 : “Bukti audit” terdiri dari rekaman, pernyataan dari fakta atau informasi lain
yang terkait dengan kriteria audit dan dapat diversifikasi, dan “kriteria audit” adalah
seperangkat kebijakan, prosedur dan persyaratan yang digunakan sebagai referensi
terhadap bukti audit yang dibandingkan, sebagaimana yang didefinisikan dalam ISO
19011:2011

3.1.5.4.2 Kesesuaian

Pemenuhan persyaratan.

3.1.5.4.3 Ketidaksesuaian

Tidak terpenuhinya persyaratan.


74
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Catatan 1 : Ketidaksesuaian terkait dengan persyaratan dalam standar internasional ini dan
persyaratan sistem manajemen lingkungan yang ditetapkan organisasi sendiri.

3.1.5.4.4 Tindakan Perbaikan

Tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian dan untuk mencegah timbul


kembali.

Catatan 1 : Bisa saja terdapat lebih dari satu penyebab ketidaksesuaian.

3.1.5.4.5 Perbaikan Berkelanjutan

Aktifitas berulang untuk meningkatkan kinerja.

Catatan 1 : Peningkatan kinerja terkait dengan penggunaan sistem manajemen lingkungan


untuk meningkatkan kinerja lingkungan sejalan dengan kebijakan lingkungan organisasi.

Catatan 2 : Aktifitas yang diperlukan tidak terjadi di semua area secara bersamaan atau
tanpa interupsi.

3.1.5.4.6 Efektifitas

Jangkauan dimana aktifitas yang direncanakan terealisasi dan hasil yang direncanakan
tercapai.

3.1.5.4.7 Indikator

Gambaran terukur dari kondisi atau status operasi, manajemen atau kondisi (Sumber : ISO
14031:2013)

3.5.1.4.8 Pemantauan

Menentukan status dari sistem, baik proses ataupun aktifitas.

Catatan 1 : Untuk menentukan status, mungkin diperlukan untuk mengecek, mensupervisi


atau mengamati dengan kritis.

75
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.5.4.9 Pengukuran

Proses untuk menentukan suatu nilai.

3.1.5.4.10 Kinerja

Hasil yang terukur.

Catatan 1 : Kinerja dapat terkait baik dengan temuan-temuan kuantitatif maupun kualitatif.

Catatan 2 : Kinerja dapat terkait dengan aktifitas manajemen, proses, produk (termasuk
jasa), sistem atau organisasi.

3.1.5.4.11 Kinerja Lingkungan

Kinerja terkait dengan manajemen aspek lingkungan.\

Catatan 1 : Untuk sistem manajemen lingkungan, hasil dapat diukur terhadap kebijakan
lingkungan, organisasi, sasaran lingkungan atau kriteria lain, menggunakan indikator.

3.1.6 Konteks Organisasi

3.1.6.1 Pemahaman Organisasi dan Konteksnya

Organisasi harus menentukan eksternal dan internal isu yang terkait dengan tujuannya dan
yang mempengaruhi kemampuannya untuk mencapai hasil yang diinginkan dari sistem
manajemen lingkungannya. Isu tersebut harus termasuk kondisi lingkungan yang
terpengaruh oleh atau mampu mempengaruhi organisasi.

3.1.6.2 Pemahaman Kebutuhan dan Harapan Pihak Berkepentingan

Organisasi harus menetapkan :

- Pihak berkepentingan yang terkait dengan sistem manajemen lingkungan


- Kebutuhan dan harapan terkait (yaitu persyaratan) dari pihak berkepentingan tersebut.
- Yang mana dari kebutuhan dan ekspektasi ini yang menjadi kewajiban kepatuhannya.

76
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.6.3 Menentukan Lingkup dari Sistem Manajemen Lingkungan

Organisasi harus menentukan batasan dan pemberlakuan dari sistem manajemen


lingkungan untuk menetapkan lingkupnya.

Ketika menentukan lingkup ini, organisasi harus mempertimbangkan :

- Isu eksternal dan internal mengacu pada pemahaman organisasi dan konteksnya.
- Pemenuhan kewajiban mengacu pada pemahaman kebutuhan dan harapan pihak
berkepentingan.
- Batasan dari unit organisasinya, fungsi dan fisiknya.
- Otoritas dan penggunaannya untuk melakukan kendali dan pengaruh.

Setelah lingkupnya ditentukan, semua aktifitas, produk dan jasa dari organisasi dalam
lingkup tersebut perlu dimasukkan ke dalam sistem manajemen lingkungan.

Lingkup harus dipelihara sebagai informasi terdokumentasi dan tersedia untuk pihak
berkepentingan.

3.1.6.4 Sistem Manajemen Lingkungan

Untuk mencapai hasil yang diinginkan, termasuk peningkatan kinerja lingkungannya,


organisasi harus menetapkan, mengimplementasikan, memelihara dan terus meningkatkan
sistem manajemen lingkungan, termasuk proses yang diperlukan dan interaksinya, sesuai
dengan persyaratan dari standar internasional ini.

Organisasi harus mempertimbangkan pengetahuan yang didapatkan dalam pemahaman


organisasi dan konteksnya serta pemahaman kebutuhan dan harapan pihak berkepentingan
ketika mempertimbangkan dan memelihara sistem manajemen lingkungan.

3.1.7 Kepemimpinan

3.1.7.1 Kepemimpinan dan Komitmen

Top manajemen harus memperlihatkan kepemimpinan dan komitmennya terkait dengan


sistem manajemen lingkungan, dengan :

77
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Mengambil peran untuk efektifitas dari sistem manajemen lingkungan.
- Memastikan bahwa kebijakan lingkungan dan sasaran lingkungan ditetapkan dan sesuai
dengan arah strategis dan konteks organisasi.
- Memastikan integrase persyaratan sistem manajemen lingkungan ke dalam bisnis proses
organisasi.
- Memastikan sumber daya yang dibutuhkan untuk sistem manajemen lingkungan tersedia.
- Mengkomunikasikan pentingnya manajemen lingkungan yang efektif dan sesuai dengan
persyaratan sistem manajemen lingkungan).
- Memastikan bahwa sistem manajemen lingkungan mencapai hasil yang diinginkan.
- Mengarahkan dan mendukung personel untuk berkontribusi terhadap efektifitas sistem
manajemen lingkungan.
- Mendorong peningkatan berkelanjutan.
- Mendukung peran manajemen yang lain untuk menunjukkan kepemimpinannya
sebagaimana yang berlaku terhadap area tanggung jawab mereka.

Catatan : Referensi untuk “bisnis” dalam standar internasional ini dapat diinterpretasikan
secara luas menjadi aktifitas yang utama terhadap tujuan eksistensi organisasi.

3.1.7.2 Kebijakan Lingkungan

Top manajemen harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara kebijakan lingkungan


yang dalam lingkup yang sudah ditentukan dari sistem manajemen lingkungannya :

- Sesuai dengan tujuan dan konteks organisasi, termasuk sifat, skala, dan dampak lingkungan
dari aktifitasnya, produknya, dan jasanya.
- Menyediakan rangka untuk menetapkan sasaran lingkungan.
- Memasukkan komitmen untuk perlindungan lingkungan, termasuk pencegahan polusi dan
komitmen spesifik lainnya terkait dengan konteks organisasi.

Catatan : Komitmen spesifik lainnya untuk melindungi lingkungan dapat termasuk


penggunaan sumberdaya berkelanjutan, mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim,
dan perlindungan biodiversity dan ekosistem.

- Memasukkan komitmen untuk memenuhi kewajiban.


78
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Memasukkan komitmen untuk perbaikan berkelanjutan dari sistem manajemen lingkungan
untuk meningkatkan kinerja lingkungan.

Kebijakan lingkungan harus :

- Dipelihara sebagai informasi terdokumentasi.


- Dikomunikasikan dalam organisasi.
- Tersedia untuk pihak berkepentingan.

3.1.7.3 Peran, Tanggungjawab, dan Wewenang Organisasi

Top manajemen harus memastikan bahwa tanggung jawab dan otoritas untuk peran terkait
ditugaskan dan dikomunikasikan dalam organisasi.

Top manajemen harus menugaskan tanggung jawab dan otoritas untuk :

- Memastikan bahwa sistem manajemen lingkungan sesuai dengan persyaratan dari standar
internasional ini.
- Melaporkan kinerja sistem manajemen lingkungan, termasuk kinerja lingkungan, kepada
top manajemen.

3.1.8 Perencanaan

3.1.8.1 Tindakan untuk Mengatasi Resiko dan Peluang

3.1.8.1.1 Umum

Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara proses yang diperlukan untuk
memenuhi persyaratan. Ketika merencanakan sistem manajemen lingkungan, organisasi
harus mempertimbangkan :

- Isu mengacu pada pemahaman organisasi dan konteksnya.


- Persyaratan mengacu pada pemahaman kebutuhan dan harapan pihak yang
berkepentingan.
- Lingkup sistem manajemen lingkungannya.

79
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Dan menentukan resiko dan peluang, terkait dengan aspek lingkungan, pemenuhan
kewajiban dan isu dan persyaratan lain, yang diidentifikasi pada pemahaman organisasi
dan konteksnya serta pemahaman kebutuhan dan harapan pihak yang berkepentingan, yang
perlu ditujukan untuk :

- Memberikan jaminan bahwa sistem manajemen lingkungan yang dapat mencapai hasil
yang diinginkan.
- Mencegah atau mengurangi efek yang tidak diinginkan, termasuk kondisi eksternal untuk
mempengaruhi organisasi.
- Mencapai peningkatan berkelanjutan.

Dalam lingkup sistem manajemen lingkungan, organisasi harus menentukan situasi darurat
potensial, termasuk yang memiliki dampak lingkungan.

Organisasi harus memelihara informasi terdokumentasi dari :

- Resiko dan peluang yang perlu diatasi.


- Proses yang diperlukan dalam perencanaan sejauh yang diperlukan untuk membuktikan
bahwa mereka dilakukan seperti yang direncanakan.

3.1.8.1.2 Aspek Lingkungan

Dalam lingkip sistem manajemen lingkungan yang sudah ditentukan, organisasi harus
menentukan aspek lingkungan dari aktifitas, produk, dan jasanya yang dapat dikendalikan dan
yang dapat mempengaruhi dan dampak lingkungan yang menyertainya, dengan
mempertimbangkan perspektif siklus kehidupan.

Ketika menentukan aspek lingkungan, organisasi harus memperhitungkan :

- Perubahan, baik yang terencana ataupun pengembangan baru, dan aktifitas, produk dan
jasa yang baru atau modifikasi.
- Kondisi abnormal dan situasi darurat mendatang yang masuk akal.

Organisasi harus menentukan aspek-aspek tersebut yang memiliki atau dapat memiliki
dampak lingkungan signifikan, misalnya aspek lingkungan signifikan, dengan menetapkan
kriteria.
80
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Organisasi harus mengkomunikasikan aspek lingkungan signifikannya diantara diantara
level dan fungsi organisasi yang bervariasi, dengan selayaknya.

Organisasi harus memelihara informasi terdokumentasi dari :

- Aspek lingkungan dan dampak lingkungan yang menyertainya.


- Kriteria yang digunakan untuk menetapkan aspek lingkungan yang signifikan.
- Aspek lingkungan signifikan.

Catatan : Aspek lingkungan signifikan dapat menghasilkan resiko dan peluang yang
disertai dengan dampak lingkungan yang merugikan (mengancam) ataupun dampak lingkungan
yang menguntungkan (peluang).

3.1.8.1.3 Pemenuhan Kewajiban

Organisasi harus :

- Menentukan dan memiliki akses terhadap pemenuhan kewajiban terkait dengan aspek
lingkungan.
- Menentukan bagaimana pemenuhan kewajiban ini berlaku pada organisasi.
- Memperhitungkan pemenuhan kewajiban ini ketika menetapkan, menerapkan, memelihara
dan meningkatkan secara berkelanjutan sistem manajemen lingkungannya.

Organisasi harus memelihara informasi terdokumentasi dari pemenuhan kewajibannya.

Catatan : Pemenuhan kewajiban dapat menghasilkan resiko dan peluang untuk organisasi.

3.1.8.1.4 Perencanaan Tindakan

Organisasi harus merencanakan :

 Untuk mengambil tindakan untuk mengatasi :


- Aspek lingkungan yang signifikan
- Pemenuhan kewajiban
- Resiko dan peluang yang teridentifikasi
 Bagaimana untuk :

81
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Mengintegrasikan dan menerapkan tindakan ke dalam sistem manajemen
lingkungan atau bisnis proses lain
- Mengevaluasi efektifitas dari tindakan

Ketika merencanakan tindakan ini, organisasi harus mempertimbangkan pilihan teknologi


dan keuangannya, operasionalnya dan persyaratan bisnisnya.

3.1.8.2 Sasaran Lingkungan dan Rencana untuk Mencapainya

3.1.8.2.1 Sasaran Lingkungan

Organisasi harus menetapkan sasaran lingkungan pada fungsi dan level yang relevan
dengan memperhitungkan aspek lingkungan yang signifikan suatu organisasi dan pemenuhan
kewajiban terkait dan mempertimbangkan resiko dan peluangnya.

Sasaran lingkungan harus :

- Konsisten dengan kebijakan lingkungan


- Terukur (jika bisa diterapkan)
- Dipantau
- Dikomunikasikan
- Diperbaharui sewajarnya

Organisasi harus memelihara informasi terdokumentasi atas sasaran mutu.

3.1.8.2.2 Rencana Tindakan untuk Mencapai Sasaran Lingkungannya

Ketika merencanakan bagaimana mencapai sasaran lingkungannya, organisasi harus


menentukan :

- Apa yang akan dilakukan


- Sumber daya apa yang diperlukan
- Siapa yang bertangung jawab
- Kapan akan selesai
- Bagaimana hasilnya dievaluasi, termasuk indikator untuk memantau kemajuan menuju
perolehan sasaran lingkungan terukurnya
82
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Organisasi harus mempertimbangkan bagaimana tindakan untuk mencapai sasaran
lingkungannya dapat digabungkan ke dalam bisnis proses organisasi.

3.1.9 Pendukung

3.1.9.1 Sumberdaya

Organisasi harus menentukan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk
penetapan, penerapan, pemeliharaan, dan perbaikan berkelanjutan dari sistem manajemen
lingkungannya.

3.1.9.2 Kompetensi

Organisasi harus :

- Menentukan kompetensi yang diperlukan dari orang yang melakukan pekerjaan di bawah
kendalinya yang mempengaruhi kinerja lingkungannya dan kemampuannya memenuhi
pemenuhan kewajibannya.
- Memastikan personel ini kompeten dengan dasar pendidikan, pelatihan atau pengalaman
yang sesuai.
- Menentukan pelatihan yang diperlukan yang terkait dengan aspek lingkugnan dan sistem
manajemen lingkungannya.
- Jika diperlukan, ambil tindakan untuk memperoleh kompetensi yang diperlukan dan
mengevaluasi efektifitas dari tindakan yang diambil.

Catatan : Tindakan yang berlaku dapat termasuk, misalnya penugasan kembali karyawan
saat ini, atau mempekerjakan atau mengontrak personel yang kompeten.

Organisasi harus menyimpan informasi terdokumentasi yang layak sebagai bukti


kompetensi.

3.1.9.3 Kesadaran

Organisasi harus memastikan bahwa orang yang melakukan pekerjaan dibawah kendali
organisasi, sadar terhadap :

- Kebijakan lingkungan.
83
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Aspek lingkungan signifikan dan dampak lingkungan sebenarnya atau potensial terkait
dengan pekerjaannya.
- Kontribusinya terhadap efektivitas dari sistem manajemen lingkungan, termasuk
keuntungan dari peningkatan kinerja lingkungan.
- Akibat dari ketidaksesuaian dengan sistem manajemen lingkungan, termasuk tidak
terpenuhinya pemenuhan kewajiban organisasi.

3.1.9.4 Komunikasi

3.1.9.4.1 Umum

Organisasi harus menetapkan, menerapkan, memelihara proses yang diperlukan untuk


komunikasi eksternal dan internal yang relevan terhadap sistem manajemen lingkungan, termasuk:

- Apa yang akan dikomunikasikan


- Kapan dikomunikasikan
- Dengan siapa dikomunikasikan
- Bagaimana mengkomunikasikannya

Ketika menetapkan proses komunikasinya organisasi harus :

- Memperhitungkan pemenuhan kewajibannya


- Memastikan bahwa informasi lingkungan yang dikomunikasikan sesuai dengan informasi
di dalam sistem manajemen lingkungannya dan terpercaya.

Organisasi harus merespon terhadap komunikasi yang relevan atas sistem manajemen
lingkungannya.

Organisasi harus menyimpan informasi terdokumentasi sebagai bukti dari komunikasinya,


yang sesuai.

3.1.9.4.2 Komunikasi Internal

Organisasi harus :

84
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Mengkomunikasikan informasi yang relevan dengan sistem manajemen lingkungan secara
internal antar level dan fungsi organisasi, termasuk perubahan terhadap sistem manajemen
lingkungannya, yang sesuai.
- Memastikan proses komunikasinya memungkinkan personil yang melakukan pekerjaan
dibawah kendali organisasi, berkontribusi terhadap peningkatan berkelanjutan.

3.1.9.4.3 Komunikasi Eksternal

Organisasi harus mengkomunikasikan informasi yang relevan untuk sistem manajemen


lingkungan, sebagaimana yang ditetapkan oleh proses komunikasi organisasi dan sebagaimana
yang dipersyaratkan oleh pemenuhan kewajiban.

3.1.9.5 Informasi Terdokumentasi

3.1.9.5.1 Umum

Sistem manajemen lingkungan organisasi harus termasuk :

- Informasi terdokumentasi yang diperlukan oleh standar internasional ini.


- Informasi terdokumentasi yang ditentukan oleh organisasi diperlukan untuk efektifitas
sistem manajemen lingkungannya.

Catatan : Jangkauan informasi terdokumentasi untuk sistem manajemen lingkungan dapat


berbeda antara saru organisasi dengan lainnya, mengingat:

- Ukuran organisasi dan tipe aktifitas, proses, produk, dan jasanya.


- Kebutuhan untuk membuktikan pemenuhan kewajibannya.
- Kerumitan proses dan interaksinya.
- Kompetensi personil yang melakukan pekerjaan dibawah kendali organisasi.

3.1.9.5.2 Pembuatan dan Perubahan

Ketika membuat dan memperbaharui informasi terdokumentasi, organisasi harus


memastikan kelayakan :

- Identifikasi dan deskripsi (seperti judul, tanggal, pembuat, atau nomor referensi)

85
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Format (seperti Bahasa, versi software, grafik) dan media (seperti kertas, elektronik)
- Peninjauan dan persetujuan untuk kesesuaian dan kecukupan.

3.1.9.5.3 Pengendalian Informasi Terdokumentasi

Informasi terdokumentasi yang diperlukan oleh sistem manajemen lingkungan dan oleh
standar internasional ini harus dikendalikan untuk memastikan :

- Ketersediaannya dan kesesuaiannya untuk digunakan ketika diperlukan


- Cukup terlindung (seperti dari kehilangan kerahasiaan, penggunaan yang tidak sesuai atau
kehilangan integritas).

Untuk pengendalian informasi terdokumentasi organisasi harus mengatasi aktifitas berikut


sebagaimana berlaku :

- Distribusi, akses, pengambilan, dan penggunaan


- Penyimpanan dan penjagaan, termasuk dijaga keterbacaannya
- Pengendalian perubahan (seperti pengendalian versi)
- Penyimpanan dan disposisi

Informasi terdokumentasi dari luar yang ditentukan organisasi penting untuk perencanaan
dan operasional dari sistem manajemen lingkungan harus diidentifikasi, sewajarnya dan
dikendalikan.

Catatan : Akses dapat mempengaruhi keputusan mengenai perizinan untuk hanya melihat
informasi terdokumentasi atau izin dan wewenang untuk menampilkan dan merubah informasi
terdokumentasi.

3.1.10 Operasi

3.1.10.1 Perencanaan dan Pengendalian Operasional

Organisasi harus menetapkan, menerapkan , mengendalikan dan memelihara proses yang


diperlukan untuk memenuhi persyaratan sistem manajemen lingkungan dan untuk menerapkan
tindakan yang ditetapkan, dengan :
86
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Menetapkan kriteria operasional untuk proses
- Menerapkan kendali proses sesuai dengan kriteria operasi

Catatan : Kendali dapat termasuk kendali dan prosedur teknik. Kendali dapat diterapkan
mengikuti hierarki (seperti eliminasi, penggantian, administrative) dan dapat digunakan sendiri
ataupun dalam kombinasi.

Organisasi harus mengendalikan perubahan terencana dan meninjau konsekuensi dari


perubahan yang tidak diinginkan, mengambil tindakan untuk mengatasi efek merugikan,
sewajarnya.

Organisasi harus memastikan proses dari luar terkendali dan terpengaruh. Tipe dan
jangkauan pengendalian atau pengeruh untuk diaplikasikan terhadap proses harus ditetapkan
dalam sistem manajemen lingkungan.

Konsisten dengan perspektif siklus hidup, organisasi harus :

- Menetapkan kendali, sewajarnya, untuk memastikan bahwa persyaratan lingkungannya


diatasi pada proses perancangan dan pengembangan untuk produk dan jasa,
mempertimbangkan masing-masing tahap siklus hidup.
- Menentukan persyaratan lingkungannya untuk pemebelian produk dan jasa yang sesuai.
- Mengkomunikasikan persyaratan lingkungan relevan kepada penyedia dari luar, termasuk
kontraktor.
- Mempertimbangkan kebutuhan untuk menyediakan informasi mengenai dampak
lingkungan signifikan terkait dengan transportasi atau pengiriman, penggunaan,
penanganan akhir dan pembuangan akhir dari produk dan jasa.

Organisasi harus memelihara informasi terdokumentasi pada jangkauan yang diperlukan


untuk membuktikan proses dilakukan sesuai dengan rencana.

3.1.10.2 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara proses yang diperlukan untuk
mempersiapkan respon terhadap situasi darurat potensial yang diidentifikasi pada perencanaan
tindakan untuk mengatasi resiko dan peluang.

87
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Organisasi harus :

- Mempersiapkan respon dengan merencanakan tindakan untuk mencegah atau mengatasi


dampak lingkungan merugikan dari situasi darurat
- Respon terhadap situasi darurat yang sebenarnya
- Mengambil tindakan untuk mencegah atau mengatasi konsekuensi dari situasi darurat,
sesuai dengan besarnya kedaruratan dan dampak lingkungan potensial
- Menguji tindakan respon terencana ketika diperlukan
- Peninjauan secara periodic dan pembaharuan proses dan tindakan respon terencana,
terutama setelah timbulnya situasi darurat atau pengujian
- Menyediakan informasi relevan dan pelatihan terkait dengan kesiapan dan respon darurat,
yang sesuai, untuk pihak berkepentingan terkait, termasuk orang yang bekerja dibawah
kendalinya.
- Organisasi harus memelihara informasi terdokumentasi sejauh yang diperlukan untuk
mendapatkan bukti bahwa proses dilakukan seperti direncanakan.

3.1.11 Evaluasi Kinerja

3.1.11.1 Pemantauan, Pengukuran, dan Analisa

3.1.11.1.1 Umum

Organisasi harus mamantau, mengukur, menganalisa, dan mengevaluasi kinerja


lingkungannya.

Organisasi harus menetapkan :

- Apa yang diperlukan untuk dipantau dan dikur


- Metode untuk pemantauan, pengukuran, analisa dan evaluasi, sebagaimana berlaku, untuk
memastikan hasil yang sah

88
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Kriteria terhadap apa yang ingin dievaluasi organisasi dari kinerja lingkungannya, dan
indikator yang sesuai
- Ketika pemantauan dan pengukuran harus dilakukan
- Ketika hasil dari pemantauan dan pengukuran harus dianalisa dan dievaluasi

Organisasi harus memastikan bahwa alat pemantauan dan pengukuran terkalibrasi atau
terverifikasi digunakan dan dipelihara, selayaknya.

Organisasi harus mengevaluasi kinerja lingkungan dan efektifitas dari sistem manajemen
lingkungannya.

Organisasi harus mengkomunikasikan informasi kinerja lingkungannya yang relevan, baik


internal maupun eksternal, sebagaimana diidentifikasi dalam komunikasi prosesnya dan
sebagaimana dipersyaratkan oleh pemenuhan kewajibannya.

Organisasi harus menyimpan informasi terdokumentasi yang sesuai sebagai bukti dari hasil
pemantauan, pengukuran, analisa, dan evaluasi.

3.1.11.1.2 Evaluasi Pemenuhan atau Kepatuhan

Organisasi harus menetapkan, mengimplementasikan dan memelihara proses yang


diperlukan untuk mengevaluasi pemenuhan dari kepatuhan kewajibannya.

Organisasi harus :

- Menentukan frekuensi pemenuhan akan dievaluasi


- Evaluasi pemenuhan dan mengambil tindakan bila diperlukan
- Memelihara pengetahuan dan pemahaman dari status pemenuhannya

Organisasi harus menyimpan informasi terdokumentasi sebagai bukti dari hasil evaluasi.

3.1.11.2 Audit Internal

3.1.11.2.1 Umum

Organisasi harus mengadakan internal audit pada interval yang direncanakan untuk
menyediakan informasi apakah sistem manajemen lingkungannya sesuai dengan :

89
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
- Persyaratan organisasi sendiri untuk sistem manajemen lingkungannya
- Persyaratan dari standar internasional ini
- Diterapkan dan dipelihara secara efektif

3.1.11.2.2 Program Internal Audit

Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara program internal audit,


termasuk frekuensi, metode, tanggung jawab, merencanakan persyaratan dan melaporkan internal
auditnya. Ketika menetapkan program internal audit, organisasi harus mempertimbangkan
kepentingan lingkungan dari suatu proses, perubahan yang mempengaruhi organisasi dan hasil
dari audit sebelumnya, Organisasi harus :

- Mendefinisikan kriteria audit dan lingkup masing-masing audit


- Memilih auditor dan mengadakan audit untuk memastikan objektifitas dan
ketidakberpihakan proses audit
- Memastikan hasil dari audit dilaporkan pada manajemen terkait
- Organisasi menyimpan informasi terdokumentasi sebagai bukti penerapan program audit
dan hasil audit

3.1.11.3 Tinjauan Manajemen

Top manajemen harus meninjau sistem manajemen lingkungan, pada interval terencana,
untuk memastikan keberlanjutan kesesuaiannya, kecukupannya dan keefektifitasannya.

Tinjauan manajemen harus mempertimbangkan :

- Status tindakan dari tinjauan manajemen sebelumnya


 Perubahan dalam :
 Isu eksternal dan internal yang relevan dengan sistem manajemen
lingkungan
 Kebutuhan dan harapan dari pihak berkepentingan, termasuk pemenuhan
kewajiban
90
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
 Aspek lingkungan signifikan
 Resiko dan peluang
 Jangkauan sejauh mana sasaran lingkungan sudah tercapai
 Informasi atas kinerja lingkungan organisasi, termasuk kecenderungan dalam :
 Ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan
 Hasil pemantauan dan pengukuran
 Pemenuhan terhadap kewajiban kepatuhannya
 Hasil audit
 Kecukupan sumber daya
 Komunikasi relevan dari pihak berkepentingan, termasuk keluhan
 Peluang untuk peningkatan berkelanjutan

Output dari tinjauan manajemen harus termasuk :

 Kesimpulan dari keberlanjutan kecukupan kesesuaian dan efektifitas dari sistem


manajemen lingkungan
 Keputusan terkait dengan peluang peningkatan berkelanjutan
 Keputusan terkait dengan kebutuhan untuk perubahan sistem manajemen lingkungan,
termasuk sumber daya
 Tindakan, jika diperlukan, ketika sasaran lingkungan tidak tercapai
 Peluang untuk meningkatkan penggabungan sistem manajemen lingkungan dengan proses
bisnis lain, jika diperlukan
 Akibat dari arah strategis dari organisasi

Organisasi harus menyimpan informasi terdokumentasi sebagai bukti dari hasil tinjauan
manajemen.

3.1.12 Peningkatan

3.1.12.1 Umum

Organisasi harus menentukan peluang untuk peningkatan dan menerapkan tindakan yang
diperlukan untuk mencapai output yang diinginkan dari sistem manajemen lingkungannya.

91
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.1.12.2 Ketidaksesuaian dan Tindakan Perbaikan

Ketika ketidaksesuaian muncul, organisasi harus :

 Bereaksi terhadap ketidaksesuaian dan sebagaimana berlaku :


- Mengambil tindakan untuk mengendalikan dan memperbaikinya
- Mengatasi konsekuensinya, termasuk mengatasi dampak lingkungan yang
merugikan
- Mengevaluasi kebutuhan tindakan untuk menghilangkan penyebabnya, dengan
tujuan supaya tidak muncul kembali atau muncul dimanapun, dengan :
- Meninjau ketidaksesuaian
- Menentukan penyebab dari ketidaksesuaian
- Menentukan jika ketidaksesuaian yang serupa ada atau berpotensi muncul
- Menerapkan tindakan yang diperlukan
- Meninjau efektifitas dari tindakan perbaikan yang diambil
- Membuat perubahan terhadap sistem manajemen lingkungan, jika diperlukan

Tindakan perbaikan harus sesuai dengan pentingnya dampak dari ketidaksesuaian ditemui,
termasuk dampak lingkungan.

Organisasi harus menyimpan informasi terdokumentasi sebagai bukti dari :

- Sifat dari ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan yang diambil selanjutnya


- Hasil dari tindakan perbaikan

3.1.12.3 Peningkatan Berkelanjutan

Organisasi harus meningkatkan secara terus menerus kesesuaian, kecukupan dan efektifitas
dari sistem manajemen lingkungan untuk meningkatkan kinerja lingkungan.

3.2 Teknologi Bersih (Clean Technology)

Teknologi Bersih atau Produksi Bersih diperkenalkan oleh United Nations Environment
Programme (UNEP) pada tahun 1989 sebagai sebuah pendekatan yang baru dan inovatif untuk
mengelola lingkungan dan melakukan konservasi sumber daya alam. Tujuan awal dari program

92
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
produksi bersih yang diluncurkan oleh UNEP pada saat itu adalah untuk meningkatkan kesadaran
mengenai konsep produksi bersih dan mempromosikannya untuk diaplikasikan di berbagai
industri. Sejak saat itu, konsep produksi bersih menyebar secara luas dan dikenal sebagai win-win
strategy untuk memperbaiki performa industri sekaligus melindungi lingkungan.

Hadirnya pendekatan produksi bersih sebagai salah satu strategi pengelolaan lingkungan
tidak dapat dilepaskan dari pendekatan pengelolaan lingkungan yang telah diupayakan
sebelumnya. Pada awalnya, pengelolaan lingkungan didasarkan pada pendekatan kapasitas daya
dukung (Carrying Capacity Aprroach) akibat terbatasnya daya dukung alamiah untuk menetralisir
pencemaran yang semakin meningkat Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan
hidup untuk mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Pada awalnya, strategi
pengelolaan lingkungan didasarkan pada pendekatan daya dukung. Akibat terbatasnya daya
dukung lingkungan alamiah untuk menetralisir pencemaran yang semakin meningkat, maka upaya
mengatasi masalah pencemaran berkembang dengan apendekatan mengolah limbah yang
terbentuk (End of Pipe Treatment).

Pengelolaan limbah dengan pendekatan End Of Pipe adalah pengendalian pencemaran


yang paling sering dilaksanakan pada saat ini. Konsep ini merupakan konsep perintah dan
pengendalian (command and control) yang hanya meninjau pembebanan pada salah satu media,
yaitu udara, air, atau tanah, dan menyelesaikan satu masalah yang tertuju pada suatu kegiatan.

Teknologi Bersih atau Produksi Bersih merupakan tindakan efisiensi pemakaian bahan
baku, air dan energi dan juga pencegahan pencemaran. Pola pendekatan produksi bersih bersifat
preventif atau pencegahan timbulnya pencemar dengan memperhatikan sumber timbulan limbah,
mulai dari bahan baku, proses produksi, produk dan transportasi sampai ke konsumen, hingga
produk menjadi limbah. Selain itu, program ini bersifat proaktif yang diterapkan untuk
menyelaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan upaya perlindungan lingkungan, berbeda
dengan end of pipe treatment yang menggunakan pendekatan pengelolaan limbah yang
terbentuk.

93
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar III.3 Sejarah Perkembangan Strategi Pengelolaan Lingkungan


(Sumber : Produksi Bersih, ITB)

Teknologi Bersih atau Produksi Bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang
bersifat preventif dan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada setiap tahapan proses
produksi, produk, dan jasa sehingga meningkatkan eko efisiensi dan mengurangi terjadinya resiko
terhadap manusia dan lingkungan (UNEP). Produksi bersih mencakup upaya peningkatan efisiensi
dan efektifitas dalam pemakaian bahan baku, energi, dan sumber daya lainnya sehingga
mengurangi penggunaan bahan berbahaya dan beracun dan pada akhirnya mengurangi jumlah
serta toksisitas seluruh limbah dan emisi yang dikeluarkan sebelum meninggalkan proses.

Teknologi Bersih atau Produksi Bersih bertujuan untuk :

1. Mencegah dan meminimalkan terbentuknya limbah atau bahan pencemar lingkungan di


seluruh tahapan proses produksi sehingga dapat melindungi kelestarian lingkungan hidup
2. Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penunjang dan energi di seluruh
tahapan produksi sehingga dapat menekan biaya produksi, menghasilkan penghematan dan
meningkatkan daya saing.

Dengan demikian, penerapan teknologi bersih dapat memberikan keuntungan-keuntungan


diantaranya sebagai berikut :

1. Menurunkan biaya produksi, yang terdiri dari penghematan biaya bahan mentah,
pengelolaan limbah, dan biaya energi (listrik) yang digunakan.
94
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
2. Memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan dan meningkatkan produktivitas.
3. Meningkatkan efisiensi proses produksi, baik dari segi bahan baku, bahan bakar, dan
energi.
4. Mempermudah akses dari lembaga finansial untuk keperluan audit.
5. Memenuhi permintaan pasar.
6. Memperbaiki kualitas lingkungan dan memenuhi peraturan lingkungan.
7. Memperbaiki lingkungan kerja.
8. Meningkatkan persepsi masyarakat.

Akan tetapi, masih terdapat beberapa kerugian yang perlu dipertimbangkan pula dalam
penerapan produksi bersih, diantaranya :

1. Membutuhkan skala waktu yang lebih panjang, dengan kata lain, hasil dari penerapan
produksi bersih tidak dapat langsung dilihat atau dirasakan.
2. Prosedur yang dilaksanakan pada proses produksi menjadi lebih kompleks karena terdapat
tambahan-tambahan seperti pemilahan bahan baku yang akan masuk kedalam proses
produksi.
3. Konsep ini masih belum terlalu dikenali oleh pihak-pihak yang membuat peraturan, dalam
hal ini berarti adalah pemerintah

3.2.1 Strategi dan Konsep Pelaksanaan Teknologi Bersih

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) terdapat prinsip-prinsip pokok dalam strategi
teknologi atau produksi bersih, yaitu sebagai berikut (KLH,2012) :

1. Mengurangi dan meminimasi penggunaan bahan baku, air, dan pemakaian bahan baku
beracun dan berbahaya serta mereduksi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga
mencegah dan atau mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan
serta resikonya terhadap manusia.
2. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi, berlaku baik pada proses maupun produk
yang dihasilkan sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk.
3. Upaya produksi bersih ini tidak akan berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam
pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait baik pemerintah, masyarakat
95
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
maupun kalangan dunia usaha. Selain itu, perlu diterapkan pola manajemen di kalangan
industri maupun pemerintah yang telah mempertimbangkan aspek lingkungan.
4. Mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan, manajemen, dan prosedur standar operasi
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kegaitan-kegiatan tersebut tidak selalu
membutuhkan biaya investasi yang tinggi, kalaupun terjadi seringkali waktu yang
diperlukan untuk pengembalian modal investasi relatif singkat.
5. Pelaksanaan program produksi bersih ini lebih mengarah pada pengaturan diri sendiri (self
regulation) daripada pengaturan secara command and control. Jadi, pelaksanaan program
produks bersih ini tidak hanya mengandalkan peraturan pemerintah saja tetapi lebih
didasarkan kesadaran untuk merubah sikap dan tingkah laku.

Gambar III.4 Stratergi Penerapan Teknologi Bersih


(Sumber : Produksi Bersih, ITB)

Konsep teknologi bersih memiliki hierarki dimana daur ulang (recycle) harus dilakukan
langsung (in-pipe recycle). Penyelesaian masalah lingkungan lebih ditekankan pada sumber
pencemar sehingga limbah yang dihasilkan pada akhir proses produksi menjadi berkurang, atau
bahkan tidak ada sama sekali. Konsep ini meliputi pemanfaatan sumber alam secara efisien yang

96
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
berarti mengurangi limbah yang dihasilkan. Begitu juga dengan pencemaran dan pengurangan
resiko bagi kesehatan dan keselamatan manusia.

Konsep produksi bersih yang ditawarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
adalah prinsip 5R, yang terdiri atas :

 Re-think, suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan akan
beroperasi.
 Reuse, atau penggunaan kembali adalah suatu teknologi yang memungkinkan suatu limbah
dapat digunakan kembali tanpa mengalami perlakua fisik/kimia/biologi.
 Reduction, atau pengurangan limbah pada sumbernya adalah teknologi yang dapat
mengurangi atau mencegah timbulnya pencemaran di awal produksi.
 Recovery, adalah teknologi untuk memisahkan suatu bahan/energi dari suatu limbah untuk
kemudian dikembalikan kedalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan
fisik/kimia/biologi.
 Recycling, atau daur ulang adalah teknologi yang berfungsi untuk memanfaatkan limbah
dengan memprosesnya kembali ke proses semula yang dapat dicapai melalui perlakuan
fisik/kimia/biologi.

Selain itu, pendekatan produksi bersih juga mengembangkan konsep 6R dalam penanganan
limbah, yaitu sebagai berikut :

 Refine, memurnikan atau menghilangkan kontaminan dari bahan baku atau bahan
pembantu.
 Reduce, mengurangi kebutuhan bahan baku secara stoikiometri proses sehingga
mengurangi limbah.
 Reuse, pemakaian kembali bahan baku/pembantu proses untuk proses yang serupa.
 Recylce, pemakaian kembali bahan baku/pembantu dan hasil samping proses untuk proses
yang berbeda.
 Recovery, pengambilan kembali material yang masih memiliki nilai tambah.
 Retrieve to Energy, merubah material sisa proses menjadi sumber energi

97
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.2.2 Teknologi Bersih, Ekonomi, dan Permasalahannya

Produksi bersih yang terdiri dari pencegahan polusi dan strategi minimisasi limbah
bertujuan untuk mengatasi masalah lingkungan di sumbernya secara langsung dibandingkan
bertindak secara reaktif terhadap limbah yang telah terbentuk sehingga mengurangi biaya besar
yang dibutuhkan dalam pengolahan limbah.

Kebanyakan perusahaan masih melakukan upaya pengelolaan lingkungan dengan metode


pengendalian pencemaran lingkungan berupa pengoperasian Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL). Biaya yang diperlukan untuk investasi, operasi, dan perawatan suatu IPAL cukup tinggi.
Namun perusahaan menganggap biaya tersebut lebih rendah dibandingkan biaya yang dibutuhkan
untuk memulai produksi bersih di proses produksinya. Padahal terdapat biaya yang tersembunyi
dari limbah yang dihasilkan.

Gambar III.5 Hidden Cost Pengolahan Limbah


(Sumber : Produksi Bersih, ITB)

98
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Biaya yang sangat terasa dari hasil proses produksi berupa limbah diperuntukkan untuk
upaya pengolahan dan pembuangan. Biaya yang diperlukan termasuk biaya untuk waste handling,
transportasi, pembuangan, dan lain-lain. Biaya pengelolaan limbah dapat diibaratkan seperti
gunung es, hanya sebagian kecil saja biaya yang terlihat. Limbah yang dihasilkan dalam suatu
proses produksi merupakan indikator proses yang tidak efisien dan adanya kehilangan karena :

 Bahan baku hilang menjadi limbah


 Biaya buruh hilang percuma
 Penanganan limbah mahal
 Biaya penanganan limbah sering melebihi upah buruh

Jadi, limbah merupakan masalah ekonomi karenanya reduksi limbah memberikan


keuntungan yang kompetitif. Berikut beberapa hal yang perlu diperhitungkan dari limbah yang
dihasilkan :

 Sumber daya manusia


 Image perusahaan
 Non-compliance
 Liabilitas atau Pertanggungjawaban
 Sumber daya alam

Biaya-biaya yang disebutkan diatas dapat dikurangi ataupun dihindari melalui


implementasi produksi bersih secara baik dan benar yaitu dengan mengatasi masalah secara
langsung di sumber (proses produksi) dibandingkan efek yang dihasilkan (limbah).

Upaya penerapan teknologi atau produksi bersih yang dilakukan untuk mengurangi
ataupun menghindari biaya pengolahan limbah yang tersembunyi dengan cara berikut :

 Meningkatkan motivasi dan atau produktivitas kerja


 Meningkatkan image perusahaan
 Menghindari biaya regulatory compliance
 Mengurangi pertanggungjawaban secara hukum
 Pengurangan energi dan bahan mentah lebih efisien

99
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Selain itu, terdapat potensi keuntungan lain dari penerapan teknologi bersih diantaranya
adalah banyak pilihan dengan biaya rendah, memperluas jaringan pemasara, pengurangan pajak
atau hutang, serta meningkatkan daya saing. Produksi bersih juga memberikan manfaat finansial
kepada semua pihak terkait, yaiut perusahaan, institusi keuangan, dan lembaga pemerintahan.

Meski begitu, terdapat beberapa kendala yang timbul dalam penerapan produksi bersih
diantaranya adalah :

 Kendala Ekonomi  Hamabatan ekonomi akan timbul bila keuangan usaha merasa tidak
akan mendapat keuntungan dalam penerapan teknologi/produksi bersih. Sekecil apapun
penerapan produksi bersih, bila tidak menguntungkan bagi perusahaan, maka akan sulit
bagi manajemen untuk membuat keputusan tentang penerapan produksi bersih.
 Kendala Teknologi  Hambatan ini dapat muncul antara lain karena kurangnya informasi
produksi bersih, sistem baru yang tidak sesuai (malah menyebabkan gangguan), dan
fasilitas produksi ada kemungkinan sudah penuh sehingga tidak ada tempat lagi untuk
tambahan peralatan.
 Kendala Sumber Daya Manusia  Hambatan ini dapat muncul antara lain karena
kurangnya komitmen dari Top Manajemen, adanya keengganan untuk berubah baik secara
individu maupun organisasi, lemahnya komunikasi internal, pelaksanaan organisasi yang
kaku, birokrasi terutama pengumpulan data, kurangnya dokumentasi dan penyebaran
informasi, hingga kurangnya pelatihan kepada sumber daya manusia mengenai
teknologi/produksi bersih.

3.2.3 Kebijakan Nasional Teknologi Bersih

Pengembangan dan penetapan produksi bersih di Indonesia memiliki landasan perundang-


undangan di Indonesia , yaitu Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Pasal 10 e :
“Mengembangkan dan menerapkan perangkat yang bersifat preemtif, preventif, dan proaktif
dalam upaya pencegahan penurunan daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup.”
Perangkat pengelolaan lingkungan yang bersifat preemtif, preventif, dan proaktif antara lain adalah
produksi bersih yang telah dikembangkan oleh Bapedal sejak tahun 1993. Pengembangan dan
penerapan sistem manajemen lingkungan (SML) hingga sertifikasi eko-label.
100
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Pada tahun 1995, dicanangkan komitmen nasional penerapan produksi bersih. Kemudian,
pada tahun 1996, Bapdeal menyusun Rencana Aksi Penerapan Produksi Bersih. Tahun 2003, KLH
menerbitkan Kebijakan Nasional penerapan produksi bersih.

3.2.4 Assessment Teknologi Bersih

Assessment Teknologi Bersih atau Produksi Bersih adalah sebuah prosedur terencana yang
sistematis dan ditujukkan untuk mengidentifikasi cara-cara untuk mengeliminasi atau mengurangi
timbulan limbah. Assessment sebaiknya dapat mendorong upaya perusahaan untuk melakukan
upaya perbaikan lingkungan berkelanjutan dalam operasinya.

Gambar III.6 Grafik Metodologi Assessment Teknologi Bersih


(Sumber : Produksi Bersih, ITB)

101
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Metodologi Assessment Teknologi Bersih terdiri dari 5 tahap, yaitu :

1. Perencanaan dan Organisasi  Tujuan dari tahapan ini adalah untuk memperoleh
komiten terhadap proyek, memperkenalkan sistem, menempatkan sumber daya manusia
dan merencanakan detail pekerjaan. Sebuah proyek dapat terlaksana dengan baik jika
tahapan ini mampu dilaksanakan dengan baik.
2. Pre-Assessment  Tahapan ini bertujuan untuk memperoleh sebuah ulasan mengenai
produksi perusahaan dan aspek lingkungan. Proses produksi lebih baik digambarkan pada
sebuah diagram yang menunjukkan input, output, dan area permasalahan lingkungan.
3. Assessment  Tujuan dilakukannya assessment adalah untuk memperoleh data dan
mengevaluasi dampak lingkungan dan efisiensi produksi dari perusahaan. Data diperoleh
dari aktivitas manajemen yang dapat digunakan untuk memonitor dan mengontrol efisiensi
dari keseluruhan proses, tetapkan target dan perhitungkan indikator bulanan atau tahunan.
4. Evaluasi dan Studi Kelayakan  Tujuannya adalah untuk mengevaluasi kelayakan dari
penerapan produksi bersih sebelumnya dan memilih hal yang layak untuk dilaksanakan.
5. Penerapan dan Keberlanjutan  Tujuan dari tahapan ini adalah memastikan pilihan
yang telah diambil akan terlaksana dengan baik dan mampu mengurangi konsumsi serta
limbah yang dihasilkan dengan cara terus menerus diawasi.

Dari keseluruhan uraian diatas, penerapan teknologi bersih secara sederahan dapat
dijabarkan melalui beberapa tahapan sederhana. Tahapan-tahapan dalam melakukan assessment
yaitu :

1. Sumber informasi untuk gambaran umum


2. Pengumpulan dan pengkajian informasi
3. Deskripsi dan diagram alir proses
4. Daftar dan karakteristik bahan yang dipergunakan
5. Konstruksi neraca bahan
6. Identifikasi smber timbulan limbah dan proses yang menimbulkannya
7. Identifikasi lokasi atau proses yang paling potensial untuk menerapkan produksi bersih
8. Asessment di lapangan.

102
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.2.5 Pengeolaan dan Manajemen Energi

3.2.5.1 Manajemen Energi


Energi adalah suatu kemampuan dari suatu sistem untuk melakukan kerja pada sistem yang
lain. Energi adalah daya yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan meliputi
listrik, mekanik, dan panas. Sumber enegi adalah sebagian sumber daya alam antara lain berupa
minyak dan gas bumi, batubara, air, panas bumi, gambut, biomassa, dan sebagainya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat dimanfaatkan sebagai energi.

Penggunaan energi yang efektif dan efisien, sebagai langkah konservasi energi dikenal
sebagai manajemen energi. Manajemen energi adalah suatu aktifitas pengelolaan energi yang
berdisiplin, terorganisasi dan terstruktur menuju penggunaan energi yang lebih efisien, tanpa
mengurangi tingkat produksi , kualitas, serta ketentuan keselamatan dan pencemaran lingkungan.
Manajemen energi adalah kebijakan dan penggunaan energi yang efektif untuk memperoleh
keuntungna yang maksimum (biaya yang minimum) dan mempertinggi posisi yang kompetitif.

Manajemen energi penekanannya lebih mengacu kepada Dmeand Side Management


(DSM). DSM adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan yang dilakukan oleh
pengusaha untuk mempengaruhi pola konsumsi pelanggan tenaga listrik yang menyangkut dan
waktu penggunaannya tanpa merugikan pengusaha atau konsumen.

Secara umum, hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun suatu program
pengelolaan energi adalah mempertimbangkan beberapa aspek yaitu : perilaku dari pengguna
energi, teknologi peralatan yang digunakan, pemasangan atau instalasi peralatan dan manajemen
pemeliharaan peralatan. Secara teknis, penerapan manajemen energi akan berhasil bila didukung
dengan komitmen dari pimpinan karena dengan komitmen tersebut, proses pembuatan rencana
aksi, pengimplementasikan rencana aksi, mengevaluasi kemajuan yang telah dicapai, dan
menghargai kemajuan yang telah dicapai akan dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam
manajemen energi.

Salah satu bagian yang mendasari manajemen energi adalah audit energi. Laporan audit
energi merupakan audit plan yang akan di proses dan dianalisis lebih lanjut dalam manajemen
energi. Dari hasil audit energi, akan diketahui aliran energi yang memberikan gambaran tentang

103
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
penggunaan energi. Sehingga, pada akhirnya dapat disusun suatu rancangan strategis untuk
mengendalikan penggunaan energi.

3.2.5.2 Audit Energi


Audit energi merupakan suatu usaha pengamatan yang dilakukan secara berkala atau rutin
guna memberikan informasi profil penggunaan energi pada proses atau alat tertentu. Salah satunya
adalah laporan audit energi yang merupakan audit plan yang akan diproses dan dianalisis lebih
lanjut dalam manajemen energi. Dari hasil audit energiakan diketahui aliran energi yang
memberikan gambaran tentang penggunaan energi, sehingga dapat disusun suatu rancangan
strategis untuk mengendalikan penggunaan energi.

Proses audit energi dilakukan secara bertahap. Adapun bentuk tahapan proses dalam audit
energi adalah :

1. Audit Energi Awal (Preliminary Audit)


2. Audit Energi Rinci (Detailed Audit)
3. Audit energi rinci merupakan kelanjutan dari proses audit energi awal, dimana bila nilai
IKE (Intens Konsumsi Energi) lebih besar dari nilai target yang ditentukan, maka akan
dilakukan penelitian lebih lanjut.
Lebih jauh tentang IKE atau Intensitas Konsumsi Energi listrik merupakan istilah yang
digunakan untuk mengetahui besarnya pemakaian energi pada suatu sistem bangunan, secara
khusus energi listrik. Besarnya pemakaian energi dalam bangunan gedung yang telah diterapkan
di berbagai negara (ASEAN, APEC), dinyatakan dalam satuan kWH/m2 per tahun. Berdasarkan
tingkat efisiensinya, bangunan gedung dapat diklasifikasikan lagi menjadi beberapa tingkatan
efisiensi seperti berikut :

1. Sangat Efisien (50,04-95,04) kWh/m2/tahun.


2. Efisien (90,04-144,96) kWh/m2/tahun.
3. Cukup Efisien (144,96-174,96) kWh/m2/tahun.
4. Agak Boros (174,96-230,04) kWh/m2/tahun.
5. Boros (230,04-285) kWh/m2/tahun.
6. Sangat Boros (285-450) kWh/m2/tahun.

104
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3.2.5.3 Konservasi Energi
Konservasi energi merupakan upaya mengefisienkan pemakaian energi untuk suatu
kebutuhan agar pemborosan energi dapat dihindarkan. Konservasi energi adalah penggunaan
energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar
diperlukan. Pengelolaan energi dapat berupa segala upaya yang mengatur dan mengelola
penggunaan energi seefisien mungkin pada bangunan gedung tanpa mengurangi tingkat
kenyamanan di lingkungan hunian maupun produktivitas di lingkungan kerja.

3.2.5.4 Selubung Bangunan


Selubung bangunan memiliki peran penting dalam menjawab masalah iklim dan
penghematan energi seperti radiasi matahari, hujan, kecepatan anginm tingginya kelembapan serta
pemanfaatan potensi alam antara lain dengan memanfaatkan cahaya alami untuk penerangan ruan
serta penghawaan alami baik melalui dinding maupun atap serta memilih material yang memiliki
perambatan panas yang relatif kecil.

Faktor panas yang berasal dari luar bangunan akan masuk kedalam ruangan melalui
selubung bangunan, baik melalui dinding maupun atap yang merupakan beban pendingin yang
harus dinetralisir oleh sistem pendinging atau AC (Air Conditioner). Beban pendinginan dari suatu
bangunan gedung yang dikondisikan terdiri dari beban internal yaitu beban yang ditimbulkan oleh
lampu, penghuni serta peralatan lain yang menimbulkan panas, dan beban eksternal yaitu panas
yang masuk dalam bangunan akibat radiasi matahari dan konduksi melalui selubung bangunan.
Untuk mengurangi beban eksternal, Badan Standardisasi Nasional Indonesia menentukan kriteria
desain selubung bangunan yang dinyatakan dalam Harga Alih Termal Menyeluruh (Overall
Thermal Transfer Value, OTTV) yaitu OTTV kurang dari sama dengan 45Watt/m2. Ketentuan ini
berlaku untuk bangunan yang dikondisikan dan dimaksudkan untuk memperoleh desain selubung
bangunan yang dapat mengurangi beban eksternal sehingga menurunkan beban pendinginan.

3.2.5.5 Sistem Pencahayaan


Penerapan sistem pencahayaan adalah memberikan penerangan kepada penghuni ruangan
agar dapat melakukan aktivitasnya dengan nyaman dan aman. Pencahayaan yang tidak baik akan
menyebabkan terganggunya aktivitas yang dilakukan, gangguan tersebut dapat berupa keadaan
silau, buram, dan lain-lain. Berdasarkan jenisnya, sistem pencahayaan dapat dibagi menjadi :

105
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
1. Sistem Pencahayaan Alami
Sistem ini memanfaatkan cahaya yang berasal dari alam untuk menerangi ruangan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sumber energi dari pencahayaan alami ini adalah
dari sinar matahari.

2. Sistem Pencahayaan Buatan


Sistem ini merupakan kebalikan dari sistem pencahayaan alami, yang mana sumber
pencahayaan ini berasal dari lampu.

Dalam suatu sistem pencahayaan buatan, agar suatu lampu mampu memancarkan cahaya,
maka disusun beberapa komponen ang dikombinasikan agar mendukung hal tersebut, yaitu :

● Luminer/Reflektor → Luminer atau reflektor merupakan permukaan lampu yang


memancarkan cahaya. Reflektor berdampak pada banyaknya cahaya lampu mencapai area
yang diterangi dan juga pola distribusi cahayanya.
● Gir Lampu → Gir yang digunakan dalam peralatan pencahayaan meliputi : balast atau alat
yang membatasi arus untuk melawan karakteristik tahapan negatif dari berbagai lampu
pelepas.

Tingkat pencahayaan suatu ruangan pada umumnya didefinisikan sebagai tingkat


pencahayaan rata-rata pada bidang kerja, diantaranya :

● Sistem pencahayaan buatan yang dirancang. Dalam hal ini pengkajian awal dibuat terhadap
jenis pencahayaan yang akan diciptakan. Sistem pencahayaan yang diciptakan biasanya
difungsikna dengan dasar estetika dan faktor ekonomi.
● Penentuan tingkat pencahayaan minimum (E) yang direkomendasikan, dalam
perkembangan sistem pencahayaan dalam suatu ruangan disesuaikan dengan fungsi
ruangan dan jenis kegiatan yang dilakukan.
● Daya listrik untuk pencahayaan sesuai maksimum yang diijinkan, seiring dengan
konservasi energi pada bangunan gedung.
● Memenuhi tingkat kenyamanan visual. Dalam hal ini, sistem pencahayaan harus dipilih
yang mudah penggunaannya, efektif, nyaman untuk pengelihatan, tidak menghambat

106
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
kelancaran kegiatan, tidak mengganggu kesehatan terutama dalam ruang-ruang tertentu
dan menggunakan energi yang seminimal mungkin.

3.2.5.6 Sistem Pengondisian Udara


Tujuan pengadaan suatu sistem penkondisian udara adalah agar tercapai kondisi
temperatur, kelembapan, kebersihan, dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada
tingkat keadaan yang diharapkan. Suatu sistem pengkondisian udara bisa berupa sebuah sistem
pemanasan, pendinginan, dan ventilasi. Pendingin ini berfungsi untuk menciptakan kondisi
nyaman bagi beberapa aktivitas manusia. Berdasarkan SNI 03-6572-2001, daerah kenyamanan
termal untuk daerah tropis dapat dibagi menjadi :

1. Sejuk Nyaman (20,5-22,8) oC.


2. Nyaman Optimal (22,8-25,8) oC.
3. Hangat Nyaman (25,8-27,1) oC.

3.2.5.7 Sistem Kendali/Kontrol


Sistem kendali atau sistem kontrol adalah suatu alat untuk mengendalikan, memerintah,
dan mengatur keadaan dari suatu sistem. Dalam sistem yang otomatis, alat semacam ini sering
dipakai pada alat pendingin (AC) dengan menggunakan prinsip sistem kendali, karena suhu
ruangan dapat dikendalikan sehingga ruangan berada pada suhu yang diinginkan. Berikut beberapa
peralatan tersebut, diantaranya :

● Timer
● Sensor Gerakan

3.2.6 Pengelolaan dan Manajemen Air


Air adalah sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan dan kesehatan yang baik,
tetapi sekitar sepertiga dari populasi global tidak memiliki akses ke air bersih untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Meskipun sebagian besar dari planet kita mengandung air, sebagian besar
adalah air asin dan dengan demikian tidak dapat dikonsumsi. Volume Air tawar hanya 2,5% dari
total air di bumi, dimana 70% nya terkunci dalam gletser dan tertutup salju permanen. Sumber air
yang terbatas digabungkan dengan kebutuhan air bersih yang besar secara global telah
menyebabkan kelangkaan air di seluruh dunia. (Efisiensi Air, 2012)

107
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Situasi ini semakin buruk karena kebutuhan air meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk, urbanisasi, dan peningkatan penggunaan air dalam rumah tangga dan industri. Hampir
seperlima dari penduduk dunia (sekitar 1,2 miliar orang) tinggal di daerah yang langka air.
Kelangkaan air dapat terjadi bahkan di daerah dengan banyak curah hujan atau beberapa sumber
air bersih, jika tidak terlindung dengan baik, digunakan dan didistribusikan.

Sebagian besar air digunakan bukan untuk keperluan air bersih (non-potable), terlepas dari
tipe gedung. Hal ini menunjukkan peluang penghematan air yang besar melalui sistem air daur
ulang, pemanfaatan air hujan dan air kondensat AC, yang sesuai untuk irigasi, cuci umum,
pembilas toilet, sistem pendingin, atau konsumsi air lainnya yang tidak memerlukan air bersih
(potable).

Menggunakan air hujan dan kondensat AC sebagai sumber air alternatif sangat
menjanjikan karena Cilacap memiliki karakter iklim tropis dengan curah hujan dan kelembaban
yang relatif tinggi. Penghematan air yang signifikan juga dapat diperoleh melalui pemanfaatan
perlengkapan sanitair dan keran air yang efisien. Dengan memasang perlengkapan sanitair dan
keran yang efisien pada area ini dapat menghasilkan penghematan air yang cukup besar.

Mengurangi konsumsi air dari sumber primer (seperti PDAM dan sumur) memiliki
beberapa keuntungan. Biaya penyediaan air meningkat tajam sejalan dengan peningkatan
permintaan dan berkurangnya pasokan. Dengan demikian, setiap penurunan konsumsi air secara
langsung mengurangi biaya penyediaan air dan biaya pembuangan air limbah pada bangunan. Hal
ini juga dapat mengurangi biaya yang terkait dengan energi, seperti pengolahan, operasional
pompa, dan pemanasan air. Ukuran dan kapasistas sistem penyediaan, penyimpanan, dan
pembersihan air dalam bangunan gedung juga dapat dikurangi untuk menghemat biaya modal.

Dari semua perlengkapan sanitair pada bangunan komersial dan perumahan, pembilasan
toilet pada umumnya mengkonsumsi paling banyak air bersih. Dalam beberapa kasus, pembilasan
toilet dapat menambah hingga 75% dari total penggunaan air dalam gedung. Sistem bilas ganda
yang efisien hanya menggunakan sekitar 4,5 liter untuk penyiraman penuh dan 3 liter untuk
setengah penyiraman, dapat mengurangi konsumsi air secara signifikan.

Dalam bangunan komersial yang memerlukan air mandi, air cuci piring, dan air binatu,
pemanfaatan air daur ulang yang diolah kembali dapat memberikan pengembalian investasi yang
108
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
layak. Pemanfaatan kembali air daur ulang dapat digunakan untuk beberapa penerapan seperti bilas
toilet, penambahan air (make-up water) menara pendingin, dan irigasi.

Penggunaan kembali air daur ulang

Air daur ulang biasanya tidak cocok untuk digunakan sebagai air minum. Penggunaan air
daur ulang harus dievaluasi secara cermat karena bahan kimia berbahaya dapat digunakan untuk
mengolah air daur ulang tersebut.

Penerapan sistem daur ulang air memerlukan perencanaan dan perancangan yang jauh lebih
rumit dan biaya konsturksi yang lebih mahal, serta adanya risiko kontaminasi dan polusi jika salah
kelola. Biaya operasional untuk sistem yang lebih kompleks juga bisa lebih tinggi, dengan
pengembalian investasi yang berpotensi mundur. Sistem pemeliharaan dan perawatan juga
memainkan faktor penting dalam memilih metode konservasi air ini. Filter, pompa, dan tempat
pengolahan semuanya membutuhkan perhatian. Sistem daur ulang air pakai biasanya hemat biaya
pada perhotelan dan gedung dengan fungsi serupa, yang memerlukan air dengan volume tinggi,
penggunaan air kontaminasi non-biologis yang teratur, seperti untuk kepentingan binatu ditambah
dengan beban penggunaan air sekunder (non-potable) juga besar seperti bilas toilet dan irigasi
lansekap. Sistem pipa untuk air daur ulang harus dipisahkan secara jelas dari sistem air kotor untuk
mencegah kontaminasi.

Sistem air daur ulang pada perumahan di daerah perkotaan biasanya terbatas pada air dari
kamar mandi. Sebuah solusi inovatif dari Jepang menggabungkan wastafel dengan tangki air toilet.
Air yang digunakan dari wastafel dikumpulkan dalam tangki dan digunakan untuk penyiraman
toilet

Pemanfaatan air hujan

Pemanfaatan air hujan dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan air di atap (roof
catchment), dan mengumpulkan air di tanah (ground catchment). Air hujan yang disimpan dapat
digunakan untuk binatu, bilas toilet dan urinal, mencuci mobil, serta penggunaan air dekoratif
(misalnya air mancur). Pemanfaatan ini bahkan dapat digunakan untuk make-up menara
pendingin.

109
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Sistem penyimpanan digunakan untuk menyimpan air hujan untuk digunakan. Ada
beberapa variasi tangki penyimpanan air yang banyak digunakan. Tangki penyimpanan harus
buram dan dicat untuk menghambat pertumbuhan lumut, harus ditutupi, dengan ventilasi yang
disaring, dan mudah untuk dibersihkan (jika digunakan untuk sistem air bersih). Tangki
penyimpanan air hujan bisa dibuat dari beton, kayu, logam, tanah liat dan bak penyimpanan air
plastik yang tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran.

Tangki penyimpanan atau tadah adalah salah satu komponen yang paling penting dari
sistem air hujan dan umumnya bagian yang paling mahal dari sistem ini. Tangki penyimpanan
harus ditempatkan sedekat mungkin dengan area tangkapan air hujan dan ukuran yang ditentukan
dengan perhitungan berdasarkan kebutuhan, frekuensi curah hujan, luas permukaan, anggaran, dan
estetika. Posisi tangki terhadap area tangkapan dan filter sesuai aliran air sangat penting untuk
memaksimalkan pengumpulan air hujan.

3.2.7 Pengelolaan Limbah Non B3


Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah
timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya bersamaan dengan aktivitas manuysia, mulai
dari usaha pengambilan sumber daya alam sampai dengan barang yang sudah jadi. Satu diantara
masalah lingkungan hidup yang cukup terasa di kota-kota besar adalah timbulnuya pencemaran
oleh sampah yang merupakan hasil sampingan dari kegiaran masyarakat. Masalah sampah
merupakan konsekuensi pertambahan pendduduk perkotaan yang meningkat pesar. Namun,
disamping itu jumlah timbulan sampah juga dipengaruhi oleh pendapatan, iklim, kebiasaan hidup,
tingkat pendidikan, kepercayaan maupun budaya yang dianut, dan perilaku sosial maupun perilaku
publik. Definisi sampah menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2009 adalah sisa kegiatan sehari-
hari manusia danb/atua proses alam yang berbentuk padat.

Pengelolaan sampah yang belum maksimal juga turut mempengaruhi jumlah timbulan
sampah dan volume sampah yang masuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan
berlandaskan kepada Pedoman Direktorat Jenderal Cipta Karya, bahwa dengan menerpakan
konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) untuk pengelolaan sampah persampahan mampu mengurangi
volume sampah yang masuk di TPA sekitar 20% (Departemen PU, 1990). Target tersebut sangat

110
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
realistis karena dari total produksi sampah di Indonesia, 80% diantaranya merupakan sampah
organik dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali (Oetomo, 1977).

Data Statistik Persampahan Indoensia KNLH-RI (2008), untuk populasi Indonesia


sebanyak 232 juta jiwa lebih, timbulan sampah yang dihasilkan adalah sekitar 43.213.557m3 per
tahun dan yang masuk ke TPA hanya sekitar 13,8 juta m3 per tahun, sedangkan yang didaur ulang
di sumber sampah hanya sekitar 2,6% dari total keseluruhan sampah yang ditimbulkan, didaur
ulang di TPS sekitar 2,01% dan didaur ulang di TPA sekitar 1,6%.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sampah-sampah yang ditimbulkan tersebut belum
tertangani keseluruhan dan kebanyakan tidak dikelola dengan baik sehingga akibatnya sering
ditemukan di pinggir jalan, mengotori selokan dan saluran air, dan lebih banyak lagi yang
mencemari sungai yang menyebabkan penyakit. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
masalah sampah menjadi semakin bertambah terutama bila tidak diikuti dengan manajemen
prasarana dan sarana perkotaan yang memadai dan perilaku masyarakat yang tepat (Bandara et al,
2007). Pengelolaan sampah seharusnya dilihat sebagai suatu masalah bersama yang sidatnya
holistic (communal troubles), yang tidak hanya tanggungjawab pemerintah semata, dan bukan pula
sekedar masalah teknis dan teknologi saja. Masing-masing komponen memiliki peranan dalam
rantai sistem pengelolaan sampah. Pada prinsipnya, dari beberapa pengertian sampah yang ada
dalam batasan ilmu pengetahuian, sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari
sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.

Klasifikasi dan Sumber-Sumber Sampah

Klasifikasi sampah dan sumber-sumbernya sangat diperlukan dalam perencanaan sistem


pengelolaan persampahan khususnya dalam subsistem teknis operasional terutama dalam hal
pengelolaan dan buangan akhir limbah.

Berdasarkan sifat kimia unsur pembentuknya, terdapat 2 kategori jenis sampah, yaiut :

● Sampah Organik → Sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik dan tersusun


oleh unsur-unsur karbon, hidrogem, oksigen, dan nitrogen. Contohnya adalah daun-daun,
kayu, kertas, tulang, sisa makanan, sayuran, dan buah-buahan.

111
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
● Sampah Anorganik → Sampah yang tidak mengandung senyawa organik, umumnya
sampah ini sangat sulit terurai oleh mikroorganisme. Contoh konkretnya adalah kaca,
kaleng alumunium, debu, dan logam.
Berdasarkan sumbernya, sampah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

● Sampah dari Pemukiman


● Sampah dari Pertanian dan Perkebunan
● Sampah dari Sisa Bangunan dan Konstruksi
● Sampah dari Perdagangan dan Perkantoran
● Sampah dari Industri
Komposisi Sampah

Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masing komponen yang


terdapat pada buangan padat dan distribusinya. Biasanya dinyatakan dalam persen berat (% berat),
berat basah, atau berat kering. Data tersebut penting untuk mengevaluasi peralatan yang
diperlukan, sistem, program dan rencana manajemen persampahan suatu kota. (Yenni Ruslinda;
Timbulan, Komposisi, dan Karakteristik Sampah).

Komposisi sampah dikelompokkan atas sampah organik/sampah basah (sisa makanan,


kertas, plastik, tekstil, karet, sampah halaman, kayu, dll) dan sampah anorganik/sampah kering
(bahan-bahan kertas, logam, plastik, gelas, kaca, dan lain-lain). Dengan mengetahui komposisi
sampah, maka dapat ditentukan cara pengolahan yang tepat dan paling efisien sehingga dapat
diterapkan proses pengolahannya. Penentuan komposisi sampah berdasarkan SNI 19-3964-1994.

Sampah Perkantoran

Diantara sumber-sumber sampah yang disebutkan diatas, salah satu diantaranya adalah
sampah yang berasal dari perkantoran. Jenis sampah yang paling umum ditemukan pada sebuah
kantor adalah sebagai berikut :

● Kertas → Penggunaan kertas di perkantoran masih sangat tinggi karena belum ada barang
lain yang dapat menggantikan fungsi kertas. Kertas-kertas yang telah digunakan untuk
menulis, mencetak, dan menggambar biasanya dibuang menjadi sampah. Karena itu daur
ulang sampah kertas ini sangat dibutuhkan untuk menambah nilai dan daya guna kertas itu

112
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
sendiri. Setiap jenis kertas dipilah-pilah berdasarkan jenisnya masing-masing, kertas koran,
kertas HVS, karton, hingga warna-warni.
● Plastik → Salah satu sumber plastik pada perkantoran adalah kantin atau dapur. Benda-
benda seperti gelas plastik termasuk bungkus makanan dan kertas-kertas yang mengandung
plastik berpotensi besar menjadi sampah buangan.
● Sampah Elektronik → Meskipun tidak rutin setiap hari timbulannya, tetapi potensial
dihasilkan seperti baterai bekas, printer bekas, catridge bekas, coomputer bekas, dan lain-
lain. Sampah elektronik termasuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun
sehingga pengelolaannya berbeda dengan sampah lainnya.
● Sampah Organik → Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan atau
dekomposisi dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut
dengan kompos). Material sampah (organik) pada perkantoran berupa zat tanaman, sisa
makanan atau kertas, lebih spesifik sampah sisa-sisa tumbuhan seperti daun-daun
pepohonan di sekitar area kantor.
Pengelolaan Sampah di Perkantoran

Prinsip dasar pengelilaan sampah yang ramah lingkungan adalah harus diawali dari
perubahan cara kita memandang dan memperlakukan sampah. Paradigma pengelolaan sampah
yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma
baru pengelilaan sampah. Paradigma baru adalah cara memandang sampah sebagai sumber daya
yang mempunyai nilai-nilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk kopos dan pakan
ternak. Pengelolaan sampah tidak hanya dilakukan pada rumah tangga saja, tetapi juga dilakukan
di perkantoran sebagai bagian dari perwujudan Eco-Office.

Prinsip utama mengelola sampah yang benar adalah mencegah timbulnya sampah,
mengguna-ulang sampah, dan mendaur-ulang sampah. Itulah prinsip yang kita kenal dengan 3R.
Jika prinsip tersebut dijalankan dengan konsisten, maka akan mendapatkan output yang nyata,
yaitu mengurangi beban polutan, mendatangkan manfaat ekonomi dan menjadikan lingkungan
bersih, yang pada akhirnya menghasilkan outcome yang dapat langsung dirasakan, yaitu kesehatan
dan penghasilan.Namun demikian, pelaksanaan prinsip kelola sampah dengan 3R ini belum
menjadi budaya dan kebiasaan di perkantoran.

113
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Untuk menerapkan pengelolaan sampah perkantoran terpadu berbasis masyarakat di
perkantoran, perlu memperhatikan beberapa hal berikut :

● Komposisi dan karakteristik sampah untuk memperkirakan jumlah sampah yang dapat
dikurangi dan dimanfaatkan.
● Karakteristik lokasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat perkantoran, unutk
mengidentifikasi sumber sampah dan pola penanganan sampah 3R yang sesuai dengan
kemampuan masyarakat perkantoran.
● Metode penanganan sampah 3R, untuk mendapatkan formula teknis dan prasarana dan
sarana 3R yang tepat dengan kondisi masyarakat perkantoran.
● Proses pemberdayaan masyarakat untuk menyiapkan penghuni kantor dalam perubahan
pila penanganan sampah dari proses konvensional (kumpul angkut buang) menjadi pola
3R.
● Uji coba pengelolaan, sebagai ajang pelatihan bagi penghuni kantor dalam melaksanakan
berbagai metode 3R.
● Kelanjutan pengelolaan, untuk menjamin kesinambungan proses pengelolaan sampah yang
dapat dilakukan oleh masyarakat/penghuni kantor secara mandiri.
● Minimisasi sampah hendaknya dilakukan sejak sampah belum terbentuk yaitu dengan
menghemat penggunaan bahan, membatasi konsumsi sesuai kebutuhan, dan memilih
bahan yang mengandung sedikit sampah.
● Upaya memanfaatkan sampah dilakukan dengan menggunakan kembali sampah sesuai
fungsinya seperti penggnaan botol minum atau kemasan lainnya.

114
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
BAB IV. KONDISI EKSISTING

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap melaksanakan kegiatan industri di


bidang energi minyak dan gas (oil and gas) dan merupakan unit pengolahan terbesar di Asia
Tenggara yang berpotensi besar pula menimbulkan dampak negative terhadap aspek Health,
Safety, and Environment (HSE). PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
memprioritaskan aspek HSE dalam kegiatan operasional perusahaan agar dapat mencegah dan
mengurangi insiden (kecelakaan kerja, kebakaran ledakan, penyakit, pencemaran lingkugan) dan
gangguan operasional lainnya, meminimumkan resiko operasi guna meningkatkan keandalan,
efisiensi, dan produktivitas serta menciptakan sistem manajemen di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang secara professional
terintegrasi untuk mewujudkan tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Dalam 8 prioritas
World Class Pertamina aspek HSSE dan Sustainability menjadi prioritas utama nomor satu.

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah mendapatkan sertifikasi ISO
14001:2015 pada Juni 2016 lalu. Pendekatan Plan-Do-Check-Act sesuai dengan prinsip
pengelolaan manajemen lingkungan pada ISO 14001 telah ditetapkan oleh PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap. Dalam merencanakan (plan), PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap memulai dengan menentukan dasar sistem manajemen, beberapa diantaranya yaitu :
menentukan ruang lingkup batasan sistem, melakukan gap analysis, menentukan kebutuhan dan
harapan pihak-pihak berkepentingan, menentukan aspek penting lingkungan dan menjadikannya
sebagai dasar dari manajemen sistem, serta menentukan kebijakan perusahaan dalam
meningkatkan kinerja lingkungan. Dalam menerapkan (Do) sisetem manajemen, PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap menerapkan proses organisasi sesuai dengan yang telah
direncanakan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan penting yang telah diidentifikasi.
Dilakukan juga pemantauan dan pengukuran proses (Check) untuk mengevaluasi komitmen
perusahaan dalam menjalankan sistem manajemen lingkungan serta menentukkan kesesuaian
proses dengan kebijakan lingkungan. Hasil dari proses pemantauan dan pengukuran yang berupa
ketidaksesuaian kemudian ditindaklanjuti dengan tinjauan manajemen untuk menghasilkan
perencanaan perbaikan atau peningkatan berkelanjutan (Act).

115
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Selain itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga memiliki beberapa
program kegiatan tersendiri dalam upaya pengelolaan dan pengembangan lingkungan sekitar,
seperti Progrram Unggulan Proper E-Mas Bayu (Energi Mandiri Tenaga Surya dan Angin) serta
program E-Mbak Mina (Energi Mandiri Tambak Ikan) di Kampung Laut. Ada pula program
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sistem On Grid pertama dalam rangka mengupayakan
penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) sejak dini. Kegiatan-kegiatan lainnya seperti
pembangunan rumah sakit, sekolah, fasilitas umum seperti fasilitas olahraga untuk masyarakat
sekitar serta kegiatan CSR lainnya seperti pembagian botol minum dan sedotan pakai ulang (reuse)
adalah upaya PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dalam melestarikan lingkungan
serta memberdayakan masyarakat sekitar dengan positif dan cita-cita mendapatkan Proper Emas
di tahun 2019 ini. Gedung Head Office PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga
mendapatkan peringkat kedua se-Indonesia sebagai perkantoran yang melaksanakan efisiensi
energi untuk kategori gedung hijau besar.

Proses mendapatkan hasil Audit Sistem Manajemen Lingkungan (SML) berlandaskan ISO
14001:2015 di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap kini dilakukan sebanyak dua kali
dalam setahun yaitu satu kali audit internal dan satu lagi audit eksternal. Tim Auditor dipilih dari
perwakilan anggota setiap divisi yang ada di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
dan yang telah memiliki sertifikasi khusus. Audit terakhir dilakukan pada awal tahun 2019 ini,
dimana divisi Quality and Maintenance (Q&M) berperan sebagai pengelola proses audit,
pembentukan tim, dan juga pembuat list pertanyaan (checklist) yang disesuikan dengan kondisi
eksisting lapangan.

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

4.1 Konteks Organisasi

4.1.1 Pemahaman Organisasi dan Konteksnya

Suatu organisasi harus menentukan isu internal dan eksternal yang terkait dengan tujuan
dan dapat berpengaruh terhadap kemampuan untuk mencapai hasil yang diharapkan dari sistem

116
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
manajemen lingkungan. Isu-isu yang dimaksud adalah yang dapat mempengaruhi, baik secara
positif atau negatif.

Pada setiap tahunnya, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap melakukan social
mapping. Hasil dari kegiatan tersebut dilakukan identifikasi isu-isu internal maupun eksternal yang
dihadapi dan memiliki potensi untuk dihadapi oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap. Pemantauan dari social mapping ini dilakukan dengan mempertimbangkan komponen
sosial, ekonomi, budaya, dan kesehatan masyarakat.

Isu-isu eksternal tersebut dapat berhubungan dengan lingkungan, politik, hokum, ekonomi, dan
kompetisi. Sedangkan pada isu internal yang diidentifikasi berhubungan dengan nilai perusahaan,
sosial, dan budaya, knowledge, dan performance.

4.1.2 Pemahaman Kebutuhan dan Harapan Pihak Berkepentingan

Pihak internal yamg berkepentingan merupakan pihak yang berhubungan dengan segala
fungsi dan bagian dalam PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Sedangkan, pihak
eksternal yang berkepentingan adalah pelanggan, pemerintah, militer, komunitas, dan juga media.
Untuk memahami kebutuhan dan harapan pihak eksternal, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap melakukan pertemuan dengan para stakeholder pihak terkait. Dapat dilihat pada tabel
4.1 daftar pihak yang berkepentingan serta kebutuhan dan harapan dari masing-masing pihak yang
bersangkutan sebagai berikut :

Tabel IV.1 Pihak Berkepentingan dengan Kebutuhan dan Harapannya

No. Pihak Berkepentingan Kebutuhan dan Harapan

ISC (Integrated Pemenuhan kualitas, kuantitas delivery


1. Pelanggan
Supply Chain) sesuai SLA (Service Lever Agreement)

M&T (Marketing and Pemenuhan kualitas, kuantitas delivery


2. Pelanggan
Trading) sesuai SLA (Service Lever Agreement)

3. Pemasok Vendor/Manufacturer Kualifikasi sesuai bidang keahlian

4. Pemasok Liscensor Proven di Pertamina

117
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
a. Standar kesehatan pekerja

b. Penilaian hasil kinerja

c. Peningkatan skill dan knowledge


5. Pekerja
d. Kesempatan dalam pengembangan
karir

e. Pemenuhan isi PKB (Pengembangan


Keprofesian Berkelanjutan)

a. Penataan peraturan K3 dan


Lingkungan

b. Penyerapan tenaga kerja

c. Keberlanjutan komitmen lingkungan


6. Pemerintah hidup dan CSR

d. Peningkatan kegiatan pemberdayaan


masyarakat

e. Partisipasi Pertamina dalam Proker


Pemerintah Kota/Kabupaten

a. Kerjasama Operasional dan

7. Militer Pengamanan

b. Sponsorship

a. Penyerapan Tenaga Kerja

b. Sosialisasi terpadu seputar kegiatan


8. Komunitas
kilang yang berdampak ke
komunitas

118
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
c. Kompensasi sosial/edukasi bagi
wilayah terkena dampak

Keberlanjutan kegiatan relasi melalui Press


9. Media
Gathering/Press Visit

(Sumber : , PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

Pelanggan sebagai bagian dari stakeholder PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap selalu mendapatkan penanganan sesuai yang dibutuhkannya, maka
untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dilakukan survey secara berkala
dengan mengacu pada TKO Pengukuran Kepuasan dan Harapan Pelanggan.
Sedangkan keluhan pelanggan ditangan sesuai dengan TKO Penanganan Keluhan
Pelanggan.

Masyarakat dan Pemerintah sebagai bagian dari stakeholder PT. Pertamina


(Persero) Refinery Unit IV Cilacap direalisasikan kebutuhannya melalui program
community development yang diatur melalui TKO Pelaksanaan Program
Community Development serta pemenuhan regulasi-regulasi pemerintah yang
menyangkut ketenagakerjaan, K3, pengelolaan migas serta lingkungan dan diatur
dalam prosedur kerja yang lebih spesifik.

4.1.3 Menentukkan Lingkup Sistem Manajemen Lingkungan

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap memiliki suatu pedoman yang
bertujuan menjadi dasar bagi pelaksanaan segala sistem manajemen yang diterapkan, termasuk
Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2015 untuk memberikan penjelasan secara garis
besar mengenai informasi terdokumentasi di perusahaan untuk memenuhi persyaratan dan
efektifitas sistem manajemen serta menjadi alat komunikasi internal dan eksternal yaitu
pedoman Refinery Operational Excellence Management System (ROEMS Manual). Dalam
pedoman ROEMS, terdapat ruang lingkup PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
yang meliputi penerimaan bahan baku, penimbunan, produksi, penyimpanan hasil produksi,
pengendalian mutu hingga penyaluran ke pelanggan. Pedoman ROEMS meliputi segala sistem
manajemen yang diterapkan oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Sistem

119
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Manajemen Lingkungan (SML) adalah bagian dari sistem manajemen yang digunakan untuk
mengelola aspek lingkungan, memenuhi kewajiban penataan, menangani resiko dan peluang.
Penerapan SML di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacapn diintegrasikan dengan
mengikuti Kebijakan Hijau (Green Policy).

Rincian lingkup area penerapan seluruh Sistem Manajemen di PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap adalah sebagai berikut :

 Area Kilang
 Area Head Office (Kantor Utama)
 Area 70 (Pelabuhan)
 Area lain (halaman, lapangan parker, kantor pengolahan, kantor services, kantor operasi),
lingkungan perumahan dan perwismaan, serta sarana umum (sarana olahraga dan hiburan).

Gambar IV.1 Lingkup Area SML PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
(Sumber : Google Earth, kemudian diedit oleh Penulis)

120
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.1.4 Sistem Manajemen Lingkungan

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memperoleh sertifikat dari TUV
NORD Indonesia sejak 2016 merupakan bukti bahwa perusahaan telah mengimplementasikan
sistem manajemen lingkungan secara efektif dan sesuai persyaratan yang berlaku.

Refinery Operational Excellence Management System (ROEMS) adalah dokumen manual


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yang merupakan implementasi integrase, antara
lain :

 Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001


 Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001)
 OHSAS 18001
 Sertifikat SMK3
 Sistem Manajemen Pengamanan
 Sistem Manajemen K3
 Manajemen Keselamatan Proses

Sistem ini telah menjadi bagian dari operasional kilang, sehingga secara keseluruhan menjadi lebih
terpadu dalam mencapai pemenuhan terhadap peraturan, undang-undang, pengendalian mutu,
serta pengelolaan lingkungan. Berikut adalah gambar sertifikasi ISO 14001:2015 yang diperoleh
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap pada tahun 2016 lalu :

121
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar IV.2 Sertifikat ISO yang diterima PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

4.2 Kepemimpinan

4.2.1 Kepemimpinan dan Komitmen

Yang bertanggungjawab atas keseluruhan pengelolaan organisasi PT. Pertamina (Persero)


Refinery Unit IV Cilacap adalah manajemen puncak yang notabene adalah General Manager
(GM). General Manager melaksanakan monitoring dan laporan kinerja serta memastikan
ketercapaian SML sesuai dengan yang diinginkan melalui adanya QHSSE Meeting berkala. GM
selalu mempromosikan perbaikan berkelanjutan, mengarahkan pekerja untuk berkontribusi dalam
efektivitas SML, dam mengkomunikasikan pentingnya SML yang baik melalui Rapat Operasi
Bisnis, dimana seluruh management membahas checklist audit yang ada pada ISO 14001:2015.

General Manger selaku manajemen puncak menunjukkan kepemimpinan dan komitmen


terhadap keberjalanan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) dengan :
122
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
 Menunjukkan akuntabilitas dan komitmen untuk efektivitas SML
 Memastikan kebijakan lingkungan dan tujua yang ditetapkan sesuai dengan arahan
strategis dan konteks organisasi
 Memastikan bahwa persyaratan SML diintegrasikan ke dalam proses bisnis organisasi
 Memastikan tersedianya sumber daya yang dibutuhkan untuk SML
 Mengkomunikasikan pentingnya pengelolaan lingkungan yang efektif dan sesuai dengan
persyaratan SML
 Memastikan bahwa SML mencapai hasil yang diinginkan
 Mengarahkan dan mendukung personel untuk berkontribusi terhadap efektivitas SML
 Mendorong peningkatan berkelanjutan
 Mendukung peran manajemen leain yang relevan untuk menunjukkan kepemimpinan
mereka di bidang tanggungjawab mereka apabila ada

4.2.2 Kebijakan Lingkungan

Kebijakan lingkungan yang dimiliki oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
mengutamakan K3 (Keselamatan Kesehatan Kerja) dan perlindungan terhadap lingkungan. PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap memiliki Kebijakan Keselamatan Kesehatan Kerja
dan Lindungan Lingkungan, Kebijakan Community Development and Corporate Social
Responsibility, Kebijakan Sistem Manajemen Terpadu, serta Kebijakan Hijau (Green Policy).

4.2.2.1 Kebijakan Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap berkomitmen untuk melaksanakan


seluruh kegiatan operasinya secara aman, nyaman, dan berwawasan lingkungan dengan
menerapkan standar tinggi terhadap aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lindungan
Lingkungan (K3LL) serta Pengamanan Perusahaan untuk meminimalkan resiko dengan cara
mencegah terjadinya kecelakaan, kebakaran, penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan, dan
gangguan keamanan serta dampak lain akibat kegagalan operasi terhadap lingkungan di sekitar
area kerja PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.

123
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Kebijakan K3LL ini ditandatangani oleh Top Management dan berlaku pada semua
lingkungan pertamina. Dari kebijakan tersebut, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
juga berkomitmen untuk selalu mengutamakan aspek K3LL serta pengamanan perusahaan,
mematuhi peraturan perundangan yang berkaitan dengan K3LL, mengurangi resiko insiden pada
personel, asset, informasi, dan lingkungan, serta memastikan kondisi kesehatan pekerja dan mitra
kerja, juga meningkatkan kesadaran dan kompetensi pekerja serta mitra kerja.

Berikut adalah isi dari kebijakan K3LL serta pengamanan perusahaan yang disahkan pada
tahun 2017 lalu :

1. Mengutamakan aspek K3LL serta pengamanan perusahaan.


2. Mematuhi peraturan perundangan K3LL dan pengamanan serta menggunakan teknologi
tepat guna sesuai standari nasional dan internasional.
3. Mengurangi resiko serendah mungkin untuk mencegah terjadinya insiden pada personel,
asset, informasi dan lingkungan dengan cara melakukan identifikasi, evaluasi,
pengendalian dan pemantauan terhadap potensi bahaya dan ancaman.
4. Menjadikan kinerja K3LL serta pengamanan personel, aset, data, dan informasi perusahaan
dalam penilaian dan penghargaan terhadap seluruh pekerja.
5. Memastikan kondisi kesehatan pekerja dan mitra kerja sesuai dengan pekerjaannya (fit to
work).
6. Meningkatkan kesadaran dan kompetensi pekerja serta mitra kerja agar dapat
melaksanakan pekerjaan secara benar, aman, dan berwawasan lingkungan.

124
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar IV.3 Kebijakan K3LL di PT. Pertamina (Persero)

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

4.2.2.2 Kebijakan Community Development and Corporate Social Responsibility

Salah satu metode PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap untuk memenuhi
komitmennya untuk menjadi kilang kelas dunia yang kompetitif dan berwawasan lingkungan
adalah dengan memberikan manfaat kepada stakeholder dalam setiap kegiatannya melalui
program Community Development (CD) dan Corporate Social Responsibility (CSR). Kebijakan
tersebut berhubungan dengan berjalannya Sistem Manajemen Lingkungan (SML), karena terdapat
poin-poin dimana dibahas perlindungna lingkungan yatu :

a. Melaksanakan program Community Development (CD) dan Corporate Social


Responsibility (CSR) dengan konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development) dengan prinsip Triple Bottom Lines yakni Profit (Keuntungan Ekonomi),
People (Kesejahteraan Masyarakat), dan Planet (Keberlanjutan Lingkungan Hidup).
b. Memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya untuk sehat, sejahtera, maju, dan mandiri
melalui program Community Development (CD) dan Corporate Social Responsibility
(CSR) di bidang Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan, Infrastruktur, dan Pemberdayaan.
125
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
c. Berikut merupakan isi dari kebijakan community development dan corporate social
responsibility :
1. Mematuhi, mentaati serta menerapkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Melaksanakan CSR dengan konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development) dengan prinsip Triple Bottom Lines yakni Profit (Keuntungan
Ekonomi), People (Kesejahteraan Masyarakat), dan Planet (Keberlanjutan
Lingkungan Hidup).
3. Memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya untuk sehat, sejahtera, maju,
dan mandiri bersama Pertamina melalui progam CSR bidang pendidikan,
kesehatan, lingkungan infrastruktur dan pemberdayaan.
4. Memelihara hubungan yang sehat dan harmonis dan bertanggungjawab
dengan pemerintah, masyarakat, dan stakeholder lainnya dalam rangka
pengelolaan operasional Kilang.
5. Menjalankan bisnis perusahaan secara komperhensif dan terpadu melakukan
best practice (praktik terbaik), menaati norma-norma yang berlaku di
masyarakat dan menjunjung tinggi kearifan lokal.
6. Meningkatkan reputasi perusahaan, efisiensi, pertumbuhan usaha dan
menerapkan mitigasi resiko bisnis.

126
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar IV.4 Kebijakan Community Development dan


Corporate Social Responsibility
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

4.2.2.3 Kebijakan Sistem Manajemen Terpadu

Kebijakan Sistem Manajemen Terpadu merupakan kebijakan mutu kesehatan, keamanan,


dan lindungan lingkungan. Dalam melaksanakan bisnisnya, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap bertekad menerapkan prinsip-prinsip Operational Excellence dan berkomitmen dengan
sungguh-sungguh terhadap aspek Mutu, Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, dan Lindungan
Lingkungan.

Perusahaan berkomitmen memelihara dan meningkatkan upaya penegakan sistem


manajemen keselamatan kerja, keselamatan proses, kesehatan kerja, lindungan lingkungan,
pengendalian mutu dan keamanan yang terbaik secara konsisten dengan cara sebagai berikut :

1. Pencegahan terjadinya kecelakaan dan insiden, termasuk di dalamnya


kebakaran/peledakan, penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan, ketidaksesuaian

127
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
mutu produk dan gangguan keamanan yang berdampak kepada reputasi dan harta
benda perusahaanm cedera pada pekerja, dan efek yang merugikan pada lingkungan
maupun masyarakat.
2. Pemenuhan terhadap perundang-undangan dan peraturan serta persyaratan lainnya
yang berlaku di bidang keselamatan kerja, keselamatan proses, kesehatan kerja,
lindungan lingkunganm pengendalina mutu dan keamanan.
3. Pengembangan dan pemeliharaan budaya yang mengutamakan nilai-nilai keselamatan
dan kesehatan tempat kerja, lingkungan mutu, keamanan, serta kepuasan pelanggan.
4. Perbaikan terus menerus terhadap sistem manajemen keselamatan kerja, keselamatan
proses, kesehatan kerja, lingungan lingkungan, mutu dan keamanan termasuk
pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
5. Terwujudnya nilai bersama dan hubungan harmonis diantara pekerja, masyarakat
sekitar, dan pemangku kepentingan.
6. Keselamatan, kesehatan lingkungan, mutu, dan keamanan adalah tanggungjawab setiap
orang dan manajemen lini.
7. Pelaporan terhadap penyimpanan dari kondisi standard atau insiden termasuk nearmiss
dan kecelakaan. Pekerja tidak boleh dipersalahkan atas pelaporan dan keterlibatan
dalam anomaly atau insiden, kecuali hasil investigasi memperlihatkan bahwa pekerja
tersebut terbukti melakukan tindakan kriminal seperti sabotasie, berniat jahat, atau
sengaja bertindak bertentangan dengan prosedur/peraturan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi.
8. Menempatkan keselamatan kerja, keselamatan proses, kesehatan kerja, pengelolaan
lingkungan, mutu dan keamanan pada prioritas yang sama dengan produksi, efektifitas
biaya dan moril serta menjadikannya sebagai bagian integral dari fungsi perencana dan
pengambilan keputusan dari setiap aktivitas perusahaan.

128
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Kebijakan ini didokumentasikan, diterapkan, dipelihara, dikaji ulang secara
periodic, dikomunikasikan ke semua orang yang bekerja untuk perusahaan
dan tersedia bagi masyarakat umum yang memerlukan.

Gambar IV.5 Kebijakan Sistem Manajemen Terpadu (SMT)

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

4.2.2.4 Kebijakan Hijau

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap sebagai Perusahaan pengolah


minyak dan dan gas bumi menjadi produk Bahan Bakar Minyak (BBM), Non BBM
(Paraxylene, Lube Base Oil dan Gas), dan Petrokimia (Paraxylene, Benzene, Sulfur,
Propylene) menyadari adanya resiko yang timbul dari kegiatan operasinya terhadap
lingakungan. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah berkomitmen untuk
menjadi perusahaan berwawasan lingkungan dalam setiap kegiatannya dan rencana
kedepannya (sesuai RJPP tahun 2015-2020) yang ditinjau dari beberapa aspek yaitu :

129
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
1. Sistem Manajemen Lingkungan
Patuh 100% taat kepada peraturan dan perundangan yang ditetapkan oleh pemerintah
dengan cara :
a. Menjaga, melindungi, dan mencegah pencemaran dan kerusakan
lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi dan distribusi
pengolahan minyak dan gas bumi.
b. Meningkatkan kesadaran dan implementasi program pelestarian
lingkungan dengan melibatkan seluruh pekerja, keluarga, mitra kerja, dan
masyarakat.
c. Mengendalikan dan memperbaiki kualitas lingkungan secara
berkesinambungan melalui pengawasan dan audit secara berkala.
d. Tanggap dan merespon dengan cepat setiap laporan adanya pencemaran
lingkungan di area PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
2. Manajemen Energi
Mencapai target Energy Intensity Index (EII) sebesar 92,9% pada tahun 2020 dengan
cara :
a. Mencegah pemakaian sumber daya energi dan pendukungnya secara
berlebihan yang dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan
hidup dengan cara meningkatkan kesadaran budaya penggunaan energi
yang efisien dan efektif dengan melibatkan seluruh pekerja, keluarga,
mitra kerja, dan masyarakat.
b. Memenuhi ketentuan penggunaan energi sesuai standar dan regulasi yang
berlaku di lingkungan Pertamina dan Pemerintah.
c. Melakukan kajian, seleksi teknologi, dan benchmarking dengan
perusahan sejenis serta berkontribusi terhadap program konservasi energi
nasional.
d. Mengupayakan peningkatan penggunaan energi beru dan terbarukan
(EBT), ramah lingkungan dalam rangka turut serta memperbaiki
perubahan iklim dunia dengan mengurangi efek gas rumah kaca seperti
penggunaan solar cell untuk listrik perumnahan.

130
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
e. Melakukan monitoring dan audit energi untuk mengidentifikasi dan
mengeliminasi kebocoran energi serta mencari peluang penggunaan
energi yang lebih efisien.
f. Mengupayakan program-program insiatif energi.
3. Penurunan Emisi :
Menurunkan pencemaran dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
pencemaran udara konvensional, emisi gas rumah kaca (GRK) dan Bahan Perusak
Ozon (BPO) minimal sebesar 2% selama 5 tahun terakhir dengan cara :
a. Melakukan substitusi bahan penghasil GRK menjadi bahan ramah
lingkungan.
b. Melakukan monitoring, kajian, pemilihan teknologi, dan benchmarking
untuk mengurangi emisi yang berasal dari kegiatan operasional dan Gas
Pencemar Konvensional yang memiliki efek Gas Rumah Kaca (GRK).
c. Kesiapan untuk memproduksi Bahan Bakar Minyak (BBM) ramah
lingkungan dengan standar EURO 4.
d. Menurunkan jumlah bocoran steam non trap dan steam trap.
4. Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 :
a. Mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh buangan Limbah B3 dan Limbah Non B3.
b. Mengelola Limbah B3 dan Limbah Non B3 yang dihasilkan dari
kegiatannya dengan menerapkan konsep 4R (Reduce, Reuse, Recycle,
Recovery).
c. Melakukan pengelolaan Limbah B3 dan Non B3 dengan minimalisasi,
substitusi serta pengendalian penggunaannya secara berkesinambungan.
d. Menerapkan teknologi pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3
serta melakukan benchmarking dengan perusahaan sejenis dalam upaya
4R.

131
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5. Konservasi Air
Menurunkan intensitas penggunaan air ataupun beban pencemar air sebesar 1%
selama 5 tahun dengan cara :
a. Mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
jumlah air limbah yang dibuang ke lingkungan dengan melakukan
berbagai kajian, penerapan teknologi konservasi air, serta melakukan
benchmarking dengan perusahaan lain.
b. Melakukan perbaikan kinerja konservasi air dan penurunan beban
pencemaran dari air limbah secara terpadu dan berkesinambungan.
6. Perlindungan Keanekaragaman Hayati :
Menaikkan nilai indeks keanekaragaman sebsar 1% untuk flora, dan 3% untuk fauna
dengan cara :
a. Mengintegrasikan pertimbangan konservasi keanekaragaman hayati
dalam setiap aspek lingkungan dan sosial.
b. Menjaga keanekaragaman hayati dengan meminimalisasi dampak dari
kegiatan operasional.
c. Melakukan mitigasi dan pencegahan resiko terhadap tata guna lahan
serta merencanakan dan memodifikasi desain, konstruksi dan praktik
operasi untuk melindungi keragaman spesies flora dan fauna serta habitat
sensitive yang berada di dalam maupun di sekitar RU IV.
d. Meningkatkan etika, kesadaran serta aksi pelestarian keanekaragaman
hayati di kalangan pekerja dan masyarakat sekitar.
7. Community Development dan Corporate Social Responsibility :
a. Menjalin hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat
sekitar serta membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar
secara berkelanjutan melalui bidang-bidang, pendidikan, kesehatan,
lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat, infrastruktur, dan
manajemen bencana.
b. Mendukung program pemerintah daerah dalam pembangunan dan
pengembangan potensi masyarakat guna meningkatkan
kesejahteraannya.
132
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar IV.6 Kebijakan Hijau 2018 Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

4.2.3 Peran, Tanggungjawab, dan Wewenang Organisasi

Untuk memastikan supaya Sistem Manajemen Lingkungan (SML) berjalan dengan


baik, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah membentuk struktur
organisasi yang bertanggungjawab terhadap implementasi dari keseluruhan Sistem
Manajemen, yaitu QM (Quality Management Section). Quiality Management bertindak
selaku sekretariat dari keseluruhan Sistem Manajemen yang diimplementasikan termasuk
didalamnya Sistem Manajemen Lingkungan baik dalam hal implementasi, sistem audit,
dan pengendalian dokumen.

1. Peran dan Tanggungjawab Pengelola Air Limbah


Pengelolaan air limbah didasarkan pada ;

133
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
a. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.19 Tahun 2010 tentang Baku
Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak, Gas, dan Panas
Bumi.
b. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur No. 02 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
c. Kebijakan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap : Kebijakan
QHSSE dan Kebijakan Hijau

Dalam melaksanakan pengelolaan air limbah, PT. Pertamina (Persero) Refinery


Unit IV Cilacap memberikan kewenangan kepada bagian produksi seperti HCC,
HSC, Dis and Wax, Oil Movement, dan Utilities dengan berkoordinasi dengan
Environmental Section.

2. Peran dan Tanggungjawab Penanganan Limbah B3


Program pelaksanaan pengelolaan limbah B3 didasarkan pada :
a. Berbagai peraturan yang berlaku seperti : PP RI No. 101 Tahun 2014,
PerMenLH No.14 Tahun 2013, KepKa Bappedal No. 01/02/03 Tahun 1995.
b. Dokumen Izin PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap :
Keputusan Wali Kota Cilacap No. 660.1/640/24/2018.
c. Kebijakan QHSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dan
Kebijakan Hijau.

Pelaksanaan pengelolaan limbah B3 berada dibawah tanggungjawab


Environmental Section, yaitu Jr. Officer Waste Management. Staff yang mengelola
limbah B3 telah memiliki kompetensi dan latar belakang yang relevan dalam
pengelolaan limbah B3. Dalam melaksanakan tanggungjawab dan kewenangannya,
staff pengelola limbah B3 akan melakukan koordinasi dengan berbagai bagian
terkait terutama bagian yang menghasilkan limbah B3 untuk keperluan
inventarisasi limbah B3.

3. Peran dan Tanggungjawab Pengelolaan Limbah Non B3


Adapun pengelolaan limbah padat non B3 didasarkan pada :
a. UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

134
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
b. Kebijakan QHSSE dan Kebijakan Hijau

Pengelolaan limbah pada non B3 berada dibawah tanggungjawab


Environmental Section yaitu Jr. Officer Waste Management.

4. Peran dan Tanggungjawab Pengelolaan Emisi Udara


Yang bertanggungjawab atas pengelolaan emisi udara di PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap adalah Environmental Section, yang langsung
dilaksanakan oleh Laboratorium Uji Kualitas PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap.
Program pelaksanaan pengendalian pencemaran udara mengacu pada :
a. Pemantauan Emisi Pembakaran Sumber Tidak Bergerak (PerMenLH No.
13 Tahun 2009)
b. Pemantauan Emisi Pembakaran Sumber Bergerak (PerMenLH No.5 Tahun
2006)
c. Pemantauan udara ambien : Kebisingan (PerMenLH No.48 Tahun 1996),
Getaran (PerMenLH No.49 Tahun 1996)
d. Kebauan (PerMenLH No.50 Tahun 1996)

4.3 Perencanaan

4.3.1 Tindakan untuk Mengatasi Resiko dan Peluang

4.3.1.1 Umum

Untuk memetakan kebutuhan prioritas program lingkungan yang dilaksanakan, PT.


Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah melakukan identifikasi aspek
lingkungan melalui HIRADC (Hazard Identtification Risk Assessment and Determining
Control). Pedoman pembuatan HIRADC tersebut didokumentasikan pada TKO
penyusunan HIRADC RU IV No.B005/E14000/2017-S9. IRA dan Pedoman IRA dapat
dilihat secara online di intranet Pertamina oleh seluruh karyawan. Dokumen IRA sebagai
salah satu bentuk penetapan aspek lingkungan selalu didokumentasikan secara online dan
diperbaharui.

135
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Peluang diidentifikasi dengan membuat Tabel Peluang (Pengaruh yang
Menguntungkan). Tabel peluang ini dimulai dengan mengidentifikasi kegiatan yang daoat
menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan, lalu dari mengetahui aspek dari
kegiatan tersebut, perusahaan menentukan peluang perbaikan dari kegiatan tersebut. Life
Cycle Perspective dipertimbangkan saat menilai probability dan severity sebuah resiko dari
suatu aktivitas.

Gambar IV.7 TKO Penyusunan HIRADC dan Program


SMT

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

136
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.3.1.2 Aspek Lingkungan

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap mengidentifikasi aspek


lingkungan yang terdapat dengan mempertimbangkan life cycle perspective, resiko-resiko
dari kegiatan, aktivitas, dan jasa perusahaan.

Seluruh aspek didasarkan pada kebijakan atau regulasi yang berlaku. Regulasi
tersebut mencakup aspek wajib lingkungan (Pengelolaan limbah B3, AMDAL, air, dan
udara), seta aspek beyond compliance.

Aspek lingkungan yang dikelola PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
telah disebutkan di Kebijakan Hijau (Green Policu), yaitu :

1. Pengelolaan Air Limbah


2. Pengelolaan Limbah B3
3. Pengelolaan Limbah Non B3
4. Pengelolaan Emisi Udara dan Udara Ambien
5. Sistem Manajemen Lingkungan (SML)
6. Keanekaragaman Hayati
7. Efisiensi Energi
8. Konservasi Air

4.3.1.3 Pemenuhuan Kewajiban

Dalam melaksanakan seluruh aktivitas, perusahaan selalu mengidentifikasi dan


menjaga kemutakhiran semua peraturan yang terkait, baik berupa kebijakan, hukum,
ataupun persyaratan lainnya, yang kemudian dikomunikasikan kepada pekerja dan pihak
terkait untuk memastikan bahwa semua peraturan tersebut selalu dipatuhi dan dilaksanakan
sesuai dengan prosedur-prosedur dari bagian legal tentang implementasi hukum dan
peraturan dan kepatuhannya.

Adapun perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang menjadi regulasi PT.


Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, yaitu :

1. Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup.
137
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
2. Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
3. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 42 Tahun 1994 tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan.
5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan
Penilaian Dokumen Amdal.
6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 4 tahun 2000 tentang Panduan
Penyusunan Amdal Kegiatan Pembangunan Pemukiman Terpadu.
7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2000 tentang Panduan
Penyusunan Amdal Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah.
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 6 Tahun 2008 tentang Tata Laksana
Lisensi Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota.
9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 6 Tahun 2013 tentang Program
Penilaian Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
10. Peraturan Menteri Lingkungan Hiduip No. 12 Tahun 2007 tentang Dokumen
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
yang Tidak Memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup.
11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 2014 tentang Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
12. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Udara.
13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 19 Tahun 2010 tentang Baku Mutu
Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi.
14. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.
15. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.1 Tahun 2010 tentang Tata Laksana
Pengendalian Pencemaran Air.
16. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 122 Tahun 2004 tentang Baku Mutu
Limbah Cair bagi Kegiatan Industri.
138
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
17. No. KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
18. No. KEP-50/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan.
19. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2009 tentang Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak Bergerak bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas
Bumi.
20. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu
Air Laut.
21. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 2006 tentang Persyaratan
dan Tata Cara Perizinan Pembuangan Air Limbah ke Laut.
22. Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 8 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara
Ambien di Provinsi Jawa Tengah.
23. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2009 tentang Ambang Batas
Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru.
24. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.21 Tahun 2008 tentang Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak Bergerak bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit
Listrik Tenaga Termal.
25. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 2007 tentang Fasilitas
Pengumpulan dan Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di
Pelabuhan.
26. Keputusan Bupati Cilacap No.660 Tahun 2011 tentang Pemberian Izin
Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun kepada PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
27. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun.
28. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
29. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
30. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

139
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
31. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 128 Tahun 2003 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Minyak Bumi dan Tanah
Terkontaminasi oleh Minyak Bumi Biologis.
32. Peraturan Pemerintah No. 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan
Tanah untuk Produksi Biomassa.
33. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 7 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa.
34. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 5 Tahun 1995
tentang Simbol dan Label Limbah B3.
35. Undang-Undang No. 19 Tahun 2009 tentang Pengesahan Stockholm
Convention On Persistent Organic Pollutants / POPS (Konvensi Stockholm
tentang Bahan Pencemar Orgaik yang Persisten).

4.3.1.4 Perencanaan Tindakan

Pada saat operasi, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap menghasilkan
beberapa jenis limbah yang tentu saja harus dikelola dan diolah terlebih dahulu sebelum
dibuang ke lingkungan, jenis-jenis limbah yang diproduksi PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap adalah sebagai berikut :

1. Pencemaran air yang berasal dari air limbah proses, drainase, dan pendingin.
2. Pencemaran udara yang berasal dari sumber emisi tidak bergerak seperti tanki
timbern, flare fugitive emission, incinerator, stack (cerobong), kegiatan loading
dan unloading.
3. Limbah B3 meliputi oil sludge, spent catalyst, dan lain-lain.

Berdasarkan hal tersebut, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap


menyediakan fasilitas unit pengolah limbah yang terintegrasi langsung dengan unit-unit
proses maupun yang terpisah dari unit proses. Untuk mencapai sasaran lingkungan yang
sudah ditetapkan, direncanakan, dan dilakukan pengelolaan serta pengolahan terhadap
aspek lingkungan yang sudah diidentifikasi oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap. Berikut penjelasan unit-unit yang terdapat di PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap dalam mencapai sasaran lingkungan :

140
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
1. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
IPAL adalah unit pengolahan air buangan dari proses produksi Kilang BBM
atau FOC (Fuel Oil Complex). Kapasitas unit IPAL ini berdasarkan desain
perencanaan terpasang mampu mengolah 4.000 m3/hari limbah produced
water yang berasal dari unit SWS dan unit Desalter FOC I dan FOC II. IPAL
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap menggunakan tiga metode
utama untuk mengatasi pencemaran, yaitu fisika, kimia, dan biologi.

2. Waste Water Treatment (WWT)


WWT adalah unit pengolahan air buangan dari proses produksi Kilang RFCC
(Recidual Fluid Catalytic Cracking). Proses pengolahan air buangan
dilakukan secara fisika, kimia, dan biologi untuk menghasilkan air buangan
yang memenuhi peraturan yang berlaku.
3. Sour Water Stripper (SWS)
SWS merupakan unit yang berguna untuk menurunkan kandungan pencemar
air limbah sebelum diolah di IPAL terutama untuk parameter sulfide dan
ammonia. Selain itu, hasil dari pengolahan SWS dapat dimanfaatkan kembali
untuk mencuci crude dari kandungan garam dalam desalter.
4. Corrugated Plate Interceptor (CPI)
Pembangunan CPI juga berguna untuk menurunkan beban pencemaran air. Air
limbah proses yang berasal dari sump di unit produksi, akan mengalami pre-
treatment sebelum masuk ke IPAL. Dalam CPI, air limbah akan mengalami
pemisahan dari minyak dan padatan sehingga akan meringankan beban kerja
IPAL
5. Pembakaran Flare
Kilang SRU atau Sulfur Recovery Unit menghasilkan buangan berupa gas
metana. Oleh karena itu, dilakukan pengelolaan gas buangan berbahaya ini
dengan cara dibakar di flare agar gas metana tidak tersebar luas ke udara dan
membahayakan kesehatan para pekerja hingga masyarat sekitar dalam konteks
yang lebih luas.
141
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
6. Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan limbah B3 dilaksanakan dengan pengumpulan, pewadahan, dan
penampungan limbah di TPS B3 dalam kilang PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap, lalu kemudian diangkut oleh pihak ketiga seperti
PPLI misalnya.
7. Pengelolaan Limbah Non B3
Pengelolaan limbah non B3 dilaksanakan dengan upaya pemilahan sampah
perkantoran dalam area kilang, serta pemanfaatan galon air juga coffee maker
machine dengan tujuan mengurangi pemakaian kemasan single use plastic
yang tidak ramah lingkungan serta menambah beban buangan limbah
domestik.

Gambar IV.8 Waste Water Treatment (WWT) di Area RFCC


(Sumber : Penulis melakukan pengambilan gambar secara langsung)

142
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar IV.9 Pengolahan Limbah B3 berupa Spent Catalyst


(Sumber : Penulis melakukan pengambilan gambar secara langsung)

4.3.2 Sasaran Lingkungan dan Rencana untuk Mencapainya

4.3.2.1 Sasaran Lingkungan

Penetapan tujuan dan sasaran lingkungan salah satunya mempertimbangkan


masukan dari pihak eksternal, baik itu masyarakat, mitra kerja, konsumen maupun
pemerintah. Tujuan dan Sasaran PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap terdapat
dalam kebijakan hijau, diantaranya :

1. Melaksanakan pencegahan pencemaran dan terjadinya kerusakan lingkungan


di area kerja secara berkesinambungan.
2. Meningkatkan efisiensi energi secara terus menerus, mendukung semua
kegiatan operasi dalam lingkungan kerja yang aman, handal dan nyaman serta
menerapkan teknologi terbaik yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
3. Melakukan kajian, pemilahan, teknologi, dan benchmarking untuk
mengurangi emisi yang berasal dari kegiatan operasional lain berupa Gas
Rumah Kaca (GRK) dan Gas Pencemar Konvensional.
4. Melakukan pengendalian serta peningkatan kinerja pengelolaan limbah B3 dan
limbah padat non B3 secara berkesinambungan.
143
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5. Melakukan berbagai kajian, penerapan teknologi konservasi air, serta
melakukan benchmarking dengan perusahaan lain.
6. Menjaga keanekaragaman hayati dengan memnimalisasi dampak dari kegiatan
operasional.

4.3.2 Perencanaan untuk Pencapaian Sasaran Lingkungan

1. Pengelolaan Air Limbah


Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berasal dari FOC yang terdiri dari SWS
dan Desalter. Debit yang masuk ke unit IPAL tidak menentu tergantung dengan
proses produksi sehingga cenderung fluktuatif. Debit limbah yang masuk dihitung
menggunakan flow meter dan dicatat setiap 30 menit sekali selama 24 jam.
Kapasitas dari IPAL FOC adalah 4.000m3/hari. Sedangkan kondisi aktualnya
dalam satu hari debit limbah yang masuk dapat mencapai 5.000-6.000m3/hari. Air
Limbah dari SWS FOC I dan FOC II mengalir ke equalitation tank sedangkan
limbah desalter FOC I dan FOC II mengalir ke unit API. Limbah cair yang
berasal dari Desalter FOC I dialirkan ke unit API menggunakan sistem gravitasi
karena tekanan awal 0,42kg/cm2 yang dimiliki oleh air limbah ini mampu
dialirkan ke unit API dan limbah cair yang berasal dari Desalter FOC II dialirkan
ke unit API menggunakan pompa sentrifugal. Pompa ini berjumlah 2 unit, 1

144
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
bekerja, dan 1 lagi standby. Berikut adalah skema unit IPAL di PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap :

Gambar IV.10 Flow Diagaram Unit IPAL PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

Lumpur yang terendapkan di zona Iumpur API Separator dipompakan ke unit


Pengental Pasir. Sistem penyisihan ini secara fisik menggunakan perbedaan
densitas, sehingga lumpur/pasir/padatan tersuspensi akan mengendap. Efisiensi
penyisihan dari lumpur ini dapat mwdencapai lebih dari 90%, sehingga air yang
keluar dari bak ini lebih jernih dari kondisi awal dan lumpur yang keluar menjadi
lebih kuat. Nilai hydraulic loading pada pengental pasir berkisar antara 2-10
m/m/hari. Menurut Qasim (1985), solids loading pada Pengental Pasir adalah 15-
150 kg m2/ hari. Dalam desain IPAL PT Pertamina RU IV, unit Pengental Pasir yang
akan digunakan berbentuk lingkaran. Kemudian lumpur yang telah diolah di
pengental pasir akan masuk ke Belt Press Primary untuk dikeringkan dan mengurangi
volume lumpur tersebut menjadi sludge cake. Lumpur yang telah di keringkan dari
Belt Filter Press Primary akan dialirkan secara gravitasi ke Sump Pit Primary
kemudian dialirkan ke unit API.

Air limbah yang berasal dari API kemudian dialirkan ke unit CPI Separator yang

145
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
berjumlah 2 unit. Kegunaan dari unit ini adalah untuk mengurangi dan memisahkan
kembali minyak yang terbawa air buangan dengan cara campuran minyak dari air
akan dialirkan diantara plat-plat tersebut. Karena perbedaan densitasnya, partikel
bergerak ke atas, lapisan air tetap berada di bawahnya dan partikel yang berat serta
solid akan terkumpul ke bagian paling bawah sebagai sludge, kemudian air yang
sudah dipisahkan dari minyak masuk ke bak equalisasi untuk proses selanjutnya.

Selanjutnya air limbah yang berasal dari CPI Separator akan masuk ke dalam
Equalization Tank bersamaan dengan air limbah yang berasal dari SWS FOC I dan
II. Pada Equalization Tank akan terjadi proses pencampuran secara fisik. Fungsi dari
unit ini adalah untuk menyamakan kondisi fisik dan kimia air limbah yang berasal
dari CPI Separator dan SWS sebelum diolah di unit DAF. Equalization Tank
dibutuhkan agar tidak terjadi shockloading. Pada Equalization Tank terdapat 3 buah
surface aerator yang berfungsi sebagai mixer untuk menghomogenkan karakteristik
pada air limbah dan juga untuk mencegah terbentuknya suasana aerob pada bak ini.

Setelah melalui Equalization Tank, limbah cair dialirkan ke DAF dengan


menggunakan pompa sentrifugal, dimana pompa sentrifugal ini terdiri dari 2 unit.
DAF digunakan untuk menyisihkan suspended solid yang mengandung minyak dari
limbah cair dengan cara mengangkat partikel kecil yang tidak dapat mengendap
secara gravitasi. Pada sistem ini, udara dilarutkan ke dalam limbah cair dengan
tekanan cukup tinggi dan dilepaskan pada tekanan atmosfir di dalam 146omest
pengapungan. Kemudian hasil lumpur dari proses DAF masuk menuju pengental
pasir dan minyak masuk ke Oil Storage Tank yang kemudian ke Slope Tank. Air
limbah hasil pengolahan DAF masuk ke unit aeration tank.

Limbah yang masuk ke Aeration Tank masih mengandung zat organik terukur
sebagai BOD, COD. Dan Amonia yang masih diatas baku mutu. Aeration Tank
tersebut memiliki prinsip lumpur aktif dengan menggunakan jenis mikroorganisme
yang mampu mendegradasi 146omesti, phenol, merkuri, dan zat organik lainnya.
Setelah itu air limbah akan masuk kedalam sedimentation tank untuk memisahkan
MLSS. Lumpur yang masih mengandung mikroorganisme akan dikembalikan ke
Aeration tank, sedangkan yang sudah tidak terdapat mikroorganisme akan
146
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
mengendap dan dialirkan ke sluge thickener dan masuk ke belt press secondary.

Konsep dari sludge thickener sama dengan pengantal pasir. Perbedaan dari kedua
unit tersebut adalah pada sludge thickener jenis partikel yang diolah adalah partikel
flok sedangkan pada pengental pasir yang diolah adalah partikel diskrit. Setelah itu
air yang sudah melalui unit IPAL akan masuk ke dalam clean water tank untuk
ditampung sementara sebelum dialirkan ke holding basin dan cooling water tank.

Karakteristik Air Limbah PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap


Desain yang digunakan unit IPAL di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap berasarkan karakteristik dapat dilihat pada Tabel dibawah :

Tabel IV.2 Desain Perencanaan IPAL Berdasarkan Karakteristik Influent


Limbah

No. Parameter Satuan Desain

1. Debit m3/hari 4000

2. pH - 6-9

3. BOD5 mg/l 600

4. COD mg/l 1000

5. Minyak dan Lemak mg/l 1000

6. Ammonia mg/l 100

7. Temperatur oC 40

8. Sulphida mg/l 15

9. Fenol mg/l 70

10. Hg mg/l 0.025

11. TSS 400

147
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
Kualitas air limbah yang masuk ke dalam IPAL dipengaruhi oleh bahan baku yang
digunakan di FOC I dan II. Semakin jelek bahan yang digunakan maka semakin
tinggi kadar pencemar yang masuk ke dalam IPAL.

Setiap bulan, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap melakukan


pemantauna terhadap kadar influent dan effluent libah pada unit IPAL. Hal tersebut
dilakukan untuk memastikan bahwa air limbah yang akan dikeluarkan ke badan air
sudah memnuhi baku mutu, sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Sampling
influent dilakukan pada titik kordinat 07°42’13” LS dan 108°59’43” BT. Sedangkan
untuk titik kordinat pemantauan effluent berada dititik 07°42’13” LS dan
108°59’37” BT. Sampel yang telah diambil dititik kordinat dibawa ke laboratorium
pemerintah dan laboratorium milik pribadi di PT Pertamina RU IV Cilacap untuk
dilakukan analisis dan perhitungan terhadap kadar pencemar yang masuk dan
keluar dari IPAL. Terdapat beberapa parameter yang diukur dari sampel tersebut,
yaitu: BOD5, COD, minyak, H2S, NH3, Phenol, pH, dan suhu.

Baku mutu yang harus dipenuhi adalah Baku Mutu Pembuangan Air Limbah dari
Kegiatan Pengolahan Minyak Bumi, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.19
Tahun 2010 dan Peraturan Daerah Jawa Tengah No. 5 Tahun 2012. Berikut adalah
hasil pengukuran influent dan effluent dari IPAL pada Bulan Maret 2018 – April
2019 yang dapat dilihat pada kedua tabel dibawah :

148
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Tabel IV.3 Hasil Pengukuran Influent dari IPAL pada Bulan Maret 2018-April 2019

Maret April Mei Juli Agustus


No Parameter Juni 18
18 18 18 18 18

1 BOD 5 629 231,4 522,5 449 350,1 354,3


2 COD 2892 2554 2597 1356 612,2 509,8
Minyak &
3 8,59 14,4 13,34 27,98 45,91 48,89
Lemak
4 Sulfida Terlarut 0,032 0,043 0,059 0,007 0,108 1,323
5 Amonia 39,3 49,82 42,57 <0,01 51,5 0,615
6 Phoneol Total 589.8 741,7 632,6 220,5 20,47 69,9
7 pH 8,6 8,8 8,9 9,3 8,9 8,3
8 Suhu 39 36 39 38,5 38,5 38

Feb Mar Apr


Sep 18 Okt 18 Nov 18 Des 18 Jan 19 rata2
19 19 19

384,7 261,1 172,9 567,6 671,8 1057 833,5 399,2 491,7


1242 392,4 1011 1229 1220 1570 2288 969 1460
22,2 11,42 31,76 103,5 88,61 67,99 31,7 18,74 38,22
6,898 0,994 0,659 0,462 0,056 0,019 0,8887 0,717 0,876
0,62 1,768 101,8 116 1,736 129,4 75,52 0,184 46,99
27,82 18,02 5,252 153,2 4,009 166,3 540,2 114,32 236
9,7 9 8,7 8,8 8,7 9,4 8,5 8,7 8,879
40 40 38 40 43 43 35,5 44 39,46

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap

Tabel IV.4 Hasil Pengukuran Effluent dari IPAL pada Bulan Maret 2018-April 2019

Maret Mei Juli


No Parameter Apr-18 Juni 18 Agustus 18
18 18 18

1 BOD 5 68,7 38,61 40,66 53 74,93 34,85

149
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
2 COD 134,5 113,1 139,3 137,4 130,3 64,6
Minyak &
3 6,13 0,05 2,65 6,44 <0,05 2,93
Lemak
4 Sulfida Terlarut 0,215 0,112 0,044 0,027 0,028 0,075
Sep- Okt Nov- Des Feb- Mar- Apr-
5 Amonia 3,865 1,483 Jan 19 <0,01
6,962 5,91 rata2
18 18 18 18 19 19 197,43
6 Phoneol Total 0,192 0,47 0,229 0,37 0,047 0,039
7 pH 58,1 27,427,1 66,09 7,3
70,267 32,98
7,6 51,76
7,9 69,2
7,9 79,047,6 54,66
8 Suhu144,5 121,430 143,5 31,5
139,37 144,3
30 110,8
31 153,1
29,5 148,329 130,3
15,4 3,81 1,825 2,915 8,39 15,78 12,17 13,82 7,101
0,395 0,039 0,153 0,058 0,034 0,015 0,347 0,081 0,116
1,468 6,3 4,19 1,5 6,8 6,7 7,2 4,4 4,939
0,216 0,002 0,048 0,086 0,08 0,031 0,086 0088 0,142
7,3 7,7 7,4 7,8 7,7 8 7 7,5 7,557
30,5 30,5 29 31 31,5 31 30,5 30,5 30,39

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

Tabel IV.5 Baku Mutu Pembuangan Air Limbah Proses dari Kegiatan Pengolahan

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum

1. BOD5 mg/L 80

2. COD mg/L 200

3. Minyak dan Lemak mg/L 25

4. Sulfida Terlarut mg/L 0.5

5. Amonia mg/L 5

6. Phenol Total mg/L 2

7. pH - 6-9

8. Suhu o
C 45

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

Untuk hasil effluent dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) secara
keseluruhan sudah berada dibawah baku mutu maksimum, hanya ammonia pada beberapa bulan

150
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
tertentu yaitu pada Bulan Mei, Juli, Agustus, dan Oktober pada tahun 2018 dan pada Bulan
Januari, Februari, dan Maret pada tahun 2019 berada sedikit diatas baku mutu maksimum. Hal
ini disebabkan karena, sedang banyak bakteri yang mati (death phase) dan harus diganti atau
dilakukan input bakteri baru pengganti.

a. Pengelolaan Masing-Masing Jenis Air Limbah


Masing-masing jenis air limbah dikelola secara terpisah. Pengelolaan air
limbah di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dilakukan pada
keseluruhan rantai proses mulai dari tahap supply chain berkaitan dengan
pengelolaan crude oil hingga badan penerima buangan air limbah. Dalam
pelaksanaannya, Environmental Section akan berkoordinasi dengan Sulfur
Recofery Unit, Laboratory, dan LOC I untuk secara sinergis melakukan
pengelolaan proses yang akhirnya akan memberikan dampak positif bagi air
limbah.

Air limbah proses akan diolah dengan pengolahan fisik, kimia, dan biologis.
Air limbah proses yang telah mengalami pengolahan akan digunakan
kembali oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Adapun air
yang dibuang ke lingkungan yaitu Sungai Donan tepatnya dengan dilakukan
pemantauan pada titik penataan terlebih dahulu sesuai yang tertera dalam
izin pembuangan limbah cair PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap. Minyak dipompakan dan dapat digunakan kembali sedangkan
airnya dialirkan ke Instalasi Pengolahan Limbah Cair dan akan dilakukan
pengolahan secara fisika, kimia, dan biologi. Kapasitas unit IPAL
berdasarkan desain perencanaan terpasang adalah mampu mengolah 4.000
m3/hari limbah produced water yang berasal dari unit Sour Water System
(SWS) dan unit Desalter FOC I dan FOC II. Bangunan pengolahan limbah
cair yang digunakan oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
adalah API Separator, CPI Separator, Equalization Tankm DAF (Dissolved
Air Flotation, Aeration Tank, Sedimentation Tank, Clear Water Tank.

151
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Sedangkan sistem pengolahan lumpur dan pengumpul minyak terdapat Bak
Pengental Pasir, Sludge Thickener, Belt Filter Press, dan Tangki
Penampung Minyak.

Berdasarkan Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) yang dimiliki oleh


perusahaan, maka debit air limbah cair yang diizinkan untuk dibuang
kesaluran yang menuju sungai donan telah memenuhi baku mutu air limbah
sesuai dengan peraturan Keputusan Bupati Cilacap No. 050-31- 30-2014.
Proses pengolahan air limbah drainase dan air limbah sisa pendinginan
dilakukan dengan metode gravitasi yaitu air sisa atau buangan dari drainase
pendinginan masuk kedalam saluran yang nantinya akan ditampung dalam
holding basin saluran ini berbeda dengan saluran air limbah proses, kotoran
yang ada akan mengendap atau settling didalam bak lalu air yang lolos dari
oil boom akan dibuang ke Sungai Donan.

Limbah proses hasil dari pengolahan minyak yang dilakukan di refinery unit
berasal dari unit Sour Water Stripper (SWS) dan unit Desalter yang berada
di kilang FOC I dan II akan dialirkan melalui under ground sewer yang
berisikan minyak khusus sisa hasil pengolahan, yang selanjutnya akan
dikolah di dalam Instalasi Pengolahan Limbah Cair. Air limbah yang
berasal dari unit SWS langsung masuk kedalam bak equalisasi sedangkan
air limbah yang berasal dari unit desalter harus melalui API Separator dan
CPI Separator untuk mengurangi kadar minyak yang masuk ke dalam IPAL
karena kadar minyak yang tinggi karena crude oil yang mengandung garam,
air, dan sedimen.

b. Pengendalian Pencemaran Air


Untuk mencegah terjadinya pencemaran di sungai Donan, PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memiliki bagian khusus yaitu
Water Pollution Control yang berapada dibawah Environmental Section.
Bagian ini bertugas untuk melakukan perencanaan dan penanggulangan
152
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
apabila terjadi tumpahan minyak diperairan untuk mencegah keluar dari
area PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
Water Pollution Control merencanakan dan melaksanakan pencegahan
pencemaran dengan berkoodinasi dengan Marine. Selain melakukan
berbagai program untuk pencegahan pencemaran air, Water Pollution
Control juga melakukan pengelolaan terhadap material penanggulangan.
Adapun berbagai pelatihan yang yang bertujuan untuk memaksimalkan
keahlian dari staff dan anggota penanggulangan.

2. Pengelolaan Limbah B3
Beberapa upaya PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap untuk
mengurangi dan memanfaatkan limbah B3 yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
 Melakukan pengaturan penggunaan bahan utama dan bahan pembantu
produksi untuk meminimalisasi timbulan limbah B3 melalui inventarisasi
limbah B3.
 Mengganti bahan kimia dengan bahan ramah lingkungan contohnya
penggantian injeksi klorin untuk pendingin (Cool Water Intake) dengan
biocide (untuk membunuh mikroba dalam air laut).
 Membeli bahan kimia dalam ukuran besar untuk menghindari kemasan
bekas B3, serta membatasi jenis bahan kimia yang digunakan guna
mereduksi limbah B3 yang dihasilkan.

Limbah B3 di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dikelola di TPS


B3 yang mempunyai izin Bupati Kabupaten Cilacap : No. 660.1/640/24/2018.
Secara rutin, limbah B3 diidentifikasi dan dicatat melalui logbook dan neraca
limbah B3. Hasil dari pencatatan tersebut secara rutin dilaporkan kepada instansi
yang relevan. Limbah B3 disimpan maksimal selama 90 hari, selanjutnya akan
diserahkan dan dikelola oleh pihak ketiga seperti PPLI Bogor atau Geocycle
Holcim.

153
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar IV.11 Pintu Masuk TPS Limbah B3 di PT. Pertamina


(Persero) Refinery Unit IV Cilacap
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

Limbah B3 dikelola secara rutin. Teradapat fasilitas tanggap darurat seperti APAR,
Hydrant, Kotak P3K, eyewash, shower, bak penampung/control untuk mencegah
pencemaran tumbuhan parit, dan sebagainya. Selain itu, TPS ini juga dilengkapi
dengan Buku Pedoman Penanggualngan Keadaan Darurat (PPKD), rute evakuasi,
serta emergency exit. Limbah B3 yang disimpan di TPS ini sudah cukup sesuai
dengan ketentuan teknis dalam PP 101 Tahun 2014 dan PerMenLH No.13 Tahun
2014.

3. Pengelolaan Limbah Padat Non B3


154
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Pengelolaan limbah non B3 termasuk dalam aspek beyond compliance, meski
demikian PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap tetap melakukan
pengelolaan limbah padat non B3 secara serius. Tujuan utama PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap adalah untuk mengurangi jumlah timbulan serta
memaksimalkan pemanfaatan limbah padat non B3 di PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap.
Dalam bidang pengelolaan limbah padat non B3 PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap mengimplementasi paperless system melalui e-correspondency.
Selain itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga memaksimalkan
aplikasi online lainnya untuk meningkatkan kemampuan penelusuran dan
mengurangi pemakaian kertas seperti Broadcast email.
Pengelolaan limbah padat non B3 di , PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap dilakukan dengan menyediakan tempat sampah sebagai bak penampung
sementara yang diletakan di lokasi kilang, perkantoran dan RDP (Rumah Dinas
Perusahaan). Untuk pengelolaan sampah dalam kilang, tempat sampah yang
disediakan hanya 3 jenis yaitu berwarna hijau untuk organik, biru untuk sampah
logam, merah untuk sampah B3, dan kuning untuk sampah anorganik.

Gambar IV.12 Tempat Sampah Domestik di Kawasn di PT.


Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

155
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Sampah yang telah diangkut oleh truk sampah akan ditempatkan sesuai dengan
jenisnya. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menyediakan
Tempat Penampungan Sementara bagi jenis limbah tersebut. Didalam TPS ini
sudah terbagi menjadi 3 blok dengan fungsi penyimpanan limbah B3 yang berbeda.
Pada Blok I ditempatkan untuk limbah B3 Kategori 1 (sludge, material
terkontaminasi, tanah terkontaminasi, pasir ex-sandblast, chemical bekas dan
product off spec), sedangkan pada Blok II dan Blok III ditempatkan untuk limbah
B3 kategori II (majun bekas, filter bekas, kemasan limbah lab, ex-lampu, spent
absorbent, spent catalyst, karbon aktif, catridge, aki/baterai bekas, sulfur dan spent
refractory).
Kegiatan patrol GHK (Good House Keeping) dilakukan setiap hari termasuk
masalah pemilahan sampah. Hal ini untuk memastikan area kilang selalu dalam
keadaan bersih dan bebas sampah. Selain dari upaya-upaya tersebut dilakukan juga
sosialisasi mengenai pengelolaan sampah termasuk pemilahan dan menjaaga
kondisi GHK di lingkungan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga berupaya mengurangi
jumlah produksi sampah. Salah satunya melalui penyediaan air minum galon untuk
mengurangi ketergantungan terhadap minuman kemasan atau utamanya single use
plastic.

4. Pengelolaan Kualitas Udara


Pengelolaan kualitas udara meliputi pengelolaan kualitas udara emisi (sumber
bergerak dan sumber tidak bergerak) serta kualitas udara ambien.
a. Program Pelaksanaan Pengelolaan Kualitas Udara
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap tidak hanya melakukan
pemantauan terhadap kualitas udara, namun juga mengadakan program-
program yang dapat menurunkan beban emisi udara di area kerja
perusahaan. Beberapa upaya yang memeberikan kontribusi terhadap
penurunan pencemaran udara adalah sebagai berikut :
 PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap menggunakan
Flare Gas Recovery System (FGRS) untuk mengurangi emisi flare
156
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
dengan kapasitas hingga 2200 m3/jam. Pengoperasian FGRS
memiliki keuntungan ganda karena selain mampu menurunkan
emisi flare, FGRS juga diubah menjadi produk LPG dan bahan
bakar gas (fuel gas).
 Telah memanfaatkan teknologi ramah lingkungan melalui
penggunaan Solar Cell dari lampu LED yang berdampak pada
penghematan pemakaian bahan bakar.
 Penggunaan air olahan sebagai pengganti Refrigerant Freon yang
lebih ramah lingkungan, menghemat energi, dan memberikan efek
pendinginan lebih baik daripada Freon sehingga pemakai
cenderung mengatur suhu udara lebih bijak.
 Pelaksanaan pemantauan emisi kendaraan rutin dilaksanakan setiap
enam bulan sekali pada seluruh kendaraan operasional PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
 Memaksimalkan penggunaan bahan bakar gas yang beremisi
rendah dengan porsi 70% bahan bakar gas dan 30% bahan bakar
minyak.
b. Emisi Sumber Tidak Bergerak
Dalam rangka pengelolaan kualitas emisi, upaya PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap dalam hal pemenuhan ketentuan teknis adalah
sebagai berikut :
 Membuang seluruh emisi non-fugitive melalui stack/cerobong.
 Pemasangan tempat sampling pada stack/cerobong yang dilengkapi
dengan tangga atau platform serta sumber listrik sebagai fasilitas
pengambilan sampel.
 Memasang dan melakukan perawatan pada CEMS (Contious
Emission Monitoring System) untuk menjamin CEMS beroperasi
dengan normal.
 Mencegah kebocoran atau mengurangi fugitive emission.
 Mengurangi semaksimal mungkin emisi dari flare.

157
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
c. Emisi Sumber Bergerak
Sumber emisi bergerak di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap berasal dari kegiatan operasional kendaraan dalam kilang.
Ambang batas maksimum parameter kendaraan mempertimbangkan GVU
(Grass Vehicle Unit) dan tahun pembuatan yang mengacu berdasarkan
PerMenLH No. 5 Tahun 2006 tentang ambang batas gas buang kendaraan
tipe lama.
d. Pengelolaan Kualitas Udara Ambien
Dalam menjaga kualitas udara ambien disekitar area operasi, selain
melakukan pengendalian pada sumber emisi, PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap juga giat melakukan penghijauan untuk
memperluas area Ruang Terbuka Hijau (RTH). Kegiatan ini dilakukan di
dalam dan juga di luar area kilang.
e. Sistem Pemantauan Kualitas Udara
Metode pemantauan manual dilakukan setiap 6 bulan sekali yang
dilakukan oleh Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
(BBTPPI), Semarang. Dalam proses pemantauan manual, dilakukan
pengukuran udara emisi di sumber emisi dan pengukuran udara ambien di
area sekitar kilang PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran
Industri nomor 004555 menggunakan metode SNI 19-7117.11-2005 yang
dilakukan pada tanggal pengambilan contoh sampel 10 Mei 2017 pada
Stack Flare Kilang Fuel Oil Complex II (FOC II), parameter opasitas
menghasilkan nilai 28,8% dengan baku mutu yang berlaku merupakan
40%. Laporan nomor 000039 dengan pengambilan contoh sampel pada 21
Desember 2017 memberikan hasil opasitas sebesar 29,6% dengan baku
mutu yang berlaku merupakan 40%. Hal ini menandakan bahwa flare pada
FOC II sudah memiliki efisiensi yang baik.

158
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.4 Pendukung

4.4.1 Sumber Daya

Manajemen menjamin ketersediaan sumberdaya utama yang dibutuhkan oleh perusahaan


dalam menerapkan kesisteman secara terintegrasi di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap. Agar sistem manajemen lingkungan dapat beroperasi dengan efektif sehingga
mendapat hasil yang diinginkan, manajemen puncak memastikan ketersediaan sumber daya
yang cukup. Sumber daya yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang berkompeten,
sumber daya berupa dana atau anggaran, teknologi tepat guna, dan infrastruktur.

Gambar IV.13 Jadwal Training Regular untuk Memastikan SDM


Berkompeten
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

4.4.2 Kompetensi

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap memastikan bahwa setiap pekerja,
kontraktor, dan subkontraktor memiliki kompetensi yang sesuai dengan keperluannya. Semua
159
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
pekerja di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap harus mendapatkan pelatihan yang
memadai untuk memastikan bahwa mereka dapat melaksanakan tugasnya secara efektif baik di
bidang mutu maupun HSSE sehingga menghindarkan terjadi kesalahan operasi, pencemaran
lingkungan, kecelakaan kerja ataupun gangguan keamanan.

Kebutuhan pelatihan diidentifikasi dan dilaksanakan sesuai dengan TKO Pelatihan dan
sertifikasi untuk Pekerja di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, termasuk di
dalamnya cara pelaporan, evaluasi keefektifan serta monitoring kompetensinya.

Gambar IV.14 Sertifikasi untuk Menjamin Kompetensi Bidang


(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

160
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.4.3 Kesadaran

Pada poin 6 Kebijakan K3LL serta Pengamanan Perusahaan, PT. Pertamina (Persero)
berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran pekerja serta mitra kerja agar dapat melaksanakan
pekerjaan secara benar, aman, dan berwawasan lingkungan.

Salah satu cara meningkatkan kesadaran pekerja terhadap lingkungan kerja serta pengaruh
kinerja mereka terhadap keefektifan SML adalah dengan melaksanakan pelatihan sesuai dengan
Job Description pekerja. Selain itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap membuat
dan melakukan prosedur komunikasi sebagai berikut :

1. Sosialisasi Kebijakan Lingkungan


2. Sosialisasi Tujuan, Sasaran, dan Program Manajemen
3. Safety Talk
4. OH Talk (Occupational Health Talk)
5. Safety Introduction
6. Pembacaan Visi Misi PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
7. Tool Box Meeting

4.4.4 Komunikasi

4.4.4.1 Umum

Dalam hal implementasi Sistem Manajemen Lingkungan (SML) dan PROPER maka
tujuan komunikasi adalah untuk membentuk semangat partisipasi dari setiap tenaga kerja
terutama dalam:

 Identifikasi resiko bisnis (risk register).


 Identifikasi bahaya, assessment resiko dan penetapan kendali K3.
 Identifikasi aspek, penilaian dampak dan penetapan kendali lingkungan.
 Identifikasi resiko pengamanan, penilaian, dan pengendalian pengamanan.
 Keterlibatan sesuai. Tanggungjawabnya di dalam investigasi terhadap insiden
kecelakaan, pencemaran lingkungan, dan gangguan keamanan.

161
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
 Konsultasi dalam pengembangan dan pengkajian kebijakan dan sasaran mutu dan
HSSE.
 Informasi tentang wakil mereka di bidang HSSE.

Selain itu, konsultasi juga harus dilakukan kepada kontraktor dan tamu perusahaan apabila
terjadi perubahan yang berpengaruh terhadap QHSSE. Sistem Komunikasi dalam PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi internal
dan komunikasi eksternal. Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dari sistem
manajemen. Komunikasi internal dituju kepada pekerja, sedangkan komunikasi eksternal dituju
kepada pelanggan, pemasok, mitra kerja, masyarakat umum dan pemerinta. Komunikasi
internal diatur untuk mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebijakan,
program-program mutu maupun HSSE kepada pekerja. Komunikasi eksternal diatur untuk
menginformasikan aspek mutu ataupun HSSE dalam operasional perusahaan kepada
stakeholder.

Bentuk dari komunikasi yang diterapkan di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap dapat berupa tulisan maupun verbal. Komunikasi yang efektif di PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap disampaikan melalui :

 Rapat/pertemuan
 Memorandum/nota
 Intranet
 Papan pengumuman
 Layar informasi elektronik
 Spanduk
 Majalah/buletin/selebaran
 Telephone
 Email
 Handy Talky (HT)
 Townhall
 Video Conference
 Sosial Media
162
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.4.4.2 Komunikasi Internal

Peraturan terkait segala komunikasi internal tersedia dalam TKO Pelaksanaan Komunikasi
Internal. TKO Komunikasi Internal ini berlaku untuk seluruh pekerja termasuk mitra kerja yang
terlibat dalam kegiatan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Komunikasi internal
terdiri dari dua prosedur, yaitu Top Down (Dari Pimpinan ke Pekerja dan Mitra Kerja) dan
Bottom Up (dari pekerja ke pimpinan).

Setiap rekomendasi inspeksi/audit lingkungan (PROPER dan ISO 14001) selalu


dikomunikasikan kepada fungsi terkait melalui :

 HSE Committee Meeting


 Audit Closing Meeting
 QHSSE Meeting
 Management Review
 Memorandum/nota
 Buletin dan Poster

4.4.4.3 Komunikasi Eksternal

Hasil pemantauan air limbah, emisi, limbah B3 dan pelaksanaan Rencana Pengelolaan
Linkungan-Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL-RPL) dilaporkan kepada instansi terkait
secara berkala. Sebagian besar komunikasi antar PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap dengan stakeholder adalah dengan rapat dan surat resmi. Selain itu, PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga melaksanakan berbagai cara komunikasi eksternal
dengan masyarakat umum, yaitu :

 Sosialisasi kepada Masyarakat Umum


 Penerimaan Informasi/Tanggapan/Keluhan

163
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.4.5 Informasi Terdokumentasi

4.4.5.1 Umum

Seluruh regulasi sebagai dasar kepatuhan telah tercakup termasuk juga regulasi lingkungan
yang telah mempertimbangkan pembaharuan data. Selain regulasi, tercakup juga dokumen
perizinan, PROPER, Kebijakan, dan standar/kode industri.

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap memiliki struktur sistem dokumentasi
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap sebagai berikut :

Level 1 : Pedoman Refinery Operational Excellence Management System

Dokumen ini menetapkan ruang lingkup dan kebijakan manajemen PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap dalam penerapan sistem manajemen terintegrasi (SMM ISO
9001:2015, SML ISO 14001:2015, SMK3 PP 50/2012, SMP, MKP, OHSAS 18001:2007 serta
kesisteman lainnya yang relevan).

Level 2 : Tata Kerja Organisasi (TKO)

Dokumen ini menguraikan tanggungjawab dengan jenis pekerjaan yang melibatkan lebih dari
satu fungsi atau bagian dan disusun dengan mengacau kepada Pedoman Sistem Manajemen PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.

Level 3 : Tata Kerja Individu (TKI) dan Tata Kerja Penggunaan Alat (TKPA)

Dokumen ini menguraikan secara rinci terhadap pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh satu
orang (individu) atau lebih (kelompok pekerja/tim kerja) secara berurutan dan sistematis serta
terstruktur.

Level 4 : Dokumen Eksternal dan Rekaman/Catatan

Dokumen eksternal bisa berupa hukum, peraturan, persyaratan atau dokumen lainnya,
sedangkan rekaman/catatan adalah arsip sebagai bukti pelaksanaan suatu pekerjaan.

164
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.4.5.2 Pembuatan dan Perubahan

Secara umum, dokumen dan rekaman dapat diidentifikasi dengan jelas. Segala jenis Sistem
Tata Kerja (STK) terdapat format tertentu yang dicantumkan, diantaranya :

 Fungsi yang terkait


 Judul
 Nomor dokumen
 Revisi
 Tanggal mulai berlaku
 Halaman
 Logo Pertamina

Gambar IV.15 Contoh Header Dokumen Tata Kerja Organisasi

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

Segala dokumen dan rekaman dapat diidentifikasi dengan adanya Daftar Induk
Rekaman. Daftar induk rekaman dicantumkan :

1. Nama Dokumen/Rekaman
2. Jenis Dokumen/Rekaman (memo/undangan/daftar hadir/dll)
3. Proses Bisnis (STK/Jadwal/dan lain-lain)
4. Jenis (Q (Quality)/ S (Safety)/ E (Environment)/dll)
5. Klasifikasi
 Penting/Berguna/Berguna Sementara
 Asli/Copy/Penggandaan
 Rahasia/Biasa

165
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
6. Bentuk Dokumen/Rekaman (Soft Copy/Hard Copy)
7. Indeks (tanggal/semester/tahunan)
8. Lokasi Simpan (ruangan administrator/server)
9. Sarana Simpanan (rak buku/folder sharing/e-correspondency)
10. Waktu Penyimpanan
11. Person in Charge (PIC) Penyimpanan

4.4.5.3 Pengendalian Informasi Terdokumentasi

Semua prosedur atau Sistem Tata Kerja (STK) harus dikendalikan agar selalu mutakhir
dan tersedia di tempat yang membutuhkan. Pelaksanaan pengendalian dokumen ini, termasuk
tata cara pengesahan, distribusi, revisi, dan penarikan dokumen diatur dalam Prosedur
Pengendalian Dokumen STK, selain akses Sistem Tata Kerja (STK) secara online melalui
intranet Portal ROEMS.

Seluruh sistem pengendalian dokumen dikendalikan secara online melalui intranet


manajemen PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dengan berbasis pada RACI
System (Responsible Accountable Consulted Informed). Hal ini akan membuat pengendalian
dokumen dan sistem informasi lebih efektif dan efisien, karena dapat mempermudah akses bagi
pihak yang memiliki wewenang dan memudahkan penyebaran informasi.

Dalam rangka untuk menunjukkan upaya memenuhi kebijakan, sasaran, dan mengevaluasi
efektifitas implementasi ROEMS (Sistem Manajemen Terintegrasi /Terpadu di PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap), maka perusahaan menetapkan sistem pengendalian
informasi terdokumentasi berbentuk rekaman dalam TKO ketik/catatan dengan tetap mengacu
kepada Pedoman Administrasi Terpadu Pertamina, yang mengatur metode untuk mendapatkan
rekaman, menyimpan, melindungi hingga memusnahkan rekaman. Dokumentasi mengenai
Sistem Manajemen Lingkungan dikendalikan oleh QM.

166
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar IV.16 Pengendalian Informasi Terdokumentasi dengan Intranet


(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

Gambar IV.17 Pengelolaan Arsip di Gedung Arsip RU IV

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

167
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.5 Operasi

4.5.1 Perencanaan dan Pengendalian Operasional

Berdasarkan komitmen kepada Kebijakan QHSSE, maka aspek lingkungan harus


diintegrasikan dengan aspek kegiatan di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap) dan
harus dipatuhi oleh pihak ketiga yang bekerja sama dengan PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap). Pedoman pengendalian operasional untuk penerapan seluruh aspek kegiatan,
tercakup dalam Pedoman Contractor Safety Management System (CSMS) No. A-
001/K00100/2015-S9. Revisi Ke-3. Setiap pengendalian operasional didokumentasikan dengan
adanya Tata Kerja Individu (TKI) yang dicantumkan poin-poin sebagai berikut :

 Tujuan
 Metoda/Teknik/Alat
 Pengertian
 Referensi
 Kualifikasi Pelaksana
 Instruksi Kerja
 Indikator Ukuran Keberhasilan

Dalam poin instruksi kerja, tergantung pada jenis kegiatannya, terdapat pula instruksi
tindakan apabila pekerja berada dalam keadaan darurat. Pengendalian operasional yang
direncanakan untuk pengendalian dan pelestarian lingkungan hidup diterapkan melalui :

a. Penataan AMDAL
b. Pengendalian Pencemaran Air
c. Pengendalian Pencemaran Udara
d. Pengelolaan Limbah B3
e. Konservasi Sumber Daya Alam (Air, Efisiensi, Energi, Penurunan Pemanfaatan
Limbah B3/Non B3, Penurunan Pencemaran Udara, Perlindungan
Keanekaragaman Hayati)
f. Sistem Manajemen Lingkungan
g. Pengelolaan Community Development

168
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar IV.18 Pedoman Contractor Safety Management System (CSMS)


(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

4.5.2 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menetapkan, menerapkan,


memelihara dan memperbaharui Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat (PPKD) untuk
mengidentifikasi potensi situasi darurat dan kecelakaan, yang dapat menimbulkan dampak
lingkungan. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap meninjau dan menguji PPKD
secara berkala dan apabila diperlukan akan dilakukan penyempurnaan prosedur tersebut,
khususnya setelah terjadinya kecelakaan atau situasi darurat. Sistem Penanggulangan dan
Pencegahan pencemaran lingkungan diatur dalam suatu prosedur tetap keadaan darurat yang
ada di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, selain mengatur tentang tata cara
penanggulangan kecelakaan kerja dan kebakaran.

Secara periodik dilakukan kegiatan Emergency Drill yang melibatkan pekerja, elemen
masyarakat, Muspida, POLRI, dan TNI. Latihan tersebut diobservasi dan hasilnya akan
dilakukan evaluasi. Penerapan sistem ini berdampak pada penurunan kecelakaan dan kondisi
darurat lain.

169
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar IV.19 Pedoman Penanggulangan Keadaan Darurat di Kilang RU IV


(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

4.6 Evaluasi Kerja

4.6.1 Pemantauan, Pengukuran, dan Analisa

Pemantauan atau pengukuran pencapaian target dan sasaran lingkungan sebagaimana


diatur dalam Pedoman ROEMS dilakukan swapantau dengan menggunakan Laboratorium PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yang telah terakreditasi dengan metodologi yang
benar dan akurat. Metodologi atau prosedur swapantau mengacu pada TKO Pemantauan
Kualitas Lingkungan. Kegiatan ini didokumentasikan, dievaluasi dan dilaporkan secara berkala
kepada GM. Jika didapat ketidaksesuaian akan segera dilakukan perbaikan dan dipastikan
seluruh rekomendasi akan ditindaklanjuti.

1. Pemantauan terhadap Peralatan Produksi


Pemantauan terhadap peralatan produksi dilakukan dengan melakukan kegiatan
inspeksi sesuatt dengan prosedur inspeksi peralatan kilang dan sertifikasi terhadap
peralatan yang bebrhubungan dengan alat angkat dan bejana bertekanan sesuai

170
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
dengan prosedur sertifikasi peralatan kilang. Prosese pemantauan peralatan
produksi ini dilaksanakan secara terprogram dan terjadwal sesuai dengan elemen
mechanical integrity pada Manajemen Keselamatan Proses. Adapun pemantauan
yang dilakukan setiap harinya untuk unit proses otomatis dan 1 semester sekali
untuk unit proses manual.

2. Pemantauan Air Limbah

Air limbah proses yang telah mengalami pengolahan akan digunakan kembali oleh
RU IV dan adapula air limbah yang dibuang ke sungai Donan. Sebelum memasuki
badan air, tidak dilakukan pemantauan karena air yang digunakan oleh proses
hanya diuapkan sehingga tidak berbahaya terhadap lingkungan.

Limbah cair yang berasal dari proses produksi FOC I dan FOC II dialirkan melaui
pipa-pipa IPAL untuk diolah sebelum nantinya dibuang ke Sungai Donan sebagai
badan air penerima. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap melakukan
sistem uji ganda oleh laboratorium internal dan Balai Besar Teknologi Pencegahan
Pencemaran Industri (BBTPPI) sebagai laboratorium eksternal untuk mengetahui
kualitas air limbah sebelum dan sesudah pengolahan apakah memenuhi standar
baku mutu atau tidak.

Berdasarkan Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) yang dimiliki oleh perusahaan,
maka debit air limbah cair yang diizinkan untuk dibuang kesaluran yang menuju
sungai Donan sebanyak 166 𝑚3/jam dan telah memenuhi baku mutu air limbah
sesuai dengan peraturan Menteri LH no. 51 tahun lampiran B-II. Selain limbah cair
dari proses produksi LOC I, LOC II, LOC III, FOC I, dan FOC II, limbah cair dari
RFCC diolah sebelum nantinya dibuang ke sungai Donan sebagai badan air
penerima. Namun SRU (Sulfil Recofery Unit) Limbah langsung dibuang ke sungai
Donan karena limbah yang dihasilkan berwujud H2O atau air.

171
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
3. Limbah B3
Limbah padat kategori B3 dikelola dengan perlakuan khusus dan dibuatkan tempat
sampah B3 yang telah diberi symbol B3. Tempat Sampah B3 diletakkan di areal
kerja perusahaan yang menghasilkan sampah B3.
Limbah padat B3 yang bersumber dari proses pengolahan air limbah berupa sludge
dari proses produksi disimpan di bak penampungan dan kemudian dimasukan ke
dalam karung. Selanjutnya seluruh sampah B3 dikirim ke tempat penyimpanan
limbah B3 sementara yang telah memiliki izin, PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap memiliki Tempat Penuimpanan Sementara (TPS) Limbah B3.
Seluruh kemasan diberikan identitas dan kartu pengenal dampak limbah B3 agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah disimpan <90 hari, limbah B3
yang berada di tempat penyimpanan sementara limbah B3 tersebut dikirim secara
berkala kepada perusahaan-perusahaan pengolah limbah B3 yang telah memiliki
izin dan kerja sama dengan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
Kegiatan Kerja sama antara perusahaan dengan pihak ketiga dilengkapi dengan
surat kerja sama. Seluruh pihak ketiga memiliki surat izin
perusahaan, kementrian pernyataan tidak bersalah, dan rekomendasi angkut yang
dikeluarkan oleh kementrian perhubungan. Setiap kegiatan pengangkutan
dilengkapi dengan manifest untuk membuktikan kegiatan serah terima limbah B3
dan pembuatan matriks pengelolaan limbah B3.

4. Limbah Padat Non B3


Limbah padat non-B3 sebagai dampak kegiatan industri Kegiatan Kerja Sama adalah
sampah domestik dari kegiatan domestik seperti kantor, kantin, dan lingkungan
seperti daun atau ranting pohon, kardus, kertas, plastik, dan kemasan. Semua
limbah padat bersumber dari kegiatan produksi adalah material yang memiliki nilai
ekonomis. Perusahaan menyediakan tempat sampah diseluruh areal lingkungan
kerja perusahaan untuk dapat menampung berdasarkan jenis sampah tersebut.
Seluruh tempat sampah diberikan identitas berupa warna dan label sesuai dengan
jenisnya masing-masing untuk mempermudah karyawan untuk membuang sampah
pada tempatnya.
172
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

5. Pemantauan Kualitas Udara


Selain kegiatan pengelolaan kualitas udara, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap juga melakukan kegiatan pemantauan terhadap udara ambien. Kegiatan
pemantauan udara ambien dilakukan oleh Laboratorium Eksternal BBTPPI
Semarang.
Proses pemantauan pencemaran udara (monitoring) mengacu pada peraturan
perundangan sebagai berikut :
 Undang-undang No.32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.13 Tahun 2009 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Minyak dan Gas Bumi.
 Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 8 Tahun 2001 tentang Baku
Mutu Udara di Provinsi Jawa Tengah.

Untuk pemantauan emisi udara terbagi menjadi dua yaitu, emisi sumber tidak
bergerak dan emisi sumber bergerak. Lokasi yang dipantau meliputi dalam kilang
dan daerah sekitar kilang.

a. Emisi Sumber Tidak Bergerak


Hal-hal yang dilakukan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap untuk memantau dan mengevaluasi kinerja pengelolaan
emisinya meliputi hal-hal sebagai berikut :
 Pemantauna seluruh cerobong secara manual dari Laboratorium
BBTPPI menggunakan CEMS dilakukan setiap 3 bulan sekali.
 Perhitungan beban emisi berdasarkan PerMenLH No. 12 Tahun
2012 meliputi emisi pembakaran dalam dan luar, sumber emisi
kegiatan loading dan unloading, sumber emisi fugitive, sumber
emisi tangka timbun, dan sumber emisi flare.
 Sistem inventarisasi emisi, termasuk indikasi sumber emisi dan
proses yang menyebabkan terjadinya emisi, termausk nama atau
173
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
kode yang digunakan untuk identitas sumber emisi, titik
koordinat, dan parameter emisi utama yang dihasilkan dari
sumber emisi.
 Perhitungan beban emisi manual yang meliputi seluruh emisi
cerobong PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
 Perhitungan emission reduction dari inisiatif pengurangan emisi
dan flare gas recovery.

Berikut ditampilkan contoh hasil pemantauan FOC II oleh Laboratorium


BBTPPI PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap :

Gambar IV.20 Contoh Hasil Pemantauan FOC II oleh BBTPPI

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

b. Emisi Sumber Bergerak


Sumber emisi bergerak di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap berasal dari kegiatran operasional kendaraan dalam kilang. PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap melaksanakan uji emisi
setiap 6 bulan sekali. Hal ini dilakukan untuk mengendali pemakaian
kendaraan yang dapat memberikan kontribusi emisi diatas ambang batas
yang dipersyaratkan PerMenLh No. 5 Tahun 2006.

174
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Pelaksanaan kegiatan pemantauan lingkungan harus disusun menggunakan pendekatan dan
langkah sistematis dan juga harus berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Pendekatan
kegaitan pemantauan lingkungan yang dilakukan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap dilakukan terhadap kegiatan di wilayah usaha yang sedang berlangsung. Permasalahan
lingkungan yang terkena dampak penting akibat kegiatan produksi yang dilakukan PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap sebagaimana tercakup dalam dokumen RKL dan
RPL ini meliputi :

1. Kualitas Udara
 Emisi gas hasil pembakaran seperti : SO2, NO2, CO2, CO, Hidrokarbon, dan
partikulat yang dihasilkan dari peralatan kilang seperti heater, boiler, residu catalytic,
Sulphur plan dan berasal dari penyalaan flare.
 Ambien akibat emisi gas hasil pembakaran dari kegiatan kilang.
 Kebisingan akibat dari alat-alat produksi seperti boiler, kompresor, pompa, serta
akibat dari penyalaan flare.
 Kebauan gas akibat pembakaran terutama NH3 dan H2S di unit Sulphur Plant.
2. Kualitas Air
 Kualitas badan air
 Kualitas air sumur tanah dari operasional kilang
 Kualitas air sungai
3. Biota Perairan Laut dan Udara
Semua data informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja Sistem Manajemen
Lingkungan dicatat, termasuk data aliran, penggunaan sumber daya yang berhubungan
langsung/tidak langsung dengan SDA, catatan pemeliharaan alat pemantauan/pengukur
kalibrasi dan data kualitas limbah serta informasi lainnya. Kinerja lingkungan di
wilayah kerja dan pelaporan kondisi aktual dapat mempengaruhi kinerja SML itu
sendiri dan harus diketahui oleh HSE Manager. Top Mangement di HSE harus
bertanggungjawab dan memiliki komitmen untuk melaksanakan program pemantauan
dan pengukuran Sistem

175
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Manajemen Lingkungan secara menyeluruh. Berikut salah satu contoh titik pantau
dan pengukuran udara pada flare di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.

Gambar IV.21 Contoh Titik Pemantauan dan Pengukuran


(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menetapkan upaya pemantauan dan
pengukuran, serta sarana pemantau dan pengukur yang diperlukan untuk memberikan butki
kesesuaian dengan persyaratan yang telah ditentukan. Pemantauan dan pengukuran terhadap
kinerja lingkungan dilakukan oleh bagian HSE

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap secara berkala. Salah satu bentuk
pengukuran aspek lingkungan dilakukan dengan menetapkan titi pantau/sampling, diantaranya:

1. Titik sampling udara emisi dan flare : 30 tiitk


2. Titik sampling udara ambien : 18 titik
3. Titik sampling CEMS : 3 titik
4. Titik sampling kebisingan : 7 titik
5. Titik sampling air limbah : 8 titik
6. Titik sampling air sumur pantau : 10 titik
7. Titik sampling kebauan : 10 titik

176
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Berikut contoh hasil pemantauan kualitas ambien, kebisingan, air tanah, sungai, air laut,
plankton, dan benthos :

Gambar IV.22 Contoh Hasil Pemantauan Kualitas Udara Ambien,


Kebisingan, Air Tanah, Air Sungai, Air Laut, Plankton, dan Benthos
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

4.6.1.2 Evaluasi Pemenuhan/Kepatuhan

Pemenuhan terhadap kepatuhan peraturan, perundang-undangan dan persyaratan lain yang


sesuai dan terkait dengan keberjalanan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap dievaluasi secara berkala. PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap melakukan evaluasi terhadap hasil pengukuran kualitas produk, dampak
lingkungan, dan ketaatan terhadap isi peraturan/persyaratan lainnya untuk memastikan bahwa
ketentuan peraturan/persyaratan selalui dipatuhi.

Selain itu, evaluasi kinerja perusahaan juga dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan
kegaitan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup (PROPER), yang terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan verifikasi teknis terhadap
pelaksanaan Izin Lingkungan, Pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran
Udara, dan Pengelolaan Padat/Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Evaluasi Kinerja
terkait hal ini dialakukan oleh Dinas Lingkungan Hidpup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah.

177
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Bukti dari hasil pelaksanaannya juga dipelihara, dikomunikasikan dengan melampirkan
rekaman kepatuhan peraturan dalam laporan per-semester. Evaluasi kepatuhan dilaksanakan
dalam QHSSE Meeting.

Gambar IV.23 Contoh Hasil Evaluasi Kinerja oleh DLH Jawa Tengah
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

4.6.2 Audit Internal

4.6.2.1 Umum

Audit internal sebagai metode untuk memastikan efektifitas implementasi ROEMS


(Sistem Manajemen Terintegrasi/Terpadu di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap) harus dilakukan minimal 1 kali dalam 1 tahun. Program audit disusun dengan
mempertimbangkan tingkat pentingnya area yang diaudit dari hasil analisis proses bisnis,
identifikasi dampak lingkungan, analisis resiko K3 dan potensi gangguan keamanan serta
hasil audit sebelumnya.

178
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap melaksanakan audit internal
secara objektif, sistematis, terencana, dan terdokumentasi 2 kali dalam 1 tahun untuk
memastikan Sistem Manajemen Terpadu (SMT) perusahaan :

1. Telah memenuhi pengaturan yang telah direncanakan dan dipersyaratkan standar


internasional maupun persyaratan Sistem Manajemen Terpadu (SMT) PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
2. Diterapkan dan dipelihara secara efektif untuk mencapai sasaran yang telah
direncanakan.

Setelah tim internal audit maupun Lead Auditor yang terlibat telah diberi pelatihan
bersertifikasi terkait Internal Audit termasuk didalamnya Audit Lingkungan untuk
memaksimalkan hasil audit. Selain pelatihan mengenai auditor, dilakukan pula rencana
pemetaan pelatihan bagi pekerja termasuk yang terkait pelatihan mengenai aspek
lingkungan.

Penunjukan auditor dilaksanakan oleh wakil manajemen secara objektif dan


mengikuti persyaratan dan ketentuan dalam prosedur audit internal. Pimpinan setiap fungsi
yang di audit bertanggung jawab untuk segera menetapkan penyebab ketidaksesuaian dan
melaksanakan rencana tindakan perbaikan yang harus mencangkup verifikasi terhadap
tindakan yang diambil dan melaporkan hasil verifikasi yang telah dilakukan.

Data temuan hasil audit internal SML disajikan dalam form yang berisi temuan
standar klausul, departemen yang bertanggungjawab, analisis, aksi, perbaikan, target,
status, dan auditor.

4.6.2.2 Program Internal Audit

Program audit disusun dengan mempertimbangkan tingkat pentingnya area


yang diaudit dari hasil analisis proses bisnis, identifikasi dampak lingkungan, analisis
resiko K3 dan potensi gangguan keamanan serta melaksanakan audit internal, auditor tidak
diijinkan untuk mengaudit bidang yang menjadi tanggungjawabnya sendiri.

179
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
 On Spot Audit Sistem Manajemen Lingkungan (SML) adalah audit yang dilakukan
oleh Tim Internal Audit atau Tim Manajemen diluar waktu audit untuk menguji dan
mengecaluasi efektifitas pengembangan dan penerapan SML setiap saat.
 Internal Audit Sistem Manajemen Lingkungan (SML), adalah suatu proses
penilaian independen yang waktunya telah ditentukan di dalam organisasi PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yang dilakukan oleh Tim Internal
Auditor yang dibentuk oleh manajemen dengan tujuan untuk menguji dan
mengevaluasi efektifitas pengembangan dan penerapan Sistem Manajemen Terpadu
(SMT) terjaga dengan baik.

Ketidaksesuaian atau potensi ketidaksesuaian yang ditemukan audit ditindaklanjuti


oleh Auditee, jika memungkinkan Auditee melaksanakan tindakan segera (correction)
sebelum melakukan tindakan perbaikan atau pencegahan. Tindakan segera dimaksudkan
untuk memperkecil atau menghilangkan akibat dari ketidaksesuaian. Penetapan jadwal,
pelaksanaan, pelaporan audit diatur dalam prosedur pelaksanaan audit internal Sistem
Manajemen.

Gambar IV.24 Contoh Hasil Internal Audit SMT RU IV Cilacap


(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

180
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.6.3 Program Eksternal Audit

Audit eksternal dilakkan oleh badan sertifikasi dalam hal ini adalah TUV Nord
Internasional. Audit eksternal dilakukan 2 kali dalam setahun. Hasil audit berupa temuan non-
conformity (yang wajib diikuti) dan temuan observasi (berupa saran dari badan audit). Selama
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap selalu melakukan tindak lanjut terhadap
semua temuan audit eksternal termasuk hasil observasi.

Gambar IV.25 Contoh Hasil Eksternal Audit oleh TUV kepada RU IV


(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

181
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.6.3 Tinjauan Manajemen

4.6.3.1 Umum

Tinjauan Manajemen Sistem Manajemen PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV


Cilacap dan dilaksanakan sebanyak 2 kali dalam setahun, guna menjamin dan memastikan
kecukupan, kesesuaian, dan efektifitas implementasi Sistem Manajemen Terpadu (SMT) PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap (yang didalamnya terdapat ISO 14001). Tinjauan
Manajemen dilaksanakan setelah audit internal dan sebelum audit eksternal.

Khusus untuk Sistem Manajemen Lingkungan, dibuatkan Berita Acara Pengawasan


Penataan Lingkungan Hidup dengan ditandatangani oleh pimpinan tertinggi (Top Management)
dan disosialisasikan kepada semua bagian yang pelaksanaan Management Review terkait.
Keseluruhan dari hasil audit yang dilaksanakan, ditinjau oleh tim manajemen, ditindaklanjuti,
dilaporkan, didokumentasikan, dan hal tersebut dilaksanakan secara konsisten. Selain hal
tersebut, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap melaksanakan QHSSE Committee
Meeting setiap bulan dimana salah satu agenda yang dibahas adalah efektifitas pengembangan
dan penerapan Sistem Manajemen Lingkungan.

Selain itu, untuk memastikan sistem manajemen yang berlaku dilaksanakan dengan
optimal, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga melakukan :

1. Pembuatan laporan pertiga bulan


2. Pembuatan laporan persemester setiap 6 bulan

182
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Dengan adanya meeting dan pembuatan laporan tersebut, dapat disimpulkan bahwa telah
dilakukan evaluasi setiap bulan, 3 bulan, dan persemester (6 bulan).

Gambar IV.26 Notulensi Rapat Pimpinan dengan Bahasan Tinjauan


Manajemen
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

4.7 Peningkatan

4.7.1 Umum

Peningkatan kinerja lingkungan dilaksanakan dengan awal mulanya mengidentifikasi


resiko dari suatu kegiatan operasi lalu ditentukan peluang untuk peningkatan. Setelah
ditentukan peluang untuk perbaikan, direncanakan tindakan korektif yang dapat dilakukan oleh
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Penentuan tindakan perbaikan/korektif juga
mempertimbangkan output dari evaluasi kinerja, kepatuhan kewajiban, tinjauan manajemen,
dan audit internal.

183
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.7.2 Ketidaksesuaian dan Tindakan Perbaikan

Ketidaksesuaian dapat diidentifikasi dari pelaksanaan audit internal (On Duty, Safety Walk
and Talk, PEKA, Management Walkthrough) maupun audit eksternal (sertifikasi, re-sertifikasi,
ISRS, audit PROPER, penataan kewajiban). Untuk setiap ketidaksesuaian kualitas produk yang
teridentifikasi, harus dipisahkan atau minimal ditandai sehingga tidak tercampur dengan produk
yang baik.

Untuk ketidaksesuaian atau potensi ketidaksesuaian yang berhubungan mutu, dampak, dan
kegiatan HSSE jika memungkingkan harus dilakukan tindakan segera (correction) untuk
menghindari ketidaksesuaian, mencegah pencemaran, kecelakaan kerja, dan gangguan
keamanan, yang selanjutnya dilaporkan kepada pihak yang bertanggungjawab.

Setelah diidentifikasi ketidaksesuaian yang terjadi, ketidaksesuaian tersebut akan ditinjau


dan dilaporkan kepada Manajemen Puncak serta kedalam penelusuran tindak lanjut (online),
QHSSE Meeting, atau Rapat Operasi Bisnis, tergantung dari tingkat keseriusan ketidaksesuaian
tersebut. Penanganan ketidaksesuaian dan potensi ketidaksesuaian dilakukan berdasarkan
prosedur pelaksanaan tindakan perbaikan dan pencegahan. Prosedur yang dimaksud adalah
PTKP atau Permintaan Tindakan Koreksi dan Pencegahan, seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar IV.27 Notulensi Rapat Pimpinan dengan Bahasan Tinjauan


Manajemen

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

184
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.7.3 Peningkatan Berkelanjutan

Sesuai dengan komitmen PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dalam
kebijakan Sistem Manajemen Terpadu, dilakukan perbaikan berkelanjutan terhadap Sistem
Manajemen Lingkungan (SML). Perbaikan berkelanjutan dapat direncanakan pada saat
pelaksanaan QHSSE Meeting, Management Review, maupun Rapat Operasi Bisnis dengan
ditinjau kesesuaian dan kelayakan SML diterapkan.

185
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
TEKNOLOGI BERSIH

4.8 Pengelolaan Energi

4.8.1 Sistem Penerangan

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, penggunaan energi di Gedung


HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap terletak pada sistem pencahayaan
ruangan atau lampu, sistem pendingin ruangan atau AC (Air Conditioner), penggunaan
mesin printer, mesin fotocopy, dispenser, PC (Personal Computer) yang terletak pada
beberapa meja kerja, dan berbagai alat elektronik lainnya. Dalam analisa kondisi eksisting
pengelolaan energi di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
kali ini, batasan yang digunakan adalah Sistem Pendingin Ruangan (AC) dan juga Sistem
Penerangan Ruangan (Lampu).

Gambar IV.28 Penggunaan Lampu Tanam (Downlight) di Gedung HSSE RU IV


(Sumber : Penulis Menggunakan Kamera Perusahaan)

186
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar IV.29 Jenis Lampu yang Digunakan adalah Lampu Tornado 20 watt
(Sumber : Penulis Menggunakan Kamera Perusahaan)

Sistem penerangan dilakukan dengan menggunakan lampu tanam (downlight) jenis


Tornado (belum dan bukan LED Bulb) sebesar 20 Watt dengan asumsi jam operasi adalah
selama 10 jam kerja yaitu mulai pukul 07.00-17.00 setiap hari kerja Senin-Jumat. Jumlah
total penggunaan lampu di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap ini adalah sebanyak 196 buah dengan rincian sebagai berikut :

187
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Tabel IV.6 Rincian Jumlah dan Daya Lampu di Gedung HSSE RU IV

No. Ruangan Jumlah Lampu Total Daya


20 Watt
(Watt)

1. Env. Section 8 160

2. Sr. Spv. Environment 4 80

3. Fire Section 30 600

4. Hall Utama 30 600

5. Sr. Spv. Facility 4 80

6. Secretary HSE Manager 6 120

7. HSSE Manager 9 180

8. Emergency & Insurance SH 6 120

9. Sr. Spv. Insurance 4 80

10. Occupational Health 6 120

11. Officer Industrial Hygiene 4 80

12. Safety SH 6 120

13. Ruang Rapat 16 320

14. Safety Section 16 320

15. Analyst Cap. Dev. Perf. and Budget 5 100

188
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

16. Administrasi HSSE Manager 8 160

17. Musholla 6 120

18. Area Wudhu dan Toilet 10 200

19. Environmental SH 6 120

20. Junior Safety Officer 6 120

21. Ruang Tunggu Depan 4 80

22. Area Luar Gedung dan Teras 1 20

23. Dapur 1 20

TOTAL 196 3920

(Sumber : Pengolahan Data Penulis)

Berdasarkan perhitungan dari Tabel diatas, maka jumlah total daya yang diperlukan
untuk menghidupkan seluruh lampu di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap pada jam kerja adalah sebesar 3920 Watt. Kemudian dilakukan
perhitungan dengan persamaan kWh/hari standar dibawah guna menentukan Intensitas
Konsumsi Energi (IKE) Listrik di akhir nanti (*perhitungan IKE dilakukan setelah
melakukan perhitungan daya pendingin setelah ini) :

kWh = (P x n x t x 0,77) / 1000

189
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Keterangan :

P = Daya

n = Jumlah Lampu

t = Waktu Menyala

kWh = (20 x 196 x 10 x 0,77) / 1000 = 30,184 kWh/hari

4.8.2 Sistem Pendingin Ruangan

Pada observasi selanjutnya dilakukan perhitungan penggunaan energi berdasarkan


pendingin ruangan. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis di seluruh area
Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap terdapat dua jenis AC
(Air Conditioner), yaitu AC Sentral dan juga AC Split.

Sistem AC Sentral adalah suatu sistem AC dimana proses pendinginan udara


terpusat pada satu lokasi yang kemudian didistribusikan/dialirkan ke semua arah atau
lokasi (satu outdoor dengan beberapa indoor). Sistem ini memiliki beberapa komponen
utama yaitu unit pendingin atau Chiller, Unit pengatur udara atau Air Handling Unit
(AHU), Cooling Tower, sistem perpipaan, sistem saluran udara atau ducting dan sistem
control & kelistrikan. Kelemahan dari AC Sentral ini adalah apabila sistem ini dinyalakan,
maka seluruh ruangan yang memiliki AC Sentral akan nyala dan terdinginkan pula
meskipun tidak ada orangnya, jadi pada waktu tertentu akan lebih boros energi. Namun
kelebihannya adalah dalam perawatan atau maintenance lebih mudah karena terpusat pada
suatu sistem terintegrasi.

Sementara itu, jenis AC lainnya yang digunakan di Gedung HSSE PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap adalah AC Split Standar. Perbedaan fundamental antara
AC Sentral dan AC Split adalah pada AC Split satu unit pendingin terletak pada satu
ruangan memiliki satu unit kompresor dan kipas yang berperan sebagai unit Heat
Exchanger dan terletak diluar ruangan. Sementara pada AC Sentral satu unit set besar
kompresor dan kipas terletak diluar dengan kemudian sistem pendinginnya yang terletak
di beberapa ruangan di dalam. Keuntungan dari AC Split ini adalah penggunaan baik fan
speed, suhu, kelembapan, dan lain-lain dapat diatur berdasarkan kebutuhan masing-masing
190
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
setiap ruangan, sementara AC Sentral tidak, dimana pada AC Sentral semua ruangan akan
sema. Kemudian pada AC Split dapat dimatikan apabila di ruangan tertentu tidak ada
penghuni/pekerjanya tanpa AC diruangan lain mati dengan pekerja yang sedang
melakukan kegiatan, berbeda dengan AC Sentral dimana apabila AC Sentral dimatikan
maka seluruh ruanganpun akan mati sistem pendinginnya. Namun AC Split masih
memiliki beberapa kekurangan yaitu perawatannya yang cenderung lebih kompleks
dibandingkan dengan AC Sentral karena sistemnya terbagi-bagi menjadi beberapa di setiap
ruangan, sementara pada AC Sentral hanya satu sistem terintegrasi.

Gambar IV.30 AC Sentral (Kiri) dan AC Split (Kanan) di Gedung HSSE RU IV


(Sumber : Penulis Menggunakan Kamera Perusahaan)

Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur daya yang diperlukan oleh sistem
pendingin ruangan di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
dihitung dengan data berdasarkan keberadaan jumlah AC Split 1PK atau 2PK di setiap
ruangan yang ada. Keberadaan AC Sentral tidak dapat diketahui besar daya yang
diperlukannya dan tidak ditemukan standar khusus mengenai perhitungan daya AC Sentral,
beberapa literatur (salah satunya cedengineering, Institut Teknologi Bandung mengenai
cooling load calculations) mengatakan bahwa daya yang diperlukan oleh AC Sentral
sangat bervariasi atau custom bergantung pada beban pendingin yang dipengaruhi oleh
banyak faktor. Untuk kasus ini, penulis tidak dapat menemukan besaran daya yang
diperlukan oleh AC Sentral untuk menyala. Namun, sebagian besar ruangan yang AC
Sentralnya berfungsi dengan baik maka ruangan tersebut tidak menyalakan AC Split.
Sementara itu, untuk ruangan yang fungsi AC Sentralnya kurang terasa maka ruangan
tersebut akan menyalakan AC Split. Jadi, hampir tidak ada ruangan yang kondisi AC Split
dan AC Sentralnya menyala bersamaan.

191
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Sehingga untuk perhitungan kali ini diasumsikan yang digunakan adalah AC Split
seluruh ruangan menyala sebagai sistem pendingin yang digunakan, tanpa
memperhitungkan keberadaan AC Sentral yang ada. Sistem pendingin dilakukan dengan
menggunakan AC Split sebesar 840 Watt untuk AC 1 PK dan 1920 Watt untuk AC 2 PK
dengan asumsi jam operasi adalah selama 10 jam kerja yaitu mulai pukul 07.00-17.00
setiap hari kerja Senin-Jumat. Jumlah total penggunaan lampu di Gedung HSSE PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ini adalah sebanyak buah dengan rincian
sebagai berikut :

Tabel IV.7 Rincian Jumlah dan Daya AC di Gedung HSSE RU IV

No. Ruangan AC 1 PK 840 AC 2 PK 1920 Total Daya


Watt Watt
(Watt)

1. Env. Section 1 0 840

2. Sr. Spv. Environment 1 0 840

3. Fire Section 2 2 5520

4. Hall Utama 0 0 0

5. Sr. Spv. Facility 1 0 840

6. Secretary HSE Manager 1 0 840

7. HSSE Manager 0 1 1920

8. Emergency & Insurance SH 1 0 840

9. Sr. Spv. Insurance 1 0 840

10. Occupational Health 1 0 840

192
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

11. Officer Industrial Hygiene 1 0 840

12. Safety SH 1 0 840

13. Ruang Rapat 0 1 1920

14. Safety Section 1 0 840

15. Analyst Cap. Dev. Perf. and 1 0 840


Budget

16. Administrasi HSSE Manager 1 1 2760

17. Musholla 0 0 0

18. Area Wudhu dan Toilet 0 0 0

19. Environmental SH 1 0 840

20. Junior Safety Officer 1 0 840

21. Ruang Tunggu Depan 1 0 840

22. Area Luar Gedung dan Teras 0 0 0

23. Dapur 0 0 0

TOTAL 17 5 23880

(Sumber : Pengolahan Data Penulis)

Berdasarkan perhitungan dari Tabel diatas, maka jumlah total daya yang diperlukan
untuk menghidupkan seluruh AC di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap pada jam kerja adalah sebesar 23880 Watt. Kemudian dilakukan perhitungan

193
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
dengan persamaan kWh/hari standar dibawah guna menentukan Intensitas Konsumsi
Energi (IKE) Listrik di akhir nanti (*perhitungan IKE kemudian dilakukan setelah
dilakukan penjumlahan dengan kWh sistem penerangan) :

kWh = (P x n x t x 0,77) / 1000

Keterangan :

P = Daya

n = Jumlah Lampu

t = Waktu Menyala

kWh = (23880 x 10 x 0,77) / 1000 = 183,876 kWh/hari

kWh Total = kWh Sistem Penerangan + kWh Sistem Pendingin

kWh Total = 30,184 + 183,876 = 214,06 kWh/hari

Kemudian dilakukan perhitungan Itensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik dengan


melakukan pembagian jumlah kWh Total dengan Luas Total Area Gedung HSSE PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dalam m2 yang diperoleh dari fitur google
maps sebagai berikut :

194
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar IV.31 Area Gedung HSSE RU IV Beserta Perhitungan Luasnya


(Sumber : Penulis Menggunakan Google Earth)

IKE = kWh Total / Luas Bangunan (m2)

IKE = 214,06 kWh/hari / 463,56 m2

IKE = 0,4617740961 kWh / m2 / hari

= 110,82 kWh / m2 / tahun → EFISIEN (Tingkat II)

*Keterangan : Perhitungan hari kerja dalam 1 tahun diasumsikan sebanyak 240 hari dengan
rincian 1 bulan sebanyak 20 hari kerja (Senin-Jumat) kemudian dikalikan 12 menjadi 240
hari kerja.

Berdasarkan perhitungan Indeks Konsumsi Energi (IKE) Listrik diatas, Gedung


HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah tergolong cukup baik dan
masuk kedalam kategori IKE Efisien (Tingkat II). Namun, perhitungan yang dilakukan
barulah berdasarkan sumber energi listrik yang berkenaan dengan sistem penerangan dan
195
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
sistem pendingin ruangan saja, belum termasuk alat-alat elektronik lain. Oleh karena itu,
Penggunaan Sistem Penerangan dan Sistem Pendingin Ruangan di Gedung HSSE PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dalam hal IKE-nya masih dapat ditingkatkan
lagi menuju Tingkatan Pertama paling efisien yaitu kategori Sangat Efisien (Tingkat I)
dengan rentang IKE antara 50,04-95,04 kWh/m2/tahun guna semakin melakukan
manajemen energi yang berujung pada konservasi energi berkelanjutan dengan tingkatan
terbaik.

4.9 Pengelolaan Air Domestik

4.9.1 Toilet

Toilet, Kakus, Kloset, Jamban atau WC (bahasa Inggris: water closet) adalah
perlengkapan rumah yang kegunaan utamanya sebagai tempat pembuangan kotoran , yaitu
urin dan feses.

Dalam penggunaan sehari-hari di Indonesia, istilah toilet maupun WC lebih sering


digunakan untuk mengacu pada ruangan tempat perlengkapan tersebut berada, meskipun
dapat pula mengacu pada perlengkapan tersebut. Istilah lain, yaitu kamar kecil bisa
digunakan dalam bahasa Indonesia untuk memperhalus penyebutan, dan hanya digunakan
untuk ruangan perlengkapan tersebut. Sedangkan istilah kloset, kakus, jamban sendiri
secara khusus digunakan untuk perangkatnya saja.

Untuk toilet di gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap, terdapat tiga toilet yang
digunakan, yaitu toilet pria, toilet wanita, dan toilet manager. Selama di gedung HSSE
Pertamina RU IV Cilacap, toiletnya sangat bagus dan bersih untuk digunakan karena
kebersihan yang selalu dirawat, dan toilet yang lantainya kering dan bebas kotoran karena
didalam gedung HSSE, tidak diperkenankan memakai sepatu. Toilet yang nyaman menjadi
daya tarik tersendiri bagi para pengunjung toilet ketika menggunakan toilet.

196
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar IV.32 Toilet Pria Gedung HSSE


(Sumber : Difoto oleh Penulis dengan Kamera Perusahaan)

Disamping rasa nyaman, penggunaan toilet yang praktis juga menjadi daya tarik
lebih bagi pengunjung untuk mempercepat proses penggunaan toilet. Alat-alat yang
digunakan pada toilet HSSE sangat praktis dan mudah digunakan bagi para pengunjung.

Gambar IV.33 WC pria yang mengalami kebocoran


(Sumber : Difoto oleh Penulis dengan Kamera Perusahaan)

Di toilet pria sendiri, terdapat dua wastafel, dua toilet duduk, dan dua toilet urinal
(toilet khusus pria yang berdiri). Ketiga alat tersebut berfungsi dengan baik. Tetapi, pada
wc pria yang ujung toilet terdapat wc yang airnya terdapat wc yang airnya bocor sehingga
airnya terus mengalir meskipun wc sedang tidak dipakai.
197
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
4.9.2 Wudhu

Air wudhu adalah air yang digunakan khusus digunakan sebelum sholat dilakukan.
Di Indonesia, sudah menjadi hal yang lumrah di kantor, tempat umum, dan lain lain untuk
memiliki tempat wudhu. Di dalam gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap, terdapat ruang
wudhu tersendiri khusus wudhu sebelum melakukan sholat. Kualitas air wudhi menjadi
penting karena ada syarat-syarat kualitas air wudhu baik dari tingkat kebersihannya
maupun dari sumbernya. Gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap sudah memenuhi syarat
yang diperlukan untuk mengkonsumsi air wudhu tersebut.

Gambar IV.34 Kran Wudhu


(Sumber : Difoto oleh Penulis dengan Kamera Perusahaan)

Untuk wudhu, terdapat 2 kran yang mengarlikan air. Air bekas wudhu tersebut
langsung dialirkan ke dalam pipa yang berujung ke pengolahan air domestik. Sumber air
yang didapatkan oleh gedung HSSE ini berasal dari Gedung Head Office Pertamina RU
IV Cilacap. Tidak ada proses recycle pada pengolahan air bekas wudhu pada gedung HSSE
ini.

4.9.3 Wastafel

Wastafel adalah kran pada toilet yang umumnya digunakan untuk mencuci tangan.
Wastafel menjadi salah satu alat wajib di toilet. Fungsi utama wastafel adalah untuk
198
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
membersihkan tangan sehabis menggunakan wc dan aktivitas lainnya terutama setelah
pulang dari Kilang.

Gambar IV.35 Wastafel Toilet Pria


(Sumber : Difoto oleh Penulis dengan Kamera Perusahaan)

Di toilet pria, terdapat satu wastafel yang siap untuk digunakan dan dalam kondisi
yang sangat baik. Untuk toilet wanita, hanya terdapat satu wastafel. Perbedaan jumlah
wastafel disebabkan karena jumlah pria di gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap jauh
lebih banyak dibandingkan jumlah wanita yang ada. Di toilet pria, kondisi wastafel sendiri
sudah mulai berkarat. Kondisi karat tersebut bisa disebabkan karena adanya kran yang
bocor kurangnya perbaikan alat. Secara keseluruhan, kondisi wastafel di dalam gedung
HSSE Pertamina RU IV Cilacap ini sangat baik karena masih bisa berfungsi dengan baik.

4.10 Pengelolaan Limbah Domestik Non B3

Berdasarkan observasi yang dilakuakan oleh penulis di Gedung HSSE PT.


Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, pengelolaan limbah domestik non B3 terkait
limbah perkantoran sudah berjalan cukup baik meskipun masih terdapat beberapa aspek
yang harus ditingkatkan dan diperbaiki lagi. Pertama, sudah terdapat tempat sampah di
setiap ruangan di dalam area gedung. Tempat sampah yang terdapat di setiapruangan
199
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
memiliki ukuran dan kapasitas sekitar 5-6 liter. Namun, untuk setiap tempat sampah hanya
terdapat 1 plastik/wadah didalamnya untuk dilakukan pembuangan, tidak ada pemilahan
sehingga semua sampah berbagai jenis tercampur pada 1 tempat sampah tadi tanpa melalui
proses pemilahan terlebih dahulu. Untuk Tempat Bak Penampungan Sementara yang
terletak diluar gedung, sudah dibedakan dan dilakukan pemilahan menjadi dua bagian
utama yaitu Sampah Organik dengan bak berwarna hijau dan Sampah Anorganik dengan
bak berwarna kuning.

Gambar IV.36 Tempat Sampah di Setiap Ruangan dalam Kantor (Kiri) dan Bak Penampung
Sementara di Area Luar Gedung (Kanan)
(Sumber : Difoto oleh Penulis dengan Kamera Perusahaan)

Jadi berdasarkan observasi yang dilakukan, petugas akan melakukan pemisahan sampah
organik dan anorganik kembali dari tempat-tempat sampah kecil yang terletak di setiap
ruangan dalam gedung menuju bak penampung sementara yang berada di area luar. Selain
itu, untuk sampah dari daun-daun yang berguguran akan dibawa menuju Kampung
PROPER di Area 70 untuk dilakukan proses composting. Pengelolaan untuk sampah jenis
dedaunan ini sudah cukup baik, namun sampah-sampah lainnya kemudian akan diangkut
oleh petugas kebersihan dan dibuang menuju TPA, padahal sampah-sampah selain daun
kering tadi pun masih memiliki potensi yang cukup besar seperti misalnya kertas bekas,
plastik bekas, bahkan sampah bekas makanan sekalipun. Terdapat pula dapur di Gedung
HSSE Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ini yang dioperasikan oleh salah satu

200
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
pekerja di gedung tersebut yang menjual Mie Instan setiap harinya. Artinya, terdapat
limbah sisa makanan dan plastik yang dihasilkan pula oleh kegiatan di dapur tersebut.

Untuk usaha mengurangi limbah dari bahan baku atau hulu sudah dilakukan dengan
cukup baik oleh teman-teman di Unit/Divisi HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap ini, dimana untuk melakukan kegiatan printing tidak bisa sembarang orang
melakukan cetak-cetak secara cuma-cuma, yakni harus memiliki ID Card khusus baru
dapat melakukan kegiatan printing atau cetak mencetak. Selain itu penggunaan e-paper
juga sudah diterapkan di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
ini, dimana proses penyimpanan, pengarsipan, pendokumentasian, pendistribusian, dan
hal-hal yang berkaitan dengan dokumen tadi sudah dilakukan secara digital sehingga
penggunaan kertas secara fisik cukup minim (paperless). Namun penanda-penanda
pengingat seperti SOP atau mini poster terkait pengelolaan sampah dan juga pengurangan
penggunaan bahan baku yang berpotensi besar menjadi limbah seperti kertas misalnya
masih kurang. Hal-hal propaganda dan bersifat pengingat ini sebetulnya cukup penting
untuk dilakukan guna memberi kesadaran kepada para pekerja hingga tamu berada di
Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ini.

Gambar IV.37 Penggunaan ID Card untuk Melakukan


Kegiatan Cetak Mencetak di Gedung HSSE RU IV
(Sumber : Difoto oleh Penulis dengan Kamera Perusahaan)

201
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Sistem Manajemen Lingkungan di PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Evaluasi kesesuaian penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) di lingkungan PT.


Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dilakukan dengan membandingkan
penerapan yang telah dilakukan pada kondisi eksisting dengan Standar Internasional ISO
14001:2015 dengan metode gap analysis, yaitu dengan membandingkan perbedaan antara
pemenuhan Sistem Manajemen Lingkungan yang telah ada dengan persyaratan standar
Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2015 dan peraturan-peraturan yang lingkugan
terkait yang berlaku.
Data Standar SML ISO 14001:2015 diperoleh dengan melakukan studi pendahuluan, studi
literatur, dan juga analisa serta elaborasi setiap klausul yang ada pada standar internasional
terkait oleh penulis. Kemudian, data terkait penerapan SML pada kondisi eksisting
diperoleh dengan cara melalui kegiatan observasi serta pengambilan data baik lapangan
maupun dokumen, dan wawancara dengan berbagai narasumber terutama pekerja dan/atau
staff PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
Setelah dilakukan perbandingan dengan metode gap analysis tadi, dapat diperoleh tingkat
ketercapaian perusahaan di setiap klausul yang terdapat pada Standar Internasional ISO
14001:2015 yang secara terinci dipaparkan pada lampiran dan dirangkum menjadi sebuah
checklist besar akhir. Berikut adalah uraian hasil penilaian ketercapaian penerapan Sistem
Manajemen Lingkungan (SML) berlandaskan ISO 14001:2015 yang telah dilakukan oleh
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap berdasarkan masing-masing klausul.

5.1.1 Konteks Organisasi

5.1.1.1 Pemahaman Organisasi dan Konteksnya

Pada klausul 4.1 ISO 14001:2015 mengenai pemahaman organisasi dan


konteksnya, organisasi diwajibkan untuk menentukkan isu-isu internal dan eksternal yang

202
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
relevan dengan tujuan dan dapat berpengaruh dalam pencapaian hasil yang diharapkan dari
Sistem Manajemen Lingkungan.

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menetapkan isu eksternal
dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis organisasi, serta hal lain yang
berkaitan dengan kemampuan organisasi untuk mencapai hasil yang diharapkan dari
Sistem Manajemen Lingkungannya dengan menggunakan metode pemantauan social
mapping dengan memperhatikan komponen sosial, ekonomi, budaya, dan kesehatan
masyarakat. Berbagai isu tersebut mencakup kondisi lingkungan yang dipengaruhi oleh
atau mampu mempengaruhi organisasi dalam konteks positif maupun negatif. Dokumen
isu eksternal dan internal tersebut sudah didistribusikan dengan baik, dimana sudah
dicantumkan pada sistem online perushaan. Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap sudah melakukan pemantauan dan peninjauan informasi tentang
isu internal dan eksternal perusahan.

Rekomendasi dari penulis adalah pemahaman terhadap isu-isu terkait serta proses
distribusi dokumennya dipertahankan dengan baik, sehingga dokumen tersebut tersedia
bagi pihak berkepentingan atau pihak terkait pada saat tertentu, serta sebisa mungkin
seluruh divisi di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dapat memahami pula
isu spesifik masing-masing divisi terkait dan bukan hanya konteks perusahaan secara
holistik saja.

Jadi, pada klausul ini tingkat kepatuhan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap menurut ISO 14001:2015 adalah sebesar 100%

5.1.1.2 Pemahaman Kebutuhan dan Harapan Pihak Berkepentingan

Pada klausul 4.2 ISO 14001:2015 mengenai pemahaman perusahan terhadap


terhadap kebutuhan dan harapan pihak berkpentingan ini mengharuskan organisasi untuk
menentukan kebutuhan dan harapan pihak terkait, baik internal maupun eksternal.
Organisasi harus menentukan tiga hal yaitu pihak berkepntingan, kebutuhan dan harapan
dari pihak berkepentingan, serta menjadikan kebutuhan dan harapan tersebut menjadi
kewajiban kepatuhan organisasi.

203
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menetapkan pihak-pihak
berkepentingan yang relevan terhadap sistem manajemen lingkungan. Interaksi dengan
pihak-pihak tersebut adalah dengan adanya pengelolaan program kemitraan dan program
bina lingkungan, pemberian donasi, pedoman perilaku etika, dan kebijakan pengembangan
masyarakat (community development).

Perusahaan juga sudah melakukan pendokumentasian informasi yang menjelaskan


persyaratan/harpaan dari pihak berkepentingan, baik pihak internal maupun eksternal
terkait. Contoh dokumen yang memuat kebutuhan dan harapan dari pihak yang
berkepentingan dikendalikan dan mengacu pada Tata Kerja Organisasi (TKO) Pengukuran
Kepuasan, Harapan, dan Penanganan Keluhan Pelanggan (Dokumen TKO B-
057/E14132/2017-S9. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menetapkan
kebutuhan dan harapan terkait untuk dijadikan sebagai kewajiban karena PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap berkomitmen untuk selalu berupaya memberikan
kepuasan atas keinginan dan harapan dari pihak-pihak berkepentingan.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap telah menaati secara penuh dengan presentasi pemenuhan sebesar 100% untuk
persyaratan klausul 4.2 ISO 14001:2015 mengenai pemahaman kebutuhan dan harapan
pihak berkepentingan ini.

5.1.1.3 Menentukkan Lingkup Sistem Manajemen Lingkungan

Pada klausul 4.3 ISO 14001:2015, organisasi wajib menentukan lingkup sistem
manajemen lingkungan dimana organisasi harus menentukan bahasan dan pemberlakuan
sistem manajemen lingkungan. Penentuan lingkup juga mempertimbangkan beberapa hal
diantaranya pengendalian dan pengaruh organisasi, konteks, isu internal dan eksternal,
kewajiban kepatuhan, batasan fisik dan fungsional, kegiatan, produk, dan layanan, serta
otoritas atau kewenangan.

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menentukan lingkup Sistem
Manajemen Lingkungan yang terdapat dalam setiap kebijakan yang dibuat, misalnya pada
penetapan ruang lingkup pada TKO Penyusunan HIRADC dan Program Sistem
Manajemen Terpadu (SMT), serta ruang lingkup dari penerapan Kebijakan Hijau (Green
204
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Policy) yang meliputi hampir seluruh kegiatan proses produksi dan jasa penunjang lainnya
di dalam perusahaan.

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga telah melakukan controlling
terhadap pengendalian sistem manajemen lingkungan di area lingkup penerapannya tadi,
sehingga dapat dikatakan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menaati
secara penuh dengan presentase pemenuhan sebesar 100% persyaratan klausul ISO
14001:2015 mengenai lingkup sistem manajemen lingkungan ini.

5.1.1.4 Sistem Manajemen Lingkungan

Pada klausul ini, organisasi/perusahan diwajibkan untuk menetapkan, menerapkan,


memelihara, dan meningkatkan suatu sistem manajemen lingkungan dengan tujua untuk
mencapai output yang diharapkan termasuk peningkatan performa lingkungan. Klausul ini
lebih memfokuskan persyaratan organisasi untuk memahami lingkup proses yang relevan
terhadap sistem manajemen yang merupakan aktivitas terkait.

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah melaksanakan upaya untuk
menetapkan, menerapkan, memelihara, dan memperbaiki sistem manajemen lingkungan
yang berlaku di perusahaan dengan menerapkan kebijakan mutu (ISO 9001:2015),
kebijakan K3 (OHSAS 18001:2007), dan kebijakan lingkungan/SML (ISO 14001:2015)
sebagai kebijakan dasar atas kegiatan yang dilakukan perusahaan sesuai yang tertian dalam
Dokumen Pedoman Sistem Manajemen Teroadu (SMT) PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap. Dokumen ini juga mempermudah penanggung jawab EMS untuk
melakukan praktik Plan, Do, Check, and Action sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.

Oleh karena itu, dapat dkatakan bahwa PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap telah menaati dan melaksanakan secara penuh dengan presentase pemenuhan
sebesar 100% persyaratan klausul 4.4 ISO 14001:2015 mengenai Sistem Manajemen
Lingkugan.

205
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Berikut adalah rekapitulasi presentase pemenuhan persyaratan klausul mengenai konteks
organisasi :

Tabel V.1 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Konteks Organisasi

Nomor Presentase
Klausul
Klausul Pemenuhan

4.1 Pemahaman Organisasi dan Konteksnya 100

Memahami Kebutuhan dan Harapan dari Pihak


4.2 100
Berkepentingan

4.3 Menentukan Lingkup dari SML 100

4.4 Sistem Manajemen Lingkungan (SML) 100

Total 100

(Sumber : Pengolahan Data Penulis)

5.1.2 Kepemimpinan

5.1.2.1 Kepemimpinan dan Komitmen

Pada klausul 5.1 ISO 14001:2015 mengenai kepemimpinan dan komitmen, Top
Management atau Manajemen Puncak harus memperagakan kepemimpinan dan komitmen
terhadap sistem manajemen lingkungan dengan memastikan kebijakan dan saran
lingkungan ditetapkan, memastikan integrasi persyaratan sistem manajemen lingkungan
kedalam proses bisnis, memastikan sumber daya yang diperlukan untuk sistem manajemen
lingkungan tersedia, melakukan komunikasi mengenai pentingnya manajemen lingkungan,
memastikan sistem manajemen lingkungan mencapai hasil yang diharapkan, mendukung
personel berkontribusi pada keefektifan sistem manajemen lingkungan, mempromosikan
perbaikan berkelanjutan, dan mendukung peran manajemen yang relevan untuk
memperagakan kepemimpinan dan bidang tanggungjawabnya.
206
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memiliki kebijakan terkait
kepemimpinan dan komitmen ini pada dokumen tinjauan oleh manajer. Top Management
pada perusahaan ini yang notabene adalah GM (General Manager) telah menunjukkan
kepemimpinan dan komitmennya dengan melakukan upaya-upaya diatas. Oleh karena itu,
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah telah menaati secara penuh dengan
presentase pemenuhan 100% persyaratan klausul 5.1 ISO 14001:2015 ini.

5.1.2.2 Kebijakan Lingkungan

Kebijakan perusahaan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap


merupakan komitmen dari top management untuk menjamin tanggung jawab dan
pengelolaan lingkungan yang efektif di semua kegiatan. Dengan berlandaskan kepada
persyaratan ISO 14001:2015, manajemen puncak puncak perusahaan harus menetapkan,
mengimplementasikan, dan mempertahankan kebijakan lingkungan dalam batas ruang
lingkup sistem manajemen lingkungan yang sesuai dengan tujuan dan konteks organisasi,
termasuk sifat, ukuran dan dampak lingkungan dari kegiatan, produk, dan jasanya.
Kebijakan lingkungan tersebut juga harus mencakup komitmen terhadap perlindungan
lingkungan, termasuk pencegahan pencemaran dan komitmen spesifik lainnya yang
relevan dengan konteks organisasi, komitmen untuk memenuhi kewajiban kepatuhan, dan
koitmen untuk melakukan peningkatan berkelanjutan.

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap berkomitmen untuk mematuhi


persyaratan kebijakan lingkungan dan persyaratan lingkungan sebgaimana yang tertulis
pada Kebijakan Sistem Manajemen Terpadu (SMT), Kebijakan K3, Kebijakan Community
Development and Corporate Social Responsibility, dan Kebijakan Hijau perusahaan.
Kebijakan-kebijakan ini telah dikomunikasikan dalam organisasi kepada semua pekerja
yang melakukan pekerjaan baikn secara langsung ataupun tidak langsung dan juga telah
tersedia untuk pihak berkepentingan, bahkan dibuat sebagai sebuah kewajiban, misalnya
aturan untuk kontraktor atau pihak ketiga.

207
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dapat dikatakan
telah menaati secara penuh dengan presentase pemenuhan sebsar 100% persyaratan klausul
5.2 ISO 14001:2015 mengenai kebijakan lingkungan ini.

Gambar V.1 Dokumen Komitmen Ditektur Kontraktor Kemitraan untuk


menerapkan Kebijakan Lingkungan
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

5.1.2.3 Peran, Tanggungjawab dan Wewenang Organisasi

Klausul 5.3 pada ISO 14001:2015 mengenai peran, tanggungjawab, dan


kewenangan organisasi mempersyaratkan manajemen puncak untuk memastikan baha
tanggungjawab dan kewenangan untuk peran yang relevn telah ditetapkan dan
dikomunikasikan di dalam organisasi. Manajemen puncak dapat menunjuk manajemen
representatif dalam mentepakan tanggungjawab dan kewenangan untuk memastikan

208
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
bahwa sistem manajemen lingkungan memenuhi vcfpersyaratan dan melaporkan kinerja
sistem manajemen lingkungan kepada manajemen puncak.

Manajemen puncak PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah


menerapkan hal ini dengan baik terlihat dengan adanya struktur organisasi yang jelas
termasuk pembagian peran, tanggungjawab, dan wewenang masing-masing personel yang
terkait dengan penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen lingkungan. Divisi QM
(Quality Management Section bertindak bertindak sebagai sekretariat dari keseluruhan
sistem manajemen yang diimplementasikan termasuk didalamnya Sistem Manajemen
Lingkungan baik dalam hal implementasi, sistem audit, dan pengendalian dokumen.
Sementara itu, Divisi HSSE mempunyai tugas dan kewajiban untuk melakukan koordinasi
penerapan SMMK3LH (Sistem Manajemen Mutu dan Keselamatan, Kesehatan, Kerja, dan
Lingkungan Hidup) di tingkat korporat, melakukan sosialisasi dokumen SMMK3LH
secara berkala kepada QM Unit, menetapkan sasaran mutu di tingkat perusahaan,
menyususn rencana kerja QM korporat, melakukan evaluasi periodik setiap tiga bulan
sekali, memastikan bahwa persyaratan SMMK3LH benar-benar telah dipahami oleh
personel diseluruh organisasi yang berada di perusahaan melalui sosialisasi, komunikasi,
dan partosopaso, melaksanakan pemantauan dan pengukuran kerja SMMK3LH tingkat
perusahaan, membuat laporan kepada manajemen puncak dan pembina mengenai kinerja
SMMK3LH termasuk langkah-langkah perbaikan yang diperlukan, serta melaksanakan
rapat tinjauan tingkat perusahan setiap enam bulan sekali.

Jadi singkatnya Divisi QM (Quality Management System) lebih mengatur ranah


sistem kebijakan keseluruhan secara holitik, sedangkan Divisi HSSE lebih
mengatur/mengerjakan kepada ranah eksekusi/pelaksana teknisnya. Oleh karena itu, PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menaati secara penuh dengan presentasi
pemenuhan sebesar 100% persyaratan klausul nomor 5 ISO 14001:2015 mengenai
kebijakan lingkungan.

209
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Tabel V.2 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Kepemimpinan

Nomor Presentase
Klausul
Klausul Pemenuhan

5.1 Kepemimpinan dan Komitmen 100

5.2 Kebijakan Lingkungan 100

Peran, Tanggungjawab, dan Wewenang


5.3 100
Organisasi

Total 100

(Sumber : Pengolahan Data Penulis)

5.1.3 Perencanaan

5.1.3.1 Tindakan untuk Mengatasi Resiko dan Peluang

5.1.3.1.1 Umum

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menetapkan, menerapkan,


dan memiliki prosedur untuk mengidentifikasi resiko dan peluang pada setiap isu internal
dan eksternal, harapan dan kebutuhan pihak berkepentingan, aspek lingkungan, dan
kewajiban pemenuhan. Peluang dan resiko telah ditentukan juga berdasarkan perhitungan
perubahan kegiatan, produk, dan jasa, serta kondisi tidak terduga. Penentuan peluang dan
resiko suda terdokumentasi melalui prosedur HIRADC (Hazard Identification Risk
Assessment and Determining Control) RU IV No. B-005/E14000/2017-S9 Rev.3.

Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menaati
secara penuh dengan presentase pemenuhan sebesar 100% persyaratan klausul 6.1.1 ISO
14001:2015 mengenai tindakan untuk mengatasi resiko dan peluang ini.

210
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.1.3.1.2 Aspek Lingkungan

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memiliki prosedur dalam
mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan yang timbul akibat aktivitas, produksi, ataupun
jasa yang diperlukan oleh setiap organisasi yang mengacu pada diagram produksi yang
ada. Pada dokumen prosedur SMK3LH telah terdapat aspek lingkungan, kegiatan, produk,
dan jasa dalam lingkup sistem manajemen lingkungan yang dpat mempengaruhi dan
berdampak pada lingkungan.

Selain itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga telah menentukan
aspek lingkungan utamanya yang senantiasa tertuang jelas dalam dokumen HIRADC
(Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control) dari tahun ke tahun, dan
yang terbaru terdapat pada dokumen HIRADC No.B-005/E14000/2018-S9, Rev.4 yang
terbit pada 2 tanggal 2 Juli 2019.

Gambar V.2 Dokumen HIRADC yang Memuat Aspek Lingkungan Utama


(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

Perusahaan juga telah mempertimbangkan aspek lingkungan pada setiap kondisi


yang ada seperti kondisi normal, abnormal, atau situasi darurat yang diduga dapat terjadi.
Aspek lingkungan yang teridentifikasi dicatat dalam lembar identifikasi aspek dan dampak
lingkungan yang disebutkan dalam berbagai kebijakan perusahaan, contohnya pada
Kebijakan Hijau (Green Policy). Penentuan aspek yang berdampak penting dilakukan
dengan mengacu kepada matriks penilaian Resiko-Dampak. Aspek lingkungan penting
tersebut kemudian menjadi bahan pertimbangan dalam penetapan, penerapan dan
211
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
pemeliharaan tujuan, sasaran dan program sistem manajemen lingkungan perusahan.
Dokumentasi dari identifikasi aspek dan dampal lingkungan terdapat pada stiap divisi dan
dijaga kemutakhirannya dengan setiap enam bulan sekali.

Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menaati
secara penuh dengan presentase pemenuhan sebsar 100% persyaratan klausul 6.1.2 ISO
14001:2015 mengenai aspek lingkungan.

5.1.3.1.3 Pemenuhan Kewajiban

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap menjaga semua perundangan dan
peraturan lokal serta peraturan terkait induk perushaan (PT.Pertamina (Persero)) yang
ditetapkan dan harus selalu melakukan update terhadap semua perubahan dari hukum dan
perundangan tadi. Pada PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, dokumen
mengenai daftar peraturan yang harus ditaati tertuang dalam dokumen Pedoman A-
001/E14000/2015-S9 Rev. 2 pada bagian list peraturan yang wajib dipenuhi. Selain itu
pada dokumen TKO B-014/E-14510/2017-S9 Rev.1 tentang Pelaksanaan Evaluasi
Pemenuhan Kepatuhan terhadap Peraturan. Terdapat persyaratan perundang-undangan
llain yang diperhitungkan dalam penetapan, penerapan, dan pemeliharaan sistem
manajemen lingkungan khususnya di dalam tujuan, sasaran, dan program perusahaan serta
pengendalian operasional yang dilakukan.

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap secara berkala juga melakukan
cross check terhadap pemenuhan list atau daftar peraturan yang harus dipenuhi beserta
keterangan lengkapnya secara terperinci yang tertuang dalam dokumen “Evaluasi
Pemenuhan dan Penaatan Peraturan Lingkungan yang Diberlakukan di PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap”, dokumen ini untuk sekedar info belum memiliki
nomor, jadi mengingat pentingnya dokumen ini saran penulis adalah segera diberikan
penomoran terhadap dokumen terkait agar pengaksesan dan pengarsipan dokumen lebih
mudah dilakukan.

212
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Oleh karena itu, mengingat seluruh list perundangan yang wajib dipenuhi telah
dipenuhi pula oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap maka presentase
pemenuhan untuk klausul 6.1.3 tentang Pemenuhan Kewajiban adalah sebesar 100%.

Gambar V.3 Dokumen Evaluasi Daftar Pemenuhan Perundangan (atas)


dan Dokumen Pedoman Daftar Perundangan untuk Pemenuhan Kewajiban
(bawah)

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

213
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.1.3.1.4 Perencanaan Tindakan

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menentukan aspek-aspek


penting lingkungan, kewajiban penataan yang belum terpenuhi, dan isu-isu lainnya yang
harus segera diperbaiki untuk meningkatkan performa lingkungan, perusahaan telah
merencanakan tindakan nyata untuk menyelesaikan permasalahan terebut. Perencanaan
tindakan terdapat pada urutan prioritas tindak lanjut penanganan resiko yang dilakukan
oleh masing-masing divisi pemilik resiko/dampak dari bahaya terkait melalui hirarki
pengendalian resiko/dampak secara berkesinambungan.

Setelah dilakukan perencanaan, maka akan dilakukan tindak lanjut menghadapi


resiko terkait yang mencakup hal-hal rencana mitigasi resiko, rencana perlakuan untuk
mempertahankan tingkat resiko agar tidak berkembang menjadi lebih tinggi bila resiko
tidak dapat dimitigasi, rekomendasi resiko apakah diterima, dihindari, atau dimitigasi.
Resiko dan dampak lingkungan penting ditetapkan menjadi prioritas perhatian dan
pengendalian oleh manajemen dalam upaya mencapai kinerja manajemen mutu dan K3LH.
Pengendalian diharapkan mampu mengelola resiko dan dampak lingkungan penting
dengan selalu melakukan pemutakhiran secara berkala bila terjadi perubahan terhadap
peraturan perundangan dan persyaratan K3LH.

Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati secara penuh dengan presentase pemenuhan sebesar
100% persyaratan klausil 6.1.4 mengenai tindakan perencanaan.

5.1.3.2 Sasaran Lingkungan dan Rencana untuk Mencapainya

5.1.3.2.1 Sasaran Lingkungan

Pada proses penentuan dampak lingkungan dan K3, teridentifikasi bahwa dampak-
dampak lingkungan dan K3 tersebut penting dan memerlukan tindakan penanggulangan
atau pemecahan. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menetapkan
sasaran dan tujuam lingkungan serta perencanaannya untuk mencapai sasaran tersebut
melalui Green Policy atau Kebijakan Hijau No.001/E14000/2018-S0. Kebijakan ini
mencakup sasaran perusahaan baik secara umum maupun spesifik yang berkenaan dengan
214
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
dampak lingkungan dan juga K3. Beberapa aspek sasaran atau tujuannya adalah Sistem
Manajemen Lingkungan, Manajemen Energi, Penurunan Emisi, Pengelolaan Limbah B3
dan Limbah Non B3, Konservasi Air, Perlindungan Keanekaragaman Hayati, serta
Community Development dan Social Responsibility. Kebijakan Hijau ini disahkan oleh Top
Management pada tanggal 1 Juni 2018 dan menjadi landasan dalam berbagai hal yang
berkaitan dengan pengelolaan lingkungan.

Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap telah mengimplementasikan dan memenuhi persyaratan klausul 6.2.1 ISO
14001:2015 mengenai sasaran lingkungan dan tindakan perencanaan untuk mencapai
sasaran secara penuh dengan presentase pemenuhan sebear 100%.

Gambar V.4 Sasaran Lingkungan yang Tertuang Jelas dalam Green Policy

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

5.1.3.2.2 Rencana Tindakan untuk Mencapai Sasaran Lingkungan

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menjelaskan rencana


tindakan untuk mencapai sasaran lingkungan dengan ditetapkan Action Plan untuk setiap
unit kerja dan individu. Action Plan untuk setiap unit kerja menjelaskan apa yang akan
dilakukan, sumber daya apa yang dibutuhkan, siapa yang akan bertanggung jawab, kapan
215
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
akan diselesaikan dalam menentukan tindakan perencanaan untuk mencapai tujuan
lingkungan. Selain itum terdapat penjelasan bagaimana hasil akan dievaluasi, termasuk
indikator untuk pemantauan pencapaian terhadap tujuan lingkungan.

Pada Pedoman A-001/E14000/2014-S9 tentang Sistem Manajemen Terpadu RU IV


secara umum disampaikan rencana tindakan untuk mencapai sasaran atau tujuan
lingkungan yang diharapkan oleh perusahaan. Contoh rencana tindakan yang dilakukan
pula adalah pembuatan dokumen CSMS (Contractor Safety Management System) yang
berfungsi untuk memastikan setiap kontraktor atau pihak ketiga PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap di seluruh divisi atau unit operasi mengelola kinerja HSE dnegan
baik.

Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap telah mengimplementasikan dan memenuhi persyaratan klausul 6.2.2 ISO
14001:2015 mengenai rencana tindakan untuk mencapai sasaran lingkungan secara penuh
dengan presentase sebesar 100%.

Tabel V.3 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Perencanaan

Nomor Presentase
Klausul
Klausul Pemenuhan

Tindakan untuk Mengatasi Resiko dan


6.1
Peluang

6.1.1 Umum 100

6.1.2 Aspek Lingkungan 100

6.1.3 Pemenuhan Kewajiban 100

6.1.4 Perencanaan Tindakan 100

Sasaran Lingkungan dan Rencana Untuk


6.2
Mencapainya

216
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

6.2.1 Sasaran Lingkungan 100

Rencana Tindakan untuk Mencapai Sasaran


6.2.2 100
Lingkungan

Total 100

(Sumber : Pengolahan Data Penulis)

5.1.4 Pendukung

5.1.4.1 Sumber Daya

Dukungan Top Management beserta seluruh fungsi perusahaan merupakan unsur


penting dalam menjalankan sistem manajemen lingkungan. Diperlukan komitmen dari
seluruh sumber daya di dalam perusahaan agar penerapan sistem manajemen lingkungan
ini dapat berhasil diterapkan dengan baik. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap telah memiliki sumber daya yang diperlukan untuk mengimplementasikan suatu
sistem manajemen lingkungan sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. Terdapat wakil
manajemen representatif dan divisi/unit HSE yang secara khusus bertanggung jawab dalam
keberjalanan sistem manajemen lingkungan, namun dalam pelaksanaannya implementasi
sistem manajemen lingkungan dilakukan oleh seluruh fungsi karyawan yang bersangkutan.
Seain itu, perusahan juga telah menyediakan dan mengelola sumber daya lainnya seperti
budget atau anggaran, fasilitas, infrastruktur, dan teknologi penunjang guna menerapkan
sistem manajemen lingkungan.

Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacaptelah mengimplementasikan dan memenuhi persyaratan klausul 7.1 ISO
14001:2015 tentang sumber daya ini secara penuh dengan presentase pemenuhan sebesar
100%.

5.1.4.2 Kompetensi

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memiliki prosedur dan
ketentuan terkait penempatan seseorang pada suatu jabatan berdasarkan komptensi atau

217
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
keahlian yang telah dimilikinya, sehingga tidak bisa sembarang orang menempati suatu
posisi tertentu dalam organisasi/perusahaan ini.

Untuk memperoleh kompetensi dan keahlian yang dibutuhkan, PT. Pertamina


(Persero) Refinery Unit IV Cilacap menentukkan kebutuhan peatihan terkait aspek
lingkungan dan sistem manajemen lingkungannya serta mengambil tindakan dengan
melaksanakan proses pendidikan juga pelatihan yang sesuai dengan kompetensi yang
dibutuhkan secara terprogam, baik di dalam maupun diluar perusahaan kepada para
pekerja.

Selain memberikan pendidikan sesuai kebutuhan kompetensi pekerja, pertamina


juga melakukan seleksi awal sebelum penerimaan dan penempatan yang dikelola oleh
divisi HR (Human Resources) dengan berdasarkan kriteria awal yang dibutuhkan dan telah
ditentukan oleh perusahaan terutama berkaitan dengan latar belakang atau disiplin ilmu
yang ditekuni oleh calon pekerja selama menempuh pendidikan sebelumnya.

Kebutuhan kompetensi dan pelaksanaan program pemenuhan kompetensi telah


ditetapkan dalam TKO PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, hal ini dilakukan
untuk menjamin setiap orang yang bertugas atas nama perushaan memang berasal dari
pendidikan memadai. Selain itu pula dilakukan penguraian atau breakdown kebutuhan
kemampuan /kompetensi terkait jabatan yang akan ditanggung oleh pekerja kemudian.

Setiap pelatihan yang dilakukan terdapat evaluasi saat pelatihan dan evaluasi
setelah pelatihan. Evaluasi saat pelatihan dilakukan untuk mengevaluasi instruktur
pelatihan, sedangkan evaluasi pasca pelatihan dilakukan unutk mengevaluasi peserta
setelah 3 bulan mengikuti pelatihan. Evaluasi pasca pelatihan peserta dilakukan oleh ketua
divisi atau atasan peserta terkait dan dilakukan tindakan untuk meningkatkan kompetensi
peserta tersebut.

Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati persyaratan klausul 7.2 ISO 14001:2015 mengenai
kompetensi dengan presentase pemenuhan sebesar 100%.

218
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar V.5 Contoh Sertifikat Training Pengelolaan Limbah B3 untuk Menjamin Kompetensi
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

5.1.4.3 Kesadaran

Berdasarkan klausul tentang kesadaran, organisasi harus memastikan personel yang


melaksanakan pekerjaan sadar dan peduli terhadap kebijakan lingkungan, aspek
lingkungan yang penting dan dampak lingkungan terkait, kontribusinya terhadap
efektivitas sistem manajemen lingkungan, dan implikasi bial terdapat ketidaksesuaian
dengan persyaratan sistem manajemen lingkungan. Dalam hal ini, upaya peningkatan
kesadaran atau kepedulian dilakukan dalam berbagai bentuk.

Menurut pengamatan yang dilakukan oleh penulis, karyawan dan personelyang


beekrja untuk dan atas nama PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
memiliki kepedulian yang cukup terhadap penerapan sistem manajemen lingkungan.
Kebijakan lingkungan selalu dibacakan setiap pagi secara otomatis melalui speaker besar
sebelum memasuki area kilang atau area perkantoran yang berada didalam area kilang,
termasuk Kantor divisi atau unit HSSE berada.

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap berupaya memastikan semua


pegawai dalam melakukan aktivitas pekerjaan telah menyadari akan pentingnya
pemahaman terhadap K3LL yang relevan dengan tugasnya. Peran serta kontribusi pegawai

219
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
sangat bermanfaat dalam peningkatan efektivitas sistem manajemen mutu dan K3LH,
berdampak terhadap peningkatan kinerja mutu, pengendalian resiko bahaya dan aspek
dampak lingkungan signifikan, serta ketidaksesuaian dengan persyaratan pelanggan dan
peraturan perundang-undangan. Bahkan untuk pengunjung sekalipun termasuk peserta
Kerja Praktik diharuskan mengikuti pelatihan terlebih dahulu untuk memperoleh HSSE
Passport dalam rangka meningkatkan kesadaran tentang kebijakan lingkugnan, mengingat
resiko yang cukup besar rawan terjadi di area kilang.

Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati secara menyeluruh dengan presentase pemenuhan
sebesar 100% persyaratan klausul 7.3 ISO 14001:2015 tentang Kesadaran.

5.1.4.4 Komunikasi

5.1.4.4.1 Umum

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memiliki dan melaksanakan
prosedur komunikasi dan konsultasi dengan nomor dokumen A-001/E14000/2015-S9 yang
bertujuan untuk menetapkan sistem komunikasi agar semua informasi kegiatan, kualitas,
lingkungan, dan kegiatan partisiapsi pada kesehatan dan keselamatan kerja, lingkungan,
dan CSR dapat dipahami dan dimengerti oleh seluruh karyawan perushaan sehingga dapat
mengimplementasikan praktek komunikasi baik secara internal maupun eksternal
(government, media, dan stakeholder).

Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati secara menyeluruh dengan presentase pemenuhan
sebesar 100% persyaratan klausul 7.4.1 ISO 14001:2015 tentang Komunikasi Umum.

220
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar V.6 Pedoman Komunikasi dan Konsultasi


Perushaan
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

5.1.4.4.2 Komunikasi Internal

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menetapkan prosedur A-


001/E14000/2015-S9 mengenai komunikasi dan konsultasi yang merupakan pedoman
komunikasi perusahaan mencakup prosedur komunikasi internal dan eksternal. Informasi
yang dikomunikasikan secara internal kepada seluruh lapisan dan jajaran personel
perusahaan dilakukan dengan cara pengarahan, pengumuman, risalah rapat, memorandum,
surat menyurat, dan juga media informasi perusahaan. Komunikasi internal telah
melibatkan seluruh pegawai dan mitra kerja PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap. Setiap pegawai baru dan mitra kerja yang akan melakukan kegiatan di sekitar
pabrik wajib mengikuti induksi berupa training khusus terhadap kontraktor ataupun
supplier.

Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
menetapkan dan memelihara prosedur untuk komunikasi internal dengan baik sehingga
dapat dikatakan bahwa perusahaan telah menaati secara penuh dengan presentase
pemenuhan sebesar 100% persyaratan klausul 7.4.2 ISO 14001:2015 tentang komunikasi
internal.
221
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.1.4.4.3 Komunikasi Eksternal

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap melakukan komunikasi eksternal


dengan beberapa pihak berkepentingan yang telah diidentifikasi sebelumnya dalam klausul
kebutuhan dan harapan pihak berkepentingan, diantaranya komunikasi dengan induk
perusahaan, pemegang saham, pemasok/suppliers, masyarakat umum, keamanan, institutsi
pemerintah setempat, dan sebagainya. Bentuk komunikasi yang dilakukan juga beragam
sesuai dengan kebutuhan masing-masing pihak yang berkepentingan, yaitu menggunakan
platform intranet, siaran pers, company profile, pertemuan formal ataupun informal, annual
report, dan media komunikasi eksternal lainnya. Selama ini, terjalin komunikasi yang baik
antara pihak PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dengan pihak-pihak
eksternal terkait.

Selain itu, komunikasi eksternal yang dilakukan harus direkam oleh unit yang
bersangkutan, apabila hal tersebut mungkin untuk dilakukan. Untuk keluhan, umpan balik,
dan lainnya telah dilaksanakan dengan masyarakat umum yang difasilitasi leh perushaan.
Catatan mengenai berbagai keputusan yang dibuat sebagai respon harus dipelihara dengan
baik.

Oleh karena itu PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati secara penuh dengan presentase pemenuhan sebesar
100% persyaratan klausul 7.4.3 ISO 14001:2015 tentang komunikasi eksternal.

5.1.4.5 Informasi Terdokumentasi

5.1.4.5.1 Umum

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah melakukan


pendokumentasian informasi yang diperlukan oleh standar internasional dan menentukan
indormasi terdokumentasi yang diperlukan untuk menjamin efektivitas sistem manajemen
lingkungan perusahaan. Perusahaan juga telah melakukan penyusunan dokumen sistem
manajemen mutu dan lingkungan yang diperlukan oleh standar internasional ROEM,
dimana dalam dokumen tersebut terdapat acuan sialng antar kalusul IMS (Integrated
Management System).
222
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Selain itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga memiliki
prosedur untuk penomoran dan identifikasi dokumen dalam pedoman SMT. Informasi
terdokumentasi ini menjadi tanggung jawab uni QM (Quality & Maintenance). Seluruh
dokumen dimasukkan kedalam pengarsipan baik secara online ataupun offline. Hal ini
bertujuan agar seluruh personel terkait di dalam perusahaan dapat mengakses dokumen
dengan efektif dan efisien sesuai fungsi dan golongan karyawannya, serta bertujuan pula
agar dokumen tersusun rapih. Dalam penerapannya, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap telah memiliki seluruh dokumen yang diperlukan bagi sistem manajemen
lingkungan.

Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memenuhi
persyaratan dengan presentase pemenuhan sebesar 100% terkait klausul 7.5.2 mengenai
informasi terdokumentasi secara umum.

5.1.4.5.2 Pembuatan dan Perubahan

Dalam pembuatan dan perubahan dokumen di PT. Pertamina (Persero) Refinery


Unit IV Cilacap, semua karyawan dapat mengajukan usulan perubahan dokumen maupun
pembuatan dokumen baru kepada unit QM (Quality & Maintenance) melalui
prosedur/intstruksi kerja yang secara lengkap diatur dalam Ketentuan Penyusunan
Prosedur dan Instruksi kerja melalui form Permintan Perubahan Dokumen.

Sesuai yang tertulis dalam dokumen ISO 14001:2015, PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap telah memastikan kesesuaian dokumen seperti berikut ;

 Identifikasi dan deskripsi seperti judul tanggal, penulis, dan nomor acuan
 Format dan media
 Tinjauan dan persetujuan

Oeh karena itu, format yang tertera pada prosedur dan dokumen SML lainnya sudah
tepat dan jelas serta mengikuti format yang tertulis pada ISO 14001:2015 tadi. Berdasarkan
uraian diatas, dapat dikatakan bahwa PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
telah mengimplementasikan dan menaati secara penuh dengan presentase sebesar 100%
persyaratan klausul 7.5.2 ISO 14001:2015 mengenai pembuatan dan perubahan dokumen.

223
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.1.4.5.3 Pengendalian Informasi Tedokumentasi

Pada klausul mengenai pengendalian informasi terdokumentasi ini, informasi


terdokumentasi yang disyaratkan oleh sistem manajemen lingkungan harus dikendalikan
untuk memastikan ketersediaan dan kesesuaian untuk digunakan, cukup terlindungi (misal
dari hilangnya kerahasiaan, penggunaan yang tidak tepat, atau hilangnya integritas). Untuk
mengendalikan informasi terdokumentasi, organisasi harus menangani kegiatan distribusi,
akses, perolehan kembali dan penggunaan, penyimpanan dan pemeliharaan, termasuk
menjaga untuk tetap mudah dibaca, pengendalian perubahan (misal pengendalian versi)
serta retensi dan penempatan.

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap memiliki prosedur untuk


penomoran dan identifikasi dokumen serta pengendaliannya yang terdapat dalam Pedoman
Sistem Manajemen Terpadu RU IV Nomor A-001/E14000/2015 pada bagian pengendalian
dokumen. Selain itu pengendalian dokumen dilakukan dengan baik pula oleh perusahaan
melalui sistem online (akses intranet) ataupun offline (ruang arsip).

Tata cara pengendalian dokumen SMT RU IV diatur secara rinci dalam pedoman
tentang pengendalian dan pengembangan dokumen dan dikomunikasikan kepada segenap
pekerja untuk dilaksanakan secara konsisten. Pedoman tentang Pengendalian dan
Pengembangan Dokumen memuat ketentuan tentang :

 Pengesahan dokumen sebelum digunakan


 Peninjauan dan pembaharuan dokumen sesuai keperluan dan mengesahkan ulang
 Identifikasi perubahan dan status revisi dokumen
 Jaminan bahwa dokumen yang ada dalam jaringan valid dan mudah diakses oleh
semua pekerja diseluruh area kerja
 Jaminan bahwa dokumen dapat dibaca dan mudah diidentifikasi
 Jaminan bahwa dokumen eksternal diidentifikasi dan dikendalikan
 Penanganan dokumen kadaluwarsa
 Identifikasi untuk dokumen yang sudah tidak berlaku namun tetap disimpan untuk
tujuan tertentu.

224
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memenuhi
seluruh persyaratan klausul 7.5.3 ISO 14001:2015 mengenai pengendalian informasi
terdokumentasi dengan presentase pemenuhan sebesar 100%.

Tabel V.4 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Pendukung

Nomor Presentase
Klausul
Klausul Pemenuhan

7.1 Sumber Daya 100

7.2 Kompetensi 100

7.3 Kesadaran 100

7.4 Komunikasi

7.4.1 Umum 100

7.4.2 Komunikasi Internal 100

7.4.3 Komunikasi Eksternal 100

7.5 Informasi Terdokumentasi

7.5.1 Umum 100

7.5.2 Pembuatan dan Perubahan 100

7.5.3 Pengendalian Informasi Terdokumentasi 100

Total 100

(Sumber : Pengolahan Data Penulis)

5.1.5 Operasi

5.1.5.1 Perencanaan dan Pengendalian Operasional

Perencanaan dan pengendalian operasional dilakukan untuk memastikan PT.


Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah mengendalikan aspek lingkungan

225
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
sesuai dengan kebijakan lingkungan yang ditetapkan. Perusahaan telah mengenali
kegiatan, proses, dan operasi yang diperlukan untuk mengendalikan dan mencegah akibat
yang merugikan lingkungan. Kegiatan dan proses operasi yang terkendali mencakup
keseluruhan kegiatan dari penerimaan dan penyimpanan barang, semua proses produksi
dan pengepakan, operasi pemeliharaan, pengendalian limbah cair, dan pengelolaan limbah.
Prosesdur ini bertujuan untuk mengendalikan limbah yang dihasilkan sebagai hasil
kegiatan kilang maupun kegiatan kantor agar tidak mencemari lingkungan hidup.

Seluruh prosedur perencanaan dan pengendalian operasional PT. Pertamina


(Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah terekam dan terlaksana dengan baik secara umum
dengan mengacu kepada dokumen Sistem Manajemen Terpadu Refinery Unit IV nomor A-
001/E14000/2015-S9 bagian 4.2 mengenai pengendalian operasional yang berpengaruh
terhadap persyaratan produk dan aspek K3LL. Lebih spesifik lagi yang berkaitan dengan
pemeriksaan limbah cair diatur pada TKO B-008/E14510/2017-S9, untuk Pengelolaan
Limbah B3 diatur pada TKO B-005/E14510/2018-S9, dan yang berkaitan dengan udara
yaitu Pengendalian Emisi Gas Cerobong diatur pada TKO B-010/E14510/2017-S9.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis di seluruh area kilang PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah pelakukan perencanaan dan
pengendalian operasional terkait lingkungan hidup dengan baik. Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) yang melayani air buangan Kilang FOC (Fuel Oil Complex) dan Kilang
LOC (Lubricants Oil Complex) berfungsi dengan baik. Kemudian air buangan dari Kilang
RFCC (Recidual Fluid Catalytic Cracking) pun dikendalikan oleh Sistem WWT (Waste
Water Treatment) RFCC. Untuk pengendalian emisi cerobong yang dilakukan oleh
perusahaan juga sudah terjalankan dengan cukup baik, dimana sebagai contoh pembakaran
gas hidrokarbon dan sulfur dari Kilang RFCC telah dibakar dengan baik secara konsisten
melalui flare stack sehingga gas bebahaya tersebut tidak terbuang ke lingkungan. Untuk
pengelolaan limbah B3, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memililiki
sistem dan tempat khusus yang sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 101
Tahun 2014 mengenai Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Namun
untuk pengolahan lanjutan limbah B3 ini pertamina tidak dapat melakukannya secara

226
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
mandiri sehingga harus melibatkan pihak ketiga seperti PPLI Bogor ataupun Geocycle
Solusi Bangun Indonesia (SBI).

Meningat limbah B3 PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap memiliki


potensi yang besar untuk digunakan dan dimanfaatkan kembali, ada baiknya perusahan
mengusakan untuk melakukan pengolahan lanjutan secara mandiri tanpa harus melibatkan
pihak ketiga, mungkin investasi di awal cukup mahal namun dalam jangka panjang potensi
untuk meraih profit berkelanjutan terbuka lebar. Dengan melakukan benchmarking pada
perusahaan sebelah yaitu Solusi Bangun Indonesia (SBI) yang telah melakukan pengolahan
limbah B3 secara mandiri bahkan menerima limbah B3 dari berbagai industri, PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dapat belajar dan mencoba memulai
menerapkannya.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas, maka PT. Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap telah mengimplementasikan dan menaati secara penuh dengan presentase
pemenuhan sebesar 100% persyaratan klausul 8.1 ISO 14001:2015 mengenai perencanaan
dan pengendalian operasional.

Gambar V.7 Flare yang 24 Jam Membakar Gas Sulfur


dan Hidrokarbon

(Sumber : Difoto oleh Penulis dengan Kamera Perusahaan)

227
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.1.5.2 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memiliki prosedur-prosedur


tanggap darurat baik terkait K3 dan Lingkungan. Prosedur ini dibuat untuk mengantisipasi,
menangani, dan mengendalikan insiden-insiden darurat yang dapat terjadi. Prosedur ini
sebelumnya telah melalui tahap identifikasi potensi bahaya, dibuat, disosialisasikan, diuji
melalui latihan dan simulasi serta dikaji ulang secara berkala untuk direvisi jika ada
kekurangan. Prosedur dan pedoman mengenai kesiapsiagaan dan tanggap darurat
dituliskan dalam pedoman A-016/E14000/2018-S9 Rev.3 mengenai Penanggulangan
Keadaan Darurat di Kilang Refinery Unit IV Cilacap. Kondisi darurat yang didefinisikan
oleh perusahaan terbagi menjadi dua yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Untuk
penyebab langsung meliputi kebakaran, ledakan, tumpahan minyak (Oil Spill), bocoran
gas, kegagalan tenaga (Power Failure), Bocoran/Tumpahan B3. Untuk penyebab tidak
langsung dapat meliputi Tsunami, Kegagalan Tenaga, Gempa Bumi, Banjir,
Ekstraterresterial Aspect, Sabotase, Huru-Hara, Mass Cassualties, dan Operational
Aspect.

Dalam kesiapsagaan dan tanggap darurat ini perusahan benar-benar melakukan


pengendalian dan pengelolaan dengan baik mulai dari pengaturan ketentuan pelaporan
keadaan darurat, kebijakan organisasi yang ditetapkan dan terkait, tugas dan tanggung
jawab tahap pra alarm, tugas dan tanggung jawab tahap alarm, komunikasi, transportasi,
pelayanan medis, penyelamatan jiwa manusia dan barang, evakuasi, pengamanan, dan
dokumentasi, manajeme krisis, tahap rehabilitasi dan pemulihan, penyelidikan kejadian,
klaim asuransi, serta pelatihan, tinjauan, lampiran, dan catatan.

Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati seluruh persyaratan klausul 8.2 ISO 14001:2015
mengenai kesiapsiagaan dan tanggap darurat dengan presentase pemenuhan sebesar 100%.

228
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Tabel V.5 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Operasi

Nomor Presentase
Klausul
Klausul Pemenuhan

8.1 Perencanaan dan Pengendalian Operasional 100

8.2 Kesiapsiagaan dan Tanggap Daruat 100

Total 100

(Sumber : Pengolahan Data Penulis)

5.1.6 Evaluasi Kinerja

5.1.6.1 Pemantauan, Pengukuran, dan Analisa

5.1.6.1.1 Umum

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menetapkan, menerapkan,


dan memelihara prosedur untuk melakukan aktivitas pemantauan dan pengukuran pada
parameter yang telah ditentukan dalam UKL/UPL dalam prosedur Pedoman Sistem
Manajemen Terpadu RU IV No. A-001/E14000/2015-S9 Rev. 2 BAB VII mengenai
pengukuran, analisa, dan perbaikan. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
melakukan perencanaan dan penerapan proses pemantauan pengukuran, analisis dan
perbaikan yang diperlukan untuk :

 Membuktikan kesesuaian produk, lingkungan, dan keselamatan & kesehatan


kerja.
 Memastikan kesesuaian SMT RU IV
 Melakukan perbaikan terus menerus terhadap efektivitas SMT RU IV.

Metode yang digunakan untuk pengukuran, analisa, dan perbaikan menyesuaikan


persyaratan yang berlaku, termasuk teknik statistik dan jangkauan pemakainya. Proses
pengukuran dan pemantauan yang dilakukan harus menjamin bahwa parameter yang
diukur dan dipantau sesuai dengan frekuensi dan metode yang ditetapkan, yaitu 3 bulan.
Pemantauan dan pengukuran kinerja K3LH dilaksanakan mengacu pada hasil identifikasi
229
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
bahaya atau aspek dan penilaian resiko atau dampak lingkungan hidup, tujuan, sasaran,
program, dan indikator kinerja K3LH, dan sasaran serta indikator K3LH yang telah
ditetapkan.

Pemeriksaan kualitas udara emisi dilakukan terhadap dua jenis sumber yaitu emisi
bergerak dan emisi sumber tidak bergerak. Pengukuran dilakukan secara berkala minimal
enam bulan sekali dan berdasarkan hasil pengukuran Laboratorium PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap, diperoleh hasil bahwa kualitas yang diuji pada lokasi
tertentu berada dibawah baku mutu. Untuk pemantauan dan pengukuran dari emisi sumber
bergerak dilakukan satu tahun sekali juga berada dibawah baku mutu. Contoh emisi
bergerak adalah kendaraan operasional perusahaan. Saran penulis adalah kendaraan
eksternal non operasional yang masuk ke area perusahaan harus memenuhi atau dilakukan
pengecekan terhadap kadar emisi yang dikeluarkan, apabila tidak memenuhi persyaratan
maka perusahaan akan menyediakan kendaraan untuk berkeliling di dalam area PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga telah memastikan agar
peralatan pemantauan dan pengukuran dirawat dengan baik melalui pihak
ketiga/kontraktor yang berada dibawah kendali unit QM (Quality and Maintenance). Oleh
karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menaati secara penuh

230
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
persyaratan klausul 9.1 ISO 14001:2015 mengenai pemantauan, pengukuran, analisis, dan
evaluasi dengan presentase pemenuhan sebesar 100%.

Gambar V.8 Pedoman SMT mengenai Pemantauan, Pengukuran, dan


Analisa

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

5.1.6.1.2 Evaluasi Pemenuhan atau Kepatuhan

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap bertanggungjawab terhadap


pelaksanaan evaluasi terhadap kesesuaian yang berkaitan dengan produk, serta kesesuaian
dengan peraturan perundangan serta persyaratan lain yang berkaitan dengan K3LL secara
periodik. Tata cara dan metoda untuk mengevaluasi kesesuaian perundangan serta
persyaratan lain diatur dalam prosedur terdokumentasi. Rekaman hasil evaluasi kesesuaian
terhadap peraturan perundangan serta persyaratan lain harus disimpan dan dipelihara.

231
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Evaluasi pemenuhan dan kepatuhan juga dilakukan oleh instansi pemerintah terkait
yaitu Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah secara berkala.
Evaluasi yang dilakukan sebagian besar merupakan evaluasi kinerja yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan PROPER.

Evaluasi status penataan terhadap peraturan perundangan dan persyaratan yang


berlaku dilaksanakan setiap enam bulan sekali. Evaluasi kepatuhan dicatat dan selalu
diperbaharui sesuai frekuensi monitoring yang diterapkan yaitu tiga bulan. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati secara penuh persyaratan klausul 9.1.2 ISO
14001:2015 mengenai evaluasi pemenuhan atau kepatuhan sebesar 100%.

5.1.6.2 Audit Internal

5.1.6.2.1 Umum

Pada klausul 9.2.1 ISO 14001:2015 mengenai audit internal, organisasi harus
melaksanakan interval waktu yang direncanakan untuk menyediakan informasi apakah
sistem manajemen lingkungan sesuai dengan persyaratan organisasi sendiri dan
persyaratan standar serta diterapkan dan dipelihara secara efektif.

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah melaksanakan audit internal
secara periodik, sistematis, obyektif, terencana, dan terdokumentasi minimal satu kali
dalam satu tahun dalam rangka memastikan pemenuhan SMT perusahaan. PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap merencanakan program audit dengan
mempertimbangkan status pentingnya proses dari unit kerja yang akan diaudit, termasuk
memperhatikan hasil audit sebelumnya agar dapat dipastikan semua teman audit telah
diselesaikan secara benar dan efektif. Kriteria, lingkup , frekeunsi, dan metode audit yang
digunakan juga harus didefinisikan.

Penunjukan auditor dilaksanakan oleh Wakil Manajemen secara obyektif dan


mengikuti persyaratan dan ketentuan dalam prosedur audit internal. Auditor tidak boleh
mengaudit di lingkungan pekerjaannya sendiri. Tanggungjawab dan persyaratan untuk

232
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
pembuatan jadwal pelaksanaan, pembuatan laporan hasil audit dan pengolahan rekaman
diatur dalam prosedur audit internal TKO No. B-001/E14000/2017-S9.

Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati secara penuh persyaratan klausul 9.1.2 ISO
14001:2015 mengenai evaluasi penataan dengan presentase pemenuhan sebesar 100%.

Gambar V.9 Daftar Pertanyaan Audit Internal


(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

5.1.6.2.2 Program Internal Audit

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menetapkan, menerapkan,


dan memelihara program audit internal dengan baik dengan frekuensi satu tahun sekali
biasanya sebelum ada audit eksternal manajemen mutu dengan proses audit berupa Sistem
Manajemen Terpadu (SMT) antara mutu, lingkungan, dan K3. Audit internal direncanakan
dan dipimpin oleh unit QM (Quality & Maintenance) yang bertanggungjawab atas
keseluruhan sistem di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Unit QM akan
mengajukan pelaksanaan audit internal yang mencakup jadwal pelaksanaan,

233
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
penanggungjawab, runag lingkup, waktu pelaksanaan, sumber daya, dan lain-lain. Ajuan
tersebut kemudian akan diberikan kepada Top Management untuk disetujui pelaksanaan
programnya. Setelah disetujui, maka akan dilaksanakan opening aduit yang dihadiri oleh
manajer dan seluruh tim auditor yang dipilih dari setiap unit/divisi untuk penyampaian
overview mengenai pelaksanaan internal audit dan untuk persiapan dokumen dan lapangan
dari masing-masing departemen.

Lead Auditor merupakan Staff QM yang telah tersertifikasi, sementara tim auditor
berasal dari unit/divisi lain yang juga telah mendapat sertifikasi dengan mengikuti training
tertentu. Suang lingkup proses audit dilakukan pada seluruh lini produksi dan fasilitas
penunjang. Objektifitas dijaga dengan tidak mengijinkan auditor mengaudit unit/divisinya
sendiri. Auditor juga harus menuyiapkan lembar pemeriksaan berupa Checklist Internal
Audit yang akan menjadi pedoman bagi auditor untuk menilai selama proses audit dan
menjadi catatan kerja yang digunakan untuk mendokumentasikan pengamatan dan
penemuan.

Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati secara penuh persyaratan klausul 9.2 mengenai audit
internal dengan presentase pemenuhan sebesar 100%.

234
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar V.10 Daftar Sertifikat Lead Auditor Internal Audit

(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

5.1.6.3 Tinjauan Manajemen

5.1.6.3.1 Umum

Prosedur terkait tinjauan manajemen yang ditetapakan dan dipelihara oleh PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yaitu Pedoman SMT RU IV No. A-
001/E14000/2015-S9 pada bagian empat mengenai tinjauan manajemen halaman 15-16.
Top Management dalam hal ini GM RU IV menetapkan pelaksanaan tinjauan manajemen
sebanyak dua kali dalam satu tahun guna menjamin dan memastikan kecukupan,
kesesuaian, dan efektivitas implementasi SMT RU IV.

Adapun agenda tinjauan manajemen harus mencakup review terhadap kebijakan


SMT RU IV, hasil audit terdahulu seta hasil evaluasi kepatuhan terhadap persyaratan
hukum dan persyaratan lain, komunikasi dan umpan balik dengan pelanggan dan pihak

235
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
luar, tingkat pencapaian sasaran dan target, kinerja proses, kesesuaian produk dan kinerja
K3LL, status tindakan perbaikan dan pencegahan, tindak lanjut dari tinjauan manajemen
sebelumnya, perubahan yang dapat mempengaruhi sistem manajemen mutu, lingkungan,
dan K3 termasuk hal-hal yang terkait dengan perkembangan hukum dan persyaratan
lainnya, serta rekomendasi untuk peningkatan. Hasil dari setiap tinjauan manajemen
disimpan dan dikendalikan sebagai rekaman.

Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati secara penuh persyaratan klausul 9.3 mengenai
tinjauan manajemen ini sebesar 100%.

Tabel V.6 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Evaluasi Kinerja

Nomor Presentase
Klausul
Klausul Pemenuhan

Pemantauan, Pengukuran, Analisis, dan


9.1
Evaluasi

9.1.1 Umum 100

9.1.2 Evaluasi Pemenuhan/Kepatuhan 100

9.2 Audit Internal

9.2.1 Umum 100

9.2.2 Program Internal Audit 100

9.3 Tinjauan Manajemen

9.3.1 Umum 100

Total 100

(Sumber : Pengolahan Data Penulis)

236
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.1.7 Peningkatan

5.1.7.1 Umum

Pada klausul 10.1 ISO 14001:2015 mengenai peningkatan secara umm, organisasi
harus menentukan peluang peningkatan dan menerapkan tindakan yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diharapkan dari sistem manajemen lingkungan organisasi. Prosedur
yang ditetapkan dan dipelihara oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
terkait peluang peningkatan terdapat pada dokumen upaya pengecekan dan perbaikan
bagian d.4.a dan d.4.b serta pedoman dokumen A-001 SMT bagian F halaman 30 tentang
peningkatan. Terdapat beberapa tindakan untuk meningkatkan sistem manajemen
lingkungan organisasi diantaranya perbaikan berkelanjutan, tindakan koreksi, dan juga
tindakan pencegahan atau preventif.

Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah
mengimplementasikan dan menaati secara penuh persyaratan klausul 10.1 mengenai
peningkatan secara umum ini dengan presentase pemenuhan sebesar 100%.

5.1.7.2 Ketidaksesuaian dan Tindakan Perbaikan

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menetapkan dan


memelihara prosedur terkait ketidaksesuaian dan tindakan pebaikan pada dokumen
pedoman Sistem Manajemen Terpadu (SMT) A-001 BAB VII Bagian 2 halaman 30
mengenai tindakan koreksi. Potensi masalah dpaat diidentidikasi pada saat pengamatan
sehari-hari dari semua aktivitas termasuk proses produksi. Jika terjadi ketidaksesuaian,
direncanakan dan dilakukan tindakan koreksi yang ditulis pada formulir PTKP (Permintaan
Tindakan Korektif dan Pencegahan). Pengisian formulir dilakukan secara manual dan
setiap unit/divisi bertanggungjawab melakukan follow up pelaksanaan dan
didokumentasikan ke setiap fungus yang bertanggung jawab. Bila tindakan perbaikan dan
pencegahan telah selesai, maka hasilnya akan direkam dan dimasukkan ke risk assessment
sebagai inputan.

Ketidaksesuaian yang ditemukan segera dilaksanakan perbaikan, selanjutnya


ditetapkan penyebab terjadinya ketidaksesuaian untuk dilaksanakan tindakan perbaikan
237
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
agar ketidaksesuaian tidak terulang kembali. Tindakan perbaikan yang dilaksanakan harus
sesuai dengan dampak ketidaksesuaian yang terjadi agar tindakan perbaikan efekti f
dilakuakn. Contoh konkret penerapan yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap terkait dengan tindakan perbaikan adalah dengan keberadaan
dokumen d.4.b dibawah ini mengenai tindak lanjut eksternal audit :

Gambar V.11 Contoh Tindak Lanjut Perbaikan dari Hasi Eksternal Audit
(Sumber : PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)

5.1.7.3 Peningkatan Berkelanjutan

Pada klausul 10.3 ISO 14001:2015 mengenai peningkatan berkelanjutan, organisasi


diwajibkan melakukan perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus (Continuous
Improvement) terkait kesesuaian, kecukupan, dan keefektifan dari Sistem Manajemen
Lingkungan (SML) untuk meningkatkan kinerja lingkungan.

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memelihara prosedur


terkait peningkatan berkelanjutan yang terdapat pada pedoman SMT A-001 BAB VII
bagian F mengenai perbaikan dan peningkatan berkelanjutan. Perusahaan meningkatkan
efektivitas SMT (termasuk SML didalamnya) RU IV secara berkelanjutan melalui :

238
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
 Aplikasi Kebijakan Mutu dan K3LL
 Hasil Audit
 Hasil Analisa Data
 Pemantauan Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
 Tinjauan Manajemen

Selain it, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga melakukan
tindakan pencegahan untuk menghilangkan penyebab potensial ketidaksesuaian dan
mencegah terulangnya ketidaksesuaian tersebut dengan prosedur sebagai berikut :

 Mengindentifikasi potensial ketidaksesuaian yang mungkin terjaid dan


penyebabnya
 Mengevaluasi tindakan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya
ketidaksesuaian
 Menentukan dan mengimplementasikan tindakan yang diperlukan
 Merekam hasil tindakan pencegahan
 Meninjau keefektifan tindakan pencegahan yang telah dilaksanakan

Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap telah mengimplementasikan dan memenuhi persyaratan klausul 10.3 ISO
14001:2015 mengenai peningkatan berkelanjutan (Continuous Improvement) dengan
presentase pemenuhan sebesasr 100%.

239
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Tabel V.7 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Klausul Peningkatan

Nomor Presentase
Klausul
Klausul Pemenuhan

10.1 Umum 100

10.2 Ketidaksesuaian dan Tindakan Perbaikan 100

10.3 Peningkatan Berkelanjutan 100

Total 100

(Sumber : Pengolahan Data Penulis)

5.2 Rekapitulasi Kesesuaian Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan PT. Pertamina

(Persero) Refinery Unit IV Cilacap dengan Standar ISO 14001:2015

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan dengan metode penyesuaian dan gap analusis
berdasarkan standar ISO 14001:2015, telah ditentukan penilaian terhadap sejauh mana
pemenuhan sistem manajemen lingkugan di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
terhadap persyaratan standar ISO 14001:2015. Metode penyesuaian dan gap analysis ditinjau
berdasarkan observasi lapangan, wawancara dengan narasumber, serta kajian dokumen yang
dimiliki oleh perushaan. Angka presentase yang didapat merupakan pengukuran kinerja Sistem
Manajemen Lingkungan yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan berlandaskan kepada
standar minimum ISO 14001:2015.

Berikut adalah tabel rekapitulasi presentase pemenuhan standar Sistem Manajemen


Lingkugnan ISO 14001:2015 di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap :

240
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Tabel V.8 Rekapitulasi Presentase Pemenuhan Persyaratan Seluruh Klausul Standar Sistem
Manajemen Lingkungan ISO 14001:2015 di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap

Nomor Presentase
Klausul
Klausul Pemenuhan

4.1 Pemahaman Organisasi dan Konteksnya 100

4.2 Memahami Kebutuhan dan Harapan Pihak Berkepentingan 100

4.3 Menentukan Lingkup dari Sistem Manajemen Lingkungan 100

4.4 Sistem Manajemen Lingkungan 100

5.1 Kepemimpinan dan Komitmen 100

5.2 Kebijakan Lingkungan 100

5.3 Peran, Tanggungjawab, dan Wewenang Organisasi 100

6.1 Tindakan Untuk Mengatasi Resiko dan Peluang

6.1.1 Umum 100

6.1.2 Aspek Lingkungan 100

6.1.3 Pemenuhan Kewajiban 100

6.1.4 Perencanaan Tindakan 100

6.2 Sasaran Lingkungan dan Rencana untuk Mencapainya

6.2.1 Sasaran Lingkungan 100

6.2.2 Rencana Tindakan untuk Mencapai Sasaran Lingkungan 100

7.1 Sumber Daya 100

7.2 Kompetensi 100

7.3 Kesadaran 100

241
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
7.4 Komunikasi

7.4.1 Umum 100

7.4.2 Komunikasi Internal 100

7.4.3 Komunikasi Eksternal 100

7.5 Informasi Terdokumentasi

7.5.1 Umum 100

7.5.2 Pembuatan dan Perubahan 100

7.5.3 Pengendalian Informasi Terdokumentasi 100

8.1 Perencanaan dan Pengendalian Operasional 100

8.2 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat 100

9.1 Pemantauan, Pengukuran, Analisis, dan Evaluasi

9.1.1 Umum 100

9.1.2 Evaluasi Pemenuhan/Kepatuhan 100

9.2 Audit Internal

9.2.1 Umum 100

9.2.2 Program Audit Internal 100

9.3 Tinjauan Manajemen

9.3.1 Umum 100

10.1 Peningkatan Secara Umum 100

10.2 Ketidaksesuaian dan Tindakan Perbaikan 100

10.3 Peningkatan Berkelanjutan 100

242
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
TOTAL 100

(Sumber : Pengolahan Data Penulis)

Secara keseluruhan perusahaan/organisasi telah melakukan penerapan Sistem Manajemen


Lingkungan (SML) ISO 14001:2015 sesuai dengan prosedur dan setidaknya dengan standar
minimum ketercapaian. Namun, masih terdapat beberapa temuan yang sifatnya mikroyang
didapat terkait penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) di PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap ini yang dapat diperbaiki dalam jangka waktu yang tidak lama,
sehingga pada akhirnya terjadi peningkatan performa perusahaan terkati sistem manajemen
lingkungan.

Beberapa temuan minor tadi diantaranya adalah, pertama terkait klausul nomor 7.5 (tujuh)
ISO 14001:2015 mengenai informasi terdokumentasi. Secara keseluruhan pemenuhan standar
klausul ini sudah cukup baik, namun masih terdapat beberapa data terkait SML yang sangat
sulit untuk ditemukan dan di akses, bahkan dua divisi terkait dokumen ini juga sedikit
mengalami kebingungan pada beberapa waktu tertentu yaitu QM dan HSSE. Perlu diperhatikan
lagi bagaimana dokumen utamanya yang berkaitan dengan SML ini disimpan, diambil,
didistribusikan, dan dapat diakses dengan baik dan tidak berbelit-belit, kompleks, bahkan
hingga sulit dalam melakukan pencariannya. Sistem penomoran dokumen juga perlu
ditingkatkan lagi guna mempermudah proses menemukan dokumen tertentu terkait SML.
Referensi dari penulis adalah sebaiknya sistem penomoran informasi terdokumentasi utamanya
yang berkaitan dengan SML dilaksanakan secara berurutan dan menyesuaikan dengan format
klausul dalam ISO 14001:2015. Koordinasi antara unit/divisi juga perlu ditingkatkan,
mengingat banyak pekerjaan yang beririsan antar satu divisi satu dengan divisi lain, terutama
yang berkaitan dengan Sistem Manajemen Terpadu atau SMT.

Selanjutnya masih terkait klausul informasi terdokumentasi, dimana masih terdapat


beberapa dokumen yang sudah sangat lama bahkan hingga kadaluarsa. Contoh konkretnya
adalah Sertifikasi ISO 14001:2015 yang dimiliki oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV ini bahkan sudah kadaluarsa, meskipun masa kadaluarsanya baru berlangsung sekitar dua
minggu. Sebisa mungkin, hindari terjadi jeda pada tanggal kadaluarsa di masa transisi dokumen
menuju dokumen baru, sehingga perusahaan selalu memiliki dokumen ataupun sertifikasi

243
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
standar yang memiliki masa berlaku aktif dan pada akhirnya dapat melakukan kinerja dengan
aman dan sesuai peraturan. Kedepannya bisa dibuatkan suatu TKO Spesifik terkait
Maintenance dokumen atau informasi terdokumentasi khusus dalam jangka waktu tertentu, 6
(bulan misalnya) agar kajian serta analisis dokumen dapat dilakukan sedini mungkin dan
menghindari terjadinya masa kadaluarsa dokumen, dimana dokumen/sertifikat masa tenggang
baru sebaiknya sudah siap sebelum dokumen/sertifikat lamanya kadaluarsa atau expired.

Kemudian peningkatan berkelanjutan selanjutnya secara khusus dapat dilakukan pada


klausul nomor 9 (sembilan) mengenai evaluasi kinerja. Berdasarkan observasi yang dilakukan
oleh penulis terhadap pihak QM dengan metode wawancara, proses internal audit yang
dilaksanakan oleh perusahaan masih bersifat acak (random) dan berdasarkan masalah (by case)
saja setiap tahunnya. Hal ini tentu memiliki dampak negatif dimana pada klausul tertentu yang
tidak dilakukan pengecekan atau tidak dilakukan audit, ada kemungkinan klausul tersebut yang
tidak pernah ditinjau bermasalah atau bahkan sudah berada dalam kondisi yang tidak optimal.
Oleh karena itu, sebaiknya pada satu waktu tertentu, misalnya satu tahun sekali perlu dilakukan
proses Audit Internal yang sifatnya menyeluruh dan masif, sehingga seluruh aspek klausul
terjamin dan terkontrol dengan baik. Selain itu masih terkait klausul audit internal. Agar
diperoleh hasil audit yang sesuai dengan kondisi eksisting, selain dibentuk tim auditor, dapat
pula divisi/unit terkait diberikan arahan untuk mengisi form yang telah disipkan oleh Unit
HSSE terkait keberlangsungan Sistem Manajemen Lingkungan secara spesifik di unit atau
divisinya masing-masing, mengingat yang paling mengetahui kondisi suatu divisi atau unit
tertentu adalah pekerja terkaitnya. Form spesifik setiap divisi/unit ini harpannya dapat
meningkatkan akurasi dari pengambilan data dan social mapping internal divisi terkait SML
bahkan hingga isu diluar SML yang ternyata juga berpotensi menjadi masalah.

Selanjutnya, masih terkait klausul nomor 9 lebih spesifiknya klausul bagian 9.1. Klausul
ini berbicara mengenai pemantauan, pengukuran, analisis, dan evaluasi. Perusahaan telah
melakukan pemantauan emisi terkait kualitas udara yang disebabkan oleh emisi bergerak dan
emisi bergerak. Untuk emisi bergerak, PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap teah
melakukan pemantauan terhadap kendaraan internal atau operasional perusahaan. Namun untuk
kendaraan eksternal, sebaiknya dilakukan cek singkat terlebih dahulu terhadap pemenuhan atau
sertifikasi sudah memenuhi baku mutu emisi atau belum, jika belum maka kendaraan terkait
244
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
dilarang memasuki area perusahaan baik Area Kilang ataupun Area Head Office (HO). Bagi
kendaraan yang tidak memenuhi baku mutu emisi atau tidak memiliki sertifikat, maka
penumpang harus diturunkan lalu kemudian diantar ke tempat tujuan di dalam perusahaan
dengan menggunakan kendaraan internal perusahaan. Hal ini selain dapat menjaga kualitas
udara sekitar perusahaan, tetapi juga dapat membuat gerakan propaganda guna menyadarkan
masyarakat sekitar akan pentingnya menjaga kualitas udara kita bersama, apalagi Pertamina
sebagai perusahaan yang cukup dilihat dan sering dijadikan sebagai benchmarking perusahaan
lain.

Terakhir adalah mengenai klausul 8.1 mengenai penrencanaan dan pengendalian


operasional. Pengelolaan limbah di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap secara
keseluruhan sudah cukup baik termasuk pengelolaan limbah B3 didalamnya. Salah satu hal
yang dapat ditingkatkan oleh perusahaan terkait pengelolaan limbah adalah berhubungan
dengan pengolahan limbah B3. Untuk mengolah limbah B3 secara lebih lanjut, Pertamina RU
IV masih menggunakan pihak ketiga yaitu PPLI Bogor dan juga Geocycle Bogor. Potensi
limbah B3 yang dihasilkan oleh pertamina sebenarnya cukup besar dan apabila dapat dikelola
secara mandiri dapat menghasilkan nilai jual lebih. Dengan melakukan benchmarking kepada
perusahaan tentangga yaitu Solusi Bangun Indonesia yang memiliki Geocycle di dalam
perusahaan untuk menglah limbah B3nya sendiri, kini mereka telah mendapatkan cukup banyak
keuntungan dari aspek pengolahan limbah B3 secara mandiri tersebut. Cukup banyak juga
perusahaan yang mengirimkan limbah B3nya kepada SBI (Solusi Bangun Indonesia) dengan
melakukan pembayaran tentunya oleh perusahaan pengirim terkait dan pihak SBI yang selain
mendapatkan uang juga mendapatkan limbah B3 yang dapat diolah menjadi sumber energi serta
bahan baku kembali. Dalam rangka mewujudkan continuous improvement atau peningkatan
berkelanjutan serta menjadikan Pertamina RU IV sebagai perusahaan dengan plat PROPER
Emas untuk pertama kalinuya, maka hal-hal yang berkaitan dengan continuous improvement
ini dapat dilakukan dengan terlebih dulu tentunya melakukan studi banding atau benchmarking
yang matang pastinya.

245
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.3 Teknologi Bersih di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

5.3.1 Pengelolaan Energi

Secara keseluruhan, penggunaan dan pengelolaan energi di Gedung HSSE PT.


Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap terutama dari aspek Sistem Penerangan dan
Sistem Pendingin Ruangan sudah cukup baik dengan dibuktikan perhitungan nilai IKE
(Indeks Konsumsi Energi) Listrik berada pada status Efisien (Tingkat II). Sistem Pendingin
dan Sistem Penerangan Ruangan sebagai penyumbang angka konsumsi energi terbesar
dapat ditingkatkan lagi kedepannya menuju IKE status Sangat Efisien (Tingkat I)
mengingat perhitungan belum termasuk konsumsi alat-alat elektronik lainnya meskipun
hanya kecil dan bersifat mikro. Peningkatan status IKE juga dapat menghasilkan
manajemen energi yang lebih baik sehingga konservasi energi berkelanjutan dapat
diwujudkan secara masif.

5.3.1.1 Evaluasi Sistem Penerangan

Beberapa kekurangan yang ditemukan pada kondisi eksisting sistem penerangan di


Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap diantaranya adalah
penggunaan lampu masih menggunakan lampu jenis tornado 20 watt. Untuk melakukan
penghematan dalam kasus ini, dapat dilakukan penggantian jenis lampu menjadi lampu
LED Bulb dengan daya sebesar 13 watt saja namun memiliki kemampuan penerangan
setara dengan lampu jenis tornado 20 watt tadi, sehingga mendapatkan tingkat penerangan
yang sama namun dengan daya yang lebih sedikit. Lampu LED Bulb selain membutuhkan
daya yang lebih sedikit juga memiliki umur yang lebih panjang yaitu selama 10.000 jam,
sementara Lampu Torando hanya memiliki umur sekitar 8.000 jam. Hal ini berarti lampu
LED Bulb akan lebih tahan lama dan lebih lama untuk akan diganti apabila mati
dibandingkan dengan Lampu Tornado sehingga pada akhirnya lebih efisien pula. Untuk
investasi di awal memamng sedikit lebih mahal apabila melakukan penggantian Lampu di
Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dengan menggunakan
lampu LED Bulb, namun kedepannya apabila mempertimbangkan hidden cost pula dapat
dipastikan Lampu jenis LED Bulb ini akan lebih efisien jika dibandingkan dengan Lampu
jenis Tornado.
246
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar V.12 Lampu Torando (Kiri) dan


Lampu Light Emitting Diode LED (Kanan)

(Sumber :www. google.co.id)

Kemudian, selain melakukan penggantian lampu jenis tornado, dapat melakukan


penggantian teknologi saklar yang digunakan. Saklar manual dapat digantikan dengan
sensor yang mendeteksi keberadaan orang dalam suatu ruangan, sehingga apabila dalam
ruangan terkait tidak ada orang, maka lampu akan otomatis padam. Selain itu terdapat
pilihan pula untuk menggunakan dimmer. Dimmer merupakan teknologi yang dapat
mengatur waktu hidup dan mati dari sistem penerangan secara otomatis, sehingga dapat
diatur untuk waktu operasi sistem penerangan hanya pada jam kerja saja yaitu pada pukul
07.00-17.00. Selain itu, dapat pula ditingkatkan pembuatan SOP serta mini poster
propaganda untuk melakukan hemat energi guna menyadarkan para pekerja di Gedung
HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.

5.3.1.2 Evaluasi Sistem Pendingin Ruangan

Terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan pada kondisi eksisting sistem


pendingin ruangan di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
diantaranya adalah penggunaan AC Split Standar dan AC Sentral pada ruangan yang sama.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, terlihat pada beberapa ruangan kedua
jenis AC ini menyala, namun pada beberapa ruangan hanya AC Sentralnya saja dengan
kondisi AC Splitnya mati dan terlihat seperti kurang mendapat perawatan rutin bahkan
rusak. Dalam kasus ini sebaiknya diperjelas dan dipertegas untuk penggunaan sistem
pendingin di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ini
247
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
menggunakan sistem split ataupun sentral. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi double-
double atau sistem pendinginan ganda yang dapat menambah tingkat konsumsi energi
sehingga pada akhirnya menjadi lebih boros. Untuk kasus ini, sebaiknya sistem pendingin
sentral dibongkar dan seluruh sistem pendingin split diperbaiki dan hanya digunakan
sistem pendingin menggunakan AC Split saja. Sistem AC Sentral cenderung lebih boros
karena pada ruangan tertentu yang tidak ada orangnya, AC tidak dapat dimatikan karena
sitemnya terpusat, artinya satu menyala semua menyala, satu mati semua mati. Berbeda
halnya dengan AC Split yang pada ruangan yang sedang tidak digunakan atau tidak ada
orangnya AC dapat dimatikan tanpa mematikan AC yang berada di ruangan lain dengan
terdapat orang atau aktivitas didalamnya, sehingga penggunaan sistem pendingin lebih
optimal dan efisien serta energi tidak terbuang dengan percuma.

AC Split yang digunakan pada kondisi eksisting adalah jenis AC Split Standar
dengan daya sebesar 840 watt untuk AC Split Standar 1PK dan daya sebesar 1920 watt
untuk AC Split Standar 2PK. Untuk melakukan penghematan dalam kasus ini, dapat
dilakukan penggantian atau subsitusi jenis AC Split Standar menjadi AC Split Inverter. AC
Split Inverter yang menggunakan teknologi DC Inverter dapat mencapai efisinesi
penggunaan energi atau daya sebesar 58% lebih hemat dibandingkan dengan AC Split
Standar. Artinya untuk AC Split Inverter 1PK hanya membutuhkan daya sebesar 352,8
watt dan untuk AC Split Inverter 2PK hanya membutuhkan daya sebesar 806,4 watt. Selain
itu, AC Inverter juga memiliki kemampuan untuk mempertahankan suhu optimum ruangan
jauh lebih baik dibandingkan dengan AC Split Standar, utamanya pada ruangan tertutup,
karena pada ruangan terbuka AC Split Inverter akan menjadi bekerja sangat keras dan
berujung pada keborosan. Mengingat Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap adalah jenis gedung tertutup penuh (full) maka dari itu penggunaan AC Split
jenis inverter ini akan semakin cocok.

Untuk investasi di awal memang sedikit lebih mahal apabila melakukan


penggantian AC Split Standar menjadi AC Split Inverter di Gedung HSSE PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap, namun kedepannya apabila mempertimbangkan hidden
cost pula dapat dipastikan apabila AC Split Inverter ini akan lebih efisien jika dibandingkan
dengan AC Split Standar.
248
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023

Gambar V.13 Ilustrasi Efisiensi AC Inverter dibandingkan dengan AC Split Standar


(Sumber :www. pricebook.co.id)

249
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.3.1.3Grafik Rekapitulasi

Gambar V.14 Grafik Total Penggunaan Energi atau Daya (watt) Terhadap Jenis Lampu dan AC
pada Gedung HSSE RU IV
(Sumber : Pengolahan Data Penulis)

Jadi, berdasarkan pengolahan data yang dilakukan oleh penulis total kebutuhan energi atau
daya pada Gedung HSSE PT. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap pada kondisi eksisting saat ini
untuk menyalakan seluruh Sistem Penerangan dan Sistem Pendingin Ruangan yang ada adalah
sebesar 27.800 watt. Sementara apabila dilakukan substitusi jenis Sistem Penerangan dari Lampu
Torando 20 watt menjadi Lampu LED Bulb 13 Watt serta substitusi Sistem Pendingin Ruangan
dari AC Split Standar menjadi AC Split Inverter total kebutuhan energi atau dayanya hanya sebesar
12.578 watt. Perberdaan yang sangat signifikan dengan efisiensi total akhir sebesar 54,76%. Oleh
karena itu, substitusi jenis sistem penerangan dan pendingin ruangan harus segera dilaksanakan.

250
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
5.3.3 Pengelolaan Air Domestik

Secara keseluruhan, penggunaan air didalam gedung HSSE Pertamina RU IV


Cilacap sudah cukup baik dari segi kualitas air bersih dan kemudahan dalam menggunakan
alat. Kebersihan dan kerapihan toilet pun sudah menjadi hal yang biasa di dalam gedung
HSSE ini sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang menggunakan air
di gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap.

Toilet gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap sangat bersih dan nyaman untuk
digunakan. Hanya saja, masih terdapat wc pada toilet pria yang airnya terus mengalir. Hal
tersebut terjadi karena penahan air didalam wc tersebut rusak sehingga air terus keluar.
Selain itu, pada toilet pria yang diujung terdapat pipa di sebelah wc. Hal tersebut
mengganggu kenyamanan orang yang sedang menggunakan wc.

Wastafel di gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap ini sudah cukup baik untuk
digunakan oleh pengguna wastafel. Penggunaan kran yang cukup dinaikkan untuk
menyalakan air dan diturunkan untuk menutup air. Hal tersebut termasuk praktis. Hanya
saja, masih terdapat karat pada bagian kran. Hal tersebut bisa terjadi karena kurangnya
perawatan kran. Tapi secara umu, penggunaan wastafel dari segi kebersihan dan
kemudahan sudah sangat baik.

Untuk air wudhu, kualitas air wudhu di gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap ini
sudah sangat bagus. Tempat wudhu yang baik menjadikan tempat wudhu ini menjadi
nyaman. Masih terdapat sisi yang kotor pada keramik di tempat wudhu ini dan keran yang
digunakan terdapat karat karena kurangnya perawatan alat. Tapi dari segi kenyamanan,
tempat wudhu ini sangat baik dan bersih untuk digunakan oleh orang-orang yang mau
sholat di gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap.

5.4.4 Pengelolaan Limbah Non B3

Secara keseluruhan, Gedung HSSE PT. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap telah
menerapkan beberapa upaya dalam pengelolaan limbah non B3 baik dari segi penanganan
di sumber atau hulu dan juga penanganan di hilir. Namun, masih banyak kekurangan dan
potensi peningkatan yang seharusnya dapat dilakukan oleh perusahaan berdasarkan

251
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
observasi dan kajian penulis. Pertama, untuk tempat sampah kecil dengan kapasitas 5-6
liter yang terletak didalam setiap ruangan sebaiknya ditambah jumlahnya namun dengan
karakteristik sampah yang berbeda pada setiap tempat atau wadahnya. Pembagian tempat
sampah dapat dibagi menjadi 4 bagian berdasarkan karakteristik sampah yang akan
dibuang dan dipilah, yaitu :

● Sampah Organik → Sisa makanan/buah, tulang, duri, daun kering, daging,dll


● Sampah Guna Ulang → Botol kaca, botol plastik, kaleng makanan, kaleng minuman
● Sampah Daur Ulang → Kardus, karton makanan dan minuman, koran bekas, buku
bekas, kertas bekas, dan lain-lain.
● Sampah Berbahaya → Lampu neon, film, baterai bekas kaset, disket, racun serangga,
obat-obatan bekas, dan lain-lain.

Gambar V.15 Pembagian Tempat Sampah Berdasarkan Jenisnya

(Sumber : BPLHD Jawa Barat)

Harapannya setelah disediakan 4 jenis tempat sampah seperti ilustrasi dan


penjelasan diatas, baik di dalam ruangan sebagai tempat sampah kecil maupun di luar
Gedung HSSE RU IV sebagai Bak Penampung Sementara, sampah-sampah tadi semakin
mudah untuk dilakukan daur ulang (recycle) ataupun dilakukan composting demi
menghasilkan suatu nilai ekonomi sehingga tidak terbuang percuma dan juga mereduksi
tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) nantinya, karena sampah lebih
dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan potensi dan karakteristiknya masing-masing.

Selain itu, PT. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap dapat mengusahakan pembuatan
sistem composting yang bukan hanya untuk daun kering di Area 70 saja, tetapi juga rumah
composting untuk sampah-sampah organik jenis lainnya. Hasil dari composting ini dapat
digunakan sebagai pupuk kompos untuk menyuburkan tanaman disekitar Area Gedung
252
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
HSSE PT. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap atau Area Kilang sekalipun dan menghemat
anggaran untuk membeli pupuk produksi industri tertentu. Sistem Composting ini dapat
diintegrasikan bersama mulai dari pemilahan awal, pengangkutan, hingga pengolahan
menjadi Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu.

Penerapan aspek legal untuk dijadikan pedoman berupa peraturan-peraturan


mengenai lingkungan demi menanggulangi pencemaran yang disebabkan oleh sampah atau
limbah non b3 dapat dilakukan agar setiap orang di Gedung HSSE RU IV terdorong dan
lebih disiplin dalam aspek pengelolaan sampah, terutama dimulai dari langkah awal berupa
pemilahan terlebih dahulu. Penggunaan tulisan atau mini poster propaganda di setiap
tempat sampah dan dinding-dinding ruangan juga dapat diterapkan untuk selalu
mengingatkan para pekerja di Gedung HSSE RU IV senantiasa disiplin dalam pengelolaan
sampah pula. Tulisan ajakan atau mini poster propaganda yang ditempelkan berisi tentang
sosialisasi pelaksanaan gerakan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) sedini mungkin.

Sejauh ini, penggunaan single use plastic sudah dilarang di Gedung HSSE RU IV,
dan dampaknya cukup terasa. Adanya sanksi bagi pelanggar membuat setiap pekerja yang
ada di gedung ini menjadi waspada untuk tidak lagi menggunakan single use plastic dan
lebih memilih untuk membawa botol minum isi ulang. Selain pemberian sanksi atau
punishment, dapat pula diberlakukan sistem reward per bulan bagi pekerja yang paling
menerapkan pola hidup Eco-Lifestyle dimana salah satu parameternya adalah senantiasa
membawa botol minum, tempat makan, ataupun tas yang ramah lingkungan, dan hadiah
akan diberikan setiap akhir bulan oleh Top Management HSSE RU IV.

Gambar V.16 Contoh Poster Sosialisasi dan Propaganda Pembiasaan 3R


(Sumber : BPLHD Jawa Barat)
253
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Hal-hal seperti ini dapat dilakukan guna membuat setiap pekerja menjadi
bersemangat untuk memulai pola hidup ramah lingkungan yang pada akhirnya dapat
mengurangi produksi limbah atau sampah di kantor. Untuk penggunaan tap printer sudah
cukup baik dan harus dilanjutkan atau diteruskan mengingat dengan sistem ini besar
harapannya limbah berupa kertas dapat tereduksi. Peraturan seperti proses penyimpanan,
pengarsipan, pendokumentasian, pendistribusian, dan hal-hal yang berkaitan dengan
dokumen, harus perlahan mulai dikurangi dan diberlakukan sistem digital atau bahkan
online drive sehingga penggunaan kertas secara fisik cukup minim (paperless).

Gambar V.17 Penggunaan Botol Minum dan Tas Ramah


Lingkungan
(Sumber : www.google.co.id)

254
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Sistem Manajemen Lingkungan


Berdasarkan hasil observasi lapangan serta hasil uraian analisis dan pembahasan terkait
penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2015 di PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem Manajemen Lingkungan yang diterapkan di PT. Pertamina (Persero) Refinery


Unit IV Cilacap adalah bagian dari Sistem Manajemen Terpadu (SMT), dimana
sistem tersebut merupakan integrase dari Sistem Manajemen Mutu, Sistem
Manajemen Mutu, Sistem Manajemen Lingkungan (SML), dan Sistem
Manajemen K3 (Kesehatan, Keamanan, Keselamatan Kerja).
2. Secara keseluruhan, penerapan Sistem Manajemen Lingkungan di PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap sudah berjalan dengan baik dan efektif,
dimana tidak ada klausul dalam ISO 14001:2015 yang tidak terpenuhi di
perusahaan ini, hanya terdapat masalah yang sifatnya minor dan harus segera
diperbaiki guna meningkatkan kinerja perusahaan dalam Sistem Manajemen
Lingkungan (SML).
3. Temuan minor yang didapat dari hasil penyesuaian checklist dan gap analysis
diantaranya adalah :
 Belum pernah dilakukan audit internal secara menyeluruh terhadap seluruh
aspek dan klausul ISO 14001:2015 di perusahaan, hanya dilakukan secara acak
(random) dan juga by case apabila terjadi masalah.
 Kurangnya koordinasi antar divisi atau unit di dalam perusahaan
 Sistem pengendalian informasi tedokumentasi masih terdapat sedikit
kekurangan dimana proses pengaksesan masib sulit dilakukan bahkan oleh pihak
internal perusahaan, karena metode penyimpanan belum efektif dan efisien.
Selain itu, sistem pengarsipan dan penomoran dokumen harus ditingkatkan agar
255
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
tidak kesulitan dalam melakukan pencarian dokumen utamanya dokumen
penting yang berhubungan dengan Sistem Manajemen Lingkungan (SML)
 Tedapat informasi terdokumentasi dan dokumen penting yang sudah lama,
belum diperbaharui, bahkan hingga kadaluarsa.
 Belum terdapat pemantauan emisi terkait kendaraan eksternal yang masuk ke
area perushaan sehingga berpotensi mencemari udara sekitar apabila ternyata
emisi kendaraan tersebut tidak sesuai standar yang ada.
4. Dalam rangka meningkatkan performa kinerja lingkungan, perusahaan dapat
menerapkan konsep teknologi bersih dan energy saving untuk meminimasi produksi
limbah dan menghemat penggunaan energi. Hal ini dilihat dari potensi perusahaan
dalam baik dari segi sumber daya manusia dan fasilitas penunjang yang mendukung
perusahaan untuk dapat menerapkan kedua program tersebut.

6.1.2 Teknologi Bersih

Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap secara umum telah
melakukan penerapan Teknologi Bersih pada beberapa aspek, yaitu Pengelolaan Energi,
Pengelolaan Air Domestik, dan Pengelolaan Limbah Non B3. Namun, penerapan yang dilakukan
oleh pihak perusahaan pada kondisi eksistingnya belum optimal sehingga masih banyak terdapat
kekurangan yang harus diperbaiki. Diperlukan pula tindakan melakukan peningkatan penerapan
efektif Teknologi Bersih di gedung ini sehingga pada akhirnya dapat lebih efisien dan hemat dalam
penggunaan energi, limbah yang dihasilkan dapat tereduksi, penggunaan bahan baku menjadi lebih
efisien, memperbaiki lingkungan kerja, serta ujungnya adalah memperbaiki kualitas lingkungan
sekitar agar dapat menjadi lingkungan yang berkelanjutan dengan perspektif positif.

Untuk itu, berdasarkan observasi dan kajian yang dilakukan oleh penulis, maka dilakukan
beberapa usaha untuk memperbaiki kinerja dan penerapan Teknologi Bersih di Gedung HSSE PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ini diantaranya dengan melakukan substitusi Lampu
Tornado dengan Lampu LED Bulb, substitusi AC Split Standar dengan AC Split Inverter atau Eco-
Patrol, penerapan dan pembiasaan konsep 3R secara rutin dan berkelanjutan, pembagian tempat
sampah menjadi 4 klasifikasi berdasarkan karakteristik sumbernya, penggunaan keran air dengna

256
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
metode sensor, recylce air domestik, dan berbagai cara lainnya guna meningkatkan efisiensi
penerapan Teknologi Bersih di gedung ini.

Harapan besarnya adalah dengan penerapan Konsep Teknologi Bersihs secara


berkelanjutan ini 2 Tujuan Utama Teknologi Bersih dapat tercapai, yaitu yang pertama mencegah
dan meminimalkan terbentuknya limbah atau bahan pencemar lingkungan di seluruh tahapan
proses produksi atau kegiatan sehingga dapat melindungi kelestarian lingkungan hidup serta yang
kedua adalah meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penunjang serta energi di
seluruh tahapan produksi atau kegiatan sehingga dapat menekan anggaran dan menghasilkan
penghematan dan juga meningkatkan daya saing. (Katharina Oginawati, 2015).

6.2 Saran

6.2.1 Sistem Manajemen Lingkungan


Saran atau rekomendasi yang dapat diberikan untuk PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
IV Cilacap diantaranya adalah :

 Dilakukan audit internal berkala pada jangka waktu tertentu secara menyeluruh dan
mencakup seluruh aspek dan klausul yang terdapat ada ISO 14001:2015 dan bukan hanya
random atau by case saja. Dengan hal ini besar harapannya seluruh klausul dan aspek ISO
14001:2015 yang terdapat di perusahaan dapat terkendali dengan baik.
 Meningkatkan koordinasi dan komunikasi antar divisi di dalam perusahaan guna
memastikan pembagian batasan dan bagian kerja, kendali dokumen terkait divisi tertentu,
dan hal lainnya mengingat banyaknya divisi yang saling bersinggungan dalam proses
bekerjanya satu sama lain.
 Memperbaiki dan meningkatkan sistem pengendalian informasi terdokumentasi baik dari
segi pengontrolan, pembuatan, pengidentifikasian, penyimpanan, pengaksesan,
perlindungan, dan juga perawatan (maintenance).
 Melakukan pemantauan dan pengecekan emisi terhadap kendaraan yang akan memasukin
Area PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, baik Area Kilang, Area Head
Office, maupun Area 70.

257
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
 Melakukan kajian dan benchmarking terkait Sistem Pengolahan Limbah B3 terpadu
mandiri dengan baik guna mempersiapkan pembangunan sistem terkait yang baik dan
matang kedepannya. Dalam tahap persiapan dan inisiasi awal ini, fokus terhadap kajian,
studi banding, dan benchmarking terlebih dahulu dan dapat dilakukan pada perushaan
tetangga yaitu Solusi Bangun Indoensia. Tujuan akhir lain dari saran ini adalah untuk
mendapatkan PROPER Emas pertama.
 Menerapkan konsep teknologi bersih dan energy saving untuk meminimasi produksi
limbah dan menghemat penggunaan energi, serta berujung pada peningkatan kinerja
lingkungan.

6.2.2 Teknologi Bersih

6.2.2.1 Pengeloaan Energi Pengelolaan Energi

Sistem Penerangan

Dalam melakukan identifikasi Peluang Hemat Energi (PHE) yang berkaitan dengan Sistem
Penerangan di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan terutamanya pada pemakaian peralatan dan lamanya waktu
pengoperasian, dilihat dari sisi teknologi, instalasi, perawatan, dan sumber daya manusianya
(SDM). Dilihat dari kondisi lapangan saat ini pada Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap belum terdapat adanya program dan manfaat manajemen energi beserta
optimasinya utamanya berkaitan dengan teknologi bersih. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan
terkait dengan Sistem Pencahayaan adalah sebagai berikut :

● Teknologi : Seperti yang sudah disampaikan diatas tadi, dapat digunakan teknologi terbaru
dari Lampu LED Bulb untuk menggantikan Lampu Tornado guna memperoleh efisiensi
yang lebih tinggi dengan tingkat penerangan yang sama namun dengan daya yang lebih
sedikit serta umur lampu yang lebih lama pula.
Selain itu, dapat pula digunakan teknologi sensor otomatis, apabila sedang tidak ada orang
di ruangan maka lampu akan otomatis mati, hal ini dapat diterapkan guna menghindari
lampu yang terus pada kondisi menyala padahal tidak diperlukan dan biasanya disebabkan
oleh faktor lupa. Opsi selain sensor adalah penggunaan teknologi dimmer lampu, dimana

258
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
lampu akan otomatis menyala pada jam kerja yaitu 07.00-17.00, dan diluar jam tersebut
lampu akan otomatis mati.

● Instalasi : Pemasangan saklar pada beberapa tempat dilakukan secara terpusat untuk
mempermudah pengontrolan.
● Perawatan : Penggantian lampu dilakukan setiap saat dibutuhkan dan pengecekan rutin
setiap minggunya oleh tenaga teknisi terutama penggantian lampu yang rusak agar tingkat
kenyamanan terpenuhi walaupun belum memenuhi standar yang diharapkan.
● SDM : Perlu dibuatkan SOP dan Mini Poster Propaganda mengenai pemakaian lampu
dengan hemat utamanya pada setiap ruangan dimana selama ini belum terdapat pedoman
baku ataupun ajakan penyadaran yang cukup tentang pemakaian peralatan elektronik
termasuk lampu didalamnya dan pemanfaatan cahaya alami untuk menghemat penggunaan
energi. Selain itu, pembuatan inventaris ruangan yang memuat tentang besaran daya lampu,
jenis lampu, dan intensitas kuat pencahayaan yang diperlukan tiap ruangan dapat dibuat
agar teknisi memiliki acuan bila ada penggantian lampu, sehingga tetap memenuhi standar
pencahayaan yang direkomendasikan dan tetap efisien.
● Tambahan : Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis pula, pada waktu
istirahat, sebagian besar pekerja tidak mematikan sistem penerangan yang ada, sebaiknya
ketika jam istirahat selama 60 menit ada peringatan untuk mematikan seluruh alat
elektronik termasuk sistem penerangan berupa lampu guna menghemat energi.

Sistem Pendingin Ruangan

Selanjutnya dalam melakukan identifikasi Peluang Hemat Energi (PHE) yang berkaitan
dengan Sistem Pendingin Ruangan dengan menggunakan AC (Air Conditioner) di Gedung HSSE
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
terutamanya pada pemakaian peralatan dan lamanya waktu pengoperasian, dilihat dari sisi
teknologi, instalasi, perawatan, dan sumber daya manusianya (SDM). Dilihat dari kondisi lapangan
saat ini pada Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap belum terdapat
adanya program dan manfaat manajemen energi beserta optimasinya utamanya berkaitan dengan

259
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
teknologi bersih. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan terkait dengan Sistem Pendingin Ruangan
adalah sebagai berikut :

● Teknologi : AC yang digunakan saati ini di Gedung HSSE PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap merupakan tipe AC Split Standar yang tergolong menggunakan
daya yang besar. Oleh karena itu, substitusi AC dengan AC Split Inverter atau Eco Patrol
dapat dilakukan, dengan kapasitas pendinginan yang sama daya yan dibutuhkan hanya
setengah dari AC Split Standar dan tentu akan sangat menghemat energi dalam jangka
panjang. Opsi lain adalah penggunaan teknologi dimmer, dimana AC akan otomatis
menyala pada jam kerja yaitu 07.00-17.00, dan diluar jam tersebut lampu akan otomatis
mati.
● Instalasi : Melakukan pembongkaran instalasi AC Sentral dengan hanya jelas
menggunakan instalasi AC Split tunggal saja setiap ruangan, tidak perlu double-double
seperti kondisi saat ini dimana masih terdapat AC Split dan AC Sentral dalam satu ruangan
yang sama sehingga sangat tidak efisien dan boros energi. Apabila AC Split di ruangan
tertentu tidak berfungsi dengan baik, segera lekas diperbaiki atau dilakukan services.
● Perawatan : Service dan pengecekan secara berkala harus dilakukan oleh teknisi agar
tingkat kenyamanan terpenuhi walaupun belum memenuhi standar yang diharapkan. Selain
itu service terkait pembersihan saringan udara/filter serta kompresor penting dilakukan
agar kinerja AC tidak menjadi berat dan lebih boros.
● SDM : Perlu dibuatkan SOP dan Mini Poster Propaganda mengenai pemakaian AC dengan
hemat utamanya pada setiap ruangan dimana selama ini belum terdapat pedoman baku
ataupun ajakan penyadaran yang cukup tentang pemakaian peralatan elektronik termasuk
AC didalamnya untuk menghemat penggunaan energi. Selain itu, pembuatan inventaris
ruangan yang memuat tentang besaran daya AC, jenis AC, dan intensitas kuat pendinginan
yang diperlukan tiap ruangan dapat dibuat agar teknisi memiliki acuan bila ada perawatan
atau penggantian Sistem Pendingin Ruangan atau AC, sehingga tetap memenuhi standar
suhu runagan yang direkomendasikan dan tetap efisien.
● Tambahan : Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis pula, pada waktu
istirahat, sebagian besar pekerja tidak mematikan sistem pendingin ruangan yang ada,

260
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
sebaiknya ketika jam istirahat selama 60 menit ada peringatan untuk mematikan seluruh
alat elektronik termasuk sistem pendingin ruangan berupa AC guna menghemat energi.

6.2.2.2 Pengelolaan Air Domestik


Beberapa cara yang paling efektif untuk mengefektifkan penggunaan air dalam gedung HSSE
Pertamina RU IV Cilacap adalah:

● Peralatan yang efisien seperti wastafel yang menggunakan sensor untuk meningkatkan
efektivitas penggunana air bagi pengguna wastafel.
● Sub-metering dari semua sistem penggunaan air karena tidak ada data penggunaan air di
gedung HSSE Pertamina RU IV Cilacap.
● Daur ulang air bekas sehabis penggunaan wastafel dan air wudhu untuk menghemat
penggunaan air.
● Pengecekan rutin untuk alat-alat pengguaan air karena ada beberapa yang kotor, rusak, dan
berkarat.

6.2.2.3 Pengelolaan Limbah Non B3


Terdapat beberapa langkah yang dapat diterapkan guna meningkatkan pengelolaan limbah
non B3 di Gedung HSSE PT. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap, diantaranya adalah sebagai
berikut :

● Menambah jumlah tempat sampah di setiap ruangan menjadi total 4 tempat sampah dengan
klasifikasi berdasarkan karakteristik sampah yang akan dibuangnya, yaitu Sampah
Organik, Sampah Guna Ulang, Sampah Daur Ulang, dan Sampah Berbahaya.
● Menambah jumlah bak penampung sementara diluar area Gedung HSSE RU IV menjadi
total 4 bak penampung sampah dengan klasifikasi berdasarkan karakteristik sampah yang
akan dikumpulkannya dari area dalam gedung, yaitu Sampah Organik, Sampah Guna
Ulang, Sampah Daur Ulang, dan Sampah Berbahaya.
● Membangun dan mengusahakan Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu dengan Sistem
Composting baru yang tidak hanya melayani daun gugur saja, tetapi juga limbah organik
lainnya, sehingga dapat dihasilkan pupuk kompos dalam jumlah yang masif untuk
menyuburkan tanaman disekitar area perusahaan termasuk disekitar area gedung RU IV.

261
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
● Penerapan aspek legal untuk dijadikan pedoman berupa peraturan-peraturan mengenai
lingkungan demi menanggulangi pencemaran yang disebabkan oleh sampah atau limbah
non B3 dapat dilakukan agar setiap orang di Gedung HSSE RU IV terdorong dan lebih
disiplin dalam aspek pengelolaan sampah, terutama dimulai dari langkah awal berupa
pemilahan terlebih dahulu.
● Pemberlakuan sistem reward and punishment bagi seluruh pekerja di Gedung HSSE PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, guna memantik dan memacu semangat
dalam hal pengelolaan sampah terpadu demi keberlangsungan lingkungan yang
berkelanjutan.
● Membuat dan mempropagandakan semangat untuk melakukan tindakan 3R sedini
mungkin serta penggunaan barang-barang ramah lingkungan seperti botol minum, tempat
makan, dan tas ramah lingkungan, tanpa penggunaan single use plastic sama sekali melalui
mini poster yang diletakkan di dekat sampah dan di setiap ruangan kerja.
● Mempertahankan sistem ID Card Tap untuk melakukan printing demi mereduksi
penggunaan kertas secara tidak efektif dan berlebihan.

262
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2015. SNI ISO 14001:2015. Sistem Manajemen Lingkungan-

Persyaratan dan Panduan Pengguna

Ritchie dan W. Hayes. (1998). A Guide to the Implementation of the ISO 14000 Series on

Environmental Management. Prenrice Hall

Murray, Paula. 2014. The International Environmental Management Standard, ISO 14000 : A

Non-Tariff Barrier or A Step to An Emerging Global Environmental Policy. University

of Pennsylvania Journal of International Law Vol. 18.

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. 2018. Laporan Pelaksanaan UKL dan UPL

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap tahun 2018.

Hadiwiardjo, B.H. 1997. ISO 14001 : Panduan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

www.pertamina.com (diakses beberapa kali pada Mei-Juni 2019)

Kementerian Lingkungan Hidup. (2002). Kementerian Lingkungan Hidup Reublik

Indonesia. http://www.menlh.go.id/kebijaksanaan-produksi-bersih-di-indonesia/

263
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
(diakses 24 Juni 2019

https://muslim.or.id/1853-air-yang-digunakan-untuk-berwudhu.html diakses pada tanggal


18 Juni 2019

Pemprov DKI. 2012. Efisiensi Air. Jakarta

Misra, K.,B. (1996). Clean Production. Springer Verlag, Berlin.

Katharina Oginawati (2015). Produksi Bersih. Institut Teknologi Bandung. Bandung

PT. National Gobel. (2002). PT. National Gobel Cleaner Production Succes Story. Makalah
disajikan dalam 4th Asia Pasific Roundtable for Cleaner Production Conference,
Jogjakarta, Oktober 2002.

Soeparwadi. (1992). Teknologi Bersih di Beberapa Industri. United Nations Environment


Program (UNEP).

United Nations Environment Program (UNEP). (2001). International Declaration on Cleaner


Production : Implementation Guidelines for Companies. UNEP Division of Technology,
Industry, and Economics Production and Consumption Branch.

Peraturan Presiden RI. No. 5 Tahun 2006, Kebijakan Energi Nasional

264
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2011. Energy Efficiency and Conservation
Clearing House Indonesia (EECCHI). Kantor Hemat Energi

Arsa Suteja, I.W. 2011. “Manajemen Energi Listrik di Gedung Sentral Telepon Automat
Kaliasem Denpasar” (tesis). Denpasar : Universitas Udayana

BPLHD Provinsi Jawa Barat, 2011. Pengelilaan Sampah di Perkantoran.

Anonim, 2008, UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelilaan Sampah, Kemenhukham Republik
Indonesia

Shochib, R, 2010, Timbulan Sampah Kantor, Kasus Kawasan Kantor BPPT, JRL Vol 6 No 3
Tahun 2010, PTL-BPPT, Jakarta

www.arjunaelektronik.com/panduan/panduan-membeli-ac/menentukan-kapasitas-ac-
sesuai-daya-listrik-rumah/ diakses pada 25 Juni 2019

https://dutaserviceac.com/ac-standard-low-watt-inverter/ diakses pada 25 Juni 2019

https://www.pricebook.co.id/article/news/2018/12/28/8991/perbedaan-ac-standar-dan-ac-
inverter diakses pada 25 Juni 2019

https://arisartidea.wordpress.com/2015/10/23/membandingkan-lampu/ diakses pada 26 Juni


2019

265
Benedicto Anggita Prayoga Saragih
15316023
LAMPIRAN

266

Anda mungkin juga menyukai